fakultas dakwah institut agama islam negeri...
Post on 07-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MOTIVASI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN
ISTIGHATSAH KUBRO MALAM JUM’AT KLIWON DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEPRIBADIAN SANTRI
PONDOK PESANTREN ATTUHIDIYYAH
CIKURA-BOJONG-TEGAL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
HERI SISWANTO
NIM: 061111025
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAKSI
Nama: Heri Siswanto, 061111025. “Judul Motivasi Dalam Mengikuti Kegiatan
Istighatsah Kubro Malam Jumat Kliwon Terhadap Dampak Kepribadian Santri pondok
Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan istighatsah kubro
malam jumat kliwon Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal. Penelitian ini
mendiskripsikan tentang motivasi dalam mengikuti kegiatan istighatsah kubro malam jumat
kliwon terhadap dampak kepribadian santri Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal. Penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif sebagai teknik analisis data dan
menggunakan metode lapangan (Field Reseach) yaitu menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi sebagai pengumpul data. Jenis penelitian ini yaitu kualitatif yang
tidak menggunakan penghitungan, sehingga akan menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
Hasil penelitian tentang motivasi kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah bermaksud untuk merubah kepribadian seseorang menjadi lebih baik. Yang
menjadi sasaranya adalah santri (masyarakat) yang kegiatan utamanya adalah ratibul attos,
ratibul haddad, barjanjian, tahlilan, pengajian kitab irsyadul rafiq, kitab dasuki, dan acara inti
istighatsah dan do’a. melalui proses kegiatan istighatsah tersebut manusia mendapatkan
ketenangan secara lahir dan batin.
Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan
bagi mahasiswa, aktifitas akademik Fakultas Dakwah IAIN Walisongo dan masyarakat,
lembaga-lembaga maupun pihak atau instansi yang terkait.
MOTTO
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah:
152)
ايسرواوالتعسروابشرواوالتنفرو
Artinya: Perumudalah dan jangan kamu persulit; gembiralah dan jangan kamu mengatakan
sesuatu yng menyebabkan ia lari dari padamu”.(Hadits).
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkn untuk:
Ayahanda Slamet dan Ibunda Khotimah yang selalu mendo’akan, memberi motivasi
dan curahan kasih sayangnya.
Keluarga besar “ Slamet-Khotimah” ; Akhmad Mun Fariz, Reni Nur Afifah, Nur
Khikmah, Muhammad Irfan Syehfullah.
Kepada Guruku KH. Achmad Sa’idi bin KH. Said Dan Saudaranya KH. Muhammad
Chasani bin KH. Sa’id bin KH. Armia selaku Pengasuh Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Giren-Talang-Tegal dan Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal.
Keluarga besar “Abah Dr. H. Awaludin Pimay Lc. M.Ag. - Ibu Hj.Warda Anangmas”;
Irkham Awaluddin, Ilham Awaliyyah, Idham Awaluddin.
Sahabat-sahabatku di ( Pondok Pesantren Graha Walisongo Semarang), yang selalu
berbagi di saat kita membutuhkan mau memberikan, diwaktu dalam kesempitan mau
meluangkan, disaat kita sedang susah mau memecahkan masalah, sedih, senang, gemira
kita selalu bersama.
Sahabat-sahabat Keluarga Besar PMII Komisariat Walisongo Semarang.
Teman-temanku Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam IAIN Walisongo
Semarang Angkatan’06, yang tidak mungkin sebutin satu-persatu.
Para pembaca budiman yang dimuliakan Allah SWT.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi_Nya yang menciptakan alam dan seisinya, berkat
hidayah dan inayah_Nya, salah satunya skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Shalawat dan salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, demikian pula ahlinya sahabat dan umatnya.
Dalam skripsi yang berjudul “ Motivasi Dalam Mengikuti Kegiatan Istighatsah Kubro
Malam Jumat Kliwon dan Dampaknya Terhadap Kepribadian Santri Pondok Pesatren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal”. Penulis merasa berhutang budi kepada semua pihak yang
telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
semarang.
3. Bapak Safrodin, M.Ag. dan Dra. Jauharotul Farida, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan alam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak, Ibu tenaga edukatif dan administrative Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
yang telah memperlancar proses pembuatan skripsi ini.
5. Yang tercinta dan terhormat, yang insya Allah kasih sayang dan rahmat Allah selalu
terlimpahkan kepada seluruh keluarga besar khususnya Ayahanda (Slamet bin Badhowi),
Ibunda (Khotimah binti Sakri) yang telah memberikan dorongan moral maupun materi, serta
selalu mendo’akan dan memberikan nasehatnya dan yang selalu mengingatkan untuk selalu
melasanakan perintah Allah dan menjahui segala larangannya untuk menjadi orang yang soleh
dan selalu mendorong untuk terus menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dan
Saudara-saudaraku yang tercinta, Kakanda (Ahmad Mun fariz berserta keluarganya) yang
telah membantu saya dalam segi moral maupun materi dan selalu mendukung dan
memberikan motivasi selama menuntut ilmu. Adindaku (Reni Nur Apipah) yang telah
mendukung memberikan spirit dan pemasukan penulis. Serta kepada kerabat dekat maupun
jauh yang telah memberikan do’anya kepada penulis.
6. Kepada Guruku KH. Achmad Sa’idi Bin KH. Said Dan Saudaranya KH. Muhammad Chasani
Bin KH. Sa’id Bin KH. Armia selaku Pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-
Talang-Tegal dan Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal, serta para
Pengurusnya.
7. Kepada yang terhormat Abah Dr. H. Awaludin Pimay Lc. M.Ag. selaku orang tua sementara
selama masih menuntut ilmu dan guru spiritual, yang selalu memberikan pemasukan,
pengarahan, dorongan, nasehat, serta bimbingan moral.
8. Kepada sahabat-sahabatku sependeritaan, seperjuang Pondok Pesantren Graha Walisongo
Semarang yang selalu memberikan dukungan tanpa akhir. Dan sahabat-sahabatku PMII
Komisariat Walisongo Semarang, sahabat-sahabat Jurusan BPI Fakultas Dakwah Walisongo
Semarang angkatan 2006 serta sahabat-sahabat lain yang tidak saya sebutkan satu-persatu.
Semoga kebaikan dan keikhlasan, Allah SWT membalas semua amal perbuatan mereka
dengan balasan yang lebih dan menempatkan mereka pada derajat yang mulia di sisi Allah
dan makhluk_Nya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan , hanya berserah diri, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin..
Semarang, 01 Juli 2011
Penulis,
Heri Siswanto
61111025
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
ABSTRAKSI ........................................................................................................................ ii
PERNYATAAN.................................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................................... iv
PENGESAHAN .................................................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Diadakan Penelitian ....................................................................... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 6
1.5 Metode Penelitian................................................................................................. 8
1.5.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 8
1.5.2 Definisi Konseptual dan Operasional ........................................................ 9
1.5.2.1 Definisi Konseptual ....................................................................... 9
1.5.2.2 Definisi Operasional ...................................................................... 11
1.5.3 Sumber dan Jenis Data ............................................................................... 12
1.5.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 13
1.5.5 Metode Analisis Data ................................................................................. 15
1.6 Sistematika Penulisan .......................................................................................... 16
BAB II MOTIVASI DALAM MENGIKUTI ISTIGHATSAH KUBRO MALAM
JUMAT KLIWON DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPRIBADIAN
SANTRI
2.1 Motivasi ............................................................................................................... 19
2.1.1 Pengertian Motivasi ................................................................................... 19
2.1.2 Fungsi Motivasi.......................................................................................... 20
2.1.3 Teori-teori Motivasi ................................................................................... 21
2.1.4 Macam-macam Motivasi............................................................................ 27
2.1.5 Jenis-jenis Motivasi.................................................................................... 31
2.2 Istighatsah ............................................................................................................ 34
2.2.1 Pengertian Istighatsah ................................................................................ 34
2.2.2 Fungsi Istihgatsah ...................................................................................... 35
2.3 Kepribadian .......................................................................................................... 36
2.3.1 Pengertian Kepribadian .............................................................................. 36
2.3.2 Teori-teori Kepribadian .............................................................................. 39
2.3.3 Tipologi Kepribadian ................................................................................. 52
2.4 Hubungan Motivasi dan Kepribadian Dalam Perspektif Dakwah ....................... 60
2.4.1 Pengertian Dakwah .................................................................................... 60
2.4.2 Peranan Motivasi Dalam Proses Dakwah .................................................. 61
2.4.3 Pendekatan Dakwah Dalam Pembentukan Kepribadian ............................ 62
BAB III PELAKSANAAN ISTIGHATSAH KUBRO DI PONDOK PESANTREN
ATTAUHIDIYYAH TEGAL MOTIVASI DAN DAMPAKNYA PADA
JAMA’AH
3.1 Tinjauan Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal ................................................ 65
3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal ............................................................................................. 65
3.1.2 Letak Geografis Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal .......................................................................................................... 67
3.1.3 Sekilas Tentang Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-Talang-Tegal ... 69
3.1.3.1 KH. Abu Ubaidah .......................................................................... 70
3.1.3.2 KH. Said bin KH. Armia ............................................................... 71
3.1.3.3 Kyai Musthofa bin KH. Said ......................................................... 72
3.1.3.4 KH. Said’i bin KH. Said ................................................................ 73
3.1.4 Aktivitas Kegiatan di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal .......................................................................................................... 74
3.1.5 Istighatsah Kubro Malam Jum’at Kliwon Sebagai Salah Satu Kegiatan
di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal ....................... 84
3.2. Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah Kubro Malam Juma’at Kliwon di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah ..................................................................................... 86
3.2.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah ................................................. 86
3.2.2 Materi Istighatsah ....................................................................................... 87
3.2.3 Jama’ah istighatsah .................................................................................... 89
3.2.4 KH. Achmad Said’i (imam Istighatsah) ..................................................... 93
3.2.5 Prosesi Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah Kubro ...................................... 94
3.3. Motivasi Jama’ah Dalam Kegiatan Istighatsah ................................................... 96
3.4 Kepribadian Jama’ah Pra dan Pasca Istighatsah Kubro ....................................... 103
BAB IV ANALISIS MOTIVASI TERHADAP DAMPAK KEPRIBADIAN
DALAM KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO MALAM JUM’AT
KLIWON PONDOK PESANTREN ATTAUHIDIYYAH CIKURA-
BOJONG-TEGAL
4.1 Analisis Motivasi Jama’ah Dalam Mengikuti Kegiatan Istighatsah Kubro
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal..................................... 109
4.2 Analisis Dampak Terhadap Kepribadian Jama’ah Dalam Mengikuti Kegiatan
Istighatsah Kubro Malam Jum’at Kliwon ........................................................... 117
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 139
5.2 Saran-saran ........................................................................................................... 140
5.3 Penutup ................................................................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
MOTIVASI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO
MALAM JUM’AT KLIWON DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEPRIBADIAN SANTRI PONDOK PESANTREN ATTAUHIDIYYAH
CIKURA-BOJONG TEGAL
1.1. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia
secara individual menjadi manusia yang baik, beradab dan berkualitas, selalu
berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju
sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil,
maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan dan berbagai ke khawatiran.
Agar mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang dinamakan
sebagai dakwah (Aziz, 2004:1).
Hidup di era yang sekarang ini tidak akan terlepas oleh suatu
permasalahan, hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya kebutuhan. Maka
seseorang dipaksa bagaimana mencari sumber kehidupan untuk kebutuhan
sehari-harinya.
Problem masyarakat kontemporer seperti sekarang ini bukan hanya
menyangkut materi saja, akan tetapi juga menyangkut masalah-masalah
psikologi (pscyologi problems) seperti gelisah, cemas, depresi, dan
sebagainya. Manusia tidak cukup hanya dengan pemenuhan sandang, pangan,
dan papan saja, tetapi juga pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, tenang dan
terlindung (security feeling). Dengan kata lain ketenangan jiwa adalah
2
segalanya, sebab materi keduniawian yang melimpah ruah belum tentu
membuat hati seseorang tenang, bahkan sebaliknya bisa membuat dirinya
mengalami gangguan kejiwaan.
Menurut pendapat Maslow, manusia dapat di telaah melalui
kecenderungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna
dan terpuaskan. Kebutuhan dasar tersebut disusun secara hirarkhis dalam lima
starata yang bersifat relatif yaitu: kebutuhan fisologis, kebutuhan akan
kesalamatan, kebutuhan akan rasa aman, kabutuhan akan rasa cinta dan
memiliki, kebutuhan akan aktualisasi diri (Muhammad, 2002:70).
Setiap gerakan manusia akhirnya menimbulkan suatu perbuatan.
Perbuatan yang reflektif merupakan tindakan yang berjalan dengan
sendirinya, tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan . Namun demikian
perbutan yang semula tidak adanya motivasi itu dapat meningkatkan kepada
perbuatan yang bermotif (Walgito:1983).
Panduan Islam tentang motivasi menekankan bahwa perubahan
terhadap diri seseorang atau kaum terletak pada adanya keinginan yang
berupa dorongan atau motivasi dalam diri manusia atau kaum tersebut. Hal
ini sesuai dengan firman Allah surat Ar-Ra’d ayat 11:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S.
Ar-Ra’d:11).
3
Dari ayat di atas , jelas sekali bahwa perubahan dalam kehidupan dapat
terjadi karena adanya keinginan dan dorongan dari dirinya sendri. Melihat
fenomena di atas, maka diperlukan penanaman nilai ajaran Islam seperti
dzikir atau do’a bagi manusia. Keberadaan istighatsah yang merupakan
permohonan kepada Allah swt. agar segera terwujud apa yang menjadi cita-
cita atau harapan. Dalam prakteknya, istighatsah itu do’a yang dilakukan
secara bersama-sama.
Fenomena istighatsah semakin yang semarak saat ini, tentu saja
memiliki dampak positif bagi kehidupan masyarakat yang terkuasai oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam kehidupan santri di
pesantren maupun dalam masyarakat umum dalam bertingkah laku.
Sementara itu ajaran Islam yang terus berjalan secara tradisional
seperti istighatsah merupakan suatu tindakan yang positif, ini merupakan
sebuah wadah untuk membentuk akhlak dan meningkatkan ketauhidan
seseorang yang selama ini sudah mengalami kemerosotan moral yang
diderita oleh santri khususnya pada masyarakat. Berdasarkan hal itu,
Pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal, Seykhuna KH.Achmad
Sa’id bin KH. Sa’id dan Saudaranya KH. Muhammad Chasani bin KH. Sa’id
bin KH. Armia. Memberikan gemblengan kepada jama’ahnya antara lain
gambaran umum ilmu ketauhidan dan wejangan lain yang bersifat
bimbingan moral dan agama, dengan tujuan akhir santri dan masyarakat
mendapat bekal dalam mengarungi hidup di luar Pondok Pesantren.
4
Dalam mengikuti kegiatan istighatsah Kubro Malam Jumat Kliwon di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah tersebut, masyarakat telah menumbuhkan
kesadaran bahwa mereka memandang dirinya merasa hina, merasa tidak
mempunyai amal baik, sehingga mereka benar-benar menangis (khusuk
dalam berdo’a) bertaubat meminta ampunan kepada Allah swt. Adapun
orang yang meminta agar kebutuhan ekonominya tercukupi, rezekinya di
tambah, bagi petani dapat meningkatkan hasil panennya, dan bahkan ada
orang yang meminta dimudahkan jodohnya.
Bagi masyarakat, istighatsah bukan saja sebagai motivasi untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, akan tetapi istighatsah sebagai
pemohon ampun dosa-dosa yang pernah dilakukan sehingga dapat selamat
dunia dan akherat. Sosok karismatik seorang kyai sebagai figur yang turun-
temurun dari keturunan Waliyullah, juga Kyai yang ahli kasyaf yang
mempunyai karomah luar biasa yang do’anya dikabulkan oleh Allah swt.
sehingga masyarakat minta dido’akan.
Dari fenomena di atas menurut hemat penulis, ada sesuatu yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Bertambahnya santri dan jama’ah yang
mengikuti ta’liman dan kegiatan istighatsah di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah yang di asuh oleh KH. Achmad Sa’id dan Saudaranya KH.
Muhammad Chasani terbukti mengindikasikan tentang adanya sebuah
dorongan / motif tertentu dalam diri santri dan masyarakat sehingga ribuan
orang mengikuti kegiatan istighatsah dan aktif menjadi santrinya dalam
rangka ngaji atau belajar ilmu agama.
5
1.2. Rumusan Masalah
Masalah adalah pertentangan antara realita dengan yang seharusnya,
kesangsian ataupun kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena, adanya
ambiguity (Nazir, 1988:35).
Dari latar belakang diatas, ada hal yang menjadi permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah motivasi santri mengikuti kegiatan istighatsah kubro
malam jumat kliwon?
2. Bagaimanakah dampak mengikuti istighatsah terhadap kepribadian santri
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan diadakan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui variasi motivasi terhadap kepribadian santri dalam
mengikuti kegiatan istighatsah Kubro malam jum’at kliwon di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah.
- Untuk mengetahui dampak istighatsah terhadap kepribadian santri di
Pondok Pesantren Attuhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang bisa diharapkan antara lain:
- Dilihat dari sudut pandang kegunaan teoritis.
Hasil yang dicapai ini, diharapkan akan menambah
pembuktian terhadap teori yang terbentuk guna penelitian-penelitian
berikutnya. Penelitian ini diharapkan: Pertama, menambah khazanah
keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang. Kedua, menambah pengetahuan yang lebih
maju dan dinamis dalam perkembangan dakwah Islam.
- Dilihat dari sudut pandang kegunaan praktis.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dan mengembangkan kualitas sumber
daya manusia yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat, yang
diharapkan memberikan kontribusi bagi perkembangan dakwah Islam,
khususnya di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
1.4. Tinjauan Pustaka
Agar skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan validitas, serta tidak
ada unsur penjiplakan, maka penulis mencantumkan beberapa hasil
penelitian yang kaitanya dengan rencana penelitan penulis pertama:
a. Skripsi karya Nurul Huda (2009) dengan judul “ Peran Istighatsah
Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Santri”, skripsi ini meneliti
bahwa Istighatsah terbukti memiliki peran dalam meningkatkan
7
kecerdasan emosional santri, memotivasi diri, empati dan keterampilan
sosial secara bertahap bisa di bangun dan di tingkatkan melalui istighatsah
yang dilaksanakan sesuai dengan Sunnahtullah. Hal ini terlihat dari
hakikat istighatsah. istighatsah upaya mengharapkan dan permohonan
mendalam agar Allah berkenan melapangkan dan mengabulkan bantuan
pertolongan dari apa-apa yang diminta oleh hamba-hamba_Nya, karena
kondisi terjepit atau krisis. Bahwa do’a dan dzikir itu akan menjadikan
seseorang dapat mengontrol dirinya sendiri secara optimal, sehingga
dirinya selalu berhati sejuk, tidak gampang emosi dan berusaha untuk
menghindari hawa nafsu. Sehingga akan membuat seseorang tidak takabur
dan semakin tawadhu.
b. Skripsi karya Ahmad Muhson (2005) dengan judul “ Strategi Dakwah
Pondok Pesantren Nurul Quran Dalam Meningkatkan Pengamalan
Agama Islam Masyarakat Mangunjiwan Kec. Demak Kab. Demak.”
skripsi ini meneliti tentang dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat
yang harus diterapkan dengan menggunakan jaringan spiritual dan
hubungan sosial masyarakat sedangkan metode yang di terapkan beliau
adalah metode Rasulullah seperti metode mauidhoh hasanah dan
sillaturahmi langsung diberikan kepada masyarakat dan para santrinya.
c. Skripsi karya Mahmudin (2008) dengan judul “ Pengaruh Intensitas
Mengikuti Istighatsah Surat al-waqiyah Terhadap Penanggungulangan
Kenakalan Remaja” skripsi ini meneliti tentang pengaruh positif antara
intesitas mengikuti istighatsah surat Al-waqiyah dengan kenakalan remaja,
8
yang berarti semakin tinggi intensitas mengikuti istighatsah maka akan
semakin rendah tingkat kenakalan pada diri remaja atau semakin baik
akhlaknya.
d. Skripsi karya Syaeful Umam (2008) dengan judul “ Pembentukan
Kepribadian Anak (Studi Kasus Anak Panti Asuhan Yatim Piatu Ar-
Rodiyah Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Kota Semarang) ”
skripsi ini meneliti tentang garis besar permasalahan disfungsi keluarga,
yang menyebabkan tidak terpenuhinya salah satu atau semua dari faktor
Orgonobiologi, Psikoedukatif, sosial budaya, maupun faktor Agama
sebagai mestinya. Sehingga hal ini retan sekali dengan penyebab
terjadinya masalah kepribadian, seperti: kenakalan remaja, kriminal,
tindak asusila dan lain sebagainya.
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif yang mana digunakan untuk menghimpun data aktual
terdapat dua pengertian, yang pertama mengartikan sebagai kegiatan
pengumpulan data-data dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak
di iringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis. Yang
kedua deskripsi semacam ini berguna untuk mencari masalah
sebagaimana halnya hasil penelitan pendahuluannya atau eksploitasi
(Sudjana dkk, 1989:16). Di mana penelitian ini tidak di wujudkan
9
dalam bentuk angka, namun data yang diperoleh dalam bentuk
penjelasan dan berbagai uraian yang berbentuk lisan maupun tulisan.
