hbo hipertensi 2
Post on 05-Feb-2016
24 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tekanan darah tinggi merupakan tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi
daripada batas atas nilai yang dianggap normal. Peningkatan sedang pada tekanan
arteri, dapat menimbulkan pemendekan harapan hidup, kecuali bila ditangani
dengan tepat (Guyton & Hall, 2007). Salah satu terapi modalitas untuk penderita
hipertensi adalah terapi hiperbarik oksigen, yang bertujuan untuk mendapatkan
peningkatantekanan oksigen dalam jaringan, baik untuk mengimbangi kekurangan
disuplai oksigen, atau untuk mengambil efek khusus oksigen pada tekanan di
atasnormal.
Dalam asuhan keperawatan hiperbarik dengan pasien hipertensi muncul
diagnosa keperawatan, antara lain ansietas b.d. defisit pengetahuan terhadap terapi
hiperbarik oksigen dan prosedur terapi, resiko tinggi cidera b.d pemindahan
pasien dari/ke ruang, ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan
medis, resiko tinggi barotrauma pada telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau
emboli gas serebral b.d. perubahan tekanan atsmosfer didalam ruang oksigen
hiperbarik sehingga penderita hipertensi memerlukan edukasi tentang
terapioksigen hiperbarik dan prosedur terapi. Selain itu resiko tinggi barotrauma
dapat juga terjadi akibat perubahan tekanan atsmosfer didalam ruang oksigen
hiperbarik, hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian edukasi tentang valsavah
saat berada didalam ruang oksigen hiperbarik.
Dari uraian di atas, sebagai perawat yang pemberi pelayanan asuhan
keperawatan secara profesional perlu kiranya untuk mengkaji secara sistemik
tentang asuhan keperawatan hiperbarik yang terkait dengan hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan
hiperbarik pada pasien Ny. F dengan Hipertensi di Lakesla Drs. R. Rijadi
Sastropinoelar, Phys. Surabaya?
1
1.3 Tujuan
1. Melakukan pengkajian pada pasien pada pasien Ny. F dengan Hipertensi di
Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabaya.
2. Menentukan diagnosa keperawatan hiperbarik pada pasien Ny. F dengan
Hipertensi di Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabaya.
3. Membuat rencana tindakan keperawatanpada pasien Ny. F dengan Hipertensi
di Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabaya.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien Ny. F dengan Hipertensi di
Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabaya.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny. F dengan Hipertensi di
Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabaya.
1.4.1 Manfaat
Asuhan keperawatan hiperbarik yang komprehensif pada pasien Ny. F
dengan Hipertensi di Lakesla Drs. R. Rijadi Sastropinoelar, Phys. Surabayadapat
membantu proses perbaikan keadaan pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi kronik atau biasa disebut dengan ‘Tekanan Darah Tinggi‘,
merupakan tekanan arteri rata-ratanya lebih tinggi daripada batas atas nilai yang
dianggap normal. Peningkatan sedang pada tekanan arteri, dapat menimbulkan
pemendekan harapan hidup, kecuali bila ditangani dengan tepat (Guyton & Hall,
2007).
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang terus-menerus, biasanya
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 140 mm Hg atau tekanan diastolik di
atas 90 mm Hg selama periode 2 minggu (Eckman, 2007).
Tekanan darah meningkat sesuai dengan usia, lingkungan yang dingin atau
kecemasan, dengan usaha, dan bervariasi waktu kejadiannya.Dengan hipertensi
ringan tekanan darah diambil dua kali atau lebih sebelum memanggil pasien
hipertensi. Hipertensi lebih parah ini tidak diperlukan. Peninggian tekanan sistolik
atau diastolik adalah sama pentingnya (Swanton & Banerjee, 2008).
Berikut kategori, diantaranya adalah normal, prehipertensi, hipertensi
tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2. Kategori berdasarkan dua atau lebih pembacaan
yang diambil secara terpisah setelah penilaian awal. Kategori tersebut
diaplikasikan pada usia 18 tahun ke atas. (Jika tekanan sistolik dan diastolik turun
menuju kategori yang berbeda, gunakan nilai yang paling tinggi dari kedua bacaan
tersebut untuk mengkasifikasikannya). Pasien dengan prehipertensi,
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dan harus mengikuti promosi kesehatan
dengan memodifikasi gaya hidup untuk mencegah penyakit kardiovaskular
(Eckman, 2007).
