paper daskom
Post on 05-Dec-2014
122 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak
langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama
lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-
satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain dilingkunganya
adalah komunikasi baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan
isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Seorang mahasiswa harus
menguasai keempat aspek tersebut agar memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berkomunikasi
tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi mahasiswa dituntut untuk
mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat
untuk berkomunikasi. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh
mahasiswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang
keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu
jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun
pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun,
keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan
yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56)
memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu
yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun
kelompok. Mahasiswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,
pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara
menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara
mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat
menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
1
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi,
masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua mahasiswa mempunyai
kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara
atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178)
bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan
memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial
berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan,
keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk
membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut
memudahkan mahasiswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau
gagasan kepada orang lain.
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para mahasiswa karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
mahasiswa pada saat kuliah maupun nantinya terjun ke lapangan secara
langsung. Keberhasilan belajar mahasiswa dalam mengikuti proses kegiatan
belajar-mengajar perguruan tinggi sangat ditentukan oleh penguasaan
kemampuan berbicara mereka. Mahasiswa yang tidak mampu berbicara
dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
Oleh sebab itu maka, pelajaran komunikasi di kalangan kedokteran
khususnya kedokteran hewan harus lebih digalakkan lagi agar mahasiswa
kedokteran hewan kelak memiliki suatu keterampilan berkomunikasi saat
nantinya akan terjun ke masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang muncul
sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang dan asal usul dari komunikasi?
2. Seberapa penting komunikasi itu untuk manusia, dan khususnya untuk
mahasiswa kedokteran hewan?
2
3. Bagaimana definisi atau istilah dari komunikasi?
4. Berapa model komunikasi yang dipergunakan saat komunikasi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat memahami latar belakang dan asal usul dari komunikasi.
2. Untuk dapat memahami pentingnya komunikasi untuk manusia, dan
khususnya untuk mahasiswa kedokteran hewan.
3. Untuk dapat memahami definisi atau istilah dari komunikasi.
4. Untuk dapat memahami model komunikasi yang dipergunakan saat
komunikasi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana,
khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai dasar
komunikasi khususnya mengenai keterampilan berkomunikasi.
2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan dasar komunikasi
khususnya mengenai keterampilan berkomunikasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang dan Asal Usul Komunikasi
Pada saat ini, dengan membuat tugas ini kami berusaha lebih
memperkenalkan mahasiswa kedokteran hewan Universitas Udayana dan
praktisi untuk megetahui bagaimana cara memiliki keterampilan
berkomunikasi yang efektif terhadap klien (pemilik) hewan, kolega dan
pekerjaan lainnya, dimana semuanya ini akan kita hadapi setiap hari.
Pentingnya komunikasi itu diperlukan oleh berbagai profesi, sehingga disini
suatu lembaga membuat referensi khusus tentang komunikasi untuk salah satu
profesi yaitu profesi kesehatan. Keterampilan yang dibutuhkan agar mencapai
kesuksesan saat berkomuikasi yaitu kita harus mengetahui istilah – istilah
atau kunci yang berkaitan saat komunikasi diantaranya kita harus mengetahui
definisi dari komuikasi itu, dimana definisi komunikasi ialah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi
di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan
tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu
komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian,
penerimaan dan pengolahan pesan. Selain mengetahui definisi komunikasi
untuk memperoleh komunikasi yang sukses, kita juga harus mengetahui
beberapa model yang digunakan untuk komunikasi agar bisa terurai dengan
jelas dan direlevansikan.
Dalam konteks konsultasi hewan, sebuah model melingkar diusulkan
karena dianggap berguna, kemampuan untuk dapat mengajukan pertanyaan
yang efektif diakui dan ada beberapa pedoman umum yang ditawarkan.
Setelah itu, pentingnya mendengarkan saat komunikasi berlangsung
merupakan elemen inti dari komunikasi dan yang terakhir pengaruh
lingkungan dan budaya pada proses komunikasi juga dianggap sangat
penting.