Dalam hal ini dapat berbentuk wawancara dan buku-buku panduan
lainya.
Sejalan dengan definisi tersebut Bogdan dan Taylor mendifinisikan
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilakan
data deskripsi yang merupkan kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati (Moeloeng,1995:3).
1.5.2. Definisi konseptual dan operasional
1.5.2.1. Definisi Konseptual
Ada beberapa definisi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu
pada judul tersebut:
1. Motivasi masyarakat adalah suatu alasan / dorongan yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu / melakukan tindakan /
bersikap tertentu (Martin Handoko, 1992:9).
2. Istighatsah artinya do’a untuk memohon pertolongan kepada
Allah swt. (Depdiknas,2005:445). Istighatsah merupakan upaya
pengharapan dan permohonan mendalam agar Allah berkenan
melapangkan dan mengabulkan bantuan atau pertolongan dari
apa-apa yang diminta oleh hamba-hamba_Nya, karena kondisi
10
terjepit dan krisis. Dalam pengertian permintaan atau
permohonan kepada Allah swt. Atas sesuatu yang didambakan
atau di cita-citakan atau minta lepas dari suatu musibah yang
menimpa, atau minta di jauhkan dari bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa, yang semuanya itu berada di luar kekuasaan
dan usaha seseorang. Doa adalah perisai terkuat dan senjata
terampuh. Ia juga pelindung dari berbagai bencana dan musibah,
baik yang sudah turun maupun yang belum turun (Ar-radhi,
2005:10).
3. Kepribadian (personality ), menurut Connel bahwa kepribadian
merupakan karateristik seseorang dalam menyesuaikan diri
dengan lingkunganya. Karakeristik tersebut meliputi sifat, nilai,
motif garis keturunan, sikap, reaksi emosional, kemampuan,
intelegensi yang kesemuanya muncul dalam prilaku seseorang
(Suryabrata, 1993:8). Secara langsung berhubungan dengan
kapasitas psikis seseorang; berkaitan dengan nila-nilai
etis/kesusialaan dan tujuan hidup.
4. Psikologi Dakwah memberikan pandangan tentang mungkinnya
dilakukan perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologis
sasaran dakwah/penerangan Agama sesuai dengan pola (pattern)
kehidupan yang dihendaki oleh ajaran agama yang di
dakwahkan (diserukan) oleh aparat dakwah atau penerangan
agama itu (Arifin,1990:5). Dengan demikian maka psikologi
11
dakwah mempunyai titik perhatian kepada pengetahuan tentang
tingkah laku manusia (behavioral science).
1.5.2.2. Definisi Operasional
Secara operasional, maksud dari judul Motivasi Dalam
Mengikuti Kegiatan istighatsah Kubro Malam Jum’at Kliwon
Dan Dampaknya Terhadap Kepribadian Santri Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal adalah,
1. Motivasi dalam penelitian ini adalah merupakan tenaga
kejiwaan yang mengakibatkan anusia dalam perjuangan
hidupnya dan oleh karenanya menjadi tenaga penggerak yang
sangat vital untuk menghindari seseorang dari frustasi (ke
kecewaan karena gagal dalam usaha).
2. Kegiatan istighatsah yang di selenggarakan oleh pengasuh
Pondok Pesantren Attauhidiyyah KH. Achmad Sa’id dan
Saudaranya KH. Muhammad Chasani, yang memotivasikan
santri diantaranya adalah sikapnya, tindakannya, metode dan
materi dalam berdakwah. Maksudnya adalah bagaimana
istighatsah dapat dijadikan dakwah dengan menggunakan
fungsi-fungsi serta teknik psikologi dakwah islam yang ada.
Seperti fungsi preventivl, fungsi perservatif, fungsi
development.
12
1.5.3. Sumber Dan Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari objek yang diteliti (Rianto, 2005:57). Yang berupa kata-
kata dan tindakan orang-orang yang diamati dan diwawancarai.
Sumber data ini diambil melalui wawancara jama’ah istighatsah,
santri dan Pengurus Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal.
Dalam data ini, peneliti bisa melihat secara langsung
rangkaian ritual kegiatan istighatsah seperti pengajian,
pembacaan ratibul’attos, ratibul khaddad, maulidan, tahlilan,
dan acara inti istighatsah serta bertujuan untuk mencari data
yang realita yang bisa menangkap perubahan jama’ah
istighatsah seperti ketenangan jiwa, ketenangan batin dan
sebagainya melalui wawancara jama’ah istighatsah.
b. Data Sekunder
Sekunder adalah data yang berhubungan dengan
pembahasan skripsi seperti buku-buku dan artikel, sumber dari
arsip, gambar dan foto (Moeleong, 2009:157). Data sekunder
yang penulis gunakan dalam penelitian adalah data tertulis
berupa buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian, seperti
buku motivasi, psikologi kepribadian dan sebagainya.
13
1.5.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa
metode yang digunakan dalam penelitian ini, metode pengumpulan
tersebut adalah:
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan , transkrip, buku, Koran, foto-
foto, dan sebagainya (Mulyana, 2008:195).
Maksudnya bahwa metode dokumentasi ini digunakan
untuk memperoleh data-data di Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Cikura-Bojong-Tegal serta dokumen-dokumen yang lain (baik
gambar, buku, surat-surat, dan dokumen yang lainya) yang
berkaitan erat dengan masalah peneliti ini.
b. Metode Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan jalan percakapan atau
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk
berhadapan fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu
(Moleong, 2009: 203).
Metode ini digunakan dalam bentuk komunikasi langsung
antara peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dari
dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga
14
gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu, wawancara tidak
hanya menangkap pemahaman atau ide, emosi, motif, yang
dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Dalam penelitian ini,
wawancara dilakukan kepada pengurus pondok, santri dan
Majelis Ta’lim Dakwah Attauhidiyyah (MTDA), untuk
memperoleh data tentang latar belakang, sejarah, perkembangan
Pondok Pesantren dan sebagainya.
c. Metode Observasi
Observasi yaitu studi yang sengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala atau dengan jalan pengamatan.
Observasi adalah untuk mengetahui ciri dan luasnya signifikansi
atau interelasi elmen-elmen tingkah laku manusia dan fenomena
sosial yang serba kompleks dalam pola kultural tertentu (Sutrisno,
1987:136).
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarraumidi,
2006: 69).
Penggunaan metode ini untuk melihat langsung pada tempat
atau lokasi yang akan diteliti. Metode ini digunakan untuk
mencari gambaran mengenai rangkaian kegiatan istighatsah
kubro seperti pembacaan ratibul’attos, ratibula khaddad,
15
mauludan, tahlilan, pengajian kitab irsyadul rafiq, kitab dasuki
dan acara inti istighatsah yang di dalamnya ada rangkain tertentu,
bentuk kegiatan istighatsah di komplek Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Penyelenggaraan dan sasaran dakwah di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal. Dalam observasi
bertujuan agar memperoleh gambaran langsung kegiatan
istighatsah dan pelaksanan rangkaian ritualnya seperti apa,
sehingga objek yang mau diteliti sudah jelas tujuannya.
1.5.5. Metode Analisis Data
Analis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman penelitian tentang masalah yang diteliti
dan menyajikan temuan bagi orang lain (Muhajir, 2002:42).
Dalam penelitian ini, penuls menggunakan metode deskriftif.
Deskriftif artinya menggambarkan data yang didapat dari lapangan
seperti hasil studi kasus, observasi, wawancara dan dokumetasi dan
membuat pemeriaan (penyadaran) secara sistematis, faktual dan akurat
eprtitersebut digolongkan sebagai metode deskritif (Furchan,
2007:447). Sementara menurut Winarno Surahmat, deskripsi adalah
representasi obyektif terhadap fenomena yang di tangkap.
Dalam penelitian ini, yaitu menganalisis data selama penelitian
dengan menggambarkan data yang didapat dari lapangan seperti studi
16
kasus, wawancara, observasi, dokumentasi yang berupa latar
belakang, sejarah, ritual kegiatan istighasah dan sebagainya.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika proposal ini berfungsi untuk mengatakan garis-garis besar
dari masing-masing bab yang berkaitan dan berurutan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang
sangat penting untuk dicantumkan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
kekeliruan dalam penyusunan skripsi dapat terfokus, terarah dan sistematis.
Adapun sistematika proposal ini secara lebih detail adalah sebagai berikut:
Bab pertama, sebagai pembantu dalam pembahasan skripsi ini,
sekaligus sebagai pendahuluan. Disini akan diuraikan mengenai latar
belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan dilanjutkan dengan sistematika
penulisan skripsi.
Bab kedua, merupakan landasan teori yang membahas tentang
Motivasi dalam mengikuti kegiatan istighatsah kubro malam Jum’at Kliwon
Dan Dampaknya Terhadap Kepribadian Santri. Bab ini akan menguraikan
yang terdiri dari empat sub bab.
Sub bab pertama, mengetengahkan tinjauan tentang motivasi meliputi:
pengertian dan klasifikasi motivasi, fungsi motivasi, teori-teori motivasi,
macam-macam motivasi, jenis-jenis motivasi.
17
Sub bab kedua, membahas tentang pengertian istighatsah, fungsi-fungsi
istighatsah,.
Sub bab ketiga, membahas tentang pengertian kepribadian, teori-teori
kepribadian, tipologi kepribadian.
Sub bab keempat, hubungan motivasi dan kepribadian dalam perspektif
dakwah. Sub bab ini membahas tentang: pengertian dakwah, peranan
motivasi dalam proses dakwah, pendekatan dakwah dalam pembentukan
kepribadian.
Bab ketiga, membahas tentang pelaksanaan istighatsah kubro di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal motivasi dan dampaknya jama’ah.
Bab ini akan menguraikan empat sub bab.
Sub bab pertama, tinjauan Pondok Pesantren Attauhidiyyah yang meliputi:
sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal, letak geografis Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal, sekilas tentang Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-Tegal,
aktivitas kegiatan di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal,
istighatsah kubro malam Jum’at kliwon sebagai salah satu kegiatan di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
Sub bab kedua, pelaksanaan kegiatan istighatsah kubro malam kliwon di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal yang meliputi: waktu
pelaksanaan kegiatan istighatsah, materi istighatsah, jama’ah istighatsah,
KH. Achmad Said’i (imam istighatsah), konsepsi pelaksanaan kegiatan
istighatsah kubro.
18
Sub bab ketiga, motivasi jama’ah dalam kegiatan istighatsah kubro.
Sub bab kempat, kepribadian jama’ah pra dan pasca istighatsah kubro.
jumat kliwon di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
Bab kempat, bab ini berisi tentang analisis motivasi terhadap dampak
kepribadian santri dalam kegiatan istighatsah kubro malam jum’at kliwon di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal. Dalam sub bab ini
menjelaskan tentang: analisis motivasi jama’ah dalam mengikuti kegiatan
istighatsah Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal, analisis
dampak terhadap kepribadian jama’ah dalam mengikuti kegiatan istighatsah
kubro malam jum’at kliwon Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal.
Bab kelima, pada bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan,
saran-saran dan penutup.
19
BAB II
MOTIVASI DALAM MENGIKUTI KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO
MALAM JUM’AT KLIWON DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEPRIBADIAN SANTRI
2.1. MOTIVASI
2.1.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakan. Definisi motivasi menurut Walgito (1992: 169),
menjelaskan bahwa motivasi memiliki tiga aspek :
1. Keadaan terdorong dari dalam arti organisme (a driving state) yaitu
persiapan bergerak karena kebutuhan.
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan.
3. Tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
Sedangkan dalam bukunya Azhari (2004: 65), motivasi adalah
sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana
rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan nyata yang merupakan
muara dari sebuah tindakan.
Motivasi sendiri dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan
sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan
(moves), dan mengarahkan menyalurkan periuk kearah mencapai
kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidak
keseimbangan.
20
Sering kali kata „motif‟ dan „motivasi‟ digunakan secara bergantian
dalam suatu maksud. Pengertian keduanya memang sukar dibedakan
secara tegas. Istilah „motif‟ menujukan suatu dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut mau melakukan sesuatu. Sedangkan
„motivasi‟ adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Berawal dari kata „motif‟ itu,
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi
aktif. Motif menjadi aktif pada saat-tertentu terutama bila ada kebutuhan
mendesak.
2.1.2. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena motivasi merupakan pendorong yang ada dalam diri
seseorang yang dapat menggerakan segalanya. Karena motivasi
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
b. Menentukan arah tujuan dan arah perbuatan manusia.
c. Sebagai penyeleksi atas perbuatan yang akan dilakukan manusia baik
atau buruk sehingg tindakannya selektif. Untuk menguji sikap dalam
beramal benar atau salah sehingga dapat dilihat kebenaran dan
kesalahannya (Sururin, 2002:182).
21
Menurut Sardiman fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakanyang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.1.3. Teori-teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan Sebagai Hierarki
Kebutuhan dapat diartikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan
yang ada pada diri. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari
perilaku pegawai. Kita tidak mungkin memahami perilaku individu
tanpa mengerti kebutuhannya. Mengutip pendapat Abraham Maslow,
Sondang Siagian (1989: 146-160). mengumamakan bahwa hierarki
kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,
perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
22
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan
yang paling dasar.
2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari
ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan hidup.
3) Kebutuhan untuk rasa untuk memiliki, yaitu kebutuhan untuk
diterima oleh kelompok, berinteraksi dan kebutuhan
4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan
dihargai oleh orang lain.
5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan pontensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan
kritik terhadap sesuatu.
Suatu ciri khas organism manusiawi lainnya, yang amat
dipengaruhi oleh suatu kebutuhan tertentu, ialah bahwa seluruh falsafah
mengenai masa depan juga cenderung berubah. Bagi manusia yang
selalu dan sangat kelaparan cendrung berfikir kebutuhan yang lain
seperti kebebasan, rasa kasih, rasa bermasyarakat, kehormatan, falsafah
tidak berguna dan dianggap barang rongsokan yang tidak berguna.
Tidak perlu diragukan lagi kebutuhan psikologis ini adalah kebutuhan
yang paling kuat. Tegasnya ini berarti bahwa pada diri manusia yang
selalu merasa kurang dalam kehidupanya, kebutuhan fisiologis motivasi
terbesar dan tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang lain
(Arifin, 2004:54).
23
b. Teori ERG (Existance, Reatedness, Growth)
Teori ERG merupakan refleksi dari tiga dasar kebutuhan, dalam
buku Anwar Prabu Mangkurnegara disebutkan yaitu:
1) Existance Need ,kebutuhan ini berhubungan fisik bereksitensi
individu, seperti makanan, minuman, pakaian, bernafas,
kesejahteraan maupun keamanan.
2) Relatedness Needs, kebutuhan ini bersifat interpersonal yaitu
kepuasaan berinteraksi dalam lingkungan. Hal ini tercermin dalam
sifat dasar manusia atau makhluk social. Setiap orang ingin
mengaktifkan keberadaan dengan orang lain dan dengan
lingkungannya. Hal ini member makna hakiki dalam keberadaan
manusia.
3) Growth Needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pribadi, semisal keinginan seseorang untuk
tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan atu profesi untuk meraih
apa yang secara umum disebut kemajuan dalam perjalanan
hidupnya (Azwar, 2002: 98).
Dalam teorinya, Alderfer menekankan bahwa ketiga jenis
kebutuhan tersebut diusahakan pemasaraanya secara slmultan meskipun
karena berbagai faktor seperti faktor sosial, budaya, latar belakang
social, latar belakang pendidikan dan kemampuan, seseorang dapat saja
memberikan penekanan yang lebih kuat kepada salah satu diantara
ketiga jenis kebutuhan itu (Sondang, 1989: 167).
24
Teori ini lebih mendekati kenyataan hidup yang di hdapi sehari-
hari. Artinya berbagai kebutuhan manusia yang komplek itu diusahakan
pemuasaanya secara simultan, meskipun sudah barang tentu dengan
tingkat identifikasi yang berbeda-beda, baik diantara seseorang dengan
orang lain maupun oleh seseorang pada waktu yang berbeda-beda.
c. Teori Insting
Teori motivasi insting timbul berdasarkan teori evaluasi Charles
Darwin. Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intelligent
merupakan reflex dan insting yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak
semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh
pikiran (Anwar, 1998: 13).
Teori ini berkembang pesat pada waktu Darwin mencetuskan
teori evolusinya, Darwin menyatakan bahwa antara manusia dan
binatang tidak ada perbedaan yang tajam, karena pada hakekatnya
manusia merupakan hasil evolusi dari binatang. Hal ini dikatakan
karena tingkah laku manusia didasarkan pada kekuatan biologis yang
dibawa sejak lahir. Karena manusia tidak berbeda dengan binatang,
maka tingkah laku manusia bisa disebut juga berdasarkan insting.
Berdasarkan teori Darwin, Sigmund Freud berpendapat bahwa
seluruh perilaku manusia didorong oleh nafsu atau instingnya, dimana
insting merupakan representasi neorologis dari kebutuhan-kebutuhan
fisik biologis. Awalnya Freud menanamkan insting ini sebagai insting
kehidupan. Insting ini mencakup: (a) kehidupan individual, dengan
25
mendorong seseorang individu memenuhi kebutuhan makanan dan
minumnya, dan (b) kehidupan spesies, dengan mendorongnya untuk
melakukan hubungan seks. Energi motivasional dari insting kehidupan
ini berupa “kekuatan” yang mendorong jiwa kita untuk mencari makan
dan lawan jenis yang oleh freud disebut dengan libido, sebuah kata latin
yang berarti “ aku berhasrat” (Boeree, 2006: 40).
d. Teori Drive
Teori drive dipelopori oleh Clarkleonard Hull dan kawan-
kawannya. Mereka berpendapat bahwa bila tubuh kekurangan zat
tertentu, maka akan menimbulkan sejumlah keadaan tidak seimbang
seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain. Dalam keadaan seperti ini secara
alamiah akan timbul suatu ketegangan dalam tubuh, dan ketegangan ini
akan memuncak jika kebutuhan untuk menghilangkan
ketidakseimbangan tidak terpenuhi.
Konsep drive menjdai konsep tersohor dalam bidang motivasi
sampai tahun 1918. Konsep tersebut sebagai energy yang mendorong
organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Kata drive dijelaskan
sebagai aspek motivasi dari tubuh yang tidak seimbang, semisal
kekurangan makanan mengakibatkan manusia berjuang untuk
menmuakan kebutuhannya agar kembali menjadi seimbang. Sehingga
motivasi di definisikan sebagai suatu dorongan untuk membangkitkan
keluar dari ketidak seimbangan atau tekanan. Drive merupakan
keseluruhan keseimbangan fisologis yang disebabkan oleh kehilangan
26
atau kekurangan kebutuhan komoditas untuk kelangsungan hidup
(Azhari, 2004:72).
e. Teori Lapangan
Teori ini merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari
perilaku motivasi. Teori lapangan ini memfokuskan pada pikiran nyata
seseorang, individu ketimbang insting. Kurf Lewin juga percaya pada
pendapat para ahli psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa
perlilaku itu merupakan fungsi dari seseorang dengan lingkunganya
(Handoko, 1992: 100).
Teori lapangan mengemukakan bahwasanya seorang individu
secara langsung meyadari konsekuensi dirinya terhadap lingkungannya,
sehingga hal itu membuat individu mempunyai motivasi berperan
dalam pergaulan komunitasnya.kebutuhan bisa berbentuk fisiologis
seperti lapar, hau dan seks, kebutuhan akan teman hidup atau pekerjaan.
Karena itu kebutuhan merupakan suatu konsep motivasi dan ekuivalen
dengan istilah motif, hasrat, dorongan dan desakan. Dari kelima teori
diatas, pada dasarnya memiliki banyak persamaan dimana terjadinya
suatu perbuatan, didasari oleh adanya motif yang mendasarinya.
Dimana motif tersebut bisa bersifat intrinsik yang berhubungan dengan
kebutuhan fisologis maupun yang beersifat ekstrinsik dimana
kebutuhan tersebut didasari oleh tekanan dari luar atau penyesuaian
terhadap lingkungan. Tetapi pada dasarnya keduanya hanya bertujuan
27
untuk keseimbangan fisologis demi kelangsungan hidup (Supratikya,
1993: 304).
2.1.4. Macam-macam Motivasi
a. Motif Primer dan Motif Sekunder
Suatu motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses
fisio-konis di dalam tubuh. Motif primer ini bergantung pada keadaan
organic individu , seperti : motif lapar, haus, seks, bernafas, istirahat.
Sedangkan motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman
individu. Bayi yang baru saja lahir jelas tidak mempunyai pengalaman
apapun.
Yang membedakan motif primer dan motif sekunder adalah
bahwa motif primer juga tidak bergantung pada pengalaman seseorang,
sedangkan motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman
seseorang.
b. Motif Mendesak dan Motif Menjauh
Yang disebut motif mendekat adalah bila reaksi terhadap
rangsangan yang datang bersifat mendekati rangsangan. Sedangkan
motif menjauh terjadi bila reaksi terhadap rangsangan yang datang
bersifat menghindari rangsangan atau menjauhi rangsangan yang
datang.