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 mmHg dan <80 mmHgPrehipertensi 120 – 139 mmHg atau 80-89 mmHgHipertensi
Tahap 1 140 – 159 mmHg atau 90 – 99 mmHgTahap 2 ≥ 160 mmHg atau ≥ 100 mmHg
3
2.2 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung).
pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi
hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi
meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan
pasti mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui.
Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor
sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan
tidak ada. Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik. Renin
dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal
memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma
untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzym
dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III.
Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh
darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteronisme
4
primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam
(Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar
renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin
menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan
hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal. Peningkatan tekanan darah
terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan mengakibatkan hyperplasia
medial (penebalan) arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini
menyebabkan infrak miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi.
Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan
dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan
menurunkan tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya
akan meningkatkan tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran.
Autoregulasi vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan
hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.
2.3 Etiologi
Hipertensi merupakan hasil dari penyakit renovaskular, toksemia
kehamilan, pheokromositoma, tumor pituitari,hiperfungsi korteks adrenal,
sindrom Cushing, polsitemia, aterosklerosis, riwayat genetik, merokok, diabetes,
stress, gaya hidup sedentary, dan kegemukan meningkatan resiko terjadnya
hipertensi. (Eckman, 2007).
Selain itu, sebanyak95% kasus disebabkan oleh penyakit ginjal,
glomerulonefritis, pielonefritis, penyakit polikistik,hidronefrosis, stenosis arteri
ginjal (plak ateromatosa atau fibromuskularhiperplasia), koarktasio aorta,
feokromositoma, hiperkalsemia, preeklamsia, hiperaldosteronisme primer
(sindrom Conn), Akromegali ,sindrom Cushing, terapi obat Iatrogenik:
glukokortikoid, carbenoxolone, dll. (Swanton & Banerjee, 2008).
5
2.4 Manifestasi Klinik
Tanda klinis secara konsisten pada penderita tekanan darah tinggi
meskipun mungkin tidak ada gejala lain atau temuan fisik, terdapat beberapa
tanda dan gejala yang mungkin termasuk antara lain (Eckman, 2007; Swanton &
Banerjee, 2003) :
- Sakit kepala (biasanya di pagi hari),
- Pusing,
- Teling bising,
- Wajah memerah,
- Epistaksis,
- Retinopati,
- Perdarahan retina,
- Gelisah terkait,
- Crackles,
- Dyspnea (jika paru-paru yang terlibat),
- Sakit kepala: sakit kepala frontal atau oksipital biasanya lebih buruk dipagi
- Mungkin memiliki migrain
- Pusing atau pusing
- Angina.
- Nokturia bahkan jika tidak diberi diuretik
- Mungkin hematuria dan/atau disuria.
- Gangguan visual ringan
2.5 Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan dan terapi pada penderita hipertensi tergantung pada
penyebab yang dicurigai atau efek hipertensi yang ditimbulkan (Eckman, 2007),
antara lain:
- Sebagai contoh, tes fungsi ginjal, seperti urine dan kreatinin dan kadar BUN,
dapat dilakukan karena kerusakan ginjal dapat menyebabkan hipertensi.
- EKG, foto toraks, dan ekokardiografi dapat dilakukan untuk menentukan
apakah hipertensi telah mempengaruhi fungsi jantung.
6
- Diet, olahraga, dan mengubah gaya hidup (seperti, tidak merokok, menurunkan
konsumsi alkohol, mengontrol stress, dan menurunkan berat badan yang paling
diutamakan).
- Jika nonfarmakologis gagal menjaga tekanan darah dalam batas normal,
antihipertensi, seperti diuretik, ACE inhibitor, beta-adrenergik, calcium channel
blockers, angiotensin II receptor blockers, alpha-adrenergic blockers, dan
dikombinasikan alpha dan beta-adrenergik bloker, diresepkan.
2.6 Efek Terapi HBO terhadap Hemodinamik
2.6.1 Konsep Terapi Hiperbarik Oksigen
Terapi Oksigen Hiperbarik, HBOT, adalah bentuk khusus dari perawatan
medis dengan memberikan 100% oksigen murni kepada pasien melalui
peningkatan tekanan atmosfer lebih dari 1,3 ATA. dalam ruang tertutup keras.
