laporan lengkap ternak perah
Post on 15-Apr-2016
60 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebenarnya merupakan tempat yang potensial untuk
pengembangan ternak sapi potong dan perah. Upaya pengembangan ini
perlu didukung berbagai faktor penunjang, terutama bakalan, pakan yang
cukup, lingkungan iklim sosial, dan peluang pasar.
Adapun asal-usul ternak sapi sampai saat ini para ahli belum bisa
menentukan secara pasti dimana dan kapan sapi mulai dijinakkan.
Banyak ahli yang memperkirakan bahwa bangsa sapi berasal dari Asia
Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, ke seluruh kawasan Asia, dan
Afrika. Sedangkan Amerika, Australia, dan Selandia Baru yang saat ini
merupakan gudang bangsa sapi potong dan sapi perah jenis unggul tidak
terdapat turunan sapi asli, melainkan hanya mendatangkannya dari Eropa.
Namun, perlu diketahui bahwa bangsa sapi sebagai salah satu hewan
piaraan, disetiap daerah atau Negara sejarah penjinakkannya berbeda.
Misalnya di Mesir, India, dan Mesopotamia 8000 tahun SM telah
mengenal sapi piaraan. Akan tetapi, di daratan Eropa dan Cina baru
dikenal pada sekitar 6000 tahun SM. Hal ini disebabkan oleh di masing-
masing daerah atau Negara perkembangannya berbeda-beda.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapii
Madura dengan jalan menyilangkan dengan sapi red deen persilangan
lain yaitu antara sapi local (peranakan Onggole) dengan sapi perah
Friesian Holstein di Grati.guna di peroleh sapi perah jenis baru yang
2
sesuai dengan kondisi di Indonesia. Telah bertahun-tahun sapi digunakan
sebagai ternak beban dan sebagai sumber makanan, untuk upacara
agama, upacara korban. Susu sapi dan produknya telah digunakan
sebagai makanan, bahan upacara-upacara korban, kosmetik, dan obat-
obatan.
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di
dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos
indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di
daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di
daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus. Di Indonesia,
manajemen pemeliharaan biasanya terbagi atas pemeliharaan sapi perah
dan sapi potong. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak
dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari
Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown
Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster
(dari Australia). Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang
paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia
adalah Frisien Holstein. Masalah yang kebanyakan sering atau biasa
terjadi di lapangan dalam hal pemeliharan ternak sapi perah di indonesia
yaitu Suhu, Makanan, Manajemen, Pengetahuan atau skill peternak masih
minim.
Jenis sapi yang dipelihara saat ini sesuai dengan data yang diambil
adalah jenis sapi FH (Friesian Holstein). Sapi Friesian Holstein juga
3
dikenal dengan nama Fries Holland atau sering disingkat FH. Di Amerika
bagsa sapi ini disebut Holstein, dan di negara-negara lain ada pula yang
menyebut Friesien, akan tetapi di Indonesia disebut FH. Sapi FH
menduduki populasi terbesar, bahkan hampir di seluruh dunia, baik di
Negara-negara subtropis maupun tropis. Bangsa sapi ini mudah
beradaptasi di tempat baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini juga
terbesar di antara bangsa sapi-sapi perah yang lain (Girisonta, 1995).
Ciri-ciri jenis sapi FH diantaranya warna belang hitam putih, pada
kaki bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya pendek
dan menghadap ke depan, pada dahinya terdapat warna putih yang
berbentuk segitiga. Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak
sehingga mudah dikuasai, tidak tahan panas, lambat dewasa, berat badan
sapi jantan 850 kg dan sapi betina 625 kg, produksi susunya 4.500-5.000
liter per laktasi (Muljana, 1987).
Adapun Ciri-ciri sapi perah FH yang dinyatakan Sutardi (1980)
adalah (1) warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih, (2) bulu pada
ujung ekor dan ujung kaki berwarna putih, (3) bulu dada, perut bawah,
kaki dan ekor berwarna putih, (4) berambing besar, (5) tanduk kecil,
pendek, menjurus ke depan, (6) pada dahi terdapat tanda segitiga
berwarna putih, (7) kepala besar dan sempit, (8) lambat dewasa kelamin,
(9) temperamen sapi betina tenang dan jinak sedangkan sapi jantan agak
liar, (10) bobot tubuh betina dewasa mencapai 625 kg, sedangkan sapi
jantan dewasa 800 kg dan (11) produksi susu dapat mencapai 4500 –
4
5000 liter/ekor/laktasi. Kemampuam sapi perah Friesian Holstein dalam
menghasilkan susu lebih banyak dari pada bangsa sapi perah lainnya,
yaitu mencapai 5982 liter per laktasi dengan kadar lemak 3,7 %. Daya
merumput baik apabila digembalakan pada padang rumput yang baik
saja, sedangkan pada padang rumput yang kurang baik sapi sukar
beradaptasi (Syarief ,1985).
