islam digest
Post on 26-Mar-2016
286 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
R E P U B L I K A
Taman Aqdal Firdaus di Kota Maroko ARSITEKTUR HLM C2
MUALAF HLM C8
Walaupun ada Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA, namunRasulullah SAW menunjuk Amru bin Ash karena lebih menge-tahui kondisi Dzatus Salasil.
JULIANNE SCASNYBerkhidmat untuk Islam
SITUS HLM C3
REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 ● C1
DZATUS SALASILSaksi Ketaatan Pasukan Muslim
Ia tak pernah berhenti berdoa agar diberi kesempatan untukmendalami Islam ketika dewasa. Kini, doa itu terkabul.
Oleh Heri Ruslan
Ramadhan. Bulan yang istimewa
itu selalu dinanti dan
dirindukan umat Islam di sean-
tero jagad. Rasulullah SAW
sangat memuliakan dan
mengagungkan bulan kesembi-
lan dalam kalender Hijriah itu. Saking spesial-
nya, Ramadhan biasa dijuluki sebagai “Syahr
Allah” (bulan Allah SWT).
Menjelang datangnya Ramadhan,
Rasulullah SAW berkhutbah, “Wahai manusia,
telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi
penuh keberkahan. Bulan yang di dalamnya
terdapat satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan. Bulan yang di dalamnya Allah
SWT menjadikan puasa sebagai fardhu dan
bangun malam sebagai sunah…’’
Ramadhan yang agung dan mulia dikenal
sebagai “Syahr Siyam” (bulan puasa). Selama
sebulan penuh, manusia yang beriman diwa-
jibkan untuk menunaikan shaum, sebuah
ibadah yang sangat spesial di hadapan Sang
Khalik. Rasulullah SAW bersabda, “Telah
berfirman Allah azza wajjala: Tiap-tiap amal
anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa.
Puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang akan
membalasnya …’’ (HR Bukhari). Itulah
mengapa Ramadhan dijuluki sebagai bulannya
Allah SWT.
Sejarah peradaban Islam mencatat ada
sederet peristiwa penting dan bersejarah yang
terjadi pada bulan Ramadhan. “Bulan
Ramadhan memiliki hubungan yang erat
dengan Alquran,” ujar Maulana Muhammad
Zakariyya al-Kandahlawi dalam Fadhilah
Ramadhan.
Pada Ramadhanlah, kitab suci Alquran
untuk pertama kalinya diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Sehingga, Ramadhan
juga dijuluki sebagai “Syahr Alquran”. Boleh
dibilang, Ramadhan merupakan awal
diturunkannya syariat dan ajaran Islam bagi
umat Rasulullah SAW.
“Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai
Rasul Allah SWT ketika sedang berkhalwat di
Gua Hira juga pada bulan Ramadhan,” tulis
Ensiklopedi Islam. Wahyu pertama turun
kepada Rasulullah SAW pada bulan yang
mulia ini. Tak heran jika Ramadhan menjadi
satu-satunya nama bulan yang
disebut dalam Alquran.
Allah SWT berfirman,
“Bulan Ramadhan
adalah (bulan) di
dalamnya
diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar
dan yang bathil) …’’ (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi
Oxford, pada bulan Ramadhan, terjadi dua
peristiwa besar dalam sejarah awal umat
Islam. Peristiwa itu adalah dua perang besar
yang dimenangkan oleh komunitas Islam.
“Kedua perang adalah Gazwah Badr (Perang
Badar dan Fathu Makkah (Pembebasan
Makkah),” tutur Guru Besar pada bidang Studi
Islam di Universitas Georgetown, Amerika
Serikat.
Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan
2 H/624 M. Inilah peperangan pertama yang
dilakukan kaum Muslim melawan kaum kafir
Quraisy dari Makkah setelah hijrah ke
Madinah. Pertempuran itu berakhir dengan
kemenangan pihak Muslimin, sedangkan
Fathu Makkah atau pembebasan Kota
Makkah terjadi pada tahun Ramadhan 8
Hijriah/ 630 M.
Masih banyak lagi peristiwa bersejarah
yang terjadi di bulan Ramadhan. Menurut
Esposito, dimensi historis dan komunal dari
bulan Ramadhan terwujud dalam peristiwa-
peristiwa yang berlangsung setiap tahun dan
sepanjang bulan tersebut.
“Ketika Alquran dibaca dari awal hingga
akhir, seperti halnya ia diterima oleh
komunitas Muslim awal di Makkah dan
Madinah empat belas abad yang lampau,”
ungkap Esposito. Sejarah telah mengajarkan
bahwa Ramadhan merupakan masa ketika
tanggung jawab moral sebagai Muslim
ditekankan. ■
RAMADHAN MERUPAKAN
AWAL DITURUNKANNYA
SYARIAT DAN AJARAN ISLAM
BAGI UMAT RASULULLAH SAW.
JOKO SADEWO/REPUBLIKA
C2REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011arsitektur
Oleh Heri Ruslan
Marrakech. Inilah kota yang fan-tastis yang menjadi simbolMaroko. Orang Barat menyebut-nya Marrakesh dan literatur di
Indonesia menamainya Marrakus. Kota inidibangun pada 1062 M oleh Yusuf binTasyfin atau Ibnu Tasyfin dari DinastiMurabitun. Dinasti ini menguasai Marokosetelah kekuasaan Dinasti Fatimiah di
negeri itu tumbang.Kota itu merupakan kota terbesar kedua
di Maroko setelah Casablanca. PenguasaDinasti Murabitun memilih Marrakechsebagai pusat pemerintahannya yang jauhdari gunung dan sungai. Marrakech dipilihkarena berada di kawasan yang netral diantara dua suku yang bersaing untukmeraih kehormatan untuk menjadi tuanrumah di ibu kota baru itu.
Selama berabad-abad, Marrakech sangat
dikenal dengan sebutan ‘seven saint’ atautujuh orang suci. Ketika sufisme begitupopuler semasa kekuasaan Moulay Ismail, diMarrakech sering diadakan festival ‘sevensaints’. Pada 1147 M, Marrakech diambilalih Dinasti Muwahhidun. Pada masa itu,bangunan penduduk dan ibadah dihan-curkan.
Namun, dinasti itu kembali merekonstruk-si seluruh bangunan, termasuk pembangun -an Masjid Koutoubia dan Menara Gardens—keduanya menjadi landmark KotaMarrakech hingga saat ini. Pada 1269 M,Marrakech diambil alih Dinasti Marrin danibu kota dipindah ke Fez. Dinasti ini sempatmengalami kemunduran pada 1274 Mhingga 1522 M.
Mulai tahun 1522 M, Saadians mengam-bil alih kekuasaan Marrakech. KotaMarrakech yang berubah miskin itu kembalibergairah setelah dijadikan ibu kota Marokoselatan. Pada akhir abad ke-16 M,Marrakech kembali mencapai kejayaannya.Secara budaya dan ekonomi, Marrakechmenjadi kota terkemuka dan terdepan diMaroko. Saat itu jumlah penduduknya men-capai 60 ribu orang.
Pada 1669, Marrakech dikuasai sultanMaroko dan ibu kota kembali pindah ke Fez.Pada pertengahan abad ke-18, Marrakechkembali dibangun Sultan Muhammad III.
Pada awal abad ke-20, Prancis banyak mem-bangun bangunan bergaya Prancis. KetikaMaroko meraih kemerdekaan pada 1956,ibu kota kerajaan berpindah ke Rabat.
Kini, Marrakech menjadi salah satu kotabudaya yang dilindungi UNESCO. Di kota itubanyak berdiri masjid serta madrasah peninggalan masa kejayaan Islam, antaralain: Masjid Koutoubia, Madrasah BenYoussef, Masjid Casbah, Masjid Mansouria,Masjid Bab Doukkala, Masjid Mouassine,serta banyak lagi yang lainnya.
Di kota ini juga banyak ditemukan bangun -an istana peninggalan kejayaan Islam, sepertiIstana El Badi, Royal Palace, serta IstanaBahia. Di Marrakech juga banyak sentra kera-jinan tangan. Sebagai kota tua yang dijadikanobjek wisata, Marrakech juga banyak memili-ki museum, seperti: Mu seum Dar Si Sa’ad,Museum Marrakech, Mu seum Bert Flint, danMuseum Islamic Art. ■
MARRAKECHSimbol Kejayaan
Maroko
FOTO-FOTO: ARCHNET
WIKIMEDIA
“Masyarakat Muslim Arab (di era
keemasan) suka sekali
menghiasi lingkungannya,’’
ujar Gustave Le Bon dalam LaCivilisation des Arabes.
Karakteristik seni masyarakat
Muslim Arab pada zaman kejayaan begitu imajinatif,
cerdas, megah, dan rimbun dalam dekorasi. Detail-detail-
nya begitu fantastis.
Hal itu tecermin dari taman-taman yang dibangun di
kota-kota Islam pada masa itu. Salah satu kota yang
dihiasi taman yang begitu indah adalah Marrakech,
Maroko. Di kota itu terhampar sebuah firdaus dunia
bernama Taman Agdal, tempat orang-orang menikmati
hijaunya deretan pohon zaitun, jeruk, aprikot, lemon, dan
tanaman lainnya.
Taman itu dibangun atas perintah penguasa Dinasti al-
Muwahhidun, Sultan Abdul al Mukmin bin Ali al Kumi
(berkuasa 1130-1163 M) pada 1157. Arsitektur Taman
Agdal terinspirasi taman-taman yang menghiasi Andalusia
pada masa itu. Taman itu diciptakan sebagai tempat peris-
tirahatan pada musim panas. Taman Agdal hanya berjarak
empat kilometer di selatan pusat Kota Jemaa al Fnaa,
Marrakech.
Menurut laman archnet, kata agdal berasal dari bahasa
Barbar yang berarti padang rumput yang ditutupi oleh
dinding. Konon, keindahan taman itu seperti pemandang -
an di Pegunungan Atlas. Daerah tempat tinggal bangsa
Barbar berupa padang rumput hijau yang dibingkai pegu-
nungan tinggi.
Taman Agdal berbentuk persegi empat dengan sedikit
bagian dihilangkan di sudut sebelah barat laut taman.
Sumbu longitudinal taman ini membentang dari barat laut
ke tenggara dengan panjang sekitar 3,1 kilometer dan
lebar antara 1,2 km hingga 1,4 km. Pada bagian yang
hilang berbentuk persegi dengan panjang 620 meter dan
lebar 450 meter.
Taman Agdal menempati tanah produktif yang biasa
menghasilkan berbagai jenis buah dan sesemakan.
Penanaman pohon diberi jarak sekitar lima hingga
sepuluh meter pada setiap pohon bergantung jenisnya.
Setiap kebun di dalam taman yang memiliki luas 500
hektare ini dipisahkan oleh jalan setapak.
Setiap kebun membudidayakan tanaman yang
berbeda. Setiap jalan setapak dibatasi oleh barisan pohon
zaitun yang ditanam 10 meter menuju pusat. Untuk
mengairi taman yang luas itu, Taman Agdal dilengkapi dua
waduk yang terletak sekitar 820 meter di utara dari tepi
bagian selatan taman. Kedua cekungan tersebut diisi dari
Lembah Ourika melalui jaringan saluran bawah tanah
(khettara) yang dibangun pada awal abad ke-12 M.