4
Dalam bidang kesehatan seperti, kedokteran, keperawatan dan
fisioterapi, serta pelatihan keterampilan komunikasi merupakan kurikulum
tambahan yang relatif baru. Pada tahun 1980 diterbitkan sebuah gagasan
yang diidentifikasi dalam sejumlah makalah keperawatan yang berbunyi “
talking isn’t working’ atau dapat diartikan “berbicara itu bukan suatu
pekerjaan” (Melia 1982). Dan pada saat dikaitkan dengan pemberian obat-
obatan, ada suatu pandangan bahwa saat terjadinya konsultasi medis sangat
sulit untuk mencapai komunikasi yang efektif, walaupun pada saat itu sudah
banyak ada tulisan mengenai komunikasi (Roberts et al. 2003).
2.2 Pentingnya Komunikasi
"Tidak mungkin untuk tidak berkomunikasi." Pernyataan ini sering
digunakan oleh seorang ahli teori komunikasi (Laurent 2000). Komunikasi
dapat membantu kita untuk belajar tentang orang lain dan diri kita sendiri dan
yang bersangkutan dengan apa yang ditransmisikan, bagaimana itu harus
disampaikan dan apa yang menghalangi sehingga semua itu memerlukan
proses (Arnold & Underman-Boggs 2007). Telah diingatkan juga bahwa
komunikasi interpersonal sangat penting untuk semua orang yang memilki
sikap profesional dan peduli terhadap diri sendiri, dan disarankan bahwa
banyak masalah yang terkait dengan kurangnya pemahaman antara orang
yang bergerak di bidang kesehatan dengan klien dapat dihindari dengan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Ley 1988). Kurangnya
komunikasi yang efektif dapat terlihat seperti adanya keluhan atau pengaduan
mengenai kesehatan atau fasilitas kesehatan (Roberts & Bucksey 2007).
Komunikasi antara orang yang profesional di bidang kesehatan dan klien
yang telah memahami tentang kesehatan bahwa mereka sudah mendapatkan
perawatan yang diberikan tersebut, sehingga memiliki pengalaman yang
positif dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dalam bidang kedokteran dan keperawatan, komunikasi telah lama
dilihat sebagai kompetensi inti untuk menjelaskan gejala-gejala pasien,
masalah dan kekhawatiran dan, menurut penelitian terbaru, keterampilan
klinis yang penting untuk memastikan promosi kesehatan, pengobatan dan
5
kepatuhan (Ammentorp et al. 2007). Komunikasi yang efektif sebagian besar
dianggap merupakan faktor kunci dalam kepuasan klien, kepatuhan dan
pemulihan (Chant et al, 2002;. Rider & Keefer 2006). Pernyataan oleh
Faulkner (1998), 'untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain
adalah mengenali pemahaman mengenai rasa dari semua pasien adalah
relevan untuk setiap diskusi tentang pentingnya komunikasi. Penelitian telah
menunjukkan bahwa ketika klien terlibat dalam pengambilan keputusan
mereka lebih mungkin untuk mematuhi rekomendasi (Rainer et al. 2002).
Pernyataan tertulis untuk mahasiswa keperawatan dan kesehatan juga relevan
bagi mereka dalam profesi kedokteran hewan. Secara internasional,
keterampilan mengajar dan menilai interpersonal dan komunikasi sekarang
diterima sebagai komponen integral dari program pendidikan kedokteran dan
yang terkait (Rider & Keefer 2006; Roberts et al. 2003).
Meskipun meningkatnya kesadaran akan pentingnya komunikasi yang
baik dan efektif dalam dunia kesehatan, sebagian besar keluhan pasien masih
berhubungan dengan masalah komunikasi (Ammentorp et al 2007.).
Kurangnya informasi dan kurangnya respon yang dianggap berada di garis
depan dari keluhan tersebut dalam peringkat kepuasan pasien (Ammentorp et
al. 2007). Sebagai dokter hewan tentu dituntut untuk dapat melakukan suatu
hubungan yang baik dengan klien atau si pemilik pasien. Hubungan tersebut
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus
informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima
pesan. Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya.
Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain (Larry King.
