jbptitbpp-gdl-kristinind-31555-6-2008ta-5.pdf
Post on 17-Dec-2015
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V1KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
BAB V
TINJAUAN AIR BAKU AIR MINUM
V.1 Umum Dalam sebuah proses pengolahan hal terpenting yang harus ada adalah
bahan baku. Bahan baku yang dijadikan input dalam proses pengolahan air
minum dinamakan air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat
berasal dari :
Air hujan Air permukaan seperti sungai, danau, rawa dan mata air Air tanah yaitu air dari lapisan di bawah permukaan tanah dangkal
atau dalam
Air laut
Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan air minum maka perlu
dilakukan peninjauan terhadap kondisi air baku. Pemilihan sumber air baku
harus mempertimbangkan semua potensi lokal air permukaan dan tanah
yang berada di wilayah perencanaan maupun disekitarnya.
Penentuan jenis sumber yang dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal
yaitu:
Kuantitas dan kualitas sumber air Iklim Kemudahan dalam konstruksi intake Keamanan pengoperasian Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi pengolahan Potensi pencemaran terhadap sumber air Kemudahan dalam memperbesar kapasitas intake di masa mendatang
V.2 Persyaratan Air Baku Air Minum Pada dasarnya, ada dua sisi yang harus dipenuhi oleh air baku dalam sistem
pengolahan air minum, yaitu:
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V2KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Segi Kualitas Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas fisik, kimia
dan biologi yang menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi oleh
masyarakat tanpa khawatir akan terkena penyakit bawaan air. Dalam hal ini,
air harus memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 seperti tertera pada Lampiran A.
Segi Kuantitas Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup
sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan. Untuk menjaga kehidupan
akuatik di dalam sumber air maka terdapat persyaratan pengambilan debit
maksimum yang diijinkan yaitu sekitar 20 40% dari kapasitas sumber.
V.3 Sumber Air Baku Air Minum Wilayah perencanaan memiliki dua sumber air yaitu air permukaan dan air
tanah. Untuk penyediaan air minum dalam wilayah yang luas maka
diperlukan sumber air yang mencukupi. Wilayah perencanaan memerlukan
sumber air yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Air
permukaan merupakan salah satu pilihan untuk tujuan tersebut karena dalam
penyediaan air minum, air permukaan dapat menyokong pertumbuhan suatu
wilayah untuk jangka waktu yang lama.
Sumber air permukaan yang ada berpusat di Bendung Salam Darma yang
terletak di perbatasan antara Kabupaten Subang dan Kecamatan Anjatan,
Kabupaten Indramayu. Air di Bendung Salam Darma berasal dari Sungai
Cipunagara yang mengalir dari arah Selatan, dan pada musim kering
mendapatkan pasokan air dari Saluran Induk Tarum Timur, yang airnya
berasal dari Bendung Curug melalui pemompaan. Air Bendung Salam
Darma sepenuhnya dialirkan ke Saluran Induk Bugis untuk dimanfaatkan
masyarakat sebagai pasokan air saluran irigasi, dan sebagian kecil untuk air
baku PDAM. Namun jika pada musim hujan jumlah air yang ada berlimpah
sehingga untuk kelebihan airnya akan dilimpaskan menuju muara yang
akhirnya ke laut Jawa. Air pada Saluran Induk Bugis terbagi menjadi lima
sektor saluran, yaitu :
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V3KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
1) Saluran Sektor Pamanukan
2) Saluran Sektor Sukra
3) Saluran Sektor Anjatan
4) Saluran Sektor Eretan
5) Saluran Sektor Kandanghaur
Pada Saluran Sektor Anjatan dan Kandanghaur sebagian airnya
dimanfaatkan untuk air baku IPAM setempat. Penjelasan mengenai sumber
air baku di atas ditunjukkan oleh gambar V.1.
Gambar V. 1 Skema Aliran Saluran Induk Bugis
V.4 Lokasi Intake Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk mengambil air dari
sumbernya untuk keperluan pengolahan dan penyediaan air minum. Dalam
menentukan lokasi intake dengan sumber air sungai / air permukaan maka
perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi Kuantitas air
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V4KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Minimasi efek-efek negatif Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan Memiliki tempat bagi kendaraan Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada Kondisi geologis yang baik
Berdasarkan pertimbangan di atas dan kondisi aliran di Saluran Induk Bugis
maka ditetapkan lokasi intake adalah di Saluran Sektor Anjatan
berdampingan dengan intake IPAM Salam Darma eksisting (50 liter/detik)
dengan ketinggian 3,5 meter dari permukaan air laut.