Pada tekanan lebih dari normal, tubuh mampu menggabungkan lebih banyak
oksigen ke dalam sel-sel darah, plasma darah, cairan otak-tulang belakang dan
cairan tubuh lainnya. Penyerapan oksigen meningkat secara signifikan sehingga
meningkatkan kemampuan tubuh untuk membantu dalam penyembuhan sendiri.
Dalam konteks ini, oksigen sebagai obat yang memiliki sifat farmakologi yaitu,
indikasi, kontraindikasi dan efek samping.
Terapi oksigen hiperbarik (HBO) adalah terapi modalitas terapi yangoksigen
diberikan kepada pasien melalui sistem pernapasan di sebuah ruang dengan
tekanan di atas tekanan atmosfer. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
peningkatantekanan oksigen dalam jaringan, baik untuk mengimbangi kekurangan
disuplai oksigen, atau untuk mengambil efek khusus oksigen pada tekanan di
atasnormal.
Namun, pengiriman tekanan tinggi oksigen tidak eksklusifmenguntungkan;
efek toksik memang terjadi tetapi untungnya jarang terjadi. Sebagian
besar,tekanan dan durasi paparan oksigen yang digunakan dalam praktek klinis
baik
dalam batas toksisitas. Namun, oksigen tekanan tinggi merupakan penyebab
penting perubahan hemodinamik dan sirkulasi, yang paling terkenalmenjadi
bradikardi dan vasokonstriksi hiperoksia. Perubahan ini yangtelah baik
7
ditunjukkan untuk subyek sehat, cenderung untuk melindungi jaringan dari
konsekuensi hipoksia.
Dalam rantai peristiwa yang membawa oksigen dari atmosfer bebasdi mana
dapat digunakan dalam sel, ada tiga tahapan dasar yang diidentifikasi oleh ahli
fisiologi, yaitu :
a Respirasi, yang melibatkan masuknya oksigen ke dalam tubuh dan
yangdistribusi dalam darah,
b Sirkulasi, yang melibatkan pengiriman oksigen dari kecilsirkulasi ke kapiler
dalam jaringan,
c Oksigenasi sel, tahap di mana oksigen dibawa ke sel-sel di manaitu harus
digunakan.
Periode di mana sirkulasi ini berlangsung juga harus dilihat sebagai proses
multi-level, antara lain :
- Pertama-tama, ada tingkat makrosirkulasi global untuk mempertimbangkan, di
mana sirkulasi dibandingkan dengan sirkuit pipa (arteri dan vena), pompa
(kanan dan kiri ventrikel) dan waduk pasokan (paru-paru dan jaringan). Hal
tersebut merupakan proses pada hemodinamik tubuh,
- Tingkat kedua adalah sirkulasi yang melibatkan aliran darah distribusi ke setiap
organ dan bahkan untuk setiap bagian dari organ.
- Tingkat ketiga melibatkan sirkulasi mikro di mana oksigen dibawa ke lokasi di
mana itu adalah untuk dikonsumsi.Pada setiap tingkat, oksigen tekanan tinggi
menghasilkan berbagai efek. Secara khusus, efek akhir bervariasi tergantung
pada kondisi - normal atau patologis - tubuh, organ atau jaringan.
2.6.2 Efek pada Detak Jantung
Efek paling terkenal dari HBO pada sistem kardiovaskular adalah
penurunan denyut jantung. Ini telah diamati pada hewan maupun manusia, pada
pasien sehat dan sakit, saat istirahat dan selama latihan. diving dan penemuan
refleks bradikardi pada perendaman wajah, istirahat dan selama latihan pada
pekerja tabung terkena tekanan 2,5 dan3,6 ata. Dautrebande & Haldane (1921),
juga mengamati bradikardia pada subyek terkena oksigen murni pada 1 dan 2 ata
ata. Schilling (1936) melakukan studi sistematis pertama efek ini dan membahas
8
pentingnya relatif dari berbagai faktor yang dapat terlibat: peningkatan tekanan
oksigen, kepadatan, tekanan hidrostatik dan tekanan gas inert.
Bradikardi dengan terapi HBO terjadi dua mekanisme yaitu efek
tergantung oksigen dan tidak tegantung oksigen. Dimana efek tergantung oksigen
disebabkan dari oksigen tekanan tinggi yang mempengaruhi miokardium.
