indentitas visual dalam destination branding …

13
151 Volume 6 No. 2 Desember 2014 Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro Solo Past is Solo Future, merupakan slogan yang dikembangkan oleh Pemkot Solo 1 dalam upaya untuk menjadikan Solo sebagai ikon pelestarian cagar budaya. Pelestarian cagar budaya merupakan sebuah komitmen pembangunan Solo Berkarakter yang akan menjadi simbol dan identitas dari keberhasilan pembangunan kota itu sendiri. Komitmen terhadap pembangunan Solo Berkarakter diharapkan juga bermanfaat bagi sektor pariwisata. Solo dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang kaya akan berbagai atraksi wisata, mulai dari wisata budaya, wisata alam, dan juga wisata kulinernya. Slogan Solo Past is Solo Future merupakan sebuah upaya pencitraan untuk Pendahuluan Kota Surakarta yang kemudian dikenal dengan Solo, mempunyai sejarah yang panjang sebagai bagian dari pusat kebudayaan Jawa. Meskipun masih memegang erat kebudayaan para leluhur, Solo sebagai sebuah kota tidak luput dari perkembangan era global. Perkembangan teknologi dan era perdagangan bebas memberikan kesempatan kepada setiap wilayah atau kota untuk mengembangakan potensi diri. Salah satu perkembangan yang pasti terjadi adalah di bidang ekonomi. Solo sebagai sebuah kota harus dapat menjadi daya tarik dan memiliki daya saing baik secara lokal maupun global. INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING KAWASAN NGARSOPURO Asmoro Nurhadi Panindias Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta Abstract Surakarta city, then known as Solo, has a long history as part of the cultural centers of Java. “Solo Past is the Solo Future”, a slogan created by Solo City Government in an effort to make Solo as an icon of cultural heritage preservation. Solo is known as one tourist destination in Indonesia, which is rich in a variety of tourist attractions, ranging from cultural tourism, nature tourism, and culinary tours. Economic development and business in Solo can go hand in hand with the development, pres- ervation of cultural heritage and tourism. Ngarsopuro is an area in front of the Mangkunegaran, which formerly lined electronics stores and antique markets called Triwindu. Ngarsopuro region is seen as a cultural activity. As a tourist destination, Ngarsopuro Region needs to have an identity as a differentiating factor and promotion. It is necessary for a studies associated with Visual Identity Ngarsopuro area for promoting tourism potential. This design study will design a visual identity for the region as a destination brand Ngarsopuro, so research conducts with qualitative studies. To design a visual identity Ngarsopuro Region Solo will require methods to acquire the concept and design results, among others, to study and data collecting primary data and secondary data conducted by interview, observation and documentation of data on the scope of Ngarsopuro area, potential and excellence and values contained in Javanese culture. The visual identity of a company is not only formed by a logo, but also the supporting visual elements that appear in each component company. With consistency in the use of visual elements in a company will further strengthen the position and identity of the company in the eyes of the visitor or related parties. Visual identity also includes some of the constituent elements including the name, logo, col- ors, and slogan. Keywords: Destination brand, Visual identity, Ngarsopuro

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

151Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

Solo Past is Solo Future, merupakan sloganyang dikembangkan oleh Pemkot Solo1 dalam upayauntuk menjadikan Solo sebagai ikon pelestarian cagarbudaya. Pelestarian cagar budaya merupakan sebuahkomitmen pembangunan Solo Berkarakter yang akanmenjadi simbol dan identitas dari keberhasilanpembangunan kota itu sendiri. Komitmen terhadappembangunan Solo Berkarakter diharapkan jugabermanfaat bagi sektor pariwisata.

Solo dikenal sebagai salah satu daerah tujuanwisata di Indonesia yang kaya akan berbagai atraksiwisata, mulai dari wisata budaya, wisata alam, danjuga wisata kulinernya. Slogan Solo Past is Solo Futuremerupakan sebuah upaya pencitraan untuk

PendahuluanKota Surakarta yang kemudian dikenal

dengan Solo, mempunyai sejarah yang panjangsebagai bagian dari pusat kebudayaan Jawa.Meskipun masih memegang erat kebudayaan paraleluhur, Solo sebagai sebuah kota tidak luput dariperkembangan era global. Perkembangan teknologidan era perdagangan bebas memberikan kesempatankepada setiap wilayah atau kota untukmengembangakan potensi diri. Salah satuperkembangan yang pasti terjadi adalah di bidangekonomi. Solo sebagai sebuah kota harus dapatmenjadi daya tarik dan memiliki daya saing baiksecara lokal maupun global.

INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDINGKAWASAN NGARSOPURO

Asmoro Nurhadi Panindias

Program Studi Desain Komunikasi VisualFakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta

Abstract

Surakarta city, then known as Solo, has a long history as part of the cultural centers of Java. “SoloPast is the Solo Future”, a slogan created by Solo City Government in an effort to make Solo as anicon of cultural heritage preservation. Solo is known as one tourist destination in Indonesia, which isrich in a variety of tourist attractions, ranging from cultural tourism, nature tourism, and culinarytours. Economic development and business in Solo can go hand in hand with the development, pres-ervation of cultural heritage and tourism. Ngarsopuro is an area in front of the Mangkunegaran,which formerly lined electronics stores and antique markets called Triwindu. Ngarsopuro region isseen as a cultural activity. As a tourist destination, Ngarsopuro Region needs to have an identity as adifferentiating factor and promotion. It is necessary for a studies associated with Visual IdentityNgarsopuro area for promoting tourism potential.This design study will design a visual identity for the region as a destination brand Ngarsopuro, soresearch conducts with qualitative studies. To design a visual identity Ngarsopuro Region Solo willrequire methods to acquire the concept and design results, among others, to study and data collectingprimary data and secondary data conducted by interview, observation and documentation of data onthe scope of Ngarsopuro area, potential and excellence and values contained in Javanese culture.The visual identity of a company is not only formed by a logo, but also the supporting visual elementsthat appear in each component company. With consistency in the use of visual elements in a companywill further strengthen the position and identity of the company in the eyes of the visitor or relatedparties. Visual identity also includes some of the constituent elements including the name, logo, col-ors, and slogan.

Keywords: Destination brand, Visual identity, Ngarsopuro

Page 2: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

152 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

membangun Solo masa depan adalah Solo masa lalu,Solo ke depan tak hanya mengacu modernisasipembangunan, tetapi juga bagaimana komitmen ataspelestarian cagar budaya yang ada. Solo yang penuhnuansa kejawen, adiluhung, dan berperikemanusiaan.Di sisi lain Solo juga sebagai salah satu kawasan yangpotensial bagi pengembangan ekonomi dan bisnis.

Ngarsopuro merupakan suatu kawasan didepan Pura Mangkunegaran, yang dahulu berjajartoko-toko elektronik kurang tertata serta terdapatpasar antik Triwindu. Pada tahun 2009, Pemkot Solomelakukan pemugaran dan penataan kawasanNgarsopuro dengan membangun pasar khususbarang antik dan pasar khusus barang elektronik.Selain membangun pasar, pemkot juga membangunfasilitas pedestrian dengan penataan yang asri sertanyaman bagi pejalan kaki. Pada hari Sabtu malamsepanjang Jalan Diponegoro ditutup bagi kendaraanbermotor dan dibangun tenda sebagai tempatberjualan pedagang kerajinan dan hasil industri kreatiflainnya. Kawasan Ngarsopuro juga sering menjadiajang kegiatan budaya yang lain seperti festifalJenang, festifal jazz, dan beberapa festifal yang lain.

Sebagai sebuah tujuan wisata, KawasanNgarsopuro perlu memiliki identitas sebagai faktorpembeda dan promosi, maka untuk itu dilakukan suatupenelitian perancangan yang terkait dengan IdentitasVisual Kawasan Ngarsopuro sebagai media promosipotensi wisata. Perancangan Identitas Visual inidiharapkan menciptakan ciri khas KawasanNgarsopuro, selain digunakan untuk memperkuat nilaivisual dan karakter yang dimiliki namun juga dapatdimanfaatkan untuk mempromosikan kota dan daerahkepada masyarakat dan calon wisatawan baik daritingkat regional maupun nasional, atau bahkaninternasional untuk lebih meningkatkan perekonomianmasyarakat.

Dalam kasus Kawasan Ngarsopuro initerdapat beberapa hal mendasar yang mendorongdiperlukannya sebuah identitas visual yaitu:1) Kawasan Ngarsopuro adalah kawasan potensi

wisata dan industri kreatif, dengan demikiandiharapkan dapat meningkatkan jumlahwisatawan dan peningkatan ekonomi. Promosidan identitas visual adalah sebuah kesatuan yangharus dibenahi.

2) Kawasan Ngarsopuro belum memiliki sebuahidentitas visual

3) Kawasan Ngarsopuro perlu memiliki strategi danmedia pemasaran secara konsisten.

Melihat dari identifikasi masalah yang adamaka diharapkan penilitian ini dapat mencapaiidentitas visual Kawasan Ngarsopuro yang dapatmencerminkan jatidirinya dan dapat mencerminkanbudaya Solo, sebagai salah satu upaya pembangunanSolo Berkarakter.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikandiatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalahyaitu, bagaimana merancang identitas visual KawasanNgarsopuro Solo yang mampu mewakili komponenunik dalam budaya Solo sebagai penunjang promosiwisata di Kota Solo. Perancangan tersebutdiharapkan juga dapat memperlihatkan bahwaKawasan Ngarsopuro juga layak dijadikan tempatwisata lokal namun berskala internasional.

Tujuan merancang identitas visual untukKawasan Ngarsopuro ini antara lain adalah :1) Merancang dan membangun sebuah brand yang

dapat menggambarkan Kawasan Ngarsopuro.2) Memberikan kesan yang indah, unik, dan menarik

untuk dikenal lebih baik di mata pengunjung.

