e tourism tulisan1

14
KEPARIWISATAAN BERBASISKAN E-TOURISM DI INDONESIA Oleh : Andeka Rocky Tanaamah 1 Augie D. Manuputty 2 Abstrak Pariwisata Indonesia merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan pendapatan Negara apabila dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, berbagai aspek dalam bisnis kepariwisataan telah dikembangkan oleh pemerintah maupun para pelaku kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan pada sektor ini. Namun persoalan yang ada saat ini adalah pengoptimalan pemanfaatan teknologi internet dalam aplikasi kepariwisataan Indonesia belum di jalankan secara optimal. Oleh karena itu, pemanfaatan E-Tourism yang menekankan pada online booking, sebagai landasan dalam pengembangan pariwisata Indonesia merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Dengan berbasiskan internet, maka wisatawan dapat memperoleh informasi dan kepastian tempat samapi dengan melakukan kunjungan ke Indonesia. Key Word : Pariwisata, E-Tourism, Online Booking 1. Pendahuluan Peran penting sektor pariwisata dalam perekonomian sudah lama disadari. Hal ini tidak saja berlaku di negara maju, tetapi juga oleh negara sedang berkembang. Hal ini terbukti melalui pembentukan Departemen Pariwisata untuk tingkat nasional dan Dinas Pariwisata untuk tingkat daerah. Selain itu, terdapat suatu optimisme yang sangat tinggi bahwa pariwisata merupakan “agen” yang “powerfull” untuk melakukan perubahan sosial dan ekonomi terhadap suatu negara. Pariwisata memiliki peran penting dalam membuka lapangan kerja baru dan investasi, mengubah penggunaan lahan dan struktur ekonomi, serta memberikan sumbangan yang positif terhadap perekonomian suatu negara. Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Apalagi pengoptimalan potensi ini atas asumsi bahwa pariwisata merupakan sektor yang lebih menekankan pada penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan wisata. Hal ini menyebabkan berbagai organisasi dunia seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO), memberikan pengakuan bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai dimensi kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Lebih daripada itu, pariwisata juga memberikan kesempatan kepada setiap individu atau kelompok untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk memenuhi keingintahuan tentang dimensi lain diluar lingkungan mereka saat ini. Dalam kaitan dengan hal tersebut, secara berani dan tegas Naisbit (1994), menyatakan bahwa pariwisata yang semula hanya dinikmati oleh segelintir elit, sekarang merupakan hal paling mendasar dan sudah merupakan aspek yang sangat diperhatikan. Dilain pihak, Santosa (2002), memaparkan bahwa prospek pariwisata dunia ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound tourism ) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1 Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi ([email protected]) 2 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Sistem Informasi ([email protected]) 1

Upload: sufita-septriana

Post on 24-Apr-2015

62 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: e Tourism Tulisan1

KEPARIWISATAAN BERBASISKAN E-TOURISM DI INDONESIA

Oleh : Andeka Rocky Tanaamah1

Augie D. Manuputty2

Abstrak Pariwisata Indonesia merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan pendapatan Negara apabila dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, berbagai aspek dalam bisnis kepariwisataan telah dikembangkan oleh pemerintah maupun para pelaku kepariwisataan guna meningkatkan pendapatan pada sektor ini. Namun persoalan yang ada saat ini adalah pengoptimalan pemanfaatan teknologi internet dalam aplikasi kepariwisataan Indonesia belum di jalankan secara optimal. Oleh karena itu, pemanfaatan E-Tourism yang menekankan pada online booking, sebagai landasan dalam pengembangan pariwisata Indonesia merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan. Dengan berbasiskan internet, maka wisatawan dapat memperoleh informasi dan kepastian tempat samapi dengan melakukan kunjungan ke Indonesia. Key Word : Pariwisata, E-Tourism, Online Booking