2002). Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-
penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan
balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara
kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda
menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang
6
anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis
(Deborah Tannen. 1996).
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang
lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau
senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di
pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik. Sehingga nantinya terciptalah
hubungan antar individu yang saling berinterkasi (Susanto, Astrid. 1995).
Terciptanya hubungan yang baik dapat dipengaruhi oleh efektif
tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam
suatu hubungan tertentu merupakan proses transformasi pesan berupa
pengetahuan mengenai kesehatan khusunya kesehatan hewan dari dokter
hewan atau sejenisnya kepada klien atau pemilik hewan tersebut, dimana
klien mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, sehingga menambah wawasan dan lebih mengetahui tentang
kesehatan. Sehingga nantinya menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Pada konteks ini dokter hewan memiliki peran ibaratkan wartawan
yang akan melakukan reportase. Sehingga dokter hewan adalah pihak yang
paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif
dalam hubungan ini.
Antara keterampilan komunikasi dan keterampilan klinis masih menjadi
sumber perdebatan (Chant et al, 2002;. Noble & Richardson 2006). Dari
semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan
keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling
penting dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan
diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan
itu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan
menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain.
Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain,
mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri
kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi,
kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita
7
membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalanya
memperbaiki) hubungan pribadi kita.
Dalam literatur medis, contoh seorang sentralitas komunikasi
diilustrasikan dalam kaitannya dengan perawatan kanker di mana para
peneliti memprediksi bahwa ahli onkologi melakukan antara 150.000 sampai
200.000 konsultasi terhadap pasien dan keluarga yang menderita penyakit
kanker selama 40 tahun (Noble & Richardson 2006).
Sangat penting untuk kita ketahui bahwa penyedia layanan kesehatan
dengan mengembangkan kesadaran tentang apa yang sebenarnya yang
dimaksud dengan komunikasi yang efektif. Peneliti sebelumnya dan
teoretikus telah berusaha untuk memprediksi keterampilan yang diperlukan
untuk komunikasi yang efektif. Menurut MacLeod Clark (1983), yang
termasuk komunikasi efektif sebagai berikut :
Mengamati dan mendengarkan
Memperkuat dan mendorong
Mempertanyakan
Menanggapi
Dengan demikian, hal tersebut dapat digunakan untuk berkomunikasi
lebih dari sekedar ucapan kata-kata tetapi juga pertukaran ide dan informasi
antara dua orang atau lebih. Dalam mengembangkan kerangka suatu
wawancara medis, maka pentinglah untuk memahami pedoman dalam
komunikasi untuk dokter dan mahasiswa kedokteran (Kurtz et al 2003;
Silverman et al 1998). Model konsultasi disesuaikan untuk para praktisi di
bidang kedokteran hewan dan mahasiswanya (Bab 2). Seperti pada
pengobatan manusia, komunikasi dalam konsultasi hewan adalah harus tetap
terarah dalam waktu yang terbatas namun terfokus (Arnold & Underman-
Boggs 2007).
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih
orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi
selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh
pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau
8
mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif.
Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap,
keyakinan, emosi, dan perasaan anda, ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda
mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan
bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut, ini
adalah dampak atau efek psikomotorik.
2.3 Definisi atau Istilah Komunikasi
Komunikasi adalah elemen dasar interaksi antara manusia dimana
orang-orang diizinkan untuk membangun, mengatur dan meningkatkan
kontak dengan lainnya. Ini adalah sarana penyampaian pesan, bagaimana
pesan itu disampaikan dan apa faktor penghalangnya. Menurut literatur
mengenai keterampilan komunikasi, jika keterampilan ini adalah sama
dengan keterampilan interpersonal dan saya setuju perbedaan keterampilan
interpersonal berbeda dari keterampilan sosial (Chant et al.2002). Literatur
ini menyarankan istilah yang sering digunakan secara bergantian (Chant et
al.2002; Hargie 2007). Proses ini menyampaikan kesulitan dalam menyajikan
definisi secara inklusif. Variasi ini terlihat jelas dalam bidang Sumber Daya
Manusia. Dalam era persaingan dalam mencari pekerjaan sekarang ini,
banyak perusahaan membutuhkan pekerja yang memiliki keterampilan
bersosialisasi dan berkomunikasi yang baik.
