pembelajaran fisika dengan model inkuiri · pdf filed. metode penelitian ... grafik 4.5...
Post on 01-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK
DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya
Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika
OLEH : PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA
NIM. S831002055
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK
DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas
X Tahun Pelajaran 2010/2011)
Tesis Untuk memenuhi Persyaratan Mencapai gelar Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
OLEH : PRAMUDYA DWI ARISTYA PUTRA
NIM: S831002055
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing 1
Pembimbing 2
:
:
Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
………………
………………
………….
………….
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN MOTIVASI
BERPRESTASI SISWA
(Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)
Disusun Oleh:
Pramudya Dwi Aristya Putra
S831002055
Telah disahkan dan disetujui oleh Tim Penguji
Dewan Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Dra. Suparmi, M.A., Ph.D
NIP. 19520951 197603 2 001
………………
………….
Sekretaris : Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D
NIP. 19610306 198503 1 001
………………
………….
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19510102 197501 1 001
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
………………
………………
………….
………….
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 19520116 198003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Pramudya Dwi Aristya Putra
NIM : S.831002055
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA” (Studi Kasus Materi Dinamika
Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran
2010/2011) adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal yang bukan karya saya
dalam tesis ini diberitanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh tersebut.
Surakarta, 21 Juni 2011
Yang membuat pernyataan
Pramudya Dwi Aristya P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
perlindungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Tesis dengan judul
“PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING
DAN CTL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA”. (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel
di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011).
Sebagi persyaratan untuk mencapai derajat megister pada Program Studi
Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing dan
bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D selaku Direktor Program Pasca Sarjana UNS
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains selaku pembimbing II penyusunan tesis yang telah memberikan arahan
dan bimbingan yang sangat berharga.
3. Prof. Dr. H Ashadi sealaku pembimbing I penyusunan tesis yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun
tesis ini.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D dan Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D selaku dewan
penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi dalam penyusunan tesis
ini.
5. Drs. Agus Subroto, M.Pd.I Selaku kepala SMA Muhammadiyah 4 Surabaya
yang telah memberikan izin penelitian tesis.
6. Para Dosen Pengampu Program Studi Sains, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman
ilmu kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
7. Para karyawan Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas Pascasarjana yang
selalu memberi bantuan demi kelancaran penyelesaian proposal ini.
8. Kedua Orang Tuaku Bambang Susetyo dan Suparmi, S.Pd serta kakakku
tercinta Byuti yang senantiasa siang malam selalu mendoakan dan
memotivasi penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Fakultas
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berbagi dalam
banyak hal selama menjalani pendidikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terlaksananya penyusunan proposal ini.
Semoga semua budi baik yang diberikan semua pihak kepada penulis
mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Pemurah. Penulis berharap mudah-
mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
Wasalamu’alaikum wr. wb
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
HALAMAN MOTO .......................................................................................... xii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ xiii
ABSTRACK ........................................................................................................ xiv
ABSTRAK ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
C. Batasan Masalah ........................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Hakikat Belajar Fisika ............................................................. 15
2. Teori Belajar ........................................................................... 18
a. Teori Belajar Bandura ........................................................ 18
b. Teori Belajar Bruner ........................................................... 20
c. Prinsip Belajar Piaget ......................................................... 21
d. Teori Belajar Ausubel ......................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
e. Teori Belajar Konstruktif dan Kooperatif .......................... 25
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ............................... 25
4. Model Pembelajaran CTL ....................................................... 27
5. Kemampuan Berpikir Abstrak ................................................ 31
6. Motivasi Berprestasi ............................................................... 34
7. Prestasi Belajar ........................................................................ 36
8. Bahan Ajar Dinamika Partikel ............................................... 37
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 46
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 48
D. Hipotesis........................................................................................ 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian ......................................................................... 55
B. Waktu Penelitian ........................................................................... 55
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 55
D. Metode Penelitian ......................................................................... 56
E. Rancangan penelitian .................................................................... 56
F. Variabel Penelitian ........................................................................ 56
G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 59
H. Teknik Pengambilan data
I. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 60
J. Teknik Analisis data...................................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Motivasi Berprestasi ................................................................. 72
2. Kemampuan Berpikir Abstrak .................................................. 74
3. Prestasi Belajar ......................................................................... 77
B. Uji Prasyarat Analisis.................................................................... 81
C. Pengujian Hipotesis....................................................................... 91
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 96
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ....................................... 104
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
A. Simpulan ....................................................................................... 106
B. Implikasi........................................................................................ 108
C. Saran.............................................................................................. 109
Daftar Pustaka .................................................................................................... 110
Lampiran-Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Tahap pembelajaran inkuiri ................................................. 27
2. Tabel 2.2 Tahap pembelajaran CTL ..................................................... 30
3. Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian .............................................. 55
4. Tabel 3.2 Rancangan penelitian ........................................................... 56
5. Tabel 3.3 Hasil Validitas angket motivasi berprestasi ......................... 61
6. Tabel 3.4 Hasil Validitas kemampuan berpikir abstrak ....................... 61
7. Tabel 3.5 Hasil Validitas tes prestasi belajar siswa .............................. 61
8. Tabel 3.6 Taraf kesukaran tes prestasi belajar ...................................... 63
9. Tabel 3.7 Daya beda tes prestasi belajar siswa ..................................... 64
10. Tabel 3.8 Rancangan komputasi data statistik ..................................... 68
11. Tabel 4.1 Deskripsi motivasi berprestasi siswa .................................... 72
12. Tabel 4.2 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri ................. 73
13. Tabel 4.3 frekuensi nilai motivasi berprestasi kelas CTL .................... 74
14. Tabel 4.4 Deskripsi kemampuan berpikir abstrak siswa ...................... 75
15. Tabel 4.5 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak inkuiri ............ 76
16. Tabel 4.6 Frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak CTL ............... 76
17. Tabel 4.7 Deskripsi nilai prestasi belajar siswa ranah kognitif ............ 78
18. Tabel 4.8 frekuensi nilai prestasi belajar kelas inkuiri ......................... 78
19. Tabel 4.9 frekuensi nilai prestasibelajar kelas CTL ............................. 79
20. Tabel 4.10 uji normalitas prestasi belajar berdasarkan model.............. 82
21. Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas ......................................................... 90
22. Tabel 4.12 Pemetaan analisis menggunakan anava .............................. 91
23. Tabel 4.13 Hasil analisis anava ............................................................ 91
24. Tabel 4.14 Hasil uji scheff efek hubungan antar faktor ....................... 94
25. Tabel 4.15 Perbandingan antara faktor ................................................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 4.1 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri .................... 73
2. Grafik 4.2 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas CTL ....................... 74
3. Grafik 4.3 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas inkuiri ...... 76
4. Grafik 4.4 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak kelas CTL .......... 77
5. Grafik 4.5 Prestasi belajar kognitif siswa kelas inkuiri ........................ 78
6. Grafik 4.6 Prestasi belajar kognitif siswa kelas CTL ........................... 79
7. Grafik 4.7 Perbandingan nilai prestasi psikomotor inkuiri & CTL ...... 89
8. Grafik 4.8 Perbandingan nilai prestasi afektif inkuiri & CTL .............. 81
9. Grafik 4.9 Normalitas kemampuan berpikir abstrak CTL .................... 83
10. Grafik 4.10 Normalitas kemampuan berpikir abstrak inkuiri .............. 83
11. Grafik 4.11 Normalitas motivasi berprestasi kelas CTL ...................... 84
12. Grafik 4.12 Normalitas mottivasi berprestasi kelasinkuiri ................... 84
13. Grafik 4.13 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak
Tinggi ..................................................................................................... 85
14. Grafik 4.14 Normalitas siswa dengan kemampuan berpikir abstrak
Rendah ................................................................................................... 85
15. Grafik 4.15 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi tinggi ....... 86
16. Grafik 4.16 Normalitas siswa dengan motivasi berprestasi rendah ..... 86
17. Grafik 4.17 Normalitas prestasi kognitif kelas model CTL ................. 87
18. Grafik 4.18 Normalitas prestasi kognitif kelas model inkuiri .............. 87
19. Grafik 4.19 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan
berpikir abstrak tinggi ........................................................................... 88
20. Grafik 4.20 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan kemampuan
berpikir abstrak rendah ........................................................................... 88
21. Grafik 4.21 normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi
berprestasi tinggi .................................................................................... 89
22. Grafik 4.22 Normalitas prestasi kognitif siswa dengan motivasi
berprestasi rendah .................................................................................. 90
23. Grafik 4.23 Interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Berpikir abstrak siswa ............................................................................ 100
24. Grafik 4.14 Interaksi antara motivasi berprestasi dengan metode yang
Digunakan ............................................................................................. 102
25. Grafik 4.15 Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa
Dengan motivasi berprestasi siswa ........................................................ 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel dan Robinson ... 24
2. Gambar 2.2 Gaya yang bekerja pada balok yang menggantung .......... 39
3. Gambar 2.3 Percepatan sebanding dengan F dan arahnya sama .......... 41
4. Gambar 2.4 Gaya gesek arahnya berlawanan dengan arah benda ........ 43
5. Gambar 2.5 F>fs benda bergerak dengan percepatan a dan gaya gesek
Yang bekereja adalah gaya gesek kinetis ............................................. 44
6. Gambar 2.6 Gaya kontak suatu benda jika dikenai gaya ke kanan dan
Bidang sentuh kasar .............................................................................. 45
7. Gambar 2.7 sebuah benda pada bidang miring .................................... 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
HALAMAN MOTO
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu berputus asa padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S. Ali ’Imron: 139)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Telah ku goreskan seberkas sejarah dalam hidupku, kukorbankan
semua yang kupunya untuk mencapai cita-cita mulia, karena itu kupersembahkan karyaku ini untuk:
· Kedua Orang tuaku yang senantiasa selalu mendoakan dan mendukungku
dalam kebaikan semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesejahteraan.
· Kakakku Byuti Pradiana Nugraheni yang selalu memberikan arahan dan
dukungan menjalani nikmat yang diberikan Allah SWT.
· Keponakanku Nabila Syahwa Oktaviani Putri yang selalu menceriakan hari-
hariku semoga engkau mampu merasakan apa yang telah aku lakukan dalam
menyelesaikan Tesis ini.
· Istriku tercinta yang selalu bersabar dan bersyukur dalam segala hal keadaan.
· Anak-anakku tercinta semoga kelak engkau dapat mengikuti jejakku dalam
kebaikan.
· Saudara-saudaraku yang telah memberikan Motivasi selama menyelesaikan
Tesis ini.
· Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Physics Learning using Guided Inquiry and CTL Model overviewed from Abstract Thinking Ability and Achievement Motivation (A case study of Dynamic particle material for grade X in Muhammadiyah 4 Senior High School Surabaya Academic Year 2010/2011). Thesis Advisor: I. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, II. Prof. Dr. H. Ashadi, Science Education Program ,Postgraduate Program Sebelas Maret University Surakarta, 2011.
The purpose of the research were to know: 1) The effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) The effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) The effect of motivation achievement towards student learning achievement. 4) The interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the thinking abstract ability toward student learning achievement. 5) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement toward student learning achievement. 6) The interaction between abstract thinking ability and motivation achievement toward student learning achievement. 7) The interaction between guided inquiry learning model and CTL with motivation achievement and the abstract thinking ability toward student learning achievement.
The research used experimental method and was done in June – December 2010. The research population was the student of grade X in Muhammadiyah 4 Surabaya Senior high school. The research sample was taken using cluster random sampling, Class X1 was guided inquiry method and class X2 for CTL method. The data was collected using test for student achievement and abstract thinking ability and questioner for achievement motivation. The hypothesis were tested using ANOVA three ways technique with unequal cell.
The result of data analysis were: 1) there was no effect of guided inquiry learning model and CTL toward the student learning achievement. 2) there was effect of abstract thinking ability toward student learning achievement. 3) there was effect of achievement motivation toward student learning achievement. 4) there was interaction between guided inquiry learning model and the CTL with the ability to abstract thinking ability student toward student learning achievement. 5) there was no interaction between inquiry learning model and CTL with achievement motivation toward student learning achievement. 6) there was no interaction between abstract thinking ability with achievement motivation toward student learning achievement. 7) there was no interaction between guided inquiry learning model and CTL with achievement motivation and the abstract thinking ability toward student learning achievement.
Key word : Guided inquiry, CTL, abstract thinking ability, achievement motivation, learning achievement, dynamics particle.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK Pramudya Dwi Aristya Putra, S831002055, 2011 “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing dan CTL ditinjau dari Aspek Kemampuan Berpikir Abstrak dan Motivasi Berprestasi Siswa (Studi Kasus Materi Dinamika Partikel di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya Kelas X Tahun Pelajaran 2010/2011)” Tesis Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. H. Ashadi, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestassi belajar siswa. (2) Pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa. (3) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa. (4) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. (5) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (7) Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunankan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan Juni – Desember 2010. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dan penentuan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas. Kelas X1 menggunakan metode inkuiri dan kelas X2 menggunakan metode CTL. Data diambil dari tes untuk prestasi belajar dan kemampuan berpikir abstrak sedangkan untuk motivasi berprestasi data diperoleh dari angket. Analisis yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan desain factorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji Analisis of means.
Dari data analisis bisa disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi belajar siswa. (2) Terdapat pengaruh kemampuan berpikir abstrak tinggi rendah terhadap prestasi belajar. (3) Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa,. (5) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa. (6) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (7) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Kata Kunci: Inkuiri Terbimbing, CTL, Kemampuan berpikir Abstrak Motivasi berprestasi, Prestasi Belajar Siswa, dinamika partikel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi dewasa ini merupakan satu gejala yang tidak dapat
dicegah. Manusia terus mengembangkan kualitas diri untuk senantiasa
memudahkan dalam mengakses informasi. Dengan adanya kemudahan akses
informasi maka seakan batas antara suatu negara tidak menjadi penghalang.
Apabila hal ini disadari maka sebenarnya timbul suatu tantangan yang harus
dijawab termasuk oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah masalah lapangan
kerja. Tentu saja semakin berkembang beragam ilmu pengetahuan dan teknologi
maka tidak dipungkiri suatu pemegang modal akan senantiasa mengutamakan
sumber daya manusia yang berkualitas. Tidak heran jika kebanyakan dari warga
negara Indonesia memilih bekerja ke luar negeri dengan iming-iming penghasilan
yang lebih besar jika dibandingkan di negeri sendiri. Walaupun mereka hanya
bekerja sebagai tenaga menengah ke bawah. Kenyataan yang dihadapi justru
banyak masalah yang menimpa pahlawan devisa negara. Dalam harian kompas 15
juni 2009 Siti hadjar mengalami penganiyaan oleh majikan di kajang, selanggor
Malaysia. Ini adalah salah satu bukti bahwa bekerja di luar negeri tidaklah
senyaman yang dibayangkan kebanyakan orang.
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia terkait
dengan SDM salah satu penyebabnya adalah pendidikan di mana kompetensi
lulusan sekolah ini masih rendah. Di sekolah siswa hanya diajarkan
menyelesaikan masalah-masalah akademik saja sehingga tidak mampu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mengaplikasikan dalam gejala-gejala kehidupan yang nyata. Guru hanya
memberikan materi atau informasi yang cenderung dengan pola pengajaran
ceramah dan tanya jawab yang lebih dikenal dengan textbook center. Imbas dari
kegiatan belajar seperti inilah yang menyebabkan pengetahuan siswa hanya
sekadar pada sesuatu yang telah diberikan guru saja kemudian akhirnya siswa
akan berperilaku pasif dalam kegiatan belajar, dengan pasifnya kondisi siswa
maka akan berpengaruh pada pola kerja dan wawasan siswa.
Sebagai contoh di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya dengan pelaksanaan
pembelajaran hanya sebatas textbook center memberikan suatu hasil prestasi
belajar siswa rata-rata belum memadai, hanya berkisar antara 70 saja ditiap bab
pelajaran. Untuk lebih jelas dapat disajikan dalam tabel 1.1
Tabel 1.1 Deskripsi ketuntasan siswa SMA Muhammadiyah 4 Surabaya mata pelajararan Fisika pada materi dinamika partikel
No Tahun KKM Tuntas Tidak Tuntas 2007/2008 65 47 % 53 % 2008/2009 65 48 % 52 % 2009/2010 70 60 % 40 %
Dari tabel 1.1 di atas maka dapat ditarik suatu simpulan bahwa hampir 50% siswa
dikatakatan belum tuntas tiap tahunnya. Padahal menurut kurikulum 2004
pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75% nilai kelas telah tuntas.
Menurut KTSP dituliskan bahwa “Ilmu Pengatahuan Alam (IPA)
merupakan ilmu yang berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang fenomena
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan ilmu
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas,2006). Pernyataan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menunjukkan bahwa pembelajaran IPA khususnya fisika merupakan suatu ilmu
yang harus diajarkan dalam suatu proses penemuan. Selain itu kurangnya
ketrampilan guru dalam menganalisis materi pembelajaran yang akan
disampaikan akan mengakibatkan materi yang diajarkan kurang cocok dengan
model pembelajaran. Misalnya materi dinamika partikel hanya diajarkan dengan
metode ceramah. Padahal apabila ditelaah lebih lanjut karakter materi ini akan
lebih baik jika diajarkan dengan metode percobaan atau eksperimen. Kurang
variasinya guru dalam menyampaikan proses pembelajaran tidak menutup
kemungkinan siswa akan cepat jenuh dan mengabaikan materi yang disampaikan
oleh guru.