1. Pendahuluan

Peran penting sektor pariwisata dalam perekonomian sudah lama disadari. Hal ini tidak saja berlaku di negara maju, tetapi juga oleh negara sedang berkembang. Hal ini terbukti melalui pembentukan Departemen Pariwisata untuk tingkat nasional dan Dinas Pariwisata untuk tingkat daerah. Selain itu, terdapat suatu optimisme yang sangat tinggi bahwa pariwisata merupakan “agen” yang “powerfull” untuk melakukan perubahan sosial dan ekonomi terhadap suatu negara. Pariwisata memiliki peran penting dalam membuka lapangan kerja baru dan investasi, mengubah penggunaan lahan dan struktur ekonomi, serta memberikan sumbangan yang positif terhadap perekonomian suatu negara.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka pariwisata dipandang sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan daerah. Apalagi pengoptimalan potensi ini atas asumsi bahwa pariwisata merupakan sektor yang lebih menekankan pada penyediaan jasa dengan mengoptimalkan potensi kawasan wisata. Hal ini menyebabkan berbagai organisasi dunia seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO), memberikan pengakuan bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai dimensi kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Lebih daripada itu, pariwisata juga memberikan kesempatan kepada setiap individu atau kelompok untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk memenuhi keingintahuan tentang dimensi lain diluar lingkungan mereka saat ini. Dalam kaitan dengan hal tersebut, secara berani dan tegas Naisbit (1994), menyatakan bahwa pariwisata yang semula hanya dinikmati oleh segelintir elit, sekarang merupakan hal paling mendasar dan sudah merupakan aspek yang sangat diperhatikan.

Dilain pihak, Santosa (2002), memaparkan bahwa prospek pariwisata dunia ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound tourism ) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan

1 Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi ([email protected]) 2 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Sistem Informasi ([email protected])

1

Page 2: e Tourism Tulisan1

1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.

Jika kita mengacu pada data World Tourism Organization ( 2005), terlihat bahwa pariwisata Indonesia pada tahun 2003, menduduki urutan ke empat. Posisi ini jelas memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia memiliki prospek yang sangat besar jikalau di kembangkan dengan baik. Melalui pembenahan sarana prasarana dan perkuatan partisipasi masyarakat, maka tidak mungkin sektor pariwisata di Indonesia menjadi salah satu sektor yang dapat di andalkan sama seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

Gambar 1 Data Kedatangan Wisatawan di ASEAN

2.178

4.3245.064 5.254 5.033

4.467

7.446 7.469

10.222

12.77513.292

10.577

4.842

6.4226.917 6.725 6.997

5.7055.299

6.952

9.57910.133

10.87310.082

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

1990 1995 2000 2001 2002 2003

Thou

sand

s

Brunai Kamboja Indonesia Laos MalaysaNyanmar Philipina Singapura Thailand Vietnam

Sumber : World Tourism Organization, 2005, Data di Olah Penulis Khusus untuk Indonesia, prospek pendapatan dari sektor pariwisata yang

tercermin dari jumlah kunjungan pariwisata meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2004), jumlah kunjungan wisatawan asing yang datang ke Indonesia pada tahun 1999 sebesar 4.727.520 orang; pada tahun 2000 naik menjadi 5.064.217 orang; pada tahun 2001 naik menjadi 5.153.620 orang; pada tahun 2002 sebesar 5.033.400 orang; dan pada tahun 2003 sebesar 4.467.021 orang. Jika dikaji lebih jauh, mengacu jumlah kunjungan wisatawan manca negara berdasarkan wilayah, maka pariwisata Indonesia memiliki prospek cerah, yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Jumlah Kunjungan wisatawan Manca Negara Berdasarkan Wilayah (%)

Wilayah 1999 2000 2001 2002 2003 Amerika 3,950 4,583 4,717 4,412 3,930Eropa 14,558 15,793 16,726 16,550 13,564ASEAN 39,447 40,480 41,031 41,438 46,638Asia Pasifik 40,571 37,703 36,030 36,121 34,489

Total 100 100 100 100 100 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004, Data di olah

Berdasarkan data yang dipaparkan pada Tabel 1, terlihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan selama 5 tahun menunjukkan bahwa wisatawan dari ASEAN dan Asia Pasifik memberikan kontribusi paling besar terhadap perkembangan pariwisata Indonesia. Dengan jumlah yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke

2

Page 3: e Tourism Tulisan1

tahun memberikan pemahaman kepada kita bahwa pariwisata Indonesia merupakan sektor yang cukup menjanjikan, apabila dikembangkan dengan baik.

Ada berbagai alternatif dalam mengembangkan potensi pariwisata seperti: pembenahan dan renovasi kawasan wisata, menciptakan daerah tujuan wisata, melakukan promosi melalui media maupun brosur-brosur, serta masih banyak lagi alternatif yang dapat dilakukan guna menunjang pengembangan wisata namun itu saja belum cukup untuk menjawab tantangan penanganan dunia pariwisata kita.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini telah menyita perhatian kalangan pariwisata untuk mengadopsi teknologi informasi ke dalam bisnis pariwisata. Hal ini terlihat melalui pemanfaatan internet untuk melakukan promosi serta melakukan transaksi-transaksi pariwisata. Pemanfaatan-pemanfaatan ini tercermin melalui aplikasi E-Tourism yang lebih menekankan pada online booking ke dalam industri pariwisata.