Rangsang yang menimbulkan reaksi mendekat disebut rangsang
positif, sedangkan rangsang yang menimbulkan reaksi menjauh disebut
28
rangsang negatif. Reaksi mendekat maupun menjauh ini dapat diperoleh
dengan pengalaman maupun tanpa pengalaman. Dengan kata lain, yang
menimbulkan reaksi mendekat maupun menjauh itu dapat berupa motif
primer maupun motif sekunder.
Dari keterangan diatas bila digabungkan terjadi tiga golongan
motif yaitu:
- Motif primer mendekat
- Motif primer menjauh
- Motif sekunder menjauh
c. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Jika seseorang bertingkah laku tertentu tetapi orang tersebut tidak
dapat mengatakan motif apa yang menggerakkan tingkah laku itu
disebut motif tidak sadar, sebaliknya jika seseorang bertingkah laku
tertentu dan dia mngerti alasannya berbuat demikian, maka motif yang
melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar.
d. Motif Biogenetis dan Sosiogenetis
1. Motif Biogenetis
Motif Biogenetis merupakan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan demi kelanjutan hidup manusia (Faizah, dkk, 2006:127).
Motif ini merupakan motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan
organisme demi kemajuan kehidupannya secara biologis. Motif
biogenetis sifatnya universal, artinya tidak terikat pada umur, jenis
kelamin, suku, daerah, dan lain-lain.
29
2. Motif Sosiogenetis
Motif sosiogenetis adalah motif yang berhubungan dengan
lingkungan . motif dalam diri manusia dipengaruhi dan dibentuk
oleh banyak faktor, faktor yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan, seperti kebutuhan perlindungan, kedamaian, dan
kebutuhan pada penerimaan masyarakat sekitar (Faizah, dkk, 2006:
127).
Motif ini timbul akibat dari interaksi sosial dengan ornag atau
hasil kebudayaan, dengan kata lain motif ini bergantung pada
hubungan manusia dengan lingkungannya. Secara garis besar motif
sosiogenetis dibagi menjadi dua:
a. Motif Darurat
Dalam bukunya Walgito (2001: 152). Motif darurat timbul
karena keadaan lingkungan sangat mendorong individu untuk
mengambil tindakan darurat yang diperlukan, motif ini muncul
untuk menguasai lingkungan/ menaklukan lingkungan, terutama
untuk membela diri dalam keadaan darurat.
Yang digolongkan motif darurat adalah
- Motif untuk melepaskan diri dari bahaya
- Motif untuk melawan
- Motif untuk mengatasi rintangan
- Motif mengeja
30
b. Motif Obyektif
Adalah motif untuk mengadakan hubungan dengan
lingkungan tanpa terbatas pada keadaan darurat. Yang
digolongkan menjadi 2 yaitu Motif eksplorasi dan Motif
manipulasi
1. Motif eksplorasi : motif untuk memeriksa dan menyelidiki.
Seperti dengan cara memandang dan mengamati secara
teliti, menciumnya, meraba-raba, dan lain-lain.
2. Motif manipulasi : berbuat atau mengerjakan sesuatu
terhadap obyek, terutama berbuat atau mngerjakan dengan
tangan (Shaleh, 2005:138).
Motif manipulasi dapat dimasukkan kedalam motif
eksplorasi, karena kegiatan manipulasi seringkali juga bertujuan
bereksplorasi (Walgito, 2001: 152).
Adapun menurut dalam bukunya Faizah (2006:144). Motif
obyektif ialah motif yang diarahkan kesuatu objek atau tujuan
tertentu. Motif ini timbul karena dorongan dari dalam diri dan
disadari.
31
c. Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif intrinsik diartikan sebagai motivasi yang
pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai
terkandung didalam tujuan pekerjaan sendiri, atau tindakan yang
digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari dalam diri
individu. Contoh : motif ingin tahu, memanipulasi, bernafas,
bergerak, dan motif-motif yang juga termasuk dalam motif
intrinsik lainnya (Soemanto, 1990: 195). Sedangkan motif
ekstrinsik adalah motivasi yang datang karena adanya
perangsangan dari luar, atau tindakan yang digerakkan oleh
suatu sebab yang datang dari luar diri individu. Misalnya: orang
yang bekerja untuk upah yang tinggi, belajar hgiat untuk
mendapat predikat yang baik, dan lain-lain (Shaleh, dkk,
2004:139-140).
2.1.5. Jenis-jenis Motivasi
Menurut pendapat Walgito (1983:224), jenis-jenis motivasi antara
lain:
a. Motif Fisiologis
Dorongan atau motif fisiologis adalah berkaitan denbgan
kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan ekstensinya sebagai
makhluk hidup, pada umumnya berakar pada keadaan jasmani. Misal :
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual,
32
dorongan untuk mendapatkan udara yang segar. Motif ini disebut juga
sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primary
motives) (Sondang, 2004:146).
b. Motif Sosial
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan
sumber banyak perilaku atau perbuatan manusia. Motif sosial adalah
hal yang penting untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku
individu dan kelompok. Motif sosial dibedakan atas:
1) Kebutuhan atas prestasi
2) Kebutuhan untuk berafilasi dengan orang lain
3) Kebutuhan akan kekuasaan
c. Motif Eksplorasi , Kompetensi, dan Self-aktualisasi
1) Motif Eksplorasi dan Wood worth dan Marquis
Motif untuk mengadakan ekplorasi terhadap lingkungan,
disebut motif obyekstif. Menurut Wood worth dan Marquis (1957)
terdapat bermacam-macam motif yaitu:
a) Motif organis : kebutuhan dengan kelangsunganb hidup
organisme. Misal : makan, minum, seks.
b) Motif darurat (emergency motive)
1. Escape motive : motif yang ada pada organisme untuk
melepaskan diri dari bahaya.
2. Motif melawan ( combat motive)
3. Motif untuk mengatasi hambatan (Walgito, 2004: 232-233).
33
2) Motif Kompetensi
Kompetensi ini berkaitan dengan motif intrinsik, yaitu
kebutuhan seseorang untuk kompetensidan menetukan sendiri
dalam lingkungannya. Motif kompentesi dan besifat intrnisik
merupkan hal yang sangat penting karena ini merupakan motivator
yang sangat kuat dari perilaku manusia yang dapat digunakan
untuk membuet seseorang lebih produktif.
3) Motif Aktualisai
Seperti yang telah yang digambarkan dalam pembahasan
sebelumnya bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan
kebutuhan yang tertinggi dalam hirarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow (Sondang, 2004: 158).
Dapat disimpulkan bahwa makna motiVasi dari kata motif
yaitu suatu keadaan yang ada pada individu yang bersifat
psikologis yang mendorong terjadinya suatu tingkah laku untuk
tujuan tertentu. Perebedaan antara motivasi dengan motif adalah
kalau motif bersifat pontesni dasar, sedangkan motivasi adalah
motif atau energy dasar yang sudah menjadi aktif ketika
berhubungan dengan kebutuhan dan tujuan yang diharapkan.
34
2.2. ISTIGHATSAH
2.2.1 Pengertian Istighatsah
Istighatsah artinya doa untuk memohon pertolongan kepada Allah
SWT. (Depdiknas,2005:445). Doa berasal dari bahasa arab yang akar
katanya: da ya du‟u da yang artinya: panggilan, mengundang permintaan,
permohonan, doa, dan sebagainya (Munawir, 2002:402). Berdoa artinya
menyeru, memanggil, atau memohon pertolongan kepada Allah SWT atas
segala sesuatu yang di inginkan. Seruan kepada Allah SWT itu bisa dalam
bentuk ucapan tasbih (Subhanallah), pujian (Alhamdulillah), Istighfar
(Astaghfirullah), atau memohon perlindungan (A’udzubillah), dan
sebagainya. Jadi istighatsah adalah salah satu cara memohon pertolongan
kepada Allah yaitu dengan berdoa dan berusaha agar kesulitan yang kita
hadapi bisa kita atasi.
Dengan kata lain istighatsah merupakan upaya pengharapan dan
permohonan mendalam agar Allah berkenan melapangkan dan mengabulkan
bantuan atau pertolongan dari apa-apa yang diminta oleh hamba-
hamba_Nya, karena kondisi terjepit atau krisis.
Istighatsah secara istilah adalah meminta pertolongan kepada
Allah dalam menghadapi kesulitan dan musibah, dengan do‟a-do‟a yang ada
dalam Al-qur‟an maupun dengan bahasa sendiri (Al-Albani, 1998: 145).
35
1.2.2 Fungsi Istighatsah
Istighatsah merupakan suatu tradisi berdoa masyarakat beragama
dengan mengekspresikan permohonan doanya melalui cara-cara berdoa
yang mustahab (di sukai Allah), yakni dengan dzikir-dzikir dan
mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam doanya. Istighatsah biasanya
diselenggarakan jika kondisi masyarakat atau bangsa mengalami krisis,
yang pengaruhnya sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat
umum, seperti krisis ekonomi dan politik yang sedang dialami bangsa
Indonesia.
Menurut Al-fateh (2003: 59) menyatakan bahwa dzikir
mempunyai hikmah sebagai sarana menghayati kehidupan, sarana
menambah keimanan, pengabdian, kejujuran, ketabahan dan
kematangan cita-cita dalam hidup, sebagai pengendalian diri,
pengendalian nafsu yang sering menjadi penyebab kejahatan.
Sedangkan menurut Atha‟illah (2005: 69), do‟a dan dzikir dapat
memberikan manfaat antara lain:
1) Mengusir, menangkal dan menghancurkan setan.
2) Membuat ridha Allah dan mendatangkan murka syaitan.
3) Membuat ridha Allah dan mendatangkan murka syaitan.
4) Menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatngkan
kegembiraan dan kesenangan.
5) Melenyapkan segala keburukan.
6) Mempererat qolbu dan badan, dan lain-lain.
36
Sentot Haryono (2002:107) menjelaskan bahwa do‟a dan dzikir
dapat menghindari hawa nafsu, karena do‟a dan dzikir itu akan
menjadikan seseorang dapat mengkontrol dirinya sendiri secara
optimal, sehingga dirinya berhati sejuk, tidak gampang emosi dan
berusaha menghindari hawa nafsu, sehingga akan membuat seseorang
tidak takabur dan semakin tawadhu‟.
2.3 KEPRIBADIAN
2.3.1. Pengertian Kepribadian
Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin
“persona” yang berarti “topeng” (Hurlock, 1994: 236). Berdasarkan
pengertian dari kata-kata tersebut para ahli mengemukakan definisinya
sebagai berikut:
a. Jalaludin (2002: 160). Memberi definisi kepribadian adalah
berfungsinya seluruh individu secara organisme yang meliputi
seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah seperti: intelek,
watak, motif dan emosi, minat kesediaan untuk bergaul dengan
orang lain serta efektifitas social pada umumnya. Kepribadian
ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami
secara subyektif oleh seseorang”. Jadi kepribadian menunjuk pada
keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering
digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus
menerus alam hidupnya.
37
b. Pendapat Allport (1937) yang dikutip Suryabrata (2008: 205)
mendifinisikan kepribadian sebagai berikut:
“personality is the dynamic organization within the
individual of those psycho-physical system determine his unique
adjustment to this environment”.
(kepribadian adalah organisasi system jiwa raga yang dinamis
dalam diri individu sebagai sistem psiko-psikis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesesuaikan diri terhadap
lingkungan.
Kalau kita perhatikan definisi Allport itu, tampak bahwa ia
berusaha mengsinteskan atau melibatkan pandangan kontinental dan
pandangan Anglo dari Amerika. Segi “dalam” maupun segi „luar”
kepribadian telah dimasukan kedalam definisi itu.“sistem jiwa raga”
merupakan segi ”dalam” dan “penyesuaian diri” merupakan segi “luar”
dari kepribadian. Kalau dianalisis definisi tersebut, maka kepribadian
adalah:
1) merupakan organisasi dinamik, yaitu sustu kebulatan, keutuhan,
organisasi atu system yang mengikat dan mengaitkan berbagai
macam aspek atau komponen kepribadian. Organisai tersebut
dalam keadaan berproses, selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Sebagai contoh, kepribadian si A walaupun 10
yang lalu dan 10 tahun mendatang adalah tetap si A, akan tetapi A
sekarang berbeda dengan 10 tahun yang lalu dan akan bebeda pula
38
dengan si A 10 tahun yang akan dating. Si A tetap menunjukan
cirri kepribadiannya sebagai suatu organisasi, tetapi ciri-ciri
tersebut mengalami perubahan karena bersifat dinamis.
2) organisasi itu terdiri atas system-sistem “psycho psysical” atau
jiwa raga. Term ini menujukan bahwa kepribadian itu tidak hanya
terdiri dari mental, ruhani, jiwa, atau hanya jasmani saja, akan
tetapi organisasi itu mencakup semua kegiatan bdan dan mental
yang menyatu kedalam keatuan pribadi yang berada dalam
individu.
3) organissi itu menentukan penyesuaian dirinya, artinya menunjukan
bahwa kepribadian dibentuk oleh kecendrungan yang berperan
secara aktif dalam menentukan tingkah laku individu yang
berhubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.
Kepribadian adalah sesuatu yang terletak dibelakang perbuatan
khas yang berbeda dalam individu.
4) penyesuaian diri dalam hubungan dengan lingkungan itu bersifat
unik, khas, atau khusus, yakni mempunyai cirri-ciri tersendiri dan
tidak ada yang menyamainya.
Pribadi manusia adalah suatu perwujudan yang kompleks dengan
“ unsur-unsur” psikis (inteligensi, kemauan, perasaan dan sebagainya),
dan aspek-aspek fisis. Keseluruhan aspek-aspek itu sebagai integritas
organis dengan segala daya kemampuan adaptasi terhadap lingkungan
social dan lingkungan fisis adalah pribadi orang itu. Karena definisi
39
kepribadian berasal daripada dasar pikiran bahwa pribadi itu “
sejumlah unsur-unsur psikis dan fisis, “ maka definisi demikian disebut
omnibus definition,seperti antara lain dikemukakan oleh prince :
“kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan unsur-unsur biologis,
dorongan, kecendrungan, keinginan-keinginan, dan naluri-naluri
individudan juga disposisi-disposisi serta kecendrungan yang berasal
dari pengalaman. “Definisi Onimbus, dengan demikian mengutamakan
unsur-unsur semata-mata, sehingga mengabaikan gejala yang paling
penting didalam kehidupan mental manusia, ialah keharmonisan
(Patty, dkk, 1982:147).
2.3.2. Teori-teori Kepribadian
a. Teori Kepribadian Psikoanalitik Jung
Dasar pemikiran psikoanalitik Jung sebenarnya banyak
persamaanya dengan Freud, yakni sama-sama berbijak pada analisis
ketidak sadaran jiwa manusia. Bahwa unsure tidak kesadaran ini
sangat penting, hal ini tercermin dalam ucapan atau kalimat dalam
buku memories,at dream, reflekction yang ditulis Jung: “Kehidupanku
adalah suatu kisah realisasi dari ketidaksadaran”. Pernyataan Jung ini
semakna dengan pandangan Freud, bahwa energy hidup manusia itu
terdapat dalam ketidaksadaran jiwa, laksana es yang terendam dalam
lautan. Dasar-dasar teori psikoanalitik Jung, antara lain ialah:
40
1. teorinya disebut psikoanalitik, karena mendasarkan ketidaksadaran
jiwa, tetapi mempunyai banyak perbedaan dengan teori Freud.
2. Jung memanda ng manusia dengan menghubungkan teleology
(tujuan) dan kausalitas (sebab-akibat).
3. Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan
rasnya (kausalitas), dan tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi
(teleology). Jadi, faktor-faktor masa lalu dan masa yang akan
datang berpengaruh pada tingkah laku manusia.
4. Bahwa tingkah laku manusia dibimbing baik oleh masa lalu
sebagai aktualitas, maupun masa yang akan datang sebagai
potensialitas.
5. Kepribadian manusia dipandang sebagai prospektif, dalam arti
bahwa Jung melihat ke depan kea rah garis perkembangan sang
pribadi di masa depan, dan retrosprektif lampau. Dalam hal ini
Jung menyatakan, bahwa: “Orang hidup dibimbing oleh tujuan-
tujuan maupun sebab-sebab.
6. Penekanan Jung pada masa depan, menyebabkan teorinya berbeda
dengan teori Freud, yang menekankan pada masa lampau dan
motif-motif atau insting sebagai sebab-sebab utama tingkah laku
manusia.
7. Jung menganggap, bahwa ada perkembangan yang konstan dan
seringkali kreatif, pencapaian kea rah kesempurnaan dan
kepenuhan,serta kerinduan lahir kembali.
41
8. Teori kepribadian Jung juga berbeda dengan teori lainnya, karena
ia sangat menekankan pada dasar-dasar ras, dan filogenetik
kepribadian.
9. Dengan dasar-dasar pikir tersebut di atas, Jung berpendapat,
bahwa kepribadian individu adalah produk dan wadah leluhurnya.
Manusia modern ini dibentuk dan dicetak ke dalam bentuknya yang
ekarang oleh pengalaman-pengalaman komulatif generasi-generasi
masa lampau, yang merentang jauh ke belakang sampai pada asal-
usul manusia yang samar-samar dan tidak diketahui.
10. Jadi, dasar-dasar kepribaian bersifat arkhaik. Primitive, bawaan,
tidak sadar dan mungkin universal (Fudyartanta, 2005:61-62).
b. Teori Kepribadian Freud
Menurut frued kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek,
yaitu:
1) Das Es (the id), yaitu aspek biologis.
2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psychologis.
3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.
Kendatipun ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi,
sifat komponen, prinsip kerja dan dynamika sendiri-sendiri, namun
ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar (tidak
mungkin) untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhaap tingkah laku
manusia; tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama dari tiga
aspek itu (Sujanto, dkk, 2006:59).
42
a) Das Es
Das Es atau dalam bahasa Inggris the Id disebut juga oleh
Freud system der unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis
dan merupakn sistem yang orisinil didalam kepribadian; dari
aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya
juga realita psykhis yang sebenar-benarnya, oleh karena itu Das
Es itu merupakan dunia batin atau dunia subyektif. Das Es
berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis),
termasuk instink-instink; Das Es merupakan “reservior” enersi
psykhis yang menggerakan Das Ich dan Das Uber Ich. Enersi di
dalam Das Es itu dapat meningkat oleh karena perangsang; baik
perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam . apabila
enersi itu meningkat, maka lalu menimbulkan tegangan, dan ini
menibulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak
enak (tidak menyenangkan) yang oleh Das Es tidak dapat
dibiarkan ; karena itu apabila enersi meningkat, yang berati ada
tegangan, segeralah Das Es meredusikan enersi itu untuk
menghilakan rasa tidak enak itu. Jadi yang menjadi pedoman ini
disebut FREUD “Prinsip kenikmatan” atau “Prinsip keenakan”.
Untuk menghilangkan ketidak enakan dan mencapai
kenikmatan itu das Es mempunyai dua cara (alat proses) yaitu:
1. Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti misalnya bersin,
berkedip, dan sebagainya.
43
2. Proses primer, seperti misalnya orang lapar membayangkan
makanan.
Akan tetapi jelas bahwa cara “ada” yang demikian itu
tidak memenuhi kebutuhan; orang yang lapar tidak akan menjadi
kenyang dengan membayangkan makanan. Karena itu maka
perlulah (merupakan keharusan kodrati) adanya sistem lain yang
menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif . sistem yang
demikian itu adalh das Ich.
b) Das Ich
Das Ich atau dalam bahasa Inggris the Ego disebut juga
system der-Bewussten Verbewussten. Aspek ini adalah aspek
psikologis dari pada kepribadian dan timbul karena kebutuhan
organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (Realitas).
Di dalam berfungsinya, das Ich berpegang pada “Prinsip
kenyataan” atau “prinsip realita” dan bereaksi proses sekunder.
Tujuan realitas prinsip itu ialah mencari objek yang tepat (serasi),
untuk mereduskusikan tegangan yang timbul dalam organisme.
Proses sekunder itu adalah berfikir realitis; dengan
mempergunakan proses sekunder das Ich merumuskan suatu
rencana untuk pemuas kebutuhan dan menguinya atau mentes-
nya (biasanya dengan suatu tindakan) untuk mengetahui apakah
44
rencana itu berhasil atau tidak. Perbuatan ini secara tehnis
disebut”reality testing”.
Das Ich dapat pula dipandang aspek eksukutif dari pada
kepribadian, oleh karena das Ich mengkontrol jalan-jalan yang
ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi
serta cara-cara memenuhinya, serta memilih objek-objek yang
dapat memenuhi kebutuhan; didalam menjalankan fungsi ini
sering kali das Ich harus mempersatukan pertentangan-
pertentangan antara das Es dan das Ueber Ich dan dunia luar.
