mkalah pbl complete
Post on 29-Dec-2015
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH PBL
Metabolik Endokrin - 1
BLOK 11
Yovinus deny
10.2010.119
A - 4
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510.Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
De2n_reii@ymail.com
Metabolik Endokrin - 1
Yovinus Deny
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
I. Pendahuluan
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-
hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa
pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem Endokrin juga mengatur konsentrasi kadar gula darah. Hormon regulator
kadar gula darah terutama disekresikan oleh bagian endokrin organ pankreas, yaitu
insulin dan glucagon. Insulin bekerja untuk meningkatkan glukosa ke dalam sel untuk
dikatabolisme menjadi energi serta meningkatkan penyimpanan glukosa dalam bentuk
glikogen, sedangkan glucagon bekerja antogonis terhadap insulin.
Defisiensi terhadap sekresi insulin dapat menyebabkan penyakit yang disebut
diabetes melitus, yaitu tingginya kadar gula darah akibat adanya gangguan terhadap kerja
insulin.
Dengan penulisan makalah ini, penulis ingin memberikan informasi tentang
struktur makroskopik dan mikroskopik pankreas sebagai organ penghasil hormon
regulator gula darah; faal hormon regulator kadar gula darah yang dihasilkan pancreas
dan organ endokrin lainnya dalam meregulasi kadar gula darah; serta metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak yang juga dipengaruhi oleh hormon tersebut. 1
II. Isi
a. Skenario
Seorang perempuan berusia 45 tahun, badannya gemuk datang ke puskesmas dengan
keluhan akhir-akhir ini sering kencing terutama pada malam hari sehingga tidurnya
terganggu. Oleh dokter dianjurkan untuk memeriksa kadar gula darah dan urin. Hasilnya
adalah peningkatan kadar gula darah diatas normal dan terdapat glukosa dalam urin, oleh
dokter dianjurkan untuk mengurangi berat badan dengan mengurangi makan karbohidrat.
Pasien bertanya apa hubungan gemuk dengan gula dalam darah yang naik?
b. Hipotesis
Kegemukan disertai dengan kadar gula darah diatas normal dan terdapat glukosa dalam
urin disebabkan oleh gangguan metabolisme (karbohidrat,protein, dan lemak) serta pola
makan.
c. Pembahasan
Otak harus terus menerus mendapat glukosa, bahkan di antara waktu makan ketika tidak
ada penyerapan zat gizi baru dari saluran pencernaan.
Pada tingkat superficial, metabolisme bahan bakar tampaknya relatif sederhana: jumlah
nutrien dalam makanan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan energi dan sintesis
sel. Namun, hubungan sederhana ini diperumit oleh dua pertimbangan penting. 2
Pertama, asupan bahan bakar melalui makanan bersifat intermiten, tidak kontinu.
Akibatnya, sewaktu makan terjadi kelebihan energi yang harus diserap dan disimpan untuk
digunakan selama periode puasa di antara waktu makan, saat tidak tersedia sumber bahan bakar
metabolik dari makanan. Kelebihan glukosa dalam darah disimpan dalam bentuk glikogen di hati
dan otot. Karena glikogen merupakan cadangan energi yang relatif kecil, bentuk ini hanya dapat
memenuhi kebutuhan energi kurang dari sehari. Setelah gudang glikogen di hati dan otot "terisi
penuh", glukosa lain harus diubah menjadi asam lemak dan gliserol, yang digunakan untuk
membentuk trigliserida (gliserol dengan tiga asam lemak melekat padanya), terutama di jaringan
adiposa (lemak) dan sedikit di otot. Kelebihan asam amino dalam sirkulasi darah yang tidak
diperlukan untuk sintesis protein tidak disimpan sebagai protein tambahan tetapi diubah menjadi
glukosa dan asam lemak, yang pada akhimya disimpan sebagai trigliserida. Dengan demikian,
tempat utama untuk menyimpan kelebihan ketiga kategori zat gizi adalah jaringan adiposa.