Pada saat itu, di bawah pemerintahan Ali bin Yusuf
(berkuasa pada 1107-1142). Waduk terbesar bernama al-
Manzeh, memiliki luas 205 x 180 m. Arsitektur waduk
dan teras perimeter pada taman ini didesain oleh Abu
Yaqub Yusuf. Model waduk ini kemudian dipakai untuk
cekungan yang sama di Rabat (1171) dan Sevilla (1171).
Tidak jauh dari Waduk al-Manzeh terdapat sebuah
paviliun yang dikenal dengan nama Dar al-Hana.
Bangunan terbuka yang berukuran 8 x 30 meter itu
berfungsi sebagai loggia (semacam saung), tempat Sultan
menghibur tamu-tamunya dengan pemandangan ham-
paran air di cekungan. Dar al-Hana juga digunakan oleh
sultan untuk mengamati kegiatan pelatihan militer yang
sering dilakukan di waduk al-Manzeh, termasuk renang
dan berperahu.
Waduk kedua dinamakan Waduk Gharssya Agdal.
Cekungan ini berukuran lebih kecil dibandingkan waduk
al-Manzeh, yaitu hanya 200 x 150 meter. Sebuah pulau
persegi dengan panjang sisi 16 meter itu dibangun di
tengah danau buatan. Di tengah ‘pulau’ tersebut berdiri
sebuah paviliun kecil dengan ukuran 12 meter pada setiap
sisi.
Paviliun itu berfungsi sebagai tempat hiburan dan
dapat dijangkau dengan menggunakan perahu kecil untuk
menyeberangi waduk. Karena berada di tempat yang lebih
tinggi, seseorang dapat melihat pemandangan bagian atas
pepohonan yang spektakuler dari waduk tersebut.
Karya arsitektur penting lain di dalam Taman Agdal
adalah Dar al-Baida, yaitu istana cadangan yang digu-
nakan oleh keluarga kerajaan Alawi ketika mereka
berkunjung ke Marrakech. Arsitektur istana ini relatif
sederhana, tetapi didekorasi dengan indah dan terawat.
Tempat itu juga berfungsi sebagai kediaman keluarga
kerajaan.
Istana yang berukuran 120 x 142 meter itu berjarak
330 meter dari tepi barat Taman Agdal. Sedangkan dari
tepi utara, istana ini berjarak sekitar 870 m. Dengan
demikian, posisi Istana Dar al-Baida terletak di barat laut
kuadran taman.
Istana ini dibangun setelah pembangunan Taman Agdal
atas perintah Alawi Syarif Moulay Abdul Rahman bin
Hisham (1822-1859). Pembangunan istana itu menjadi
periode kedua pembangunan Taman Agdal. Istana dan
paviliun-paviliun di Taman Agdal direno-
vasi oleh penerus Alawi, Sidi Muhammad IV bin abdul
Rahman (1859-1873). Pada abad ke-19 M, taman
tersebut diperluas dan dinding dari tanah liat dibangun
mengelilinginya.
Kini, Taman Agdal dapat diakses untuk umum setiap
Jumat dan Ahad, selama beberapa jam ketika keluarga
kerajaan sedang tidak berada di Dar al-Baida. Ketika
keluarga kerajaan berkunjung ke taman tersebut, taman
ditutup dan disiapkan untuk kerajaan. Taman Agdal ter-
catat sebagai situs warisan dunia UNESCO pada 1985.
Di Marrakech juga terdapat Taman Menara. Taman itu
terletak di perbatasan menuju Pegunungan Atlas. Nama
‘Menara’ diambil dari paviliun yang berdiri di taman terse-
but. Paviliun ini seperti piramida hijau kecil (menzeh).
Paviliun tersebut dibangun selama abad ke-16 M oleh
penguasa Dinasti Saadi dan direnovasi pada 1869 oleh
Sultan Abdul Rahman, yang senang menghabiskan waktu
di paviliun ini selama musim panas.
Empat kilometer dari Taman Agdal terdapat Jemaa al
Fnaa, yaitu alun-alun yang terletak di jantung Kota
Marrakech. Tidak ada yang tahu apa arti nama tempat
tersebut. tidak ada pula yang mengetahui seberapa tua
tempat yang dikelilingi oleh bangunan, kantor polisi, dan
lapangan parkir ini.
Sepanjang hari tempat ini dipenuhi oleh pedagang
yang menjajakan makanan dan minuman dengan pakaian
warna-warni dan kantong air yang terbuat dari kulit dan
cangkir kuningan. Pada siang dan malam hari alun-alun itu
semakin ramai dengan pemuda penari dari Chleuh,
pesulap, dan penjual obat tradisional. Ketika malam men-
jelang, tempat ini semakin ramai dengan penjual
makanan. ■ c02 ed: heri ruslan
TAMAN AGDALTAMAN AGDAL
BERBENTUK PERSEGI
EMPAT DENGAN
SEDIKIT BAGIAN
DIHILANGKAN DI
SUDUT SEBELAH
BARAT LAUT TAMAN.Firdaus di Kota Maroko
WIKIMEDIA
WIKIMEDIA
Sebuah kabar tak sedap ter -
dengar Rasulullah SAW. Kabar
buruk itu datang dari Bani
Qudha’ah yang menetap di
sebuah daerah bernama Dzatus
Salasil. Penduduk yang tinggal
di wilayah itu bersekutu dengan pasukan
Romawi alias Bizantium untuk menyerang
umat Islam yang berbasis di kota Madinah.
Mendengar ancaman itu, Nabi SAW
segera memanggil Amru bin Ash. Sebagai
seorang tentara Muslim, Amru segera
mengencangkan pakaian dan senjatanya. Ia
seakan sudah mengetahui bahwa Rasulullah
akan menugaskannya ke medan pertempur -
an. Amru pun menghadap Nabi Muhammad
yang sedang berwudlu.
“Hai Amru, sungguh aku ingin mengirim-
mu ke satu tujuan, lalu Allah menyela-
matkanmu dan memberimu ganimah. Aku
pun harapkan untukmu harta itu, harapan
yang baik,” kata Rasulullah SAW.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku
masuk Islam bukan karena menginginkan
harta, tapi ingin berjihad dan tetap bersama-
mu,” ungkap Amru.
Rasulullah SAW lalu membelitkan
bendera putih di kepala Amru dan menye -
rahkan bendera hitam kepadanya. Nabi lalu
melepas Amru bersama 300 orang Muhajirin
dan Anshar. Menurut Abu Muhammad
Harist, sebanyak 30 orang di antara tentara
Islam itu adalah pasukan berkuda.
Rasulullah menyarankan agar mereka
meminta tolong kepada suku Bali, Udhra,
dan Balqain.
Amru bin Ash beserta pasukannya
melangkah ke medan Perang Dzatus Salasil.
Pertempuran itu terjadi pada Jumadil Akhir
tahun ke-8 Hijriah. “Beberapa hari setelah
kembalinya pasukan Muslimin dari Perang
Mu’tah ke Madinah,” ujar Dr Akram Dhiya al-
Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah.●●●
Bukan tanpa alasan Rasulullah menu-
gaskan Amru untuk memimpin pasukan.
Padahal, kala itu, ada Abu Bakar RA dan
Umar bin Khattab yang lebih senior dan
mumpuni. Ternyata, Amru adalah seorang
tentara Muslim yang nenek moyangnya
berasal dari daerah itu.
“Hal itu menunjukkan bolehnya meng -
angkat pimpinan yang kurang keutamaan-
nya dari yang lebih utama, jika yang kurang
keutamaannya itu memiliki sifat-sifat istime-
wa yang berkaitan dengan tugas itu,’’ tutur
Dr Akram.
Pasukan tentara Muslim pun berjalan
menuju medan perang dengan berjalan kaki
pada malam hari. Mereka beristirahat sambil
mengintai musuh pada siang hari. Amru
sengaja menerapkan taktik itu agar stamina
pasukannya tetap kuat. Selain itu, pergerakan
mereka pada malam hari tak diketahui musuh.
Saat mendekati wilayah musuh, Amru
mendapat laporan bahwa kekuatan pasukan
lawan begitu besar. Ia pun mengambil langkah
cepat dengan memohon penambahan pasukan
kepada Rasulullah. Nabi SAW segera mengi -
rim 200 orang tentara, termasuk di dalamnya
Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
“Pasukan bantuan itu dipimpin Abu
Ubaidah Amin bin al-Jarrah,” ungkap Dr
Akram. Menurut Amir asy-Sya’bi (wafat 103
H), Abu Ubaidah ditempatkan sebagai
penanggung jawab rombongan Muhajirin,
sedangkan Amru menjadi pimpinan kaum
Badui. Kedua pasukan yang dikirimkan dari
Madinah pun bertemu.
Sempat terjadi perselisihan ketika Abu
Ubaidah hendak maju memimpin pasukan.
Namun, Amru menolak kepemimpinan Abu
Ubaidah. “Engkau adalah komandan
pasukanmu ini, sedangkan Abu Ubaidah
komandan orang-orang Muhajirin,” tutur
sebagian pasukan. Amru berkata, “Kalian
adalah bala bantuan yang saya minta.”
“Tahukah engkau wahai Amru, yang dite-
tapkan Rasulullah terakhir adalah, ‘Jika eng -
kau sampai kepada teman-temanmu, maka
hendaklah kalian saling menurut (kerja
sama).’ Dan, apabila engkau tidak menaatiku,
maka aku tetap akan menaatimu,” kata Abu
Ubaidah.
Tongkat komando pun sepenuhnya
berada di tangan Amru. Abu Ubaidah sadar
bahwa pasukan tentara Muslim tak akan
kuat jika di dalamnya terjadi perpecahan.
●●●
Malam begitu dingin. Pasukan tentara
Muslim menggigil kedinginan. Mereka pun
berinisiatif untuk menyalakan api unggun.
Mengetahui pasukannya akan menyalakan
api, Amru segera melarangnya. “Siapapun
yang berani menyalakan api, saya akan lem-
parnya ke dalam api itu,” cetus Amru.
Pasukan tentara Muslim pun kaget
mendengar jawaban itu. Sejumlah tokoh
Muhajirin berusaha untuk membujuk Amru
agar mengizinkan pasukan menyalakan api.
“Bukankah kalian diperintah untuk
mendengar dan taat kepadaku?” Tanya
Amru kepada tokoh Muhajirin itu.
“Ya, benar,” jawab kaum Muhajirin.
“Maka kerjakanlah!”
Umar bin Khattab sempat marah men -
dengar sikap Amru itu. Umar berniat untuk
melabrak Amru. Untunglah Abu Bakar segera
mengingatkannya. “Wahai Umar, sesungguh-
nya Rasulullah tidak akan mengangkatnya
menjadi panglima, melainkan karena keahlian-
nya dalam berperang.” Umar pun terdiam.
Dinginnya udara malam menusuk tulang.
Tak ada api unggun yang dinyalakan
pasukan tentara Muslim. Mereka menaati
perintah komandan perang. Ketaatan
mereka sungguh luar biasa. Dengan penuh
keikhlasan mereka melewati malam dengan
tubuh yang menggigil kedinginan.
●●●
Pada malam yang dingin itu Amru mimpi
basah. “Aku mimpi basah pada malam yang
sangat dingin. Aku yakin sekali bila mandi
pastilah celaka. Maka aku bertayamum dan
Shalat Subuh mengimami teman-temanku,”
ujarnya seperti tercantum dalam hadis yang
diriwayatkan Imam Ahmad, al-Hakim, Ibnu
Hibban, dan ad-Daruquthny itu.