Komunikasi adalah proses saling memahami dan saling berbagi.
Komunikasi sekarang sebagai sebuah proses yang tidak berawal dan tidak ada
akhir (Hargie 2007; Wolvin dan Coakley 1996 ). Dengan demikian,
komunikasi itu akan terus berlanjut dan mengalami perubahan karena tidak
ada dua interaksi yang sama (Wilson dan Sabee 2003). Proses ini mengalami
kesulitan jika tidak berkompeten dalam keterampilan berkomunikasi (Hargie
2007). Menyarankan bahwa kompetensi berkaitan dengan tiga hal yaitu
pengetahuan, motivasi dan keterampilan (Hargie 2007).
Pada dasarnya, arti kata komunikasi adalah memberikan, mengirimkan,
dan menghubungkan (Simpson dan Weiner 2005). Keterampilan
berkomunikasi dikaitkan dengan hasil di mana tujuan dari interaksi ini adalah
9
untuk mendapatkan hasil tertentu, seperti umumnya terjadi disaat tatap muka
dan konsultasi dengan profesional (McConnell 2004). Terlihat, beberapa
literatur yang berkaitan dengan komunikasi menekankan pentingnya
pertukaran informasi antara pengirim dan penerima, sementara lainnya
pentingnya kesepahaman dan timbal balik (Odell 1996).
Hargie (2007) kemampuan berkomunikasi sudah dimiliki sejak usia
dini sebagai kinerja terampil dan memandang keterampilan komunikasi
interpersonal. Hargie menyamakan perolehan keterampilan komunikasi dalam
cara yang sama seperti keterampilan motorik kasar atau halus. Mengingat
bahwa unsur-unsur dasar sosial untuk tingkat yang lebih besar atau lebih kecil
dari bayi. Dalam mencoba untuk membedakan antara interaksi sosial dan
komunikasi interpersonal, Hargie (2007) berdasarkan Penelitian sebelumnya
dan menegaskan bahwa tiga unsur kesamaan dengan keterampilan sosial dan
keterampilan lainnya. Dia menyebutkan enam elemen dasar diidentifikasi
oleh studi (Michelson et al.2007) sebelumnya sebagai pusat untuk akuisisi
keterampilan sosial:
1) Tingkat pendidikan
2) Gabungan dari perilaku verbal dan non verbal
3) Memerlukan inisiasi yang tepat dan tanggapan
4) Memaksimalkan manfaat lainnya yang tersedia
5) Memerlukan waktu yang tepat dan kontrol perilaku tertentu
6) Dipengaruhi oleh faktor kontekstual yang berlaku
Berdasarkan Asumsi bahwa elemen ini sangat penting untuk aspek
keterampilan, definisi berikut keterampilan sosial adalah (Hargie 2007)
sebuah proses di mana individu menerapkan satu set tujuan yang diarahkan,
saling terkait, situasional berkaitan dengan perilaku sosial yang dipelajari dan
dikendalikan. Dalam rangka untuk menempatkan definisi ini dalam konteks,
teoritis komunikasi, diyakini memiliki dasar dalam tiga area, menurut
(Arnold dan Underman-Boggs 2007) :
1) Pengetahuan yang mendukung praktek termasuk teori dari psikologis dan
manajemen
10
2) Faktor teknis sebagai keterampilan yang digunakan dalam praktek,
misalnya keterampilan komunikasi seperti mendengarkan.
3) Komponen kreatif, kontribusi pribadi diri.
Keyakinan ini sama dengan prinsip-prinsip yang disarankan oleh
Calgray-Cambridge (Kurtz et al.2003), yang secara utuh mendukung asumsi
tiga elemen, namun memiliki sedikit perbedaan dengan yang lainnya.
Komponen dalam diri dan keterampilan teknis diperlukan dalam memulai
wawancara dan membangun hubungan, dan memberikan struktur proses.