Namun haruslah selalu diingat, bahwa das Ich adalah derivat dari
das Es dan timbul untuk kepentingan kemajuna das Es dan bukan
untuk merintangnya; peran utamanya ialah menjadi perantara
antara kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan
lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
c) Aspek Das ueber Ich
Das Ueber Ich adalah aspek sosiologis dari pada
kepribadian, merupakan wakil dari nili-nilai tradisional serta cita-
cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-
anaknya, yang di masukan (diajarkan) dengan berbagai perintah
dan larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan kesempurnaan
daripada kesenangan; karena itu das Ueber Ich dapat pula
dianggap sebagai aspek moral dari pada kepribadian. Mekanisme
yang menyatukan sistem tersebut kepada pribadi disebut
45
introveksi. Jadi das Ueber Ich itu berisikan dua hal, ialah
“conscientia” dan Ich-Ideal. Conscietia menghukum orang
dengan memberikan rasa dosa, sedangkan Ich-ideal menghadiahi
orang dengan rasa bangga akan dirinya. Dengan terbentuknya das
Ueber ich ini maka kontrol terhadap tingkah laku yang dulunya
dilakukan oleh orang tuanya (atau wakilnya) menjadi dilakukan
oelh pribadi sendiri, moral yang dulunya heteronom lalu menjadi
otonom.
Adapun fungsi pokok daripada das ueber Ich itu dapat
kita lihat dalam hubungan dengan ketika aspek dari kepribadian
itu yaitu:
1. Merintangi implus-implus das Es, terutama implus-imlpus
sexuil dan agresif yang pernyataanya sangat ditentang oleh
masyarakat.
2. mendorong das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang
irrealistis dari pada yang realistis.
3. mengejar kesempuranaan.
Jadi das Ueber Ich itu cendrung untuk menentang baik
das Ich maupun das Es dan membuat dunia menurut konsepsi
yang ideal (Sujanto, 2006: 59-62).
c. Teori Kepribadian Raymon Cattell
Sistematikanya teorinya sangat kompleks, oleh karena menurut
pendapatnya, deskripsi tentang kepribadian haruslah kompleks
46
selengkap-lengkapnya, yaitu harus dengan usaha menyerasikan
berbagi informasi yang didapat dri berbagai metode, baik yang berasal
dari penelitian klinis maupun yang berasal dari percobaan-percobaan
non klinis.
Tetapi ia mengakui bahwa hasil penelitiannya belum seperti yang
diharapkan, sehingga untuk mendifinisikan kepribadian itu masih
sederhana sekali, sebagai berikut:
Personality is that which permits a prediction of what a person will
do in a given situation.
Berdasarkan definisinya itu maka tujuan dari pada penelitian
tentang kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum yang akan
dilakukan oleh orang-orang dalam berbagai situasi dan lingkungan.
Jadi masalah kepribadian adalah masalah berbagai aktivitas individu,
baik yang nampak maupun yang tidak nampak.
Pendapat Cattell itu dapat dipahami dengan cara memahami
beberapa pokok penelitian tentang hal-hal yang dipergunakan sebagai
dasar penyusunan. Yaitu: Trait, Erg, Meta Erg, Subsidiation, self, dan
Spectification equation.
1. Trait, (sifat)
Adalah pengertian yang sangat pokok daripada
pendapatnya, sedang yang lain itu hanyalah bentuk-bentuk
khususnya saja. Menurut Cattell, trait adalah suatu struktur mental,
suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat di
47
amati, untuk menujukan keajegan atau ketetapkan dari pada
tingkah laku itu. Trait dibedakan atas:
A= Common trait dan unique trait,
B= Surface trait dan sourse trait,
AA= Common trait, (sifat umum), adalah sifat yang dimiliki oleh
sekelompok individu yang berbeda didalam lingkungan yang
sama.
AB= Unique trait (sifat khusus), adalah sifat yang hanya dimiliki
oleh seseorang dan tidak dimiliki oleh seseorang dan tidak
dimiliki oleh individu lain dalam bentuknya yang semacam
itu.
Sifat khusus ini dibedakan lagi atas relatively unique dan
inrinsically unique.
ABA= Relativelly unique, adalah sifat khusus yang timbul dari
pengaturan unsur-unsur sifat itu, sedang
ABB= Intrinsically unique, adalah sifat khusus yang benar-benar
hanya pada seseorang tertentu.
BA= Surfance trait, adalah sifat yang terbentuk dari variabel-
variabel yang nampak. Disebut juga sifat permukaan.
BB= Sourse trait, (sifat asal) adalah variabel-variabel yang
mendasari berbagai manifestasi yang nampak. Dalam hal ini
Cattell berpendat bahwa sifat asal lebih penting dari pada
sifat permukaan. Sifat permukaan adalah dari panduan antara
48
dasar lingkungan. Sedang sifat asal dibedakan atas:
counstitusional traits dan environmental mold traits. Yang
pertama besumber pada berfungsinya dasar atau konstitusi,
sedang yang kedua bersumber pada berkerjanya lingkungan.
Berasarkan modalitas ekprsinya, sifat dapat dibedakan
atas: dinamic trait, ability trait dan temperment traits.
Suatu sifat disebut dinamic traits, bila berfungsinya
berhubungan dengan perbuatan untuk mencapai tujuan.
Suatu traits disebut ability traits, bila ekspresi sifat tersebut
berhubungan dengan efektif atau tidaknya seseorang
dalam mencapai tujuan tertentu.
Suatu sifat disebut temperament trait, bila eskpresi sifat
tersebut berhubungan dengan aspek konstitusional.
Misalnya enersi kecepatan, reaktivitia emosional.
Diantara ketiganya itu, yang dikupas lebih lanjut oleh
Cattell adalah Dynamic traits, sebab trait inilah yang paling mudah
berubah, yang karenanya paling menentukan varibilita tingkah
laku, jadi juga variabilita kepribadian.
Suatu soal yang penting, ialah bagaimanakah kita
menjabarkan sifat-sifat itu dari empiri. Sebab kita tahu bahwa sifat-
sifat itu tidak seluruhnya dapat dan sudah kita alami. Hal ini dapat
kita lakukan dengan jalan menjabarkan sifat-sifat tersebut. Baik
sifat-sifat asal, maupun sifat-sifat permukaan, dari empiri.
49
a) Penjabaran dari sifat empiri, dari segi metodologi secara kasar
bisa dibedakan adanya tiga macam cara pendekatan dalam
pengukuran kepribadian, yaitu: 1life – record, self – rating,
obyektive test
1) Life-record, adalah catatan tentang tingkah laku dalam
situasi kehidupan sehari-hari. Untuk menilai ini dapat
misalnya dipergunakan behavioral rating.
2) Self-rating, adalah catatan yang dipergunakan untuk
melengkapi data yang diperoleh dengan metode life record .
self-rating boleh dikatakan sebagai interior dari pada yang
dapat diobservasikan secara obyektif dengan life record.
3) Obyektive tets, berupa observasi-observasi terhadap
individu dengan situasi yang dengan sengaja diciptakan
secara khusus, supaya dapat dibuat suatu ramalan tentang
tingkah laku individu tersebut. Dalam situasi yang lain.
b) Penjabaran dari sifat permukaan dari empiri
Untuk menemukan sifat permukaan ini Cattell
mengadakan penyelidikan yang ekstensif sekali, dan bertolak
dari sejumlah besar dari sifat-sifat yang diambilnya dari kamus.
Dari semua sifat yang pernah disebutkan dalam kamus, dicari
kenyataanya dalam empiri. Untuk sampai pada penyelesaian
pengolahan bukan dipakai analisa faktor, melainkan dengan
metode korelsi biasa (Sujanto, 2006:120).
50
2. Erg.
Bila dikatakan dengan cara yang sederhana, erg adalah
counstitusional, dynamic, sourse traits, pengertian inilh yang
memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menunjukan
pentingnya faktor dasar dalam tingkah laku yang oleh kebanyakan
ahli diabaikan. Erg, ii dapat dibedakan atas empat bagaian pokok,
yaitu: Response perseptual, Response emosional, Tindakan
instrumental untuk mencapai tujuan, dan Pencapaian tujuan itu.
Jika kedua hal yang terakhir itu digabungkan maka maka
pendpat Cattell ini lalu sama dengan pendapat-pendapat lain yang
bersifat trichotomis, terutama mirip sekali dengan pendapat Mc.
Dougall, yang mengatakan bahwa tiap tindakan yang selalu
mempunyai tiga aspek. Yaitu aspek-aspek cognitive, affectif dan
conetive. Jadi kalau dikatakan secara ringkas, erg adalah disposisi
kepribadian yang dibawa sejak lahir, yang terdiri atas tiga
komponen (cognitive, affectif, conative) yang ketiga-tiganya
mendasari kepribadian (Suryabrata, 2008: 83).
3. Metaerg
Kalau dikatakan secara ringkas, metaerg adalah
enviromental modsdynamic sourse trait. Jadi metaerg ini
bersesuaian dengan erg., hanya saja metaerg ini bukan determinant
konstitutional, melainkah adalah hasil dari pada faktor pengalaman-
pengalaman atau socio kulturil. Jelasnya, kalau erg itu sudah
51
dibawa sejak lahir, maka metaerg itu terbentuk didalam
perkembangan individu. Yang termasuk dalam metaerg ini adalah
segala dorongan, misalnya: sentiment, interest attiude. Dan diantara
yang terpenting adalah sentiment (Sujanto, dkk, 2006: 121).
4. Subsidiation
Pengertian subsidiation ini mirip sekali dengan pengertian
struktur hierarchis pada EYSENCK. Saling berhubungan antara
berbagai susunan yang hierchis itu, yang didalam istilah Casttell,
dikatakan sesuaatu sifat subsidair atau instrumental terhadap sifat
lain dalam pencapaian sesuatu tujuan. Jadi untuk memahami saling
hubungan antara sifat-sifat tersebut harus sangkutkan dengan
sesuatu tujuan tertentu, yang merupakan puncak dari pada susunan
hierarchis itu (Fudyartanta, 2005: 43).
5. Self
Diatas telah dijelaskan segi dynamic dari pada kepribadian,
yaitu struktur sifat-sifat serta interaksinya,. Namun masih ada lagi
hal yang perlu dikemukakan, yaitu bagaimana struktur tersebut,
diorganisasikan dan dijamin stabilitasnya. Dengan kata lain harus
ada aspek yang mengorganisasikan struktur teersebut serta
menjamin stabilitasnya. Aspek ini adalah Self. Pendapat Cattell
tentang self ini mirip dengan pendapat Frued tentang Ego dan
mirip dengan pendapat Mac Dougall tetang sentiment of self
regarg.
52
6. Spesification Equation
Masalah ini sebenarnya adalah masalah yang terlalu teoritis.
Yang kenyataanya jauh dari jangkauan kemampuan kita. Adapun
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Dalam keadaan yang ideal, dimana si ahli psikologi
mengenal segala variabel yang relavan, yang mempengaruhi
tingkah laku serta mempunyai alat pengukur yang bener-bener
tepat untuk mengukur variabel-variabel tersebut maka tingkahlaku
individu dalam situsi tertentu akan dapat diramalkan. Tiap orang
telah mengetahui bahwa tingkahlaku itu merupakan hasil dari
dalam dan pengaruh luar. Tapi orang yang tidak tau adalah
bagaimana menentukan faktor-faktor tesebut dan bagaimana
pengukuranya. Dan Cattell memberitahu kepada kita tentang hal ini
(Sujanto dkk, 2006:117-123).
2.3.3. Tipologi Kepribadian
a. Tipologi Kant dan Neo-Kantianisme
Biasanya orang mengenal Immanuel Kant serta pengikut-
pengikutnya, tokoh-tokoh Kant dan Neo-Kantianisme dalam
lapangan filsafat. Namun, seperti yang telah dikemukakan,
Characterologie di Jerman, mula-mula jadi monopolinya ahli-ahli
filsafat dan ahli-ahli pendidikan, dan baru kemudian menjadi tema
pembahasan ahli-ahli psikologi. Demikianlah Kant berserta
53
pengikut-pengikutnya banyak juga berbicara tentang kepribadian
manusia.
1. Tipologi Kant
Kant mencakup kedua arti pengertian watak (character),
yaitu:
a). Watak dalam arti etis atau normatif, yang utama dikupasnya
dalam “kriktik der praktischen Vernunft” dan
b). Watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang
yang satu dengan orang yang lain secara khas (watak dalam
arti deskriptif atau kepribadian), yang terutama dikupasnya
dalam “Anthropologie”.
Disamping yang dua hal itu Kant mengemukakan kualitas
yang ketiga, yaitu Temperament, temperament dianggapnya
sebagai corak kepekaan atau sinneart, sedangkan character
dipandangnya sebagai corak pikiran atau Denkungsart.
Selanjutnya temperament dianggapnya mengandung dua aspek,
yaitu:
1. Aspek fisiologis, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau
susunan cairan-cairan jasmaniah; dan
2. Aspek psikologis, yaitu kecendrungan-kecendrungan
kejiwaan yang disebabkan oleh komposisi darah.
Selanjutnya aspek psikologi ini terdiri dari dua macam
temperament, yaitu:
54
a) Teperament perasaan, yang mencakup dua tipe
temperament, yaitu: sanguinis, dan lawannya =
melancholis;
b) Teperament kegiatan, yang mencakup dua tipe temperament
pula, yaitu: choleris, dan lawannya = phelagmatis
Selanjutnya Kant Mencandra temperamen-temperament
tersebut sebagai berikut:
1. Temperament sanguinis (orang dengan darah ringan)
Temperament ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat
menerima kesan (pengaruh kejiwaan) tapi tidak mendalam
dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini
adalah :
Suasana perasaannya selalu penuh harapan, segala sesuatu
pada suatu waktu dipandangnya penting, tapi sebentar
kemudian tidak dipikirkannya lagi, sering menjanjikan
sesuatu tapi jarang menepatinya, karena apa yang dijanjikan
itu tak terpikirkan secara mendalam apakah dia dapat
memenuhinya atau tidak.
Dengan senang menolong orang lain tapi tidak dapat
dipakai sebagai sandaran.
Dalam pergaulan peramah dan periang
Umumnya bukan penakut tapi kalau salah sukar bertaubat,
dia menyesal tapi sesal itu lepas lenyap.
55
Mengenai soal “zekelijk” lekas bosan, tapi mengenai soal
permainan atau hiburan tak jemu-jemunya.
2. Temperament melancolist (orang dengan darah berat)
Sifat-sifat khas temperament ini adalah :
Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dipandangnya
penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau
kebimbangan.
Perhatian utama tertuju kepada segi kesukaran-
kesukarannnya.
Tidak mudah membuat janji, karena dia akan berusaha
menepati janji yang telah dibuatnya, tapi hal ini
dilakukannyatidak atas pertimbangan moral melainkan
karena kalau tidak menepati janji itu sangat merisaukan
jiwanya, hal ini juga menyebabkan dia kurang percaya dan
tidak mudah menerima keramahtamahan orang lain.
Suasana perasaannya umumnya juga bertentangan dengan
suasana perasaan sanguinicus, hal ini menyebabkan
mengurangi kepuasan akan keadaannya, dan kurang dapat
melihat kesenangan orang lain.
3. Temperament choleris (orang dengan darah panas)
Sifat-sifat khas golongan temperament ini adalah :
Lekas terbakar tapi tidak lekas padamatau tenang, tanpa
membenci.
56
Tindakan-tindakannya cepat tapi tidak konstan.
Selalu sibuk, tapi dalam kesibukannya itu dia lebih suka
memerintah dari pada mengerjakannya sendiri.
Nafsunya yang utama adaah mengejar kehormatan, suka
sibuk dimata orang banyak dan suka dipuji secara terang-
terangan.
Suka pada sikap semu dan formal
Suka bermurah hati dan melindungi, tapi hal ini
dilakukannya bukan karena dia sayang pada diri sendiri,
sebab dengan berbuat demikian dia akan mendapatkan
penghargaan.
Dalam berpakaian selalu cermat dan rapi, karena dengan
demikian itu dia nampak lebih cendekia dari pada yang
sebenarnya.
4. Temperament phlegmatis (orang dengan darah dingin)
Phlegma berarti ketidak lembaman, jadi berarti tidak malas.
Phlegma sebagai kelemahan adalah kecenderungan ke arah
ketidak pekaan, alasan yang kuat tidak membuatnya cukup
untuk merngsangnya dalam bertindak, ketidakpekaan ini
menyebabkan adanya kecenderungan ke arah kejemuan dan
mengantuk, phlegma sebagai kekuatan sebaliknya merupakan
sifat yang tidak mudah bergerak tapi kalau sudah bergerak lalu
tahan lama. Sifat-sifat khas golongan temperament ini adalah :
57
Lambat menjadi panas, tapi panasnya itu tahan lama.
Tidak mudah marah
Darah yang dingin itu tidak pernah dirisaukannya
Cocok untuk tugas-tugas ilmiah
Dengan sengaja pencandraan kant ini dikemukakan dengan
agak mendetail, karena pencandraan ini nanti akan besar pengaruhnya
terhadap ahli-ahli yang lebih dikemudian. Dalam pada itu ada satu hal
lagi yang perlu dikemukakan, yaitu masalah temperament campuran,
menurut kant temperament campuran itu tidak ada, karena :
a) Temperament-temperament yang bertentangan tak munkin
berkombinasi , jadi tidak akan ada kombinasi antara melancholis
dan sanguinis, ataupun antara choleris dengan phlegmatis.
b) Kombinasi-kombinasi yang lain , seperti kombinasi antara
sanguinis dan choleris, ataupun melancholis dengan phlegmatis
akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.
b. Tipologi Neo-Kantianisme
Salah seorang Neo-kantianis yang terkenal adalah Enselhans.
Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah :
Characterbildung (1980). Berbeda dari kant, dia membatasi
temperament pada segi perasaan saja, sebab dia berpendapat
memang hanya itulah yang ada, apa yang disebut kant temperament
itu menurut dia pada hakekatnya adalah konstitusi afektif yang
menentukan kegiatan dalam hubungan dengan kehidupan kemuan.
58
Kapribadian (character) orang nampak dari tindakan-tindakannya
dan tindakannya itu selalu tindakan kemauan, sedangkan kemauan
itu adalah penjelmaan dari pada temperament.
Adapun temperament itu tergantung pada 2 hal pokok, yaitu
a) Kepekaan kehidupan afektif, yaitu mendalam dan tidaknya
pengaruh perangsang
b) Bentuk kejadian afektif dan ini tergantung pada 2 hal, yaitu:
mobilitas perasaan, dan kekuatan perasaan.
Kedua hal diatas itu, yaitu kepekaan kehidupan afaektif
dan bentuk kejadian afektif, menimbulkan kekuatan penggerak
dari pada perasaan, dan selanjutnya ini merupakanimplus dari
motif kemauan.
Dalam pada itu Enselhans mengemukakan adanya dua
aspek watak (Character), yaitu:
(a) aspek formal, yang mencakup sifat-sifat:
konsequenz (konsekuen), yang menggambarkan
keseragaman tindakan-tindakan,
kekuatan (kemauan)
keuletan
kebebasan
(b) aspek material , yaitu arah dari pada kemauan, atau lebih
jelasnya arah tindakan apakah arah tindakan itu baik ataukah
buruk (Suryabrata, 2008: 55-61).
59
c. Tipologi Siguad
Menurut bukunya Sujanto dkk, (2006:23). Galenus
menyusun tipologinya berdasarkan atas empat macam cairan
terdapat didalam tubuh manusia, maka Siguad, menyusun
tipologinya atas dasar empat macam fungsi tubuh, yaitu: Motorik,
Pernafasan, Pencernaan, dan Susunan syaaraf sentral.
Fungsi fisiologis yang manakah yang terkuat pada
seseorang, disitulah orang digolongkan. Karena itu Siguad juga
menggolongkan manusia atas empat golongan yaitu:
a. Orang yang kuat fungsi motoriknya, termasuk tipe maskuler,
dengan ciri-cirinya, anggota badannya serba panjang, berspir
dan serba bersudut.
b. Orang yang kuat pernafasannya, termasuk tipe respiratoris,
dengan ciri-cirinya, bentuk dadanya membusung, wajahnya
lebar.
c. Orang yang kuat pencernaannya, termasuk tipe degestif, dengan
ciri-cirinya, perutnya besar, pinggangnya lebar.
d. Orang yang kuat susunan syaraf sentralnya, termasuk tipe
serebal, dengan ciri-cirinya, langsing, tulang tengkoraknya
bagian atas besar sekali.
2. T
60
2.4. HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPRIBADIAN DALAM
PERSPEKTIF DAKWAH
2.4.1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara bahasa mempunyai makna bermacam-
macam;
,memanggil dan menyeru : النداء .1
2. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar atau yang
salah, yang positif atau negatif.
3. Suatu usaha berupa perkataan atau pun perbuuatan untuk
menarik seseorang kepada suatu ailiran atau agama tertentu.
4. Do‟a (permohonan),
5. Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’a bi as-syai’ yang
artinya meminta dihidangkan ataudidatangkan makanan atau
minuman.
Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
menentukan dan mendefinisikan dakwah. Sebagian ulama seperti
yang diungkapkan oleh Muhammad Abu al-Futut dalam kitabnya al-
Madkhal ila ilm ad-Da’wat mengatakan, bahwa dakwah adalah
menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang
telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.Sebagian lagi
menganggap dakwah sebagai ilmu dan pembelajaran (ta‟lim)
(Faizah, dkk, 2006: 4-6).