Dalam keadaan normal, simpanan trigliserida cukup untuk memenuhi kebutuhan energi selama
dua bulan, dan lebih lama pada orang yang kegemukan. Katabolisme simpanan trigliserida
menyebabkan pembebasan gliserol dan asam lemak. Katabolisme simpanan lemak menghasilkan
90% asam lemak dan 10% gliserol berdasarkan berat.
Sebagai cadangan energi ketiga, energi dalam jumlah substansial disimpan dalam bentuk
protein struktural, terutama di otot, yaitu massa protein paling banyak di tubuh. Namun, protein
bukan sumber pertama yang dipilih untuk dipakai sebagai sumber energi karena protein memiliki
fungsi esensial lain, sebaliknya, simpanan glikogen dan trigliserida semata-mata digunakan
sebagai simpanan energi.1
Faktor kedua yang memperumit metabolisme bahan bakar adalah bahwa otak dalam
keadaan normal bergantung pada penyaluran glukosa darah dalam jumlah adekuat sebagai satu-
satunya sumber energi. Dengan demikian, konsentrasi glukosa darah harus dipertahankan di atas
suatu titik kritis. Konsentrasi glukosa darah biasanya adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma dan
dalam keadaan normal dipertahankan dalam rentang sempit 70-110 mg/100 ml. Glikogen hati
merupakan reservoir penting untuk mempertahankan kadar glukosa darah selama puasa singkat.
Namun, glikogen hati relatif cepat habis, sehingga selama puasa yang lebih lama, mekanisme
lain harus digunakan untuk memastikan bahwa kebutuhan energi otak yang tergantung glukosa
tersebut terpenuhi. Pertama, saat tidak ada glukosa baru yang masuk ke dalam darah dari
makanan, jaringan-jaringan yang tidak harus memakai glukosa mengubah perangkat metabolik
mereka untuk membakar asam lemak, sehingga glukosa dapat dicadangkan untuk otak. Asam-
asam lemak disediakan melalui katabolisme simpanan trigliserida sebagai sumber energi
alternatif untuk jaringan yang tidak bergantung pada glukosa. Kedua, asam-asam amino dapat
diubah menjadi glukosa melalui glukoneogenesis, sedangan asam lemak tidak. Dengan
demikian, jika simpanan glikogen sudah habis walaupun sudah dilakukan penghematan glukosa,
otak tetap mendapat pasokan glukosa baru yang dihasilkan dari katabolisme protein tubuh dan
perubahan asam amino yang dibebaskan menjadi glukosa. 1,2
A. Struktur Mikroskopik
Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang menghasilkan enzim
pencernaan dan hormon. Enzim ditimbun dan dilepaskan oleh sel dari bagian eksokrin, yang
tersusun dalam asinus. Hormon disintesis oleh kelompok sel epitel endokrin, yang dikenal
sebagai pulau Langerhans. Asinus eksokrin pancreas terdiri atas beberapa sel serosa yang
mengelilingi lumen. Sel-sel ini sangat terpolarisasi, dengan inti bulat dan khas untuk sel
penghasil protein.4
Dengan cara pulasan khusus dapat dibedakan menjadi:
1. Sel α = penghasil glukagon
Terletak di tepi pulau.
Mengandung gelembung sekretoris dengan ukuran 250nm.
2. Sel ß = penghasil insulin
Terletak di bagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau.
Mengandung kristaloid romboid atau poligonal di tengah.
3. Sel D = penghasil somatostatin
Terletak di bagian mana saja dari pulau, umumnya berdekatan dengan sel A.
Mengandung gelembung sekretoris ukuran 300-350 nm dengan granula homogen.
4. Sel C
Terlihat pucat, umumnya tidak bergranula dan terletak di tengah di antara sel B.
Fungsinya tidak diketahui.
