ispa tugas kelompok 2
Post on 17-Jan-2016
39 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan dikelilingi lautan dan terletak di
daerah katulistiwa, sehingga menyebabkan angin bertiup sepanjang tahun dengan
kecepatan yang relatif stabil. Hal ini sangat menguntungkan, mengingat iklim dan
kecepatan angin menentukan derajat pencemaran udara di suatu tempat. Udara
merupakan komponen kehidupan dan peri kehidupan yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan
dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi
tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Kualitas dari udara
yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan.
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat
memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala
resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang
disadari entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena
infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara
kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia
tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya
bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan
1
hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam
pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah
penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai
sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari
cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber
pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi
organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang
dianggap serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia,
hewan,serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung
partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida.
Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa
70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi
kendaraan bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat
marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko
tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat
penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya, para penderita
maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut
berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin
memprihatinkan. Ada beberapa alasan mengapa pencemaran udara menjadi
masalah yang perlu diperhatikan yaitu:
2
1. Pencemaran melalui udara dapat berjalan dengan cepat dan menyebar secara
luas bahkan dapat bersifat global.
2. Manusia tidak mempunyai daya pilih terhadap bahan-bahan berbahaya yang
ada di udara, artinya pada saat bernafas semua zat-zat yang ada di udara dapat
masuk ke dalam saluran pernapasan.
3. Saluran pernapasan mempunyai bidang permukaan yang sangat luas yang
dapat kontak dengan bahan pencemar sehingga dosis pemaparannya begitu
besar. Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain
oleh pencemaran. Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula
yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain
letusan gunung berapi. Bahan-bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi
seperti asap dan awan panas dapat mematikan tumbuhan, hewan bahkan
manusia. Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang
dilakukannya. Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau
kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada
mahluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan itu ada yang segera nampak
akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan oleh keturunan berikutnya.
Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari meningkatnya
jumlah penduduk dari abad ke abad.Populasi manusia yang terus bertambah
mengakibatkan kebutuhan manusia semakin bertambah pula, terutama
kebutuhan dasar manusia seperti makanan, sandang dan perumahan. Bahan-
bahan untuk kebutuhan itu semakin banyak yang diambil dari lingkungan.
Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
3
memacu proses industrialisasi, baik di negara maju ataupun negara
berkembang. Untuk memenuhi kebutahan populasi yang terus meningkatkan,
harus diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah yang besar melalui
industri.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang pencemaran udara dan dampaknya
terhadap ISPA.
2. Tujuan Khusus
1. Apa definisi pencemaran udara
2. Bagaimana kondisi kebersihan udara saat ini?
3. Apa penyebab terjadinya pencemaran udara?
4. Apa dampak terjadinya pencemaran udara?
5. Apa yang dimaksud dengan ISPA?
6. Hubungan pencemaran udara dengan penyakit ISPA
7. Apa solusi untuk mengurangi dampak pencemaran udara?
C. MANFAAT
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Pencemaran Udara
2. Mahasiswa dapat mengetahui dampak-dampak Pencemaran Udara bagi
kesehatan manusia
3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara Penyakit ISPA dengsn
Pencemaran Udara
4
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mencegah terjadinya pencemaran
udara
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONDISI UDARA DI INDONESIA
Kondisi udara saat ini Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian
Lingkungan Hidup melalui Air Quality Monitoring Station (AQMS), dari sepuluh
kota besar di Indonesia, enam di antaranya yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung,
Medan, Jambi dan Pekanbaru hanya memiliki udara berkategori baik selama 22
sampai 62 hari dalam setahun atau tidak lebih dari 17%. Di Pontianak dan
Palangkaraya penduduk harus menghirup udara dengan kategori berbahaya
masing-masing selama 88 dan 22 hari. Khusus Jakarta, dari data AQMS
menunjukkan, kualitas udara kategori baik di Jakarta selama 2001 hanya 75 hari.
Pada 2002 angka itu menurun menjadi 22 hari dan pada 2003 sebanyak 26 hari.