61
Dari sekian definisi dakwah yang telah dipaparkan, melihat
para ulama sepakat bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk
menyampaikan dan mengajarkan serta memperaktekan ajaran Islam
di dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah mengandung pengertian
sebagai suatu kegiataan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan,
tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berancana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individu mapun secara kelompok agar supaya timbul dari dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan. Dengan
demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada ajakan,
dorongan, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk
menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk
keuntungan pribadiannya sendiri, bukan untuk kepentingan juru
dakwah/juru penerang.
2.4.2 Peranan Motivasi Dalam Proses Dakwah
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu
menggerakan, mengarahkan, dan menompang tingkah laku manusia.
Motivasi mengarahkan tingkah laku individu kearah suatu tujuan
untuk menjaga dan menompang tingkah laku, lingkungan sekitar
62
harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu tersebut.
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai
tujuan tertentu. Tujuan motivasi seorang Da’i adalah menggerakan
atau mengacu objek dakwah (Mad’u) agar timbul kesadaran yang
membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah tercapai.
Dalam proses dakwah diharapkan seorang Da’i mampu menggerakan
atau menimbulkan kekuatan dalam diri Mad’u dan memimpin Mad’u
untuk bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang disampaikan.
Selanjutnya seorang Da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku
Mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menompang tingkah
laku Mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan
dorongan-dorongan tersebut (Faizah, 2006: 125-126).
Dengan demikian maka esensi dakwah adalah terletak pada
ajakan, dorongan (motivasi), rangangan serta bimbingan terhadap
orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran
demi untuk kepentingan pribadinya sendiri, bukan untuk
kepentingan juru dakwah/juru/penerang (Arifin, 2000: 6).
63
2.4.3. Pendekatan Dakwah Dalam Pembentukan Kepribadian
Pendekatan system (system approach) adalah pendekatan yang
dipergunakan dalam aktivitas dakwah. Artinya aktivitas dakwah
tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor tertentu
(Faizah dan Effendi: 70). Dalam pembentukan kepribadian
seseorang manusia, faktor intern (bawaan) dan faktor ekstern
(lingkungan) saling mempengaruhi, pribadi terpengaruh lingkungan
dan lingkungan terubah oleh pribadi. Faktor intern yang ada dalam
pribadi manusia terus berkembang, dan hasil perkembangannya
dipergunakan untuk mengembangkan pribadi tersebut lebih lanjut.
Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan
oleh beberapa aspek:
1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat-sifat
manusia yang penakut, pemarah, suka bergaul, peramah,
sombong, dan sebagainya.
2. Inteligensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup
kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berpikir,
kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
3. Pengetahuan (knowledge).
4. Keterampilan (skill).
5. Nilai-nilai (values).
6. Peranan (roles).
64
Berdasarkan uraian diatas, maka dakwah dapat difinisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari/membahas
tentang segala gejala hidup kijiwaan manusia yang terlibat dalam
proses kegiataan dakwah.
Oleh karenanya dalam proses kegiatan dakwah dimana
sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai
mahluk sosial. Didalamnya melibatkan sikap dan kepribadian para
juru dakwah/penerang agama dalam menggarap sasaran dakwah
yang berupa manusia hidup yang punya sikap dan kepribadian
(Arifin, 2000: 17).
65
BAB III
PELAKSANAAN ISTIGHATSAH KUBRO
DI PONDOK PESANTREN ATTAUHIDIYYAH TEGAL
MOTIVASI DAN DAMPAKNYA PADA JAMA’AH
3.1 Tinjauan Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal
3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Cikura-Bojong-Tegal
Awal berdirinya pondok pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal, bermula dari gubug kecil atau pondok kecil yang
mengajarkan kepada santrinya ilmu agama, yaitu tentang ketauhidan.
Beliau adalah KH. Armia bin Kyai Kurdi, karena sosok seorang
Waliyullah sekaligus Ulama Besar, beliau bertegad untuk mengajak
masyarakat setempat untuk belajar ilmu agama, karena pada waktu itu
sangat memperhatinkan melihat suasana dan kondisi masyarakat yang
mengarah pada perubahan maksiat melanggar norma-norma agama
seperti tradisi sambung ayam dan mempercayai bahwa dukun dan
benda di sekelilingnya dapat membawa berkah.
KH. Armia merubah kebiasaan masyarakat dari kebiasaan
buruk menggantikanya dengan sentuhan religius yang
menumbuhkan kesadaran dan mengakui segala sesuatu yang dilakukan
adalah dilarang tuhan. Kemudian langkah yang diterapkan oleh KH.
Armia mengadakan pembinaan spiritual dengan pengajaran keagamaan,
66
serta selalu mengajarkan tentang sopan santun, budi pekerti, etika agar
adzab yang mereka gunakan baik. Beliau pun selalu menuturkan
tentang rukun islam seperti, syahadat, shalat wajib lima waktu, puasa,
zakat dan haji, dan menuturkan tentang rukun iman.
Beliau adalah seorang waliyullah yang memperjuangkan
penyiaran agama Allah terutama ilmu tauhid. Akhlak ke arifan dan
ilmu agama yang dikuasainya membuat pengikut ajaran KH. Armia
semakin banyak dan kuat kepercayaanya bahwa tuhan itu satu, ada,
kekal tidak bisa dilihat tapi bisa di yakinkan melalui iman.
Diceritakan oleh Al-habib Abdurrahman bin Habib Abdullah
Bilfaqih, beliau adalah pengasuh Pondok Pesatren Darul Hadits Al
faqihiyyah Malang dan murid dari KH. Sa’id bin KH.Armia, sewaktu
beliau belum menjadi murid KH. Sa’id beliau melihat dengan mata
batin sebuah cahaya yang memancar keatas menembus kelangit dari
satu tempat, karena penyasaran beliau mencari sumber cahaya dari
berbagai daerah seperti Semarang, Demak, Pekalongan, hingga
sampailah beliau di Desa Cikura Bojong Tegal Jawa Tegah dan cahaya
tersebut berasal dari pemakaman umum. Beliaupun bertanya siapa yang
di makamkan disana? Amalan apa yang meyebabkan maqom tersebut
menglauarkan cahaya hingga menembus ke langit. Dan makam tersebut
adalah maqom KH. Armia bin Kyai Kurdi, seorang ulama yang selalu
mengajarkan kepada masyarakat sekitar tentang tauhid Kitab yang di
67
kaji Imam Sanusi (Haul Almagfurah Al marhum KH. Armia Bin KH.
Kurdi, tausiyah KH. Achmad Sa’idi Bin KH. Sa’id, Januari: 2010).
Karena mengetahui ada salah satu makam waliyullah yang telah
memperjuangkan penyiarkan agama Allah, maka di dirikanlah pondok
pesantren Attauhidiyyah Cikura Bojong Tegal, ciri khas yang
membedakan dari pesantren ini pendalaman dalam bidang ilmu tauhid
di antaranya karya sayyid Abi Abdillah Muhammad bin Yusuf Sanusi
Al Khasani atau lebih dikenal dengan Imam Sanusi dan kitab-kitab
tauhid lainnya seperti Nuruzh Zholam, Kipayatul Awam, dan kitab
Ta’lim Mumtadiin karya KH. Sai’id bin KH.Armia.
3.1.2 Letak Geografis Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal
Lokasi Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura Bojong Tegal
yang terletak di dataran tinggi, yaitu posisinya di daerah pegunungan
tidak jauh dari objek wisata Guci Tegal Provinsi Jawa Tengah. Secara
geografis letak pondok pesantren ini cukup strategis, melihat
kondisinya gampang di jangkau dari berbagai penjuru seperti arah
Timur dari Kabupaten Slawi-Tegal, arah dari barat Bumiayu -
Kabupaten Brebes, dan arah yang menuju objek wisata Guci yang
secara otomatis melewati arah jalur yang menuju ke Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
68
Berdasarkan observasi penulis (02 Januari 2010), letak pondok
pesantren ini berada di daerah yang udaranya segar, tanahnya subur dan
di tumbuhi banyak pepohonan jati dan cemara yang rindang sehingga
terhindar adanya tanah longsor dan suasananya tenang, serta jauh dari
keramaian kota.
Sebelum kemerdekaan, Desa Cikura ini dulunya adalah hutan
rimbat tidak berpenghuni hanya sebagian satu atau dua gubug kecil,
pada waktu itu jalannya masih berkrikil dan berbatu, karena siklus
perubahan zaman dan padatnya penduduk lambat laun mereka mulai
mengungsi di Desa Cikura akhirnya bertambah ramai dan jadilah
perkampungan Dusun Cikura, maka munculah berbagai fasilitas yang
mendukung keramaian Kelurahan Cikura seperti perbaikan jalan,
masuknya angkutan desa, masuknya PLN, TELKOM, PDAM, Stasiun
Televisi, Stasiun Radio, Tower, Hydrat umum, POM Bensin, beberapa
toserba, serta kios-kios yang menyediakan sembako, benar-benar telah
merubah kelurahan cikura menjadi kelurahan yang ramai ( Wawancara
Ust. Arif, 25 Oktober 2010).
Dari yang peneliti amati (31 Desember 2010 – 02 Januari 2011),
kepribadian penduduk setempat bisa dijadikan bahan panutan, karena
keramah-tamahannya dan kesopanannya. Dalam memberikan jamuan
terhadap tamu tidak segan-segan semua fasilitas yang ada dalam rumah
baik itu berupa makanan, fasilitas penginapan maupun kamar mandi
mereka layani. Mereka beranggapan bahwa semua orang adalah
69
bersaudara, maka perlu adanya saling tolong-menolong, saling
mengasihi dan saling memberi kepada orang lain. Kegotong-royongan
dalam pembuatan masjid, selokan air, jalan, perlu kita jadikan contoh,
mereka berbondong-bondong berkerja sama tanapa pamprih dengan
semangatnya sambil membawa peralatan lengkap dengan cucuran
keringat tapi mereka pantang menyerah sebelum tanda bedug adzan
duhur tiba, setelah adzan dhuhur berkumandang mereka beristirahat
sejenak melaksanakan shalat dhuhur dilanjut lagi sampai waktu asyar
tiba. Penulis mengamati dari perkampungan mereka biasa-biasa saja,
rumahnya masih dibuat dari dinding bambu, adapun yang dibuat dari
lempengan kayu walaupun sebagian banyak sudah ada yang berdinding
semen, pasir. Tapi perekonomian mereka tercukupi, seperti kebutuhan
rumah tangga, kebutuhan pendidikan. Kebanyakan dari sumber
pencarianya adalah petani dan warteg walaupun sebagian merantau
berkerja di Jakarta, dan berkerja di perusahan-perusahan ternama. Jadi
perkampungan cikura dan sekitarnya tidak ada yang menganggur.
3.1.3. Sekilas Tentang Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-Talang-
Tegal
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-Talang-Tegal yang
megah seperti sekarang ini merupakan hasil perjuangan syiar guru-guru
besar pengasuh pondok pesantren Attauhidiyyah. Di bawah ini akan
70
dipaparkan beberapa urutan para pengasuh Pondok Pesantren
Attauhidiyyah dan juga berdasarkan tahun kepemimpinannya.
3.1.3.1. KH. Abu Ubaidah
Sekitar tahun 1870 M, KH. Abu Ubaidah mendirikan
Pondok Pesantren yang pada mulanya terletak di komplek
Masjid Ubaidillah Giren Talang Tegal, yang sekarang
digunakan sebagai Madrasah Attauhidiyyah dan sebagaian
untuk Pondok Pesantren Putri meneruskan estafet perjuangan
dari pendahulunya yaitu Mbah Giri, dimana sebagian orang
mengatakan bahwa Mbah Giri adalah kerabat dari Sunan Giri,
atau bahkan Sunan Giri itu sendiri (Sumber Ust. Purwanto, 23
Maret 2011).
Beliau sejak muda termasuk orang yang tekun menuntut
ilmu agama, dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Di antara
Guru Besar Beliau adalah syeh Ubaidillah di Jawa Timur dan
Mbah Anwar, Lemah duwur, Mbah Anwar adalah salah satu
Ulama Besar dari Jawa yang menetap dan mengembangkan
ilmunya di Nakah Almukaromah hingga maqom beliau juga
terdapat di sana. Selain KH. Abu Ubaidah Ulama yang pernah
menimba ilmunya adalah KH. Arima, Kyai Ramdlon dan KH.
Sholeh Pekuncen. KH. Ubaidah juga pernah nyantri di Mbah
Cholil Bangkalan. Bahkan beliau temasuk salah satu santri yang
71
dipercaya oleh Mbah Cholil untuk ikut mengajar di pondok
tersebut, yang menurut kabarnya santri yang pernah di didik
oleh beliau adalah KH. Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng.
Sepeninggal Beliau pada tanggal 15 jumadil Tsani,
sekitar tahun 1936 M/ 1357 H kepemimpinan pondok pesntren
di percayakan kepada santri Beliau yaitu KH. Sa’id bin KH.
Armia yang sekaligus sebagai menantunya.
3.1.3.2. KH. Sa’id bin KH. Armia (1936-1975)
Beliau lahir di Desa Cikura Kecamatan Bojong, yang
masih wilayah Kabupaten Tegal, sekitar tahun 1896 putra dari
seorang Ulama Besar KH. Armia bin Kyai Kurdi dengan Nyai
Aliyah. Secara silsilah kyai Kurdi adalah keturunan dari Raden
Suroprono yang menjadi putra dari Raden Dadungawuk
bangsawan kerajaan Mataram. Selain KH. Sa’id, Kh. Armia
juga dikaruniai putra-putri yang lain diantaranya Kyai Sanadi,
Kyai Abdul Kholik, Kyai Rois dan juga seorang putri.
Tanda-tanda bakal menjadi Ulama Besar sudah terlihat
saat beliau masih kecil. Sebagaimana saat beliau baru berusia 3
tahun dikabarkan oleh seorang Ulama Besar dari Hadromaut
bahwa ia kelak akan menjadi Ulama Besar. Begitu juga
diketahui oleh KH. Abu Ubaidah selaku gurunya, saat KH. Sa’id
muda sedang tidur bersama-sama dengan santri lainya di Masjid
72
Giren, dari dada beliau memancarkan cahaya yang terang
benderang menembus kearah langit.
Selain sebagai pemangku pondok di Giren, pada saat
yang bersamaan KH. Sa’id juga sebagai pengasuh pondok
Cikura menggantikan kedudukan KH. Armia ayah kandungnya.
Pada hari selasa bertepatan dengan tanggal 20 Rajab 1395 H
atau sekitar tahun 1975 beliau menghadap kehadirat Illahi
robby. Pada saat itu seperti tahun-tahun sebelumnya beliau
mengistiqomahkan setiap tanggal 20 rajab dijadikan hari
peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW di Pondok
Pesantren Giren. Yang seakan Beliau telah mengetahui hari
dimana Beliau akan menghadap kepada Allah SWT.
Beliau meninggalkan beberapa kitab yang sangat
bermanfaat dari tulisan tangan beliau sendiri, diantaranya Kitab
Ta’limul Mubtadi’in Juz awwal dan Kitab Ta’limul Mubtadi’in
Juz Tsani.
3.1.3.3. Kyai Musthofa bin KH. Sa’id
Setelah meninggalnya KH. Sa’id untuk sementara
kepemimpinan Pondok Pesantren giren dipegang oleh putra
beliau dari Nyai Nafsiah, yakni Kyai Musthofa. Tapi saying,
atas kehendak Allah SWT, Kyai Musthofa hanya dapat
meneruskan perjuangan ayahhandanya dalam kurun waktu
73
singkat yaitu sekitar 5 tahun 1975 sampai tahun 1980, sejak itu
pondok pesantren mengalami vacuum (kemandegan) krena
putra-putri KH. Sa’id dari istri Nyai Hj. Jamilah masih kecil-
kecil. Pada saat itu kegiatan yang masih tetap berjalan adalah
pengajian santri putrid dan pengajian Selasananbagi kaum Ibu-
ibu yang diasuh langsung oleh Ny. Hj. Jamilah.
3.1.3.4. KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id (1984 - sekarang)
Pada tahun 1984 sekembalinya dari menuntut ilmu, atas
desakan dari keluarga dan Guru-guru Beliau, KH. Achmad
Sa’idi yang masih tergolong muda yakni dalam usia 23 tahun,
diperintahkan untuk memangku kembali kepemimpinan pondok
pesantren giren setelah mengalami kevacuman sepeninggalan
Kyai Musthofa yang juga sebagai kakak Beliau.
Kemudian beliau berpindah dari satu pesantren ke
pesantren lainnya, antra lain Beliau berguru ke Banten,
Kempek-Cirebon, dan ilmu hadits dari Wali besar Prof. Dr.
Ustadul Imam Habib Abdullah bin Habib bin Abdul Qodir Bil
Faqih di Pondok Pesantren Darul Hadits Malang, Jawa Timur.
Kepengasuhan Pondok Pesantren Attauhidiyyah KH.
Achmad Sa’idi di dampingi oleh adiknya KH. Muhammad
Chasani, merupakan pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah
74
Giren sekaligus merangkap sebagai pengasuh Pondok Pesantren
di Cikura.
Tahun 1992 beliau merintis untuk membangun pondok
pesantren yang lebih memadai, dimulai dengan membeli
sebidang tanah disebelah timur pondok pesantren yaitu di desa
Kaligayam-Pesayangan dari dana beliau sendiri. Pada tahun
1995 pembangunan gedung baru Pondok Pesantren
Attauhidiyyah-Giren segera dimulai. Sejak itu kegiatan belajar
mengajar santri terbagi dua, sebagian menempati pondok lama
dan sebagian lagi pondok yang baru.
Memasuki tahun 2001 secara keseluruhan pengajian
dipindahkan kepondok yang baru. Sedangkan pondok yang lama
di komplek Masjid Giren digunakan untuk mukim dan pengajian
santri putri.
3.1.4 Aktivitas Kegiatan Di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-
Bojong-Tegal
Dalam aktivitasnya, Pondok Pesantren Attauhidiyyah lebih
memfokuskan dakwahnya pada internal atau dalam pondok, yakni
memaksimalkan pembinaanya terhadap santri-santrinya yang ada di
pesantren.
Aktivitas yang dilakukan KH.Achmad Sa’idi dan saudaranya
KH. Muhammad Chasani merupakan satu rangkaian kegiatan rutin
75
yang ada di pesantrenya dalam bentuk pendidikan dan pengajian,
rutinitas pendidikan dan pengajian telah di jadwalkan secara teratur,
mulai pengajian harian, pengajian mingguan, pengajian bulanan,
pengajian tahunan seperti memperingati Haul Al maghfurllah Al
marhum KH. Armia Bin KH. Kurdi.
Rutinitas pendidikan dan pengajian di pondok pesantren
tersebut dapat penulis golongkan kedalam jadwal Kegiatan pondok
Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal sebagai berikut:
1. Kegiatan Harian
Pengajian harian ini dilakukan oleh KH. Achmad Sa’idi langsung
setiap hari. Untuk lebih rincinya, jadwal harian tersebut disusun
secara sistematis dan urut. Adapun materi yang diajarkan di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal, khususnya untuk
santri putra adalah sebagai berikut : (wawancara, Ustad Fathul
Mubin, 28 oktober 2010) .
PELAJARAN EKSTRA KULIKULER
No.
BA’DA SUBUH
Sorogan Juz Amma
Ust. A. Wahid Ust. A. Joriqin Ust. M. Ilyas Ust.
Abdurouf
1. Slamet Ari Yanto sum Misbahul Munir Khoiri
rosidin
76
2. Imam Hasan Deni Eko cs
3. Ari Yanto tem.. Gholib Iqbal Kholil
4. Ahmad guci Fauzal Eko guci Luri
5. Hajir Yogi Hamid Fendi
6. Ulil alhabab Abdul jamil Taufan Rofiq
7. M. zaky M. Sobirin Ihsan Rozaq
8. Bahrul Amik Ris munandar M. Salafuddin Aziz guci
No.
BA’DA SUBUH
Sorogan al quran
Ust. Musta’in M. Shoban
1. Mubin Suqron
2. Rizal Nasihuddin
3. Beni Imamudin
4. Abdul Wahab Saefullah
5. Umam Wildan
6. Hasan Huda
7. Ahmad As’ari
8. Trio Samsudin
9. Nasiruddin Syukur
10. Bisri
BA’DA DZUHUR
77
No. Kelas Pelajaran Pengajar
1. Kelas 4 Qowaidaidul baghdadiyah Ust. Ilyas Dan Ust.
Rouf
2. Kelas 5 dan 6 Sulamun najah Ust. Suhro Wardi
3. Tsanawiyyah Alfiyah Ust. Musta’in
BA’DA AS’YAR MUSYAWARAH KITAB
Masing-masing kelas
- Kitab Fiqih
- Kitab Nahwu, Sorof
- Tauhid
BA’DA MAGHRIB
No. Pelajaran Kelas Penyorog
1. Risalah awal - Ust. Fatikhin & ust. Toriqin
2. Qoidul bahdadiyah - Ust. Suhro Wardi & Ust. M.
Ilyas
3. - Kelas 5 Ust. Abdul Wahib
4. - Kelas 6 Muhamad Shobahan
5.