Bangsa sapi perah memiliki sifat-sifat tersendiri dalam menghasilkan
susu, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Bangsa sapi perah yang
ada diantaranya Fries Holland, Jersey, Guarnsey, Ayrshire dan Shorthorn.
Bangsa sapi perah yang dikemabangkan di Indonesia adalah Fries
Holland (FH). Menurut Sudono (1999) bangsa sapi FH merupakan
penghasil susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi yang lain baik
di daerah sub-tropis maupun di daerah tropis.
Populasi sapi perah di Indonesia semakin meningkat, karena sudah
mulai dikembangkan di daerah luar pulau Jawa seperti di Sumatra Utara,
Sumatra Barat dan Sulawesi Selatan. Populasi nasional dari tahun 2002-
2006 berturut-turut yaitu 358.386, 373.753, 364.062, 361.351, dan
382.313 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2006). Populasi sapi perah
diperkirakan akan terus meningkat jika berhasil dikembangkan di luar
pulau Jawa karena masih banyak lahan yang cocok dan mendukung
untuk peternakan sapi perah.
5
B. Tujuan Praktek
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui proses atau cara
beternak sapi perah yang baik sehingga menghasilkan kualitas ternak dan
susu yang baik pula. Serta mencari pengalaman atau wawasan dalam
berinteraksi serta berkomunikasi dengan Petani-peternak dan Memacu
para Peserta dalam pengembangkan ide-ide yang lebih kreatif lagi dalam
berwirausaha serta dapat melatih praktikan dalam memecahkan
permasalahan yang timbul dalam petani-peternak.
Mengetahui jenis kandang yang sesuai untuk jenis ternak yang
berbeda-beda dan melakukan cara pemerahan yang baik dan benar serta
mengamati pemberian pakan kepada ternak sapi perah.
C. Manfaat Praktek
Praktek ini sangat bermanfaat bagi saya dalam pemeliharaan sapi
perah dan dapat mengetahui cara-cara beternak sapi perah yang baik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Perah
Sapi perah adalah jenis sapi yang dapat menghasilkan air susu
melebihi dari kebutuhan anaknya dan merupakan salah-satu dari ternak
perah yang mampu merubah makanan menjadi air susu yang sangat
bermanfaat bagi anak-anaknya maupun bagi manusia. Sapi perah yang
banyak dipelihara adalah sapi jenis Fries Holland (FH), sedangkan di
Indonesia lebih banyak ditemukan sapi Peranakan Friesien Holstein
(PFH), yang merupakan hasil persilangan antara sapi Friesien Holstein
(FH) dengan sapi lokal yang ada di Indonesia (Siregar, 1998).
Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan
untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu
Ayrshire, Guernsey, Jersey dan Friesian Holstein. (Blakely dan Bade,
1995).
Sapi-sapi perah di Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah
sapi perah bangsa FH import dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu
warna tubuhnya hitam belang putih dengan pembatas yang jelas, terdapat
warna putih berbentuk segitiga di dahi dengan kepala panjang, dan
sebagian kecil tubuhnya berwarna putih atau hitam seluruhnya (Syarief
dan Sumoprastowo, 1990).
Kemampuan produksi susu sapi FH dan peranakan adalah 1800-
2000 kg/laktasi. Secara normal makin sering sapi melahirkan maka
7
produksi susunya semakin meningkat sampai batas maksimum tertinggi
pada periode laktasi saat melahirkan yang ke 4-5 kali, sesudah itu
produksi akan cenderung menurun. (Malaka, 2010).
