keracunan organofosfat

Post on 26-Jul-2015

1.040 Views

Category:

Documents

41 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Keracunan Organofosfat

Kelompok 1Pembimbing : AKBP dr. Khodijah, MM

PENDAHULUAN

Latar Belakang Organofosfat merupakan jenis pestisida yang

paling banyak digunakan Keracunan organofosfat jarang pada

pembunuhan upaya bunuh diri Seringnya kasus keracunan organofosfat

dimasyarakat “KERACUNAN ORGANOFOSFAT” sebagai judul referat

Batasan Masalah Referat ini membahas tentang Keracunan Organofosfat,

meliputi definisi, epidemiologi, faktor resiko, patofisiologi dan pendekatan ilmu forensik terhadap keracunan organofosfat.

Tujuan Penulisan Referat ini merupakan salah satu syarat menjalani

kepaniteraan klinik senior di bagian ilmu kedoketeran forensik dan medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Manfaat Penulisan Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Keracunan

Organofosfat dan meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di bidang kedokteran.

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI ORGANOFOSFAT Senyawa organofosfat kelompok senyawa yang

memiliki potensi dan bersifat toksik dalam menghambat cholinesterase yang mengakibatkan sasaran mengalami kelumpuhan dan menyebabkan kematian

EPIDEMIOLOGI WHO

1 juta kasus/tahunnya akibat ketidaksengajaan 2 juta orang/tahun akibat percobaan bunuh diri 3 juta kasus keracunan organofosfat terjadi di

seluruh dunia setiap tahun dengan 220.000 kematian.

Nepal ribuan kematian setiap tahun. Magelang (2008) dilakukan pemeriksaan

aktifitas kolinesterase pada 10 petani, didapati hasil 8,9% keracunan ringan, 72,73% keracunan sedang, 18,2% keracunan berat, 0,18% normal.

PREDISPOSISI

– Faktor dalam tubuh (internal)• Umur • Status Gizi• Jenis Kelamin• Tingkat Pendidikan

– Faktor diluar tubuh (eksternal)• Dosis • Lama kerja• Tingkat penyemprotan pada arah angin• Frekuensi penyemprotan• Jumlah jenis pestisida• Pemakaian APD

PATOFISIOLOGI

Organofosfat bekerja dengan menghambat asetilkolinesterase (AChE).

Kolinesterase tidak dapat memecahkan asetilkolin sehingga impuls saraf mengalir terus (konstan) menyebabkan suatu twiching yang cepat dari otot-otot dan akhirnya mengarah kepada kelumpuhan. Pada saat otot-otot pada sistem pernafasan tidak berfungsi terjadilah kematian

Asetilkolin dapat ditemukan pada sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, dan sel darah merah

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkolin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi saraf pusat maupun perifer.

Gejala awal akibat rangsangan reseptor muskarinik : Salivasi Lakrimasi Urinasi Diare

DIAGNOSIS Pada anamnesis :

kapan timbulnya gejala? riwayat terpapar dengan pestisida? adanya depresi? kecanduan obat-obatan atau alkohol? riwayat penyakit jiwa?

Pemeriksaan fisik : Sekresi belebihan seperti lakrimasi atau salivasi

dan bau yang khas dari pestisida. Pupil pin poin pupil Brokospasme, udem paru, inkontinensia,

hipotermi ringan sampai sedang biasa terjadi pada keracunan berat

Pada kolinergik DUMBELS (diare, miosis, bronchorrhoea, emesis, lakrimasi dan salivasi).

Saturasi oksigen biasanya rendah dan pasien mugkin dalam keadaan setengah sadar atau koma

Pada pasien yang meninggal tidak ditemukan tanda-tanda khas

Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia, udem paru dan pembendungan organ-organ tubuh, mungkin tercium bau zat pelarut bau minyak tanah

Pada percobaan binatang dengan keracunan kronik ditemukan : Nekrosis sentral dan degenerasi bengkak keruh

pada hati Retikulasi basofilik yang jelas pada otak dan

medulla spinalis Perlemakan pada miokardium Degeneradi sel tubuli ginjal

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Penentuan kadar AChE dalam

darah dan plasma dapat dilakukan dengan cara tintometer (Edson) dan cara paper-strip (Acholest)

TATALAKSANA Pada kasus pemaparan pada kulit/inhalasi :

Jika tampilan stabil dekontaminasi. Jika tidak stabil triase.

