ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito &...

5
RACIKAN 75 Semijurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST NO. 117 Thn. X November 2013 B ipolar Disorder (BD) mempengaruhi 1–2% populasi penduduk dunia. BD adalah masalah kesehatan mental yang serius, namun masih jarang dipahami melalui pendekatan neuropharmacogenomic. Meski termasuk gangguan jiwa serius dan berat, sekitar 60% penderita BD dapat mencapai remisi penuh dari beragam gejala dengan terapi paripurna. Neuropharmacogenomic Pendekatan neuropharmacogenomic adalah pendekatan holistik dan komprehensif, yang memadukan multidisiplin ilmu. Yaitu: neurologi, neuroscience, farmakologi, genetik, genomik, farmakogenetik dan farmakogenomik. Berikut ini diuraikan pendekatan BD, berdasarkan neurologi dan neuroscience. Pada tahun 1970-an, para ahli berhasil mene- mukan ketidakseimbangan antara aktivitas neuronal kolinergik dan katekolaminergik, perubahan elektrolit yang berkesinam- bungan. Hal ini disebabkan oleh defisit membran sodium potas- sium-ATPase serta penurunan konsentrasi erythrocyte ATPase. Pada penderita BD, dijumpai keterlibatan korteks dorsal pre- frontal, korteks anterior cingulate, amigdala, sirkuit fronto-lim- Neuropharmacogenomic Bipolar Disorder dr. Dito Anurogo* Dr. Taruna Ikrar, MD, MPharm., PhD ** DSM-IV = Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed. Kategori DSM-IV Bipolar I disorder Bipolar II disorder Siklotimik disorder Bipolar disorder tidak spesifik (not otherwise specified) Penjelasan 1. Untuk mendeskripsikan episode terkini: a. ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik. b.remisi penuh atau sebagian. c. dengan ciri utama katatonik. d.dengan onset postpartum. 2.Untuk mendeskripsikan episode depresif mayor yang sedang berlangsung (terkini): a. kronis. b. dengan ciri utama melankolis. c. dengan ciri utama atipikal. 3. Untuk mendeskripsikan pola episode-episode: a. dengan atau tanpa pemulihan interepisode. b. dengan pola musiman. c. dengan siklus cepat (minimal 4 episode dalam 12 bulan terakhir). 1. Untuk mendeskripsikan episode terkini: a. hipomanik b. depresi 2. Untuk mendeskripsikan episode depresif mayor terkini: (lihat di bipolar I disorder) Lebih dari 2 tahun interval bebas gejala apapun yang berlangsung tidak lebih dari 2 bulan. Contoh: a. Siklus sangat cepat (lebih dari beberapa hari). b. Hipomania berulang tanpa gejala depresif. c. Tidak ditentukan (indeterminate) apakah primer atau sekunder (karena kondisi medis umum atau penya- lahgunaan zat). Kriteria Ada minimal satu episode manik atau campuran, biasanya disertai oleh minimal satu episode depresif mayor. Episode depresif mayor berulang dengan mini- mal satu episode hipomanik (lebih ringan dari manik). Kronis (> 2 tahun), gangguan mood berfluktuasi (berubah-ubah, naik-turun), melibatkan banyak periode hipomanik ringan dan gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor. Gangguan dengan ciri utama bipolar yang tidak memenuhi kriteria bipolar disorder spesifik yang mana pun. Untuk memastikan dan menegakkan diagnosis BD, dokter/ psikiater menggunakan DSM-IV sbb: 75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM 75

Upload: taruna-ikrar

Post on 30-Jun-2015

1.651 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Neuropharmacogenomic Bipolar Disorder", dimuat, "Ethical Digest No 117 Th X Nov 2013 hlm 75-79"

TRANSCRIPT

Page 1: Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito & dr taruna ikrar)

RACIKAN

75Semijurnal Farmasi & KedokteranETHICAL DIGEST � NO. 117 � Thn. X � November 2013

Bipolar Disorder (BD) mempengaruhi 1–2% populasipenduduk dunia. BD adalah masalah kesehatan mentalyang serius, namun masih jarang dipahami melaluipendekatan neuropharmacogenomic. Meski termasuk

gangguan jiwa serius dan berat, sekitar 60% penderita BD dapatmencapai remisi penuh dari beragam gejala dengan terapi paripurna.