Apabila diamati lebih lanjut tentunya kondisi siswa juga akan berpengaruh
dalam menentukan perolehan prestasi belajar, misalnya motivasi berprestasi, gaya
belajar, kemampuan awal, IQ , kemampuan berpikir abstrak dan lain sebagainya.
Hal yang demikian kurang sekali diperhatikan oleh pendidik di Indonesia pada
umumnya. Mereka seakan mampu menyamaratakan kemampuan anak yang
sebenarnya berbeda-beda. Apalagi kondisi belajar di sekolah negeri dengan rata-
rata siswa satu kelas antara 30 sampai dengan 40 memberikan efek yang kurang
maksimal jika harus memperhatikan kemampuan internal siswa.
Permasalahan berikutnya adalah materi yang diajarkan pada siswa kelas X
pada khususnya. Sesuai dengan kurikulum Depdiknas dalam KTSP meliputi
pengukuran, vektor, gerak lurus dan melingkar serta dinamika partikel. Jika
ditelaah lebih lanjut materi-materi yang disajikan dalam semester 1 ini akan saling
berkaitan. Konsep dari suatu materi yang akan diajarkan harus berpijak dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
konsep materi sebelumnya. Sehingga perlunya model pembelajaran yang mampu
untuk mengantarkan dari memori jangka pendek siswa ke dalam memori jangka
panjang siswa. Namun kenyataan yang dihadapi proses pemberian pelajaran fisika
dipandang hanya merupakan suatu rangkaian yang terpisah.
Prasarana yang dihadapi tentunya juga akan memberikan hasil yang lain
terhadap prestasi belajar siswa. Prasarana ini adalah syarat mutlak dalam proses
belajar-mengajar. Prasarana bisa meliputi media pembelajaran yang digunakan
baik itu internet atau sebatas dengan peralatan manual yang ada. Apabila sekolah
memiliki sarana dan prasarana yang lebih banyak atau lengkap maka ketercapaian
prestasi belajar siswa akan cenderung lebih mudah. Prasarana yang lengkap ini
akan digunakan siswa sendiri dalam mengembangkan kecakapan perolehan ilmu
pengetahuan baik secara bimbingan ataupun secara mandiri. Akan tetapi jika
sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah hanya terbatas dan kurang lengkap
sebaiknya guru mampu berkreasi dengan lingkungan sekitar. Dengan interaksi
antara lingkungan dan proses pembelajaran harapan yang diberikan adalah
ketercapaian prestasi belajar akan lebih baik
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berusaha meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara, mulai perubahan kurikulum,
subsidi operasional, stadarisasi Ujian Nasional (UN) dan lain sebagainya. Inovasi
pembelajaran tidak juga ditinggalkan demi terciptanya SDM yang berkualitas.
Pembelajaran mulai diarahkan berpusat kepada siswa (student center) yang
diyakini sebagai salah satu solusi menangani pembelajaran yang pasif. Guru lebih
banyak mengatur strategi belajar daripada hanya sekadar memberikan informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sehingga tugas guru adalah lebih banyak mengelola kelas sebagai suatu kelompok
belajar yang dapat bekerja sama dan menghasilkan produk baru. Dengan pola
pembelajaran seperti ini maka siswa akan berusaha memanfaatkan media yang
ada baik visual, audio atau bahkan audio visual. Selain itu informasipun dapat
mereka cari dari tempat tinggal mereka.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang diduga
mampu untuk mengimplemantasikan dan memecahkan masalah yang ditemui
siswa dalam kehidupan sehari-hari. inkuiri adalah suatu proses ilmiah yang
mengacu pada cara belajar ilmuan dengan mengusulkan penjelasan berdasarkan
bukti dari cara memperoleh hasil mereka. Sehingga proses ini mampu
mengembangkan pengetahuan mereka (Wenning,2007). Dengan bimbingan dari
guru siswa berusaha untuk menjelaskan hubungan yang tekait antara konsep,
fakta-fakta dan prinsip dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan
pembelajaran inkuiri siswa diharapkan akan mampu untuk melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuannya untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis dan analisis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Lain daripada itu, pelaksanaan pembelajran inkuiri juga tidak sebatas
dengan pengguanan laboratorium sebagai tempat untuk bereksperimen.
Pengamatan atau obsevasi pada suatu obyek penelitian juga dirasakan penting
untuk menemukan suatu konsep fisika. Pengamatan objek dan gejala alam
dilakukan dengan lima indra yaitu penglihat (mata), alat pembau (hidung), alat
pengecap (lidah), alat peraba (kulit) dan alat pendengar (telinga). Perlu diingat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bahwa pengamatan harus dilakukan secara menyeluruh meliputi semua obyek
yang diamati. Sebagai contohnya lampu yang sedang menyala, pengamatan perlu
dilakukan sumbernya, nyala lampunya dan juga jenis lampu bahkan sampai
dengan filamen lampu. Pengamatan yang dilakukan juga harus melibatkan
sebanyak mungkin indra dan juga alat ukur.
Untuk itulah penggunaan model pembelajaran CTL merupakan pembanding
ideal pelaksanaan proses pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran CTL adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat
makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi (Johnson, 2007:67).
Pelajaran sering berjalan terbaik bagi diri siswa apabila para siswa mempuyai
peluang untuk menyatakan gagasan dan pendapat mereka sehingga pengalaman
inilah yang akan menjadi pelajaran bagi mereka (Crawford,2009). Dari sini dapat
digambarkan sebuah peristiwa yaitu adanya penemuan makna dari siswa dengan
menghubungkan peristiwa di sekitar siswa dengan akademik yang ada di sekolah.
Ketika siswa dapat menemukan makna maka mereka akan menemukan alasan
untuk belajar. Oleh sebab itu siswa mempunyai motivasi dari dalam diri mereka.
Dalam pendekatan belajar dengan menggunakan CTL terdapat tujuh komponen
antara lain konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian yang sebenarnya (Depdiknas, 2007). Pembelajaran CTL
akan menetapkan tujuh kompenen ini dalam tahap-tahap pembelajaran yang
diberikan sehingga akan menjadikan pembalajaran ini sebagai satu kesatuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dalam pelaksanaan pembelajaran tentunya akan sangat membantu siswa
apabila memiliki pola pemikiran abstrak. Karena dalam ilmu fisika selain siswa
dituntut untuk mampu melakukan suatu percobaan atau eksperimen tentunya dari
data-data yang mereka peroleh akan dianalisis menjadi sebuah kesimpulan dari
suatu gajala alam. Kemampuan berpikir abstrak merupakan sekumpulan
ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan
proses aktif dinamis yang bersifat ideasional dalam rangka pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
Berpijak hal yang demikian dalam melakukan eksperimen tidak akan
meninggalkan suatu motivasi kinerja bagi seorang siswa. Motivasi sendiri adalah
sutau dorongan kepada seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Jika motivasi
ini tinggi maka akan senantiasa melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan
sistematis sehingga hasil akhir dari pelaksanaan model pembelajaran ini akan
tercapai yaitu menigkatnya prsestasi belajar siswa sebagai pembelajaran tuntas.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taasoobshirazi dalam international journal
(2007) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi yang dimiliki oleh peserta didik
wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan peserta didik pria. Hal ini
dikarenakan wanita memiliki motivasi intrinsiknya lebih rendah, tingkat
kecemasan lebih tinggi dan tidak sesuai dengan karir mereka. Karena itulah dapat
di sarankan dalam pembelajaran fisika memberikan tugas proyek yang
menghubungkan ilmu fisika yang menjadi pokok bahasan di ruang kelas, tujuan
karir dan pengalaman hidup sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Karakteristik materi dinamika partikel dalam kehidupan sehari-hari bisa
langsung diamati oleh siswa, misalnya seorang yang mendorong meja dengan
gaya tertentu sehingga meja dapat berpindah. Sesuai dengan dasar penemuan
konsep dinamika partikel mampu ditemukan oleh para ahli fisika melalui
pengamatan. Kegiatan pengamatanpun bermacam-macam bisa melalui kegiatan
eksperimen, observasi, pembelajaran proyek, investigasi dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu akankah lebih baik jika proses pembelajaran di dalam kelas dapat
dikembalikan sebagai mana para ilmuan mampu menemukan konsep ini. Melalui
model pembelajaran inkuiri siswa mampu bereksperimen di laboratorium
sehingga siswa dapat menemukan konsep fisika secara langsung. Selain itu
kegiatan pembelajaran CTL akan mampu menerapkan suatu konsep dinamika
partikel dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan menampilkan hasil karya guna
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep yang telah ditemukan.
Proses eksperimen akan diperlukan kemampuan berpikir abstrak siswa sehingga
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh siswa maka akan ditarik suatu
simpulan konsep dinamika partikel. Kegiatan eksperimen tidak selalu langsung
menemukan suatu konsep dasar. Ada kalanya kegiatan ini akan menemui
kegagalan sehingga perlu adanya motivasi berprestasi untuk terus berusaha dalam
melakukan serangkain kegiatan pembelajaran. Untuk itulah maka dilakukan suatu
Penelitian dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing
dan CTL ditinjau dari kemampuan berpikir Abstrak dan motivasi Berprestasi”
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang
timbul antara lain adalah:
1. Rendahnya nilai rata-rata di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya , yaitu berkisar
antara 70 saja di tiap bab pelajaran.
2. Kompetensi lulusan yang cenderung kurang mampu untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah dipelajari.
3. Pembelajaran masih cenderung textbook center yang menyebabkan siswa
hanya mendapatkan materi secara teoritis saja. Penggunaan alat-alat
laboratorium jarang digunakan padahal ketersediaan alat-alat laboratorium
cenderung memadai.
4. Proses pembelajaran di sekolah kurang inovatif sehingga siswa cenderung
pasif dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas, padahal model-model
pembelajaran pada masa kini sangat banyak, misalnya pembelajaran langsung,
kooperatif, inkuiri, CTL dan lain sebagainya. Penerapan berbagai model
pembelajaran tersebut akan memberikan suatu inovatif sehingga siswa akan
merasakan pengalaman yang baru dalam proses belajar.
5. Kurang pahamnya guru terhadap karakteristik materi yang diajarkan. Misalnya
pada materi dinamika partikel memiliki karakteristik dengan proses
pembelajaran penemuan konsep. Akan tetapi kenyataannya guru
menyampaiakn proses pembelajaran cukup dengan metode ceramah, mencatat
dan latihan problem solving.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6. Kurang diperhatikannya kondisi internal siswa. Hal ini terjadi karena
rombongan belajar siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya setiap kelas
adalah 30 sampai dengan 38 siswa. Padahal kondisi internal siswa akan
berpengaruh dalam proses perolehan prestasi belajar. Kondisi ini meliputi
motivasi berprestasi siswa, IQ, Ketrampilan berpikir, kesadaran lingkungan,
proses berpikir abstrak siswa, gaya belajar dan lain sebagainya.
7. Proses pemberian pelajaran fisika di sekolah cenderung dipandang sebagai
suatu rangkaian yang terpisah. Padahal menurut kurikulum Depdiknas dalam
KTSP materi kelas X semester 1 meliputi pengukuran, vektor, garak lurus dan
melingkar serta dinamika partikel. Padahal untuk berpijak kemateri berikutnya
tentunya akan memerlukan konsep dasar materi sebelumnya.
8. Kondisi lingkungan sekitar siswa yaitu guru cenderung mengajarkan hanya
terpaku pada pengetahuan yang ada di buku. Guru tidak mengkaitkan kondisi-
kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Artinya pengalaman-pengalaman
yang dialami oleh siswa kurang dilibatkan dalam penyampaikan materi
sehingga ilmu yang disajiakan terkesan hanya merupakan teori. Penerapan
ilmu dalam kehidupan sehari-hari kurang di sajikan dalam proses belajar.
9. Media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar kurang berfariasi.
10. Prasarana seperti komputer dan peralatan digital di sekolah terbatas sehingga
untuk akses internet guna menambah pengetahuan siswa cenderung kurang.
C. BATASAN MASALAH
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah prestasi belajar di SMA
Muhammadiyah 4 Surabaya belum maksimal, penyebab dari permasalahan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
telah diuraikan dalam identifikasi masalah di atas. Namun kiranya agar tidak
terjadi pembahasan yang melebar perlu adanya suatu batasan masalah antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri terbimbing yang
merupakan proses belajar penemuan melaui serangkaian praktikum dan CTL
yang meruapakan proses pembelajaran kontekstual berbasis proyek pada
materi dinamika partikel.
2. Faktor internal pertama yang diperhatikan adalah kemampuan berpikir
abstrak merupakan suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan
pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam
mengahadapi situasi-situasi dalam memecahkan masalah yang
dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
3. Faktor internal kedua yang diperhatikan adalah Motivasi belajar merupakan
dorongan atau semangat individu baik secara intern atau ekstern untuk
memeproleh tujuan pembelajaran yaitu prestasi belajar siswa. Motivasi ini
juga dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar adalah hasil nilai akhir siswa setelah diberikan perlakuan
model pembelajaran baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. Obyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 4 Surabaya tahun pelajaran 2010/2011.
6. Materi yang disampaikan adalah Dinamika Partikel.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah peneliti dapat
dirumuskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1. Adakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap
prestassi belajar siswa?
2. Adakah pengaruh kemapuan berpikir abstrak terhadap prestai belajar siswa?
3. Adakah pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestai belajar siswa?
4. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa?
7. Adakah interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar siswa?
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan
CTL terhadap prestassi belajar siswa.
2. Mengetahui pengaruh antara kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
terhadap prestai belajar siswa.
3. Mengetahui pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap
prestai belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
6. Menngetahui interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa.
7. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar siswa.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan berpikir abstarak dan
motivasi berprestasi siswa di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya tahun
ajaran 2010/2011.
b. Untuk menanbah ilmu pengetahuan mengenai penerapan model
pembelajaran inkuiri dengan CTL yang ditinjau dari aspek kemampuan
berpikir abstarak dan motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar
fisika.
c. Sebagai bahan pertimbangan serta acuan dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya terkait dengan model atau materi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dalam proses
belajar-mengajar .
b. Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran fisika untuk
mengembangkan model-model pembelajaran khususnya inkuiri dan CTL
serta lebih memperhatikan kondisi internal siswa.
c. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dengan mengembangkan
minat, ketrampilan dan kemampuan berpikir melalui proses penyelidikan
dan mencari solusi terhadap masalah-masalah yang nyata.
d. Melalui proses pembelajaran menggunakan model inkuiri dan CTL ini
diharapkan siswa mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan dan
bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Hakikat Pembelajaran Fisika
Menurut Cronbach dalam Suprijono (2007:1) menyebutkan bahwa
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience” yang
berarti pembelajaran adalah perubahan sikap dari suatu hasil pengalaman.
Sehingga dasar dari suatu pelajaran adalah pengalaman yang diberikan kepada
anak. Pengalaman yang diberikan dapat berbagai macam bentuknya baik secara
disengaja ataupun tidak disengaja. Sebagai contoh adalah siswa yang melakukan
suatu kegiatan praktikum di ruang laboratorium sekolah merupakan proses belajar
yang disengaja. Makna disengaja adalah pengalaman yang sudah di rencanakan
sebelumnya yaitu oleh pendidik atau guru.
Menurut Rebber dalam Nursalim (2007:90) membatasi belajar dengan dua
definisi. Pertama belajar adalah the process of acquiring knowledge (proses
memperoleh pengetahuan). Pengertian ini lebih sering dipakai dalam istilah
psikologi kognitif. Kedua, belajar adalah a relatively permanent response
potentially which occur as a result of reinforced practice ( suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).
Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami
proses belajar, yaitu: Relatively permanent (yang secara umum menetap) Istilah
ini bermakna bahwa perubahan yang serupa sementara seperti perubahan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik bukanlah termasuk
belajar. Kedua Response potentially (kemampuan bereaksi) merupakan pengakuan
terhadap perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar.
Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis
yang hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur.
Ketiga Reinforced (yang diperkuat) merupakan kemajuan yang didapat dari proses
belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberikan
penguatan. Keempat Practice (praktek atau latihan) menunjukkan bahwa proses
belajar membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian
kinerja akademik yang telah dicapai siswa.
Jika ditelaah tentang pengertian belajar di atas tentunya ada suatu proses
yang harus dilakukan sehingga mengakibatkan adanya perubahan yang tampak.
Proses ini merupakan suatu aktivitas selama memahami sesuatu untuk
memperoleh pengalaman baru. Prinsip seseorang yang telah melakukan proses
pembelajaran adalah adanya perubahan prilaku. Perubahan perilaku ini tentunya
merupakan perubahan yang disadari dan berjalan secara kontinu. Selain hal itu
perlu ditekankan bahwa perubahan perilaku yang terjadi adalah perubahan yang
positif. Prinsip berikutnya belajar dapat juga dilakukan dalam situasi keadaan
nyata atau kehidupan sehari-hari. Belajar sendiri merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga terciptalah pengalam yang nyata.