Pasukan tentara Muslim pun mengobrak-
abrik pasukan tentara musuh yang lemah.
Setelah bertempur sekitar satu jam, tentara
musuh kocar-kacir diserbu pasukan yang
dipimpin Amru. Awalnya, kaum Muslimin
hendak mengejar mereka, namun Amru
melarangnya.
“Mengapa Amru melarang kita untuk
mengejar mereka, padahal kita nyaris meme-
nangkan peperangan?” Tanya sejumlah
pasukan. Keputusan Amru itu kembali
menuai protes dari Umar bin Khattab.
“Bagaimana mungkin dia memerintahkan
kita untuk berkumpul, padahal pasukan kita
sudah dekat sekali dengan kemenangan?”
ujar Umar.
Lagi-lagi, Abu Bakar menenangkan Umar.
“Wahai Umar, Rasulullah tidak akan meng -
angkatnya menjadi panglima, melainkan
karena keahliannya berperang. Jika kau lebih
baik dari Amru, maka Rasulullah pastilah
akan memilihmu.” Umar pun terdiam.
●●●
Setelah memenangkan peperangan, Amru
mengutus Auf bin Malik al-Asyja’i menemui
Rasulullah untuk menyampaikan berita
tentang apa yang terjadi di Dzatus Salasil
dan melaporkan kondisi pasukan. Auf pun
menjelaskan semua yang terjadi di tempat
tersebut, termasuk kebijakan Amru yang
kontroversial selama di medan perang.
Begitu pasukan Amru tiba di Madinah,
Rasulullah berbincang dengan Amru. Nabi
SAW mengklarifikasi kabar yang didengar-
nya dari Auf bin Malik. “Mengapa engkau
melarang pasukanmu menyalakan api
unggun?” Tanya Nabi SAW.
“Aku tak setuju pasukanku menyalakan
api, seperti pasukan musuh, karena khawatir
mereka akan melihat betapa sedikitnya
pasukan Muslimin,” jawab Amru.
Rasulullah juga menanyakan sikapnya
yang melarang pasukan kaum Muslimin
mengejar musuh yang telah dilemahkan.
“Wahai Rasulullah, aku khawatir pasukan
musuh mempunyai bala bantuan yang
bersembunyi di balik bukit Sehingga mereka
akan balik menyerang kami.”
Mendengar penjelasan itu, Rasulullah
tersenyum dan memuji tindakan Amru yang
sangat berhati-hati itu. Nabi SAW kembali
bertanya, “Mengapa engkau melaksanakan
shalat bersama pasukanmu, sedangkan
dirimu sedang junub?”
“Sesungguhnya saya mendengar Allah
berfirman, ‘Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah Maha
Penyayang terhadap kalian,’ (an-Nisa: 29).”
Mendengar hal tersebut, Rasulullah tertawa
dan tidak mengomentarinya.
Perang Dzatus Salasil mengajarkan umat
Islam untuk taat kepada pemimpin. Kisah itu
juga menggambarkan betapa ketaatan dan
kerja sama tim yang baik akan membuahkan
hasil. Kewaspadaan dan kehati-hatian juga
akan menghindarkan umat dari kesalahan
dan kekalahan.
●●●
Dzatus Salasil adalah saksi ketaatan kaum
Muslimin. Dzatus Salasil adalah nama sebuah
tempat yang bisa ditempuh dalam 10 hari per-
jalanan kaki. Letaknya berada di bagian utara
Madinah. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam
Athlas al-Hadits al-Nabawi, Dzatus Salasil
merupakan sumur Bani Judzam.
“Sekarang, Dzatus Salasil terletak di
barat laut Kerajaan Arab Saudi, di timur
pelabuhan al-Wajh dan Duba,” tutur Dr
Syauqi. ■ c02 ed: heri ruslan
REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011situs C3D Z A T U S S A L A S I L
Saksi KetaatanPasukan Muslim
WALAUPUN ADA ABU
BAKAR RA DAN UMAR
BIN KHATTAB RA,
NAMUN RASULULLAH
SAW MENUNJUK AMRU
BIN ASH KARENA LEBIH
MENGETAHUI KONDISI
DZATUS SALASIL.
Amru bin AshSang Penakluk Mesir
Amru bin Ash adalah komandan
militer Islam yang berhasil
menaklukkan Mesir pada 640
M. Ia merupakan salah satu
sahabat Nabi yang masuk Islam pada
tahun ke-8 Hijriah (629 M). Ia mendirikan
pusat kota Mesir, Fustat, dan mendirikan
masjid di pusat kota yang dinamakan
Masjid Amru bin Ash. Itulah masjid
pertama yang dibangun di benua Afrika.
Amru berasal dari Bani Syam, bangsa
Quraisy. Ia lahir pada 573 M. Sebelum
meniti karier dalam bidang militer, Amru
adalah seorang pedagang yang mene-
mani kafilah di sepanjang rute perda -
gang an melalui Asia dan Timur Tengah,
termasuk Mesir.
Amru adalah seorang yang Quraisy
yang cerdas. Sebelum memeluk Islam, ia
sempat berjuang bersama kaum kafir
Quraisy melawan kekuatan tentara Islam.
Ia berperang melawan Muslim, hingga
akhirnya melihat Rasulullah melak-
sanakan shalat. Sejak itu, dia tertarik
dengan Islam.
Begitu menjadi seorang Muslim, ia
dipercaya menjadi seorang komandan
yang berjuang di jalan Islam. Ditemani
oleh Khalid bin Walid, ia pergi dari
Makkah ke Madinah, tempat mereka
bersyahadat. Ia memimpin Abu Bakar,
Umar, dan Abu Ubaidah dalam Perang
Dzatus Salasil.
Amru juga memainkan peranan
penting dalam penaklukan pemimpin
Oman, Jayfar dan Abbad bin Juland dan
meminta mereka menganut Islam. Ia
menjadi gubernur di daerah tersebut
hingga Rasulullah wafat.
Amru sempat dikirim Khalifah Abu
Bakar bersama pasukan Arab ke
Palestina setelah wafatnya Muhammad.
Ia dipercaya memainkan peranan penting
dalam penaklukan daerah tersebut. Amru
juga mengikuti pertempuran Ajnadayn,
Yarmouk, serta pengepungan Damaskus.
Setelah berhasil menaklukkan Mesir,
Amru ditunjuk sebagai gubernur. Sampai
Kekhalifahan Usman bin Affan, Amru
tetap menjadi gubernur Mesir. Amru
meninggal pada 664 M dalam usia 91
tahun. ■ c02 ed: Heri Ruslan
PAN
OR
AM
IO
PANORAMIO
PANORAMIO
VISUALPHOTO
GGPHT
C4tema utama C5tema utamaREPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011
Oleh Heri Ruslan
Ramadhan adalah bulan ke-9
dalam kalender Hijriah.
Menurut bahasa, Ramadhan
berarti “amat panas”. Nama
bulan yang agung dan mulia
bagi umat Islam itu diberikan
oleh orang-orang Arab karena pada bulan itu,
padang pasir sangat panas oleh terik matahari.
“Bangsa Arab pada zaman dahulu memiliki
kebiasaan memindahkan suatu istilah dari
bahasa asing ke bahasa mereka sesuai dengan
keadaan yang terjadi pada masa tersebut,”
tulis Ensiklopedi Islam. Lantaran suhu udara
pada bulan ke-9 itu panas, lalu mereka mena-
makannya Ramadhan.
Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan
yang agung dan istimewa. Betapa tidak, pada
bulan ini, manusia yang beriman kepada Allah
SWT diwajibkan untuk berpuasa, menahan
diri dari makan, minum, dan melakukan
hubungan seksual sepanjang siang hari.
Karena keistimewaannya, Ramadhan dijuluki
sebagai Syahr Allah (bulan Allah SWT).
Rasulullah SAW bersabda, “Telah berfirman
Allah azza wajjala: Tiap-tiap amal anak Adam
untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu
untuk-Ku dan aku sendiri yang akan memba -
lasnya…” (HR Bukhari). Karena itulah, kaum
Muslim di seluruh dunia selalu menantikan
datangnya bulan nan agung ini.
Selain mulia dan agung, karena pada bulan
ini Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya
kepada hamba-hambanya, Ramadhan juga
bulan spesial dalam pusara sejarah peradaban
Islam. Sederet peristiwa penting dan berse-
jarah terjadi pada bulan yang berjuluk Syahral-Qur’an (bulan Alquran) itu.
Menurut Jhon L Esposito, dimensi historis
dan komunal dari bulan Ramadhan terwujud
dalam peristiwa-peristiwa yang berlangsung
setiap tahun dan sepanjang bulan tersebut.
Ramadhan, kata Esposito, menjadi masa
ketika tanggung jawab moral sebagai Muslim
ditekankan.
“Puasa Ramadhan merupakan refleksi
untuk menghidupkan moral dan etik,” papar
Guru Besar pada bidang Studi Islam di
Universitas Georgetown, Amerika Serikat itu.
Karena itu, bagi umat Islam, Ramadhan meru-
pakan bulan untuk mendongkrak kesadaran
ketuhanan (takwa), perjuangan menegakkan
kebenaran, mengamalkan nilai-nilai kebaikan,
dan menunjukkan kesalehan sosial.
Sejarah telah mencatat berbagai peristiwa
penting yang terjadi di bulan yang istimewa
itu. Umat Islam pada era Rasulullah berhasil
menorehkan sederet prestasi penting pada
Ramadhan. Haus dan lapar tak menjadi peng-
halang bagi mereka untuk merebut kemenang -
an di medan perang. Ramadhan telah
memompa semangat juang umat Islam untuk
menegakkan kebenaran. Berikut ini adalah
berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi
dalam bulan Ramadhan. ■
MENURUT JHON L
ESPOSITO, DIMENSI
HISTORIS DAN KOMUNAL
DARI BULAN RAMADHAN
TERWUJUD DALAM
PERISTIWA-PERISTIWA
YANG BERLANGSUNG
SETIAP TAHUN DAN
SEPANJANG BULAN
TERSEBUT.
RAMADHANdalam Lintas
Sejarah Islam
FATHU MAKKAH
Sejarah peradaban Islam mencatat sebuah peristiwabesar yang terjadi pada 10 Ramadhan 8 Hijriah/630 M.
Peristiwa itu bernama Fathu Makkah atau Pembebasan KotaMakkah. Peristiwa itu dipantik oleh sikap kaum kafirQuraisy yang melanggar Perjanjian Hubaidiyah.
Peristiwa bersejarah di Hudaibiyah terjadi pada bulanZulqadah tahun ke-6 Hijriah. Saat itu, Rasulullah SAWbersama umat Islam yang tinggal di Madinah hendakmenunaikan umrah ke Makkah. “Rasulullah SAW berupayamenampakkan hakikat syiar kaum Muslimin terhadapKa’bah dan sekaligus membantah propaganda kaum Quraisybahwa kaum Muslimin tak mengakui kemuliaan Ka’bah,”papar Dr Akram Dhiya Al-Umuri.
Namun, upaya Rasulullah SAW dan umatnya untukumrah di Makkah berusaha dijegal kaum Quraisy. Nyaristerjadi pertempuran antara kaum Muslimin dan kaum kafir.Umat Islam mencoba menghindari peperangan. Awalnya,kaum kafir menolak tawaran dialog yang diusulkan kaumMuslimin.