Pengetahuan elemen yang digunakan dalam mengumpulkan informasi selama
pemeriksaan fisik dan dalam menjelaskan dan merencanakan tindakan dan
perawatan. Pentingnya elemen kreatif dalam diri untuk menyelesaikan proses
komunikasi dan memastikan bahwa klien atau pemilik telah menerima dan
memahami pesan yang disampaikan.
2.4 Model Komunikasi
Willbur Schramm mengibaratkan komunikasi dengan kampung Bab
elh-Dhra pada lebih kurang 5000 tahun silam. Tempat itu dikunjungi oleh
setiap musafir karena kandungan air tawar yang dimiliki kampung itu.
Demikian pula halnya komunikasi yang telah ditelaah dari berbagai perspektif
ilmu (Rakhmat, 1985: 6-7). Model secara sederhana bisa dipahami sebagai
representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan
unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Sebagai suatu gambaran yang
sistematis. sebuah model bisa menunjukkan berbagai aspek dari suatu proses.
Model komunikasi merupakan alat untuk menjelaskan atau untuk
mempermudah penjelasan komunikasi. Dalam pandangan Sereno dan
Mortensen (dalam Mulyana. 2001:121), suatu model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi.
Oleh karena itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Gordon
Wiseman dan Larry Barker (dalam Mulyana, 2001:123) menjelaskan tiga
fungsi model komunikasi yaitu melukiskan proses komunikasi, menunjukkan
11
hubungan visual, membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan
komunikasi.
Sebelum mempelajari model komunikasi, mari kita pelajari unsur-unsur
yang terlibat dalam proses komunikasi. Unsur-unsur ini terdiri atas pengirim,
pesan, dan penerima. Proses komunikasi dimulai dengan adanya pengirim
yang mengkodekan ide, perasaan, atau pikirannya kepada pihak lain yang
menerima pesan dan mulai memproses isi dari pesan tersebut. Dari berbagai
model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas dua model paling
utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana
komunikasi dikonseptualisasikan dalam perkembangannya.
1. Model Komunikasi Linear
Gambar 1.1 Model komunikasi linear (satu arah)
Sebuah model digambarkan sebagai sebuah deskripsi atau analogi
(perbandingan) yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan
sesuatu yang tidak dapat langsung diamati (Simpson dan Weiner 2005).
Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren
Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of
Communication. Gambar 1.1 menggambarkan model ini sebagai proses
linear (Grover 2005). Ini menunjukkan pengirim dan penerima melalui
suatu saluran yang mana membawa pesan yang dikirim dan diterima.
Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik
pada teknologi radio dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model
yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran
(channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi linear (linear
communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci:
12
Saluran
Pesan PenerimaPengirim
Umpan balik/ Feedback
sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model linear
berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja
hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-
partisipan dalm proses komunikasi.
2. Model Interaksional
Gambar 1.2 Model ini merupakan proses lingkaran umpan balik. Pesan
dikodekan oleh pengirim dan penerima membaca/ mengartikan kode/
sandi tersebut. Umpan balik merupakan proses dua arah yang sedang
berlangsung, seperti yang ditunjukkan oleh anak panah tersebut.
Pesan yang dikirim dalam sebuah konteks tertentu, sering kali
terdapat pesan yang tersembunyi atau tidak tersampaikan dalam interaksi
verbal (Ellis et al. 2006). Pengirim yang berniat untuk menyampaikan
pikiran atau perasaanya, namun pesan yang disampaikan tidak dapat
tersampaikan dengan baik dalam interaksi tersebut. Ini penting dalam
aspek proses komunikasi (Ellis et al. 2006). Penerima dapat memahami
pesan yang dimaksudkan, di luar dari aspek lainnya. Selanjutnya, pengirim
dan penerima berinteraksi satu sama lain, dimana terdapat umpan balik
dari jawaban yang mereka keluarkan (Ellis et al. 2006). Model sederhana
diuraikan dalam Gambar 1.1 dimana terdapat unsur penting dari proses
dua arah yang berlangsung pada proses umpan balik tersebut. Upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan model dengan menambahkan sebuah
13
putaran atau lingkaran umpan balik (Gambar 1.2). Penambahan lingkaran
umpan balik dapat mengenali pesan yang tersembunyi yang disampaikan
dalam aspek non-verbal. Pesan disandikan/ dikodekan oleh pengirim dan
penerima membaca atau mengartikan kode/ sandi tersebut. Dan itu
merupakan umpan balik dari sebuah proses dua arah yang sedang
berlangsung. Karena itu, pengirim harus mengirimkan pesan secara efektif
sehingga penerima dapat menafsirkan atau mengkode pesan tersebut
(Grover 2005).