2. Tinjauan E-Tourism Konsep E-Tourism pada dasarnya merupakan konsep yang masih baru dan

belum mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata, khususnya di Indonesia. E-Tourism masih di lihat sebagai sesuatu hal yang masih perlu dikaji lebih jauh mengenai keberadaan. Meskipun dilain pihak dalam pengembangan pariwisata penekanan terhadap pemanfaatan Internet sudah tinggi, namun hal ini tidak di barengi dengan aplikasi internet tersebut sebagai alat pengembangan pariwisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengembangan E-Tourism sangat terkait erat dengan penggunaan internet sebagai media utama yang dipakai.

Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisah dalam perkembangan teknologi, teutama pariwisata. Internet telah menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk mempermudah kinerja pengembangan pariwisata di Indonesia. Lewat internet banyak hal bisa di akses secara mudah, serta digunakan oleh sebagian besar masyarakat didunia. Hal ini memungkinkan penyebaran informasi mengenai pengembangan pariwisata bisa diakses kapan, dimana, serta oleh siapa saja.

Khusus di Indonesia, sejak di kembangkan pada tahun 1994, internet mengalami perkembangan yang sangat pesat. Boerhanoeddin (2005), menyatakan bahwa tidak ada data yang pasti menyangkut jumlah pengguna internet di Indonesia, namun berdasarkan perkiraan, pada akhir tahun 1999 pemanfaatan internet telah mencapai 180.000 subscribers (Langganan/Pelanggan). Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pemanfaatan internet, maka Indonesia penduduki peringkat kedua terbesar setelah Cina di Asia. Pada saat ini, terdapat 46 ISP (Internet Service Provider) yang ada di Indonesia. Dari 46 ISP tersebut, yang beroperasi hanya sekitar 35 ISP. Namun pemanfaatan ISP tersebut masih berorentasi pada Industri skala menengah dan Besar, sedangkan pada sektor-sektor lainnya seperti pariwisata belum di manfaatkan secara optimal.

Pemanfaatan internet di Indonesia pada umumnya masih berada di kota-kota besar. Hal ini disebabkan karena internet masih dipandang sebagai produk yang hanya dipergunakan oleh kalangan tertentu. Dilain pihak, bagi kalangan kecil, dalam pemanfaatan internet lebih memilih “Warung Internet”. Pada warung internet, seorang pengguna dapat mengakses internet tanpa harus menjadi pelanggan ISP. User hanya membayar biaya per jam, dan tidak perlu membayar biaya telepon atau biaya internet,lebih daripada itu, user bebas dari masalah-masalah teknis seperti modem, kesulitan connect, dan lain sebagainya.

3

Page 4: e Tourism Tulisan1

Saat ini pelanggan internet di Indonesia diperkirakan berjumlah 200.000. Berdasarkan hal tersebut kita dapat perkirakan jumlah pengguna jasa internet di Indonesia mencapai 500.000 sampai 1.000.000 user. Hal ini bisa dipertanggungjawabkan karena satu PC biasanya dipakai oleh 3 sampai 5 orang, oleh karena itu jumlah pengguna internet lebih besar dari jumlah pelanggan.

Berdasarkan paparan diatas, nampaklah bahwa internet memiliki perkembangan yang sangat pesat. Namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana pemanfaatan internet yang tidak hanya terbatas pada sektor-sektor bisnis dan industri, namun merambah lebih jauh pada sektor-sektor lain, terutama pariwisata.

Dalam laporan ekonomi informasi (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa “in 2001, the E-commerce and development report (ECDR) analised e-commerce and tourism with a view to exploring how thE-Tourism industry was tarting to benefit from information technologies and the internet, as the effect on developing countries’ competitiveness in tourism market”. Paparan diatas memperlihatkan bahwa pariwisata dan bisnis berusaha meningkatkan manfaat teknologi informasi dan internet dengan melihat dampaknya terhadap negara berkembang melalui persaingan pasar pariwisata. Hal ini memberi penegasan bahwa industri pariwisata dinegara berkembang sangat merasakan manfaat dengan kehadiran teknologi informasi dan internet. Pemanfaatan internet dalam pasar pariwisata dipakai sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan strategis pariwisata, dan merupakan dasar perubahan/inovasi pariwisata yang lebih efektif. Hal ini terlihat dari pengembangan infrastruktur, human capacity, dan integrasi konsep elekronik bisnis tingkat rendah oleh penyedia pariwisata lokal, pemerintah, dengan menambah aturan utama dalam menumbuhkan paritisipasi dan pemasukan perusahaan pariwisata dalam pasar pariwisata global