Gentar melihat kesetiaan kaum Muslim terhadap NabiSAW, kaum kafir Quraisy akhirnya bersedia menempuhdialog damai. Kafir Quraisy mengirimkan dua utusannya,yakni Mikraz bin Hafs dan Suhail bin Amru. Mereka
membawa misi untuk menggagalkan rencana umrah kaumMuslim pada tahun itu.
Perundingan antara utusan kafir Quraisy dan RasulullahSAW berlangsung alot. Dalam perundingan yang meng-hasilkan Perjanjian Hudaibiyah itu boleh dikatakan umatIslam lebih banyak mengalah demi kebaikan. RasulullahSAW memang menginginkan agar kaum Quraisy bisamemeluk agama Islam. Tahun itu, kaum Muslimin tak bisamengunjungi Ka’bah.
Perjanjian Hudaibiyah itu ternyata dilanggar oleh kafirQuraisy. Mereka membantu Bani Bakr menyerang BaniKhuza’ah yang merupakan sekutu Muslim. Berdasarkankesepakatan damai, dalam perjanjian tersebut, BaniKhuza’ah telah bergabung ikut dengan Nabi Muhammad,sedangkan Bani Bakr bergabung dengan musyrikin Quraisy.
Rasulullah SAW beserta umat Islam tak tinggal diam.Nabi Muhammad SAW bersama 10 ribu kaum Muslim pada10 Ramadhan 8 Hijriah/630 M bergerak dari Madinah keMakkah. Kota Madinah untuk sementara dikuasai kepadaAbu Ruhm al-Ghifary.
Rasulullah SAW membagi pasukannya ke dalam tigabagian. Pertama, Khalid bin Walid memimpin pasukan untukmemasuki Makkah dari bagian bawah. Kedua, Zubair binAwwam memimpin pasukan memasuki Makkah bagian atasdari bukit Kada’, dan menegakkan bendera di Al-Hajun.Ketiga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan daritengah-tengah lembah hingga sampai ke Makkah.
Dari Al-Hajun, Nabi Muhammad memasuki Masjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar.Setelah tawaf mengelilingi Ka’bah, Nabi Muhammad mulaimenghancurkan berhala dan membersihkan Ka’bah.Penduduk Kota Makkah pun berbondong-bondong memelukIslam. Hampir tak terjadi pertumpahan darah dalam peristi-wa pada bulan Ramadhan itu. ■
WAFAT ALI BIN ABI THALIB
Peristiwa pembunuhan Usman bin Affan mengakibatkankegentingan dalam dunia Islam yang pada saat itu telah
terbentang hingga ke Persia dan Afrika Utara. KematianUsman menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya.
Selama pemerintahannya, Ali mewarisi kekacauan yangterjadi sejak masa kekhalifahan sebelumnya. Setelah kematian Usman, dua kelompok sesat yang paling bertolakbelakang dengan ajaran Islam semakin berkembang, yaituKhawarij dan Rafidhah.
Rafidhah dianggap sesat karena terlalu mengagungkanAli, sementara Khawarij dianggap sesat karenamengkafirkan khalifah sehingga darah beliau pun dihalalkanoleh mereka.
Berdasarkan catatan sejarah, kaum Khawarij telah meren-canakan pembunuhan Ali, bahkan Rasulullah pun pernahmemperingati Ali mengenai bencana yang akan menimpanya.Beliau bersabda, “Orang yang paling binasa dari umat terdahu-lu adalah penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih). Danmanusia yang paling celaka dari umat ini adalah yang mem-
bunuhmu, wahai Ali.” Kemudian, Rasulullah menunjuk keningAli, tempat pedang pembunuhnya nanti akan menancap.
Tanggal 21 Ramadhan 40 H adalah waktu yang diren-canakan para pembunuh Ali. Pelakunya adalah Ibnu Muljam.Menjelang Subuh, Ali tengah berjalan menuju masjid untukshalat Subuh. Wajahnya bersinar, menanti jalan yang telahditentukan Allah. Tiba-tiba, Ibnu Muljam menghunuskanpedangnya yang telah diolesi racun tepat di kening Ali.
Orang-orang yang ada di masjid sangat terkejut dansegera membopong Ali ke rumahnya. Kepalanya dibalut kainagar darah tidak mengucur. Namun, Ali tidak bisa bertahanlebih lama lagi karena racun yang terdapat di pedang yangmenebasnya. Ia meninggal dua hari kemudian.
Ali dimakamkan di Kota Najaf, dekat Kota Kufah. Pema -kam an tersebut dilakukan dengan rahasia dan selesai padamalam hari. Dengan meninggalnya Khalifah Ali bin AbiThalib, berakhir pulalah masa kekhalifahan dalam Islam. Ke -khalifahan setelah itu digantikan dengan sistem dinasti. ■
PERISTIWA PENGEPUNGANKONSTANTINOPEL
Pada Ramadhan 825 H, Sultan Murad II dariKekhalifahaan Turki Usmani mengepung Kota
Konstantinopel (sekarang Instanbul). Akan tetapi, setelahperang berkepanjangan melawan tentara Romawi, SultanMurad II dan pasukannya tidak berhasil menguasai kotamilik Kerajaan Bizantium tersebut.
Konstantinopel baru berhasil direbut oleh tentara TurkiUsmani di bawah pimpinan Sultan Mehmed II atau SultanMuhammad al-Fatih. Pengepungan terjadi dari 6 April 1453hingga 29 Mei 1453 ketika tentara Turki Usmani (Ottoman)berhasil menguasai kota tersebut.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Ottoman menandaikehancuran Kekaisaran Romawi yang bertahan 1.500 tahunlamanya. Kemenangan umat Islam atas Bizantium telahdiprediksi oleh Rasulullah SAW.
Dalam sebuah hadis, Abdullah bin Amr bin Al-Ashberkata, “Saat kami menulis di sekeliling Rasulullah SAW,tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari keduakota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopelatau Roma? Rasulullah SAW menjawab, ‘Kota Heracliusakan dibebaskan terlebih dahulu.’ Maksudnya adalahKonstantinopel.” (HR Ahmad).
Dalam sebuah kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda,“Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baikamir (khalifah) adalah amir (khalifah) yang memimpinpenaklukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang
menaklukkannya.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim).Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan
semangat jihad, pasukan Sultan Muhammad atau MehmedII akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel. Harapan danimpian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yangtelah dirintis sejak tahun 664 M akhirnya tercapai.
Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun ituakhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan TurkiUsmani berkibar di langit Konstantinopel, kota impian pararaja, kaisar, dan sultan. Konstantinopel pun memasuki erabaru. Kota itu lalu berganti nama menjadi Istanbul yangberarti kota Islam sekaligus menjadi ibu kota KerajaanOttoman.
Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan TurkiUsmani mulai menegakkan hukum di kota itu. Tak ada pem-bantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan,pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umatKristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalinpersahabatan dengan Yunani. ■
PERANG AIN JALUT
Pada bulan Ramadhan, juga tercatat sebuah pertempuranbesar bernama Perang Ain Jalut, berlangsung pada 3
September 1260, bertepatan dengan Ramadhan 658 H.Pertempuran ini terjadi antara kaum Muslimin (Mesir) dankaum Tartar (Mongol).
Sejumlah sejarawan menganggap perang itu amat pentingdalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah.Dalam perang tersebut, Mongol mengalami kekalahan telak,padahal mereka telah berhasil menguasai banyak daerahIslam dan bahkan menjatuhkan Kekhalifahan Abbasiyah.Mereka juga membunuh Khalifah Mutashin Billah diBaghdad pada 656 H.
Di bawah pimpinan Hulagu Khan, cucu Genghis Khan,ekspansi Mongol meluas hingga ke wilayah Gaza. Mereka punberniat menaklukkan Mesir dan Maghrib (Afrika Utara) yangmenjadi kubu akhir terkuat kaum Muslimin. Hulagu kemudianmengirim kurir untuk mengantarkan surat ancaman bagi penguasa Mesir saat itu, Mahmud Saifudin Qutuz.
Penguasa Muslim tidak mau tunduk kepada Mongol.Kaum Muslim memberikan jawaban tidak terduga. DelegasiMongol dibunuh dan mayatnya dibiarkan tergantung didalam kota. Karena itu, meletuslah perang di wilayah AinJalut, Palestina Utara, antara pasukan Quds dan PanglimaBaibars berhadapan dengan tentara Mongol.
Dalam perang tersebut, pasukan Mesir menggunakanmeriam genggam yang pertama kali dilakukan dalamsejarah. Pertempuran Ain Jalut menjadi tempat pertama kalidigunakannya peluru bubuk mesiu yang digunakan Mesirpada tombak api dan meriam genggam. Umat Islam punmeraih kemenangan. ■
PEMBANGUNAN MASJIDAL-AZHAR KAIRO
J ami Al Azhar (Masjd Al Azhar) didirikan bersamaandengan berkuasanya Dinasti Fatimiyah di Mesir, yaitu
tidak lama setelah dinasti ini memasuki Kairo.Pembangunannya dimulai pada 539 H dan memakan waktusekitar dua tahun. Secara resmi, masjid ini dibuka oleh panglima perang Fatimiyyah Jauhar Al Shiqilli yang melak-sanakan shalat Jumat di masjid tersebut pertama kalinyapada 7 Ramadhan 361 H /21 Juni 972 M.
Peradaban Islam tak pernah lupa mendirikan sebuahmasjid di kota yang dikuasainya. Pertama kali diresmikanmasjid itu bernama Jami al Qahirah. Namun, ketika banyakmasjid lain yang dibangun di Mesir, masjid ini berganti namamenjadi Al Azhar.
Pada tahun 378 H, fungsi masjid ini ditambah menjadipusat pendidikan (universitas) dengan membentuk staf pengajar. Pembahasan utama dalam universitas ini adalahmasalah hukum keislaman. Di universitas ini, terdapatberbagai fasilitas, seperti tempat tinggal, kebutuhan hidup,bahkan halaqah (kelompok belajar).
Dengan adanya kelompok belajar ini, mahasiswa yangmasuk ke universitas tersebut bebas memilih kelompokbelajar apa yang ia inginkan. Universitas Al Azhar menjadiuniversitas tertua di dunia. ■ c02 ed: heri ruslan
PERANG BADAR
Peristiwa besar dan bersejarah yang terjadipada Ramadhan adalah Perang Badar, tepat-
nya terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perangini merupakan pertempuran pertama yangdilakukan kaum Muslimin setelah mereka hijrahke Madinah. Menurut Dr Akram Dhiya al-Umuri,perang itu dimulai ketika kaum Musliminmenekan jalur perdagangan kaum Quraisy keSyam (Suriah).
Kaum Muslimin selalu mengintai pergerakankaum kafir Quraisy. Hingga suatu hari, terden-gar kabar kabilah dagang milik bangsa Quraisybergerak dari Syam. Kafilah tersebut dipimpinoleh Abu Sufyan Sakhr bin Harb yang membawasejumlah besar harta dari Quraisy. Ia dikawaloleh 30 hingga 40 orang.