B. Hormon Regulator
Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metabolisme bahan bakar adalah
insulin dan glukagon. Hormon lain yang ikut berperan dalam metabolisme energi adalah
epinefrin, cortisol, dan growth hormone.1
Insulin mempunyai efek yang penting bagi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Insulin menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah dan membantu
dalam penyimpanan. Saat molekul tersebut masuk ke dalam darah selama masa absorbsi, insulin
mengatur penyerapan sel dan perubahan menjadi glikogen, trigliseral, dan protein.
Pengaturan keseimbangan gula darah adalah aktifitas penkreas yang penting. Pengaturan
konsentrasi glukosa dibagi menjadi beberapa cara: penyerapan glukosa dari GIT, transport
glukosa ke sel, produksi glukosa hati, sekresi glukosa di urine. 5
Somatostatin berperan sebagai hormon yang menghambat system digestive dalam
beberapa cara, antara lain adalah menghambat pencernaan nutrisi dan menghambat penyerapan
nutrisi. Somatostatin disekresikan melalui sel D melalui respon langsung dari kenaikan gula
darah dan asam amino dalam absorbsi makanan. 6
Somatostatin memiliki efek penghambat sebagai berikut :
1. Bekerja di dalam pulau langerhans guna menekan sekresi insulin dan glukagon.
2. Menurunkan gerakan lambung, duodenum, dan kandung empedu.
3. Mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna.
Peran utama somatostatin adalah untuk meningkatkan waktu asimilasi makanan dari usus ke
dalam darah. Pada waktu yang sama, pengaruh somatostatin yang menekan sekresi insulin dan
glukagon akan menurunkan penggunaan zat nutrisi yang diabsorbsi oleh jaringan, sehingga
mencegah pemakaian makanan yang cepat dan oleh karena itu membuat makanan tersedia untuk
waktu yang lebih lama.
Insulin
Insulin menghasilkan empat efek yang menurunkan kadar gula darah dan penyimpanan
karbohidrat:
1. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian sel. Molekul glukosa tidak
mudah menembus membran sel tanpa adanya insulin. Dengan demikian, sebagian besar
jaringan sangat bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah dan
menggunakannya. Insulin meningkatkan mekanisme difusi terfasilitasi (dengan perantaraan
pembawa) glukosa ke dalam sel – sel tergantung insulin tersebut melalui fenomena
transporter recruitment. Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di
membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter (pengangkutan glukosa). Sel – sel
tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel. Pengangkut –
pengangkut tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respons terhadap
peningkatan sekresi insulin sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel.
Apabila sekresi insulin berkurang, pengangkut – pengangkut tersebut sebagian ditarik dari
membran sel dan dikembalikan ke simpanan sel. Beberapa jaringan yang tidak begantung
pada insulin untuk menyerap glukosa dalam otak, otot yang aktif dan hati.
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukkan glikogen dari glukosa baik di otot maupun
di hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat pengeluaran glikogen, insulin meningkatkan penyimpanan karbohidrat dan
menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis,
perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukan hal ini melalui dua cara
yaitu dengan menurunkan jumlah asam amino di dalam darah yang tersedia bagi hati untuk
glukogenogenesis dan menghambat enzim – enzim hati yang diperlukan untuk mengubah
asam amino menjadi glukosa.7
Kerja insulin terhadap penurunan kadar lemak darah dan penyimpanan trigliserida terdiri dari:
1. Membentuk jalan masuk asam lemak dari darah ke sel jaringan adipose.
2. Meningkatkan transport glukosa ke sel jaringan adipose. Glukosa merupakan precursor
dari pembentukan asam lemak dan gliserol, yang merupakan komponen utama dalam
sintesis trigliserida.
3. Mengaktifkan reaksi kimia yang sangat membutuhkan asam lemak dan glukosa dalam
pembentukan trigliseral.