Neuropharmacogenomic

Pendekatan neuropharmacogenomic adalah pendekatanholistik dan komprehensif, yang memadukan multidisiplin ilmu.

Yaitu: neurologi, neuroscience, farmakologi, genetik, genomik,farmakogenetik dan farmakogenomik.

Berikut ini diuraikan pendekatan BD, berdasarkan neurologidan neuroscience. Pada tahun 1970-an, para ahli berhasil mene-mukan ketidakseimbangan antara aktivitas neuronal kolinergikdan katekolaminergik, perubahan elektrolit yang berkesinam-bungan. Hal ini disebabkan oleh defisit membran sodium potas-sium-ATPase serta penurunan konsentrasi erythrocyte ATPase.

Pada penderita BD, dijumpai keterlibatan korteks dorsal pre-frontal, korteks anterior cingulate, amigdala, sirkuit fronto-lim-

NeuropharmacogenomicBipolar Disorderdr. Dito Anurogo*

Dr. Taruna Ikrar, MD, MPharm., PhD **

DSM-IV = Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed.

Kategori DSM-IV

Bipolar I disorder

Bipolar II disorder

Siklotimik disorder

Bipolar disorder tidak

spesifik (not otherwise

specified)

Penjelasan

1.Untuk mendeskripsikan episode terkini:

a.ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik.

b.remisi penuh atau sebagian.

c.dengan ciri utama katatonik.

d.dengan onset postpartum.

2.Untuk mendeskripsikan episode depresif mayor yang

sedang berlangsung (terkini):

a. kronis.

b. dengan ciri utama melankolis.

c. dengan ciri utama atipikal.

3. Untuk mendeskripsikan pola episode-episode:

a. dengan atau tanpa pemulihan interepisode.

b. dengan pola musiman.

c. dengan siklus cepat (minimal 4 episode dalam 12 bulan

terakhir).

1. Untuk mendeskripsikan episode terkini:

a. hipomanik

b. depresi

2.Untuk mendeskripsikan episode depresif mayor terkini:

(lihat di bipolar I disorder)

Lebih dari 2 tahun interval bebas gejala apapun yang

berlangsung tidak lebih dari 2 bulan.

Contoh:

a. Siklus sangat cepat (lebih dari beberapa hari).

b. Hipomania berulang tanpa gejala depresif.

c. Tidak ditentukan (indeterminate) apakah primer atau

sekunder (karena kondisi medis umum atau penya-

lahgunaan zat).

Kriteria

Ada minimal satu episode manik atau campuran,

biasanya disertai oleh minimal satu episode

depresif mayor.

Episode depresif mayor berulang dengan mini-

mal satu episode hipomanik (lebih ringan dari

manik).

Kronis (> 2 tahun), gangguan mood berfluktuasi

(berubah-ubah, naik-turun), melibatkan banyak

periode hipomanik ringan dan gejala depresi yang

tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

Gangguan dengan ciri utama bipolar yang tidak

memenuhi kriteria bipolar disorder spesifik

yang mana pun.

Untuk memastikan dan menegakkan diagnosis BD, dokter/ psikiater menggunakan DSM-IV sbb:

75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM75

Page 2: Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito & dr taruna ikrar)

RACIKAN

76 Semijurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST � NO. 117 � Thn. X � November 2013

bic-subcortical, dan ketidaknormalan di hipokampus. Terjadimultiproses di area otak ini, misalnya: penurunan metabolisme,sejumlah glial, dan densitas di korteks prefrontal. Disfungsi disirkuit prefrontal-limbic-subcortical. Aktivasi otak abnormal.Transmisi GABA dan glutamate abnormal di hipokampus. Diamigdala dijumpai: disfungsi, peningkatan aktivitas secarapersisten, pembesaran bilateral. Interaksi antara amigdala dankorteks ventral/orbitofrontal abnormal. Aktivitas di korteks ven-tral dan orbital prefrontal tampak berkurang selama episodeBD dan saat remisi. Sebagian ahli berpendapat tidak adapembesaran di hipokampus.