Rasulullah mengirim Basbas untuk memata-matai rombongan itu. Setelah mendapatkaninformasi yang dbutuhkan, Rasulullah memerin-tahkan para sahabat untuk berangkat. “Merekaberangkat tergesa-gesa sehingga jumlahpasukan kaum Muslimin tidaklah mewakilikekuatan militer mereka yang sebenarnya,” ujarDr Akram dalam Shahih Sirah Nabawiyah.
Pasukan Muslimin berangkat ke Badardengan kekuatan 319 tentara. Mereka terdiriatas 100 orang Muhajirin dan selebihnya kaumAnshar. Di tengah jalan, ia bertemu denganseorang pendekar kaum Musyrikin yangmeminta ikut bersama kaum Muslimin. Namun,Rasulullah menolaknya karena warna akidahdalam peperangan harus terlihat nyata dalamIslam. Akhirnya, pendekar tersebut masuk Islamdan diperbolehkan mengikuti perang olehRasulullah.
Pergerakan pasukan Muslimin menghadangkafilah Quraisy terdengar oleh Abu Sufyan.Kafilah itu lalu berbelok melewati jalan tepi
pantai. Mereka mengirim Dhamdham bin Amru alGhifari untuk memobilisasi penduduk Makkahuntuk melawan kaum Muslimin. Sebanyak 1.000penduduk Makkah dikerahkan membantu kaumkafir Quraisy. Mereka dipimpin oleh Abu Jahal.
Sesampainya di Badar, kaum Musliminmencari tempat strategis sebelum kedatangankaum Musyrikin. Dengan izin Allah, seluruhpasukan tertidur dengan nyenyak sebelumperang dimulai agar mereka dapat berperangdengan tenaga yang cukup. Sementara itu,Rasullullah mengerjakan shalat dan berdoa.
Dalam hadis sahih, Ali bin abi Thalib berkata,“Dalam doanya, beliau berkata: ‘Ya Allah, jikaEngkau binasakan pasukan ini, niscaya Engkautidak akan disembah.’”
Keesokannya, Nabi Muhammad memban-gunkan seluruh pasukannya, mengerjakanshalat, lalu membentuk barisan perang.Peperangan diawali dengan duel satu lawansatu. Utbah bin Rabiah maju diikuti olehputranya, al-Walid dan saudaranya, Syaibah.Rasulullah menyuruh Hamzah, Ali, dan Ubaidahmaju menantang mereka. Hamzah berhasilmenewaskan Utbah dan Ali berhasilmenewaskan Syaibah.
Duel ini memberi pengaruh yang besar ter-hadap pasukan Musyrikin dan mereka punmenyerang. Rasulullah memerintahkan parasahabat menghujani pasukan Musyrikin denganpanah dan perang dahsyat pun terjadi. AbuJahal dibunuh oleh Muadz bin Amru bin alJamuh dan Muadz bin Afraa.
Peperangan tersebut membuat jumlah kaumQuraisy berkurang. Sebanyak 70 di antaramereka mati terbunuh dan 70 dari merekaditawan oleh pasukan Muslimin. Sisanyamelarikan diri karena kehilangan pemimpin.Kaum Muslimin pun memenangkan perangtersebut. ■
Sebelum diangkat menjadi Rasul Allah SWT, Muhammad
SAW memiliki kecintaan untuk mengasingkan diri
dengan tujuan untuk beribadah. “Nabi Muhammad SAW
mengasingkan diri dari kaumnya yang Jahiliyah di Gua
Hira yang terletak di Bukit Hira,” ujar Dr Akram Dhiya al-Umuri
dalam Sahih Sirah Nabawiyah.
Menurut dia, posisi gua itu berada di tempat yang lebih tinggi
dari Ka’bah. Ibnu Abi Jamrah menuturkan, selama menyendiri di
Gua Hira, Nabi Muhammad melakukan tiga bentuk ibadah sekali-
gus: menyepi, beribadah, dan melihat Baitullah. Rasulullah
menyendiri di gua yang sempit itu selama beberapa malam,
kemudian kembali kepada keluarganya, dan kembali lagi untuk
menyepi.
Kebiasaan itu berlangsung hingga turunnya wahyu dan
diangkatnya Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Dalam
Fathu Bari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah
SAW diangkat sebagai nabi pada usia 40 tahun. Imam Baihaqi
berkata, “Turun kepada beliau kenabian itu pada usia 40 tahun.”
Nabi mulai menyendiri di Gua Hira selama tiga tahun sebelum
masa kerasulan. Pada bulan Ramadhan, uzlah itu dilaksanakan
selama sebulan penuh. Imam Muslim dalam sahihnya meng -
ungkapkan, pertama kali wahyu turun pada Senin siang bulan
Ramadhan. Ada yang menyebut pada 10 Agustus 610 M.
Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad yang sedang
berada di Gua Hira secara tiba-tiba. Pada hari itu, Allah menu-
runkan Malaikat Jibril untuk mewahyukan surah al-Alaq, yaitu
surah pertama.
Aisyah meriwayatkan, “Lalu, tiba-tiba, datang malaikat
kepadaku dan berkata: ‘Bacalah!’ Aku menjawab: ‘Aku tidak bisa
membaca.’ Lalu, ia memelukku erat-erat hingga aku tidak bisa
bernapas, kemudian melepasku dan berkata: ‘Bacalah!’ Aku men-
jawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Ia kembali memelukku kuat-
kuat, lalu melepaskan aku dan berkata: ‘Bacalah dengan menye-
but nama Tuhanmu yang telah menciptakan….’”
Nabi Muhammad pulang ke rumahnya dengan tubuh yang
gemetar dan segera menemui istrinya, Khadijah. “Selimuti aku,
selimuti aku,” ujar Nabi. Setelah diselimuti dan hilang rasa takut-
nya, Khadijah membawa Rasulullah ke rumah anak pamannya,
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.
Setelah Rasulullah menceritakan pengalamannya, Waraqah
berkata, “Itu adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa.
Andai aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu. Beliau
bertanya, “Benarkah mereka mengusirku?” Waraqah menjawab,
“Benar. Tidak seorang pun yang membawa risalah seperti yang
engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih
hidup pada masamu nanti, tentu aku akan membantumu.”
Sejak hari itu, Muhammad SAW menjadi pembawa pesan
agama Allah, yaitu Islam. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan
adalah (bulan) di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)…” (QS al-
Baqarah [2]: 185). ■
WAHYU PERTAMADAN KENABIAN MUHAMMAD SAW
● Gua Hira
● Makkah tempo dulu
● Sultan Murad II
● Perang Ain Jalut
● Masjid Ali, Najaf, Irak
HMNS.ORGWALLPAPERPASSION
ASK.COM
WIKIMEDIA
REOCITIES.COM
● Masjid Al Azhar
JAMAAT-REUNION
Gula Aren tidak hanya memi-
liki rasa yang manis, tapi
juga memiliki banyak man-
faat untuk kesehatan, salah satunya
ialah dapat menormalisir kadar
gula darah. Kini, hadir Gentong
Mas yang salah satu bahan uta-
manya adalah Gula Aren. Slamet
Riyadi adalah salah seorang pen-
derita diabetes yang telah
merasakan manfaat herbal ini.
Sudah 7 tahun lamanya, ayah
4 anak ini merasakan kenyamanan
hi dupnya terganggu karena men -
derita penyakit berbahaya ini, “Ke -
tika kadar gula darah tinggi, badan
saya sering terasa lemas, mudah
mengantuk, sering kencing ketika
malam dan gampang haus.” Cerita
Slamet.
Setelah bertahun-tahun bero-
bat, akhirnya ia tertarik untuk men-
coba minum Gentong Mas, “Saya
tertarik mencoba karena Gentong
Mas itu terbuat dari bahan-bahan
yang alami. Ternyata setelah 1,5
tahun minum dengan rutin, Alham-dulillah kadar gula darah saya
sekarang stabil ( 106mg/ dL), badan
pun terasa fit.” Ujar pria berusia 58
tahun tersebut.
Indonesia saat ini menduduki
peringkat keempat dengan jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia
setelah Shina, India, dan Amerika.
Diperkirakan, jumlah penderitanya
akan terus meningkat dari tahun ke
tahun.
Diabetes adalah peningkatan
kadar glukosa darah akibat keku-
rangan insulin baik yang sifatnya
absolut maupun relatif atau re-
sistensi reseptor insulin.
Diabetes melitus sangat erat
kaitannya dengan mekanisme pen-
gaturan gula normal.
Karena kepercayaannya ter-
hadap pengobatan yang alami ini
berbuah manis, warga Cengkareng
Pulo, Jakarta Barat tersebut terg-
erak untuk membagi pengalaman
sehatnya tersebut dengan orang
lain, “Mudah-mudahan pengalaman
saya ini dapat bermanfaat bagi
orang lain.” Harap pria yang
berprofesi sebagai driver tersebut.
Gentong Mas adalah minuman
kesehatan herbal alami dengan
bahan utama Gula Aren dan Nigella
Sativa (Habbatussauda) yang ter-
bukti manfaatnya bagi penderita
dari berbagai penyakit, termasuk
diabetes.
Habbatussauda dipercaya
dapat meningkatkan fungsi insulin
dan mengurangi resistensi reseptor
insulin, sedangkan Gula Aren
berperan dalam optimalisasi kerja
reseptor insulin.
Gentong Mas juga mengan-
dung Chromium yang efektif mem-
perlancar metabolisme gula darah
dan mengatur kepekaan sel ter-
hadap insulin sehingga meri ngan -
kan kerja pankreas.
Selain itu, indeks glisemik
dalam Gula Aren yang sangat aman
bagi kesehatan yaitu hanya 35
(aman jika indeks glisemik dibawah
50), mampu menjaga dan merawat
pankreas agar tetap berfungsi den-
gan baik.
Meski demikian, untuk menda-
patkan hasil maksimal, disarankan
untuk mengatur pola makan,
olahraga, pengaturan berat badan
seideal mungkin, diet rendah lemak,
kontrol stress, dan menghindari
rokok serta alkohol.
Dengan aturan penggunaan
yang tepat, manfaat bagi kesehatan
dan kelezatan rasanya membuat se-
makin banyak masyarakat yang
mengkonsumsi Gentong Mas.
Untuk informasi lebih lanjut
silahkan kunjungi www.gentong-
mas.com.
Bagi Anda yang membutuhkan
silahkan hubungi:
Jakarta Pusat (021) 7150-3671
Jakarta Selatan (021) 71201834,
Jakarta Barat (021) 71537244, Ja -
karta Timur (021) 71503618, Jakarta
Utara (021) 37460843 Bekasi (021)
70495100, Depok (021) 37713090,
Kota Tangerang (0812 1926-9571),
Tange rang Selatan (081210344355),
Kab. Ta nge rang (081389651580),
Bogor (085-2210 19 518), Ci re bon
(0812 216 9618), Banten (08184 743 -
22), Jawa Barat (08134689 449), Yog -
yakarta (0813 200 01 013), Jawa
Tengah (0813 13322669), Jawa
Timur (0813 16821146), Bali (08133
7571 457) Lampung (0812 108-83349)
Su matra Selatan (0813 230-17741)
Bengkulu (0852 730 23491) Jambi
(081 36697 1641) Sumatera Utara
(0813 84 777717) Riau (0813 876-50 -
717) Aceh (081362900792) Kaliman-
tan Timur (08522 398 2705) Sulawesi
Selatan (081 322262366) Sulawesi
Tenggara (0813 14952303) Kaliman-
tan Selatan (0812 50980 570) Kali-
mantan Barat (0813 76179880)
Kalimantan Tengah (0813 4638
2718), Sumatra Barat (0812 833
07337) NTB (081338 3556 61),
Bangka Belitung (0813 2236 4969). �
Depkes: PIRT812.3205.01.114
www.gentongmas.com
Kadar Gula Darah Stabil,Badan Terasi Fit
Oleh Makmun Nawawi*
Dalam khazanah tasawuf, namaImam al-Qusyairi tentu sudahtak asing lagi. Karya magnumopus-nya bertajuk RisalatulQusyairiyah, ringkasan mengenai tasawuf awal yang
ditulis pada tahun 1046 yang begitumasyhur. Di Barat, risalah itu menjadirujukan utama dibandingkan dengan bukuapa pun mengenai tasawuf. Setidaknya,itulah analisis Annemarie Schimmel, profesorKebudayaan Indo-Muslim dari HarvardUniversity dan peneliti sufisme terkemukadan paling berpengaruh di abad ke-20 M.