Sementara pada 2004 warga Jakarta hanya menikmati udara dengan kategori baik
selama 18 hari dalam kurun waktu satu tahun berdasarkan hasil pemantauan alat
monitoring udara ambien. Sedangkan data dari sejumlah kota besar yang lain
pasokan udara bersih tidak lebih dari 60 hari per tahun. Profil kesehatan DKI
Jakarta 2004 menunjukkan bahwa sekitar 46% penyakit gangguan pernapasan
terkait dengan pencemaran udara (ISPA 43%, iritasi mata 1,7% dan asma 1,4%),
dan sekitar 32% kematian kemungkinan terkait dengan pencemaran udara
(penyakit jantung dan paru-paru 28,3% dan pneumonia 3,7%) Di tahun yang
sama di Yogyakarta (Profil Kesehatan Yogyakarta 2004), sebanyak 32% penyakit
ganggugan pernapasan terkait dengan pencemaran udara (ISPA 22%, gangguan
pernapsan lain 7,7%, dan asma 2,2%). Kecenderungan yang sama terhadap
6
penyakit-penyakit saluran pernapasan juga terlihat pada data di kota-kota besar
lain, seperti Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar.
Menurut Bank Dunia, estimasi kerugian yang diakibatkan oleh pencemaran
udara di Indonesia sebesar US$ 400 miliar setahun. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) kerugian tersebut belum
termasuk kematian dini dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh PM10 dan
SO2 (World Bank, 2003) Perkiraan kerugian ekonomi yang ditimbulkan
pencemaran udara SO2 terhadap kesehatan adalah senilai Rp. 92.157.163 pada
tahun 2001. Kegiatan industri adalah konsumen bahan bakar kedua terbesar di
Indonesia. Sumber pencemar yang dikeluarkan dari kegiatn industri terutama:
SO2 dan NO2. Pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan periode tahun 2004 –
2005 menunjukkan ada beberapa perusahaan seperti industri besi dan baja
(peleburan), industri semen dan industri pulp dan kertas yang telah melakukan
kewajiban yang dipersyaratkan dalam peraturan pengendalian pencemaran udara
dan melakukan perubahan-perubahan dalam sistem pengendalian pencemaran
udara.
B. PENCEMARAN UDARA
1. Pengertian Pencemaran Udara
Sebelum mendefinisikan pencemaran udara, hendaknya diketahui terlebih
dahulu mengenai definisi pencemaran (lingkungan). Pencemaran lingkungan
terjadi apabila dalam lingkungan tersebut, baik bersifat fisik, biotik, maupun
sosial terdapat bahan tertentu dengan konsentrasi yang sedemikian rupa
sehingga melebihi ambang batas yang normal. Bahan-bahan tersebut justru
7
dihasilkan dari proses aktifitas kehidupan manusia itu sendiri yang akhirnya
dapat mengancam eksistensinya di dunia, dan diidentifikasi sebagai bahan
pencemar atau polutan (Kabinawa, 1991).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran
lingkungan adalah “masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Dengan demikian konsep pencemaran lingkungan tidak terbatas hanya pada
bahan yang bersifat material saja, tetapi juga bentuk tingkah laku manusia
dapat dikategorikan sebagai bahan pencemar selama tingkah laku tersebut
dapat menyebabkan proses kehancuran terhadap eksistensi manusia itu
sendiri.
Dari uraian definisi pencemaran lingkungan diatas, sehingga pencemaran
udara dapat didefinisikan sebagai ”masuknya atau terdapatnya zat-zat,
makhluk hidup atau komponen-komponen lain kedalam udara sehingga
menyebabkan perubahan dan penurunan kualitas udara sampai pada tingkat
tertentu yang menyebabkan udara tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana
mestinya”. Atau dengan kata lain pencemaran udara dapat diartikan sebagai
suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh
zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan
8
tubuh manusia. Sudrajat (2005) mendefinisikan pencemaran udara sebagai
masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Jenis-jenis Pencemaran Udara Menurut asalnya, pencemaran udara dapat
dibagi menjadi dua macam, yakni:
a. Pencemaran Udara Alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses-
proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran
garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non- Alami
Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada
umumnya tanpa disadari dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas
beracun, asap, partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia,
buangan panas dan buangan nuklir.