V.5 Kuantitas Air Baku Air Minum Berdasarkan penjelasan di atas mengenai sumber air baku air minum dapat
disimpulkan bahwa air baku yang dibutuhkan berasal dari dua buah sumber
yaitu Sungai Cipunagara dan suplesi Saluran Induk Tarum Timur. Oleh
karena itu dalam pembahasan mengenai kuantitas air baku ini akan
diberikan data debit rata-rata setengah bulanan dari masing-masing sumber
yang ditunjukkan oleh tabel V.1 dan V.2. Data mengenai kuantitas air baku
diperoleh dari Perum Jasa Tirta II Divisi III pusat Subang dan Seksi Patrol.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V5KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Tabel V. 1 Debit Rata-rata Setengah Bulanan Sungai Cipunagara
Debit (m3/detik) Periode 2003 2004 2005 2006 2007
Jan_1 45,035 106,214 75,316 156,890 8,864 Jan_2 43,047 69,886 72,267 65,601 27,140 Feb_1 138,399 62,049 144,455 89,245 23,190 Feb_2 111,717 110,017 200,498 101,203 30,716 Mar_1 72,209 173,970 216,240 73,409 23,909 Mar_2 72,972 93,942 164,013 22,914 77,144 Apr_1 46,797 91,155 185,660 32,540 106,424 Apr_2 24,814 66,346 26,692 45,571 173,884 Mei_1 33,091 91,905 46,189 68,207 43,263 Mei_2 23,274 93,101 21,831 40,728 42,314 Jun_1 2,646 25,209 14,240 22,779 13,520 Jun_2 3,354 17,333 36,159 7,179 18,154 Jul_1 0,522 12,825 40,733 5,260 Jul_2 0,386 5,254 31,980 2,059 0,824 Agst_1 0,230 0,430 9,786 Agst_2 0,343 1,755 8,224 Sept_1 0,700 2,666 8,788 Sept_2 4,748 1,675 8,920 1,283 3,817 Okt_1 12,267 1,587 9,060 2,276 3,236 Okt_2 13,921 1,853 28,650 2,775 8,426 Nop_1 17,118 14,813 14,160 6,473 21,925 Nop_2 33,574 44,343 17,523 5,203 25,553 Des_1 57,153 31,309 92,989 19,717 29,300 Des_2 33,000 38,756 51,224 28,075 31,098
Sumber : Perum Jasa Tirta II, Divisi III Seksi Patrol.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V6KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Tabel V. 2 Debit Rata-rata Setengah Bulanan Suplesi Saluran Induk Tarum
Timur
Debit (m3/detik) Periode 2003 2004 2005 2006 2007
Jan_1 3,313 4,230 Jan_2 9,284 Feb_1 Feb_2 Mar_1 Mar_2 Apr_1 Apr_2 Mei_1 Mei_2 4,016 6,520 Jun_1 13,283 8,022 3,157 8,898 Jun_2 16,108 3,252 7,742 8,656 17,410 Jul_1 14,432 7,778 8,672 20,307 19,282 Jul_2 15,085 12,339 10,221 25,569 19,864 Agst_1 14,938 18,575 11,313 22,035 20,705 Agst_2 17,117 17,806 11,388 19,628 20,264 Sept_1 17,112 16,966 11,481 18,582 20,716 Sept_2 15,541 16,657 9,994 11,230 18,754 Okt_1 4,876 13,165 6,874 6,600 19,183 Okt_2 2,018 8,547 3,423 6,225 16,336 Nop_1 0,500 8,542 4,598 1,282 13,458 Nop_2 1,580 9,138 2,762 3,272 9,880 Des_1 0,500 2,541 5,817 3,270 Des_2 3,731 5,205
Sumber : Perum Jasa Tirta II, Divisi III Seksi Patrol.