Santosa (2004), secara tegas menyatakan bahwa Internet tidak semata-mata hanya merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk mendidik manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah ( to make life much easier) . Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi lainnya. Mereka lebih senang mencari sendiri apa yang ada di benaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang dipilihnya adalah yang terbaik. Lebih jauh Santosa (2004) menyatakan bahwa Pada saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya hanyalah membeli informasi yang berada di komputer melalui reservation systemnya, yang dibeli oleh wisatawan hanyalah “hak” untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun hotel.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka kebutuhan untuk melakukan perjalanan wisata akan sangat mudah, tanpa harus melalui birokrasi yang rumit dan sukar. Oleh karena itu, mengutip pernyataan Santosa (2004), yang menyatakan bahwa “if you are not online, then you are not on-sale. If your destination is not on the Web then it may well be ignored by the millions of people who now have access to the internet and who expect that every destination will have a comprehensive presence on the Web. The Web is the new destination marketing battleground and if you are not in there fighting then you cannot expect to win the battle for tourist dollars”. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa peranan internet melalui E-Tourism sangat penting dan perlu untuk diperhatikan dalam pengembangan pariwisata.

Hendriksson (2005), menyatakan bahwa ada empat karateristik utama bila kita ingin mengembangkan E-Tourism yaitu : 1) produk pariwisata; 2) dampak berantai yang ditimbulkan oleh industri pariwisata; 3) struktur industri pariwisata; 4) adalah ketersediaan perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Lebih jauh Eriksson menyatakan, dalam mempersiapkan karateristik E-Tourism, maka perlu

4

Page 5: e Tourism Tulisan1

dilakukan pembangunan untuk mencapai penyempurnaan pasar elekronik, seperti : 1) warisan sistem yang telah ada; 2) keberagaman informasi; 3) tidak ada standar global dalam penukaran data; 4) operasi tanpa batas.

Dalam Issues Brief (UNTAD, 2005), dinyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan pariwisata. Dampak ini muncul akibat pemanfaatan E-Tourism dalam melakukan tranformasi radikal dalam industri pariwisata, yang disebabkan karena pada saat ini masyarakat mencari tujuan pariwisata di internet. Khusus untuk negara berkembang, tidak banyak kasus yang mengambil manfaat dari kesempatan pariwisata baru. Berdasarkan studi kasus di Afrika, pembaharuan dan pemasaran pariwisata dilakukan dalam konteks internasional, dengan mengacu pada pelayanan providers negara maju. Hal ini dapat meningkatkan transaksi penjualan dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar (85%). Demikian pula dengan Carabia (80%), atau Asia yang ditunjukkan oleh Thailand (70%) dan India (40%).

Berdasarkan pemahaman diatas, dengan adanya akses tanpa batas dan biaya rendah maka fokus perhatian dicurahkan pada persaingan dalam pasar global, dan pembukaan jaringan perdagangan. Oleh karena itu, UNTAD (2005), menyarankan untuk melibatkan usaha kecil menengah pariwisata dalam jaringan teknologi informasi dan komunikasi global sebagai langkah terobosan dalam kebijakan nasional. Hal ini disebakan karena E-Tourism dipandang dapat membantu negara-negara berkembang dalam mengoptimalkan potensi-potensi yang belum dimanfaatkan selama ini sebagai peluang dalam pembangunan pariwisata.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka aplikasi internet dalam pariwisata pada dasarnya tercermin dalam suatu sistem distribusi pariwisata yang lebih mengarah pada tranformasi pemngembangan industri pariwisata dari perantara tradisional ke arah perantara internet, seperti yang terlihat dalam gambar 3.

Gambar 3

Sistem Distribusi Pariwisata

Sumber : UNTACT, Information Economy, 2005

Paparan gambar 3, menunjukkan beberapa sistem akses dengan menggunakan jalur internet untuk tiket pesawat, penginapan, rental mobil, dan berbagai jasa pelayanan lainnya. Gambar tersebut merupakan jalan keluar dalam jalur distribusi ketergantungan tingkat rendah dari sistem pelayanan konsumen tradisional dan sistem distribusi global. Dimana terdapat penghasil pariwisata (penginapan, pesawat, restauran, tempat rekreasi dan trasportasi lainnya), perantara tradisional seperti agen travel, operator tour, DMOs, dan asosiasi tour, serta daerah potensi pariwisata. Web

5

Page 6: e Tourism Tulisan1

memiliki peranan sebagai jembatan penghubung antara produsen pariwisata dan daerah potensi pariwisata. Karena secara langsung produsen pariwisata dapat mengetahui kondisi serta alternatif-alternatif yang bisa dijadikan bahan acuannya untuk memilih daerah wisata tujuan sebagai layanan kepada produsen pariwisata. Layanan ini dipermudah melalui Global Distribution System dan Consumer Distribution System.

Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005) memperlihatkan desain pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism yang menekankan pada sistem pemesanan online. Desain ini pada dasarnya memberikan gambaran yang cukup tentang bagaimana sistem sistem pengembangan pariwisata berbasiskan E-Tourism seharusnya berjalan, diharapkan sistem ini bisa dijadikan tulang punggung pengembangan pariwisata pariwisata pada masa yang akan datang.

Gambar 4

Desain Sistem Paket Liburan yang Akan Datang

Sumber : Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, 2005 Sistem ini didasarkan pada satu konsep layanan yang bisa dikatakan tidak

terbatas bagi turis ataupun konsumen yang akan berwisata. Konsep layanan untuk memuaskan turis atau konsumen ini didasarkan oleh beberapa aspek penting kesiapan sistem ini yang minimal mencakup antara lain: akomodasi, transportasi, serta fasilitas yang dapat mendukung aktivitas yang diinginkan oleh konsumen. Sedangkan yang menjadi dasar penting bagi konsumen mencakup antara lain harga, kesiapan, serta Dengan sistem ini pula jarak yang selama ini menjadi masalah dalam penyampaian informasi dapat diselesaikan dengan jalan online bookings, denga kata lain seorang konsumen mendapatkan informasi yang lebih solid, akurat dan cepat sehingga dia secara langsung dapat memutuskan daerah mana yang menjadi tujuan wisatanya.

Berangkat dari paparan diatas, maka sistem pengembangan kepariwisataan yang berbasis e-Tourism terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1) pengumpulan data, standarisasi, dan konsulidasi, manajemen serta implementasi, dan yang ke tiga adalah pemasarannya (gambar 5)

6

Page 7: e Tourism Tulisan1

Gambar 5 Konsep Dasar E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004 Berdasarkan gambar 5, terlihat ada tiga tingkatan utama dalam penyusunan sistem e Tourism yaitu : 1) Bagian-bagian koleksi data, yang merupakan dasar dalam dalam melakukan standarisasi dan konsolidasi. Pada bagian ini terdapat elemen-elemen seperti hotel, tempat rekreasi, serta event-event penting yang bisa diakses oleh konsumen. Oleh karena itu, pengumpulan data serta penerapan standarisasi dan konsulidasi menjadi tujuan utama dalam tingkatan pertama; 2) manajemen dan follow-up dalam hal ini mencakup perancangan sistem yang akan disusun berdasarkan bagian-bagian standarisasi dan konsolidasi pada tingkatan pertama; 3) mencakup aplikasi ataupun penerapan sistem yang terjadi dalam rangka pemasaran. tingkatan ketiga pada dasarnya merupakan tingkatan penyampaian dan penyebaran informasi kepada wisatawan.

Berdasarkan rancangan pengembangan yang telah dipaparkan pada gambar 5, maka dalam gambar 6 diperlihatkan contoh rancangan portal e-Tourism.

Gambar 6

Portal E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

7

Page 8: e Tourism Tulisan1

Pada gambar 6 dapat kita lihat contoh potensial dari pengembangan website yang merupakan tampilan awal dari website yang akan dirancang. Pada tampilan awal terdapat hal-hal penting dalam perancangan website, seperti: Data negara tempat tujuan wisata, tempat iklan, jaringan-jaringan partnership yang akan dibangun guna kelancaran dari proses pemesanan tempat nanti. Rancangan portal e-Tourism yang dikembangkan pada dasarnya merupakan langkah kedua setelah dilakukan pengumpulan, standarisasi, dan konsolidasi data. Data-data tersebut di generalisasi berdasarkan kebutuhan informasi dalam portal e-tourism.

Gambar 7 Manajemen Tools E-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

pada gambar 7 seorang wisatawan sudah memilih satu daerah atau negara

tujuan wisata tertentu, maka wisatawan akan berada pada level kedua dari website ini yang didalamnya berisi merek, bahasa serta keywords yang akan bisa diakses. Setelah itu ada juga bagian-bagian lain yakni manajemen tools yang bisa diakses. Dalam manajemen tools ini terdapat elemen seperti hotel, kerajinan tangan, tempat wisatanya, dan sebagainya. Hal-hal lain seperti gambaran dari akomodasi yang akan digunakan, juga terdapat dalam bagian ini.