2. Penyebab Pencemaran Udara
Perkembangan yang pesat , khususnya dalam industri dan teknologi, serta
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup disekitar kita menjadi
tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran. Secara umum penyebab
pencemaran udara ada 2 macam, yakni:
a. Karena faktor internal (secara alamiah), Contoh:
1) Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.
9
2) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-
gas vulkanik.
3) Proses pembusukan sampah organik, dll.
a) Karena faktor eksternal (karena ulah manusia),Contoh:
1.1 Hasil pembakaran bahan bakar fosil.
1.2 Debu / serbuk dari kegiatan industri.
1.3 Pembakaran zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
1.4 Transportasii.
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya
yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia
maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended
particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor
menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter
(SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon
monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu
di Jakarta.
Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-
tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.
Pencemaran udara dari asap knalpot bus. Seiring dengan laju pertambahan
kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami
10
peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang
dilepaskan ke udara (Anonim 2006). Pencemaran pada suatu tingkat tertentu
dapat merupakan suatu campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik
berupa padatan, cairan, atau zat yang masuk terdispersi ke udara dan
kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini
sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan geografi dan meteorology
setempat (Pohan, tanpa tahun) Udara bersih yang kita hirup merupakan gas
yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi
udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, terutama dikota-kota
besar yang banyak industrinya dan padat lalu lintasnya.
Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.
Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya (rusaknya) daya
dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia.
Sebenarnya secara alamiah, udara/ atmosfer mempunyai kemampuan
mengatur dan mengendalikan diri terhadap masuknya setiap zat pencemar ke
dalamnya. Karena secara alami udara / atmosfer mempunyai keterbatasan
dalam menerima pencemaran udara, maka kelebihan zat pencemar
memungkinkan terjadinya dampak negatif terhadap kualitas dan karekteristik
udara / atmosfer. Selanjutnya akan merubah tingkat laku udara / atmosfer
yang memungkinkan terjadinya perubahan iklim lokal maupun global.
11
3. Dampak Pencemaran Udara
a. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke
dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran
besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-
paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah
ISPA(infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma,
bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
b. Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain
klorosis, nekrosis,bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis,Merusak estetikA,
Mengganggu kenyamanan,Merusak gedung, kantor, dan perumahan.
c. Hujan asam
PH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam
ini antara lain:
1) Mempengaruhi kualitas air permukaan
12
2) Merusak tanaman
3) Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
d. Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana,
ozon, dan N2O di lapisan udara kita, sebenarnya zat-zat ini ada di lapisan
udara menguntungkan, yaitu untuk menghalagi pemantulan panas dari
bumi ke luar angkasa, karena panas terhalangi maka udara di bumi
siangnya tidak terlalu panas dan malam nya tidak terlalu dingin,
menguntungkan jika keberadaannya di udara dengan jumlah sedikit, tapi
fakta nya hari ini jumlah CO2,CFC,N2O di udara sangat banyak
dikarenakan gaya hidup manusia di dunia serba canggih daan serba
menggunakan bahan bakar minyak, karena jumlahnya yang begitu banyak
maka jumlah energi matahari yang masuk ke bumi hanya sedikit yang di
pantulkan kembali ke luar angkasa akibatnya suhu bumi naik, kalu kita
analogikan jumlah sinar matahari yang masuk 100 maka yang di
pantulkan cuma 30, 70 nya lagi tetap berada di bumi. Suhu bumi yang
naik ini lah yang di sebut dengan fenomen global warming (pemanasan
global)
e. Dampak dari pemanasan global adalah:
1) Pencairan es di kutub
2) Naiknya permukaan air laut
3) Perubahan iklim regional dan global
13
4) Perubahan siklus hidup flora dan fauna
5) Tenggelamnya kota-kota di tepi laut
f. Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultra
violet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul
ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian
molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga
terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.Kerusakan lapisan ozon
menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan
kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
C. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)
1. Pengertian Ispa
Banyak dampak yang disebabkan oleh pencemaran udara terutama bagi
kesehtan manusia salah satunya adalah ISPA. Dampak kesehatan yang paling
umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di
antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ
tubuh yang di mulai dari hidung ke alveoli beserta adneksa (Romelan, 2006).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian tersering pada anak di negara berkembang. Pada akhir tahun 2000,
14
ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus
kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita (Oktaviani, 2009).
Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya
dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30%
(Suhandayani, 2007).
Untuk meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen
Kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang
ditemukan di masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010,
dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan Penyakit Menular
termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).
Sebagai kelompok penyakit,
ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke
sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit
disebabkan oleh ISPA (Suhandayani, 2007). Penyebab ISPA paling berat
disebabkan infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae.
Banyak kematian yang diakibatkan oleh pneumonia terjadi di rumah,
diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Program
pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya
pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya
angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi (Rasmaliah, 2004).
15
Hasil survei kesehatan nasional di Indonesia tahun 2001 menunjukkan
bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28 % artinya bahwa dari
100 bayi meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA dan terutama 80 %
kasus kematian ISPA pada balita adalah akibat Pneumonia. Tingginya angka
kejadian ISPA pada bayi di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh
pembakaran hutan yang sembarangan. Substansi pencemar yang terdapat di
udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya
penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari
paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak,
karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang
berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3
sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
16
a. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
c. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh
rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukosa.
17
Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung
dan ke arah superior menuju faring.Secara umum efek pencemaran udara
terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung
menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat
dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing
tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal
ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit
common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan
atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama
beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi
pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan
melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman
yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.
Mekanisme pernapasan itu dimulai dari hidung yang berfungsi untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Dari hidung lalu
masuk ke tenggorokan yang berfungsi untuk memisahkan dari saluran cerna
dengan saluran napas. Lalu pita suara yang berfungsi untuk membentuk vokal.
Dan yang mengalirkan udara ke paru-paru adalah batang tenggorok.Hidung
yang merupakan saluran awal pernapasan, menyaring kuman, kotoran dan
18
debu yang masuk ke hidung dengan silia (rambut halus) dan dikeluarkan
dengan cara bersin. Partikel yang lebih kecil dilapisi lendir dan membran
mukosa yang kemudian digerakkan silia ke tenggorokan. Kuman yang lolos
dari mekanisme inilah yang dapat menyebabkan penyakit ISPA.
ISPA sendiri terjadi karena masuknya kuman dan berkembang biak di
dalam saluran napas manusia sehingga menimbulkan penyakit dan infeksi
pada saluran pernapasan. Hal ini disebabkan oleh bakteri pathogen dan virus.
Bakteri dan virus yang masuk melalui saluran pernapasan lebih tahan dingin
dan akan menyerang saat daya tahan tubuh manusia turun. Penularannya
melalui udara terutama di saat cuaca dingin.Gejala-gejala penyakit ISPA
antara lain, batuk, pilek, demam, hidung mampet, bersin, tenggorokan gatal,
suara serak, nyeri saat menelan dan sesak napas.
2. Penyebab & Pencetus Ispa
Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia (silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui
rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang
kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan
partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia
mendorong lapisan mukosa ke posterior/belakang ke rongga hidung dan ke
arah superior/atas menuju faring.
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi
19
oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari
saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
Menurut WHO (World Health Organization = organisasi kesehatan dunia),
pengeluaran lendir atau gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan/atau
coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa
jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus
infeksi virus pada saluran napas bagian atas.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya.
3. Faktor-Faktor Terjadinya Ispa
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku.
a. Faktor lingkungan
1) Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk
memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
20
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini
dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur
terletak didalm rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi
dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan
anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga
dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. Hasil penelitian
diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya
ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang
tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada
kelompok umur 9 bulan dan 6-10 tahun.
2) Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke
atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi
dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut mensuplai udara bersih
yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi
pernafasan, membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun
debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara,
mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang, mensuplai
panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan, mengeluarkan
kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi,
evaporasi ataupun keadaan eksternal, mendisfungsikan suhu udara
secara merata.
21
3) Kepadatan hunian rumah
Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor
polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari
bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,
tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada
faktor ini.
b. Faktor individu anak
1) Umur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit
pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan
tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6-12
tahun.
2) Berat badan lahir
Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar
dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada bulan-
bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,
terutama pneumonia dan sakit saluran pernafasan lainnya. Penelitian
menunjukan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan
dengan meningkatnya kematian akibat infeksi saluran pernafasam dan
22
hubungan ini menetap setelah dilakukan adjusted terhadap status
pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa
anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak mengalami
rate lebih tinggi terhadap penyakit saluran pernafasan, tetapi
mengalami lebih berat infeksinya.
3) Status gizi
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang
penting untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah
membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi
paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat
pneumonia. Disamping itu adanya hubungan antara gizi buruk dan
terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya serta menurunnya
daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Balita dengan gizi normal
karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri
akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita
lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan serangannya lebih lama.
4) Vitamin A
Sejak tahun 1985 setiap enam bulan Posyandu memberikan kapsul
200.000 IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai dengan empat
tahun. Balita yang mendapat vitamin A lebih dari 6 bulan sebelum
sakit maupun yang tidak pernah mendapatkannya adalah sebagai
resiko terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6% pada kelompok kasus
23
dan 93,5% pada kelompok kontrol. Pemberian vitamin A yang
dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan menyebabkan
peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya tetap berada
dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibodi yang ditujukan terhadap
bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak berbahaya,
niscaya dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhadap bibit
penyakit yang bersangkutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat.
(Maryunani, 2010).
5) Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi
campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
seperti difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi
akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Untuk
mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan
imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi
lengkap bila menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan
penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. (Maryunani, 2010).
c. Faktor perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktik penanganan ISPA
di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga
24
lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya
saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya.
4. Klasifikasi Ispa
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang
bukan pneumonia.
Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia
berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas
bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis
oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus
diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
a. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
b. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
ke dalam.
c. Bukan Pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
25
5. Tanda-Tanda Bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.
Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit dengan mortalitas yang lebih tinggi. Maka,
perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah
berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan.
Berikut ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada seorang
penderita ISPA :
Tanda-tanda bahaya secara umum :
1) Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, retraksi/tertariknya
kulit ke dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah
kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada
cairannya sehingga terdengar keras
2) Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan
lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
3) Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang, dan koma.
4) Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
26
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :
1) tidak bisa minum,
2) kejang,
3) kesadaran menurun,
4) stridor/mendengkur, dan gizi buruk.
Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan :
1) kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya),
2) kejang,
3) kesadaran menurun,
4) mendengkur,
5) mengi,
6) demam, dan dingin.
Bila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda tersebut, segera bawa
penderita ke pusat pelayanan kesehatan
6. Perawatan Penderita Ispa Di Rumah
a. Mengatasi panas (demam)
1) Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan.
27
2) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan
memberikan parasetamol dan dengan kompres.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air biasa (tidak perlu air es).
3) Bayi di bawah 2 bulan dengan demam sebaiknya segera dibawa ke
pusat pelayanan kesehatan.
b. Mengatasi batuk
1) Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan tradisional
berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2) Dapat digunakan obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin.
c. Pemberian makanan
1) Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
2) Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah, dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan
mencegah kekurangan cairan.
28
e. Lain-lain
1) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam à menghambat
keluarnya panas.
2) Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah.
3) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat, yaitu yang
berventilasi cukup, dengan pencahayaan yang memadai, dan tidak
berasap.
4) Apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk, maka
dianjurkan untuk membawa ke dokter.
5) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, obat yang diperoleh
tersebut harus diberikan dengan benar sampai habis.