Bradikardi akibat efek tergantung oksigenbukanlah tanda toksisitas oksigen.
Namun peningkatandenyut jantung di atas dasar berlangsung sebelum terjadinya
krisis hiperoksia.
2.6.3 Efek pada Tekanan Darah Arteri
Mekanisme peningkatan tekanan darah arteri, dihitung melalui resistensi
arteri sistemik, atau dengan rasio lengan/pergelangan tekanan arteri. Biasanya
peningkatan resistensi terkait dengan vasokonstriksi hiperoksia.Namun karena
lokalisasi vasokonstriksi hiperoksia (arteri dari diameter lebih kecil dari menengah
dan kecil ukuran arteri yang bertanggung jawab untuk sebagian besar dari
perlawanan arteri), perbedaan anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan
sirkulasi daerah pada organ, dari apakah daerah perfusi yang hiperoksi atau tidak,
konsekuensi keseluruhan vasokonstriksi mungkin sangat bervariasi. Hal
tersebutmerupakan salah satu faktor yang menentukan tekanan arteri.
2.6.3 Efek pada Cardiac Output
Penurunan curah jantung di HBO tergantung pada penurunan denyut
jantung Namun, ada juga mengatakan penurunan curah jantung merupakan
gabungan di Sistolik Ejeksi Volume (SEV). Tekanan darah arteri meningkat,
menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan resistensi arteri sistemik.
Meningkatnya efek pada preload terkait dengan tekanan hiperbarik. Tekanan
hiperbarikmeningkatkan volume auricular faktor natriuretik. Peningkatan preload
terjadi akibat peningkatan waktu ventrikel mengisi yang disebabkan oleh
bradikardia.
Sehingga timbul dua situasi: (1) miokardium mampu menentang
peningkatan resistensi perifer dengan mempertahankan volume ejeksi sistolik,
baik karena memiliki cadangan yang diperlukan atau karena kondisi hiperoksigen
9
dimana menyediakan oksigen yang diperlukan, atau (2) miokardium terdegradasi,
dimana tidak lagi mampu melawan peningkatan resistensi periferdan karena itu
tidak dapat mempertahankan SEV menyebabkan manifestasi dari jantung kiri
(edema paru) atau gagal jantung selama HBO.
Dalam terapi HBO peningkatan kadar oksigen oleh HBO akan
mengakibatkan penurunan cardiac output jantung namun pengiriman oksigen
perifer tetap sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan perubahan hemodinamik pusat yang
disebabkan oleh terapi HBO (2-3 ata) meliputi (1) penurunan denyut jantung, (2)
peningkatan resistensi perifer yang cenderung (3) meningkatkan tekanan darah
arteri dan (4) mempertahankan atau sedikit menurun cardiac output.
10
2.7 Concept Map
11
Asupan natrium ↑Asupan kalium ↓
Faktor genetik
Volume ekstra sel (ECV) ↑
Vasokonstriksi Autoregulasi
Aktivitas jantung ↑
Curah jantung ↑
Stres psikologis, pengaturan abnormal terhadap norepinefrin, hipersensitivitas
Resistensi perifer total (TPR) ↑
Resistensi perifer total (TPR) ↑
Iskemia ginjalStenosis arteri
renalis
Aldosteron
Berbagai penyakit ginjal
GinjalRenin → Angiotensi II
Retensi natrium
Penurunan masa ginjal
Volume ekstra sel (ECV) ↑
Aldosteron
Tumor korteks adrenal
Curah jantung ↑
Efek peningkatan Katekolamin
Kortisol ↑ Tumor korteks adrenal
Tumor medula adrenal
Katekolamin meningkat
Bentuk hipertensi lain:kardiovaskular, neurogenik,
obat
Resistensi perifer total (TPR) ↑
Curah jantung ↑Volume ekstra sel (ECV) ↑
Hipertensi primer(90%)
Hipertensi renalis(7%)
Hipertensi hormonal dan penyebab lain
Hipertropi otot vaskular
2.8Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Terapi Hiperbarik
2.8.1 Pengkajian
Riwayat Sakit dan Kesehatan
- DCS
- Klinis
- Kebugaran
Riwayat Penyakit Sekarang
- DCS (Penyelaman dilakukan dimana, dikedalaman berapa, pasien
menunjukkan gejala pada kedalaman brp, pingsan berapa lama, menyelaman
menggunakan apa, dan pertolongan apa yang sdh dilakukan)
- Klinis : Riwayat penyakit s/d dilakukan terapi HBO
- Kebugaran
Penulusuran terhadap bbrp penyakit yang menjadi kontra indikasi terapi OHB,
diantaranya :
Mutlak
- Pneumotoraks.