Perubahan lain, seperti: pembesaran ventrikel ketiga dan lat-eral. Hiperintensitas periventricular. Peningkatan signallingmelalui penggabungan adenylcyclase ke protein G, yangmengakibatkan ketidaknormalan pola aktivitas di sirkuit limbikdan interconnected prefrontal-subcortical. Penurunan konsen-trasi choline (prekursor acetylcholine) di eritrosit. Penurunankonsentrasi serotonin dan gamma-aminobutyric acid.Penurunan konsentrasi serotonin metabolite, 5-hydroxyindolacetic acid, dan 5-hydroxytryp-tamine. Penurunan 5-hydroxytrypta-mine-1A receptor binding di mid-brain raphe dan korteks mesotem-poral (amygdala, hippocampus).Pada penderita yang tertekan (de-pressed), dijumpai penurunan kon-sentrasi dopamine metabolite homo-vanillic acid di cairan cerebrospinal.

Pada penderita BD, dijumpai pulaketerlibatan multiaksis hypotha-lamic-pituitary-thyroid. Gangguanmetabolisme hormon tiroid perifer.Faktor lingkungan yang mencetus-kan disfungsi immuno-inflammation. Beragam proses immuno-inflammatory, misalnya disebabkan oleh human endogenousretroviruses, yang mengalami reactivation (normalnya tenang/diam), dapat dicetuskan oleh agen infectious selama kehamilan,masa anak-anak awal, dan/atau masa remaja. Efek neurotoksikdan kondisi inflamasi dapat muncul setelah fase prodromal danmemicu episode mood akut. Interaksi antara kerentanan genetikdan beragam faktor lingkungan (seperti: tekanan/stresorkehidupan, perubahan jadwal harian, penyalahgunaan obat,penggunaan beberapa medikasi) dapat juga menjadi triggeronset patologi kejadian episode baru.

Terjadi pula perubahan aktivitas PKC (protein kinase C).Aktivitas membrane-associated PKC secara signifikan mening-kat di platelet yang diisolasi dari penderita saat dalam kondisimanic. Rasio sitosol terhadap aktivitas membran PKC meningkatpada penderita bipolar manic. Aktivitas PKC diup-regulatedpada BD. Diindikasikan oleh meningkatnya asosiasi membranPKC, baik di kondisi basal mau pun sebagai respon terhadapstimulasi seluler.

The Wnt Signaling Pathway (Wnt glycoproteins mengikatreseptor membran à GSK-3 dihambat à beta-Catenin dihalangi àmenghambat kematian sel). Lithium mencegah kematian sel danmeningkatkan proteksi sel melalui the Wnt Signaling Pathway.

Farmakologi

Pendekatan farmakologi (medikamentosa) BD disesuaikandengan indikasi. Yang perlu diperhatikan adalah untuk terapijangka panjang. Pilihan utama yang berdasarkan bukti dariberagam studi terkontrol, adalah garam lithium dan carbama-zepine. Aksi lithium terjadi downstream dari tempat sinaptik.Pilihan yang bersifat possibly efficacious, tersebar luas di praktikklinis. Bukti ilmiah masih terbatas atas asam valproat. Lithiumatau valproate (VPA) dalam paradigma terapi yang relevan de-ngan klinis, menurunkan aktivitas PKC, berbagai fungsi yangdimediasi PKC, atau stimulation-induced PKC translocationsterhadap membran. Pilihan eksperimental sebagai monoterapi,bukti terbatas sebagai terapi adjunct, antara lain: antikonvulsan(lamotrigine, gabapentine, topiramate), hormon tiroid (levothy-roxine), neuroleptik atipikal (clozapine, olanzapine). Sedangkanantagonis kalsium dikategorikan memiliki evidence lemah.

Pendekatan genetik-genomik BD meski pun belum banyakditeliti, penting diketahui. Ada bukti meningkatnya pro-inflam-matory markers, atau ketidakseimbangan antara marker pro-

dan anti-inflammatory pada BD. Risetgenetik membuktikan bahwa BDberkaitan erat dengan gen IL11 danIL6, sedangkan penemuan untukpolimorfisme TNF-alpha masih dalamperdebatan para ahli.

Studi genetik lainnya fokus padagen-gen pengkode NMDA subunit 1,2A, 2B. Sedangkan studi neuropatho-logical menemukan daerah yangspesifik menurunkan densitas reseptorNMDA, dan secara lebih konsistenmengurangi aktivitas NMDA-medi-ated glutamatergic pada penderita

BD, dalam bingkai melambatnya kinetik NMDA karena berku-rangnya kontribusi subunit NR2A.