Gambar 7

Pencitraan Fasilitas dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

8

Page 9: e Tourism Tulisan1

Guna menyakin wisatawan tentang fasilitas diberikan, sangat perlu didukung oleh gambaran visual sebagai alat pertimbangannya untuk menyakinkan wisatawan. Pada bagian ketiga ini disediakan foto atau deskripsi yang mencitrakan secara langsung, fasilitas ataupun akomodasi yang akan digunakan (Gambar 8).

Gambar 8 Online Booking dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

Gambar 8 memperlihatkan apabila wisatawan sudah menetapkan paket apa

saja yang akan dia pilih, baik itu transportasi, akomodasi atau fasilitas lainnya, wisatawan tersebut dapat melakukan pemesan secara online. Dalam bagian ini konsumen aka diminta untuk mengisi data diri yang valid atau sah, paket apa saja yang di minta, aktifitas yang akan nanti dijalani, tipe pembayaran seperti apa, validasi ataupun keabsahan dari pembayaran yang dia minta serta penetapan tanggal perjalanannya.

Gambar 9 Database Pusat dalam e-Tourism

Sumber : UNTACT, E-Tourism Initiative, 2004

9

Page 10: e Tourism Tulisan1

Gambar 9 memperlihatkan mengenai database pusat dalam Portal e-Tourism. Jika pemesanan sudah selesai maka sistem akan secara langsung menghubungkan pada database pusat yang mempermudah pengontrolan terhadap jumlah pendapatan, keseluruhan transaksi yang terjadi perhari, data diri dari pemesan serta infrastruktur yang ada. Khusus untuk di Asia Tenggara, salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah portal e-Tourism Malaysia. E-Tourism berbasis online booking yang di lakukan Malaysia dapat memberikan bukti bahwa kedatangan wisatawan di Malaysia pada saat ini ditunjang oleh pengembangan Portal E-Tourism yang berbasis Online Booking.

Gambar 10 Virtual Malaysia e–Tourism Portal

Homepage Virtual Malaysia e-Tourism Portal, diambil pada tanggal 23 Februari 2006

Gambar 10 memberikan memperlihatkan mengenai e-Tourism Portal Malaysia

merupakan integrasi terpadu penyampaian informasi dan pemesanan paket wisata yang dilakukan oleh Malaysia. E-tourism portal merupakan kumpulan informasi yang berisikan gambaran umum Negara Malaysia (geografis, sistem pemerintahan, mata uang, dll) serta secara khusus mengenai gambaran pariwisata di Malaysia, seperti fast fact, daerah tujuan, kegiatan, travel tool, pocket travel, peta malaysia, channel Virtual Malaysia, paket travel, dan komunitas travel). Berdasarkan pemahaman diatas, maka gambar 6, menunjukan sistem online booking yang dikembangkan oleh Malaysia.

Gambar 11 E-Tourism Portal Berbasiskan Online Booking di Malaysia

Homepage Virtual Malaysia e-Tourism Portal, diambil pada tanggal 23 Februari 2006

10

Page 11: e Tourism Tulisan1

Gambar 11 memperlihat e-Tourism Portal berbasiskan online booking di Malaysia. Online booking yang dikembangkan di malaysia merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan untuk memperoleh kepastian ketika mereka melakukan perjalanan ke malaysia. Oleh karena informasi yang disediakan dalam sistem ini antara lain : 1) tujuan; 2) lama perjalanan; 3) dana; 4) tanggal perjalanan; 5) tanggal kembali; 6) travel yang digunakan; 7) dan indentitas wisatawan. Ketika wisatawan tertarik untuk melakukan perjalanan ke Malaysia, maka mereka dapat melakukan pemesan melalui internet.

Berdasarkan paparan diatas, hal ini memberikan keuntungan untuk Malaysia, terutama dalam memperkuat posisi mereka sebagai “Malaysia True Asia”. Melalui e-Tourism berbasis online booking, Malaysia dapat memberikan informasi mengenai potensi wisata yang dimiliki, serta dapat memotong jasa perantara dari luar, sehingga pendapatan sepenuhnya menjadi pendapatan Malaysia. Paparan diatas memberikan pemahaman bahwa kehadiran e-Tourism berbasis online booking merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan untuk pengembangan pariwisata. E-Tourism berbasis online booking setidaknya dapat mengurangi kerugian negara tujuan wisata didalam meningkatkan pendapatan negara tersebut.