- Pasien yang memdapatkan obat kemoterapi (doxorubicin (adriamisin TM)
atau cisplatin (platinol)) untuk kanker
Relatif :
- Infeksi saluran pernapasan bagian atas
- Sinusitis kronis
- Gangguan kejang
- Emfisema dengan retensi CO2
- Demam tinggi yang tidak terkontrol
- Riwayat pneumotoraks spontan
- Riwayat pembedahan dada
- Riwayat bedah rekonstruksi telinga
- Paru lesi pada rutin x-ray atau ct scan
- Infeksi virus
- Dsb.
12
I. Riwayat Keperawatan
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala:Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda:Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala:Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan
penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, respirasi
Tanda: Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis).
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat)
Nadi: denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis; perbedaan denyut seperti
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis;
denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Denyut apical: PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat.
Frekuensi/irama: takikardia berbagai disritmia.
Bunyi jantung: terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pengerasan
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular.
Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrum (stenosis
arteri).
DVJ (distensi vena jugularis) (kongesti vena).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer);
pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi).
Kulit-Pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan
(feokromositoma).
c. Integritas Ego
Gejala:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stres multipel (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
13
Tanda:Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
e. Makanan / Cairan
Gejala:Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun).
Riwayat penggunaan diuretik.
Tanda:Berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ; glikosuria
(hampir 100% pasien hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala:Keluhan pening/pusing.
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksis.
Tanda:Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan).
Respon motorik: Penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks
tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis /penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat,
dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
14
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala:Angina (penyakit arteri koroner/ketrelibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
h. Pernapasan
Gejala:Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda:Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.
Bunyi napas tambahan (krakles/mengi).
Sianosis.
i. Keamanan
Gejala:Gangguan koordinasi/cara berjalan.
Episode parestesia unilateral transien.
Hipotensi postural.
2.8.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan hiperbarik(Valerie & Helen, 2002; Herdman, 2014),
antara lain :
1. Ansietas b.d. defisit pengetahuan terhadap terapi hiperbarik oksigen dan
prosedur terapi.
2. Resiko tinggi cidera b.d pemindahan pasien dari/ke ruang, ledakan peralatan,
kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
3. Resiko tinggi barotrauma pada telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau
emboligas serebral b.d. perubahan tekanan atsmosfer didalam ruang oksigen
hiperbarik.
4. Resiko tinggi toksisitas oksigen b.d pemberian oksigen 100% pada tekanan
atmosfir yang meningkat.
15
5. Resiko tinggiketidakadekuat pengiriman gas secara terapeutik b.d. sistem
pengiriman dan kebutuhan/keterbatasan pasien.
6. Ansietas dan ketakutan b.d. perasaan kecemasan terkurungan terkait dengan
ruang oksigen hiperbarik
7. Nyeri b.d masalah medis yang terkait
8. Ketidaknyamanan b.d perubahan suhu dan kelembabandi dalam ruang
hiperbarik
9. Koping individu tidak efektif b.d stress terhadap penyakit dan/atau kurang
dukungan di sistem psikososial
10. Resiko tinggi disritmia b.d patologi penyakit.
11. Resiko tinggi defisit volume cairan b.d dehidrasi atau pergeserancairan.
12. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d keracunan CO2; dekompresi;infeksi
akut;gas emboli; dan lainnya.
13. Resiko tinggi perubahan rasa nyaman, cairan, dan elektrolit b.d mual dan
muntah
14. Defisit pemeliharaan kesehatan b.d defisit pengetahuan untuk :manajemen
luka kronis, ;embatasan penyakit dekompresi lebih lanjut;melaporkan gejala
setelah keracunan karbon monoksida.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : Hipertensi
3.1.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan jika berjalan tidak stabil, sempoyongan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh anaknya.Pasien datang ke terapi HBO sudah yang
ke enam kalinya.Pasien merasakan badan lemah dan jika berjalan tidak stabil
atau sempoyongan.Sesuai anjuran dokter, pasien mendapatkan 10 kali terapi
HBO karena gangguan keseimbangan. Ny. F mengatakan juga empat hari yang
lalu alasan mengikuti terapi HBO karena kaki bengkak.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah menderita penyakit hipertensi dan DM selama 20 tahun.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa ayah pasien juga menderita penyakit DM.
e. Riwayat Pembedahan
Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu menjalani operasi sinusitis.