- Kelas 1,2 & 3
Tes
Ust. Mustain
78
Pengajian idhofiyah ba’da isya selesai jam 20.30 wib dan di teruskan dengan
musyawarah
JADWAL MUADZIN DAN IMAM
No. Waktu shalat Muadzin Imam
1. Dhzuhur Abdulrahman Ust. Toriqin
2. Asyar Abdul wahib M. Shoban
3. Maghrib Sukron Ust. Fatihin
4. Isya Ulil albab Ust. Ilyas & Ust
rouf
5. Subuh Afaz Ust. Musta’in
Pimpinan pembacaan mudhoriyah: Abdurouf dan ahmad fauzan (Afaz)
Pimpinan pembacaan Rotib: Ust. Abdurahman dan Ust. Abdurouf
BA’DA ISYA
No. Kelas Pelajaran Penyorog
1.
Kelas 4
Sabtu, Ahad, Senin Ust. Mahmud
Selasa, Rabu, kamis Ust. Abdul
wahib
3. Kelas 5 Muhtasor Jidan Ust. Suhro wardi
4. Kelas 6 Muhtasor jidan Ust. Musta’in
5. Tsanawiyah Tafsir jalalain Kyai Hasan Bisri
79
WALI KELAS
Kelas Wali kelas
Kelas 4 Ust.Abdul Wahib
Kelas 5 Ust. Muhammad shoban
Kelas 6 Ust. Ahmad Toriqin
Kelas 1 ts Ust. Suhro Wardi
Kelas 2 ts Ust. Musta’in
Kelas 3 ts Ust. Mahmud
Pengawasan kelas 4 ba’da asyar hari Rabu dan Ahad Ust. Musta’in, hari
lainnya Ust. Abdul Wahib.
Dengan jadwal pengajian tersebut, santri diharapkan untuk bisa
mengikutinya dengan disiplin, terutama bagi santri yang mukim di
pesantren.
Hal ini untuk menjadi kebiasaan dan sebagai tata tertib yang
sudah di peraturkan sehingga harapan santri bisa bertanggung jawab
dalam menjalankan aktifitas yang sudah di tetapkan pondok pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal. Rutinitas lain yang di lakukan
santri setiap harinya yaitu melakukan aktifitas sebelum subuh sekitar
pukul 03.30 wib. dibangunkan untuk melaksanakan shlat malam (shalat
tahajud) di lanjut dengan berzdikir menunggu datangnya waktu subuh.
Sehabis shalat subuh santri membaca kitab Ratibul Attos, Ratibul
Haddad, Al qosidatul mudhoriyah, Al asmaul Husna, da’uwatu
Mubarokah, dan membaca Al Quran.
80
2. Kegiatan Mingguan
Pengajian mingguan ini dilaksanakan seminggu dua kali yaitu hari
jum’at dan hari selasa biasanya di ikuti berberapa santri kalong dari
berbagai daerah, dalam pengajian ini membahas beberapa kitab
diantaranya:
Hari jum’at:
Kitab Dasuki
Kitab Hikam
Sulaman tofiq
Hari selasa:
Fathul Masjid
Mihajul Qoim
Minhajul Abiding
Kifayatul Awal (khusus selasa manis dan selasa kliwon)
3. Kegiatan Bulanan
Di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal selalu
melakukan Pengajian bualanan seperti melakukan kegiatan istighatsah
kubro pada malam Jum’at Kliwon, dan jama’ahnya yang hadir ribuan
orang itu dari berbagai daerah seperti, Tegal, Brebes, Pemalang,
Pekalongan, Cirebon, Indramayu, Purbalingga, Wonosobo, Kebumen,
mereka berantusias mengikuti kegiatan istighatsah.
Kegiataan istighatsah ini dilakukan setiap bulan, dengan tujuan
santri bisa menjadi berubah dalam sikap kepribadiannya, yang selama
81
dalam hidupnya melakukan banyak kemaksiatan atau melakukan
perbuatan-perebuatan dosa, sehingga mereka benar-benar bertobat
minta ampun kepada Allah. Setiap kali orang mengikuti kegiatan
istighatsah kubro malam jum’at kliwon mereka ketagihan dan pengin
mengikuti lagi bahkan sampai menunggu menghitung hari sampai
waktunya tiba.
Ada kejadian keajaiban aneh air yang sudah di do’akan sehabis
kegiatan istighatsah sudah selasai setelah mau di minum rasanya
berubah menjadi rasa kelapa muda/ degan. Banyak orang yang
membawa airnya dari rumah, dan ada yang beli air botolan dengan
maksud air tersebut untuk penglarisan bagi pedagang, bagi petani
sebagai campuran obat untuk tanaman sawahnya supaya tanamanya
tumbuh baik dan tidak terkena ulat atau terkena hama perusak tanaman
dan ada yang di gunakan yang lain seperti tolak bala, pengasihan.
Mereka pun mempercayai bahwa semua itu adalah pemberian Allah
tapi pelantaranya melalui kegiatan istighatsah kubro dengan air
tersebut mereka mendapat berkah. Adapun keajaiban lain, kolam
mandi yang biasa untuk mandi, ternyata ada khasiat yang bisa
menyembuhkan penyakit kulit, sepertu kulit gatal-gatal, panu, jerawat
dan sebagainya (Sumber Ust. Mumin Mufhti, 23 Juni 2010).
4. Pengajian Tahunan
82
Setiap tahunnya selalu bisa mengadakan haul Bapaknya KH.
Armia Bin KH.Kurdi secara besar-besaran untuk mengenang
perjuangan KH. Armia dalam mensyiarkan agama Allah terutama
ilmu-ilmu tauhid. Dan setiap di adakan haul maka ribuan orang baik
ulama maupun para Habaib dari berbagai daerah hadir untuk
memperingati haul KH. Armia.
Mereka berantusias berbondong-bondong hadir mengikuti
pengajian haul Almarhum Almaghfurllah KH.Armia untuk
mengenang jasa-jasanya dalam mensyiarkan agama, juga seorang
Waliyullah sekaligus ulama besar pada zamannya.
Pernah di ceritakan, sebelum penjajahan di zamannya ada
seorang dukun sakti mandra guna, dukunnya bernama Tahil yang
artinya “mustahil” karena mustahil tidak ada satupun orang yang bisa
mengalahkannya, mereka pada ketakutan dan berpindah alih mengikuti
perintahnya, lama-kelamaan menjadi-jadi tingkah lakunya seperti
Firaun yang menganggap dirinya sebagai tuhan, dengan tingkah laku
seperti itu KH.Armia geram terhadapnya karena seorang waliyullah
kekasih Allah maka dengan izin Allah KH.Armia bisa mengalahkanya,
dengan mengangkat gunung dan membalikannya lalu menggencetkan
diatas seluruh tubuhnya dengan ucapan “anjing” maka gunung itu
diberi nama anjing. Sampai sekarang gunung tersebut masih ada dan
kokoh dengan bentuk atas membesar merucut kebawah (Ust.
Purwanto, Mei 2010).
83
Selain pengajian haul, juga ada imtihan/akhirusannah dan haflah
Alfiyah yang dilaksnakan setiap setahun sekali, dengan tujuan untuk
tes menguji kemampuan ilmunya yang sudah di dapat selama setahun.
Selain itu juga ada pentas seni yang menceritakan tokoh-tokoh besar
penyebar agama islam yang di dalam cerita itu menengahkan tentang
ilmu ketauhidan dengan di akhiri mauhidhoh khasanah.
Keberadaan santri yang mengaji di pondok pesantren dapat di
klasifikasikan kedalam tiga bagian diantaranya:
1. Santri yang belajar di pesantren sekaligus sekolah madrasah dan
kejar paket C (pendidikan formal), mereka adalah santri mukim yang
belajar di pesantren sekaligus sekolah madrasah seperti: Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, Aliyah, dan kejar paket C setara SMP, dan setara
SMA.
2. Santri yang belajar di pesantren dan madrasah (pendidikan non
formal), mereka adalah santri non mukim yang hanya belajar di
pesantren dan Madrasah Diniyah seperti: Play group, Awwaliyyah,
wustho, Ulya.
Santri yang hanya belajar di pesantren, seperti pengajian
umum malam kamis dan malam minggu di pondok pesantren
Attauhidiyyah Giren-Talang-Tegal. Malam jumat dan malam selasa di
Pondok pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal, dan hari selasa
pagi pengajian untuk Ibu-ibu di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Giren-
Talang-tegal. Mereka adalah santri laju (santri kalong), yang notabelnya
84
ada yang dari Pelajar, Mahasiswa, Pejabat, POLRI, TNI, Petani,
Pedagang, Nelayan, Tukang becak.
3.1.5. Istighatsah Kubro Malam Jumat Kliwon Sebagai Salah Satu
Kegiatan Di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura Bojong Tegal
Kegiatan keagamaan yang masih berjalan secara tradisional
seperti kegiatan istighatsah adalah merupakan salah satu benteng
untuk menghadapi gejolak kemerosotan moral da krisis akidah yang
diderita oleh umat Islam. Salah satunya adalah kegiatan istighatsah
kubro di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
Disinilah akan kita lihat dampak dari kegiatan istighatsah
kubro terhadap jama’ahnya. Apalagi ajaran Islam sebagai suatu
ajaran tidaklah berarti, manakala ia tidak dimanifestasikan dalam
action amaliah. Kegiatan istighatsah kubro adalah dari bermacam-
macam cara berdakwah yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura Bojong Tegal secara sadar dan berencana.
Kegiatan istighatsah kubro ini merupakan salah satu dari sekian
banyak jumlah istighatsah yang diselenggarakan oleh suatu yayasan
pendidikan pondok pesantren atau lembaga islam lainnya yang
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dalam pengalaman
keagamaan dari para anggotanya yaitu seluruh jama’ah yang
mengikuti istighatsah tersebut.
85
Di samping itu, keberadaan kegiatan istighatsah kubro juga
merupakan bentuk kegiatan dakwah yang sekaligus menjadi wadah
komunikasi antara sesama muslim yang mengikuti kegiatan
istighatsah kubro malam jum’at kliwon di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah tersebut.
Dengan demikian maka kegiatan istighatsah kubro di sini
adalah suatu kegiatan yang berisikan do’a-do’a dan dzikir yang
dilakukan secara berjama’ah yang di pimpin oleh KH. Achmad
Said’I pengasuh Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura Bojong
Tegal. Melalui sebuah acara yang bernama istighatsah kubro, beliau
sengaja mengajak umat Islam untuk lebih mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu kegiatan istighatsah
kubro merupakan bagaian dari dakwah Islamiyah yang menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Kegiatan istighatsah yang selama ini dianggap hanya
berkaitan dengan kebutuhan ruhaniyah (ibadah pada Allah SWT)
saja, ternyata juga merupakan faktor penting dalam merubah tingkah
laku kepribadian para jama’ah. Hal itu dapat dilihat dari adanya
dampak positif terhadap amal ibadah dan perilaku muslim.
Pengaruh positif itu ditunjukkan dengan bukti sederhana bahwa
seorang muslim terkadang menjadi jauh lebih baik setelah
melakukan berdzikir dan berdo’a. sebagaimana yang telah
disebutkan, istighatsah selapan adalah satu wadah kegiatan yang
86
mempunyai tujuan untuk membentuk muslim yang baik, bertaqwa
dan berbudi luhur.
3.2. Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah Kubro Malam Jumat Kliwon Di
Pondok Pesantren Attauhiiyyah Cikura-Bojong-Tegal.
3.2.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah
Dalam pelaksanaan acara kegiatan istighatsah kubro
malam Jum’at kliwon di Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Cikura- Bojong- Tegal dimulai sehabis Shalat Isya yaitu pukul
20.00 WIB- selesai. Sedangkan rangkaian acara istighatsah dapat
penulis sebutkan sebagai berikut:
1. Pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
2. Tahlilan.
3. Tausiyah Kyai setempat, tausiyah pengasuh pondok, tausiyah Al
Habaib dari Luar Negeri
4. Pembukaan istighatsah oleh pengasuh Pondok KH. Achmad Sa’idi
dengan pembacaan diantaranya adalah:
Istighfar 3x.
Syahadat 1x.
Pembacaan Kosidah Shlawat Mudhoriyah.
Pembacaan Asamaul Husna
Munajat
Do’a istighatsah yang yang dibacakan oleh para Kyai, para Ulama,
Para Al Habaib.
87
3.2.2. Materi Istighatsah
Materi istighatsah adalah serangkaian dzikir dan doa
istighatsah itu sendiri. Doa istighatsah adalah serangkaian dzikir-
dzikir tertentu dan doa-doa tertentu yang harus di baca dalam jumlah
tertentu. Secara umum, doa istighatsah tidak berbeda dengan doa
lainnya, hanya saja doa istighatsah mempunyai elemen dasar yang
menjadi karakter yang berbeda dengan doa lainnya. Adapun elemen-
elemen dasar dalam doa istighatsah, sebagaimana yang banyak di
amalakan oleh sebagaian besar umat Islam Indonesia adalah sebagai
berikut:
1) Tawassul
Tawassul adalah dari bahasa arab artinya “berperantara”.
Sedangkan istighatsah adalah berperantara dengan kekasih Allah.
Seperti bertawassul kepada Rasulullah, Wali-wali Allah, Kyai dan
sebagainya.
Kalimat yang digunakan dalam bertawassul menujukan
kepada siapa yang dijadikan sandaran atau perantara. Biasanya
nama-nama tersebut di khususkan dengan dihadiahkan bacaan
surat Al-fatikhah sebagai muqoddimah (pembukaan) dalam
rangkaian doa istighatsah.
2) Qira’at al-Quran
88
Karakter lain yang menjadi ciri dalam doa istighatsah adalah
qiratul al-quran yakni membaca ayat-ayat al-quran dengan
jumlah tertentu. Surat yang di baca dalam istighatsah di antaranya
adalah surat al-Fatihah, surat yasin, atau bahkan tahtiman al-
Quran artinya membaca al-quran 30 juz secara berjamaah.
3) Istighfar
Istighfar atau kalimat permohonan maaf atau permohonan
ampunan kepada Allah merupakan merupakan salah satu ciri
dasar yang menjadi karakter dalam serangkaian doa istighatsah.
Kalimat yang biasa digunakan استخفرالله الحظيم yang artinya “aku
memohon ampunan kepada Allah yang maha agung”. Dalam
istighatsah, kalimat istighfar biasanya di baca 100 kali.
4) Dzikir bi-Asma Allah
Materi lain yang menjadi karakter dan terkait erat dengan
doa dan istighatsah adalah dzikir yaitu berdzikir dengan Asma-
asma allah yang harus di baca dengan jumlah tertentu. dzikir
bertujuan agar manusia melakukan perbuatan baik dengan
menghindarkan diri dari kejahatan.
5) Shalawat Nabi
Pada dasarnya, bacaan shalawat atas nabi itu harus diucapkan
(dibaca/didzikirkan) oleh setiap muslim dan orang mukmin
dimana saja dan dalam keadaan apapun. Dalam keadaan doa,
maka isi bacaan doa itu harus ada bacaan shalawat atas Nabi yang
89
dapat di baca diawal, di pertengahan dan di akhiri bacaan
tersebut. Jika tidak, maka doa tersebut tetahan di antara langit dan
bumi serta tidak naik barang sedikit pun.
Bacaan shalawat biasanya beragam dan di baca dengan
jumlah tertentu pula. Shalawat yang bisa di gunakan adalah
shalwat atas Nabi seperti bacaan shalawat ;
اللهم صل على سيدنا محمد
6) Doa-doa
Sebagai penutup serta acara inti dari istighatsah adalah
pembacaan doa yang di baca oleh imam istighatsah dan diamini
oleh jamaah. Biasanya doa yang dibaca tergantung imam
istighotsah yang menentukan dan jamaah tinggal mengamini
secara jamaah.
3.2.3 Jama’ah Istighatsah
Jamaah istighatsah juga merupakan unsur terpenting dalam
setiap penyelenggaraan istighatsah. Objek istighatsah adalah manusia
yang menjadi sasaran dakwah. Jamaah istighatsah merupakan
kelompok mukmin tertentu baik laki-laki maupun perempuan yang
mempunyai keterlibatan secara aktif dalam acara istighatsah.
Pentingnya keberadaan jamaah dalam istighatsah di dasarkan atas
pemahaman bahwa serangkaian dzikir dan berdoa yang dilakkan
90
secara jamaah lebih utama dari pada dzikir dan berdoa secara
sendirian.
Dalam pelaksanaan istighatsah , jamaah biasanya dari
berbagai kalangan atau berbagai lapisan masyarakat. Mereka datang
dengan kesadaran bahwa acara istighatsah mempunyai makna dalam
kehidupan mereka, setidaknya dapat menjadikan ketenangan batin
dalam hidup mereka. Disamping itu, alasan jamaah itu sendiri juga
dapat menarik seseorang untuk hadir dalam acara istighatsah.
Dengan istighatsah meraka dapat berkumpul dengan anggota
jamaah lainya sehingga menimbulkan rasa persaudaraan dan
kebersamaan sehingga dapat dikatakan bahwa istighatsah tidak saja
bermakna ritual atau ibadah, tetapi juga mempunyai makna sosial
karena keterlibatan jamaah dalam setiap acara istighatsah.
Adapun keistimewaan Pondok Pesantren Attauhidiyyah
yang sering kedatangan tamu besar diantaranya adalah:
a). Kedatangan Tamu Besar Dari Dalam Negeri dan Luar Negeri
Merupakan keistimewaan tersendiri kedatangan tamu
Ulama besar, bukan sekedar Ulama biasa tetapi mereka adalah wali-
walinya Allah. Kedatangan mereka bukan saja untuk silaturahmi
akan tetapi kedatangan mereka menularkan ilmunya kepada santri
dan kesempatan ini dimanfaat benar oleh para santrinya, misalkan
saja berebutan salaman dengan para Syekh-syekh dengan harapan
mendapatkan berkah dari para Ulama.
91
Beberapa para Ulama Besar yang hadir mengunjungi
Pondok Pesantren Attauhidiyyah ialah:
1. Al Alim Al Alamah Habib Zein bin Smith dari Madinah, tahun
2000.
2. Al Alim Al Alamah Habib Salim Asy Syatiri, Tarim Republik
Yaman, tahun 2003.
3. Syaid Abbas Al Maliki, tahun 2004.
4. Cucunda Syech Abdul Qodir Al Jaelani yaitu Syech Afifudin Al
Kaelani Al Jaelani Al Qodiri Al Baghdadi dari Baghdad, Irak
tahun 2005.
5. Al Habib Abdullah Bin Ali Al Athos (munshib besar Al Athos
dari Yaman) tahun 2010.
6. Syech Rojab Subchidib dari Syuriyah tahun 2010.
7. Guru Besar Al Anam Al Habib Syarif Bin Abdullah Bin Umri
Syafi’i dari Yaman, tahun 2010.
8. Syech Kholil dari Libanon, tahun 2011.
9. Al Habib Soleh dari Tegal.
10. Al Habib Jaffar dari Jakarta.
b). Kedatangan Tamu Dari Pejabat Tinggi, TNI, POLRI
Pondok Pesantren Attauhidiyyah selalu kedatangan tamu-
tamu besar pejabat tinggi negara, mereka berantusias mendukung
pelaksanaan kegiatan keagamaan. Runtuhnya islam disebabkan
karena perpecahnya agama, dengan pelaksanaan keagamaan seperti
92
kegiatan istighatsah kubro mempererat ikatan silaturahmi dan dapat
mempersatukan persaudaraan Bangsa Indonesia.
Kedatangan tamu pejabat tinggi Negara, POLRI dan TNI di
pondok pesantren attauhidiyyah diantaranya yaitu:
1. Almarhum KH. Adul Rohman Wahid (Gusdur) mantan Presiden
RI.
2. Prof. Dr. KH. Said Aqil Syiraj (ketua umum PBNU)
3. Menteri Agama RI (Surya Dharma Ali)
4. Prof. Dr. mahfudz MD (ketua Mahkamah Konstitusi)
5. Letjend. Kurdi Mustofa (Utusan khusus SBY)
6. Raja Samo Samo (Ambon)
7. Raja Tubagus (Banten)
8. Pejabat TNI pada Sertijab
9. Brig IV Dewan Ratna Tegal
c). Kedatangan Artis dan Selebritis
Kegiatan istighatsah kubro disambut hangat oleh artis dan
selebritis, kedatangan para artis disambut hangat penuh dengan ceria
oleh pengunjung. Jarang sekali kegiatan istighatsah dimanapun
kedatangan para artis dan selebritis. Inilah yang menjadikan
keistimewaan kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah.
93
Adapun kedatangan tamu artis dan selebritis yang pernah hadir
dalam pengajian di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-
Tegal yaitu:
1. Muchsin Alatas
2. Sumanto Pemakan Daging Mayat Manusia
3. Ketua Umum Anak Funk’s Jalanan Jakarta
3.2.4 KH. Achmad Said’I (imam istighatsah)
Di antara unsur terpenting dalam penyelengarakan
istighatsahah adanya imam atau kyai yang memimpin acara
istighatsah secara berjamaah dan dalam majelis istighatsah. Hal ini
merupakan suatu kemutlakan (yang harus ada) dalam setiap
penyelenggarakan istighatsah.