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam dalam
kehidupan sehari-hari secara sistematis. Sehingga pembelajaran IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Proses
pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan agar
seseorang mampu memahai gejala-gejala yang ada di alam ini. Pembelajaran IPA
diarahkan untuk membuktikan suatu fenomena dan bereksperimen sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari
perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam
(Diknas,2004). Sebagai contoh Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi
dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika melalui penemuan
piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran
sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga
memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan
hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan
dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa adanya
pemahaman yang baik tentang fisika.
Oleh karena itu pengembangan pembelajaran fisika ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimen siswa agar mampu
berpikir secara logis dan sistematis. Hal demikian didasari dengan tujuan
pembelajaran fisika yakni mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data
serta mengkomunikasikan hasil percobaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut
maka kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan dalam suatu
proses pembelajaran fisika. Selanjutnya dengan kemampaun matematis siswa
dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir taat asas. Kemampuan ini
dilatihkan dalam proses pengelolaan data yang kebenarannya tidak diragukan lagi
untuk selanjutnya siswa akan berlatih dalam menghubungkan antara
pengetahuannya dalam bentuk suatu konsep, prinsip, hukum, teori dan postulat.
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Bandura
Menurut Bandura dalam Nursalim dkk (2007:57) “ Bandura membedakan
perolehan pengetahuan (belajar) dan kinerja yang teramati berdasarkan
pengetahuan (perilaku) tersebut.” Dengan kata lain bahwa apa yang kita ketahui
dapat lebih banyak dari apa yang dapat kita perhatikan. Sehingga untuk
menanamkan suatu sikap atau pengetahuan kepada seorang anak perlu kiranya
melakukan suatu kegiatan dengan maksud untuk mengarahkan pengetahuan
tersebut ke dalam memori jangka penjang anak. Oleh karena itu seseorang yang
ingin mendapatkan pengetahuan bukan berarti hanya dikendalikan oleh
lingkungannya saja akan tetapi manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah
lakunya sendiri.
Pembelajaran sosial yang ditekankan dalam bandura adalah “reciprocal
determinism yaitu model yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral,
dan lingkungan” (Suprijono, 2007:20). Ada faktor yang saling berinteraksi antara
faktor internal dan eksternal dalam teori kognitif sosial Bandura. Seseorang
menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan
lingkungan, tetapi orang juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
Suatu faktor yang terabaikan oleh teori perilaku tradisional adalah fakta
adanya pengaruh yang amat kuat dari pemodelan dan pengintimidasian pada
proses belajar.
1) Belajar dengan mengamati orang lain
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan. Pertama pembelajaran
melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang diamati orang lain
(vicarious conditing). Ini terjadi apabila seseorang siswa melihat siswa lain dipuji
atau ditegur karena melakukan perbuatan tertentu dan kemudian siswa lain
melihat hal itu memodifikasi perilakunya seolah-olah ia sendiri yang telah
menerima pujian atau teguran itu. Kedua jenis pembelajaran yang melaui
pengamatan meniru perilaku sesuatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamatan itu sedang
memperhatikan. Model tidak harus diperankan secara langsung tetapi dapat
menggunakan seorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
2) Elemen pembelajaran melalui pengamatan
Menurut bandura dalam Nursalim dkk (2007:58) ada empat elemen penting
yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan, yaitu Atensi,
seseorang harus menaruh perhatian (atensi) kepada orang yang menarik atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
model yang dikagumi supaya dapat belajar melaui pengamatan. Retansi, agar
dapat meniru perilaku model harus dapat mengingat perilaku itu. Pada fase retensi
latihan pengamatan sangat membantu siswa untuk mengingat elemen-elemen
perilaku yang dikehendaki sebagi misal urutan langkah-langkah suatu pekerjaan.
Produksi, suatu proses pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan agar
membantu siswa lancar dan ahli dalam menguasai materi pelajaran. Pada fase ini
dapat mempengaruhi terhadap motivasi siswa dalam menunjukkan kinerja.
Motivasi, suatu cara agar dapat mendorong kinerja dan mempertahankan tetap
dilakukannya ketrampilan yang baru diperoleh dengan memberikan penguatan
(bisa berupa nilai dan penghargaan atau insentif). Teori belajarn Bandura dalam
penelitian ini berkaitan dengan cara siswa untuk memperoleh informasi keilmuan.
Siswa akan melakukan suatu observasi dan percobaan-percoabaan baik sederhana
atau komplek untuk menadapatkan konsep fisika.
b. Teori Belajar Bruner
Model pembelajaran Jerome Bruner dikenal dengan belajar penemuan
(discovery learning).
“ Bruner menggangap bahwa belajar pengetahuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendirian untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetauahuan yang benar-benar bermakna.” (Trianto, 2007:26)
Di dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap
siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Dari uraian di
atas maka dapat disarankan bahwa proses pembelajaran hendaknya melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar siswa mampu
memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen.
Menurut Rosser dalam Nursalim dkk (2007:61) model Bruner terhadap
belajar di dasarkan pada dua asumsi. Pertama bahwa perolehan pengetahuan
merupakan suatu proses yang interaktif. Bruner yakin bahwa orang yang belajar
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, maka perubahan tidak hanya terjadi
di lingkungan tetapi juga pada orang itu sendiri. Asumsi kedua orang yang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk
dengan informasi yang disimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Kaitan dengan
penelitian ini adalah siswa akan berinteraksi dengan lingkungan tempat
melakukan suatu percobaan atau eksperimen baik di laboratorium atau di
lingkungan sekitar sekolah.
c. Prinsip belajar Piaget
Piaget dalam Suprijono (2007:24) menjelaskan bahwa “perkembangan
kognitif merupakan proses genetik.” Artinya perkembangan kognitif adalah
proses yang didasarkan oleh perkembangan mekanisme biologis. Dalam proses
perkembangan biologis ini tentunya sebagian besar akan dipengaruhi oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Pengetahuan yang
diperoleh akan datang dari suatu tindakan. Dalam Trianto (2007: 14) “Piaget
yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting dari terjadinya
perubahan perkembangan.” Oleh karena itu interaksi sosial dengan teman
sebayanya juga akan membentuk proses perkembangan kognitif anak. Khususnya
mereka akan saling berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Piaget
menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif
dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju
kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap
lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam
responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi
tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.
Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh
pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam
bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan
lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderunag untuk
beradaptasi dan organisasi ( tindakan penataan ), untuk memahami proses-proses
penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut: (1)
Skema istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat
menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan
untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual.(2) Asimilasi merupakan
suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan
persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada.
Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu
stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi
tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses
kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan itu. (3) Akomodasi dapat diartikan sebagai
penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan
akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan
dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada
keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Berdasarkan teori
belajar yang dikemukakan oleh Piaget, dalam penelitian ini siswa akan
melakukan suatu interaksi antara kemampuan kognitif dengan pengalaman yang
telah didapatkan sehingga mampu untuk menarik suatu simpulan materi
pembelajaran.
d. Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110-111):
“Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisassi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.”
Jadi disini belajar ada dua cara yang dilakukan menurut Ausubel yaitu siswa
mancari informasi dengan cara penemuan dan selanjutnya dari informasi yang
telah ditemukan oleh siswa tersebut dikaitkan menjadi satu agar terbentuk suatu
fakta-fakta, konsep-konsep atau menjadi suatu generalisasi gejala alam. Konsep
yang ditemukan secara pribadi berdasarkan pengalaman nyata yang dirasakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
oleh siswa akan memberikan imbas kepada memori siswa. Karena siswa tahu
betul suatu keadaan yang telah dilakukannya maka akan menuju kepada memori
jangka panjang siswa.
Pada gambar 2.1 Belajar bermakna adalah suatu proses informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki oleh seseorang yang
sedang belajar. Apabila siswa telah melakukan hal yang demikian maka disebut
dengan asimilasi materi pelajaran. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara penemuan dan penerimaan. Secara penerimaan merupakan cara
belajar dengan bentuk materi disajikan dalam bentuk final oleh seorang guru
kemudian siswa menghafal materi tersebut. Dalam hal ini tidak ada struktur
kognitif yang diproses oleh siswa. Hal yang demikian dinamkan pelajaran secara
menghafal. Sedangkan cara penemuan siswa menemukan materi yang diajarkan
Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran
Secara penerimaan 4. Siswa menghafal
materi yang disajikan
1. Materi disajikan
dalam bentuk final
Secara Penemuan
2. Materi ditemukan oleh siswa
3. Siswa menghafal materi
2. Kegiatan pembelajaran dapat diterapkan dalam pengalaman
1. Siswa menemukan materi
3. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
Belajar Bermakna
Belajar Hafalan
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel & robinson, 1969
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dari guru melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Dengan demikian terjadi proses
siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif. Proses pembelajaran yang
demikian merupan proses pembelajaran bermakna.
Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disampaikan
kepada siswa serta cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
struktiur kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan model
pembelajaran penemuan dimana siswa berinteraksi dengan objek melalui
pengamatan/observasi.
3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Sumadi (1993:193) menyatakan bahwa inkuiri merupakan bagian
dari discovery atau penemuan yang berarti pertanyaan, pemeriksaan atau
penyelidikan. Sehingga inkuiri ini adalah suatu bentuk dari penyelidikan,
penggalian informasi yang dilakukan oleh manusia. Trianto (2007:135)
menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dalam pembelajaran inkuiri diperlukan suatu keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses belajar mengajar sehingga siswa akan terarah pada
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Pada akhir kegiatan pembelajaran ini akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mampu mengarahkan siswa pada proses pembagunan rasa percaya diri tentang
informasi yang telah ditemukan. Menurut Trianto (2007:135) kondisi umum
timbulnya inkuiri bagi siswa adalah aspek sosial di kelas dan suasana terbuka
yang mengundang siswa berdiskusi, inkuiri berfokus pada hipotesis dan
penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi fakta). Pembalajaran inkuiri
dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam
waktu yang relatif singkat. Dalam kegiatan inkuiri akan mampu meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Di dalam proses inkuiri tidak hanya menekankan kemampuan intelektual
tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
ketrampilan inkuiri merupakan proses yang bermula dari merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan membuat simpulan.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari
tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen and Kauchak (1996)
dalam Trianto (2007:109) adapun fase pembelajaran inkuiri ditampilkan dalam
tabel 2.1.
4. Model Pemebelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Model CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Dengan model semacam ini diharapkan siswa mampu memahami apa yang telah
dipelajari karena berkaitan erat dengan kehidupan nyata dan pengalaman pribadi
siswa. Menurut Johnson dalam bukunya CTL diartikan sebagai berikut:
CTL merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. (Johnson,2007: 67)
Tabel 2.1 Tahap pembelajaran Inkuiri
No. Fase Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan
masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa
dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui
percobaan.
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengelolaan data yang terkumpul.
6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Dari uraian Johnson disebutkan suatu konteks yang dapat diartikan menjalin
bersama, keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubungan
dengan diri yang terjalin bersamanya (Webster’s New World Dictionary, 1968
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dalam Johnson 2007:86). Maksudnya adalah keadaan yang muncul bisa berasal
dari lingkungan pribadi siswa dan budayanya. Depdiknas
(www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm) mengartikan bahwa
Model kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Artinya guru
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa. Mereka dapat bekerja dan mengalami suatu kegiatan yang bermakna,
bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Menurut Depdiknas (www.Depdiknas/artikel/ pembelajaran kontekstual.htm)
dalam penerapan pembelajaran dengan model CTL harus ada tujuh komponen
utama, antara lain: pertama kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL,
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat
pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar di mana siswa
sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur pengetahuan yang dimilikinya. Kedua inkuiri (menemukan) merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Ketiga Questioning
(Bertanya) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bertanya berguna untuk menggali informasi, menggali pemahaman siswa,
membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian
pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Keempat
Learning Community (Masyarakat Belajar) Konsep masyarakat belajar
menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar diperolah dari sharing antar teman atau antar kelompok.
Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau
lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran. Kelima Modelling
(Pemodelan), Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan
melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa atau mendatangkan dari luar. Keenam Reflection
(Refleksi) merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu. Paling akhir merupakan Authentic Asessmen (Penilaian Sebenarnya)
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan
terhadap proses maupun hasil. Dalam model-model pembelajaran selalu memiliki
langkah-langkah supaya pembelajaran yang diberikan dapat berjalan dengan baik.
Tahapan/sintaks CTL disajikan dalam tabel 2.2
Tabel. 2.2 Tahapan/sintaks model pembelajaran CTL
No. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan siswa
1. Merumuskan masalah Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, mennjelaskan apa
yang perlu dipersiapkan, memotivasi
siswa agar siswa terlibat secara
langsung dalam pembelajaran
Mengidentifikasi
masalah,
menyiapkan
peralatan, merakit
alat
2. Mengamati atau
melakukan observasi
Guru membantu siswa dalam
mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dari sumber atau obyek
yang diamati, (mencari gambar di
koran, internet, majalah) dan kerja
di laboratorium
Melakukan
pengamatan,
mencatat data.
3 Menganalisis dan
menyajikan hasil
dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel
dan karya lainnya
Guru membimbing siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang layak (membuat laporan,
menggolongkan)
Menganalisis data,
menabelkan,
membuat laporan
4 Mengkomunikasikan
atau menyajikan hasil
karya pada pembaca,
teman sekelaas, guru
atau audience lainnya.
Guru membantu siswa untuk
menyampaikan karya siswa pada
pembaca, teman sekelas dengan
menempelkan karya mereka pada
dinding kelas.
Mempresentasikan
di depan kelas
5. Kemampuan Berpikir Abstrak
Penalaran abstrak adalah tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan
pemakaian konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
situasi-situasi, terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan
fasilitas verbal, dan lambang-lambang bilangan. Hal ini merupakan konsep-
konsep dasar kecerdasan yang menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam
konsep Binet (menurut Suryabrata dalam www.andrablog.com) unsur abstraksi
dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir
secara rasional, dan mempunyai otokritik. Sifat abstrak adalah kemampuan
mengoperasikan simbol-simbol, lambang-lambang, rumus-rumus, terutama dalam
tingkatan analisis dan interpretasi.
Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir atau
perekembangan kognitif merupakan proses genetik. Artinya perkembangan
kognitif didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem sayaraf.
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, individu akan mengalami
adaptasi intelektual yang menyebabkan perubahan-perubahan kualitatif di dalam
struktur kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi
4 yaitu:
a. Sensory motor (Umur 0 – 2 tahun)
Merupakan tahap paling awal perkembangan pada waktu bayi lahir sampai
sekitar anak berumur 2 tahun. Pada tahap ini, intelegensi anak lebih di dasarkan
pada tindakan indrawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,
menjamah, mendengar, membau dan lain-lain. Pada tahap ini gagasan anak pada
suatu benda berkembang dari periode belum mempunyai gagasan menjadi sudah
mempunyai gagasan. Gagasan menganai benda yang sangat berkaitan ruang dan
waktu belum terkoordinasi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Pre-operation (Umur 2 - 7 tahun)
Tahap pemikiran pra operasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotik yaitu
penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek
yang saat itu tidak berada bersama subjek. Secara jelas, cara berpikir simbolik ini
diungkapkan dengan pengguanaan bahasa. Adanya pengguanaan simbol, anak
dapat mengungkapkan dan membicarakan macam-macam benda dalam waktu
yang bersamaan. Dengan bahasa, anak dapat mengungkapkan hal yang tidak
sedang dilihat. Anak dapat membicarakan sesuatu hal tanpa terikat dalam ruang
dan waktu dimana hal tersebut terjadi.
c. Concrete operation (Umur 7 – 11 tahun)
Tahap operasi kongkrit dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-atauran tertentu yang logis. Anak sudah
memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi ini bersifat reversible, artinya
dapat dimengerti dalam dua arah yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan
pada awalnya. Misal, bila A + B = C, maka dapat dikembalikan C – B = A.
Operasi ini selalu mengandung sifat kekekalan (konservasi) dan berkaitan dengan
sistem operasi yang lebih menyeluruh. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa
ciri utama pemikiran operasi konkrit adalah adanya transformasi reversible dan
sistem kekekalan. Dengan operasi itu anak tidak mempunyai kesulitan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan konservasi. Pemikiran anak lebih decentering
daripada tahap sebelumnya, yaitu anak dapat menganalisis masalah dari berbagai
segi.
d. Formal operation (Umur 11 tahun ke atas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pada tahap ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana
seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang
teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Pada tahap ini logika remaja
berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Ia
mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang sedang dihadapi. Pikiranya
sudah dapat melampaui waktu dan tempat. Tidak hanya terikat dengan hal-hal
yang telah dialami tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang
karena dapat berpikir secara hipotesis.
Pada perkembangan ini otak juga berpengaruh dalam sistem
perkembangan kognitif anak. Karena otak manusia terdiri dari dua belahan yaitu
belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri berfungsi menerapkan
bentuk-bentuk belajar logis yang memiliki langkah-langkah dengan urutan-urutan
tertentu seperti dalam mempelajari ruang di bidang ilmu pengetahuan geometri.
Skenario belajarnya berbentuk linier dan sequential, mengarah ke dalam sebuah
pola. Cara belajar seperti ini sangat efektif dan efisien dalam memproses dan
menyediakan informasi verbal yang dapat membangun pola berpikir tersebut.
Perkembangan otak kiri adalah pengembangan kemampuan mensintesis data
menjadi terpadu berdasarkan hubungan ruang dan waktu.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistic.
Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengatahui yang bersifat
nonverbal, seperti perasaan dan emosi kesadaran yang berkaitan dengan perasaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
spasial, pengenalan, bentuk dan pola musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan
visualisasi.
6. Motivasi Berprestasi
Motivasi adalah suatu dorongan pada diri seseorang sehingga mampu
melakukan sesuatu untuk kepentingannya diri sendiri. Menurut Frederick J Mc.
Donald dalam H. Nashr (2004:39) “Motivasi belajar adalah suatu perubahan
tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan.” Sehingga motivasi ini penting bagi seseorang
karena merupakan kondisi psikologis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam kegiatan belajar tentunya motivasi merupakan daya penggerak di dalam
diri siswa yang akan menimbulkan semangat belajar serta melakukan suatu proses
pembelajaran dengan baik.
Menurut Sobry Sutikno (www. Google/ motivasi belajar.html) disebutkan
bahwa motivasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi intristik yaitu jenis
motivasi yang timbul dari diri seseorang tanpa adanya suatu paksaan dari pihak
lain akan tetapi merupakan kemauan diri sendiri dan motivasi Ekstrinsik yaitu
jenis motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu bisa merupakan
ajakan, hadiah ataupun paksaan dari pihak yang lainnya. Siswa yang setiap kali
proses pembelajaran berlangsung selalu memperhatikan guru bisa jadi mereka
memiliki motivasi intristik. Siswa ini dengan kesadaran dirinya memperhatikan
materi yang diajarakan tanpa adanya suatu paksaan atau memang merasa butuh
dengan kaitan materi yang diajarkan. Adanya gangguan dari luar seperti suara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
gaduh ataupun lalu lalang kendaran bukan merupakan hambatan berarti bagi siswa
seperti ini. Lain halnya dengan siswa yang tidak memiliki motivasi Ekstrinsik,
kondisi siswa seperti ini mutlak memerlukan berbagai dorongan untuk mampu
mengikuti materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik.
Satu jenis motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi berprestasi
atau achievement motivation (Muhammad,2007:27). “Kecenderungan berupaya
sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan mengarah
pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini seorang
siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil yang
maksimal. Tentunya setiap siswa akan berbeda menyikapi hal ini. Siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bertahan lebih lama dalam proses
pembelajaran sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang memuaskan menurut
dia. Siswa dengan motivasi berprestasi kurang akan cenderung menghubungkan
kegagalannya dengan kurangnya upaya (faktor internal). Singkatnya seorang
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi apabila mengalami kegagalan
maka akan melipatgandakan upaya mereka sampai mereka benar-benar berhasil.
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, prestasi belajar
berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Ketrampilan intelektual yaitu
kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkrit dan terdefinisi serta prinsip hasil.
(3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi pengguanaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.(4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani.(5) Sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehensive (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), Application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), Valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domaian psikomotorik meliputi initiatory, pre-
routine, dan routinezed. Di samping itu psikomotor mencakup ketrampilan
produktif, teknik, fisik, sosial, managerial dan intelektual. Sementara, menurut
lindgreen hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Hasil belajar sendiri adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasi oleh
para pakar pendidikan sebagiamana tersebut di atas tidak dilihat secara
fragmentaris, melainkan komprehensif. Oleh karena itu, guru hendaknya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penilaian memperhatikan seluruh perubahan perilaku itu. Penilaian harus
mencakup aspek kognitif, asfektif dan psikomotor.
8. Bahan Ajar Dinamika partikel
Dalam kurikulum KTSP disajikan materi dinamika partikel sebagai
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik. Pada hakikatnya materi
ini sebagai lanjutan dari konsep gerak suatu benda. Benda dikatakan bergerak
apabila timbul perubahan kedudukan, tentu dalam proses benda bergerak akan
timbul suatu percepatan atau kecepatan benda. Perlu digaris bawahi bahwa yang
menyebabkan benda bergerak adalah suatu gaya yang diberikan oleh benda
tersebut sehingga ketika benda masih memilki percepatan maka gaya akan tetap
ada dalam benda itu. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari
suatu gerakan. Partikel-partikel di jagad raya ini juga bergerak relative terhadap
titik acuan tertentu. Pada tingkat SMA dinamika partikel dipandang penting untuk
diajarkan. Selain dipandang sebagai bekal ilmu pengetahuan tentang hukum gerak
Newton juga sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya
terkait dengan suatu dinamika partikel.
Dinamika partikel di awali oleh penemuan seorang ilmuan Fisika
berkebangsaan Inggris (1687). Newton mengembangkan teori yang
dikembangkan oleh Galileo. Galileo merupakan penemu pertama hukum yang
melukiskan gerak sesuatu obyek apabila tidak dipengaruhi oleh kekuatan luar.
Tentu saja pada dasarnya semua obyek dipengaruhi oleh kekuatan luar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
persoalan yang paling penting dalam ihwal mekanik adalah bagaimana obyek
bergerak dalam keadaan itu. Masalah ini dipecahkan oleh Newton dalam hukum
geraknya yang kedua dan dapat dianggap sebagai hukum fisika klasik yang paling
utama. Hukum kedua (secara matcmatik dijabarkan dcngan persamaan F = m.a)
menetapkan bahwa akselerasi obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa
benda. Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya tentang
gerak (menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan fisik, terdapat reaksi
yang besarnya sama dan berlawanan arah gayanya) serta yang paling terkenal
penemuannya tentang kaidah ilmiah hukum gaya berat universal.
Suatu benda yang bergerak selalu dapat dinyatakan dalam besaran-besaran
vektor r, v dan a. apabila suatu gerak ini dinyatakan tanpa mengetahui penyebab
benda dapat bergerak maka pembahasan suatu dinamika gerak hanya bersifat
geometris saja. Oleh sebab itu dalam pembahasan berikutnya akan di uraikan
penyebab suatu benda dapat bergerak yang termasuk dalam suatu bagian
mekanika disebut dengan dinamika. Dalam bagian dinamika desebut dengan
istilah gaya dan massa. Dalam Haliday Resnick (1992:107) “ Gaya dinyatakan
sebagai pengaruh lingkungan dan massa sebagai keengganan suatu benda untuk
dipercepat bila dikenai suatu gaya, sifat ini sering disebut dengan inersia
(kelembaman).” Untuk meninjau suatu konsep gaya gerak suatu benda maka
dibagi dalam bentuk hukum-hukum Newton sebagai berikut ini:
a. Hukum Newton Pertama
Newton mengungkapkan hukum pertamanya dengan kata-kata “setiap
benda yang tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan kecuali jika ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dipaksa untuk mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya.”
(Haliday Resnick,1992:109). Jadi jika suatu benda dalam keadaan diam atau
bergerak dengan suatu kecepatan tetap maka resultan dari gaya-gaya yang bekerja
adalah sama dengan nol atau secara matematis dapat disimbulkan dengan
persamaan 2.1.
0=SF ………………………………(2.1)
Pada persamaan (2.1) bisa disebut dengan kesetimbangan gaya. Misalnya
seperti pada lampu yang digantung seperti pada gambar 2.2 Pada kasus semacam
ini perlu sebuah diagram yang baik sehingga semua gaya yang dikerjakan pada
benda dapat dinyatakan dengan anak panah yang mewakili besarnya suatu gaya.
Sebuah lampu dengan berat 50 N (gambar 2.2 a) menggantung pada suatu
platform maka akan terjadi gaya tegangan tali sebesar T. Berdasarkan syarat
komponen diagram titik maka lampu berada pada komponen sumbu Y (gambar
2.2 b). Sehingga dari pusat lampu akan terjadi gaya tegangan tali yang arahnya ke
atas. Besarnya nilai tegangan tali T ini akan diibangi dengan gaya berat sebesar W
yang arahnya menuju pusat bumi, maka resultan dari komponen Y itu harus sama
50 N
Gambar 2.2 Gaya-gaya yang bekerja pada balok yang menggantung
T
W= 50 N
(a) (b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan nol, sehingga gaya yang dikerjakan oleh tali pada lampu itu (T) secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut ini:
NWT
WT
WTF
F
Y
y
50
0
0
==-=-=S
=S
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari adalah apabila ada seorang anak
yang duduk dalam mobil diam maka anak itu juga akan ikut diam, namun mobil
tiba-tiba bergerak maju badan anak akan terdorong ke belakang. Begitu pula
apabila sedang duduk di mobil yang bergerak kemudian direm dengan tiba-tiba
badan anak akan terdorong ke depan. Pada peristiwa pertama ini anak tersebut
cenderung mempertahankan keadaannya untuk diam sedangkan pada peristiwa
kedua anak tersebut cenderung untuk mempertahankan gerakannya. Sifat inilah
yang dinamakan inersia atau kelembaman.
b. Hukum Kedua Newton
Pada bagian kedua ini suatu percepatan benda akan berpengaruh terhadap
gaya yang diberikan pada benda. Atau suatu massa yang berbeda apabila
diberikan sautu gaya yang sama bisa jadi menimbulkan percepatan yang berbeda.
Untuk lebih memahami amatilah gambar 2.3
Pada gambar 2.3 dijelaskan bahwa (a) sebuah benda bermassa m kg dari
keadaan diam dikenai gaya sebesar F = 4N yang besarnya diukur dengan neraca
pegas ternyata benda itu bergerak dengan kecepanan v yang besarnya berubah-
ubah tiap waktu. Sehingga timbul besarnya percepatan yang arahnya mengikuti
gaya sebesar tv
aDD
= . Pada suatu waktu tertentu nilai percepatan sesaat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dialami benda adalah dtdv
tv
at
=DD
=®0
lim menuju ke kanan, jika gaya yang diberikan
konstan sebesar F maka kecepatan akan bertambah secara konstan. Agar nilai
gaya yang diberikan tetap konstan apabila massa yang diberikan dua kali massa
semula maka percepatan benda akan menjadi setengah kali semula. Jika massa
benda setengah kali massa semula maka percepatan benda menjadi dua kali
semula hal ini berjalan seterusnya dengan suatu perbandingan bahwa besarnya
nilai massa berbanding terbalik dengan percepatan benda atau secara matematika
dapat diurakan m
a1
¥ .
Dalam gambar (2.3 b) kecepatan benda juga tetap menuju ke arah kanan,
tetapi arah gaya ke kiri. Dalam kondisi ini benda akan berjalan lebih lambat (jika
gaya tersebut terus bekerja pada akhirnya arah gerak benda akan diam dan jika
gaya terus bekerja maka kecepatan benda akan berbalik arah ke kiri). Percepatan
sekarang mengarah ke kiri sama dengan arah gaya F. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa besar percepatan berbanding lurus dengan gaya
Gambar 2.3 Percepatan dtdva /= sebanding dengan gaya F dan arahnya
sama dengan arah gaya
F v a
(b)
m
4 N
a
m
(a)
F v 4 N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan juga arah percepatan benda. Atau dengan kata lain bahwa perbandingan gaya
dengan perubahan percepatan akan menunjukkan suatu nilai konstanta dengan
persamaan 2.2
aF
dtdvF
m ==/
atau
amdtdv
mF == ………………………………….(2.2)
Pada persamaan (2.2) di atas lebih dikenal dengan persamaan hukum kedua
Newton yang telah ditentukan dengan suatu eksperimen.
c. Hukum ketiga Newton
Dalam sifat gaya yang ketiga ini Newton dalam Haliday (1992:114)
mengatakan bahwa “Untuk setiap aksi selalu terdapat reaksi yang sama besar dan
berlawanan arah, atau aksi timbal balik satu terhadap yang lain antara dua benda
akan sama besar, dan berarah ke bagian yang berlawanan.” Dalam perkataan lain
jika benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B akan melakukan gaya
pula pada benda A dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah. Perlu
diingat bahwa gaya aksi dan reaksi selalu terjadi berpasangan dan bekerja pada
benda yang berbeda. Sebagai contoh dapat ditampilkan pada gambar 2.4.
Pada gambar 2.5 sebuah layar monitor diletakkan di atas bidang datar maka
akan terjadi suatu gaya normal sebesar n yang arahnya tegak lurus ke atas dari
titik pusat meja segai rekasinya bekerja gaya monitor terhadap table (meja) Fmt.
Sedangkan reaksi dari gaya gravitasi atau sama dengan gaya earth (bumi)
terhadap monitor (Fg=FEm) adalah gaya dari pusat bumi menuju monitor (FmE).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Secara matematis hokum ketiga Newton dapat dijabarkan sebagai berikut ini
21 FF =
Dengan memperhatikan devinisi dari hokum kedua newton, maka
1
2
2
1
2211
22
11
)(
a
a
m
m
amam
dt
dvm
dt
dvm
-=
-=
÷øö
çèæ-=
d. Gaya Gesekan
Gesekan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Gesekan memiliki
banyak keguanaan, di samping juga merugikan. Manusia dapat berjalan dan
berlari karena juga adanya gaya gesekan antara kaki dan bidang. Gaya gesekan ini
juga disebut dengan gaya kontak. Arah Gaya gesek selalu berlawanan dengan arah
tarikan dan sejajar dengan bidang kontak. Gaya gesek ini selalau menghambat
gerakanan suatu benda. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2.5.
Gambar 2.4 hukum III Newton bekerja pada sebuah layar monitor Sumber: Serway, 2009:121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Perhatikan pada gambar 2.5 di atas pada balok yang diam dengan berat W
bekerja gaya normal sebesar N diberikan gaya mendatar F yang bernilai kecil.
Dengan gaya yang diberikan tadi ternyata benda belum bergerak, sehingga dapat
dipastikan ada gaya lain yang menghambat sehingga balok tidak bergerak. Gaya
hambat tersebut besarnya pasti sama dengan gaya F yang bekerja, tetapi arahnya
berlawanan. Gaya hambat tidak mungkin lebih besar dari gaya F. Gaya hambat
yang melawan gaya F dinamakan gaya gesek statis fs. besarnya nilai gaya gesek
statis ini dipengaruhi oleh besarnya koefisien kontak permukaan benda ( sm ) dan
berat benda atau dengan matematis besarnya gaya gesek statis adalah:
Nf ss m= ……………………(2.4)
Pada gambar 2.6 gaya F terus diperbesar, gaya gesek statis fs juga
semakin besar dan melawan gaya F, sampai suatu saat gaya gesek statis mencapai
nilai maksimum. Jika F terus diperbesar, gaya gesek statis berada pada nilai
terbesar dan tidak mampu melawan gaya F sehingga balok mulai bergerak dengan
percepatan a searah F. Gaya gesek yang bekerja pada suatu benda dipengaruhi
oleh koefisien suatu bidang sentuh perhatikan Gambar 2.6. Koefisien gesek diberi
lambang m , dan karena ada dua jenis gesekan, koefisien gesek juga ada dua, yaitu
F = gaya tarik fS = gaya gesek
Gambar 2.5 Gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda
N
W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
koefisisen gesek statis ( sm ) dan koefisien gesek kinetis ( km ). Dimana sm > km .
Hubungan antara gaya gesek dan koefisien gesek adalah.
Nf kk .m= ………………………………….(2.3)
Besarnya perbandingan antara gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis
ditampilkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.6 F > fs benda akan bergerak dengan percepatan a dan
gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek kinetis (fk)
a
fk
Gambar 2.7 grafik perbandingan antara gaya gesek static dan gaya gesek kinetic Sumber: Serway, 2009;131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pada gambar 2.7 merupakan grafik hubunngan antara besarnya gaya gesek (f) dan
gaya yang diberikan terhadap suatu benda F. Jika suatu benda yang diam
diberikan gaya yang kecil sebesar F maka benda akan cenderung mempertahankan
posisi diamnya sebagaimana hukum I Newton. Gaya F ini akan ditahan oleh gaya
gesek statis yang nilainya selalu sama besar. Pada gambar 2.7 ditunjukkan
dengan terbentuknya grafik linier pada daerah static region. Jika gaya F terus
diperbesar sampai benda tepat akan bergerak maka nilai fs telah mencapai nilai
maksimal dan yang bekerja adalah gaya gesek kinetik. Pada gambar 2.7 ditandai
dengan mulai turunya grafik dari keadaan puncak dan mulai stabil dapat dilihat
pada daerah kinetic region.
e. Arah Gaya kontak
Dalam kehidupan sehari-hari yang dialamai oleh manusia ternyata letak
suatu benda tidak selalu dalam bidang yang horizontal ada juga letak benda yang
terdapat pada bidang miring, contohnya adalah ketika sebuah mobil melewati
jalan yang miring ke atas atau ke bawah. Selain itu juga ada letak benda yang
menempel pada bidang vertikal misalnya adalah papan tulis yang dipasang di
dinding kelas.
Penguraian gaya kontak yang terjadi apabila benda terdapat pada bidang
datar adalah digambarkan dalam Gambar 2.5 Jika suatu benda diletakkan pada
bidang miring maka penguraian gaya-gaya yang bekerja adalah sebagaimana pada
gambar 2.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pada gambar 2.7 terjadi penguraian gaya-gaya terhadap subu x dan sumbu
y. karena letak benda miring maka sumbu x mengikuti bidang suatu benda dan
sumbu y mengikuti gaya normal yang diberikan oleh benda.