Tahapan dekontaminasi mata membasuh cairan kimia pada daerah tersebut dengan larutan steril NaCl 0,9%

Lepaskan pakaian yang terkena zat racun bersihkan dengan air dan sabun.

Barang-barang yang diduga terkontaminasi disingkirkan pada tempat yang memiliki tutup dan diberikan label

Sabun yang mengandung klorheksidin dan alkohol untuk bahan-bahan yang bersifat lipofilik

Pada kasus racun yang tertelan mengeluarkan racun sebanyak mungkin dengan jalan memuntahkan.

Pada keracunan akut, tindakan darurat : Berikan sulfas atropine (SA)

1-2 mg i.v keracunan sedang 2-5mg i.v atau 10-20 mg diberikan secara drip infusan

keracunan berat Naikkan dosis SA 2x tiap 3-5 menit sampai timbul

gejala atropinisasi atau sampai tanda-tanda muskarinik hilang

Jika terapi inisial i.v tidak dapat dilakukan, mulailah dengan cara i.m SA 2 mg, dan naikkan dosis seperti SA i.v

Mulailah drip 60 mg SA dalam 50 cc. Dosis SA untuk anak-anak 0,04 mg/kgBB.

Pradiloksim stimulasi asetilkolinesterasi Dosis 1 gr dalam larutan akuades i.v diberikan

perlahan-lahan, dapat diulang 30 menit bila pernafasan tidak membaik. Takaran dapat diberikan 2 kali/24 jam.

Pada keracunan yang kronik dapat diketahui dengan penentuan AChE dalam darah.

PENDEKATAN ILMU FORENSIK TERHADAP KERACUNAN ORGANOFOSFAT

Pemeriksaan korban keracunan pada prinsipnya sama secara medis maupun secara forensik klinis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan.

Perbedaan visum et repertum peracunan

Pada anamnesis ditanyakan : Jenis racun Cara masuk racun (route of administration) Data tentang kebiasaan dan kepribadian korban Keadaan psikiatri korban Keadaan kesehatan fisik korban Faktor yang meningkatkan efek letal zat yang

digunakan seperti penyakit, riwayat alergi atau idiosinkrasi atau penggunaan zat-zat lain (ko-medikasi)

Pemeriksaan Peristiwa Keracunan a) Pemeriksaan TKP bertujuan untuk membantu

dalam menentukan cara keracunan dan penyebab keracunan. Pemeriksaan dilakukan terhadap :

Muntahan korban Menentukan wada yang digunakan korban Kondisi korban sebelum menelan racun atau

sebelum ditelankan racun. Pada kasus kecelakaan, misalnya pada anak-anak

perlu ditanyakan dimana zat racun disimpan

b) Pemeriksaan korban Keracunan organofosfat dapat diduga bila gejala-gejala

keracunan cepat timbul, bila gejala baru timbul setelah 6 jam maka itu tidak bisa dikatakan keracunan organofosfat.

c) Pemeriksaan Korban Meninggal Pemeriksaan luar : Bau, Pakaian, Lebam mayat, Tanda-

tanda asfiksia Pemeriksaan dalam : perbendungan organ, edem

paru, inflamasi dan ptekie pada mukosa lambung (keracunan akut). Nekrosis sentral dan degenerasi bengkak keruh pada hati , Retikulasi basofilik yang jelas pada otak dan medulla spinalis, Perlemakan pada miokardium , Degeneradi sel tubuli ginjal.

d) Pemeriksaan Toksikologi Pengambilan dan pengumpulan bahan

Pada keracunan organofosfat bahan pemeriksaan toksikologi dapat diambil dari darah, jaringan hati, otak, limpa, paru-paru, jaringan lemak badan

PENUTUP

KESIMPULAN Organofosfat adalah jenis pestisida yang

paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari dan tingkat toksik dari organofosfat juga merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan pestisida lainnya.

Senyawa organofosfat yang menghambat kolinesterase yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan dan menyebabkan kematian.

Dalam pemeriksaan keracunan harus diperhatikan fatalitas racun pada korban, baik pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

Dalam Visum et Repertum peracunan ditentukan kualifikasi luka akibat peracunan

SARAN Perlu dilakukan penanganan segera pada

kasus keracunan organofosfat untuk mencegah kesakitan yang lebih parah dan kematian

Perlu dilakukan identifikasi keracunan organofosfat berdasarkan ilmu forensik yang lebih teliti untuk mendapatkan penyebab kesakitan dan kematian yang lebih tepat.

Terima kasih

top related