Selain sufi, sejumlah gelar keahlian jugamenempel padanya: mufassir (ahli tafsir),faqih (ahli fikih), ushuli (ahli ushul fikih),muhaddits (ahli hadis), mutakallim (ahli ilmukalam atau teolog), adib (budayawan), natsir(ahli prosa), nazhim (penggubah syair), danwa‘izh (pemberi nasihat). Sebagai wa‘izh,nasihat-nasihat al-Qusyairy sangat indah.
Abul Hasan Ali bin Hasan al-Bakhrazyberkata, “Seandainya batu itu dibelah dengancambuk peringatannya, pasti batu itumeleleh. Seandainya iblis bergabung dalammajelis pengajiannya, bisa-bisa iblis bertobat.Dan, seandainya harus dipilah mengenai keutamaan ucapannya, pasti terpuaskan.”
Namun dari sejumlah gelar disiplin ilmuyang disematkan pada Imam al-Qusyairi,masih ada yang luput dari para pengkajinya—termasuk di Indonesia—karena memangdunia tasawuflah yang lebih dominan dansudah melambungkan namanya. Padahal,salah satu karyanya, Nahwul Qulub (NahwuHati), cukup repsentatif untuk mengukuhkansang tokoh sebagai ahli nahwu (gramatikabahasa Arab).
Di kalangan ulama Islam, penguasaan ter-hadap ilmu nahwu memang merupakan lan-dasan fundamental yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, baik sebagai sarana untuk men-dalami ilmu lain yang referensinya bahasaArab maupun sebagai tujuan utama atau spe-
sialisasi linguistik bahasa Arab. Itulah sebab-nya, banyak di antara mereka yang pakar dibidang disiplin ilmu tertentu, sekaligus ahli dibidang ilmu nahwu.
Lihat saja, misalnya Imam Nawawi, ImamSyafi‘i, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, ImamIbnu Katsir, dan tentu masih banyak tokohlainnya. Kendati ada pula Abul Aswad, al-Khalil, Sibawaih, al-Kisa’i, Tsa‘lab, Abu Ali al-Farisi, dan Ibnu Jinni, ia tetap berkibarnamanya sebagai tokoh yang ahli di bidangilmu nahwu.
Jika dibandingkan dengan era sekarang,ketika kitab-kitab nahwu sudah hadir denganhalaman yang cukup tebal, semisal kitabJami‘ud Durus al-‘Arabiyyah karya SyekhMushtafa al-Ghalayaini, Mu‘jamul I‘rab wal-Imla’ karya Dr Emil Badi Ya‘qub, atauberagam syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik,buku Nahwul Qulub ini bisa dibilang sangatringkas dan padat. Kehadirannya miripdengan kitab Matan al-Ajrumiyyah karyaImam ash-Shanhaji yang biasa dikaji dipondok-pondok pesantren tradisional negeriini, sekalipun buku ini agak lebih tebal: 46halaman.
Beberapa bab yang dibahas di dalamMatan al-Ajrumiyyah juga ada dalam kitabNahwul Qulub ini, seperti bab “al-I‘rab”, bab“al-Af‘al”, bab “an-Na‘t”, dan tema-temalainnya. Namun, berbeda dengan kitab Matanal-Ajrumiyyah dan kitab-kitab nahwu padaumumnya, kitab ini menyajikan amstal(contoh-contoh) dan ilustrasinya dengan hal-hal yang bertalian dengan aspek spiritualitasmanusia, yakni hati yang merupakan porosutama.
Itulah sebabnya buku ini dinamai denganNahwul Qulub, yang artinya ‘Nahwu Hati’.Dan inilah keunikan buku ini, sekaligusmenyiratkan orisinalitas keilmuan seorangAbul Qasim Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi.
Sejak awal bahasan, aroma sufistik terasabegitu kental. Rupanya, menantu sekaligusmurid Syekh Abu Ali al-Hasan bin Ali an-Naisaburi—yang populer dengan panggilanad-Daqqaq— ini tidak bisa melepaskan diridari atribut kesufiannya. Contohnya, ketikamembahas al-Kalam (kalimat)—suatu temayang biasa tampil di bagian awal kitab-kitabnahwu.
Menurut ilmu nahwu, kalam adalah lafal(kata-kata) yang tersusun dan memberikanpengertian, dan terdiri atas isim, fi‘il, dan harfyang mempunyai makna. Sementara itu,Imam Qusyairi menulis dalam bukunya, “Wafi nahwil (qulub): al-ismu huwallah wal-fi‘luma kana minallah. Wal-harfu immayukhtashshu bil-ismi fayujibu lahu hukmanau yukhtashshu bil-fi‘li fayaqtadhi lahu nis-batan. Wa kama annal harfa idza dakhala ‘alaismin aujaba lahu imma hukman-nashbi awil-khafdhi au ghairahu, fal-washfu alladzihuwal-‘ilmu (matsalan) yujibu lillahi hukmal-‘alim … wa kadzalikal-qudratu wal-hayatu wasa’iru shifatidz-dzat.”
(Dalam Nahwu [Hati]: Isim adalah Allah,dan fi‘il adalah apa yang ada dari Allah. Huruf
kadang dikhususkan terhadap isim sehinggamengharuskan suatu hukum (ketetapan)baginya, kadang juga dikhususkan terhadapfi‘il sehingga menuntut adanya suatu nisbah(hubungan). Sebagaimana huruf yang jikamasuk ke dalam isim mengharuskan adanyahukum nashab atau jar atau lainnya.Demikian pula sifat ilmu (misalnya), hal itumengharuskan bagi Allah untuk mempunyaihukum Mahatahu, juga sufat qudrah, hayat,dan semua sifat Zat-Nya.”
Uraian seperti ini memang agak sulit dipa-hami bagi peminat tasawuf yang tidak punyawawasan ilmu nahwu, demikian pula seba-liknya, sehingga keduanya mempunyaihubungan yang sangat sinergis. Dalam halini, hasyiyah (catatan kaki) yang diberikanoleh Mursi Muhammad Ali ikut mempertajamkarya ini.
Pada bagian lain, ketika menjelaskanmasalah fi‘il (kata kerja), Imam Qusyairimenulis, “Al-Af‘alu ‘ala dharbain: lazimin wamuta‘addi.” (Fi‘il itu dua macam: fi‘il lazim danfi‘il muta‘addi). Kita tahu bahwa dalam ilmunahwu, fi‘il lazim adalah fi‘il (kata kerja) yangtidak membutuhkan maf‘ul (objek), sedang
fi‘il muta‘addi adalah fi‘il yang memerlukanmaf‘ul, bahkan hingga dua atau tiga maf‘ul(objek).
Imam sufi yang semula bercita-cita inginmenjadi pegawai pemerintahan lalu meriv-isinya dengan memilih jalan tarekat ini lebihlanjut menjelaskan bahwa af‘al (perbuatan)hamba pun terbagi menjadi dua, yaitu lazimdan muta‘addi. Yang lazim adalah perbuatanyang keberkahannya hanya terbatas bagipemiliknya sendiri, sedang yang muta‘addiadalah perbuatan yang kebaikannya melam-paui orang lain.
Bahkan jika dalam fi‘il muta‘addi itu melin-tasi satu, dua, bahkan tiga maf‘ul, hal yangsama juga dalam fi‘il (amal) manusia, yangterkadang keberkahannya melampauisegenap umat manusia, sehingga ada seorangsyekh sufi yang berujar: “Jika ada waliyullahyang memaafkan sebuah negeri, niscayaAllah akan mengampuni warga negeri itu.”
Tidak bisa dimungkiri bahwa bukuNahwul Qulub ini memang berbicara tentanghati. Namun, pisau pembedah yang digu-nakan untuk mengkajinya adalah istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu nahwu.Maka, karya ini baru bisa ditemukan citarasanya kalau pembaca juga memahami ilmunahwu. Mungkin, inilah sebabnya mengapabuku ini masih tergolek dalam bahasa Arab,dan—sepengetahuan penulis— belum adayang menerjemahkannya dalam khazanahbahasa Indonesia. ■
Alumnus Sastra Arab Fakultas Adab danHumaniora UIN Jakarta, narasumber kajian
Islam di 102.8 fm Bekasi. Email:noen_yarabb@yahoo.com
C6REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011kitabNahwul Qulub
NAHWU HATIDI KALANGAN
ULAMA ISLAM,
PENGUASAAN ILMU
NAHWU MERUPAKAN
LANDASAN FUNDA-
MENTAL YANG TIDAK
BISA DITAWAR-
TAWAR LAGI.
IMAM BUDI UTOMO/REPUBLIKA
sastra
Perasaan Doja (penjaga masjid) Rasyid sangat
gundah. Saat hendak mengirim isyarat
ketiga sebelum Jumat, tanpa dia sengaja,
pukulannya memecahkan satu-satunya
beduk di masjid itu. Semua jamaah yang
sudah hadir duluan, terperangah, bahkan
ada yang terkejut dan mulai menyalahkan Doja Rasyid.
Menyalahkan, mengapa Doja Rasyid tak mengira-ngira
tenaganya saat hendak memukul beduk.
Beduk itu sama tuanya dengan umur masjid ini, begitu
alasan mereka mempersalahkan Doja Rasyid. Tentu saja,
Doja Rasyid kecut dibuatnya. Dia memang tak sengaja dan
dia sendiri tak tahu entah mengapa tiba-tiba saja ada keja-
dian macam itu. Setiap hari, dia melakukan tugasnya
dengan baik. Memberi ingat pada orang banyak perihal
datangnya waktu sholat. Tanpa disangkanya, beduk itu
justru robek saat digunakan pada Jumat kali ini.
Ada kebiasaan di kampung ini sebelum proses Jumatan
dimulai. Seorang Doja harus mengirim tanda panggilan
sebanyak tiga kali. Tanda pertama, sebelum azan dikuman-
dangkan, beduk harus dipukul tiga kali dengan interval
ritme yang pendek, lalu disusul pukulan pendek dan ber -
ulang kali ke pinggiran beduk. Tanda kedua, setelah sha-
lawat, dipukul tiga kali tanpa memukul pinggiran beduk.
Dan, tanda ketiga, sebelum ikomat dikumandangkan, beduk
akan dipukul sebanyak lima kali dengan ritme yang lambat.
Karena itu adalah tanda terakhir, maka semua orang harus
sudah berada di masjid sebelum tanda itu dibunyikan.