17
f. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan mempunyai
riwayat alergi terhadap obat promag.
3.1.3 Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1.) Keyakinan terhadap kesehatan (keyakinan terhadap kesehatan dan sakitnya)
Pasien mengatakan paham akan penyakit yang dideritanya. Pasien yakin dan
optimis akan sembuh.
2.) Pola Aktifitas dan Latihan
a. Kemampuan perawatan diri
Pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
b. Kebersihan diri
Pasien menggunakan baju dengan rapi dan tampak bersih.
c. Aktivitas sehari – hari
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari – hari.
d. Rekreasi
Pasien lebih suka menghabiskan waktunya untuk berkumpul dengan
keluarga.
e. Olahraga
Pasien setiap pagi melakukan olahraga jalan kaki didepan rumah.
3.) Pola Istirahat dan Tidur
Pasien tidur 6 -7 jam/hari. Pasien dapat tidur dengan nyenyak.
4.) Pola Nutrisi-Metabolik
a. Pola makan
Pasien makan 3 kali sehari dan habis 1 porsi.
b. Pola minum
Pasiem minum ± 2 liter tiap hari.
18
5.) Pola Eliminasi
a. BAK
Pasien BAK 5-6 kali/hari
Wara : kuning jernih
b. BAB
Pasien BAB 1kali/hari.
Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan
6.) Pola Kognitif
Bicara pasien normal, pasien sehari-hari berbicara dengan menggunakan
bahasa jawa dan indonesia, pasien yakin akan sembuh. Pasien masih cemas
saat melakukan terapi HBO.
7.) Pola Konsep Diri
a. Identitas : Pasien sudah tidak mempunyai suami. Suami pasien me-
ninggal 3 tahun lalu
b. Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dari penyakitnya.
c. Harga Diri : Pasien mampu berinteraksi dengan baik.
d. Gambaran Diri : Pasien aktif dalam masyarakat.
e. Citra Diri : Pasien merasa aktivitasnya terganggu saat sedang pusing.
8.) Pola Koping
Pasien mempunyai semangat yang tinggin demi kesembuhan penyakitnya.
9.) Pola Seksual Reproduksi
Pasien sudah menopouse pada usia 51 tahun.
10.) Pola Peran dan Hubungan
Pasien tidak berkerja, hubungan pasien dengan keluarga baik.
19
11.) Pola Nilai Kepercayaan
Pasien beragama islam, pasien melakukan ibadah sholat dengan tepat waktu.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
Vital Sign Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi nafas : 22 kali/menit
Tinggi badan : 154 Cm
Berat badan : 48 Kg
Breath (B1) I : Gerakkan dada simetris, pola napas reguler, tidak ada polip.
P : Frekuensi napas 22 kali/menit.
P : Bunyi napas sonor.
A : Suara napas vesikuler.
Blood (B2) I : Tidak ada sianosis, akral hangat kering merah.
P : CRT < 2 detik, nadi 88 kali/menit.
A : S1S2 tunggal, TD 130/80 mmHg.
Brain (B3) GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : Compos mentis.
N I : Pasien mampu membedakan bau.
N II : Pasien menggunakan kaca mata.
N III : Pasien mampu menggerakkan bola mata.
N IV :Pasien mampu menggerakkan bola mata keatas dan ke bawah.
N V : Pasien mampu menggerakkan rahang bawah dan atas.
N VI : Pasien mampu menggerakkan mata ke lateral.
N VII : Pasien mampu tersenyum dengan normal.
N VIII : Pasien mampu mendengar pertanyaan apa yang diajukan.
dan menjawab dengan tepat.
N IX : Pasien tidak kesulitan menelan.
N X : Pasien mampu menelan dan membuka mulut.
20
N XI : Pasien mampu menggerakkan kepala dan leher.
N XII : Pasien mampu menggerakkan lidah ke kanan dan ke kiri.
Blader (B4) I : Tidak terpasang kateter, BAK 5-6 kali/hari, warna : kuning jernih
P : Tidak ada distensi vesika urinaria
Bowel (B5) I : Mukosa bibir lembab.