3. Kepariwisataan Berbasis E-Tourism di Indonesia E-Tourism yang dikembangkan di Indonesia pada saat ini belum menyentuh

pada aspek yang paling utama yaitu memberikan informasi dan kepastian bagi wisatawan ketika mereka memilih untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Disamping itu, masih bersifat spasial, Jikalau di bandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, dapat di katakan Indonesia sangat tertinggal untuk pengembangan E-Tourism.

Meskipun telah terjadi pemanfaatan internet dalam pengembangan pariwisata indonesia, namun belum menjawab pola pengembangan pariwisata terpadu berbasiskan e-Tourism Hal ini menjadi permasalahan dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.

Gambar 11

Homepage Pariwisata Indonesia

Homepage : www.Indonesia-tourism.com, diambil pada tanggal 24 Februari 2006

11

Page 12: e Tourism Tulisan1

Berdasarkan gambar 11, terlihat bahwa Indonesia sudah memiliki portal website yang cukup memadai, akan tetapi dari segi kontent atau isinya masih sederhana. Disamping itu, website pariwisata yang dikembangkan kurang memberikan informasi yang memadai,. Hal ini terlihat dari daerah Tujuan Wisata (DTW) yang diinformasikan hanya Jakarta dan Bali, dan belum menyentuh kekayaan pariwisata Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki anekaragam budaya. Pengembangan kepariwisataan Indonesia masih belum terpadu dan memiliki akses terbatas pada lingkup Nasional. Disamping itu, pengembangan kepariwisataan Indonesia tidak memiliki hubungan dengan kepariwisataan dengan Negara Tetangga (Malaysia, Thailand, dan Singapura). Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata Indonesia belum Optimal dalam mengembangkan e-Tourism.

Dengan memperhatikan kondisi kepariwisatan Indonesia, serta sinkronisasi sistem kepariwisataan terpadu, maka hendaknya kepariwisataan Indonesia melakukan transformasi pengembangan kepariwisataan dengan berbasiskan E-Tourism. Oleh karena itu, pengembangan E-Tourism sebaiknya lebih mendasarkan pada kondisi kepariwisataan Indonesia.

Gambar 12

Desain Sistem Kepariwisataan Berbasis E-Tourism di Indonesia

Berdasarkan gambar 12 kami mencoba untuk memaparkan sistem

kepariwisataan yang berbasiskan E-Tourism dengan penekanan pada online booking, dan mendasarkan pada sistem yang dibuat oleh Prantner, Siorpaes, dan Bachlechner, (2005), namun disesuaikan berdasarkan perkembangan pariwisata di Indonesia, dimana konsumen pariwisata kembali diperhadapkan dengan hal klasik seperti ketersediaan waktu dan harga/keuangan. Kemudian sistem ini juga diperhadapkan dengan masalah yang sama yakni akomodasi, transportasi, serta fasilitas dari aktivitas yang akan disiapkan. Namun yang berbeda dan menjadi ciri khas dari sistem ini adalah, adanya satu konsep objek wisata yang lebih terfokus untuk masalah kebudayaan, serta kawasan wisata yang ada.

Adapun alasan dasar mengapa hal-hal tersebut diangkat dan menjadi salah satu prioritas adalah karena lewat hal ini budaya Indonesia secara khusus diperkenalkan kepada konsumen dalam hal ini turis, dilain sisi budaya yang ada akan terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat, karena lewat budaya ini bukan saja identitas yang akan tetap dipertahankan namun juga lewat budaya, masyarakat setempat pun mendapatkan penghasilan. Begitu juga kawasan wisata yang selama ini memiliki potensi yang besar namun belum diperhatikan bisa dapat dimaksimalkan oleh pemerintah daerah. Lewat sistem online booking, sangat mempermudah konsumen merencanakan serta melakukan perhitungan yang tepat untuk mendapatkan paket liburannya. Hal ini

12

Page 13: e Tourism Tulisan1

disebabkan karena konsumen dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui kepastian biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan perjalanan. Disamping itu, wisatawan juga dapat memperoleh kepastian akan aktivitas yang akan dilakukan pada saat melakukan perjalanan.

Disisi lain, dengan adanya informasi yang komperhensif mengenai jarak ke lokasi wisata dan juga jaraka perjalanannya, maka akan mempermudah wisatawan dalam mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan ke lokasi wisata tersebut. Oleh karena itu, jarak, tidak lagi menjadi masalah yang terlalu signifikan dalam penyampaian informasi untuk efisiensi dan efektifitas wisatawan.