Ketika gaya ditarik ke atas sebesar f, maka gaya yang berpenagruh pada benda
tersebut adalah f dan mg sinq benda mempunyai kemungkinan untuk dapat
bergerak ke atas dengan kecepatan v. Gaya normal (N) akan selalu tegak lurus
terhadap bidang kontak besarnya sama dengan nilai mg cosq , arah gaya gesek
sebesar f akan searah dengan bidang kontak dan berlawanan arah dengan f.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan berkenanaan dengan judul yang diambil adalah sebagai
berikut ini:
1. Arni Astuti (2009) Tesis dengan judul “Pembelajaran Kimia dengan Model
CTL melalui Metode Proyek dan Eksperimen ditinjau dari Sikap Ilmiah dan
v
f
Gambar 2.7 sebuah benda pada bidang miring dan diberi gaya yang arahnya ke atas sejajar dengan bidang miring
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Kemampuan Berkomunikasi”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode proyek memberikan prestasi
belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran dengan
metode eksperimen. Dari penelitian ini perbedaannya adalah model diterapkan
dalam bidang kajian fisika karena pada kajian fisika lebih banyak konsep-
konsep yang langsung bersinggungan dengan gejala alam yang ada sehingga
perlu kiranya pembelajaran dilakukan dengan model CTL.
2. Dwi Retna Asminah (2010) Tesis dengan judul “Pembelajaran Fisika dengn
Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Training ditinjau dari Kemampuan
Awal dan Aktivitas Siswa”. Kesimpulannya yang dapat diambil adalah
pembelajaran fisika dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing
menghasilkan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan inkuiri
training. Perbedaan adalah pembelajaran inkuiri ini akan di bandingkan
dengan pembelajaran CTL sehingga siswa tidak terbatas menemukan konsep
saja akan tetapi mampu mengaplikasikan juga.
3. Siswoyo (2009) Tesis dengan judul “Pembelajaran CTL melalui Metode
Inkuiri dengan POE dalam Belajar Fisika dengan Memperhatikan
Kemampuan Berpikir Abstrak dan Aktivitas Siswa”. Kesimpulan yang bisa
diambil adalah metode inkuiri terbimbing memberikan prestasi belajar yang
lebih baik jika dibandingkan dengan POE. Selain itu, Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
rendah. Perbedaan dari penelitian ini adalah kegiatan kemampuan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
abstrak siswa terhadap kegiatan pembelajaran CTL karena dalam kegiatan
CTL siswa akan menghubungkan materi yang ada dengan kehidupan yang
nyata bagi siswa sehingga perlu kemampuan berpikir abstrak tinggi.
4. Tuniyah (2010) Tesis dengan judul “Pengguanaan Metode Inkuiri Terbimbing
dan Inkuiri Bebas Termodifikasi ditinjau dari Sikap Ilmiah Siswa dan
Motivasi Berprestasi”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah siswa yang
diberikan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing memiliki prestasi
belajar yang lebih baik daripada siswa yang diberikan pembelajaran dengan
metode inkuiri bebas. Selain itu siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan
siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Perbedaan dari penelitian ini
variable moderator yang digunakan adalah motivasi berprestasi dan
kemampuan berpikir abstrak siswa. Motivasi ini perlu ditinjau dalam inkuiri
dan CTL karena kedua model ini memerlukan eksperimen sehingga perlu
kinerja yang tinggi bagi siswa.
5. Taasoobshirazi (2007) Journal Physics Teach Education dengan judul Gender
difference in physics a focus on motivation. Simpulan yang di dapatkan adalah
wanita memiliki motivasi yang lebih rendah daripada laki-laki, lemah
keyakinan diri, memiliki kecemasan yang lebih tinggi dan beranggapan
keterkaitan yang rendah antara ilmu fisika dengan tujuan pribadi mereka.
Perbedaan dari penelitian ini adalah motivasi yang dimiliki oleh siswa yaitu
tidak membedakan antara wanita dan laki-laki. Hal demikian dilakukan karena
memandang bahwa siswa laki-laki dan perempuan melakukan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang sama sehingga dalam penelitian tidak dibedakan motivasi yang dimiliki
oleh siswa.
Dari penelitian yang telah dilakukan di atas tentunya memiliki perbedaan
dari penelitian yang akan dilakukan antara lain, (1) Peneltian dilakukan di
Muhammadiyah 4 Surabaya di kelas X tahun ajaran 2010/2011; (2)
Membandingkan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran CTL; (3)
Karena yang diteliti model pembelajaran inkuiri dan CTL sehingga hasil prestasi
yang diukur tidak hanya mencakup aspek kognitif saja, melainkan meliputi
kognitif, afektif dan psikomotorik; (4) Materi yang diambil adalah dinamika
partikel karena karakter materi ini cocok diajarkan dengan kedua model di atas.
C. KERANGKA BERPIKIR
Keadaan pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah 4 surabaya terkesan
monoton, pengajar yang seharusnya memberikan warna yang lebih inovatif dalam
proses pembelajaran hanya memberikan pelajaran fisika dengan metode ceramah
saja sesuai dengan buku paket fisika yang digunakan. Kemampuan anak dalam
bereksplorasi tak kunjung dikembangkan. Media-media yang ada di sekolah
seperti laboratorium, charta dan poster juga kurang dimanfaatkan dengan baik.
Ketika proses belajar berlangsung motivasi anak dalam pembelajaran fisika tidak
begitu baik, mereka beranggapan pembelajaran fisika merupakan proses
pembelajaran secara biasa-biasa saja seperti proses pembelajaran mata pelajaran
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap
prestasi belajar siswa
Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran dengan suatu proses untuk
mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimen. Dua ketrampilan
tersebut merupakan titik dasar dalam pencapian suatu substansi materi dalam
fisika seperti halnya dinamika partikel. Karakterisitik dari materi ini adalah suatu
proses penemuan konsep melalui berbagai observasi dan eksperimen. Sebut saja
hukum Newton II, di mana perbandingan suatu gaya yang diberikan kepada benda
dengan percepatan benda akan menimbulkan suatu konstanta yang tetap. Semakin
besar penambahan nilai suatu gaya yang diberikan maka akan semakin besar pula
nilai percepatan suatu benda. Perolehan suatu konsep hubungan antara gaya dan
percepatan ini dapat dilakukan langsung oleh siswa baik di laboratorium atau
pengalaman pribadi siswa sendiri. Hal yang demikian memberikan kekhasan
bahwa sifat dari materi ini adalah riil. Pernyataan tersebut timbul akibat konsep-
konsep yang akan dikuasai oleh siswa berdasarkan suatu proses eksperimen
ataupun observasi dari suatu peristiwa. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang
diberikan tidak cukup hanya berorientasi pada materi saja, akan tetapi lebih
cenderung berorientasi pada suatu proses penemuan konsep.
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk penyelidiki sesuatu.
Proses ini akan membawa siswa terjun secara langsung dalam proses ilmiah
karena siswa akan dituntut untuk mengajukan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data serta membuat kesimpulan mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
suatu konsep. Proses yang berjalan secara sistematis, kritis dan logis analitis inilah
yang mampu mengantarkan siswa untuk mampu merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan menemukan suatu konsep fisika
melalui pengalaman pribadi siswa maka akan mengarahkan konsep tersebut ke
dalam ingatan jangka panjang siswa. Penerapan model pembelajaran CTL
menekankan pada pengalaman yang nyata untuk dibawa pada situasi
pembelajaran. Proses pembelajaran ini didasarkan atas teori belajar Bruner.
Bruner menyatakan bahwa proses belajar mementingkan partisipasi aktif dari tiap
siswa, sehingga siswa akan berinteraksi dengan lingkungannya dalam menemukan
suatu konsep. Berdasarkan hal inilah maka dapat diduga bahwa ada pengaruh
pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi yang diperoleh siswa.
Tentunya dari proses pembelajaran yang disajikan sebelumnya maka
pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Pengearuh Kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa
Selain didasarkan atas model pembelajaran tentunya faktor internal siswa juga
harus diperhatikan. Pemilihan materi dinamikan partikel tidak terlepas dari suatu
proses beberapa fakta yang terkait kemudian dihubungkan satu dengan yang
lainnya sehingga terjadilah suatu simpulan. Simpulan yang diperoleh inilah yang
kemudian disepakati sebagai konsep materi. Dalam pengambilan kesimpulan ini
perlu adanya kejelian dalam mengamati setiap fenomena yang berlaku. Seorang
siswa SMA kelas X dengan rata-rata umur antara 15 tahun menurut Piaget telah
memasuki tahap pemikiran operasi formal. Pada tahap ini logika remaja akan
berkembang dan digunakan. Proses ini dinamakan kemampuan berpikir abstarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa. Kemampuan berpikir abstrak ini tidak akan sama proses perkembangannya
antara siswa satu dengan yang lainnya. Siswa dengan kemampuan berpikir abstark
tinggi akan mampu untuk meramalkan sesuatu yang akan datang karena dapat
berpikir secara hipotesis dengan baik. Hal yang demikian diduga akan
memberikan suatu sumbangsih yang besar terhadap prestasi belajar siswa.
Sehingga ada pengaruh kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestassi
belajar siswa.
3. Pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa
kegiatan eksperimen tentunya akan menuntut siswa untuk terus melakukan
suatu pengamatan menurut Bandura terdapat empat elemen penting dalam proses
penagamatan yaitu atensi, retensi, produksi dan motivasi. Motivasi ini akan
memberikan suatu dorongan kepada siswa dalam memperoleh tujuannya. Tujuan
siswa di sini tidak lain adalah prestasi belajar. Siswa dengan motivasi tinggi akan
cenderung berupaya untuk mengarahkan segala kegiatannya untuk menuju
keberhasilan. Materi yang diberikan akan senantiasa menuntut siswa mencoba
suatu perlakuan eksperimen. Siswa dengan motivasi tinggi akan terus berupaya
menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka ambil. Siswa dengan motivasi
belajar rendah akan mengikuti suatu alur proses pembelajaran sehingga akan
melakukan suatu eksperimen terlepas berhasil atau gagalnya suatu percobaan.
Dengan demikian terdapat pengaruh terhadap motivasi berprestasi siswa baik
yang tinggi atau rendah terhadap prestasi belajar siswa.
4. Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan berbagai variabel di atas akan terjadi suatu interaksi antara
penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan kemampuan
berpikir abstrak siswa, hal ini terjadi karena dengan model pembelajaran yang
menitik beratkan dengan eksperimen maka akan menuntut seorang siswa untuk
menggunakan pola berpikir abstraknya. Siswa dengan kemampuan berpikir
abstrak tinggi akan cenderung dapat mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dengan karakteristik materi yang banyak menggunnakan
eksperimen maka siswa dengan kemampuan berpikir abtrak tinggi akan
mendapatkan nilai yang lebih jika diajarkan dengan model pembelajaran CTL.
Sehingga ada interaksi model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara model pembelajaran inkuri terbimbing dan CTL dengan
motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Dari moderator kedua ini yaitu motivasi berprestasi akan terjadi suatu proses
interaksi antara model yang digunakan. Karena pada masing-masing moderator
dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada suatu kondisi
siswa yang memiliki motivasi tinggi akan melakukan kegiatan eksperimen secara
terus-menerus hingga berhasil. Hal yang demikian apabila siswa diajarkan
dengan model pembelajaran CTL maka siswa akan terpacu terus untuk
mengembangkan motivasi berprestasinya. Sehingga pada suatu evaluasi
psikomotor siswa dengan kondisi ini akan menghasilkan nilai yang lebih baik jika
dibandingkan dengan model pembelajaran inkuiri. Sehingga ada interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Menurut teori konstruktifis seorang guru hanya memberikan media
sehingga siswa mampu menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan akan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri, karena penggunaan strategi inilah
maka motivasi berprestasi tinggi dan rendah serta kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan rendah akan senantiasa berinteraksi untuk menentukan pressatasi
belajar yang diperoleh oleh siswa. Tentunya siswa dengan kemampuan berpikir
abstrak tinnggi dan motivasi berprestasi tinggi akan mendapatkan nilai yang baik
jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan bepikir abstrak tinggi
dan motivasi rendah.
7. Interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak
terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan diterapkan pembelajaran dinamika partikel yang di dasari oleh
kegiatan eksperimen di laboratorium, maka akan menimbulkan suatu kegiatan
yang di dasari motivasi berprestasi siswa. Hasil yang diperoleh akan di
abstraksikan sebagai suatu konsep dasar dalam pembelajaran yang pada akhirnya
akan terdapat suatu interaksi dari model yang digunakan dengan motivasi
berprestasi siswa serta kemampuan berpikir abstrak siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
mendapatkan prestasi belajar yang lebih tinggi pula apabila di kelas dilakukan
kegiatan pembelajaran dengan model CTL. Sehingga ada interaksi antara model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar.
D. HIPOTESIS
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap
prestassi belajar siswa.
2. Terdapat pengaruh kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestai belajar siswa.
3. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestai
belajar siswa.
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
6. Terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
7. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMA Muhmmadiyah 4 Surabaya.
B. WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan pada pekan ke-4 oktober sampai pada pekan ke-
3 Nopember tahun 2010. Adapun tahap-tahap atau jadwal pelaksanaan penelitian
disajikan pada tebel 3.1
Tabel 3.1 Tahap-tahap / jadwal pelaksanaan penelitian
No Tahap penelitian bulan
6 7 8 9 10 11 12 1
1. Pengajuan judul tesis X
2. Penyusunan proposal X X
3. Seminar proposal X
4. Pengumpulan data X X
5. Menganalisis data X
6. Membahas hasil penelitian X
7. Menulis laporan hasil
penelitian X
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Poulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Muhmmadiyah 4 Surabaya yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah total
adalah 134 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Sample
Proses pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sistem
random sampling, yaitu dengan menguji seluruh siswa kelas X dengan soal
pre-test kemudian berdasarkan uji prasyarat di pilih 2 kelas. Kelas pertama
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan kelas kedua
menggunakan model pembelajaran CTL.
D. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen
yaitu suatu jenis metode penelitian eksperimen yang tidak sebenarnya.
E. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian
(B1) (B2) (C1) (C2) (C1) (C2)
(A1) A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
(A2) A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Dalam penelitian ini dibandingkan antara model pembelajaran inkuiri terbimbing
(A1) dan model pembelajaran CTL (A2) yang ditinjau dari aspek kemampuan
berpikir abstrak tinggi (B1) dan kemampuan berpikir abstrak rendah (B2) serta
motivasi berprestasi tinggi (C1) dan motivasi berprestasi rendah (C2). Pada
kolom kedua baris ke tiga menganalisis interaksi antara model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi
tinggi. Pada kolom ke dua baris ke empat menganalisis interaksi antara model
CTL, kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi, pun
berlaku juga pada kolom-kolom berikutnya.
F. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel bebas pertama:
a. Model Pembelajaran Inkuiri:
Suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.
b. Model Pembelajaran CTL:
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2. Variabel bebas kedua:
a. Motivasi berprestasi:
Upaya kecenderungan yang dilakukan siswa sampai berhasil untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang maksimal.
b. Kemampuan berpikir Abstrak:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Suatu tipe kecerdasan yang menekankan pada kemampuan pemakaian konsep-
konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam mengahadapi situasi-situasi,
terutama dalam memecahkan masalah dengan menggunakan fasilitas verbal, dan
lambang-lambang bilangan.
3. Variabel terikat
Prestasi belajar siswa:
Merupakan hasil belajar siswa setelah diberikan suatu tindakan pembelajaran yang
mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang diukur melalui intrumen
post test.
G. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran atau Perlakuan
a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi ,kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pembelajaran ini berisi rancangan kegiatan pembelajaran model
Inkuiri dan CTL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja ini berisi tentang arahan kegiatan yang dilakukan siswa untuk
menunjang proses penemuan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.
2. Intrumen untuk Pengambilan Data
a. Angket Motivasi Berprestasi:
Motivasi berprestasi ini merupakan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat digunakan skala Likert. Variabel ini akan
dijabarkan dalam indikator-indikator variabel kemudian dijadikan titik tolak untuk
menyusun item-item soal. Jawaban setiap instrument ini mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif.
b. Soal tes kemampuan berpikir Abstrak:
c. Soal tes prestasi belajar:
Tes yang digunakan dalam penelitian adalah berupa tes evaluasi
H. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
1. Tahap persiapan
a. Survei dengan maksud untuk mengetahui informasi yang diperlukan agar
masalahnya menjadi lebih jelas.
b. Menyusun Proposal tesis
c. Menyusun Perangkat Pembelajaran (Rencana pelaksanaan pembelajaran,
LKS, instrumen penelitian, soal tes dan angket)
d. Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian meliputi validasi isi
untuk semua perangkat dan validasi untuk soal tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengambilan data dilakukan di lokasi penelitian sesuai dengan RPP yang telah
dibuat.
b. Analisis data yang telah diperoleh selama pengambilan data.
c. Menarik kesimpulan
d. Penyusunan draft tesis
I. UJI COBA INSTRUMEN
Tahap uji coba instrumen tes
1. Tahap analisis instrumen tes kemampuan berpikir abstrak dan prestasi belajar
a. Validitas butir tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu
instrumen. Untuk itu peneliti mencobakan instrumen tes pada sasaran penelitian
dengan teknik menggunakan persamaan korelasi product moment menurut
Suharsimi (2006:170)
( )( )( ){ } ( ){ }2222 ååååå åå
--
-=
YYNXXN
YXXYNrxy …………(3.1)
rxy merupakan tingkat kevalidan soal dengan intersepsi soal dikatakan valid
apabila rxy > rtabel. Nilai X adalah skor yang diperoleh per soal benar dikalikan
jumlah sluruh siswa dan niali Y adalah jumlah siswa yang benar untuk setiap item
soal. Sedangkan N menyatakan jumlah peserta yang mengikuti tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 3.4 Hasil Validitas butir soal tes kemampuan berpikir abstrak siswa
Validitas Butir Soal Jumlah
Valid 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,
17,18,19,20
19
Tidak Valid 17 1
Dalam pelaksanaan pengambilan data dari 20 soal ini dipakai semua karena
menyangkut dengan kisi-kisi yang diberikan. Sehingga untuk menggatasi 17 soal
yang tidak valid maka soal tersebut direvisi kembali dan dikonsultasikan dengan
ahli ketika sudah dirasakan valid menurut kriteria kevalitan maka soal tersebut
digunakan untuk mengambil data.