Menciptakan sistem yang baik dan jelas untukKawasan Ngarsopuro baik dalam media promosimaupun di areanya sendiri, sehingga terlihat lebihtertata dan menarik di mata masyarakat

A. PariwisataMenurut Gunardi pariwisata adalah suatu

perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu,yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempatlain dengan maksud bukan untuk berusaha ataumencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapisemata-mata hanya untuk menikmati perjalanantersebut untuk bertamasya dan rekreasi2. Agar dapatmenjadi target tujuan dan menarik bagi kegiatanpariwisata maka sebuah destinasi memerlukankomponen pariwisata yang menurut Endar Sugiantorodan Sri Sulastiningrum dalam bukunya PengantarAkomodasi dan Restoran3, meliputi :1. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam,

budaya atau tata hidup dan sebagainya yangmemiliki daya tarik untuk dikunjungi atau yangmenjadi sasaran bagi wisatawan.

2. Sarana dan fasilitasa. Akomodasib. Restoranc. Biro perjalanand. Transportasi atau Jasa angkutane. Tempat penukaran uang (Money Changer)f. Atraksi Wisata

Page 3: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

153Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

g. Cinderamatah. Prasarana Pariwisata

Sumberdaya yang melekat pada sebuah kotayang dapat dikemas menjadi daya tarik wisata adalah4

balaikota, kawasan jalan, monumen kota, kuliner,kampus atau lembaga pendidikan, pusat perbelanjaan,alun-alun, museum dan pasar malam. Hampir setiapkota memiliki Balaikota yang sengaja dibangun untukdi gunakan sebagai pusat pemerintahan kota.Bangunan ini biasanya dibangun dengan arsitekturyang sangat indahnya dan memiliki karakteristiktertentu sesuai ciri khas sebuah kota. Kawasan Jalantertentu yang biasanya memiliki mitologi tertentuseperti horor, nostalgia, historis, heroik, dansebagainya yang biasanya melekat dan menjadi cirikhas tersendiri bagi setiap kota. Monumen Kota, yangmemiliki pesan edukasi historis atau sosial atau religiusyang biasanya juga dimiliki oleh kota-kota diIndonesia. Kuliner juga menjadi daya tarik tersendiriyang dapat dikemas oleh setiap kota di Indonesia untukmenjadi daya tarik wisata yang menarik. Lembagapendidikan atau kampus yang memang dirancang dancitrakan sebagai aset kota yang dapat dijadikan dayatarik wisata edukasi, dan ciri ini juga dimiliki hampirsebagian besar kota-kota di Indonesia. Pusatperbelanjaan (mall) atau pasar tradisional jugamenjadi ciri khas bagi setiap kota dan akan menjadidaya tarik yang amat penting untuk dikemas menjadidaya tarik wisata kota. Alun-alun dan taman kotaadalah ruang terbuka yang biasanya menjadi dayatarik wisata kota dan juga melekat pada identitassebuah kota. Museum juga dimiliki sebagian besarkota yang biasanya dikelola sebagai bagian dari wujudpelestarian terhadap benda-benda purbakala warisansebuah kota yang mungkin bernilai mitos, atau warisanbudaya. Pasar malam juga menjadi ciri khas sebuahkota dan pasar malam merupakan denyut jantungperekonomian sebuah kota, dan jika dapat dikelolasecara profesional akan dapat menjadi daya tarikwisata kota.

Kegiatan ekonomi dalam sebuah destinasiwisata memerlukan komunikasi pemasaran sebagaisarana peningkatan kualitas ekonomi. Kegiatankomunikasi pemasaran dalam tata kelola destinasiwisata diantaranya adalah:

1. Jaringan Pemasaran2. Event, Konferensi dan Festival3. Program Kerjasama4. Korespondensi Langsung5. Penjualan

6. Pameran7. Periklanan8. Tur Pengenalan dan Edukasi9. Publikasi

Berbagai faktor penarik yang dimiliki olehdestinasi wisata akan menyebabkan wisatawan akanmemilih daerah tujuan wisata tertentu untukmemenuhi keinginan dan kebutuhannya. Medlik danJackson dalam Pitana5 (2005: 62) menyebutkan adaempat aspek yang harus diperhatikan dalampenawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalahsebagai berikut.1. Aspek daya tarik destinasi.2. Aspek transportasi atau sering disebut

aksesibilitas.3. Aspek fasilitas utama dan pendukung.

Aspek kelembagaan; atribut sumberdayamanusia, sistem, dan kelembagaannya berupalembaga pariwisata yang akan mendukung sebuahdestinasi layak untuk dikunjungi, aspek kelembagaantersebut dapat berupa dukungan lembaga keamanan,lembaga pariwisata sebagai pengelola destinasi, danlembaga pendukung lainnya yang dapat menciptakankenyamanan wisatawan.

Kota Surakarta merupakan kota tujuanwisata penting di tingkat regional, nasional bahkaninternasional. Kota Surakarta memiliki 15 buah obyekdan daya tarik wisata diantaranya wisata sejarahseperti, Karaton Kasunanan Surakarta, PuraMangkunegaran, Museum Radyapustaka; WisataKuliner seperti jajanan khas Solo; Wisata Belanjaseperti Pasar Klewer, Pasar Antik Triwindu, Pasarmalam Ngarsopuro; Wisata Alam seperti TamanSatwataru Jurug, Taman Balekambang, TamanSriwedari dan didukung fasilitas dan sarana prasaranaseperti hotel berbintang sebanyak 17 buah, hotel melatisebanyak 107 buah serta home stay/pondok wisatasebanyak 5 buah6.