4. Menghambat lipolisis, mengurangi pengeluaran asam lemak dari jaringan adipose ke
darah.5,6
Secara garis besar, kerja dari insulin adalah pengambilan asam lemak dan glukosa dari
darah dan menyimpannya dalam bentuk trigliserida. Mekanisme kerja / sifat insulin adalah
meningkatkan pemasukkan glukosa melalui membran sel otot rangka, otot polos dan otot jantung
serta tidak pada sel epitel usus, tubulus ginjal, dan jaringan saraf ( kecuali daerah tertentu di
hipotalamus ). 1
Glucagon
Glucagon mempengaruhi beberapa proses metabolisme yang sama dengan insulin, namun
dalam beberapa kasus kerja dari glucagon berlawanan dengan kerja dari insulin. Tempat utama
dari kerja glucagon adalah di hati, dimana glucagon menghasilkan beberapa efek terhadap
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.5
Inti dari efek glucagon terhadap metabolisme karbohidrat adalah meningkatkan produksi
glukosa hati dan meningkatkan pengeluaran dan kadar gula darah. Glucagon menghasilkan efek
hiperglikemik dengan meningkatkan sintesis glikogen, membantu glikogenolisis, dan
menstimulus glikoneogenesis.
Glucagon membantu produksi keton hati dengan membantu perubahan asam lemak
menjadi badan keton. Kadar asam lemak dan keton darah meningkat karena kerja dari glucagon.
Glucagon menghambat sintesis protein hati dan membantu pemecahan protein hati. Glukagon
juga membantu katabolisme protein dalam hati, namun tidak mempengaruhi kadar asam amino
dalam darah karena tempat utama penyimpanan asam amino di otot.7
D.Metabolisme
Jalur metabolisme dibagi menjadi 3 :
1. Katabolik : Untuk proses pemecahan molekul besar, oksidasi, ekivalen pereduksi, dan
terutama produksi ATP, bersifat eksotermik
2. Anabolik : terlibat dalam proses sintesis senyawa kompleks dari prekurosr nya ( misal
Asam Amino menjadi Protein ), bersifat endotermik
3. Amfibolik : Terjadi di persilangan metabolisme yang menghubungkan jalur Katabolik
dan Anabolik. Misal : Siklus Asam Sitrat
Metabolisme berjalan normal bila : Tubuh dapat beradaptasi saat lapar, latihan fisik, kehamilan,
dan laktasi. Abnormal misal karena defisiensi nutrisi, enzim, sekresi hormonal pengatur
metabolisme tidak normal, efek racun / obat.6
Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi jika berbentuk monosakarida. Energi yang
dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP). Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam
bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam
bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk
karbohidrat lain dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama
bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi janin.
Unsur ini diubah menjadi karbohidrat lain dengan fungsi sangat spesifik, misalnya glikogen
untuk simpanan, ribose dalam bentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam
senyawa lipid kompleks tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan protein, yaitu glikoprotein
serta proteoglikan.
Karbohidrat Protein Lipid
Gula sederhana (terutama glukosa) Asam amino Asam lemak + gliserol+
gliserol
Asetil KoA
Siklus asam sitrat
2H ATP
2CO2
Pencernaan dan absorpsi
Katabolisme
Sifat diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam tubuh. Mamalia,
termasuk manusia harus memproses hasil penyerapan produk-produk pencernaan karbohidrat,
lipid dan protein dari makanan. Secara berurutan, produk-produk ini terutama adalah glukosa,
asam lemak serta gliserol dan asam amino. Semua produk hasil pencernaan diproses melalui
lintasan metaboliknya masing-masing menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang
kemudian akan dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam sitrat.7
Ilustrasi skematis dari lintasan metabolik dasar
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme
maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis,
glikogenolisis serta glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut: 8
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat
jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,
melainkan akan dirangkai menjadi glikogen yang akan disimpan di hati dan otot sebagai
cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka
karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi
non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa
baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Glikolisis Embden Meyerhof (EM)
Glikolisis EM berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi:
1. Asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. Asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Lintasan detail glikolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu
glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:
Glukosa + 2ADP +2Pi 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat :+ 4P
- hasil oksidasi respirasi :+ 6P
- jumlah :+10P
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : - 2P
+ 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat :+ 4P
- hasil oksidasi respirasi :+ 0P
- jumlah :+ 4P
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : - 2P
+ 2P
Oksidasi piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi di
dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang bekerja
secara berurutan di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran interna
mitokondria. Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan
analog dengan kompleks -keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat.
Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga merupakan
konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non karbohidrat
menjadi karbohidrat.8
Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi derivate
hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat
dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok
prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP
lepas.
3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA,
dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang mengandung
FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini
dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai
respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
Siklus asam sitrat
Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan
berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein.
Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA,
dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan
dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker jaringan, dalam bentuk
ATP. Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam
amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.6
Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam
bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur
ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP
dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau
kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus tersebut.7
Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas
ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi
pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat
di dalam membran interna mitokondria.
Lintasan detail Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan
dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam
hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane
interna mitokondria (lihat kembali gambar tentang siklus ini).
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan
fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.
Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi
tinggi selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat
suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat substrat = 1P
Jumlah = 12P
Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P = 12P.
Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita hitung
bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian
sebagai berikut:
1. Glikolisis : 8P
2. Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P
3. Siklus Kreb’s (2 x 12P) : 24P
Jumlah : 38P
Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.5,7
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna
makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi,
maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini
dinamakan glikogenesis.
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog
dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot
jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,
maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.6
Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase.
Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang
secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi
cabang.
Glukosa transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang
ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16
memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan
pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.8
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah
memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun
tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari
senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur
glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s.
Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.
Metabolisme Lipid
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi
jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam
lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida
jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.6
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya
sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur
inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika
Kolesterol
Aseto asetat
hidroksi butirat Aseton
Steroid
Steroidogenesis
Kolesterogenesis
Ketogenesis
Diet
Lipid
Karbohidrat
Protein
Asam lemak
Trigliserida
Asetil-KoA
Esterifikasi Lipolisis
Lipogenesis Oksidasi beta
Siklus asam sitrat
ATP
CO2
H2O
+ ATP
kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam
lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis
menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil
KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto
asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian.7
Ikhtisar metabolisme lipid
Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)
Gliserol
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi
beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan
dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).
Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA
Asam lemak bebas (FFA) pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut:
Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim
tiokinase.
Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil
transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah
menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna
mitokondria.
Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan
dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna
mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi
beta.
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan
pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil
KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak
dioksidasi menjadi keton.8
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-
KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P)
Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai
berikut:
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi
dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai
respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah
kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi
beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA
yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena
membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat. 8
Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap
penyimpanan tersebut adalah:
- Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.
- Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
- Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa.
- Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.
Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan degradasi trigliserida
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan trigliserida ini
dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol
dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan
dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta). 6-8
Protein
Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein
metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat diekstrai
tanpa menyebabkan disintegrasi sel tersebut. Protein metabolik ikut serta dalam reaksi
biokimiawi dan mengalami perubahan bahkan mungkin destruksi atau sintesa protein baru.