P : Bising usus 18 kali/menit.
P : Tidak ada asites.
A : Tidak ada nyeri.
Bone (B6)Kekuatan otot :
5555│ 55555555│ 5555
3.1.5Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Tidak ada
Foto : Tidak ada
3.1.6Terapi/Obat yang Dikonsumsi
Obat Indikasi
Degoxin
Novast
Anpirit
Diabetasol
Vit. E
1x1
1x1
1x1
1x1
1x1
Surabaya, 27 April 2015
4c
21
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN3.2.1 Analisa Data
No Data (Symptom)Penyebab (Etiologi)
Masalah (Problem)
1. DS : Pasien mengatakan kedinginan setelah masuk chamberDO :- Pasien terlihat kedinginan- Tangan pasien dingin
Ketidaknyamanan
Perubahan suhu dan kelembapan
diruang hiperbarik
2. DS : Pasien mengatakan telinga terasa penuh dan sakit jika terlambat valsavah.DO :- Usia 73 tahun
Resiko tinggi barotrauma ke
telinga
Perubahan tekanan udara di
dalam ruang HBO
3. DS : Pasien mengatakan cemas karena baru 6 kali HBO.DO :- Pasien terlihat masih bingung
saat memakai masker.
Kecemasan
Defisit pengetahuan tentang terapi
oksigen hiperbarik dan
prosedur keperawatan
3.2.2 Prioritas Masalah1. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan suhu dan kelembapan di
ruang hiperbarik.
2. Resti barotrauma ke telinga berhubungan dengan perubahan tekanan
udaradalam ruang HBO.
3. Kecemasan berhubungan dengan defisit pengetahuan tentang terapi oksigen
hiperbarik dan prosedur keperawatan.
22
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi Rasional
1. Ketidaknyamanan b/d perubahan suhu dan kelembapan di dalam ruang hiperbarik
1. Nilai kenyamanan pasien dengan kelembapan dan suhu
2. Menawarkan tindakan kenyamanan pasien. Misalnya : selimut
1. Respon pasien terhadap rasa nyaman berbeda-beda
2. Mmbantu meningkatkan / mengembalikan kenyamanan pasien terhadap ruang hiperbarik
2. Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan proses keperawatan
1. Dokumentasikan pemahaman pasien / keluarga tentang pemikiran dan tujuan terapi HBO
2. Mengidentifikasi hambatan pembelajaran3. Mengidentifikasi kebutuhan belajar termasuk
informasi mengenai HBO4. Memberikan kesempatan terus untuk diskusi
dan intruksi5. Dokumentasikan pasien / keluarga terhadap
lingkungan serta terapi HBO
1. Untuk mengukur tingkat kemampuan pasien
2. Untuk mengurangi kecemasan pada pasien3. Pasien memahami proses dan tindakan terapi
HBO4. Untuk mengetahui hal-hal yang belum
diketahui oleh pasien5. Pasien dapat mengenal terapi HBO untuk
mengetahui gangguan selama terapi HBO.3. Resti barotrauma pada
telinga b/d perubahan tekanan udara didalam ruang HBO
1. Saat persiapan instruksi-kan pasien untuk melakukan valsafah (menelan, mengunyah, menguap)
2. Menilai kemampuan pasien dalam beradaptasi terhadap perubahan tekanan yang cepat
3. Mengingatkan pasien untuk bernafas secara rileks
4. Beritahu operator jika pasien tidak dapat beradaptasi terhadapperubahan tekanan darah
5. Dokumen penilaian
1. Usaha untuk membuka eustachius dan mengurangi tekanan
2. Agar tidak terjadi barotrauma
3. Meminimalkan terjadinya barotrauma
4. Agar segera diberi pertolongan pertama5. Mencatat segala kondisi pasien selama proses
tindakan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
23
3.4 TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
PukulNo. Dx
Tindakan Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
Senin27.04.2015
09.451.
Pre HBO- Mengobservasi TTV
TD: 130/80 mmHg, N: 88 kali/menit.- Mengingatkan pasien untuk membawa
jaket.- Menanyakan perasaan pasien.- Menanyakan sejauh mana pemahaman
tentang HBO.- Mengingatkan pasien untuk
melepassemua benda logam, handphone.