B. Destination BrandAmerican Marketing Association (AMA),

mendefinisikan brand sebagai sebuah nama, istilah,tanda, simbol atau desain, atau kombinasi dari merekayang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang danjasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untukmembedakan mereka dari para pesaing. Brand yangdimiliki oleh sebuah entitas akan menjadi kuat apabilamemiliki brand equity yang juga kuat. Brand equityakan meningkatkan efisiensi dan efektifitas programpemasaran, meningkatkan kesetiaan terhadap brand,

Page 4: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

154 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

meningkatkan margin keuntungan, meningkatkanbrand extension, dan meningkatkan keunggulanbersaing. Elemen yang membangun brand equityadalah brand awareness, brand associations,brand royalty, perceived quality dan other assets7.

Membangun respon yang positif darikonsumen akan meningkatkan image terhadapsebuah brand. Sebuah entitas yang yang diberikehidupan berupa brand akan menimbulkanperasaan indrawi seperti mahluk hidup. Sehinggamenghasilkan sikap konsumen sebagai hasil penilaianmereka atas penggunaan brand yang disebut denganbrand feelings. Brand feelings adalah respon danreaksi emosional konsumen terhadap brand. Reaksisemacam ini bisa berupa perasaan warmth, fun,excitement, security, social approval, dan selfrespect8.

Brand tidak saja diberlakukan hanya kepadabarang dan jasa akan tetapi sebuah negara, kota atautempat tujuan dapat dilakukan branding sebagaisebuah destinasi sesuai dengan identifikasi potensidaerah tujuan tersebut. Blain (2001) mendefinisikandestination brand9 sebagai:

The marketing activities that (1) supportthe creation of a name, symbol, logo, word markor other graphic that both identifies anddifferentiates the destination; (2) convey thepromise of a memorable travel experience that isuniquely associated with the destination; and (3)serve to consolidate and reinforce the recollectionof pleasurable mernories of the destinationexperience; all with the intent purpose of creatingan image that influences consumers decision tovisit the destination in question, as opposed toan alternative.

Blain menyebutkan ada tiga langkah yangdapat dilakukan untuk membentuk destination brandyaitu pertama adalah menciptakan nama, simbol, logo,wordmark, atau bentuk lain yang akan membuatsebuah kawasan tujuan dikenali dan berbeda dengantujuan yang lain. Kedua menyampaikan janji sebuahpengalaman perjalanan tidak terlupakan yang unikterhadap sebuah kawasan. Ketiga menjalankankonsolidasi dan penguatan ingatan yangmenyenangkan akan pengalaman sebuah kawasan.Ketiga langkah tersebut digunakan untuk membentukimage yang akan mempengaruhi keputusankonsumen/wisatawan untuk mengunjungi sebuahkawasan terhadap pesaingan kawasan yang lain.

Membangun destination brand yang efektifdiperlukan langkah yang panjang dan tidak mudah.Bierzynski (2011) menyebutkan ada lima tahap dalam

membangun destination brand10. Tahap pertamaadalah penelitian, analisis dan penentuan strategi,dalam tahap ini nilai esensial dari destinasi dan brandsudah ditetapkan. Nilai esensial dari destinasi danbrand harus relevan, tahan lama, dapatdikomunikasikan dan menarik perhatian. Tahap keduaadalah membentuk brand identity. Setelah nilaiesensial brand ditetapkan maka dapat dijadikanpijakan dan inspirasi setiap elemen identitas visual.Tahap ketiga adalah peluncuran dan perkenalanbrand. Tahap keempat adalah implementasi brandke berbagai media yang relevan untuk memeliharadan mempertahankan kehadiran brand. Tahap kelimaadalah melakukan monitor, evaluasi dan reviewterhadap keberadaan brand di masyarakat.

C. Identitas VisualIdentitas memberikan daya tarik untuk

memahami sebuah entitas, identitas akanmemperkenalkan kita terhadap entitas tersebut11.Entitas oleh Rustan disebut sebagai objek sebenarnyayang dimaksud, entitas bisa berupa objek fisik ataunon fisik12. Ketika pertama kali berkenalan denganseseorang maka hal pertama yang akan nampakadalah identitasnya seperti nama, wajah, pakaian,sikap dan hal lain yang nampak oleh pengelihatan.Selanjutnya timbul persepsi hasil dari intepretasiterhadap informasi yang didapat, yang menghasilkanimage. Simbol yang ditampilkan mencerminkanidentitas entitas dan membentuk image secarapositif13. Surianto Rustan dalam bukunya MendesainLogo menyebutkan bahwa identitas visual sebuahperusahaan tidak hanya dibentuk oleh sebuah logo14,namun juga elemen-elemen visual pendukung yangmuncul pada setiap komponen perusahaan. Denganadanya konsistensi penggunaan elemen visual padasebuah perusahaan akan semakin menguatkan posisidan identitas perusahaan di mata audien atau pihakterkait. Lebih lanjut Rustan menyatakan bahwaidentitas visual juga mencakup beberapa elemenpembentuk, diantaranya sebagai berikut: nama, logo,warna, tipografi, elemen gambar dan penerapanidentitas.