Untuk menentukan ketersediaan debit Sungai Cipunagara dan suplesi
Saluran Induk Tarum Timur maka masing-masing sumber perlu dilakukan
analisa fluktuasi debit. Fluktuasi debit rata-rata setengah bulanan Sungai
Cipunagara dan suplesi Saluran Induk Tarum Timur ditunjukkan oleh
gambar V.2 dan V.3.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V7KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Gambar V. 2 Fluktuasi Debit Sungai Cipunagara
Gambar V. 3 Fluktuasi Debit Suplesi Saluran Induk Tarum Timur
Fluktuasi debit pada Sungai Cipunagara disebabkan oleh kondisi alam
sedangkan fluktuasi debit pada suplesi Saluran Induk Tarum Timur
disebabkan oleh penyesuaian kebutuhan air di Saluran Induk Bugis. Data
debit aktual pada Saluran Induk Bugis ditunjukkan oleh tabel V.3,
sedangkan fluktuasi debit pada Saluran Induk Bugis ditunjukkan oleh
gambar V.3.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V8KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Tabel V. 3 Debit Saluran Induk Bugis
Debit (m3/detik) Periode 2003 2004 2005 2006 2007
Jan_1 25,927 27,572 33,455 29,192 10,276 Jan_2 26,432 27,549 27,634 22,600 29,226 Feb_1 30,961 21,885 34,494 25,547 22,924 Feb_2 26,129 17,887 34,469 26,306 30,716 Mar_1 26,505 30,203 41,809 22,724 23,909 Mar_2 26,537 30,422 46,731 20,670 25,674 Apr_1 26,100 37,663 39,946 15,583 26,686 Apr_2 22,920 35,852 24,638 19,082 19,751 Mei_1 20,821 31,463 28,660 27,226 24,287 Mei_2 17,752 44,910 21,124 27,399 23,885 Jun_1 15,929 25,065 22,262 22,472 20,588 Jun_2 19,462 18,190 31,538 13,724 29,024 Jul_1 14,850 20,603 28,475 20,307 24,542 Jul_2 15,278 17,593 25,987 25,955 20,276 Agst_1 15,152 19,005 20,345 22,035 20,705 Agst_2 17,439 19,561 19,612 19,628 20,264 Sept_1 17,765 19,632 20,270 18,582 20,716 Sept_2 19,973 18,333 18,914 11,572 20,535 Okt_1 16,818 14,753 12,726 8,333 21,125 Okt_2 15,308 10,168 21,237 7,169 20,549 Nop_1 15,500 19,589 16,613 6,559 30,000 Nop_2 33,103 29,226 19,180 6,948 29,505 Des_1 25,580 26,303 31,399 17,937 29,270 Des_2 21,513 31,059 30,512 27,562 31,098
Sumber : Perum Jasa Tirta II, Divisi III Seksi Patrol.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V9KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Gambar V. 4 Fluktuasi Debit Saluran Induk Bugis
Kondisi kritis dari sumber air baku dapat dilihat dari nilai maksimum debit
suplesi Saluran Induk Tarum Timur. Karena nilai tersebut menunjukkan
angka maksimum yang tidak dapat dicapai oleh debit Sungai Cipunagara
(sebagai sumber air baku utama) untuk memenuhi kebutuhan di Saluran
Induk Bugis. Dari tabel V.2 didapatkan debit maksimum Suplesi Saluran
Induk Tarum Timur adalah sebesar 25,569 m3/detik, yang terjadi pada bulan
Juli (2) 2006.
Berdasarkan hasil rekapitulasi kebutuhan air minum penduduk wilayah
perencanaan hingga tahun 2029 yang dapat dilihat pada Bab IV dapat
diketahui bahwa kebutuhan air minum total penduduk di wilayah
perencanaan adalah sebesar 532,48 liter/detik. Debit total pengolahan yang
dimiliki oleh IPAM di wilayah perencanaan merupakan jumlah dari
kebutuhan total air minum penduduk dan kebutuhan air internal IPAM
(kebutuhan backwash, pelarutan bahan kimia, konsumsi karyawan, dll) yang
besarnya direncanakan 10% dari kebutuhan total air minum penduduk.
Sedangkan debit pengolahan IPAM yang akan direncanakan, besarnya
merupakan selisih antara debit total pengolahan dengan kapasitas IPAM
yang telah terpasang (50 liter/detik). Pada akhir periode debit pengolahan
IPAM rencana yaitu sebesar 590,73 liter/detik ~ 600 liter/detik.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V10KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Tabel V. 4 Rekapitulasi Kebutuhan Air Pengolahan
Jenis Kebutuhan Air 2019
(L/det) 2029
(L/det) Kebutuhan Air Total 276,46 582,48 Kebutuhan Air Bersih u/ IPAM 27,65 58,25 Debit Total Pengolahan 304,11 640,73 Kapasitas Terpasang PDAM 50,00 50,00 Debit Pengolahan IPAM Rencana 254,11 590,73
Untuk memenuhi kondisi kritis setelah dilakukan pembangunan IPAM rencana,
maka debit minimum yang diharapkan dari suplesi Saluran Induk Tarum Timur
adalah sebesar 26.169 liter/detik (25.569 liter/detik + 600 liter/detik).