Genomik

Prinsip dasar biologi molekuler adalah gen-gen dikode (en-coded) di DNA, DNA ditranskripsikan menjadi RNA, untukkemudian diubah menjadi protein. Protein-protein dan RNA ada-lah pondasi dasar yang membentuk “bangunan” sel-sel danjaringan-jaringan.

Dari analisis ekspresi gen, PDLIM5, somatostatin, mutasi dimtDNA 3243 dan polymorphism yang teridentifikasi di rs420259dengan odds ratio (95% confidence intervals) 2,07 (1,6–2,69),terbukti berkaitan erat dengan bipolar disorder (BD). Studi lainmenunjukkan bahwa beberapa kandidat gen pada circadianrhythm pathway, seperti: BmaL1, TIMELESS, dan PERIOD3,dilaporkan terkait erat dengan BD.

Pendekatan positional candidate juga menunjukkan, hu-bungan antara BD dan TRPM2 (21q22.3), GPR50 (Xq28), Citron(12q24), CHMP1.5 (18p11.2), GCHI (14q22-24), MLC1 (22q13),GABRA5 (15q11-q13), BCR (22q11), CUX2, FLJ32356 (12q23-q24), NAPG (18p11), 16p12. Sedangkan loci 15q14 dan 7q11.2berimplikasi pada patogenesis BD, yang responsif terhadaplithium.

http://the-alternative.co.uk

75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM76

Page 3: Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito & dr taruna ikrar)

RACIKAN

77Semijurnal Farmasi & KedokteranETHICAL DIGEST � NO. 117 � Thn. X � November 2013

Pharmacogenetics

Istilah “pharmacogenetics” dicetuskan oleh Friedrich Vogeldari Heidelberg, Jerman, pada tahun 1959. Farmakogenetik adalahstudi tentang bagaimana genetik seorang individu mempenga-ruhi respon tubuhnya terhadap obat, dengan mengombinasikanilmu pharmaceutical tradisional, seperti: biokimia, dengananotasi pengetahuan gen (etika), protein dan single-nucleotidepolymorphisms (SNPs).

Dalam farmakogenetik, analisis (sekelompok) gen tertentudapat digunakan untuk memprediksi berbagai respon terhadapobat tertentu. Disiplin ilmu ini juga membahas tentang peranvariasi genetik yang mempengaruhi respon obat, bermacamreaksi obat yang saling bertentangan atau merugikan di dalamtubuh. Singkatnya, farmakogenetik adalah ilmu tentang perangenetik dalam respon obat.

Salah satu tahapan awal farmakogenetik adalah mendeteksikandidat polimorfisme. Ada jutaan SNPs dalam genom manusia.Bahkan, meski pun mereka biasanya cosegregate di dalamkelompok-kelompok kecil, identifikasi beragam variasi kunci amatsulit dilakukan.

Farmakogenetik metabolisme obat menyediakan model untukdisiplin ilmu yang lebih kompleks, yakni farmakogenomik, dimana dasar genetik untuk aspek farmakodinamik dari mekanismeobat digunakan dalam terapi klinis.

Hasil riset di atas dapat menjadi rekomendasi, untukpenggunaan obat. Misalnya ketersediaan obat thiopurines,gefitinib, warfarin, dan sebagian besar obat yang dimetabolismeoleh CYP2D6 adalah aplikasi farmakogenetik yang dilakukanoleh akademisi, ilmuwan, dokter di lembaga riset dan laboratorium

universitas-rumah sakit, bukan dilakukan oleh industri farmasi.Farmakodinamik dan farmakokinetik sulit diprediksi pada

setiap penderita, sehingga dalam praktik, dokter biasanyamenerapkan standar dosis berdasarkan berat badan danpengawasan obat terapetik. Dengan bantuan farmakogenetik,dapat dilakukan prediksi farmakodinamik dan farmakokinetiksecara akurat, karena penggunaan screening genetik untukmemperkirakan respon metabolik terhadap berbagai jenis obat(salah satunya obat golongan immunosuppressive).

Pada bipolar disorder, farmakogenetik berperan untukmenentukan beragam kandidat gen yang responsif terhadap obatlithium, yang disajikan dalam tabel berikut ini:

Lithium

Lithium adalah inhibitor sedikitnya empat molekul kunci:IMP, GSK3-beta, adenylyl cyclase, dan G-proteins (ditandaidengan lingkaran merah coret). Dengan aksinya yang langsungmelalui target-target ini, lithium dapat menyebar efek secara tidaklangsung melewati multiple interconnected signaling path-ways. Termasuk ERK dan PKC yang pada gilirannya mengubahekspresi gen, distribusi reseptor neurotransmitter, dan berbagaiproses seluler seperti diferensiasi neuronal, apoptosis, dan ritmesirkadian.