Dengan menggunakan sebuah model melingkar untuk
mengilustrasikan, proses komunikasi dapat divisualisasikan sebagai
sebuah proses siklus (melingkar) daripada proses linear. Proses melingkar
ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Para peserta
komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang
mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya
melalui pengambilan peran orang lain. Patut dicatat bahwa model ini
menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang
sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interaksional seperti yang
telah dijelaskan di atas adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan
terhadap suatu pesan. Berikut merupakan model melingkar (Gambar 1.3)
yang menggambarkan tujuh tahap proses komunikasi dan menggambarkan
bagaimana beberapa dari tahapan tersebut saling mempengaruhi sebagai
kesesuaian dari saluran yang dipilih.
14
1. Pengirim memutuskan
untuk mengirim pesan
2. Pesan terkirim
3. Pesan sampai ke penerima
4. Pesan diproses oleh
penerima
5. Umpan balik dimulai
6. Mengingat pesan
sebelumnya
7. Penerima memberi respon
Termasuk komunikasi non-verbal
Pengirim memilih saluran yang tepat
Masalah lingkungan, suara, dan elemen non-verbal
Tingkat pengetahuan atau pemahaman
Tingkat pengetahuan
atau pemahaman
Gambar 1.3 Model melingkar dari proses komunikasi. Menyajikan tujuh
tahapan dalam proses komunikasi. Menggambarkan bagaimana beberapa
dari tahapan tersebut saling mempengaruhi sebagai kesesuaian dari
saluran yang dipilih, masalah lingkungan, dan tingkat pengetahuan dan
pemahaman dari penerima.
Apa dampak dari melengkapi pesan verbal dengan informasi tertulis
atau mengurangi suara dalam lingkungan dimana komunikasi
berlangsung? Dianjurkan untuk memiliki buku panduan yang berisi
informasi yang ditulis dengan baik untuk meningkatkan proses komunikasi
dimana pemilihan tempat yang tenang yang jauh dari kebisingan juga
15
diperlukan. Sebagai tambahan, jumlah dan ukuran informasi yang
disampaikan atau jika penerima memahami informasi, akan menentukan
apakah komunikasi berhasil atau tidak. Pemahaman merupakan unsur
penting dalam sebuah komunikasi (Odell 1996). Menghindari penggunaan
kata-kata yang tidak perlu dan penggunaan kata-kata medis yang tidak
umum (tidak dimengerti oleh khalayak umum), penting untuk diperhatikan
dan penyediaan waktu untuk pertanyaan dan jawaban juga diperlukan.
Model melingkar disajikan dalam Gambar 1.3 yang mengaplikasikan apek
verbal dan non-verbal dalam komunikasi, terutama dalam situasi
konsultasi bidang veteriner, dimana pesan dikirim dan diterima oleh dokter
hewan dan pemilik hewan.
Konsep yang diuraikan dalam model Calgary-Cambridge yang
pada tahun 2003 model tersebut ditingkatkan apakah kongruen dengan
gagasan komunikasi menjadi sebuah proses melingkar, seperti diuraikan
dalam gambar 1.3 (Kurtz et al. 2003; Silverman et al. 1998). Lingkaran ini
akan dilalui beberapa kali selama proses konsultasi bidang veteriner
(kedokteran hewan) berlangsung. Hambatan komunikasi, dan memahami
pesan yang sedang dikirim, dapat terjadi pada setiap titik lingkaran
tersebut. Beberapa dari ini adalah pilihan saluran, kesesuaian dari isyarat
nonverbal, kesadaran lingkungan dan memastikan tingkat pengetahuan dan
pemahaman tentang klien/ pemilik hewan.