Kebanyakan imam istighatsah adalah kyai yang dipandang
masyarakat mempunyai kearifan dilingkungan masyarakat. Imam
istighatsah harus mempunyai kemampuan khususnya ilmu agama
yang dianggap lebih dan mempunyai integritas akhlak yang luhur,
sehingga nampak menojol kearifaanya. Konsepsi kyai atau ulama,
secara antropologis sebagai orang-orang yang mempunyai kharismtik
dalam bidang agama.
Peran kyai dalam menjadi imam istighatsah merupakan simbol
dari fungsi kyai atau ulama sebagai pemimpin sosial keagaman dalam
masyarakat muslim. Fenomena ini mengindikasikan bahwa struktur
sosial dalam masyarkat muslim menempatkan kyai sebagai suatu
94
variabel penting yang tidak dapat dilepaskan dari kesatuan entitas
sosial kemasyarakatan. Dan fungsi kyai sebagai pemimpin ritual
keagamaan masih melekat dan terpelihara sebagai fungsi khas dalam
struktur masyarakat merupakan pemimpin moral, keagamaan dan
sosial.
3.2.5 Prosesi Pelaksanaan Kegiatan Istighatsah Kubro
Proses pelaksanaan kegiatan istighatsah yaitu di awali dengan
shalat Isya berjama’ah, kemudian pembacaan maulid Nabi
Muhammad SAW bersama para jama’ah dibarengi dengan tabuhan
rebana sehingga waktu makhalul qiyam para jama’ah bisa menyayikan
pujian-pujian Nabi dengan khusyuk dan menangis , setelah selesai di
lanjut dengan pembacaan tahlil yang di pimpin oleh KH. Bisyri ulama
setempat. Kemudian pembacaan tahlil di lanjut dengan tausiyah ulama
setempat, pengasuh pondok pesantren KH. Achmad Said’I dan
saudaranya KH. Muhammad Chasani dan tausiyah dari Al Habib dari
tamu luar Negeri. Kemudian acara inti istighatsah yang di buka dan di
pimpin langsung oleh pengasuh pondok KH. Achmad Said’I dengan
pembacaanya diantaranya pembacaan istighfar 100 x, dua kalimat
syahadat, dilanjut dengan pembacaan kosidah shalawat modhoriyyah,
pembacaan asmaul husna, kemudian dilanjutkan dengan bermunajat
bersama-sama dengan memohon hajatnya masing-masing sampai
meliangkan air mata, dengan khusyuknya jama’ah berdo’a untuk
meminta segala hajatnya terkabul dan yang terakhir pembacaan do’a
95
istighatsah yang dido’akan Kyai setempat, para ulama, dan para Al
Habib.
Para jama’ah yang berdatangan dari berbagai daerah ada yang
dari kota Tegal itu sendiri dan ada yang dari luar kota seperti kota
Brebes, Cirebon, pemalang, pekalongan, Banjarnegara, Kebumen,
Purbalingga, Banyumas, Purwoketo,Cilacap, dan sebagainya. Mereka
berdatangan dengan serombongan mobil membanjiri tempat
pelaksanaan istighatsah. Biasanya ketika para jama’ah datang mereka
menyempatkan berziarah ke makam Syekhuna KH. Armia bin Kyai
Kurdi yaitu tokoh ulama sekaligus pendiri pondok tersebut.
Kedatangan para jama’ah tidak ketinggalan dengan membawa
tikar dari rumah ataupun sajadah sebagai alas untuk tempat duduk
mereka. Adapun orang yang membawa air dari rumah untuk minta
keberkahan dari perantara air tersebut setelah dido’akan, adapun
sebagain orang yang membeli air botolan disepanjang jalan tempat
beradanya kegiatan istighatsah tersebut. Setelah pelaksanaan
istighatsah dimulai mereka berdoa dengan khusyuk memohon dengan
tetesan pengharapan (tetesan air mata) untuk meminta ampunan dari
Allah, dan ada yang meminta untuk mendapatkan hasil pertaniannya
bertambah, barang dagangannya laku, dimudahkan jodohnya dan
sebagainya.
96
3.3. Motivasi Jama’ah Dalam Kegiatan Istighatsah Kubro
Kegiatan istighatsah bagi jama’ah bukan saja sebagai motivasi untuk
keimanan dan ketaqwaan, akan tetapi istighatsah sebagai pemohon ampun
dosa-dosa yang pernah dilakukan sehingga bisa selamat dunia dan akhirat.
Dari fenomena diatas menurut hemat penulis, ada sesuatu yang menarik
untuk diteliti lebih lanjut. Dari sekian bertambahnya jama’ah yang
berdatangan dari berbagai kota mereka berantusias mengikuti kegiatan
istighatsah salah satunya yaitu, Ust. Purwanto Umur 23 dari Desa Glonggong
Kec. Wanasari- Brebes yang profesinya sebagai pengajar ngaji (guru ngaji).
berawal mula dia diajak seorang temannya yang sering mengikuti kegiatan
istighatsah, kerena Purwanto penyasaran seperti apa acara istighatsahnya,
ternyata setelah Purwanto sudah mengetahui acaranya dia tertarik pengin
mengikuti kegiatan istighatsah terus.
Menurut Purwanto mengikuti kegiatan istighatsah merupakan rutinitas
setiap bulannya, Purwanto menganggap istighatsah adalah acara ritual yang
didalamnya menanamkan ilmu keagamaan seperti pengajian dan sialaturahmi,
dia merasa hidupnya menjadi lebih baik lagi, ibarat baterai yang sudah lama
belum di Charger (ces), tapi setelah dia mengikuti seakan imanannya
bertambah. Sudah satu tahun lebih Purwanto mengikuti kegiatan Istighatsah
dia merasa senang seandainya satu kali tidak mengikuti rasanya lama untuk
menunggu satu bulan lagi (Wawancara, Ust. Purwanto, 11 Pebruari 2011).
Adapun pendapat lain yang sebagian beranggapan bahwa istighatsah
merupakan keberkahan tersendiri dalam hidupnya dan hasil panen taninya
97
bertambah banyak, sebut saja namanya Slamet umur 52 tahun petani asal
Brebes, selama mengikuti kegiatan istighatsah Pak Slamet selalu membawa
satu botol air. Air tersebut katanya membawa berkah setelah dido’akan oleh
pak Kyai, tapi bukan karena air itu berarti jimat yang meyakini kehebatan air,
akan tetapi air tersebut dari Allah yang melalui perantara kegiatan istighatsah
kubro yang di do’akan pak Kyai (Pak Slamet 23 Desember 2010).
Menurut pitutur Pak Slamet “ hidup saya merasa susah, untuk
kebutuhan makan setiap hari saja tidak sanggup, apa lagi ditambah dengan
membiayai kedua anak saya yang masih sekolah, kadang kepala ini terasa
pusing seperti mau pingsan akibat stress. Saya itu tidak sanggup menahan
beban hidup seperti ini, saya harus mencari hutang dari tetangga yang satu
ketetangga yang lain. Dibuat cari hutang saja susah apalagi untuk
mengembalikan hutang uang tersebut. Makanya saya menggunakan system
gali lobang-tutup lobang, kalau tidak menggunakan system seperti ini saya
tidak bisa makan dan tidak bisa membiayai kedua anak saya. Dengan
mengandalkan hasil pertanian saja tidak cukup, apalagi untuk beli bibit
bawang merah, uang perairan, pupuknya dan lain sebagainya, itu minjam dari
toko penjual pupuk yang lunasinya setelah hasil panenannya, dan uang
sisanya hanya bisa melunasi kepada tetangga yang pernah meminjaminya.
Tapi ketika saya mengikuti kegiatan istighatsah kubro, saya merasa nyaman,
tentram dan bisa mensyukuri pemberian dari Allah walau sedikit tetapi
berkah, saya merasa cukup. Dan Alhamdulillah, setelah mengikuti istighatsah
hasil panennya bertambah, dan Alhamdulillah semakin giat untuk beribadah,
mengajinya, dan bisa bersedekah sebagian dari penghasilan saya”
(wawancara 12 Januari 2011).
Pak Slamet sebelum mengikuti kegiatan Istighatsah kubro, dia tidak
percaya bahwa istighatsah bisa membawa keberkahan dan ternyata terbukti
sebelum dia mengikuti kegiatan istighatsah hasil taninya sering mengalami
kerugian, hasil tanamnya tidak pernah baik, setelah dia mengikuti kegiatan
istighatsah ternyata bertambah banyak hasil panennya, bukan itu saja pak
98
Slamet pun semakin giat untuk melaksanakan ibadah yang dulu shalatnya
bolang-bolong sekarang rajin melakukan ibadah.
Dari sekian banyak yang peneliti wawancarai, dari kebanyakan
mereka mengalami keberhasilan dan mengalami perubahan. Adapun dari
sekian banyak masing-masing permasalahan dapat terselaisaikan seperti
kebutuhan ekonomi, masalah rumah tangga, ingin mendapatkan jodoh, ingin
mendapatkan keturunan, dan sebagainya. Mungkin ini berkat dari seorang
Kyai yang mempunyai karomah luar biasa dari Allah sehingga do’anya cepat
terkabul, inilah yang menyebabkan para jama’ah termotivasi mengikuti
kegiatan istighatsah dengan semangatnya minta dido’a dari seorang Kyai
yang doanya cepet dikabulkan. Adapun orang yang mengkuti kegiatan
istighatsah ingin melihat orang-orang Ulama Besar dari manca Negara, yang
merupakan tokoh agama dan melihat Artis penggemarnya yang pernah
muncul di Televisi. Inilah yang menyebabkan keistimewaan kegiatan
istighatsah kubro malam Jum’at Kliwon di Pondok Pesantren Attauhidiyyah
Tegal.
Seperti yang dituturkan oleh Ibu Khotimah umur 47 tahun seorang
pedagang asal Brebes, selain mengikuti kegiatan istighatsah dan ngaji bareng,
dia juga pengin melihat keramaian yang menghadiri kegiatan tersebut yang
berbeda dengan istighatsah ditempat yang lain, menurut Bu Khotimah
sebelum mengikuti kegiatan istighatsah hasil dagangannya penuh dengan
saingan dan tambah sedikitnya peminat, diwaktu beli dengan bayaran kredit,
itulah yang menjadi keluhan bahkan hampir putus berhenti berprofesi sebagai
99
penjual pakaian, setelah dibertitahu oleh Ustad untuk mengikuti istighatsah
sebelumnya dia iseng-iseng saja setelah mengikuti dia jadi tertarik pengin
mengikuti kegiatan istighatsah terus, dan ternyata setelah mengikuti kegiatan
istighatsah dari hasil dagangannya menjadi lebih laris dan setelah meminum
air dari hasil mengikuti istighatsah yang sudah di do’akan, ini terbukti Bu
Khotimah daganganya semakin maju dan pelanggannya pun semakin banyak,
bahkan Bu Khotimah bisa menyekolahkan anaknya kepelayaran yang
sekarang masih di jepang dan bisa menguliyahkan kedua anaknya lagi
keperguruan tinggi (Wawancara Ibu Khotimah, 12 November 2010).
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Khotimah ketika saya mewawancarai,
Bu Khotimah mengungkapkan sebagai berikut:
“ saya waktu itu merasa orang yang tidak punya (miskin), saya selalu
mengeluh kenapa hidup saya seperti ini, cobaan apalagi yang diberikan,
sedangkan hasil dari penjual pakaiannya seret (tidak laku-laku) yang hanya di
kreditkan kepada pembelinya, tetapi dari modalnya tidak sesuai dengan
jumlah penghasilnya. Banyak orang yang menghina saya, merendahkan saya,
martabat saya tidak ada gunanya menurut pandangan orang-orang. Apalagi
saya bercita-cita supaya anak saya menjadi orang pintar, berkerja dikantoran,
tidak seperti ibunya orang bodoh, yang kerjanya susah dibawah terik
panasnya matahari, kakinya lecet, pegal-pegal semua. Saya itu setiap malam
menangis, meratapi kepedihan yang saya alami, tapi saya tetap sabar dan
tabah. Saya sering didzhalimi orang, tapi itu saya anggap sebagai cobaan dan
ujian suatu saat pasti Allah memberikan jalan terbaik buat saya. Yang sering
menghina saya seperti ini “masa kuat membiayai sekolah sampai tinggi-
tinggi, uang dari mana? Untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak mencukupi
apalagi menyekolahkan anak mana bisa”. Sedangkan suami saya melarang
anaknya di sekolahkan karena suami saya juga seorang buruh tani yang kalau
tidak ada yang nyambat nganggur di rumah saja. Tapi saya bertegad
bagaimana caranya saya harus bisa membiayai anak saya walau hutangnya
sampai segunung yang penting anaknya bisa sukses. Alhamdulillah setelah
saya diberitahu tentang istighatsah, ternyata kegiatan istighatsah dapat
memberi motivasi untuk lebih semangat lagi dalam berkerja dan memberi
100
kesejukan jiwa ini, adem ayem. Dan anak-anak saya bisa di sekolahkan
semua, saya mempunyai anak tiga sekarang satunya kerja di jepang sebagai
pelayaran dan yang duanya di kuliyahkan semua, saya sangat bersyukur
sekali ternyata do’a saya masih didengar sama gusti Allah. Karena setiap saya
berdo’a diwaktu istighatsah saya dengan khusyunya memohon dengan
meliangkan air mata agar apa yang dicita-citakan terkabul dan semua orang
yang menghina, mendzhalimi mendapat balasan dari Allah” (Wawancara 23
Desember 2010).
Para jama’ah yang menghadiri kegiatan istighatsah kebanyakan dari
kalangan tani, pedagang, tukang becak, tukang angkot, pelajar dan
sebagainya. Salah satunya anak pelajar yang termotivasi mengikuti
istighatsah adalah Nur Aufa Sidiq umur 15 tahun, Sidiq mengikuti kegiatan
istighatsah karena ingin menghadapi Ujian Nasional. Sebelumnya dia
mengalami ketakutan menjalani UN, setiap hari dia selalu belajar tapi dia
tidak puas kalau dengan belajar saja tanpa mendekat berdo’a kepada Allah,
kemudian dia diajak oleh salah satu temannya yang juga sama-sama
profesinya sebagai pelajar, karena Sidiq beranggapan satu bulan sekali
mengikuti kegiatan istighatsah jadi tidak masalah mengganggu belajar dia.
Setelah dijalani dia merasa nyaman dan rasanya tidak takut lagi
menghadapi UN, pendapat Sidiq bahwa yang menentukan kelulusan adalah
gusti Allah kita tinggal ikhtiar dan berdo’a. Sidiq pun semakin giat untuk
beribadah mendekat kepada Allah, shalat tengah malam, berpuasa dengan
memohon mengharapkan kelulusan agar sekolahnya bisa lulus dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Bagi sidiq dengan belajar itu tidak
cukup tanpa adanya spiritual langsung dengan Allah, karena belajar terus bisa
menyebabkan stress maka dari itu istighatsah kubro adalah tempat untuk
101
menetramkan jiwa, sebagai pemohonan, dan untuk selalu mengingat kepada
Allah SWT (Wawancara, 21 April 2011).
Adapun maksud kedatangan para jama’ah istighatsah selain mengikuti
pengajian juga bermaksud memohon kepada Allah diantaranya untuk:
1. Memohon ampun kepada Allah yang pernah dilakukan selama hidupnya
dengan bertaubat secara sungguh-sungguh dan tidak mengulangi perbuat
itu lagi.
2. Meminta keberkahan dalam hidupnya dan dijauhkan dari mara bahaya.
3. Memohon kebutuhan ekonominya tercukupi dan hutang-hutang cepat
terlunasi.
4. Bagi para petani hasil panenya di lipat gandakan dan dari hasil penjualnya
mendapatkan hasil yang memuaskan.
5. Bagi para pedagang minta dilaukan hasil penjual dan mendapatkan
pelanggan yang banyak dan mendapatkan untung yang memuaskan.
6. Memohon dimudahkan jodohnya, dan
7. Ingin mendapatkan keturunan.
Keberadaan istighatsah yang merupakan permohonan kepada Allah
SWT. agar segera terwujud apa yang menjadi cita-cita atau harapan. Dalam
prakteknya, istighatsah itu do’a yang dilakukan secara bersama-sama.
Istighatsah semakin semarak saat ini, tentu saja memiliki dampak positif
bagi kehidupan masyarakat yang terkuasai oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, baik dalam kehidupan santri di pesantren maupun dalam
masyarakat umum dalam bertingkah laku.
102
Mengadakan istighatsah karena melihat kondisi bangsa Indonesia
sekarang ini mengalami berbagai macam bencana dan krisis, baik itu krisis
social, ekonomi, politik, dan budaya sehingga mengajak umat Islam untuk
berdo’a dan berdzikir bersama agar kondisi bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang aman, tentram dan menjadi lebih baik dalam segala bidang (Wawancara
dengan Yahya 24 April 2010).
Bagi masyarakat, istighatsah bukan saja sebagai motivasi untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, akan tetapi istighatsah sebagai
pemohon ampun dosa-dosa yang pernah dilakukan sehingga dapat selamat
dunia dan akhirat. Terbukti mengindikasikan tentang adanya sebuah
dorongan / motif tertentu dalam diri santri dan masyarakat sehingga ribuan
orang mengikuti kegiatan istighatsah dan aktif menjadi santrinya dalam
rangka ngaji atau belajar ilmu agama. Lebih lanjut wawancara dengan Ust.
Muhammad ( 13 Maret, 2010) pengurus pondok, para jama’ah termotivasi
kalau tidak dibarengi dengan kebeningan hati biasanya akan membuat
tujuan tersebut melenceng dari keserasian, inilah yang ditakuti para pengurus
tujuannya apa jama’ah mengikuti kegiatan istighatsah apakah hanya bertujuan
ingin mendapatkan kekayaan, atau apakah mempercayai bahwa mengikuti
kegiatan istighatsah dapat merubah kehidupanya tanpa memohon kepada
Allah. Dengan demikian pengurus meluruskan keberadaan kegiatan
istighatsah untuk ngaji bersama dengan tujuan mencari perubahan yang dulu
tidak baik menjadi lebih baik.
103
3.4. Kepribadian Jama’ah Pra dan Pasca Istigahatsah Kubro
Sebuah kehidupan tentu mengalami problem dan bagaimana untuk
bisa merubahnya, dengan kata lain salah satunya yaitu melalui pendekatan
kepada Allah berserah diri dan meminta petunjuk melalui kegiatan
istighatsah. Hal inilah cara yang efektif bagi jama’ah untuk merubah
hidupnya agar lebih baik. Banyak orang yang berkedatangan dari berbagai
kota untuk mengikuti jalannya kegiatan istighatsah dengan membawa
permasalahannya masing-masing dan ada juga para politik yang mencari adu
nasib untuk menduduki kursi jabatan dengan sengaja mereka mendatangi
pelaksanaan kegiatan istighatsah. Sebelum orang ikut kegiatan istighatsah
kebanyakan dari mereka dalam hidupnya mengalami keguncangan,
kecemasaan, dan imanya lemah. Salah satunya adalah seorang supir angkut
desa pada waktu itu orang supir angkot tidak pernah mengikuti pengajian,
setiap harinya yang dia lakukan hanyalah mencari uang pagi sampai malam.
Suatu ketika ada acara istighatsah kubro malam jum’at kliwon di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah Desa Cikura, kampung itu menyambat supir
angkutan karena terdesak tidak ada alat kendaraan lagi yang mengangkut
penumpang, dan supir angkutan desa itu mau dengan alasan pembayaraanya
dua kali lipatnya, karena keadaan mendesak akhirnya penumpang mau
dengan bayaran dua kali lipatnya.
Sesampainya di Pondok Pesantren Attauhidiyyah ketika acara sedang
berlangsung si supir angkutan itu tidur dibawah Soundsistem, di dalam
tidurnya mendapatkan hidayah dan dalam kehidupanya mendapatkan
104
keberkahan. Akhirnya dalam pelaksanaan bulan berikutnya ia bersemangat
ingin mengikuti kegiatan istighatsah lagi, dan sebaliknya dulu orang yang
mencari supir angkutan itu, sekarang justru supir angkutlah yang mencari
mereka dengan bayaran setengah dari dua kali lipatnya. Kemudian tukang
supir itu pun suka mengikuti pengajian-pangajian, hingga akhirnya tukang
supir itu meninggal dunia dan dari teman sepengajiannya ia bermimpi bahwa
si tukang supir tersebut sudah nyaman di alam sana, ia merasakan keindahan
di rumah istana yang megah dengan perlengkapan dan fasilitas yang lengkap.
Dalam mimpinya si tukang supir itu berpesan untuk menyampaikan minta
maafnya kepada saudara, kerabat, tetangga, dan sepengjiannya atas
perbuatannya selama masa hidupnya di dunia. Itulah yang pernah di ceritakan
KH. Achmad Sa’idi Bin KH. Sa’id dalam pengajiannya (Wawancara dengan
Ust. Arif, 21 April 2011).
Ternyata kegiatan istighatsah selain memohon ampun dosa-dosa yang
sudah diperbuatnya, ternyata dapat merubah hidupnya yang tidak baik
menjadi lebih baik dan juga berdampak terhadap tingkah laku kepribadian
santri ini merupakan salah satu usaha bagi jama’ah istighatsah yang ingin
mendapatkan solusi untuk menata kehidupanya. Perbuatan yang paling mulia
adalah orang yang selalu mengingat kepada Allah seperti melakukan kegiatan
istighatsah, dengan ini mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda
dan terlebih akan mendapatkan reziki yang melimpah.