Tabel 3.5 Hasil Validitas butir soal tes prestasi belajar siswa
Validitas Butir Soal Jumlah
Valid 3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,16,17,19,20
23,25,28,30,32,33,34,35,36,37,38
26
Tidak Valid 1,2,13,15,18,21,22,24,26,27,29,31,39,40 14
Dari hasil validitas soal tes berprestasi maka diambil 30 soal yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Pada item soal 13, 26, 2 dan 15 tetap digunakan karena pada
soal tersebut menunjang tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Keempat
butir soal yang tetap dipakai dilakukan revisi dengan konsultasi kepada ahli
sehingga ketika sudah dianggap valid menurut kriteria kevalidan maka ketiga
puluh butir soal digunakan untuk mengambil data.
b. Reliabilitas soal angket motivasi berprestasi
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. dari soal-soal yang valid maka dicari reliabelitasnya dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
÷÷ø
öççè
æ+
=
2
1
2
1
2
1
2
1
11
1
.2
r
r
r ………………………………………….….(3.2)
(Suharsimi, 2006:180)
Nilai r11 merupakan tingkat reliabilitas instrument sedangkan r½½ merupakan
indeks korelasi antara dua belahan instrument. Kriteria nilai reliabel adalah jika rh
> r tabel item dikatakan reliable. Berdasarkan uji coba soal baik taraf soal tes
prestasi, soal tes kemampuan berpikir abstrak dan soal motivasi berprestasi
dikatakan memiliki reliabilitas tinggi (lampiran)
c. Tingkat Kesukaran
Merupakan peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Menurut
Munaf (2001:20) taraf kesukaran dapat didapatkan dengan persamaan:
N
XX å= …………………………………………………(3.3)
Nilai X menyatakan skor rata-rata peserta didik pada suatu nomor butir soal
tertentu dan nilai ∑X merupakan jumlah skor peserta didik pada suatu nomor
soal. Nilai N menunjukkan jumlah peserta didik yang mengikuti tes. Penentuan
kriteria taraf kesukaran adalah sebagai berikut ini:
Dengan kriteria sebagai berikut ini:
0,00 – 0,30 adalah sukar
0,31 – 0,70 adalah sedang
0,71 – 1,00 adalah mudah
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran maka dapat diperoleh hasil pada tebel 3.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 3.6 Taraf Kesukaran Tes Prestasi belajar siswa
Taraf Kesukaran Butir Soal Jumlah
Sukar 18,19,21,22,24,26,28,29,37,39 10
Sedang 2,4,6,8,9,10,12,13,14,16,20,
23,25,27,30,31,36,38,40
19
Mudah 1,3,5,7,11,15,17,32,33,34,35, 11
d. Daya Pembeda
Merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang
pandai (menguasai materi yang ditanyakan) dengan peserta didik yang kurang
pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan). Menurut Munaf (2001: 63)
Indeks daya beda dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut ini:
t
rt
N
NND
-= ………………………………………………(3.4)
Dengan nilai D merupakan nilai daya pembeda, Ntjumlah siswa pada kelompok
tinggi dan Nr jumlah siswa pada kelompok rendah. Kriteria penentuan menurut
Munaf (2001: 64) daya beda sebagai berikut ini:
D < 0,20 tergolong jelek (poor)
D = 0,20 sampai dengan 0,40 tergolong cukup (satisfactory)
D = 0,41 sampai dengan 0,41 tergolong baik ( good)
D > 0,70 tergolong baik sekali (excellent)
Tabel 3.7 Daya Beda Tes Prestasi belajar siswa
Daya Beda Butir Soal Jumlah Jelek 1,2,5,7,13,15,16,18,19,20,
21,22,24,25,26,27,28,29,30, 31,34,37,39,40
24
Cukup 6,8,9,11,12,14,17,23,32,33,35,36 12 Baik 4,10,38 3
Baik Sekali 3 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
J. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Chi kuadrat. Berdasarkan
sampel yang telah diambil maka hipotesis yang diambil bahwa sampel
berdistribusi normal melawan tandingan bahwa distribusi tidak normal. Dengan
persamaan chi kuadrat;
( )å=
-=
k
i i
ii
E
EOx
1
22 ………………………….(3.5)
Nilai X2 merupakan distribusi chi kuadrat dengan O merupakan frekuensi
pengamatan dan E frekuensi toritik. Nilai K merupakan banyaknya kelas interval.
Penggunaan nilai α = 0,05 sebagai resiko yang diambil dan daerah kritik (k-1)
maka dapat diambil suatu keputusan bahwa terima H0 jika X2 ≤ X2(1-α)(k-1) dan
tolak H0 jika X2 ≥ X2(1-α)(k-1)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan unutk mengetahui dua varians antara kelas inkuiri
dan kelas CTL. Uji homogenitas dilakukan pada nilai post test yang dimuskan
sebagai berikut :
kecilVariansTerbesarVariansTer
F = ............................(3.6)
(Sudjana, 1996: 250)
Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
1) Menyusun hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Ho = varians kelas CTL = kelas inkuiri
H1 = varians kelas CTL ≠ kelas inkuiri
2) Menentukan taraf signifikan α = 0,05
3) Kriteria pengujian :
Terima Ho jika Fhitung ≤ Ftabel
Tolak Ho jika Fhitung ≥ Ftabel
2. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji Anava 3 jalan, yaitu salah
satu teknik statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif yang jumlahnya lebih dari dua sampel secara seremapak dengan setiap
sampel terdiri atas dua faktor atau lebih. Oleh karena itu, adanya empat faktor
pada setiap sampel yang digunakan pada penelitian maka pada uji ini akan di
dapatkan tujuh hipotesis. Pemetaan uji anava seperti terdapat pada tabel 3.2 dan
dilanjutkan dengan program SPSS 16.
b. Uji Lanjut Anava
Sebagai tindak lanjut dari analisis varians tiga jalan adalah dengan
menggunakan metode Scheffe untuk menguji mana yang lebih baik dari metode
inkuiri dan CTL, kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan rendah dan motivasi
berprestasi tinggi dan rendah serta antara ketiga variabel. Uji analisis ini
dilakukan apabila terdapat hipotesis nol ditolak untuk memilih salah satu variabel
mana yang signifikan. Rumus metode Scheffe adalah sebagai berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
ji
jiji
nnRKG
XXF
11
2
Fi-j merupakan nilai Fobs pada perbandingan perlakuakn faktor i dan perlakuakn
faktor j. Besarnya nilai Fobs merupakan perbandingan rataan faktor-faktor dengan
rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi. Daerah
kritik yang diambil dk = { }1,1;)1( ---> NkFkFF a dengan N = jumlah sampel dan
k=jumlah perlakuan (Budiono, 2004:201-227)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas Motivasi Belajar,
Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa dan nilai kemampuan kognitif pada materi
pokok dinamika partikel.
1. Motivasi Berprestasi
Pada penelitian ini data motivasi berprestasi belajar diperoleh dari pemberian
angket kepada sampel. Penentuan kriteria nilai motivasi tinggi dan rendah di
dasarkan pada rata-rata yang diperoleh dari seluruh sample. Motivasi berprestasi
dikatagorikan tinggi apabila skor yang diperoleh siswa³ mean dan motivasi
berprestasi dikatagorikan rendah apabila skor yang diperoleh siswa £ mean.
Deskripsi data motivasi berprestasi siswa disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1. Deskripsi Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata SD
Inkuiri 35 75 40 60,34 8,23 CTL 35 81 40 65,80 10,73
Berdasarkan deskripsi data motivasi berperstasi siswa sebelum diberikan
perlakukan pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa kelas rata-rata kelas CTL
memilki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas inkuiri.
Pada kelas inkuiri terbimbimbing didapatkan nilai stadar deviasi sebesar 8,23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
artinya bahwa kesalahan relative dari data yang disajikan adalah sebesar 13,69 %.
Data penyebaran frekuensi dari motivasiberpikir abstrak siswa disajikan dalam
tebel 4.2
Tabel 4.2 Penyebaran frekuensi nilai motivasi berprestasi siswa kelas inkuiri
Nilai Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Komulatif
75-81 78 1 1
68-74 71 7 8
61-67 64 9 17
54-60 57 12 29
47-53 50 5 34
40-46 43 1 35
Dari tabel 4.2 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.1
Grafik 4.1 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas inkuiri
Berdasarkan grafik 4.1 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
54-60 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 12 siswa, sedangkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kisaran nilai tertinggi (75 – 81) dan nilai terendah (40 – 46) memilki frekuensi
paling sedikit yaitu 1 siswa. Nilai tertinggi pada kelas inkuiri tampak pada kisaran
nilai 75-81. Tampak bahwa pada kelas inkuiri penyebaran nilai siswa terditribusi
normal.
Tabel 4.3 Penyebaran frekuensi nilai motivasi berprestasi siswa kelas CTL
Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif
80-87 83.5 3 3
72-79 75.5 9 12
64-71 67.5 11 23
56-63 59.5 4 27
47-55 51.5 7 34
40-47 43.5 1 35
Dari tabel 4.3 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.2
Grafik 4.2 Grafik nilai motivasi berprestasi kelas CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Berdasarkan grafik 4.2 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
64 - 71 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 11 siswa, sedangkan pada
kisaran nilai 40-47 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa. Jika diamati
pada grafik 4.1 dan 4.2 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya pada grafik
4.2 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-87 sedangkan pada
grafik 4.1 nilai tertinggi berjalan hanya sampai pada kisaran antara 75-81.
2. Data Kemampuan Berpikir Abstrak
Data kemampuan berpikir abstrak siswa diperoleh melalui pemberian tes
kepada sampel sebelum mendapatkan perlakuan pembelajaran. Pembagian
dikatagorikan tinggi dan rendah didasarkan oleh nilai rata-rata kelas. Kemampuan
berpikir abstrak dikatagorikan tinggi apabila skor yang diperoleh sampel ³ mean
dan Kemampuan berpikir abstrak dikatagorikan rendah apabila skor yang
diperoleh sampel £ mean. Deskripsi data Kemampuan berpikir abstrak siswa
disajikan dalam tabel 4.4
Tabel 4.4 Deskripsi Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa
Kelas Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata SD
Inkuiri 35 78 36 58,43 10,67 CTL 35 81 40 60,91 12,89
Berdasarkan pada tabel 4.4 sebelum ada perlakuan dapat dideskripsikan bahwa
rata-rata kelas CTL lebih tinggi daripada kelas inkuiri. Pada kelas inkuiri
terbimbing diperoleh nilai standar deviasi sebesar 10,67. Hal ini menandakan
bahwa kesalahan relative dari kelas inkuiri terbimbing adalah sebesar 18,26%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dengan cara yang sama pada kelas CTL memiliki kesalahan relative sebesar
21,16 %. Sebaran frekuensi pada masing-masing kelas disajikan dalam tabel 4.5
dan tabel 4.6
Tabel 4.5 Penyebaran frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas inkuiri
Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif
76-83 79.5 2 2
68-75 71.5 3 5
60-67 63.5 14 19
52-59 55.5 10 29
44-51 47.5 5 34
36-43 39.5 1 35
Dari tabel 4.5 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.3
Grafik 4.3 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas inkuiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Berdasarkan grafik 4.3 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
60-67 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 14 siswa, sedangkan pada
kisaran nilai 36 – 43 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa.
Tabel 4.6 Penyebaran frekuensi nilai kemampuan berpikir abstrak siswa
kelas CTL
Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif
80-87 79.5 6 6
72-79 71.5 10 16
64-71 63.5 4 20
56-63 55.5 2 22
48-55 47.5 10 32
40-47 39.5 3 35
Dari tabel 4.6 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.4
Grafik 4.4 Grafik nilai kemampuan berpikir abstrak siswa kelas CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Berdasarkan grafik 4.4 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
56 – 63 memiliki frekuensi yang paling sedikit yaitu 2 siswa, sedangkan pada
kisaran nilai 72-79 dan 48-55 memilki frekuensi yang sama yaitu 10 siswa. Jika
diamati pada grafik 4.3 dan 4.4 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya,
pada grafik 4.4 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-87
sedangkan pada grafik 4.3 nilai tertinggi berjalan hanya sampai pada kisaran
antara 76-83. Nilai 84-87 frekuensi yang diperoleh 0.
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada terdiri atas prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Prestasi Belajar Kognitif
Data prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil pos tes yang diberikan
kepada sampel setelah diberikan perlakuan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan CTL pada pokok bahasan dinamika partikel. Deskripsi data
prestasi belajar dapat disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.7 Deskripsi Nilai Prestasi Belajar Siswa ranah kognitif
Kelas Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata SD
Inkuiri 35 85 30 59,60 13,03 CTL 35 98 38 65,09 15,11
Berdasarkan pada tabel 4.7 Setelah dilakukan proses belajar-mengajar dengan
model yang telah ditentukan maka dapat diperoleh rata-rata prestassi belajar siswa
kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kelas inkuiri. Pada
kelas inkuiri terbimbing nilai standar deviasi diperoleh sebesar 13,03 artinya
kesalahan relative yang diperoleh pada kelas ini sebesar 21,68 %. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pada kelas CTL sebesar 23,21 %. Berikut ini disajikan tabel beserta grafik
penyebararan frekensi pada masing-masing kelas.
Tabel 4.8 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas inkuiri
Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif
80-89 84.5 2 2
70-79 74.5 7 9
60-69 64.5 11 20
50-59 54.5 8 28
40-49 44.5 5 33
30-39 34.5 2 35
Dari tabel 4.8 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh siswa pada grafik 4.5.
Grafik 4.5 Prestasi belajar kognitif siswa kelas inkuiri
Berdasarkan grafik 4.5 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
60 – 69 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 11 siswa, sedangkan pada
kisaran nilai 50 – 59 dan 80-89 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 2 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.9 Penyebaran frekuensi nilai prestasi belajar siswa kelas inkuiri
Nilai Nilai Tengah frekuensi Frekuensi komulatif
93-103 98 1 1
82-92 87 1 2
71-81 76 4 6
60-70 65 15 21
49-59 54 8 29
38-48 43 5 34
Dari tabel 4.9 di atas maka dapat digambarkan grafik hubungan antara frekuensi
dengan nilai yang diperoleh oleh pada grafik 4.6.
Grafik 4.6 Prestasi belajar kognitif siswa kelas CTL
Berdasarkan grafik 4.6 maka dapat diperoleh gambaran bahwa kisaran nilai antara
60 – 70 memiliki frekuensi yang paling banyak yaitu 15 siswa, sedangkan pada
kisaran nilai 82 – 92 dan 93-103 memilki frekuensi paling sedikit yaitu 1 siswa.
Jika diamati pada grafik 4.5 dan 4.6 maka terjadi perbedaan pada kisaran nilainya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
pada grafik 4.5 nilai tertinggi berjalan sampai dengan kisaran antara 80-89 dan
nilai terendah dimulai dari kisaran antara nilai 30-39. Sedangkan pada grafik 4.6
nilai tertinggi berjalan sampai pada kisaran antara 93-103 dan mulai berjalan dari
kisaran nilai 38-48.
b. Prestasi belajar Psikomotor
Selain segi kognitif prestasi belajar yang didapatkan dari penelitian ini juga
mencakup psikomotor siswa. Dalam proses belajar siswa juga dituntut untuk
melakukan suatu kegiatan baik di laboratorium atau di kehidupan nyata. Hasil dari
prestasi belajar psikomotor siswa disajikan dalam bentuk grafik 4.7.
Grafik 4.7 grafik perbandingan nilai prestasi psikomotor kelas inkuiri dan CTL
Berdasarkan grafik 4.7 didapatkan bahwa aktivitas yang terjadi pada siswa banyak
dilakukan oleh kelas CTL. Pada kelas inkuri diperoleh nilai rata-rata adalah 67
dan kelas CTL nilai rata-rata adalah 69 (lampiran 14). Hal yang demikian terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
berdasarkan penilaian dari observer bahwa kegiatan CTL lebih banyak daripada
kegiatan dengan pembelajaran Inkuiri terbimbing.
c. Prestasi Belajar Afektif
Karena model pembelajaran yang digunakan menuntut adanya penyajian hasil
karya dan hasil praktikum maka prestasi yang didapatkan oleh siswa juga
mencakup segi afektif siswa. Hasil prestasi afektif siswa disajikan dalam Grafik
4.8.