Perubahan ekspresi gen dan proses second messenger, dapatmempengaruhi fungsi neurotransmitters (misalnya: glutamate,dopamine, serotonin) serta neurotrophins (misalnya: BDNF).Perubahan-perubahan ini diselesaikan melalui perubahansintesis, dan ketersediaan molekul-molekul signaling (misalnya:ekspresi tyrosine hydroxylase dan transkripsi BDNF), juga

Contoh riset farmakogenetik yang berfokus pada sitokrom P450 (CYP), dapat dilihat pada tabel berikut:

(Dari berbagai sumber)

75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM77

Page 4: Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito & dr taruna ikrar)

RACIKAN

78 Semijurnal Farmasi & Kedokteran ETHICAL DIGEST � NO. 117 � Thn. X � November 2013

dengan mengubah sensitivitas target menuju sinyal-sinyalkimiawi yang baru saja masuk (incoming chemical signals).Contoh: distribusi AMPAR, melalui molekul (seperti: stargazin).

Masih belum jelas, apakah berbagai efek ini penting dandiperlukan untuk mengefektifkan / memaksimalkan manfaat lithi-um sebagai mood stabilizing, di mana bersifat epiphenomenalserta dapat berkontribusi terhadap munculnya efek samping.

Sederhananya, variasi genetik dalam sistem di atas dapatberimplikasi untuk menentukanrespon lithium + stimulasi reseptor –inhibisi reseptor.

Pharmacogenomics

Istilah pharmacogenomics diper-kenalkan sekitar tahun 1990-an, sejakberdirinya Human Genome Projectdan perkembangan ilmu-pengetahu-an tentang genome. Farmakogenomikadalah disiplin ilmu yang kompleks,meliputi pengaruh sejumlah peralatanserta riset farmakologi berbasis gene-tika molekuler, termasuk strategi yangmenggunakan pendekatan genetik,dengan cara / arah baru untuk meren-canakan obat-obatan, vaksin. Jugabertujuan untuk mengidentifikasigen-gen yang mempengaruhi responklinis terhadap terapi obat. Risetfarmakogenomik secara progresifmenyatukan dan mempertemukanberbagai penemuan dan kemajuanterkini di bidang biokimia, biologimolekuler, biologi sel, dan genomics.

Farmakogenomik menyediakanparadigma terkini berbasis sains danriset, untuk memahami variasi indivi-du dalam merespon obat. Hal ini

disebabkan karena genetik berperan penting dalam proses perja-lanan penyakit, seperti penyakit psikiatrik mayor, contohnya:bipolar disorder. Ada pun studi farmakogenomik translational,sekarang melibatkan karakterisasi pathways farmakokinetik-farmakodinamik secara holistik dan genome-wide scans. Karenaitu, farmakogenomik makin meningkatkan dan mengembangkanpenggunaan model riset, untuk mempelajari berbagai penyakitkompleks lebih dari monogenic traits. Kabar baiknya, industri

Tabel Farmakogenetik Bipolar Disorder

Candidate genes in lithium response with evidence from microarray expression studies.