D. Kawasan NgarsopuroBeberapa penelitian seputar Kawasan

Ngarsopuro telah dilakukan, diantaranya adalahdilakukan oleh Hasto15 yang menganalisa perananpedagang di Pasar Malam Ngarsopuro dalampengembangan pasar tradisional sebagai warisanbudaya. Ciri khas budaya terutama budaya Jawadiwujudkan dalam pembangunan kembali kawasan

Page 5: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

155Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

yang dahulunya sangat padat dan tidak teraturmenjadi kawasan yang tertata rapi dan dapatmenampilkan kekhasan budaya. Kawasan yangmemiliki penampilan khas diperkuat dengan kegiatanekonomi dan sosial yang menampilkan kegiatankesenian dan kerajinan khas dari Solo menambahdaya tarik bagi pengunjung dan promosi wisata.Penelitian tentang Kawasan Ngarsopuro sebagaipotensi wisata beberapa kali juga pernah dilakukantetapi belum pernah ada yang membahas tentangbelum adanya identitas visual bagi KawasanNgarsopuro untuk kepentingan peninggkatan brandawareness untuk memperkenalkan KawasanNgarsopuro dan meningkatkan kunjungan wisatauntuk menunjang kegiatan ekonomi di Solo. Dalampenelitian kali ini, akan dirancang sebuah identitasvisual bagi Kawasan Ngarsopuro sebagai tandapengenal dan pembeda dari potensi wisata budayayang lain, sehingga dapat mencapai efektifitas dansesuai dengan target promosi wisata di Kota Solo.

E. Metode PenciptaanPerancangan ini mengikuti metode

perancangan Wheeler, Rustan, dan Sanyoto yangtelah disesuaikan dengan permasalahan yangdihadapi sehingga nantinya dapat menghasilkandesain yang efektif, dan komunikatif sesuai dengankebutuhan. Penelitian kekaryaan seni ini akanmerancang identitas visual bagi KawasanNgarsopuro, sehingga penelitian yang dilakukandengan penelitian kualitatif. Sebagai sebuah kegiatankomunikasi persuasif, perancangan ini menggunakanpendekatan A-A Procedure sebagai pentahapankomunikasi persuasif mulai dari usahamembangkitkan perhatian (attention) kemudianberusaha mempengaruhi orang untuk melakukankegiatan (action) seperti yang diharapkan16.Pendekatan psikologis, kritik seni dan pemasaran jugadigunakan dalam perancangan ini.

Untuk merancang sebuah identitas visualKawasan Ngarsopuro Solo maka diperlukan metodedalam memperoleh konsep dan hasil desainnya, antaralain yaitu melakukan studi dan pengumpulan databerupa data primer dan data sekunder dilakukandengan metode wawancara, observasi data dan studidokumentasi tentang ruang lingkup KawasanNgarsopuro, potensi dan keunggulan serta nilai-nilaiyang terkandung dalam budaya Jawa, selain itu untukmendapatkan hasil estetika yang baik makadiperlukan juga studi tentang kaidah-kaidah desainyang didapatkan melalui literatur buku, studi eksistingdan studi komparator atau pembanding. Setelah itu

data-data yang diperlukan diidentifikasi, dianalisis,dievaluasi, revisi, yang hasilnya digunakan sebagaiacuan dalam pembuatan konsep desain dan akhirnyaterpilih desain final yang siap untuk diaplikasikan.

F. Analisis Data dan Proses PenciptaanUlasan yang menyangkut analisis dalam

penelitian ini, lebih menekankan pada model interaksianalisis data kualitatif menggunakan pendekatan kritikseni holistik. Interaksi analisis dilakukan untukmenganalisis data kualitatif hasil pengumpulan dataempiris untuk mendapatkan hasil yang akurat daripemilahan secara klasifikasi dan identifikasi.

Hawkins dalan Soedarsono17

mengungkapkan salah satu proses penciptaan karyavisual adalah sebagai berikut:1) Eksplorasi, adalah proses eksplorasi visual

berdasar referensi dari tema yang telah ditentukansebelumnya kemudian dilakukan penjelajahansumber informasi yang berkaitan dengan tema.Sintesa data dilakukan pada tahap ini.

2) Eksperimentasi, adalah tahapan eksperimentasimedium yang akan digunakan danpengorganisasian elemen visual pembentuk nilaiestetik. Di desain dikenal dengan istilah tumbnailsatau kumpulan sketsa logo secara manual dibuatdengan pensil atau bolpen. Tahap ini merupakantahap untuk brainstorming visual logo darirangkuman creative brief atau transfer darisintesa data menjadi bentuk visual logo. Tahapselanjutnya dihasilkan alternatif desain kasar ataurough layout. Pada tahap akhir dihasilkanbeberapa alternatif pra desain lengkap atau com-prehensive layout.

3) Perwujudan, adalah aktivitas menentukan bentukciptaan sesuai dengan hasil eksperimentasisebelumnya serta penguatan konsep lewatlandasan teori dan data empirik yang ditemukandi lapangan. Pada tahap ini dihasilkan desainterpilih.

4) Evaluasi, dilakukan untuk mendapatkan umpanbalik agar hasil ciptaan sesuai dengan kualitasyang diinginkan dan menjawab permasalahn yangmuncul.