Grafik 4.8 Grafik hasil belajar afektif siswa kelas CTL dan inkuiri
Berdasarkan grafik 4.8 maka diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada
ranah afektif adalah sama di tiap-tiap kelas yaitu 78 (lampiran 14). Artinya tidak
ada perbedaan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa kelas inkuiri dan CTL. Pada
dasarnya siswa mempresentasikan hasil yang diperoleh dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
B. UJI PRASYARAT ANALISIS
Untuk melakukan analisis pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji
prasyarat hipoteisis. Uji prasyarat ini digunakan untuk mengetahui bahwa sampel
yang telah diberi perlakuan terdistribusi normal dan homogen. Dalam pengolahan
data ini digunakan program SPSS 16. Dengan menggunakan α = 0,05 maka H0
(sampel terdistribusi normal) akan diterima apabila sig > daripada 0,05.
Sebaliknya H0 akan ditolak (sampel tidak terdistribusi normal) apabila sig < 0,05.
Untuk mengetahui lebih lanjut hasil dari uji normalitas maka dapat dideskripsikan
pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas No Uji Normalitas Jumlah Sig P – value Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Abstrak kelas CTL Abstrak kelas inkuiri Motivasi kelas CTL Motivasi kelas inkuiri Motivasi tinggi Motivasi rendah Abtrak tinggi Abstrak rendah Prestasi *CTL Prestasi*inkuiri Prestasi*motivasi tinggi Prestasi*motivasi rendah Prestasi*abstrak tinggi Prestasi*abstrak rendah
35 35 35 35 37 33 36 34 35 35 37 33 36 34
0.398 0.395 0.089 0.468 0.054 0.089 0.412 0.663 0.266 0.403 0.055 0.068 0.066 0.066
0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Dari tabel 4.10 di atas telah dilakukan 14 kali uji normalitas dan dapat
diinterprestasikan bahwa menurut Shapiro-wilk nilai sig > 0,05 sehingga semua
data yang diperoleh telah terdistribusi normal. Jumlah sampel terdiri dari 70 siswa
yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan model yaitu inkuiri dan CTL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Setiap model diikuti oleh 35 siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi terdiri dari 37 siswa dan motivasi berprestasi rendah 33 siswa. Siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi 36 siswa dan siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak rendah 34 siswa.
Berdasrakan data tabel 4.10 dapat dibuat plot normalisasi jika dalam grafik
yang digambarkan membentuk garis linier antara satu titik dengan titik yang lain
maka data yang diperoleh merupakan data yang terdistribusi normal. Dibawah ini
akan disajikan grafik plot normalitas sehingga akan terlihat sebaran data untuk
masing-masing uji normalitas yang telah dilakukan.
Grafik 4.9 Grafik normalitas kemampuan berpikir abstrak kelas CTL
Pada grafik 4.9 menunjukkan grafik antara nilai observasi dan nilai harapan
normal. Dalam grafik ditunjukkan bahwa nilai terendah yang didapatkan antara
nilai 30-40 dan tertinggi nilai 80. Gradient yang diperoleh dalam grafik yang
diperoleh membentuk suatu garis linier antara nilai sumbu Y -2 sampai 2. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menunjukkan bahwa data yang diperoleh di lapangan terdistribusi normal.
Sebagian data yang telah dibuat grafik normalitasnya bisa dilihat dilampiran 15.
Setelah melakukan uji normalitas maka langkah berikutnya melakukan uji
homogenitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui sampel yang digunakan
homogen atau tidak. Hipotesis yang diberikan adalah sampel yang digunakan
adalah homogen. Jika hasil uji homogenitas menggunakan program SPSS 16 sig >
0,05 maka hipotesis diterima yaitu sampel homogen, sebaliknya apabila hasil
yang diberikan adalah < 0,05 maka hipotesis ditolak sehingga sampel tidak
homogen. Hasil data yang diperoleh dapat dideskripsikan dalam tabel 4.11
Tabel 4.11 Hasil uji homogenitas
Uji Homogenitas Jumlah data Sig P value
Prestasi kognitif
Motivasi
Abstrak
70
70
70
0.189
0.168
0.983
0.05
0.05
0.05
Dari tabel 4.13 diperoleh bahwa nilai sig > 0,05 dari hasil seperti ini maka dapat
disimpulkan bahwa intersepsi dari prestasi belajar, motivasi berprestasi dan
kemampuan berpikir abstrak adalah homogen.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
Dengan dipenuhinya dua syarat sebagaimana pada point B yaitu sampel
terdistribusi normal dan homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji
hipotesis yang digunakan adalah anava 3 jalan. Pemetaan katagori analisis dengan
menggunakan anava 3 jalan adalah sebagai mana ditampilkan dalam tabel 4.12.
Pemetaan ini kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 16. Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
penerimaan hipotesis adalah jika nilai sig .< 0,05 maka H0 diterima dan sebaliknya
jika nilai sig > 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil dari uji anava
disajikan dalam tabel 4.13
Tabel 4.12 Pemetaan analisis menggunakan anava
Kemampuan Berpikir Abstrak tinggi Kemampuan Berpikir Abstrak rendah
Motivasi berprestasi tinggi
Motivasi berprestasi rendah
Motivasi berprestasi
tinggi
Motivasi berprestasi
rendah Inkuiri 10 Siswa 6 siswa 4 siswa 15 siswa
CTL 18 siswa 2 siswa 5 siswa 10 siswa
Tabel 4.13 Hasil uji Anava
Source
Type III Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Model 14.884 1 14.884 .143 .706
Abtrak 789.022 1 789.022 7.595 .008
Motivasi 1402.822 1 1402.822 13.503 .000
model * abtrak 1253.013 1 1253.013 12.061 .001
model * motivasi 99.614 1 99.614 .959 .331
abtrak * motivasi 131.607 1 131.607 1.267 .265
model * abtrak * motivasi .108 1 .108 .001 .974
Corrected Total 14067.771 69
Berdasarkan dari tabel 4.13 di atas maka dapat diperhatikan kolom source dan
signifikan. Hipotesis pertama menyatakan bahwa H01 = tidak ada pengaruh model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi belajar siswa. H11 =
ada pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL terhadap prestasi
belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh dari hasil analisis terkait dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
model adalah 0,706. Nilai ini lebi besar daripada 0,05 artinya H01 diterima dan H11
ditolak sehingga tidak ada pengaruh model pembejaran yang digunakan dalam
penelitian ini. Hipotesis kedua menyatakan H02 = tidak ada pengaruh kemampuan
berpikir abstrak tinggi rendah terhadap prestasi belajar. H12 = terdapat pengaruh
kemampuan berpikir astrak tinggi dan rendah. Nilai signifikan yang diperoleh
adalah 0,008. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai 0,05. Artinya
H02 ditolak dan H12 diterima. Jadi terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar dalam penelitian ini. Hipotesis
ketiga menyatakan H03 = tidak ada pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa. H13 = terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,000. Nilai
ini lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai 0,05. Artinya H03 ditolak dan H13
diterima. Jadi terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa dalam penelitian ini.
Hipotesis keempat menyatakan H04 = tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran inkuiri dan CTL dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
terhadap prestasi belajar siswa. H14 = terdapat interaksi antara model
pembelajaran inkuiri dan CTL terhadap kemapuan berpikir abstrak siswa terhadap
prsetasi belajar siswa. Nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,001 artinya H04
ditolak dan H14 diterima. Jadi ada interaksi antara model yang digunakan dalam
penelitian dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Hipotesis kelima menyatan H05 = tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran inkuiri dan CTL dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
belajar siswa. H15 = terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL
dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Nilai signifikan yang
didapatkan adalah 0,331. Nilai ini lebih besar daripada 0,05 artinya H05 diterima
dan H15 ditolak. Jadi tidak ada interaksi antara model yang digunakan
dalampenelitian dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
Hipotesis keenam H06 = tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir
abstrak tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa. H16 = terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa. Nilai signifikan yang didapatkan adalah 0,265. Nilai yang
didapatkan lebih besar daripada 0,05 artinya dalam penelitian ini H06 diterima dan
H16 ditolak. Jadi tidak ada intraksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan
rendah dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa. Hipotesis terakhir adalah H07 = tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi berprestasi siswa dan
kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. H17 = terdapat
interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL dengan motivasi
berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.
Nilai signifikan yang didapatkan adalah 0,974. Nilai yang didapat lebih besar jika
dibandingkan dengan 0,05 artinya H07 diterima dan H17 ditolak. Jadi tidak ada
interaksi antara model yang digunakan dengan kemampuan berpikir abstrak dan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Setelah melakukan uji hipotesis perlu kiranya dilakukan uji lanjut anava.
Uji lanjut anava yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji Schaffe, uji ini
hanya dilakukan pada hipotesis 2, 3 dan 4 karena H0 pada hipoteisis ini ditolak.
Uji Scheffe yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi program
SPSS 16 yang secara terperinci dideskripsikan pada tabel 4.14
Pada tabel 4.14 Nilai α yang digunakan adalah 0,05 dengan dua hipotesis
yaitu H0 = ada perbedaan signifikan antara factor dan H1 = tidak ada perbedaan
yang signifikan antara factor. Terima H0 jika nilai sig < 0,05. Berdasarkan tabel
4.16 maka dapat diartikan 1) tidak ada perbedaan prestasi yang diperoleh siswa
kelas CTL dan inkuiri (P value = 0,810). 2) ada perbedaan prestasi yang dipeoleh
siswa berdasarkan faktor kemampuan berpikir abstrak dan motivasi berprestasi.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara faktor dapat dideskripsikan pada tabel 4.15
Tabel 4.14 Hasil uji Scheffe efek hubungan antara faktor
No Source df Mean Square F Sig.
1 Corrected Model 7 999.946 8.771 .000
2 Intercept 1 162420.833 1.425E3 .000
3 Model 1 6.660 .058 .810
4 Faktor 3 1522.382 13.354 .000
5 model * faktor 3 426.869 3.744 .015
6 Error 62 114.002
7 Total 70
8 Corrected Total 69
Pada tabel 4.14 pada baris ke 5 kolom ke dua (faktor) nilai sig yang diperoleh
adalah 0,000 jika dibandingkan dengan nilai α atau resiko kesalahan yang diambil
sebesar 0,05. Tentunya nilai sig yang diperoleh < p value. Kejadian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
memberikan arti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang dipeoleh oleh
masing-masing siswa. Sedangkan pada baris ke empat kolom kedua (model) nilai
sig yang diperoleh adalah 0,810 jika dibandingkan dengan nilai α atau resiko
kesalahan yang diambil maka nialai sig > α maka tidak ada perbedaan hasil
prestasi belajar anatara siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan
model inkuiri dan CTL.
Tebel 4.15 Perbandingan antara faktor
No (I) faktor (J) faktor Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
1 abstrak tinggi & motivasi tinggi
abstrak rendah & motivasi tinggi
13.0498* 4.07407 .023
2 abstrak tinggi & motivasi rendah
18.8276* 4.26397 .001
3 abstrak rendah & motivasi rendah 19.4109* 2.94639 .000
4 abstrak rendah & motivasi tinggi
abstrak tinggi & Motivasi tinggi
-13.0498* 4.07407 .023
5 abstrak tinggi & motivasi rendah
5.7778 5.18818 .744
6 abstrak rendah & motivasi rendah
6.3611 4.17337 .513
7 abstrak tinggi & motivasi rendah
abstrak tinggi & Motivasi tinggi
-18.8276* 4.26397 .001
8 abstrak rendah & motivasi tinggi
-5.7778 5.18818 .744
9 abstrak rendah & motivasi rendah
.5833 4.35894 .999
Merujuk pada tabel 4.15 hasil uji Scheffe dengan faktor i dan j maka dapat
diinterprestasikan sebagai berikut ini pada baris pertama faktor i yaitu anak yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi jika
dibandingkan dengan faktor j yaitu anak yang memiliki kemampuan abstrak
rendah dan motivasi tinggi memiliki nilai sig 0,023. Nilai ini menunjukkan ada
perbedaan hasil prestasi yang diperoleh dari kedua faktor ini. Pada baris kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
nilai sig yang diperoleh adalah 0,001 hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil
yang diperoleh antara siswa yang memiliki kemampuan bastrak tinggi dan
motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan abstrak tinggi dan
motivasi rendah. Pada baris ketiga nilai sig 0,000 hal ini menunjukkan ada
perbedaan hasil yang diperoleh siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan motivasi tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan motivasi rendah. Pada baris kelima nilai sig 0,744 hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh siswa
dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan
kemampuan abstrak tinggi dan motivasi rendah. Pada baris keenam nilai sig 0,513
hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan hasil prestasi belajar yang diperoleh
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Hipotesis pertama
“Tidak ada pengaruh antara model pembelajara inkuiri dengan CTL terhadap
prestasi belajar siswa.”
Model pembelajaran inkuri menekankan pada suatu pola pembelajaran yang
mengorientasikan pada proses penyelidikan, penggalian informasi yang dilakukan
oleh siswa sedangkan model pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata yang pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
ditemui atau dilakukan oleh siswa. Secara dasar tujuan dari penerapan kedua
model pembelajaran ini adalah sama yaitu untuk membentuk perilaku sains siswa.
Dalam Depdiknas 2007 pembelajaran kontekstual harus mencakup 7 komponen
utama yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi dan penilaian sebenarnya. Pelaksanaan di lapangan sendiri kegiatan
pembelajaran CTL menekankan pada penganalisisan fenomena alam dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan mulai untuk merumuskan hipotesis,
merancang percobaan, mengumpulkan data dan pada akhirnya akan mengambil
suatu simpulan dari peristiwa yang dialami. Ada beberapa komponen yang tidak
bisa dilaksanakan dengan baik contohnya adalah refleksi dan penilaian
sebenarnya. Hambatan ini didasarkan pada waktu yang sangat mendesak untuk
menyelesaikan ketujuh komponen setiap subab harus selesai dalam waktu 90
menit. Padahal idealnya waktu untuk pembelajaran dengan menggunakan CTL
lebih lama lagi, sehingga yang lebih ditekankan dalam proses pembelajaran ini
adalah kuntruktivisme dan inkuiri. Sedangkan inkuiri sendiri meruapakan bagian
dari pembelajaran CTL sehingga langkah-langkah yang hamper sama terjadi
dikedua model pembelajaran ini.
Berdasarkan pada tabel 4.7 didapatakan nilai rata-rata prestasi belajar kelas
inkuiri dan CTL adalah 59,60 dan 65,09 dengan standar deviasi 13,03 dan 15,11.
Sehingga batas nilai CTL sendiri antara 49,98 sampai dengan 80,2. Nilai rata-rata
kelas inkuiri terbimbing masuk dalam batas CTL sehingga tidak ada perbedaan
yang signifikan kedua model ini. Jika meninjau pada LKS dan RPP (lampiran 2)
maka untuk RPP CTL belum susuai dengan konteks pembelajaran CTL karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
belum terperinci dengan jelas antara ketujuh komponen yang telah disebutkan di
atas. Sedangakan LKS sendiri lebih cenderung ke penggalian informasi mengenai
suatu fenomena sederhana. Siswa kurang bereksplorasi dari percobaan yang
dilakukan. Siswa cenderung menganalisis dengan sederhana kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan.
2. Hipotesis kedua
“ Terdapat pengaruh nilai kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar dalam penelitian ini.”
Kemampuan berpikir ini merupakan sekumpulan dari suatu ketrampilan yang
kompleks. Berpikir adalah proses yang aktif dan dinamis yang dilakukan oleh
siswa dalam rangka membentuk suatu ide-ide, pengertian, pemahaman dan
menarik suatu kesimpulan. Menurut Piaget dalam Trianto (2007:64) pada tahap
operasi formal merupakan tahap akhir dalam perkembangan kognitif di mana
seorang remaja sudah dapat berpikir secara logis, berpikir dengan pemikiran yang
teoritis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil
kesimpulan lepas dari apa yang telah diamati saat itu. Hasil ini sesuai dengan teori
perkembangan kognitif Piaget karena untuk menyelesaikan masalah yang bersifat
abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memilki kemampuan berpikir
abstrak tinggi. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu
melakukan sekumpulan kegiatan eksperimen.
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh (lampiran 2) siswa sudah mampu
untuk menganalisis suatu masalah dengan runtut dari data ini maka akan ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
suatu simpulan. Hal ini kiranya dapat dilakukan oleh siswa yang memiliki
kemampuan berpikr abstrak tinggi. Dari hasil tes siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi terdapat 31 siswa sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah terdapat 39 siswa. Dari hasil tabel
4.4 kemampuan berpikir abstrak tinggi rata-rata kelas CTL lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelas inkuri. Hal ini menyatakan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan berikir abstrak tinggi akan senantiasa mendapatkan prestasi
belajar yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran ini
siswa ditekankan untuk senantiasa mengamati fenomena, menyusun suatu
pertanyaan dan hipotesis, melakukan suatu percobaan, mengumpulkan data, dan
pada akhirnya akan melatih siswa untuk menarik kesimpulan.