Protein metabolik diekstrasi tanpa merusak integritas struktur sel itu sendiri. Kalau protein
mengalami hidrolisa total, akan menghasilkan sejumlah 20-24 jenis asam amino, tergantung dari
cara menghidrolisanya. 5
Dari 20-24 jeins asam amino yang dihasilkan dalam hidrolisa total suatu protein, ada
yang dapat disintesa di dalam tubuh, tetapi ada pula yang tidak. Asam amino yang tidak dapat
disintesa harus tersedia dalam makanan yang dikonsumsi, jadi merupakan bagian yang esensial
dari makanan. Karena itu asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh, disebut asam amino
esensial, sedangkan yang lainnya disebut asam amino non esensial. Terdapat delapan jenis asam
amino esensial yaitu lysine, leucine, isoleucine, valine, threonin, phenylalanine, methionin,
tryptophane, sedangkan untuk anak-ank yang sedang tumbuh ditambah dua jenis lagi yaitu
histidin dan arginin. Asam amino nonesensial seperti glisin, arginin, prolin, asam glutamat, asam
aspartat, serin dan alanin.5
Berdasarkan sumbernya, protein diklasifikasikan menjadi protein hewani dan protein
nabati. Protein hewani yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari binatang seperti
protein dari daging, protein susu, dan sebagainya. Protein nabati ialah protein yang berasal dari
bahan makanan tumbuhan, seperti protein dari jagung (zein), dari terigu, dan sebagainya.5
Fungsi protein sebagai zat pembangun. Selain itu, protein berfungsi dalam pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati dan aus terpakai, sebagai protein
struktural. Sebagai badan-badan anti, protein juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh
melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari luar dan masuk ke dalam milieu
interieur tubuh. Sebagi zat pengatur, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk
enzim dan hormon. Protein juga adalah salah satu sumber energi. Protein menghasilkan 4,1
kilokalori/gr di mana komposisi gizi yang dibutuhkan 10-15% total kalori/hari. 5
Metabolisme Protein
Penguraian dan sintesis protein sel yang berlangsung terus menerus terdapat disemua
bentuk kehidupan. Setiap hari, manusia mengganti 1-2% protein tubuh total, terutama protein
otot. Penguraian protein dengan kecepatan tinggi terjadi di jaringan yang mengalami tata ulang
struktur. Dari asam-asam amino yang dibebaskan, sekitar 75% digunakan kembali. Nitrogen
yang berlebihan membentuk urea. Karena kelebihan asam amino tidak disimpan, asam-asam
amino yang tidak segera digunakan untuk membentuk protein baru akan cepat diuraikan menjadi
zat-zat antara amfibolik. Protease intrasel menghidrolisis ikatan–ikatan peptida internal. Pertida-
peptida yang terbentuk kemudian diuraikan menjadi asam amino oleh endopeptidase dan
karboksipeptidase yang mengeluarkan asam amino secara sekuensial masing-masing dari
terminal amino dan karboksil. Protein-protein ekstrasel, protein yang terikat membran, dan
protein intrasel yang berumur panjang diuraikan di lisosom melalui proses-proses yang tidak
memerlukan ATP. Sebaliknya, penguraian protein yang berumur pendek dan abnormal terjadi di
sitosol serta memerlukan ATP dan ubikuitin. 6
Biosintesis Urea
Biosintesis urea berlangsung dalam empat tahap yaitu transaminasi, deaminasi oksidatif
glutamat, transport amonia, dan reaksi siklus urea. 6
Transminasi
Transminasi saling mengonversi pasangan-pasangan asam α-amino dan α-keto. Semua
asam amino protein kecuali lisin, treonin, prolin, dan hidroksiprolin ikut serta dalam transminasi.
Transminasi berlangsung reversibel, dan aminotransferase juga berfungsi dalam biosintesis asam
amino. Alanin-piruvat aminotransferase dan glutamat α-ketoglutarat aminotransferase
mengatalisis pemindahan gugus amino ke piruvat (membentuk alanin) atau α-ketoglutarat
(membentuk glutamat). Karena alanin juga merupakan suatu substrat untuk glutamat
aminotransferase, semua nitrogen amino dari asam amino yang mengalami transminasi dapat
terkonsentrasi dengan glutamat. Hal ini penting karena L-glutamat adalah satu-satunya asam
amino yang mengalami deaminasi oksidatif dengan laju yang cukup tinggi. 6
Deaminasi oksidatif
Pemindahan nitrogen amino ke α-ketoglutarat membentuk L-glutamat. Pembebasan
nitrogen sebagai amonia kemudian dikatalisis oleh L-glutamat dehidrogenase (GDH) hati, yang
dapat menggunakan NAD+ atau NADP+. Perubahan nitrogen α-amino menjadi amonia oleh
kerja terpadu glutamat aminotransferase dan GDH sering disebut ”transdeaminasi”. Aktivitas
GDH hati secara alosteris dihambat oleh ATP, GTP, dan NADH serta diaktifkan oleh ADP.