Dalam sebuah konsultasi bidang veteriner (kedokteran hewan),
tahap 1 melibatkan dokter hewan untuk memulai suatu proses. Saluran
yang dipilih, kata-kata, dan nada bicara digunakan sebagai tata cara dalam
berkonsultasi. Dalam mengembangkan hubungan, proses bergerak ke
tahap 2, dimana melibatkan faktor-faktor disekeliling, seperti suara,
kenyamanan dan aspek non-verbal dari klien/ pemilik hewan dan dokter
hewan. Kemudian masuk ke tahap 3, dimana pengumpulan informasi
dimulai. Proses pengumpulan informasi melalui tahapan 4 dan 5, yang
akan termasuk pemeriksaan fisik dan kronologi masa lalu hewan yang
diingat atau diketahui (tahap 6). Hal ini penting, karena pada tahap ini
16
diperlukan kesepahaman sehingga penjelasan atau pengobatan yang dipilih
dapat dipahami. Membangun hubungan yang baik selama proses
berlangsung, konsultasi dapat mendatangkan kesimpulan dengan sebuah
sesi tanya jawab yang memungkinkan suatu klarifikasi dan siklus dimulai
lagi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterampilan berkomunikasi merupakan dimana kita harus bisa
berkomunikasi efektif terhadap klien (pemilik), hewan, kolega dan pekerjaan
lainnya, dimana semuaya ini akan kita hadapi setiap hari. Keterampilan yang
dibutuhkan agar mencapai kesuksesan saat berkomuikasi yaitu harus
mengetahui istilah – istilah atau kunci yang berkaitan saat komunikasi
diantaranya kita harus mengetahui difinisi, model-model komunikasi, dan
yang paling penting kita harus mengetahui asal-asul dari keterampilan
berkomunikasi.
Komunikasi merupakan suatu ilmu yang sangat penting di berbagai
bidang. Sebagai seorang dokter hewan kita dituntut untuk memiliki
kemampuan komunikasi yang baik, karena nantinya akan di gunakan untuk
menjelaskan segala macam situasi medis kepada pasien atau klien yang
kebanyakan situasi medis ini belum terlalu populer di kalangan mereka. Maka
dari itu, kita diwajibkan untuk mampu menyampaikannya secara efektif,
sehingga dapat dengan mudah di mengerti dan di pahami oleh pasien atau
klien. Apabila mereka sudah paham terhadap apa yang kita sampaikan secara
langsung mereka akan mengikuti petunjuk yang kita berikan sehingga
nantinya akan dapat bermanfaat bagi kesehatan mereka.
Kemampuan berkomunikasi sudah kita miliki sejak usia dini.
Kemampuan dasar ini nantinya akan bertambah luas dipengaruhi oleh
lingkungan dan tingkat pendidikan. Dalam berkomunikasi sangatlah penting
memahami lawan bicara agar dapat melakukan komunikasi secara efektif
sehingga menghasilkan kesepahaman, karena kunci dari komunikasi yang
baik adalah “Kesepahaman” antar komunikator dengan komunikan.
Terdapat tiga unsur utama dalam model komunikasi, yaitu pengirim,
pesan, dan penerima. Dari model komunikasi yang sudah ada, terdapat dua
model komunikasi yang utama, yaitu komunikasi linear (satu arah) dan
18
komunikasi interaksional. Komunikasi linear menunjukkan pengirim dan
penerima melalui suatu saluran yang mana membawa pesan yang dikirim dan
diterima. Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau
penerima. Sedangkan pada model interaksional terdapat satu elemen penting
yaitu adanya suatu umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu
pesan. Proses umpan balik yang berbentuk melingkar ini menunjukkan bahwa
komunikasi selalu berlangsung, dimana pengirim dan penerima berinteraksi
satu sama lain dan terdapat umpan balik dari jawaban yang mereka keluarkan.