3. Hipotesis ketiga
“Terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”
Motivasi merupakan suatu dorongan kepada diri sendiri untuk melakukan
sesuatu. Dari hasil uji hipotesis menyatakan bahwa motivasi tinggi dan rendah
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Muhammad (2007:27)
motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa akan cenderung untuk berupaya
melakukan sampai berhasil dan memilih kegiatan yang mengarah pada tujuan dan
mengarah pada keberhasilan/kegagalan”. Dengan adanya motivasi berprestasi ini
seorang siswa akan cenderung berupaya memperoleh suatu tujuan dengan hasil
yang maksimal. Dengan melakukan kegiatan eksperimen siswa dituntut untuk
memiliki motivasi tinggi dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan tabel 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
diperoleh informasi bahwa motivasi berprestasi kelas CTL lebih besar jika
dibandingkan dengan kelas inkuiri. Hal ini serupa dengan tabel 4.7 yang
menunjukkan prestasi belajar kognitif kelas CTL juga lebih tinggi daripada
prestasi belajar kognitif kelas inkuri. Tidak hanya prestasi kognitif saja yang
menunjukkan nilai presatasi siswa tetapi juga didukung oleh prestasi psikomotor
dan afektif. Nilai psikomotor antara kedua kelas sama yitu 78 karena memang
lembar observasi yang digunakan antara kelas CTL dan inkuiri terbimbing sama.
Dengan dasar kegiatan psikomotor inilah dapat dibuktikan bahwa siswa
melakukan suatu kegiatan baik praktikum atau obeservasi dengan baik. Namun
nilai pada prestasi afektif kelas CTL lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas
inkuiri karena pada kelas CTL siswa menyajikan suatu hasil karya untuk
dipresentasikan. Dengan kegiatan presentasi ini siswa pada kelas CTL lebih
antusias jika dibandingkan dengan kelas inkuiri terbimbing.
Maksud dari pernyataan ini adalah siswa yang memiliki motivasi tinggi
cenderung akan melakukan sesuatu dengan baik dan pada akhirnya
mengupayakan hasil prestasi belajar kognitifnya tinggi. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah
pula.
4. Hipotesis keempat
“Terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Menurut Piaget untuk mengembangkan pola berpikir abstrak seorang anak
setidaknya sudah mencapai pada kisaran umur 11 tahun (operasi formal). Akan
tetapi seorang anak tidak semuanya berkembang menurut proses perkembangan
ini. Ada beberapa anak yang memiliki pola pengembanagan abstrak siswanya
melemah. Hasil intaraksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan
kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap presatsi belajar dapat disajikan dalam
grafik 4.23
Berdasarkan grafik 4.23 merupakan grafik hubungan antara kemampuan
berpikir abstrak dan prestasi belajar siswa berdasarkan model inkuiri dan CTL.
Pada kedua grafik ini terdapat perpotongan gradient pada suatu absis ( 57,5;58,7)
sehingga ada suatu interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi siswa dan
kemampuan berpikir abstrak siswa.
Siswa yang semula memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah apabila
mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran inkuiri siswa ini akan cenderung
memperoleh nilai prestasi kognitif yang lebih baik karena dalam model ini siswa
tidak dituntu untuk lebih melogika dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kata
lain tidak perlu untuk membuat suatu karya hanya sebatas suatu simpulan gejala
alam. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:5) model pembelajaran pada rumpun
pembentukan perilaku siswa baik inkuiri atau CTL merupakan model efektif
untuk pembelajaran tingkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Grafik 4.23 grafik interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak
siswa
Sesuai dengan hasil penelitian siswoyo (2009) menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mampu mennghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik jika diajarkan dengan model pembelajaran proyek.
Kegiatan pembelajaran CTL cenderung melakukan suatu eksplorasi untuk
membuat karya. Dengan tingginya kemampuan berpikir abstrak siswa maka
seorang siswa akan mampu melihat makna akademik yang diperoleh baik dalam
proses pengajaran atau eksperimen dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademiks dalam konteks kehidupan. Kegiata inkuiri terbimbing akan membantu
siswa untuk menghubungkan suatu peristiwa-peristiwa yang runtut menuju suatu
konsep fisika kegiatan ini akan membantu siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak rendah untuk menemukan suatu konsep fisika. sehingga siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika diberikan suatu proses
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri atau CTL akan tetap memiliki
(57,5;58,7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak rendah akan memiliki presatasi tinggi jika diajarkan dengan model inkuiri
terbimbing.
5. Hipotesis kelima
“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dan CTL dengan
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa.”
Motivasi berprestasi terdiri dari dua katagori yaitu motivasi interinsik dan
motivasi ektrinsik. Motivasi ini dimiliki oleh seorang anak dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan dari model pembelajaran digunakan
di dalam kelas adalah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar anak dalam
kegitan belajar mengajar. Akan tetapi dari penelitian yang dilakukan tidak ada
interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan motivasi berprestasi
siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dideskripsikan pada grafik 4.24.
Grafik 4.24 Grafik interaksi antara motivasi berprestasi dengan model yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Berdasarkan grafik 4.15 ditunjukkan bahwa motivasi terendah dan tertinggi
berada pada kelas inkuri. Pada siswa ini menunjukkan bahwa hasil prestasi yang
didapatkan cenderung rendah untuk motivasi rendah dan tinggi untuk motivasi
tinggi. Kedua garis dalam grafik tidak berpotongan pada satu titik atau saling
lepas maka dapat diperoleh simpulan bahwa tidak ada intaraksi antara model yang
digunakan dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin melakukan
kegiatan belajar sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Siswa dengan
motivasi rendah dalam kegiatan eksperimen atau percobaan cenderung
menggantungkan dengan siswa lain dalam satu kelompoknya. Selain itu penilaian
psikomotor sengaja dibuat penilaian tiap kelompok sehingga tidak nampak adanya
perbedaan prestasi siswa yang memiliki motivasi rendah dan tinggi. Karena itu
guru sulit untuk memberikan tindakan untuk anak-anak yang memiliki motivasi
rendah. Ada beberapa yang kiranya tidak diperhatikan dalam kegiatan belajar
disini yaitu bahwa motivasi dibedakan menajadi dua yaitu motivasi interisik dan
motivasi ektrisnsik (Santrok,204). Siswa yang cenderung rendah motivasi
intrinsiknya perlu kiranya diberikan suatu motivasi lain dari luar (ekstrinsik).
Semestinya guru memberikan suatu penghargaan atau sanksi yang menyebabkan
siswa untuk melakukan suatu kegiatan lebih baik lagi.
6. Hipotesis keenam
“Tidak terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah
dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Berdasarkan grafik 4.25 menunjukkan grafik hubungan antara motivasi
berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Garis gradient yang
dibentuk antara kedua model yang digunakan adalah saling lepas maka dapat
diperoleh suatu simpulan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir
abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi maka motivasinya juga tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah maka motivasinya juga rendah.
Grafik 4.25 Grafik intraksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dengan motivai
berprestasi siswa Interaksi ini lebih menunjukkan jika seorang anak memiliki motivasi yang rendah
dan kemampuan berpikir abstrak rendah maka akan kesulitan ketika mereka
mengikuti kegiatan belajar CTL ataupun inkuiri. Mereka cenderung untuk
melakukan suatu kegiatan eksperimen terutama jika hasil data yang diperoleh
tidak begitu baik. Seseorang yang memiliki motivasi rendah maka akan cenderung
menghubungkan bahwa faktor-faktor internalnya juga rendah (Muhmmad,2007).
Kurang cakapnya guru dalam menangani anak-anak yang memiliki motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
rendah menyebabkan data yang diperoleh tidak terjadi interaksi antara motivasi
dan kemampuan berpikir abstrak. Seharusnya hal yang demikian sebagai
pegangan guru untuk membarikan perhatian yang lebih terutama untuk siswa yang
memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi rendah untuk
melakukan kegiatan pembelajaran lebih optimal.
7. Hipotesis ketujuh
“Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL
dengan motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak terhadap
prestasi belajar siswa.”
Dikalangan guru khususnya model-model pembelajaran mulai diterapkan guna
menjadikan suatu proses pembelajaran penuh dengan makna, mulai yang
berorientasi pada hasil akhir sampai dengan berorientasi pada suatu proses
penemuan. Pembelajaran yang dilakukan tidak memberikan interaksi yang baik
antara motivasi berprestasi siswa dan kemampuan berpikir abstrak siswa. Hasil
yang diporelah daripenelitian ini adalah siswa yang diajarkan dengan model CTL
memiliki hasil prestasi belajar yang tinggi jika dibandingkan dengan model
inkuiri. Pada masing-masing kelas diperoleh bahwa siswa yang memiliki
kamampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi berprestasi tinggi memperoleh
prestasi belajar yang tinggi dan kondisi siswa yang memilki kemampuan berpikir
abstrak rendah dan motivasi berprestassi rendah akan memiliki prestasi belajar
yang rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Keadaan dilapangan menunjukkan bahwa siswa dengan kegiatan pembelajaran
CTL mereka lebih cenderung untuk memberikan suatu karya yang terbaik baik
untuk kelompoknya karena menyangkut kreativitas yang diberikan oleh siswa
untuk melakukan hal yang terbaik. Pada pembelajaran inkuiri hanya cenderung
menyelesaikan masalah-masalah klasik yang berkaitan dengan konsep. Siswa
dengan motivasi tinggi dan kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih nyaman
apabila mengikuti kegiatan belajar dengan model CTL karena mereka akan
mampu mengeksplorasi segala hal yang ada dalam pikirannya mereka akan lebih
antusias untuk memberikan argumen-argumen logis mengenai konsep fisika.
Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi
rendah akan merasa tertekan apabila mereka mengikuti kegiatan pembelajaran
CTL. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tashoobbshirazi,2007)
menunjukkan siswa dengan motivasi rendah akan memiliki kecemasan yang
tinggi dan lemah keyakinan diri. Hal inilah yang mempengaruhi seorang siswa
dalam memperoleh prestasi belajar.
E. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini telah diusahakan seminimal mungkin terjadi kesalahan,
akan tetapi kelemahan dan keterbatasan dari penelitian tidak dapat dihindari
secara penuh. Dalam penelitian ini kelemahan dan keterbatasan yang ada antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
1. Instrument yang digunakan hanya diuji cobakan satu kali pada sekolah
pembanding, padahal sebaiknya instrument yang diuji cobakan dilakukan
berkali-kali di sekolah pembanding yang setara.
2. Prestasi belajar yang diamati peningkatanya hanya disatu pokok bahasan
seharusnya prestasi belajar yang diamati adalah disemua pokok bahasan.
3. Untuk mengobservasi kegiatan laboratorium seharusnya tidak hanya dilakukan
oleh satu guru akan tetapi diperlukan beberapa guru.
4. Guru kurang memberikan umpan ba lik kepada siswa terutama kepada siswa
yang memiliki motivasi rendah dan kemampuan berpikr abstrak rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh suatu simpulan sebagai
berikut ini:
1. Pembelajaran CTL dan Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan hasil
nilai rata-rata 65,80 dan 60,34. Pelaksanaan kedua model pembelajaran ini
bertujuan untuk membentuk pola pikir sains siswa. Siswa akan mampu untuk
menaganalisis gejala alam yang ada sebelum menarik suatu simpulan.
2. Kemampuan berpikir abstrak siswa memberikan pengaruh yang besar dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan CTL. Siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi mampu memberikan
sumbangsih yang besar terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan mudah menganalisis
gejala-gejala alam yang ada untuk menarik suatu simpulan.
3. Motivasi berprestasi siswa mempengaruhi prestasi siswa dalam pencapaian
prestasi belajar. Motivasi berprestasi siswa yang tinggi akan senatiasa
melakukan percobaan ataupun eksperimen secara baik karena pada kedua
model ini siswa akan cenderung melakukan percobaan atau eksperimen baik
di laboratorium atau di lingkungan sekitar untuk membuktikan gejala alam
yang ada sebagai suatu konsep dasar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
4. Dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL terjadi
suatu interaksi dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi
belajar siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi ketika
mengikuti pembelajaran dengan model CTL mampu menghasilkan prestasi
belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir
abstrak yang rendah juga mampu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi
pula ketika mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.
5. Dalam proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan CTL
tidak terjadi interaksi dengan motivasi berprestasi siswa. Hal yang demikian
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan
mendapatkan prestasi belajar yang tinggi pula baik diajarkan dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing atau CTL.
6. Ketika pembelajaran berlangsung tidak terjadi interaksi antara kemampuan
berpikir abstrak siswa dengan motivasi berprestasi siswa. Siswa yang
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan kemampuan berpikir abstrak
tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula sebaliknya siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan motivasi berprestasi
berprestasi rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah pula.
7. Pelaksanaan pembelajaran CTL dan inkuri terbimbing tidak memberikan
interaksi antara kemampuan berpikir abstrak siswa dan motivasi berprestasi
siswa terhadap kemampuan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir abstrak tinggi dan motivasi belajar tinggi akan
mengahsilkan prestasi belajar yang tinggi apabila ikut dalam proses belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
CTL atau inkuiri terbimbing sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir abstrak rendah dan kemampuan berpikir abstrak rendah akan
cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah baik di kelas CTL atau inkuri
terbimbing.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan
oleh seorang guru. Model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran CTL
memberikan hasil belajar yang sama. Karena tujuan dari model pembelajaran ini
adalah sama yaitu membentuk perilaku sains terhadap siswa. Siswa dituntut untuk
mengamati setiap gejala alam yang ada dengan memulai mengajukan hipotesis,
merancang kegiatan, mengumpulkan data dan pada akhirnya menyimpulkan suatu
gejala alam yang ada. Proses belajar ini tentunya tidak lepas dari motivasi
berprestasi siswa baik internal atau ekternal, dengan adanya motivasi berprestasi
yang dimiliki oleh siswa tentunya akan mempengaruhi hasil belajar yang ada.
Siswa dengan motivasi berprestasi berpresatasi yang tinggi akan senantiasa
mencapi tujuan dengan keberhasilan yang tinggi pula begitupun sebaliknya.
Untuk memperoleh hasil akhir yang mampu diterima siswa maka fakta-fakta yang
diperoleh oleh siswa perlu dihubung-hubungkan sehingga menjadi kesatuan yang
kompleks. Hal yang demikian tidak lepas dari peranan kemampuan berpikir
abstrak siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan lebih
mudah untuk menarik suatu fakta mejadi simpulan dan siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
kemampuan berpikir abstrak rendah tentunya perlu bantuan dari seorang guru
untuk mencapai suatu simpulan yang dapat diterima oleh siswa.
2. Implikasi Praktis
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL ditinjau dari aspek
kemampuan berpikir abtrak siswa dan motivasi berprestasi siswa pada materi
dinamika partikel sangat perlu diterapkan dalam rangka membentuk pola pikir
sains siswa. Karena dalam pembelajaran ini menuntut seorang siswa untuk selalu
aktif dalam memperoleh informasi dari observasi, membuat pertanyaan,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat simpulan. Hendaknya
guru benar-benar memperhatikan model yang akan digunakan sehingga dalam
proses pembelajaran akan mendapatkan tujuan apa yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah motivasi berprestasi siswa
karena dalam proses pembelajaran CTL dan inkuiri terbimbing motivasi
memegang peranan yang penting. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
akan melakukan kegiatan pembelajaran yang baik, siswa ini akan terus mencoba
untuk membuktikan suatu fenomena alam. Hal kedua yang perlu diperhatikan
adalah kemampuan berpikir abstrak siswa. Kemampuan berpikir abstrak akan
mengarahkan seorang anak untuk mengaitkan berbagai fakta di lingkungan
menjadi suatu konsep dasar fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
C. SARAN
1. Saran untuk Guru
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang di atas maka dapat dikemukakan
saran untuk guru adalah sebelum memulai pelajaran hendaknya seorang guru
menentukan tujuan atau ketrampilan yang akan diberikan oleh siswa. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan CTL sangat baik digunakan untuk
membentuk pola pikir sains kepada siswa terutama pada materi dinamika partikel.
Untuk menghasilkan prestasi belajar yang maksimal hendaknya guru
memperhatikan kondisi internal siswa. Proses belajar yang mengarah pada
kegiatan praktikum atau eksperimen mengutamakan kemampuan berpikir abstrak
siswa. Kemampuan ini perlu dilakukan pengukuran oleh guru sebelum melakukan
proses belajar mengajar. Selain itu motivasi berprestasi siswa juga perlu diketahui
dulu oleh guru sebelum melakukan proses pembelajaran karena mengingat
kegiatan belajar akan banyak terpusat pada siswa.
2. Saran untuk peneliti berikutnya
Rumpun kegiatan pembelajaran untuk melatih pola pikir sains siswa selain
CTL dan Inkuiri terbimbing masih terdapat model pembelajaran lain. Tentunya
model pembelajaran ini akan memberikan sumbangan penelitian yang lain pula.
Dalam penelitian ini tentunya harus memperhatikan kondisi siswa. Pelatihan pola
pikir sains akan lebih efektif diberikan kepada siswa dengan tingkat kecerdasan
menegah ke atas. Hal yang demikian menjadi acuan karena dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
pembelajaran ini menuntut siswa untuk mandiri dan aktif terhadap instruksi-
instruksi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Kondisi internal siswa selain motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir
abstrak sangat mutlak diperlukan juga, gaya belajar dan cara berpikir anak
merupakan hal yang akan memberikan hasil lain dalam penelitian. Gaya belajar
anak akan dibagi-bagi baik audio, visual atau audiovisual tentunya akan
memberikan sumbangan yang lain guna melengkapi penelitian ini.
top related