Reaksi yang dikatalisis oleh GDH bersifat reversibel sepenuhnya dan juga berfungsi dalam
biosintesis asam amino. 6
Transport Amonia
Amonia yang dihasilkan oleh bakteri usus dan diserap ke dalam darah vena porta dan
amonia yang dihasilkan oleh jaringan cepat disingkirkan dari sirkulasi oleh hati dan diubah
menjadi urea. Amonia dapat bersifat toksik bagi otak, sebagaian karena zta ini beraksi dengan α-
ketoglutarat untuk membangun glutamar. Kadar α-ketoglutarat yang menurun ini kemudian
menggangu funsi siklum asam trikarboksilt (TCA) di neuron. Pembentukan glutamin dikatalisis
oleh glutamin sintase mitokondri. 6
Siklus Urea
Kondensasi CO2, amonia, dan ATP untuk membentuk karbamoil fosfat dikatalisis oleh
karbamoil fosfat sintase I mitokondria . Bentuk sitosolik enzim ini, yaitu karbamoil fosfat
sintase II, menggunakan glutamin dan bukan amonia sebagai donor nitrogen dan berfungsi dalam
biosintesis primidin. Pembentukan karbamoil fosfat memerlukan 2 mol ATP, yang salah satunya
berfungsi sebagai donor fosforil,. Perubahan ATP menjadi AMP dan pirofosfat, yang
digabungkan dengan hidrolisis pirofosfat menjadi ortofosfat, yang merupakan kekuatan
pendorong untuk sintesis ikatan amida dan ikatan anhidrida asam campuran pada karbamoil
fosfat. Reaksi tersebut berlangsung secara bertahap. Reaksi bikarbonat dengan ATP membentuk
karbonil fosfat and ADP. Amonia kemudian menggeser ADP yang membentuk karbamat dan
ortofosfar. Fosforfilasi karbamat oleh ATP kedua kemudian memebentuk karbamoil fosfat.
Karbamoil fosfat ini kemudian akan bereaksi dengan ornitin membentuk sitrulin. Kemudian
stirulin bereaksi dengan aspartat akan membentuk argininosuksinat. Dan selanjutnya
argininosuksinat akan pecah menjadi arginin dan fumarat. Arginin akan kembali membentuk
ornitin dan juga akan membebaskan urea oleh enzim arginase. 8
13 Pedoman Gizi Seimbang
Konferensi Gizi Internasional yang dilakukan di Roma pada tahun 1992 merekomendasikan agar
setiap negara menyusun Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan
kesejahteraan gizi (nutritional well-being). Indonesia saat itu menghadiri dan menandatangani
rekomendasi tersebut. Maka setelah itu, Indonesia menyusun PGS tersebut dan menjabarkannya sebagai
13 pesan dasar yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kemudian PUGS ini dikeluarkan
oleh Direktorat Gizi, Depkes pada tahun 1995. Untuk menjadi sehat, biasanya kita memakan makanan
dengan pola 4 sehat 5 sempurna. Tapi cara itu sudah ketinggalan jaman. Sekarang, dalam mewujudkan
hidup yang sehat, digunakan 13 pedoman gizi seimbang .9
1. Makanlah makanan yang beraneka ragam.
Faktor yang perlu diperhatikan:
- Jumlah makanan (kuantitas).
- Jenis makanan (kualitas).
- Kebutuhan masing-masing kelompok umur.