1. Strategi Kreatifa. Strategi Komunikasi1) Fakta Kunci:

· Ngarsopuro berhubungan secara geografisdengan Puro Mangkunegaran.

· Ngarsopuro belum memiliki logo.· Budaya Jawa menjadi aset dalam

Page 6: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

156 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

memperkuat karakter Kota Solo.· Ngarsopuro terletak di pusat kota.

2) Masalah yang dikomunikasikan:· Menunjukan keunikan Ngarsopuro· Memperlihatkan bahwa Kawasan

Ngarsopuro juga layak dijadikan tempatwisata lokal namun berskala internasional.

3) Tujuan yang dicapai· Merancang dan membangun sebuah brand

yang dapat menggambarkan KawasanNgarsopuro.

· Menciptakan sistem yang baik dan jelasuntuk Kawasan Ngarsopuro baik dalammedia promosi maupun di areanya sendiri,sehingga terlihat lebih tertata dan menarikdi mata masyarakat

4) Profil Target Audiencea) Demografi· Usia : 12 – 55 tahun· Jenis Kelamin : Pria, Wanita· Pendidikan : SMP keatas· Status : Belum menikah,

menikah, berkeluarga

· Pekerjaan : Wiraswasta, karyawan, pensiunan. pelajar

· Warga negara : Indonesia· Bahasa : Indonesiab) Geografi· Domisili : Perkotaan· Wilayah : Indonesia· Kepadatan Wilayah : Urban / perkotaan· Iklim : Tropisc) Psikografi· Kepribadian : Cinta keluarga,

dinamis, terbuka· Gaya hidup : Menyukai hal baru· Perilaku : Peduli terhadap

keluarga, traveling, wisata

5) Keyword (Big Idea):Heritage, Art and Cultural, Profesional

6) USPWisata keluarga yang berwawasan budayaJawa.

7) PositioningSebagai kawasan wisata belanja dan kulineruntuk keluarga dengan pelayanan profesionalyang memiliki kekhasan budaya.

8) Pendekatan EmosionalDengan pendekatan emosional target audien

diajak untuk menikmati kehangatan keluargadan keramahan budaya Jawa.

9) Respon yang diharapkanMendapatkan pengalaman baru yang sesuaidengan keinginan target audien di dalamkehangatan keluarga dan keramahan budayaJawa yang disajikan di Kawasan Ngarsopuro.

b. Strategi VerbalGaya bahasa yang digunakan bersifat dinamisdan bersahabat untuk merefleksikan sikapkeramahan.

c. Strategi VisualUnsur-unsur desain digunakan denganmemperhatikan karakter target audien sertapendekatan yang dilakukan:1) Bentuk logo tidak rumit, mudah dilihat dan

diingat.2) Warna yang ditampilkan berkesan dingin

(cool) dan natural, sesuai dengankarakter budaya di Puro Mangkunegaranyang disebut Hastagina:

- Warna pethak atau putih disebutmanikmaya, mempunyai khasiatmenolak rasa kecewa hati, memilikirasa tenggang rasa terhadap sesama.Dengan warna ini mendorong selaluberbuat kebaikan dan mencegahperbuatan tidak baik.

- Warna Ijem atau hijau dinamakanmanikmarchakundha, mempunyaikhasiat untuk menolak nafsu angkaramurka. Mendorong berbuat baik danmenjauhi hal-hal yang sifatnyaangkara murka dan segala kejahatan.

- Warna abrit atau merah, dinamakanmanikmarakat (zamrud berwarnamerah), warna ini fungsinya untukmenolak hawa nafsu.

- Warna cemeng atau hitamdinamakan cundhamani, menanam-kan sikap optimisme dalam menjalanikehidupan sehingga dengan sikapoptimisme tersebut dapat mendoronguntuk mencapai cita-cita.

- Warna dhadhu atau oranye,dinamakan manik-hardhataya.Dengan warna ini berarti beranimelakukan segala sesuatu, semangatdan percaya diri.

- Warna biru disebut manik-endrataya,

Page 7: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

157Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

semangat kerja yang tinggi.- Warna wungu atau ungu biasa

disebut manikarja mangundring,mempunyai khasiat sebagai penyejukhati.

- Warna jene atau kuning dinamakanmanikara, mempunyai khasiatmenolak rasa kantuk, tahan berjagadan mendatangkan rizki sandangpangan yang terus menerus.

3) Tipografi yang digunakan memiliki leg-ibility tinggi sehingga mudah bagi targetaudien untuk mendapatkan informasididalamnya.

4) Layout bersifat dinamis dan simple untukmemberikan kesan profesional kepadatarget audien yang dapat meningkatkankepercayaan target audien kepadakeramahan dan kehangatan KawasanNgarsopuro.

d. Strategi Media· Desain Logo Kawasan Ngarsopuro· Desain Facilities Sign· Desain pendukung

2. Desain LogoLogo yang akan dirancang adalah untuk

kawasan wisata di tengah Kota Solo, tepatnyadisekitaran Jalan Diponegoro dan tepat di depan PuroMangkunegaran. Nama Ngarsopuro digunakansebagai penamaan kawasan wisata belanja dankuliner untuk keluarga ini.a. Eksplorasi

· Data visual

Logo Puro Mangkunegaran

Logo Puro Mangkunegaran yang terbagimenjadi empat elemen, padi dan kapas, inisial MN,mahkota dan pancaran sinar matahari. Pancaransinar mulai diperkenalkan pada abad ke-19 tepatnyapada masa pemerintahan Mangkunegoro IV, lambangini mengacu pada Kerajaan Mataram dan Surakarta.Sudut delapan pada pancaran sinar tersebutmerupakan arah mata angin dan mempunyai maknafilosofis dan simbolis yang dimaksudkan untukkebaikan atau jalan menuju kebenaran dunia18.