Ketika inilah, Doja Rasyid memecahkan kulit beduk tua itu.
●●●
Berhari-hari, Doja Rasyid mengandung rasa bersalah dan
malu. Dia takut jadi sasaran amarah penduduk kampung,
sebab sebagian kecil warga masih percaya tahayul tentang
beduk tua yang katanya keramat itu. Dia malu akan diang-
gap tak becus menjadi doja. Padahal, tugas itu dia-
manahkan almarhum bapaknya. Tugas yang sukarela
diemban bapaknya selama berpuluh tahun tanpa pamrih,
kemudian pindah padanya.
Pada saat-saat inilah, Rasyid merasakan perannya
sebagai doja bukan peran sembarang. Doja dan beduk tak
luput memegang peran penting dalam komunitas macam
ini. Kejadian ini ikut membuktikan bahwa menjadi doja
bukanlah pekerjaan yang ringan, walau sepele terlihat di
mata orang.
Sejak hari di mana musibah itu datang, Doja Rasyid
harus berdiri di atas sebuah batu besar di depan masjid dan
mengumandangkan azan dari atasnya. Imam masjid Ustaz
Abduh dan sebagian pemangku adat untuk sementara
melihat cara itu sebagai jalan keluar. Tetapi, tidak bagi seba-
gian kecil warga lainnya. Mereka mulai menertawakan dan
mengolok-olok Doja Rasyid, mengira bahwa itulah karma
akibat merusak beduk keramat.
Pada hari kedua setelah peristiwa itu, Doja Rasyid
dipanggil oleh Kepala Kampung Amran. Saat Doja Rasyid
tiba di rumah kepala kampung, telah hadir pula imam
masjid dan para pemangku adat. Doja Rasyid tak banyak
bicara dalam pertemuan itu. Dia hanya mendengar saja
keluhan para pemangku adat perihal berbagai hal yang tiba-
tiba tak teratur semenjak beduk masjid itu rusak.
Mendengar semua itu, perasaan Rasyid bagai remuk.
Wajah bapaknya tiba-tiba melintas di benaknya. “Oh,
Bapak...” Bisik Rasyid, berusaha tak terdengar oleh lainnya.
●●●
Rasyid memang tak pernah berniat menjadi doja.
Bapaknya tidak berencana bahwa kelak nasib anaknya akan
seperti dirinya. Sebelum dipinjami sebidang tanah untuk
berhuma, hidup bapaknya sekeluarga benar-benar bergan-
tung dari sumbangan orang pada masjid.
Ladang itu pula yang telah ‘membunuh’ ibunya.
Perempuan yang sangat disayanginya itu tertimpa pohon
yang batangnya lapuk saat mengambil air untuk menyiram
sayuran. Masih mujur, bapaknya tidak ikut tertimpa.
Maka dari itu, Doja Rasyid sedikit kecewa pada per-
lakuan warga kampung terhadapnya. Mereka bahkan tak
memandang barang sedikit sosok bapaknya dan tentunya
pengorbanan Rasyid yang telah setia melayani mereka
semua. Rasyid mengorbankan sekolahnya sekadar untuk
bisa menjalankan wasiat bapaknya meneruskan tuga
menjadi doja di masjid itu.
“Biar aku shalat di bilik ini saja, Ustaz!” Ujar Rasyid
suatu ketika, menolak ajakan Ustaz Abduh untuk shalat
bersama sehari setelah dirinya dipanggil kepala kampung.
Ustaz Abduh hendak mencari penyebab mengapa Rasyid
mengurung diri macam itu. “Apa tidak sebaiknya kau mene-
maniku Shalat Zhuhur berjamaah saja, Rasyid?” Ajak Ustaz
Abduh dengan lembut.Rasyid tak menjawab lagi. Karena
malu, tak berani dia menatap wajah Ustadz Abduh. Orang
tua itu membiarkannya. Tapi, Doja Rasyid berusaha tetap
sadar. Robeknya kulit beduk itu bukan kehendaknya.
Nasibnya sekarang ini pun yang menjadi bulan-bulanan
diolok orang, juga di luar kuasanya. Beberapa hari lalu,
Rasyid sudah memikirkan masalah ini dan sudah pula
mengambil sebuah keputusan perihal beduk itu.
●●●
Rasyid menemukan jalan keluar atas masalah robeknya
kulit beduk itu. Upah yang diperolehnya tatkala membantu
mengecat rumah orang di kampung ini, boleh dibilang tak
banyak. Sudah cukup lama uang itu dia kumpulkannya, tapi
tetap saja jumlahnya jauh dari cukup untuk membeli kulit
kering yang terbaik. Harga selembar kulit kerbau yang ter-
samak sempurna sangatlah mahal.
Tetapi, Doja Rasyid tetap menuju pasar hewan pada
keesokan paginya. Setelah lama berkeliling, melihat-lihat
dan menaksir, Rasyid berhenti di depan seorang lelaki tua
gemuk yang menjual tiga ekor kambing, dua jantan, dan
seekor betina. Lelaki tua gemuk dengan misai memenuhi
wajahnya.
“Berapa harga kambing yang ini?” Tanya Rasyid sambil
menyentuh kepala seekor kambing jantan kurus.
“Mengapa tak memilih yang gemuk ini?” Tanya lelaki
tua gemuk itu keheranan. Menganggap aneh pada pilihan
Rasyid, pada kambing kurus miliknya itu.
Rasyid tersenyum takzim. “Tak mengapa, Pak. Aku suka
yang ini saja. Kira-kira berapa harganya?” Rasyid bersike -
ras. Tak mau berpanjang-kata, lelaki tua gemuk itu menye-
butkan harganya. “600 ribu rupiah. Boleh kurang sedikit.”
Rasyid menghela nafas berat. Jika pun dia harus
menawar, uangnya sangat jauh dari cukup.
“Hendak kau buat apa kambing kurus ini?” Tanya si
penjual kambing yang melihat Rasyid bergeming setelah
mendengarnya menyebut harga. “Jika kau hendak beternak,
sebaiknya pilihlah yang betina ini. Tubuhnya gemuk dan
sehat. Jika hendak kau sembelih, hendaknya yang jantan
gemuk ini.” Penjual kambing itu memberi saran.
Merah muka Doja Rasyid karena malu. “Sebenarnya
hendak aku potong saja. Aku berniat memberikan
dagingnya buat beberapa janda miskin di sekitar kampung.
Dan kulitnya hendak aku pakai sebagai pengganti kulit
beduk yang sobek.”
Lelaki tua gemuk itu terkekeh. “Jika beduk itu besar,
tentu saja kulit kambing kurus ini tak akan cukup.”
Sekali lagi Rasyid menghela nafas, masygul. “Entahlah,
Pak. Bahkan uangku sekarang tak cukup buat kambing
kurus ini.”
Lelaki tua gemuk itu terdiam sesaat. “Berapa jumlah
uangmu?” Tanyanya kemudian.
Rasyid merogoh sakunya, lalu mengeluarkan semua
isinya. “Hanya sejumlah ini...” Ujarnya sambil menunjukkan
uang sejumlah 450 ribu rupiah.
Lelaki tua gemuk itu tersenyum. “Uang sebegitu tentu
tak cukup membayar kambingku ini,” ujarnya, “Tapi jika kau
bersedia membantuku menggiring pulang kambing-
kambing ini, maka aku akan bersedia menukar kambing itu
dengan berapapun sisa uang di sakumu,” Jelas lelaki tua
gemuk itu.
Rasyid langsung mengangguk. Wajah Rasyid berbinar
mendengar tawaran yang tak terlampau sukar itu. Tanda
setuju, Rasyid menjabat tangan lelaki tua yang ternyata
bernama Ama (bapak) Jalad.
Petang hampir habis ketika mereka tiba di rumah Ama
Jalad. Sebelum membersihkan tubuh, Rasyid harus mem-
bantu memasukkan dua ekor kambing tersisa ke kandang
sederhana yang tepat berada di bawah rumah panggung
Ama Jalad. Sedang kambing yang hendak dibayarnya,
diikatkan terpisah pada tiang dekat kandang.
Ama Jalad tak memiliki anak, itulah mengapa rumah ini
terasa sepi. Tapi, melihat suami-istri itu hidup rukun, Rasyid
sungguh bersyukur. Jarang ada suami-istri yang bisa rukun
bertahun-tahun walau hidup mereka tak dihibur anak-
turunan.
“Rasyid, terima kasih kau sudah mengantarku pulang.
Kau boleh bawa pulang kambing itu sesuai tawaranmu dan
juga ini,” kata Ama Jalad sambil mengangsurkan bungkusan
di tangannya pada Rasyid.
Rasyid mendongak, menatap wajah Ama Jalad. Lelaki tua
itu sedang tersenyum padanya.
“Terimalah. Bawalah kambing itu juga. Uang darimu,
rasanya, sudah cukup banyak untuk kambing dan kulit
kerbau itu. Lagipula, kambingku masih ada dua,” kata Ama
Jalad, sambil mengangguk tegas.
“Aku tak tahu hendak kuapakan kulit kerbau itu semen-
jak aku memilikinya. Kini, aku tahu dengan siapa kulit
kerbau itu berjodoh,” terang Ama Jalad. “Aku senang dan
bahagia bisa ikut memperbaiki beduk di masjidmu,”
pungkasnya.
Lidah Rasyid kelu sesaat, tak bisa bicara. Pemberian
Ama Jalad adalah rejeki yang benar-benar di luar dugaan-
nya. Hal yang tak pernah diharapkannya sedikit pun. Jika
dia memang mengharapkan sesuatu, semisal korting yang
pantas untuk harga kambing itu, maka yang diberikan Ama
Jalad lebih dari sekadar potongan harga. Betapa berun-
tungnya Rasyid yang telah menahan sabar dan mencari
jalan keluar selama berhari-hari.
Sebelum pergi, Doja Rasyid berpamitan sambil mele-
takkan punggung telapak tangan Ama Jalad ke keningnya.
Tak putus syukurnya dan tak henti terima kasihnya pada
Ama Jalad. Perjalanan pulang terasa begitu singkat bagi
Rasyid. ■
Ilham Q Moehiddin. Mantan wartawan. Cerpen-cerpen-
nya dipublikasikan di sejumlah media seperti Republikadan beberapa media online. Buku kumpulan cerpen dan
puisi pertamanya berjudul Kitab & Tafsir Perawan Nemesis(2000). Novel-novelnya (crime suspense); Unabomber:Gadis Kecil di Elliot House (2002), dan Kabin 21 (2003).
Terlibat dalam perhimpunan The Indonesian Freedom
Writers. Kini, bermukim di Jakarta dan Kendari (Sulawesi
Tenggara).
C7REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011
BEDUKMASJID TUA
Oleh Ilham Q Moehiddin
RE
ND
RA
PU
RN
AM
A/R
EP
UB
LIK
A
mualaf REPUBLIKA ● AHAD, 7 AGUSTUS 2011 C8
Suatu hari, Julianne Scasny mengikuti kelas
sejarah. Tema yang dipelajari hari itu
tentang sejarah agama-agama besar di
dunia. Di depan ruang kelas, sang guru
tengah menjelaskan agama Islam. Saat guru
itu tengah asyik bercerita tentang Islam,
seorang teman Julianne protes.