Turunan sapi FH dikenal dengan sebutan sapi perah Friesian lokal
(PFH). Bangsa sapi FH adalah bangsa sapi perah yang paling menonjol di
Amerika serikat, jumlahnya cukup banyak sekitar 80 - 90% dari
seluruh jumlah sapi yang ada. Di antara jenis sapi perah yang ada, FH
mempunyai kemampuan produksi susu yang tinggi (Siregar, 1993).
Sapi PFH sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu
namun kadar lemaknya rendah, kapasitas perut besar sehingga mampu
menampung pakan banyak, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
mengubah pakan menjadi susu (Blakely dan Bade, 1994).
8
B. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Dara
Sapi dara adalah sapi pada masa antara lepas sapih sampai laktasi
pertama kali yaitu berkisar antara umur 12 minggu sampai dengan 2 tahun
(Ensminger, 1992).
Pada masa lepas sapih, berarti sapi sudah tidak mendapatkan susu
lagi dari induk sehingga untuk memenuhi kebutuhannya dibutuhkan pakan
yang dapat menggantikan kebutuhan akan susu tersebut. Jadi, pada
perawatan sapi dara dan bunting lebih diutamakan pemberian pakan yang
tepat yang nantinya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal (Siregar, 1998).
Pakan mempunyai peranan yang penting, baik diperlukan bagi
ternak-ternak muda untuk mempertahankan hidupnya dan
menghasilkan suatu produksi serta tenaga, bagi ternak dewasa berfungsi
untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan
pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam
arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus
mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas
yang baik (Sugeng, 2005).
Pakan merupakan salah satu faktor penting di alam usaha
peternakan, lebih-lebih terhadap tinggi rendahnya produksi. Hal ini baru
dapat dibuktikan pada sebagian kelompok sapi perah. Sapi perah akan
menjadi penghasil susu yang tinggi apabila cara pemberian pakan yang
baik dilaksanakan. Hal ini bukan berarti jumlah dan kualitas pakan ini akan
9
mengakibatkan ternak yang berproduksi tinggi tidak bisa memproduksi
susu sesuai dengan kemampuannya bahkan mengganggu kesehatan.
Pemberian zat makanan yang tidak cukup dan membatasi sekresi susu
sapi karena laju sintesisi dan difusi dari berbagai komposisi susu yang
berasal dari makanan yang sifatnya sementara (Murti, 2007).
Ketersedian air perlu diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu
usaha pemeliharaan sapi dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan
mutlak. Ketersediaan air diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air
minum, pembersihan kandang atau halaman serta untuk memandikan
sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal dari air minum khusus yang
sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di padang penggembalaan
maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan. Oleh karena itu
cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan peralatan yang
bagus (Santosa, 2001).
Pemeliharaan sapi dara yang baik serta pemberian ransum yang
berkualitas baik pula sapi dara akan terus tumbuh sampai umur 4-5 tahun,
bila sapi tidak cukup diberi ransum ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya
akan terjadi sebagai berikut: 1). Pada waktu sapi dara beranak pertama
kali besar badannya tidak akan mencapai ukuran normal, 2). Kelahiran
pertama kali pada umur 3 tahun adalah termasuk terlambat, 3). Produksi
cenderung rendah tidak sesuai dengan yang diharapkan (Sudono, 1984).
Sapi perah dara dapat dikawinkan pertama kali pada umur 15 bulan
(Williamsom dan Payne, 1993). Sapi dara mampu mencerna serat kasar
10
tinggi, sedangkan penambahan pakan penguat hanya sebagai pelengkap
zat-zat gizi yang terkandung dalam hijauan. Pakan sebaiknya diberikan 2-
3 kali sehari. Sapi perah dara dikawinkan tergantung dari umur dan besar
tubuhnya (Siregar, 1993).
Sapi-sapi harus selalu bersih setiap kali akan diperah, terutama
bagian daerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuh sapi perah dan
sebaiknya dimandikan sekurangnya satu kali sehari (Syarief dan
Sumoprastowo, 1985). Hal ini diperkuat dengan pendapat Muljana (1985)
yang menyatakan bahwa sapi sebaiknya dimandikan setiap hari dan
pembersihan kotoran yang menempel dikulit.Sanitasi dilakukan setiap 2
kali sehari setiap pagi dan sore dengan tujuan menjaga kebersihan
kandang karena berhubungan dengan kesehatan ternak.
11
BAB III
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktek Ilmu Produksi Ternak Perah ini dilaksanakan pada tanggal
28-29 Desember 2015, yang bertempat di Desa Bonto Lojong, Kecamatan
Uluere, Kabupaten Bantaeng.