Logo Puro Mangkunegaran di Pringgitan, terdapat perbedaandi typeface pada inisial MN.

Gerbang Puro Mangkunegaran dihiasi dengan motif khasMangkunegaran.

Page 8: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

158 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

Penari gambyong pareanom dengan busana dominasi hijaudan kuning.

b. EksperimentasiEksperimen desain logo kawasan

Ngarsopuro dilakukan setelah eksplorasi visual danstudi pustaka.

1) ThumbnailsThumbnails untuk menjaring ide visual logo,

dihasilkan beberapa ide dari data visual.

Page 9: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

159Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

Thumbnails hasil penjaringan ide denganmenggunakan pensil kemudian dilakukan prosesdigital untuk mendapatkan bentuk yang solid.

2) Rough layout

Layout kasar untuk pemilihan tipografi

Layout kasar untuk penggabungan tipografidan ilustrasi

Page 10: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

160 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

3) Comprehensive layout

Layout alternatif pemilihan warnamenggunakan konsep pareanom.

c. PerwujudanPerwujudan desain berdasarkan eksplorasi

visual eksperimentasi menghasilkan desain sebagaiberikut:

Perwujudan desain logo KawasanNgarsopuro dengan grid dan grayscale

Perwujudan desain logo KawasanNgarsopuro dengan aplikasi ukuran diperkecil hinggalebar 3 cm untuk mendapatkan penerapan yang sesuaiketika logo digunakan dengan ukuran diperkecil.

Page 11: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

161Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

Perwujudan desain logo KawasanNgarsopuro dengan aplikasi negatif untuk latarbelakang gelap atau hitam.

d. EvaluasiEvaluasi terhadap perwujudan desain logo

kawasan Ngarsopuro dapat dijabarkan sebagaiberikut:

Desain Facilities Sign1. Rumah makan

Gambar facilities sign tempat makan

2. Penginapan

Gambar facilities sign penginapan

1 Visibility

logo terlihat menonjol hingga dapat di identifikasi cepat dan mudah diingat.

2 Application logo dapat diterapkan ke berbagai macam teknis aplikasi.

3 Distinctiveness logo dapat membedakan dengan kompetitor.

4 Simplicity logo mudah dikenal. 5 Retention logo mudah diingat

6 Color

logo memiliki warna yang spesifik dan unik. Logo dapat diaplikasikan dalam hitam putih.

7 Descriptiveness logo mengungkapkan sifat (visi dan misi).

8 Timelessness logo diharapkan bisa bertahan lama

9 Modularity

logo bisa diadaptasikan ke berbagai macam aplikasi. Elemen logo dapat saling mendukung untuk menciptakan komunikasi yang selaras.

10 Equity logo diharapkan bisa bertahan lama

Page 12: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

162 Volume 6 No. 2 Desember 2014

Jurnal Penelitian Seni Budaya

3. Toilet

Gambar facilities sign toilet umum

4. Parkir

Gambar facilities sign tempat parkir

5. Wifi

Gambar facilities sign wifi area

SimpulanKawasan Ngarsapura merupakan kawasan

The Art and Cultural Street dengan harapan untukmemperkuat karakter kota dengan aksentuasi Jawadan melestarikan aset-aset budaya, baik yangtangible maupun intangible. Identitas yang selaludilekatkan dan dikonstruksi terus menerus tentangkota Solo adalah identitas budaya. PuraMangkunegaran menjadi sumber rujukan KawasanNgarsopuro dalam menampilkan budaya Jawa melaluipemilihan nama dan penggunaan unsur hias dilingkungan Mangkunegaran sebagai identitas visual.

Berdasarkan hasil penelitian denganmenggunakan metode perancangan Wheeler, Rustan,dan Sanyoto yang telah dijelaskan pada bab-babsebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwaidentitas visual Kawasan Ngarsopuro telahmenghasilkan desain yang efektif, dan komunikatifsesuai dengan kebutuhan. Desain logo destinationyang berkarakter menuntut integrasi aspek budayadan ciri khas tujuan wisata dengan prinsip desainseperti tipografi, warna dan elemen gambar.

Hasil desain logo Kawasan Ngarsopuro yangdihasilkan merupakan hasil dari analisis karaktervisual dan faktor pembeda yang menjadi ciri khasdari Ngarsopuro. Warna yang dilipilih merupakanwarna yang menjadi karakter sehingga dapatlangsung dikenali oleh konsumen sehingga selaludiingat. Penerapan logo pada beberapa signagedipengaruhi oleh ilustrasi pada logo untukmendapatkan kesatuan dan konsistensi.