Siswa yang berasal Mesir dan beragama Islam itu tak
sependapat dengan penjelasan gurunya. Pelajar Muslim
itu mengoreksi dan meluruskan informasi yang salah
tentang Islam. “Wow, dia berani sekali membantah
guru,” ujar Julianne. Sejak terjadi perdebatan antara
temannya yang Muslim dan guru sejarah itulah, wanita
kelahiran Michigan, Amerika Serikat (AS), tersebut mulai
tertarik pada Islam.
Julianne sangat penasaran dengan Islam. Pada suatu
hari, ia pun bertanya kepada temannya yang beragama
Islam tentang perbedaan antara Katolik—agama yang
saat itu dianutnya—dan Islam. Sayangnya, temannya itu
tak banyak memberi penjelasan. Rasa ingin tahunya
tentang Islam pun tak terpenuhi.
Ia tak menyerah. Untuk mencari tahu tentang Islam,
Julianne pun mengunjungi rumah teman sekelasnya
yang Muslim itu. Ia lalu meminjam Alquran dari orang
tua temannya. Tentu saja, Alquran yang sudah diter-
jemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Hati Julianne bergetar saat membaca Alquran. Gadis
pecinta sastra dan pemuja puisi itu sangat terpesona
dengan bahasa kitab suci umat Islam yang amat indah.
Ketertarikan pada keindahan bahasa Alquran men-
dorongnya untuk membaca seluruh ayat suci itu.
Dalam kalbunya, tebersit sebuah keyakinan. “Andai
kitab ini ditulis dalam bahasa Inggris sekali pun, penulis-
nya tak mungkin seorang manusia. Ini firman Tuhan,”
ujar Julianne dalam hati. Ia begitu yakin dengan kebe-
naran dari Alquran. “Dan saya menjadi Muslim di dalam
hati,” kata wanita yang pernah berkeinginan menjadi
seorang biarawati itu.
Julianne pun mengucap dua kalimah syahadat. Ia
bertekad menjadi seorang Muslimah meski tantangan
berat harus dihadapinya. Dalam hatinya telah tertanam
sebuah keyakinan bahwa Islam adalah agama yang
paling benar.
●●●
Julianne berasal dari keluarga keturunan Polandia-
Suriah. Ia terlahir pada 25 April 1982. Ayahnya adalah
seorang campuran Polandia dan Slovakia, sedangkan
ibunya seorang Halab, Suriah, yang lahir di Detroit.
Julianne pun lahir sebagai Katolik di Detroit, Michigan.
Kedua orang tuanya murka begitu tahu bahwa
Julianne telah memeluk Islam. Mereka tak bisa meneri-
manya, terutama sang ibu. Sebenarnya, ia amat
berharap, orang tuanya dapat menerima Islam sebagai
agamanya, namun ternyata sebaliknya.
Ibunya berusaha melarangnya berteman dengan
orang-orang Muslim. Sang ibu juga kerap menelepon
orang tua temannya agar tak lagi mendakwahkan Islam
kepada Julianne. Saat itu, ia begitu bingung. Namun,
imannya tak goyah sedikit pun.
Setiap hari, sang ayah membongkar kamarnya.
Semua barang-barang bernuansa Islam yang ada di
kamar Julianne, seperti sajadah, hijab, dan Alquran disita
ayahnya. Julianne terpaksa menyembunyikan Alquran di
ventilasi pendingin udara agar tak dapat terjangkau
ayahnya. Ia amat khawatir kedua orang tuanya akan
membuang Alquran itu.
●●●
Berbagai upaya dilakukan kedua orang tuanya agar
Julinanne melepas keyakinannya sebagai Muslim.
Mereka berusaha mengajaknya ke gereja. Suatu hari,
ibunya berupaya mempertemukannya dengan seorang
pendeta. Di hadapan pendeta, Juliane mengatakan amat
cinta kepada Islam.
“Aku tak habis pikir. Bagaimana sesuatu yang indah
ini (Islam) dianggap buruk oleh orang-orang,” ucap
Julianne. Pendeta tersebut mengatakan bahwa mimpi
Julianne yang pergi ke negara Muslim sambil berhijab
adalah perbuatan setan. “Saya tidak dapat melupakan
wajahnya, ia terlihat seperti setan ketika ia mengatakan
itu,” ujarnya menggebu-gebu.
Julianne juga mengisahkan bagaimana ibunya sering
berbohong. Sang ibu kerap menghidangkan masakan
yang terbuat dari babi, namun mengaku terbuat dari
daging sapi. Sebagai seorang Muslimah, Julianne amat
selektif dalam memilih makanan. Ia harus memastikan
hidangan yang disantapnya halal.
Ia pun memeriksa pembungkus makanan yang dihi-
dangkan ibunya. Ternyata, dugaannya benar, masakan
yang disajikan itu terbuat dari daging babi. Ayahnya pun
pernah membuatnya memilih untuk tinggal di rumah
sebagai seorang Katolik atau meninggalkan rumah.
“Shalat adalah sesuatu yang sangat sulit dilakukan di
rumah, mereka mengolok-olok ketika saya shalat,”
ujarnya. Sejujurnya, Julianne mengaku, sangat sakit hati
diperlakukan seburuk itu. Keluarganya selalu menghina
Islam, agama yang dianutnya.
●●●
Julianne mengaku, mempelajari shalat dalam bahasa
Arab secara otodidak melalui video dan buku-buku. Ia
juga mulai menjelaskan tentang Islam kepada adik
perempuannya. Mengetahui hal itu, kedua orang tua
Julianne mengancam akan mengusirnya dari rumah.
Julianne pun berhenti mengajarkan Islam kepada
adiknya. Meski begitu, ia sempat mengatakan banyak
hal kepada adiknya tentang Islam. Adiknya pun mulai
tertarik dan bahkan mulai mempertanyakan sejumlah
hal tentang Islam.
Berada di bawah tekanan dari kedua orang tuanya,
Julianne pun mulai kesulitan untuk menunaikan shalat.
Ia sempat berhenti melakukan shalat. Ia tak pernah
berhenti berdoa di dalam hati agar diberi kesempatan
untuk mendalami Islam ketika dewasa.
Tidak seorang pun mendukung keislamannya, kecuali
orang tua teman-temannya yang meminta Julianne agar
mendengarkan nasihat kedua orang tuanya. Teman-
teman Muslimnya juga tidak benar-benar mengerti apa
yang dialaminya. Barangkali, mereka sendiri belum
benar-benar dewasa dan mengerti tentang Islam secara
baik.
●●●
Ketika usianya menginjak 20 tahun dan sudah
berstatus sebagai mahasiswi, doa Julianne yang ingin
mendalami Islam terkabul. Ia mendapat kabar di sekitar
lingkungannya dibangun sebuah masjid. Untuk memas-
tikan kabar itu, ia menelepon wanita yang memberinya
Alquran dan menanyakan tentang masjid yang baru
dibangun di dekat rumahnya.
Sebelum berdiri rumah ibadah itu, masjid terdekat di
daerahnya tinggal harus ditempuh selama 45 menit
hingga satu jam perjalanan. Berdirinya masjid itu mem-
buatnya amat bahagia. Julianne pun memutuskan untuk
mengulang syahadatnya
sebagai seorang Muslim, tepat
pada bulan Ramadhan.
Ia pun berkomit-
men, akan mendalami
Islam dan tidak lagi
peduli dengan larangan
kedua orang tuanya.
“Saya merasa seperti Nabi
Yunus yang berada di perut
ikan paus. Namun, saya
bertekad untuk keluar dari kebi-
asaan buruk itu,” kenangnya.
●●●
Julianne pun mulai memakai hijab
meski kedua orang tuanya melarang.
Iman dalam hatinya sudah mantap.
Islam adalah jalan hidupnya. Ia sudah
tak lagi menghiraukan perintah kedua
orang tuanya untuk meninggalkan Islam.
Agar bisa mengenakan jilbab, terkadang
Julianne memakainya di mobil. Ibunya
sangat kecewa. “Ia mengatakan, aku seperti
seorang wanita tua ketika aku mengenakan hijabku.
Ketika ia berusaha mengambil hijab itu dari kepalaku,
aku memukulnya. Astaghirullah,” tuturnya.
Julianne benar-benar mengalami kehidupan yang
berat pada saat itu. Sang ibu menilai ia telah membuat
malu keluarga. Ibunya mengatakan, tidak ingin melihat
Julianne di kota tempatnya tinggal.
Ia akhirnya tinggal di rumah neneknya. Lagi-lagi
Julianne mengalami kesulitan. Ketika sedang
menunaikan shalat, sang nenek berteriak padanya,
“Tidakkah kau mendengarku ketika aku berbicara
denganmu?”
Mereka menertawakan dan mengolok-oloknya ketika
membaca Alquran. Kakeknya bahkan tidak mau lagi
berbicara dengannya. Ibunya sempat membawa Julianne
ke seorang psikoterapi. Ia pun diberi obat psikotik. Tentu
saja ia tidak mau memakannya, justru membuangnya.
●●●
“Satu-satunya hal yang dapat kulakukan agar keluar
dari kesulitan ini adalah dengan menikah,” tuturnya.
Julianne pun mengganti namanya menjadi Noora
Alsamman. Pernikahannya pun dilalui dengan sejumlah
hambatan.
Ia bertemu dengan seorang Muslim dari Damaskus,
Suriah. Sang ibu tidak menyetujui pernikahannya
dengan calon suaminya. Julianne memutuskan untuk
menikah secara Islam. Hal inilah yang membuat ibunya
tidak setuju. Selain itu, suaminya juga adalah seorang
Muslim.
“Ibu ingin aku menikah dengan seorang Kristen dan
melaksanakannya di gereja,” tuturnya. Ia ingin melihat
anaknya memakai gaun putih dan pernikahan tersebut
disahkan di gereja.
Keteguhan hatinya pada Islam membuat pernikahan
itu akhirnya berjalan dengan lancar meskipun sang ibu
terus berusaha membatalkannya. Sang ibu memaksa
Julianne untuk berpacaran terlebih dahulu dengan
suaminya agar mereka saling mengenal.
Setelah menikah, Julianne alias Noora pindah dari
Atlanta ke Houston. Setahun kemudian, mereka dikaru-
niai seorang putra bernama Yousuf. “Alhamdulillah, saya
berharap, insya Allah bisa pindah ke Madinah,” katanya.
Di akun Facebook-nya, Noora memadukan nama asli
dengan nama Islamnya menjadi Julianne Noora Scasny
Alsamman. Status-statusnya diisi dengan pesan-pesan
keislaman dan rasa syukurnya menjadi seorang
Muslimah.
“Kami bersyukur kepada Allah SWT untuk
semuanya! Ya Allah, bantulah kami agar tetap bersyukur
pada Ramadhan tahun ini. Terima kasih atas karunia dan
rahmat-Mu selama ini. Alhomdulileh wa shokerlileh,”
tulisnya dalam status Facebook-nya. Kini, ia berkhidmat
untuk Islam. ■ c02 ed: heri ruslan
J u l i a n n e S c a s n y
BERKHIDMATUNTUK ISLAM
IA TAK PERNAH BERHENTI BERDOA AGAR DIBERI KESEMPATAN UNTUK
MEN DALAMI ISLAM KETIKA DEWASA. KINI, DOA ITU TERKABUL.
DA’AN YAHYA/REPUBLIKA
PANORAMIO
● Suasana Kota di Michigan
● MAsjid di Michigan, AS
top related