B. Materi Praktek
Adapun materi yang dilakukan saat praktek yaitu:
1. Alat
Alat yang digunakan dilokasi praktek yaitu
- Milk cant
- Penggayung
- Slang air
- Sikat
- Skop
- Sapu lidi
- Baskom
2. Bahan
- Pakan
- Kandang
C. METODE PRAKTEK
Ada beberapa metode yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah
praktek yaitu:
12
1. Pengarahan dari asisten praktek
2. Berangkat dari kampus universitas Bosowa Makassar pukul 09.00
WITA
3. Makan siang di Kabupaten Jeneponto
4. Tiba di lokasi praktek pukul 16.00 wita
5. Berkumpul di masjid dan pembagian posko penginaapan
6. Observasi kandang
7. Pemeriksaan keesehatan dan vaksinasi
8. Proses pemberian pakan, pemandian, dan pemerahaan
9. Pembagian kelompok untuk pembuatan laporan
10.Kembali ke makassar
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Keadaan Lokasi Praktek
1. Letak Geografis dan Tofografis
Desa Bonto Lojong adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Ulu Ere yang berada di bagian Utara Kabupaten
Bantaeng. Jarak dari ibu kota kecamatan + 2,5 km dan jarak dari ibu
kota Kabupaten + 23 km. Jarak tempuh wilayah Desa Bonto Lojong
dari Ibu kota Kabupaten Bantaeng + 35 menit. Desa Bonto Lojong
memiliki luas wilayah 4.039,21 km2, dengan potensi alam yang
sangat produktif seperti lahan pertanian, perkebunan dan hutan.
Batas Wilayah, Letak Geografis Desa Bonto lojong Adalah
Sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : kabupaten Gowa, kabupaten Sinjai
2. Sebelah Selatan : Desa Bonto Tannga, Desa Bonto Bulaeng
3. Sebelah Timur :Kab. Bulukumba, desa kayu loe, desa
pa’bumbungan
4. Sebelah Barat : Kab. Jeneponto, Desa Bonto Marannu
Letak tofografis Desa Bonto Lojong merupakan daerah
pegunungan dengan ketinggian + 2.200-1500 meter diatas
permukaan laut (mdpl).
14
2. Kependudukan
Desa Bonto Lojong terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Bangkeng
Bonto, Dusun lannying, Dusun Buakang Paliang dan Dusun Cipar
dan terdiri dari RT/RW. Konsdisi penduduknya dapat terlihat bahwa
Dusun Lannying memiliki penduduk paling banyak di Desa Bonto
Lojong dan diikuti oleh Dusun Bangkeng Bonto, Dusun Buakang
Paliang dan Dusun Cipar kondisi penduduk Desa Bonto Lojong tidak
merata khususnya Dusun Buakang Paliang dan Dusun Cipar,
masyarakat Desa Bonto Lojong yang mayoritas petani.
tabel 1. Jumlah penduduk Desa Bonto Lojong berdasarkan peng-
Klasifikasi-an dapat dilihat pada sebagai berikut:
JENIS
KELAMIN
DUSUN JUMLAH
BANGKEN
G BONTO
LANNYING BUAKAN
G
PALIANG
CIPAR
Laki-Laki 339 522 195 366 1419
Perempuan 318 708 194 323 1547
Jumlah 657 1228 389 689 2966
15
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pada Empat
Dusun Di Desa Bonto Lojong Pada Tahun 2014.
N
oUmur
Dusun
Bangkeng
Bonto
Dusun
Lannying
Dusun
Buakang
Paliang
Dusun
Cipar Jumlh %
L P L P L P L P
1 0 s/d 12 Bln 2,6
2 1 s/d 6 Thn 5,8
3 7 s/d 15 Thn 3,5
4 16 s/d 25
Thn
16,0
5 26 s/d 45
Thn
5,6
6 46 s/d 59
Thn
2,8
7 60 Thn
Keatas
18,7
Grand Total 289 265 515 524 190 166 256 256 2461
0 %
Total Keseluruhan 554 1039 356 512
Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong (Hasil DDK)
Oleh : Tim 11
16
Salah satu aspek penilaian Peringkat Kesejahteraan Masyarakat
yang disepakati di Desa Bonto Lojong adalah jenis dan bentuk rumah
penduduk. Untuk mengetahui tentang perumahan penduduk.