3.2 Saran
Disarankan kepada masyarakat khususnya mahasiswa kedokteran
hewan untuk dapat mengaplikasikan proses komunikasi yang efektif sehingga
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dalam melakukan konsultasi
kepada klien/ pemilik hewan. Sehingga terjadi interaksi yang menimbulkan
pemahaman informasi yang tepat dalam penanganan medis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ammentorp J, Sabroe S, Kofoed PE,Mainz J (2007) The effects of training in communication skills on medical doctors’ and nurses’ self-efficacy: a randomized controlled trial. Patient Education and Counseling 66(3):270–277.
Arnold E, Underman-Boggs K (2007) Interpersonal Relationships: Professional Communication Skills for Nurses, 5th edn. Saunders, St Louis, MO.
Chant S, Jenkinson T, Randle J, Russell G, Webb C (2002) Communication skills: some problems in nursing education and practice. Journal of Clinical Nursing 11(1):12–21.
Deborah, Tannen. 1996. Seni komunikasi Efektif: Membangun Relasi Dengan Membina Gaya Percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Ellis RB, Gates B, Kenworthy N (2006) Interpersonal Communication in Nursing, 2nd edn. Churchill Livingstone, Edinburgh.
Grover SM (2005) Shaping effective communication skills and therapeutic relationships at work: the foundation of collaboration. American Association of Occupational Health Journal 53(4):177–178.
Hargie O (2007) The Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge, London.
Haryadi dan Zamzani.1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Depdikbud Dirjen Dikti bagian Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Kurtz SM, Silverman JD, Draper J (2003) Teaching and Learning Communication Skills in Medicine, 2nd edn. Radcliffe Medical Press, Oxford.
Larry King, Bill Gilbert. 2002. Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Laurent CA (2000) Nursing theory for nursing leadership. Journal of Nursing Management 8: 83–87.
20
Ley P (1988) Communication with Patients: Improving Patients’ Satisfaction and Compliance. Croom Helm, London.
McConnell CR (2004) Interpersonal skills: what are they, how to improve them and how to apply them. The Health Care Manager 25(2):177–187.
Melia KM (1982) ‘Tell it as it is’: qualitative methodology and nursing research: understanding the student nurse’s world. Journal of Advanced Nursing 7(4):327.
Michelson L,Wood R, Sugai D, Kadzin A (2007) In: Hargie O (ed.), The Handbook of Communication Skills, 3rd edn. Routledge, London, Part 1, Chapter 1, p. 13.
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.
Noble LM, Richardson J (2006) Communication skills teaching: current needs. The Clinical Teacher 3(1): 23–28.
Odell A (1996) Communication theory and the shift handover report. British Journal of Nursing 5(21):1323–1326.
Rainer S, Beck MD, Daughtridge R, Sloane PD (2002) Physician–patient communication in the primary care office: a systematic review. Journal of the American Board of Family Medicine 15(1):25–38.
Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rider EA, Keefer CH (2006) Communication skills competencies: definitions and a teaching toolbox. Medical Education 40:624–629.
Roberts L, Bucksey SJ (2007) Communicating with patients: what happens in practice? Physical Therapy 87(5):586–594.
Roberts C, Wass V, Jones R, Sarangi S, Gillett A (2003) A discourse analysis study of ‘good’ and ‘poor’ communication in an OSCE: a proposed new framework for teaching students. Medical Education 37:192–201.
Silverman JD, Kurtz SM, Draper J (1998) Skills for Communicating with Patients. Radcliffe Medical Press, Oxford.
Simpson JA,Weiner ESC (eds) (2005) Compact Oxford Dictionary. Oxford University Press, Oxford.
21
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud
Susanto, Astrid. 1995. Globalisasi dan komunikasi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Wilson SR, Sabee CM (2003) Explicating communication competence as a theoretical term. In: Greene JO, Burleson BR (eds), Handbook of Communication and Interactive Skills. Lawrence Erlbaum, Mahwah, NJ.
Wolvin A, Coakley CW (1996) Listening, 5th edn. McGraw-Hill, Boston, p. 69.
22
top related