Kepustakaan

Astuti, Nanda Ratna. Identifikasi Peran PusakaPerkotaan Dalam Pembentukan CitraKota Surakarta, Jurnal PerencanaanWilayah dan Kota ASAPPK Vol.1 No.1

Berryman, Gregg. 1979. Notes On Graphic DesingVisual Comunication. William Kaufmann,Inc: Los Altos

Bierzynski, Alyssa. 2011. Destination Branding andFirst Impressions. Jurnal tidak diterbitkan

Blain, Carmen Rae. Destination Branding in Des-tination Marketing Organizations. Jurnaltidak diterbitkan

Cenadi, Chritine Suharto. Juni 1999. Corporate Iden-tity, Sejarah, dan Aplikasinya. JurnalNirmana. Universitas Petra. Vol 1, No 2hal. 9, 75-76.

Page 13: INDENTITAS VISUAL DALAM DESTINATION BRANDING …

163Volume 6 No. 2 Desember 2014

Asmoro Nurhadi Panindias : Indentitas Visual dalam Destination Branding Kawasan Ngarsopuro

Gardner, Bill. Logo CreedGunardi, Gugun. Mei 2010. Identifikasi Potensi

Kawasan Wisata Kali Pasir, KotaTangerang. Jurnal PLANESA 28 Vo. 1,No. 1.

Hasto P, Hanggoro. 2010. Partisipasi PedagangNgarsapura Terhadap PengembanganPasar Tradisional Sebagai WarisanBudaya (Heritage). Jurusan SosiologiFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Uni-versitas Sebelas Maret Surakarta, SkripsiTidak Diterbitkan

Keller , Kevin Lane. 1998. Strategic BrandManagemenet: Building, Measuring,and Managing Brand Equity. New Jer-sey: Prentice Hall.

Kemenparekraf. Pedoman Pembentukan danPengembangan DMO

Majalah BRANDNA. 2008, Vol. 2, No 6, (hal 17-39) Destination Branding.

Peraturan Daerah Kota Surakarta No 2 Tahun 2010Pitana, I G., Gayatri, PG. 2005. Sosiologi Pariwisata.

Penerbit Andi Yogyakarta.Rustan, Surianto, S.Sn., 2009. Mendesain Logo.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama,Sanyoto, Sadjiman Ebdi, Drs. 2006. Metode

Perancangan Komunikasi VisualPeriklanan, Dimensi Press. Yogyakarta.

Setiawan, Rudi. 2003. Tinjauan Logo StasiunTelevisi di Indonesia. Bandung.

Sugiantoro, Endar dan Sri Sulartiningrum, 1996.Pengantar Akomodasi dan Restoran.Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sunarman, Yoseph Bayu. 2010. Bentuk Rupa danMakna Simbolis Ragam Hias di Puramangkunegaran Surakarta. Jurnal tidakditerbitkan

Thomas, Gregory. 2000. How to Design Logos,Symbols and Icons. North Light Books.Cincinnati.

Tjiptono, Fandy, 2005, Brand Management & Strat-egy, Andy Offset, Yogyakarta.

UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.Utama, I Gusti Bagus Rai. Pengembangan Wisata

Kota Sebagai Pariwisata Masa DepanIndonesia. Jurnal tidak diterbitkan.

Wahyurini, Octaviyanti Dwi, The Significance ofCity Logo in City Branding Strategy.

Wheeler, Alina. Designing Brand Identity.

WebsiteBiro Humas Provinsi jawa Tengah. Data Potensi

Unggulan Daerah kota Surakarta.www.birohumas.jatengprov.go.id (diakses12 Mei 2014)

Rejeki, Sri. 2010. “Industri Kreatif, Masa Depan KotaSolo”. http://bisniskeuangan.kompas.com/r e a d / 2 0 1 0 / 1 2 / 1 0 / 0 5 1 4 4 2 5 2 /Industri.Kreatif.Masa.Depan.Kota.Solo.(diakses 12 Mei 2014)

Saputro, Edy Purwo. 2013. “Kajian TentangMasterplan 2013 Pembangunan SoloMenuju Kota Berkarakter”. Joglosemar.http://edisicetak.joglosemar.co/berita/ka jian- tent ang-mas terp lan-2 01 3-p emb anguna n- s olo-menuju -kota -berkarakter-114147.html (diakses 12 Mei2014)

www.budaya-indonesia.org/Tari-Gambyong-2(diakses 19 Mei 2014)

www.hubert-herald.nl/IndoMangkunegaran.htm(diakses 19 Mei 2014)

Endnotes1 http://edisicetak.joglosemar.co2 Gunardi, Gugun. Hal 293 Sugiantoro, Endar4 Utama, I Gusti Bagus Rai.5 Pitana, I G., Gayatri, PG. Hal 626 Peraturan Daerah Kota Surakarta No 2 Tahun 20107 Aaker (1991)8 Tjiptono, Fandy.9 Blain, Carmen Rae. Hal. 1310 Bierzynski, Alyssa. Hal 14.11 Gardner, Bill.Hal 1812 Rustan, Surianto. Hal 1213 Cenadi, Christine Suharto. Hal 7314 Rustan, Surianto. Hal 5415 Hasto P, Hanggoro.16 Sanyoto, Sadjiman Ebdi,17 Soedarsono18 Sunarman, Yoseph Bayu.