Tingkat kesejahteraan masyarkat Desa Bonto Lojong berdasarkan
hasil sensus menunjukkan bahwa yang berada di peringkat pertama
tingkat kesejahtraannya adalah petani di mana Desa Bonto Lojong
merupakan sentra pertanian di Kabupaten Bantaeng sehingga mata
pencaharian utamanya adalah pertanian dan masyarakatnya didominasi
oleh petani, disusul oleh PNS, Buruh tani, Pedagang dan sopir.
Tabel 3. Tingkat Kesejahteraan Kepala Keluarga
Nama Dusun
Jumlah KK Sesuai Tingkat Kesejahteraan
Kaya Sedang MiskinSangat
Miskin
Dusun Bangkeng
Bonto
10 61 49 3
Dusun Lannying 53 148 75 14
Dusun Buakang
Paliang
2 62 20 1
Dusun Cipar 12 50 51 11
Jumlah Total 77 321 195 29
Persentase
Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong. (DDK)
Oleh : Tim 11, 2014
Keadaan masyarakat Desa Bonto Lojong sebagai berikut : 195 KK
masuk pada kategori miskin.
17
Tabel 4. Data Kepala Keluarga Desa Bonto Lojong
No Nama Dusun Jumlah KK Jumlah
1. Dusun Cipar 183 183
2. Buakang paliang 95 95
3. Bangkeng Bonto 167 167
4. Lannying 355 355
Jumlah 800 800
3. Sosial Budaya Masyarakat
Berdasarkan hasil penjajakan, secara umum masyarakat Desa
Bonto Lojong bermata pencaharian sebagai petani dan daerah ini
merupakan penghasil hortikultura di Kabupaten Bantaeng yang
dapat memenuhii kebutuhan pasar baik di dalam maupun di luar
kabupaten usaha pertanian ini digeluti sekitar 569 KK, yang
berstatus PNS, 10 KK yang berstatus buruh tani, 24 KK yang
berstatus pedagang, 6 KK yang tukang kayu 2 KK dan yang
berstatus sopir 13 KK.
Khusus untuk potensi Sumber Daya Alam ada beberapa hal
yang sangat mendukung pendapatan masyarakat yakni :
Tabel 5. Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga (KK) empat dusun di Desa
Bonto Lojong Tahun 2014
18
N
o
Jenis
Pekerjan
Pokok
DUSUN
Jumlah %Bangkeng
BontoLannying
Buakang
PaliangCipar
L P L P L P L P
1. Petani 205 398 354 391 209 311 218 130 2.207 74,6
2 PNS 4 2 1 - 3 - 1 - 10 0,3
3Buruh
Tani2 - - 2 - - 4 - 7 0.2
4Pedaga
ng5 2 1 11 2 1 1 - 23 0,7
5.Belum
bekerja102 92
11
1119 87 101 30 77 719 24,2
Jumlah 431 512 467 523 301 413 254 207 2966 100%
Sumber data : Masyarakat Desa Bonto Lojong (Data Dasar Keluarga)
Oleh : Tim 11
Tabel tersebut Menggambarkan tentang pekerjaan pokok serta
keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan tersebut. dari
Tabell tersebut dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan pokok yang
paling banyak di Desa Bonto Lojong adalah petani.
4. Sejarah Singkat Usaha Sapi Perah
Awal mula Usaha Sapi yang di pelihara oleh kelompok tani
Sinar Bonto Lojong adalah sapi biasa, sesuai berjalannya waktu
pada tanggal 10 januari 2012 usaha sapi perah dengan jenis sapi
FH yang tidak bertanduk dan bertanduk mulai dipelihara oleh
kelompok tani dengan bantuan dari pihak Dirjen sebesar 300 juta.
19
225 juta untuk pembelian bibit sapi perah dan sisanya untuk
pembuatan kandang. Jumlah sapi awal yang dipelihara adalah 10
ekor betina yang sekarang sudah menjadi 25 ekor dengan hasil IB
yaitu 18 ekor betina dan 6 ekor pejantan.
B. Tatalaksana Pemeliharaan Sapi Perah Dara
1. Pakan
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil
hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan
tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan
memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak
muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan
produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa.
Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh
dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan,
jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam
jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara
lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
Dalam pemberian pakan dikandang yang harus diperhatikan adalah
berapa jumlah pakan dan bagaimana keadaan ransum yang akan
diberikan kepada ternak pada berbagai tingkat dalam keadaan sapi
yang bersangkutan. Hal yang harus diperhatikan adalah ternak sapi
termasuk ternak yang selektif yaitu sering memilih bahan pakan yang
20
paling disukai. Pemberian pakan pada sapi perlu memperhatikan zat-
zat gizi sapi untuk pertambahan berat badan yang diinginkan dan jenis
pakan yang tersedia.
Jenis pakan yang diberikan pada Sapi perah Dara dengan
perbandingan masing-msing yaitu berupa dedak padi 70Kg, dedak
Jagung 10Kg, jerami 5Kg, batang jagung 5Kg, rumput gajah 10Kg,
serta memanfaatkan limbah dari sayur-sayuran seperti batang wortel
karena batang wortel dominan dapat meningkatkan produksi susu.
Pemberian pakan dilakukan setiap hari: Masing- masing 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari. Oleh karena itu agar pemberian pakan
baik dan efesien didalam pemenuhan biologis maka peternak harus
memahami tentang kebutuhan zat-zat pakan, bahan pakan ternak
sapi, cara memperbaiki mutu zat pakan dari berbagai jenis bahan
pakan.
2. Kandang
Kandang yang ditempati sapi dara yaitu kandang ganda yang
dimana kandang yang berhadapan dengan kandang induk.
Kandang dapat berfungsi sebagai tempat melindungi ternak dari
terik matahari dan air hujan.
3. Penanganan penyakit
21
Dalam proses pemeliharaan sering ditemui jenis penyakit
diantaranya Lumpuh, Cacing dan penyakit-penyakit parasit lainnya.
Sesuai Hasil Data yang diambil di Lokasi Praktek, jenis penyakit
yang ditemui pada ternak sapi yaitu penyakit extoparasit dan cacingan
Pencegahannya dapat berupa vaksinasi dengan pengobatan obat
anti parasit dan BenZena 10 dan ditangani langsung oleh dokter
hewan setempat biasanya dokter datang 2 hari sekali untuk mengecek
apabila terdapat ternak yang sakit di lokasi praktek dan dokter hewan
dari dinas peternakan setempat rutin untuk mengontrol keadaan
ternak tersebut.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dari lokasi praktek yang telah
dilakukan di Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten
Bantaeng. dapat kami simpulkan bahwa dengan melaksanakan kegiatan
usaha di bidang peternakan sapi perah yang terfokus pada
pengembangbiakan ternak dengan pemberian pakan secara teratur
sehingga dapat menciptakan produk ternak yang mampu bersaing di
pasaran.
B. Saran
Jangka waktu pelaksanaan praktek terlalu singkat sehingga data
yang diperoleh tidak terlalu lengkap sehingga perlu penambahan waktu,
agar data yang diperoleh lebih tepat dan akurat.
Usaha sapi perah oleh sinar Bonto Lojong harus perlu
memperhatikan tatalaksana pemberian pakan sehingga tersebut bisa
berproduksi susu yang lebih baik lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus. 1995. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus. 1996. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus . 2002. Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta
Malaka, Ratmawati. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press. Makassar
Muljana, B.A. 1987. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Perah. CV. Aneka. Ilmu. Semarang.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutardi, T. dan M. Djohari. 1979. Hubungan kondisi faali sapi laktasi dengan kebutuhan makanannya. Buletin Makanan Ternak S (4) : 189-207. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syarief, M.Z. dan Sumoprastowo, C.D.A. 1985. Ternak Perah. CV.Yasaguna. Jakarta.
LAMPIRAN
1. Pakan
2. Pemberian makan
25
3. Pemerahan
4. Perkandangan
RIWAYAT HIDUP
Herlina Heni, lahir di sandakan- sabah 11 februari 1993 dari pasangan Bapak Rofinus Kara dan Ibu Marta Tuto Merupakan anak kedua dari enam bersaudara
Menyelesaikan SDK Buriwutung, SMPN 1 Buyasuri dan SMK Negeri 1
Buyasuri.Herlina Heni masuk di Universitas Bosowa dan masuk di
Universitas Bosowa dan terdaftar di program SI peternakan pada tahun 2013.
top related