6) Dan untuk penderita yang tidak mendapatkan antibiotik, usahakan
agar setelah 2 hari kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ISPA ini antara lain:
a. Memakai masker,
b. Menutup hidung dan mulut saat bersin atau batuk,
c. Tidak merokok,
d. Menghindari penyebab alergi,
e. Mengkonsumsi vitamin C,
f. Mencuci tangan secara teratur,
29
g. Olahraga teratur,
h. Tidak membuang dahak dan ingus sembarangan,
i. Peduli terhadap kebersihan lingkungan,
j. Melakukan vaksin
D. SOLUSI UNTUK MENGATASI POLUSI UDARA
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada
pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini
kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil
menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang
diakibatkan karenanya.
1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi,
sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api,
diperbanyak.
2. Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu
dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan,
terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi
kontribusi polutan udara.
3. Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas
dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan
tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi
kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
30
4. Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang
sering diistilahkan dengan “polisi tidur” justru merupakan biang polusi.
Kendaraan bermotor akan memperlambat laju
5. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun
pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk
melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan
kendaraan yang lain.
6. Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan,
terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga
mengurangi polusi udara.
7. Pemberi insentif bagi kendaraan bermotor yang memakai bahan bakar gas:
a. Keringanan pajak kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas
berupa PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor). Ref. PERPU.
No.21 tahun 1997
b. Pemberian keringanan pajak untuk bea-impor conversion kit, sehingga
harga jualnya dapat ditekan dan terjangkau oleh masyarakat
c. Peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang
Merk (ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap
kendaraan baru yang sudah diproduksi
8. Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kebijakan pemerintah untuk
percepatan pembuatan BBN antara lain:
31
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional.
b. Instruksi Presiden (Inpres) No.1 tahun 2006 tentang penyediaan dan
pemanfaatan BBN.
c. Keputusan Presiden (Keppres) No.10 tahun 2006 tentang Tim Nasional
pengembangan BBN untuk percepatan pengurangan kemiskinan dan
pengangguran.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kualitas
udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya
maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia.Alasan mengapa
pencemaran udara menjadi masalah yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pencemaran melalui udara dapat berjalan dengan cepat dan menyebar secara
luas bahkan dapat bersifat global
2. Manusia tidak mempunyai daya pilih terhadap bahan-bahan berbahaya yang
ada di udara, artinya pada saat bernafas semua zat-zat yang ada di udara
dapat masuk ke dalam saluran pernapasan.
Banyak dampak buruk yang diakibatkan oleh pencemaran udara yang buruk
salah satunya menyababkan penyakit ISPA.ISPA adalah suatu penyakit yang
menimbulkan Penyakitt Infeksi Saluran Nafas pada manusia. Secara umum efek
pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan
silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
B. Saran
Dengan banyaknya masalah penyakit yang ditimbulkan akibat pencemaran
udara maka dari itu kita dituntut untuk lebih menjaga kebersihan dari lingkungan
kita supaya terbebas dari pencemaran udara.Dan memperbanyak penamaman
33
pohon dan melarang bagi yang menebang pohon secara liar. dan memberikan
sanksi yang berat bagi industry yang membuang limbah hasil industry jika
limbah yang dikelurkannya itu tidak sesuai dengan ketentuan.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Candara budiman. 2006Pengantar kesehatan lingkungan, Jakarta : EGC.
2. Charlene, 2001Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
4. Soedomo, Pencemaran Udara , Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi
Bandung, 2000.
5. Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001
d. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah. Pengendalian Pencemaran
Udara, Jakarta, 21 – 09 – 2006.
e. Darmodjo, Hendro dan Yeni K. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:Universitas
terbuka.
f. Mukono. 2006. dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua , Surabaya : Airlangga
University Press Sunu, Pramudya. 2011. Melindungi Lingkungan ISO 14001 ,
Jakarta : PT Grasindo Wardhana, Arya Wisnu. 2001.
g. Dunia Kedokterandokterkecil
ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) 2011 (Ilmu Kesehatan
Anak / Pediatric, Ilmu Penyakit Dalam / Internal Medicine) (ISPA)
35
top related