Ketersediaan debit pada Saluran Induk Tarum Timur diberikan melalui
pemompaan dari Bendung Curug. Oleh karena itu, untuk melakukan analisa
ketersediaan sumber air baku maka perlu diketahui kapasitas Bendung Curug
yang tersedia. Berdasarkan data mengenai penyediaan dan penggunaan air dari
Perum Jasa Tirta II, diketahui bahwa debit maksimal yang dapat diberikan oleh
Bendung Curug adalah sebesar 62,5 m3/detik. Dengan analisa diatas dapat
disimpulkan bahwa Saluran Induk Bugis layak untuk dijadikan sumber air baku
perencanaan.
V.6 Kualitas Air Baku Air Minum Untuk mengetahui apakah air sungai yang akan diambil memenuhi syarat
untuk dijadikan air baku atau tidak, maka hasil pemeriksaan sampel
dibandingkan dengan baku mutu air baku air minum sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V11KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Tabel V. 5 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Baku Saluran Induk Bugis
No Parameter Analisis Satuan Baku mutu Hasil Analisis Metode
FISIKA 1 Bau tak berbau Organoleptik
2 Jumlah zat padat terlarut (TDS) mg/L 1000 312 Gravimetri
3 Kekeruhan NTU - 422 Turbidimetri 4 Rasa 5 Suhu 0C normal 25 Termometer 6 Warna TCU - 18 koloid Kolorimetri
KIMIA A. KIMIA ANORGANIK 1 Besi (Fe) mg/L 0,3 2,11 Spectrometri 2 Fluorida (F) mg/L 0,5 0,15 Spectrometri 3 Kesadahan (CaCO3) mg/L - 78 Titrimetri 4 Klorida (Cl) mg/L 600 9,71 Titrimetri 5 Mangan (Mn) mg/L 0,1 0,11 Spectrometri 6 Natrium (Na) mg/L - 24,9 Flamephotometri 7 Nitrat sebagai N (NO3) mg/L 10 0,77 Spectrometri 8 Nitrit sebagai N (NO2) mg/L 1 0,191 Spectrometri 9 pH 6-9 7,02 Elektrometri 10 Sulfat (SO4) mg/L 400 44,75 Spectrometri 11 Kalium (K) mg/L - Flamephotometri B. KIMIA ORGANIK 1 Zat Organik (KMnO4) mg/L - 14,2 Titrimetri
LAIN-LAIN
1 Karbon Dioksida (CO2) total mg/L
- 5,1 Titrimetri
2 Karbon Dioksida (CO2) mg/L - 3,87 Titrimetri 3 Daya pengikat klor mg/L - 0,82 4 Logam berat - Tt 5 Bikarbonat mg/L - 89,06 Titrimetri
Sumber : Laboratorium ITB, 2005.
Berikut ini keterangan mengenai parameter-parameter yang terdapat dalam
air baku.
Bau dan Rasa Bau dan rasa dalam air dapat disebabkan oleh berbagai jenis material,
seperti alga atau mikroorganisme lain, zat organik yang membusuk, mineral
seperti besi dan mangan, juga gas terlarut seperti hidrogen sulfida atau klor.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V12KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Suhu Suhu air adalah salah satu parameter penting dalam pengolahan air. Sebagai
contoh, bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan lebih mudah larut
dalam air yang hangat dibandingkan dalam air dingin. Partikel-partikel juga
akan mengendap lebih cepat dalam air hangat.
Warna Warna air alami terlihat coklat kekuning-kuningan. Air permukaan,
terutama air genangan, seringkali memiliki warna yang menyebabkan air
tersebut tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam keperluan domestik
maupun industri. Warna yang terjadi berasal dari kontak air dengan sisa zat
organik seperti daun-daunan, ranting atau kayu dalam bentuk berbagai tahap
dekomposisi.
Warna bisa dibedakan menjadi warna semu dan warna sejati. Warna semu
disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi dalam air, sedangkan warna
sejati disebabkan oleh zat-zat organik yang larut dalam air.
Zat Padat Dalam air alam terdapat 2 kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan
molekul organis, dan zat padat tersupensi dan koloidal seperti tanah liat,
kwarts. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui
ukuran/diameter partikel-partikel tersebut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan
proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang
air buangan.
Zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu
bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu
tertentu. Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V13KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Kekeruhan Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang
berukuran 10 nm sampai 10 m. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut
antara lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan
sebagainya.
DHL Daya hantar listrik penting untuk memprediksi kandungan mineral dalam
air. Semakin tinggi kadar mineralnya semakin tinggi daya hantar listriknya.
pH pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui
konsentrasi (aktivitas) ion hidrogen (H+). pH dinyatakan dalam angka 0-14.
pH 7 menunjukkan air yang netral, pH di bawah 7 menunjukkan bahwa air
bersifat asam dan pH di atas 7 menujukkan bahwa air bersifat basa. Kisaran
pH yang normal untuk air permukaan adalah 6,5 sampai 8,5.
Jika pH air lebih kecil dari 7, air cenderung menyebabkan korosi pada
peralatan dan material lain yang kontak dengan air. Jika pH air lebih besar
dari 7, air memiliki kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa.
DO Adanya DO (oksigen terlarut) di dalam air sangat penting untuk menunjang
kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kemampuan air untuk
membersihkan pencemaran secara alamiah (self purification) banyak
tergantung kepada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut
dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan
air. Terlarutnya oksigen di dalam air tergantung kepada temperatur, tekanan
barometrik udara dan kadar mineral di dalam air.
Nitrat Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi
+5. Nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil. Nitrat merupakan salah satu
unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan
tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V14KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
ganggang yang tak terbatas (bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi
fosfat terpenuhi), sehingga air kekurangan oksigen yang menyebabkan
kematian biota air.
Nitrat dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, piroteknik, pupuk
cat, dan sebagainya. Kadar nitrat secara alamiah biasanya rendah, namun
dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi
pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh melebihi 10 mg/l.
Di dalam usus manusia, nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang
menyebabkan metamoglobinemi, terutama pada bayi (baby blue disease).
Nitrit Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi
+3. Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara
proses oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi
pengolahan air buangan, dalam air sungai dan sistem drainase. Nitrit yang
ditemui pada air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang
dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PAM.
Nitrit dapat membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan
hemoglobin dalam darah, hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut
oksigen lagi. Di samping itu, NO2 juga menimbulkan nitrosamin pada air
buangan tertentu yang dapat menyebabkan kanker.
Besi Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
semua tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air.
Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :
o Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri) o Tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter < 1 m) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.
o Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat)
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V15KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Pada air permukaan jarang ditemukan kadar Fe yang melebihi 1 mg/l, tetapi
dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi
ini selain dapat membuat air berasa juga dapat menodai kain dan perkakas
dapur.
Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti misalnya air tanah, besi
berada sebagai Fe2+ yang dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang
mengalir dan memungkinkan terjadinya aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi
Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6 sampai 8, bahkan dapat menjadi Fe(OH)3
yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Jadi dalam air sungai, besi
ada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis
berupa koloidal.
Kesadahan Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga
oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat
kapur, dimana terkandung Ca2+ dan Mg2+ dalam dosis yang tinggi.
Sulfat Kandungan sulfat yang tinggi dalam air mungkin disebabkan oleh larutnya
magnesium sulfat atau sodium sulfat dalam air. Kandungan sulfat yang
tinggi dalam air tidak diinginkan karena dapat menimbulkan efek pencuci
perut.
Natrium Natrium yang ada dalam air jauh lebih sedikit daripada natrium yang ada
dalam garam dan makanan. Karena itu untuk orang yang sehat, kandungan
natrium dalam air tidak memberikan pengaruh. Tetapi untuk orang yang
menjalani diet karena penyakit tertentu, keberadaan natrium bisa menjadi
masalah.
Berdasarkan perbandingan antara kualitas air Saluran Induk Bugis dengan
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001, dapat dilihat bahwa ada beberapa
parameter yang melebihi baku mutu yaitu konsentrasi besi dan mangan.
-
BABV TINJAUANAIRBAKUAIRMINUM
PERENCANAANPENGEMBANGANIPAMPDAMTIRTADARMAAYU V16KAB.INDRAMAYUJAWABARAT
Walaupun demikian, hal tersebut masih bisa diatasi dengan pengolahan
yang sesuai. Oleh karena itu, secara keseluruhan kualitas air Saluran Induk
Bugis memenuhi syarat untuk dijadikan sumber air baku bagi Instalasi
Pengolahan Air Minum Wilayah Perencanaan.
top related