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Sumber energi dapat kita peroleh dari karbohidrat, protein, dan lemak. Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan energi:
- Jenis kelamin
- Berat badan
- Tinggi badan
- Umur
- Aktifitas fisik
- Kondisi tertentu (ibu hamil, menyusui, pertumbuhan)
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Konsumsi karbohidrat dibatasi 50-60% dari total energi, sedangkan pola konsumsi
karbohidrat orang Indonesia sekitar 50-70% dari total energi.
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Kebutuhan lemak dan minyak adalah sebesar 15-20% dari total energi.
Fungsi lemak:
- Sumber asam lemak esensial (ALE).
- Pelarut berbagai vitamin (A,D,E,K).
- Bahan baku hormon.
- Bahan baku dinding sel.
5. Gunakan garam beryodium.
Standard garam beryodium adalah sebesar 30-80 ppm. Kekurangan yodium dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).
Kekurangan yodium pada bumil (ibu hamil) akan menyebabkan bayi yang lahir dengan
bibir sumbing, kretin, atau retardasi mental. Konsumsi natrium berlebih akan
menyebabkan hipertensi. Anjuran konsumsi yodium 6gr/sdt/hari. Sumber terbaik adalah
makanan dari laut.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
Zat besi dapat kita dapati dari:
- Hewani (hati, telur, daging).
- Nabati (kacang-kacangan, sayuran hijau tua).
Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia zat besi. Batasan Hb normal adalah
12g/dl (untuk wanita) dan 13g/dl (untuk pria). Penyerapan zat besi dari hewani lebih
besar dari nabati.
7. Pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan.
ASI adalah makanan ideal bagi bayi. Ukuran payudara belum tentu berbanding lurus
dengan ASI yang dihasilkan. Kolostrum (ASI yang keluar pertama kali, bewarna
kekuningan) mengandung antibodi/zat anti infeksi. Keuntungan ASI:
- Gratis
- Tersedia pada suhu yang ideal.
- Bebas pencemaran kuman.
- Memperkuat ikatan batin ibu dan anak (kejiwaan).
- Mempercepat pengembalian besarnya rahim pada bentuk dan ukuran semula.
8. Biasakan sarapan pagi.
Sarapan pagi bermanfaat untuk:
- Mempertahankan kesegaran tubuh setelah beristirahat 6-7jam.
- Meningkatkan produktifitas kerja.
- Memudahkan konsentrasi belajar.
9. Minum air bersih, aman, cukup jumlahnya.
Batas minum air minimal adalah 2L/hari. Fungsi dari minum air yang cukup adalah
sebagai metabolisme tubuh dan mengurangi dehidrasi serta resiko timbulnya penyakit
batu ginjal.
10. Lakukan olahraga secara teratur.
Manfaat dari berolahraga:
- Meningkatkan kesegaran tubuh.
- Memperlancar aliran darah.
- Mempertahankan berat badan normal.
11. Hindari minum minuman alkohol.
Minuman alkohol hanya mengandung energi, itulah yang menyebabkan rasa hangat pada
saat mengkonsumsinya. Alkohol dapat menyebabkan penyerapan gizi terhambat.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
- Tidak tercemar.
- Tidak mengandung kuman.
- Tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
- Diolah dengan baik.
13. Baca label pada makanan yang dikemas.
- Yang perlu diperhatikan dalam produk suatu makanan adalah nama produk, fungsi,
kadarluasa, label halal (untuk muslim).
- MD : makanan buatan dalam negri.
- ML : makanan buatan luar negri.
- SNI : Standar Nasional Indonesia9
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.
3. Moore K.L, Agur A.M. Anatomi klinis dasar. Jakarta:Hipokrates, 2002.
4. Unqueira, Luiz Carlos. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC, 2007.
5. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran.Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2007. p.849-58
6. Hall, John E. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Edisi 11. Jakarta : EGC, 2009.
7. Ganong F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 20. Jakarta: EGC; 2003.h.450-93
8. Murray RK, Graner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.h.188-227.
9. Djaeni A. Ilmu gizi. Jakarta: IKAPI; 2008.h.31-44, 91-101, 209-21.
top related