- Mengingatkan pasien cara valsavah dan jangan terlambat untuk melakukannya.
- Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya.
- Menjelaskan tentang kondisi yang akan dialami pasien dalam chamber.
Intra HBO- Mengajarkan dan mengingatkan lagi
cara valsavah yang benar dan penggunaannya pada situasi yang benar.
- Memberi pasien minum untuk membantu valsavah.
Diagnosa1S : Pasien mengatakan tidak terlalu kedinginan karena menggunakan jaketO : Tangan pasien dingin,pasien tidak pucat.A : Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilakukan.
Diagnosa 2S : Pasien mengatakan sudah tau tentang HBO.Pasien mengatakan sudah tau bagaimana cara yang benar mengikuti terapi.
Diagnosa 1S : Pasien mengatakan tidak terlalu kedinginan karena menggunakan jaket yang tebal.O : Tangan pasien dingin, pasien tidak pucat.A :Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 2S : Pasien mengatakan sudah tau tentang HBO.Pasien mengatakan sudah tau bagaimana cara yang benar mengikuti terapi.
24
Post HBO- Mengobservasi TTV
TD: 120/80 mmHg, N: 82 kali/menit.- Menannyakan perasaan pasien setelah
HBO.
O : Pasien terlihat masih binggung saat memakai masker.A :Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 3S : Pasien mengatakan telinga agak penuh tetapi tidak sakit.O :Usia 73 tahun, HBO ke-6 kaliA :Masalah teratasi sebagian.P :Intervensi dilanjutkan.
O : pasien terlihat masih binggung saat memakai masker.A :Masalah teratasi sebagian.P : Intervensi dilanjutkan.
Diagnosa 3 S : Pasien mengatakan telinga agak penuh tetapi tidak sakit.O :Usia 73 tahun, HBO ke-6 kali.A : Masalah teratasi sebagian.P :Intervensi dilanjutkan.
25
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa terapi HBO memberi
pengaruh pada sistem hemodinamik, yang meliputi penurunan denyut jantung,
peningkatan resistensi perifer yang cenderung, meningkatkan tekanan darah arteri
dan mempertahankan atau sedikit menurun cardiac output.
Keadaan tersebut memberi pengaruh positif pada penderita hipertensi
seperti Ny. F, dimana Ny. F memiliki tekanan darah tinggi, biasanya didefinisikan
sebagai tekanan sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan diastolik di atas 90
mmHg. Terapi modalitas dengan pemberian oksigen diberikan kepada pasien
melalui sistem pernapasan di sebuah ruang dengan tekanan di atas tekanan
atmosfer. Tujuannya adalah untuk mendapatkan peningkatan tekanan oksigen
dalam jaringan, dan untuk mengimbangi kekurangan disuplai oksigen, meskipun
dalam terapi HBO akan mengakibatkan penurunan cardiac output jantung namun
pengiriman oksigen perifer tetap sama.
5.2 Saran
Intervensi dan evaluasi pada pasien selanjutnya diharapkan dilakukan
dengan lebih komprehensif sehingga mendapatkantindakan keperawatan baru
yang lebih banyak dan hal tersebut dapat memberikan referensi baru untuk
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan hiperbarik.
26
DAFTAR PUSTAKA
_________. (2015). About Hyperbaric Therapy. [online]. Diperoleh 28 April
2015, dari http://oxfordhbot.com/about-hyperbaric-therapy/
Doengoes, Marilyn E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta:
EGC
Eckman, Margaret (ed). (2007). Lippincott’s Review For Medical-Surgical
Nursing Certification, 5th Ed.. New York:Lippincott Williams & Wilkins
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall.(2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.
11. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (ed). (2014). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012 – 2014.Jakarta : EGC
Jain, K.K.. (2009). Textbook of Hyperbaric Medicine. Massachusetts Avenue:
Hogrefe & Huber Publishers
Laron-Lohr, Valerie (ed) & Helen C. Norvell (ed). (2002). Hyperbaric Nursing.
Flagstaff: Best Publishing Company
Mathieu, Daniel (ed). (2006). Handbook On Hyperbaric Medicine. Dordrecht:
Springer.
Swanton, R.H.&Banerjee A. (2008). Swanton’s Cardiology: A concise guide to
clinical practice Sixth Edition. _________; Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data
Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. (2009). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
Ed. 9. Jakarta: EGC
27
top related