1 Inositol metabolism MARCKS, LTPR1, PIK3R3, PITPNB, PITPNC1, PLCepsilon1, IMPA1, PIK3R1, TRB3, INPP1

2 CREB and CRE-containing genes ATF2, ATF3, ATF4/CREB2, CREB3/1, CREBL2, CREM, CBP, BCL2, BCL-2L1, BDNF

3 Glutamate receptors GRIA1, GRIA1A, GRIA2, GRIA3, GRIA3A, GRIA4, GRID2, GRIN3A, GRM1, GRM3, GRM7

4 Circadian clock CRY1, PER1, PER2, PER3, DBP

5 Monoamine system ADRA1A, COMT, DRD1IP, SLC6A3

6 Cyclic nucleotide metabolism * PDE1A, PDE1C, PDE4A, PDE4D, PDE6G, PDE7A, PDE8A, PDE8B, PDE10A.

7 G-proteins * GNB1, RABL4, RASSF1, RGS4

8 Myelination * PLP1, OMG, MAG, MOG, MPZL1, CRYAB, MOBP, MBP

9 Cellular transport and remodeling * DNCHC1, DNAH12, DNAH14, DYNCH21, KIF1A, KIF2A, KIF3B, KIF3C, KIFC3, KIF21A,

KIF26A, MMP10, MMP12, MMP15, MMP23

10 Cell cycle regulators * CCNA2, CCNB2, CCND1, CCNE1, CCNG2, CDCA2, CDC16, CDC25A, CDC37, PKYMT1, CCAR1.

* Genes of interest for further study with microarray evidence.(Dimodifikasi dari McCarthy MJ dkk 2010, Kripke DF dkk 2009, Borgs L dkk 2009)

Penjelasan singkatan: AMPAR: a-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazolepropionic acid receptor;

BDNF: Brain derived neurotrophic factor; CREB: cAMP response element binding protein; DAG:

Diacylglycerol; ERK: Extracellular regulated kinase; GSK3-beta: Glycogen synthase kinase 3-

beta; IMP: Inositol monophasphatase; NMDAR: N-methyl-d-aspartate receptor; PKA: protein

kinase A; PKC: Protein kinase C; TCF: T-cell factor; TrkB: Tyrosine receptor kinase B.

Gambar tentang beragam target multipel di sistem saraf pusat yang berimplikasi padaaksi terapeutik lithium (Sumber gambar: McCarthy MJ, et.al, 2010)

75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM78

Page 5: Ethical digest no 117 th x nov 2013 hlm 75 79 neuropharmacogenomic bipolar disorder (dr dito & dr taruna ikrar)

RACIKAN

79Semijurnal Farmasi & KedokteranETHICAL DIGEST � NO. 117 � Thn. X � November 2013

1. Janowsky DS, Overstreet DH. The role of acetylcholine

mechanisms in mood disorders. In: Bloom FE, Kupfer DJ, eds.

Psychopharmacology: the fourth generation of progress. New

York: Raven Press, 1995;945–56.

2. Hamdani N, Tamouza R, Leboyer M. Immuno-inflammatory

markers of bipolar disorder: a review of evidence. Front

Biosci (Elite Ed). 2012 Jan 1;4:2170-82.

3. Frey BN, Andreazza AC, Nery FG, Martins MR, Quevedo JC,

Kapczinski F. The role of hippocampus in the pathophysiol-

ogy of bipolar disorder. Behavioural Pharmacology Sept

2007;(18)5-6:419-430.

4. Haldane M, Frangou S. New insights help define the patho-

physiology of bipolar affective disorder: neuroimaging and

neuropathology findings. Progress in Neuro-Psychopharma-

cology and Biological Psychiatry Sept 2004;(28)6:943–960.

5. Müller-Oerlinghausen B, Berghöfer A, Bauer M. Bipolar disor-

der. Lancet 2002; 359:241–247.

6. Hahn C-G, Friedman E. Abnormalities in protein kinase C sig-

naling and the pathophysiology of bipolar disorder. Bipolar

Disord 1999;2:81–86.

7. Leboyer M, Henry C. Pathogenesis of bipolar disorders: ge-

netic vulnerability and environmental factors. Rev Prat.2005

Mar 15;55(5):487-92.

8. Goldstein BI, Kemp DE, Soczynska JK, McIntyre RS. Inflamma-

tion and the Phenomenology, Pathophysiology, Comorbidity,

and Treatment of Bipolar Disorder: A Systematic Review of the

Literature. J Clin Psychiatry 2009;70(8):1078-1090.

9. Fountoulakis KN. The possible involvement of NMDA glutamate

receptor in the etiopathogenesis of bipolar disorder. Curr

Pharm Des. 2012 Jan 18.

10. Müller-Oerlinghausen B, Berghöfer A, Bauer M.Bipolar

disorder.Lancet 2002; 359:241–47.

11. Turecki G, Grof P, Grof E, D’Souza V, Lebuis L, Marineau C,

RUJUKAN

et.al. Mapping susceptibility genes for bipolar disorder: a

pharmacogenetic approach based on excellent response to

lithium. Molecular Psychiatry 2001;6:570–578.

12. Vogel, F., 1959. Moderne problem der humangenetik. Ergeb.

Inn. Med. U. Kinderheilk, 12:52-125.

13. Weinshilboum, R., 2003. Inheritance and drug response.

New England Journal of Medicine, 348(6):529-537.