Berdasarkan pemahaman diatas, maka kehadiran E-Tourism dalam meningkatkan pendapatan pariwisata sangatlah penting. Pengoptimalan potensi pariwisata tidak hanya berada dalam aras pembenahan lokasi maupun objek wisata, namun harus diikuti dengan pemafaatan teknologi internet dalam melakukan promosi serta pemesanan langsung oleh wisatawan.

4. Penutup

Kepariwisataan Indonesia pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang dapat diandalkan untuk mengembangkan, dengan syarat pengembangan potensi ini didukung oleh pola perencanaan dan pengembangan yang menyeluruh dengan melibatkan pemanfaatan teknologi internet.

Namun perkembangan kepariwisataan ini harus didukung oleh pola pengelolaan internet dalam rangka menyediakan informasi yang menyeluruh bagi wisatawan, yang nantinya dapat dipakai sebagai alat pengambilan keputusan untuk melakukan perjalanan wisata. Mengacu pada pemahaman tersebut, maka E-Tourism perlu diletakan sebagai alat didalam mengembangkan kepariwisataan Indonesia terutama dalam penyediaan informasi dan pemesanan paket pariwisata oleh wisatawan. Belajar dari pengalaman Malaysia, persoalan utama yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan adalah ketidak tersediaan informasi yang menyeluruh tentang potensi pariwisata secara terintegrasi. Hal ini menyebabkan pariwisata Indonesia cenderung tertinggal di banding negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Oleh karena itu, didalam kepariwisataan, pengembangan e-Tourism berbasis online booking perlu menjadi perhatian Indonesia.

Melalui E-Tourism paling tidak dapat memberikan peningkatan pendapatan dalam bidang kepariwisataan bagi pariwisata Indonesia, dan juga mendorong promosi serta penyediaan informasi secara lengkap bagi wisatawan. Disisi lain, E-Tourism juga dapat mengurangi travel agen luar, sehingga semua pendapatan dari pengeluaran wisatan menjadi hak pariwisata Indonesia. Berdasarkan ketersediaan berbagai aspek seperti akamodasi, objek wisata, fasilitas untuk mendukung aktivitas wisatawan, , dan adanya informasi yang lengkap tentang jarak perjalanan dan didukung oleh kecocokan harga dan waktu, maka akan sangt membantu wisatawan untuk mengambil keputusan didalam melakukan perjalanan ke Indonesia.

13

Page 14: e Tourism Tulisan1

Daftar Pustaka • Biro Pusat Statistik, 2004., Jumlah Kunjungan wisatawan Manca Negara

Berdasarkan Wilayah: Jakarta. • Boerhanoeddin, Zuraida, 2005., E-Commerce In Indonesia; Indonesian

Satellite Corp • Darrell E. Owen, Idris F. Sulaiman, Sonia Baldia, Steven P. Mintz, 2001.,

Indonesia—Information and Communications Technologies (ICT) Assessment: USAID-funded Project with the Government of Indonesia

• English Tourism Council, 2002., E-Tourism in England: A Strategy For Modernising English Tourism Though E-Business: English Tourism Council

• EPOCH, 2005., Tourism Through Cultural Routes: www.epoch-net.org • Meningkatkan Transaksi Pariwisata Indonesia dengan Internet,

www.bogor.net • Naisbitt, John, Global Paradok, 1994s., Bigger the Wolrd Economy, the More

Powerful Its Smallest Players; William Morrow & Company Inc • Prantner Kathrin, Siorpaes Katharina, Beachlechner Daniel, 2005., On Tour

Semantic Web Search Assistant: Seminar on Semantic Web Technologies, Austria

• Prisma, 2003., E-Tourism: Prisma Strategic Guideline 6, http://www.prisma-eu.net

• Rachel Tym, 2005., E-Tourism: How the Internet is Transforming an Industry: European Tour Operator Association

• Santosa Setyanto P, 2002., Pengembangan Pariwisata Indonesia: www.google.com

• UNCTAD, 2005., E-Tourism in Developing Countries, More Links and Fewer Leaks: Issues Brief Number 8

• UNCTAD, 2005., Information Economy: www.unctad.org/e-comerce • United Nations Conference on Trade and Development, 2004., Unctad’s E-

Tourism Initiative: UNCTAD- United Nation • Virtual Malaysia E-Tourism Portal, Http://www.Virtualmalaysia.com • World Tourism Organization (2003/2004). Tourism Highlights. See

http://www.world-tourism • World Tourism Organization (2004). Compendium of Tourism Statistics. See

http://www.world-tourism.org

14