14. Staddon S, Arranz MJ, Mancama D, Mata I, Kerwin RW. Clini-

cal applications of pharmacogenetics in psychiatry. Psy-

chopharmacology (Berl) 2002;162:18–23.

15. Pickar D. Pharmacogenomics of psychiatric drug treatment.

Psychiatr Clin N Am. 2003;26:303–321.

16. Porcelli S, Drago A, Fabbri C, Gibiino S, Calati R, Serretti A.

Pharmacogenetics of antidepressant response. J Psychia-

try Neurosci 2011;36(2):87-113.

17. Ware N.The role of genetics in drug dosing. Pediatr Nephrol.

2012 Feb 23. [Epub ahead of print]

18. Motulsky AG, Ming Q. Pharmacogenetics,

pharmacogenomics and ecogenetics. J Zhejiang Univ SCI-

ENCE B 2006 7(2):169-170.

19. Catalano, M. Psychiatric genetics ’99: the challenges of

psychopharmacogenetics. Am.J.Hum.Genet.1999;65:606–610.

20. McCarthy MJ, Leckband SG, Kelsoe JR. Pharmacogenetics

of lithium response in bipolar disorder. Pharmacogenomics

2010;11(10):1439–1465.

21. Kripke DF, Nievergelt CM, Joo E, Shekhtman T, Kelsoe JR:

Circadian polymorphisms associated with affective disor-

ders. J. Circadian Rhythms 2009;7:2.

22. Borgs L, Beukelaers P, Vandenbosch R et al.: Period 2 regu-

lates neural stem/progenitor cell proliferation in the adult

hippocampus. BMC Neurosci 2009;10:30.

23. Pickar D, Rubinow K. Pharmacogenomics of psychiatric disor-

ders. TRENDS in Pharmacological Sciences.2001;22(2):75-83.

farmasi di luar negeri sudah mulai mengga-bungkan farmakogenomik ke dalam prosesperkembangan obat.

Proses farmakogenomik melalui tujuhtahapan. Pertama, mekanisme obat. Identifi-kasi bagaimana cara obat bekerja, termasukprofil pengikatan dan disposisi obat.Kedua, target. Identifikasi berbagai produkgen yang berimplikasi dalam mekanismeaksi obat (misalnya: reseptor, neurotrans-miter, enzim metabolik). Ketiga, kandidatgen. Identifikasi (beragam) gen yangmengkode produk-produk gen atau yangtelah ditemukan berkaitan dengan (risiko)munculnya penyakit.

Keempat, varian gen. Identifikasi varian kandidat gen fung-sional dan non-fungsional. Kelima, clinical trials. Melakukanstudi post-hoc tentang hubungan antara varian kandidat gendan respon obat (profil efek samping atau efektivitas/kemuja-raban) atau metabolisme obat. Keenam, analisis asosiasi. Meng-analisis hubungan antara varian gen dan trait terseleksi untukkebermaknaan statistik. Ketujuh, clinical trials. Melakukan studiberdasarkan hipotesis a priori dengan populasi pasien yangtelah terseleksi / terstratifikasi oleh genotipe; dengan memper-

timbangkan design, pengendalian plasebo,dosis, pemberian/peresepan obat; merang-kai database klinis.

Sebagai salah satu cabang sains biome-dis, farmakogenetik dan farmakogenomiktelah berjasa merintis pemahaman, tentangbagaimana variasi sequence dan strukturDNA mempengaruhi fenotip. Meski punpenggunaan istilah farmakogenetik dan far-makogenomik sering bertukar atau tum-pang-tindih, keduanya memiliki kontribusiyang amat besar dalam memahami variasifenotip respon obat. Dan, ke depannya da-pat dikembangkan menjadi sains genomik-

medik yang aplikatif.Kombinasi riset serta sinergi-strategi dapat dilakukan demi

pemahaman dan pemecahan solusi bipolar disorder yang lebihbaik, lebih efektif, dan dengan harga yang lebih terjangkau semualapisan masyarakat. Hingga saat ini, pendekatan neuropharma-cogenomic dianggap sebagai strategi efektif dan komprehensif,dalam mengatasi bipolar disorder.

* Berkarya di Brain Circulation Institute of Indonesia, Surya University** California University, Irvine, USA

http://www.alyssare

yans.com

75-79 Racikan Bipolar disorder.pmd 10/21/2013, 1:26 PM79