Dalam memberikan bimbingan kepada para jama’ah istighatsah
dengan menanamkan internalisasi nilai keislaman yang dimulai dengan
105
pengenalan terhadap fitrah dan potensi kemanusiaan yang dimiliki sehingga
dapat menjadikan pribadi yang unggul dan berakhlak karimah, yang pada
akhirnya mampu berimbas dalam kehidupan keluarga, lingkungan kerja dan
masyarakat.
Dari sekian banyak jama’ah yang ikut kegiatan istighatsah mengalami
perubahan yang signifikan, sebelum mereka mengikuti kegiatan istighatsah
setiap harinya bertingkah laku sewenang-wenang seperti ucapanya dengan
bahasa binatang, suka mencuri, mabok-mabokan, melakukan maksiat dan
sebagainya. Seperti yang dilakukan Syamsul umur 18 tahun asal Brebes,
dulu sebelum Syamsul ikut istighatsah tingkah lakunya sangat brutal berani
sama orang tuanya, suka keluyuran tengah malam, jarang tidur di rumah dan
sebagainya. Tapi setelah diperkenalkan ikut kegiatan istighatsah sifatnya jadi
berubah dan merasakan ketentraman dalam hidupnya, dan menyadari
kejadian yang brutal di masa lalu yang pernah dilakukan sekarang benar-
benar berubah dan bertaubat tidak melakukannya perbuatan itu lagi.
Kemudian Syamsul berminat nyantri di pondok pesantren Attauhidiyyah. Dia
sangat senang belajar ilmu agama di pesantren dia bertegad ingin menjadi
Ustad dan bisa mengajarkan kepada murid-muridnya kelak (Wawancara
Syamsul, 28 September 2010).
Seperti yang peneliti mewawancarai dengan Syamsul, Syamsul
mengatakan sebagai berikut:
“bahwa saya adalah orang yang nakal, suka merokok, suka
membentak terhadap orang tua karena setiap saya pengin sesuatu tidak pernah
dikasih akhirnya saya menjadi-jadi barang yang ada dalam rumah saya jual,
dan uang yang ada dalam kasur dan lemari saya ambil untuk berfoya-foya,
106
seiap malam tongkrongan di pinggir jalan, gitaran, main judi dan sebagainya.
Dengan hidup seperti itu pikiran saya jadi tenang. Tapi saya sadar bahwa
perbuatan itu tidak benar yang dapat merugikan diriku sendiri, tapi tetap saja
saya menjalani hidup seperti itu. Waktu itu saya di ajak salah seorang teman
untuk ikut kegiatan istighastah kubro, katanya mau dikasih makan dan uang
akhirnya saya tergiur. Berawal saya iseng-iseng saja ternyata saya ketagiahan,
dulu saya ketagihan makan sama uangnya tapi sekarang saya ketagihan sama
kegiatan istighatsahnya, saya jadi berubah dalam hidupku setelah mengikuti
kegiatan istighatsah. Karena dalam kegiatan istighatsah bukan saja memohon
ampun, akan tetapi didalamnya terdapat siraman rohani seperti maulidan,
tahlilan dan pengajian. Sehingga saya merasa tersentuh terhadap apa yang
Kyai ngomongi, saya suka sekali apa yang pak Kyai ngomong dalam
pituturnya tentang akhlak dan ketauhidan inilah yang membuat saya sadar di
tambah do’a istighatsah inilah yang membuat saya khusyuk dalam berdo’a
menangis mengharap ampun dan bertobat tidak melakukan perbuatan itu lagi
(Wawancara 14 Desember 2010).
Disisi lain istighatsah merupakan sumber ajaran islam yang akan
membawa kepada petunjuk kejalan yang benar dan menjadikan orang
terhindar dari perilaku tercela. Maka dampak mengikuti kegiatan istighatsah
kubro bertujuan terhadap kepribadian santri yaitu untuk:
1. Mendapatkan ketenanganya jiwa, yaitu merasakan ketentraman batin
yang selama hidupnya sebelum mengikuti istighatsah mengalami
keguncangan, kegelisahan dalam hidupnya.
2. Meminta ampunan dari Allah bawa mereka memandang dirinya merasa
hina, tidak mempunyai amal baik, sehingga mereka benar-benar menangis
untuk bertaubat.
3. Merubah keadaan buruk menjadi baik, dan
4. Agar selalu ingat kepada Allah.
Jadi dampak dari kepribadian santri ketika melakukan kegiatan
jama’ah istighatsah, akan baik bila di dalam diri seseorang ada sebuah faktor
107
yang mendorong orang itu berperilaku baik dalam konteks pemikiran ini,
pengamalan istighatsah akan terbentuk ketika dalam diri seseorang ada
sebuah faktor yang akan mendorong atau memotivasi untuk berperilaku
keagamaan. Ternyata dampak kepribadian dapat dipengaruhi oleh adanya
kegiatan istighatsah, karena bersumber dari sinilah semua tingkah laku dapat
dibentuk terhadap kepribadian masing-masing jama’ah istighatsah.
Seperti yang dikatakan Basri, bahwa istighatsah dapat merubah
dampak kepribadian, salah satunya yaitu dulu sebelum mengikuti kegiatan
istighatsah malas-malasan untuk menjalankan shalat lima waktu, ngaji dan
lain sebagainya. Tapi sesudah melakukan kegiatan istighatsah mendapatkan
spiritual, imannya bertambah, akhlaknya menjadi lebih baik. Padahal
sebelum Basri mengikuti kegiatan istighatsah dia adalah orang yang bandel,
tidak mengikuti aturan, dan orang yang kurang disiplin walaupun
sebenernya dia pernah di pondok pesantrenkan. Tapi karena keadaan
ekonomi orang tua yang tidak mendukung untuk di pesantrenkan akhirnya
dia menganggur tidak ada pekerjaan selain membantu orang tuanya di sawah
sebagai petani. Tapi dia berinisiatif menggantinya di pesantern dengan
mengikuti kegiatan istighatsah, karena dalam istighatsah sama-sama mencari
ilmu dan lebih mengedepankan spiritual sehingga imannya semakin kuat.
Seperti yang dikatakan Basyri dalam wawancaranya, basyri
menuturkan sebagai berikut:
“saya sebelum ikut istighatsah kubro ini, seakan hidup didunia penuh
dengan kehitaman, jiwanya hampa seakan terguncang, stress. Makanya
untuk menghilangkan kestressan saya berfoya-foya, brutal seenaknya. Tapi
saya sadar bahwa perbuatan itu salah , akhirnya saya sengaja mengikuti
108
kegiatan istighatsah untuk menebus dosa-dosa saya, dengan memohon
ampun kepada Allah saya dengan khusyuknya berdoa agar mengalami
perubahan dalam diri saya. Alhamdulillah setelah saya sering mengikuti
kegiatan Istighatsah kubro, jiwa ini semakin tenang, saya shalat lima
waktuny idak pernah ketinggalan, ngajinya rajin menghormati yang lebih
tua, dan sebagainya. Ini ibarat saya sedang puasa seharian penuh, rasa lapar,
haus, lemas, panas. Tapi setelah berpuka puasa tubuh ini sudah terisi
makanan, badanya segar-bugar kembali, seperti yang terjadi pada saya
setelah saya mengikuti kegiatan istighatsah kubro dalam jiwa saya seakan
terisi kekuatan spiritual, imanya semakin kuat, ibadahnya semakin mantap
(Wawancara, Basyri 12 April 2010).
Penuturan basyri menujukan bahwa istighatsah sangat berdampak
sekali terhadap kepribadian para jama’ah. Karena dengan istighatsah mereka
selalu mengingat Allah dan menyebut nama_Nya menjadikan hati tenang
dan tentram sehingga timbul untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah
dan berperilaku baik. Dengan adanya istighatsah juga mereka mendapat
barokah dari doa orang yang beristighatsah atau berdzikir yaitu bagi para
pedaganganya, peteni bertambah banyak panennya, para sopir angkutan
semakin ramai penumpangnya karena banyak orang yang berangkat
istighatsah menggunakan kendaraan umum dan sewa mobil, pejabat
semakin tinggi pangkatnya, dan sebagainya.
Dengan keberadaan istighatsah kehidupan menjadi lebih baik dan
keimanan semakin bertambah. Kegiatan istighatsah seperti ini yang di cari
oleh para jama’ah untuk kebutuhan spiritual sekaligus untuk mendekatkan
kepada Allah, karena dengan adanya istighatsah kubro bisa bersimpuh dan
pasrah dihadapan_Nya.
109
BAB IV
ANALISIS MOTIVASI TERHADAP DAMPAK KEPRIBADIAN SANTRI
DALAM KEGIATAN ISTIGHATSAH KUBRO MALAM JUM’AT KLIWON
PONDOK PESANTREN ATTAUHIDYYAH
CIKURA-BOJONG-TEGAL
4.1 Analisis Motivasi Jama’ah Dalam Mengikuti Kegiatan Istighatsah Pondok
Pesantren Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal
Secara bahasa kata motivasi berasal dari bahasa Inggris Motivation yang
kata kerjanya adalah motivate yang berarti “to provide with motives, as the
characters in story or play” Artinya : “ sebagai karakter dalam cerita atau
permainan”. Dalam kamus umum bahasa Indonesia istilah motivasi berarti
sebab-sebab yang menjadi dorongan bagi tindakan seseorang (Baharuddin,
2004:238) .
Berdasarkan itu, dapat dijelaskan bahwa motivasi adalah dorongan yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini motivasi
merupakan pemenuhan kebutuhan dan tujuan tingkah laku.” Dengan kata lain
motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan
tingkah laku. Dorongan itu dapat muncul dari tujuan dan kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa makna motivasi merupakan suatu keadaan yang
terkait dengan situasi pada individu yang bersifat psikologis yang mendorong
110
terjadinya suatu tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan dan tujuan
yang diharapkan.
Motif pada hakekatnya adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu
tujuan yaitu untuk merubah cara pola berpikir, bertindak. Apabila tujuan-tujuan
terpenuhi, proses perubahan dalam tingkah laku akan berhasil. Sebaliknya
apabila tujuan tersebut tidak terpenuhi, maka proses untuk merubah tingkah
laku menjadi lebih baik akan tersendat-sendat.
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa motivasi adalah dorongan
yang sangat menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi kunci
yang utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan
yang demikian menentukan ini, dalam konsep islam disebut sebagai niyyah dan
ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat dan
beramal. Maka perbuatan manusia pada lingkaran niyyah dan ibadah.
Dalam sebuah hadist rasulullah menjelaskan bahwa perbuatan sangat
ditentukan oleh niyyah.
إنما األعما ل با ننيا ت وانما نكم امر ئ ما نىي فمن كانت هجرته ان اهلل ورسىنه
فهجرته ان اهلل ورسىنه ومن كانت هجرته ند نيا يصيبها اومراة ينكحها فهجرته
ان ما ها جرانيه
Artinya:
111
Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang
mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya (Arba’in An-
Nawawi,2007:6).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa kata kunci
dalam memahami motivasi adalah dorongan. Dorongan itu dapat bersifat psikis
yang muncul dari dalam diri, dalam hal ini dorongan itu muncul sebagai akibat
dari adanya kebutuhan, pengetahuan, dan cita-cita dalam diri seseorang. Dalam
hal dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan, maka kebutuhan itu dapat
berupa fisik dan dapat pula berbentuk psikis, bahkan berbentuk spiritual
transcendental. Kebutuhan-kebutuhan ini memerlukan pemuasan, maka dalam
rangka pemuasan kebutuhan itulah, manusia bertingkah laku.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, manusia melakukan cara
untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Setelah kebutuhan
terpenuhi pada akhirnya yang ingin diraih adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan
akan tercapai apabila ditempuh melalui kebaikan-kebaikan. Jadi kebahagiaan
yang final adalah mencukupi diri sendiri.
Guna merubah kebiasaan buruk santri, Pondok Pesantren Attauhidiyyah
mengupayakan problem solving (pemecahan) untuk peningkatkan motivasi
terhadap santri setelah pulang dari kegiatan istighatsah, agar bisa memperbaiki
akhlak, menambah iman dan kegiatan istighatsah bisa sebagai terapi terhadap
masalah-masalah tersebut.
112
Maka di jelaskan oleh Mc Donald, dalam bukunya Sardiman A.M “
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” yaitu perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dapat dikatakan, motivasi adalah sesuatu
yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi sehingga akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan,
juga emosi yang pada akhirnya bertindak melakukan sesuatu (Sardiman,
2001:72).
Pada prinsipnya kegiatan istighatsah tidak akan lepas dari motivasi. Tanpa
adanya motivasi manusia mungkin tidak akan melakukan kegiatan-kegiatan
dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan dan berhubungan erat dengan makna
yang terkandung dalam istilah motivasi yang mana dapat diartikan sebagai
dorongan-dorongan yang muncul dari diri manusia untuk melakukan tindakan
tingkah laku dalam suatu kegiatan.
Akan tetapi, terkadang tidak semua dorongan yang muncul akan
menghasilkan sebuah kegiatan yang berkesesuaian dalam tujuan yang
diharapkan oleh munusia. Adanya rintangan dan hambatan yang muncul, baik
dari internal diri manusia itu sendiri maupun dari luar (eksternal) diri manusia
yang kadang menjadi kendala untuk memaksimalkan motivasi dalam
melaksanakan kegiatan.
Guna meningkatkan motivasi bagi santri maka diperlukanya spiritual
khusus agar jiwa dari santri bisa mencapai ketentraman lahiriyah dan
113
batiniyahnya. Maka diterapkanlah kegiatan istighatsah, Istighatsah merupakan
suatu motivasi agar santri bisa bangkit dari keterpurukan, semisal selama dalam
hidupnya mengalami kesusahan ekonomi, tergelincir karena hutang, banyak
mengalami maksiat, setiap hari melakukan perbuatan dosa, maka dengan
istighatsah ini memohon pertolongan dari Allah supaya di beri kemudahan,
ketentraman, kebahagiaan dunia dan akherat.
Dengan demikian suatu keadaan individu merasakan adanya kekurangan
atau ketiadaan sesuatu yang diperlukan misalnya kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan psikologis. Istighatsah adalah proses pemberi bantuan terhadap
individu agar dalam mencari pekerjaan dan berkerja senantiasa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah. Di sisi lain konseling lebih bersifat kuratif
(pemecahan masalah dan pembinaan agar masalah tidak muncul kembali).
Istighatsah kerja islami adalah proses pemberian bantuan kepada santri agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
dalam mencari dan melakukan pekerjaan tersebut pasti ada kaitanya dengan
ketentuan dan petunjuk Allah.
Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur
dorongan (drive) dan kebutuhan (need). Dorongan (drive) ialah keadaan yang
timbul sebagai hasil dari beberapa kebutuhan biologis, seperti kebutuhan
makan, air, seks atau menghindari rasa sakit. Kondisi tersebut yang ini
memotivasi manusia untuk menanggulangi kebutuhan tersebut. Misalnya,
kekurangan makan mengakibatkan perubahan kimiawi dalam darah yang pada
114
gilirannya menimbulkan dorongan pada organism untuk berusaha mengurangi
dorongan tersebut dengan berbuat sesuatu seperti makan. Namun kebutuhan
(need) lebih sering mengacu kepada keadaan fisiologis sedangkan dorongan
(drive) mengacu pada akibat psikologis dari kebutuhan.
Proses timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi di dalam diri
manusia, keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu dapat juga terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat, atau
tidak mungkin terpenuhi (Faizah, dkk, 2006:105).
Tingkah laku manusia yang bermotivasi, dapat dikatakan bahwa terjadinya
tingkah laku disebabkan oleh adanya kebutuhan yang dirasakan oleh individu.
Manusia atau suatu individu bertingkah laku karena ingin memuaskan
kebutuhan yang dirasakanya, itulah sebabnya dapat digambarkan sebagai
berikut:
Individu merasakan suatu kebutuhan berbuat sesuatu untuk
memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan manusia sangatlah penting, setiap hari dan setiap saat tentulah
individu mempunyai kebutuhaan-kebutuhan tersebut ada yang harus segera
terpenuhi, ada pula yang dikesampingkan. Seperti kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder.
Kebutuhan-kebutuhan individu setiap saat dan setiap waktu seringlah
berubah-rubah seperti halnya motivasi. Motivasi timbul karena untuk
115
memperoleh tujuan dan tujuan tersebut digerakan oleh tingkah laku atau
perbuatkan dikarenakan adanya suatu kebutuhan. Kalau digambarkan:
Kebutuhan Tingkah laku Tujuan.
Manusia berupaya mencari kebutuhan, bukan mencari kebutuhan jasmani
saja akan tetapi kebutuhan rohani pun harus terpenuhi. Oleh karenanya Pondok
Pesantren Attauhidiyah memberikan siraman rohani berupa kegiatan istighatsah
setiap bulannya agar iman santri tetap stabil dalam menghadapi ujian di dunia.
Kebanyakan orang, kebutuh jasmani sudah terpenuhi seperti halnya kebutuhan
sandang, pangan, papan, kebutuhan sexual. Akan tetapi bagi mereka masih
mengganjal, karena semua itu tidak ada artinya kalau hidup penuh dengan
kegoncangan, kegelisahan, ketidak puasan tanpa adanya kebutuhan rohani.
Lebih detail KH. Achmad Sa‟idi (Pengasuh Pondok Pesantren
Attauhidiyyah) mengungkapkan tanpa adanya kebutuhan rohani, manusia
ibarat hidup ragga tanpa nyawa, artinya kalau manusia hubul dunia (cinta pada
dunia), yang setiap harinya mencari harta, tahta dan mahkota, hati mereka akan
mengeras hitam seperti karatnya besi yang tidak mau melupas. Seperti halnya
manusia tanpa ilmu, kalau manusia tidak mempunyai ilmu tauhid dan fiqih,
ibarat roh tanpa jasad. Ilmu tauhid adalah “roh” fiqih adalah “jasad”, keduanya
tidak bisa dipisahkan (Tausiyah, 21 September 2010).
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, manusia melakukan cara
untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Setelah kebutuhan
terpenuhi pada akhirnya yang di cari adalah kebahagiaan, dan setiap kebahagian
116
kita pilih untuk meraih kebahagiaan, dan kebahagiaan akan dicapai apabila
ditempuh melalui kebaikan-kebaikan.
Dengan demikian yang dicari orang dan yang dikerjakan kebanyakan
manusia adalah suatu kebahagiaan, dan walaupun kebahagiaan sudah terpenuhi
maka muncul keinginan lainnya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya
dan semua itu hanya untuk suatu kebahagiaan yang ingin dicapai. Kebahagiaan
yang dimaksud adalah terpenuhinya suatu kebutuhan dan salah satu caranya
adalah dengan berkerja dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Untuk memenuhi kebutuhan rohani, manusia perlu melakukan suatu
usaha agar kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi, yaitu dengan cara melakukan
seperti kegiatan istighatsah, dzikir, ikut pengajian, manakiban sehingga jiwanya
menjadi tenang. Kegiatan istighatsah kubro malam jumat kliwon merupakan
kegiatan yang sakral karena acaranya dilaksanakan di malam jumat kliwon dan
puncak acaranya pada pertengahan malam hari, inilah yang mejadikan motivasi
bagi santri dan masyarakat setempat yang mengikuti acara tersebut.
Hari jumat adalah yang paling mulia dari pada hari-hari yang lain. Ini
sebabnya Pondok Pesantren Attauhidiyyah melakukan kegiatan istighatsah
khususnya pada malam jumat kliwon, yang menurut orang kuno mempunyai
nilai-nilai sakral yang jika berdoa cepat terkabulnya permintaan dari sang maha
pencipta alam dan seisinya (gusti Allah). Dan hari Jumat juga turunya
Malaikat-malaikat jika ada orang yang membacakan Shalawat atas Nabi,
117
Malaikat mengelilingi bagi mereka yang membacakan shalawat untuk Nabinya
dan mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW. pada hari kiamat kelak.
Dengan kata lain kegiatan istighatsah kubro malam jumat kliwon, usaha
dalam memperoleh hasil guna untuk pelaksanaan dakwah motif dorongan-
dorongan yang masih perlu diarahkan kepada tujuan proses dakwah yakni
mengendalikan, mengarahkan, mengembangkan dan memanfaatkan
kemampuan tersebut bagi keuntungan manusia sebagai makhluk individual dan
sebagai anggota masyarakat.
Istighatsah merupakan daya tarik dakwah atau tabligh kepada
sasarannya sangat ditentukan oleh kemampuan mengendalikan, mengarahkan ,
mengembangkan dan memanfaatkan moti-motif tersebut untuk diaktuasikan
(digerakkan) dan orientasikan kepada tujuan dakwah/penerangan agama.
Demikian pula halnya dalam proses kegiatan dakwah dan penerangan agama,
faktor manusia adalah yang menjadi sasaran yang perlu didorong sedemikian
rupa sehingga produktifitas dan kreativitas hidup individual dan sosial yang
dijiwai oleh agama (religious refrence) dapat berkembang karena hal tersebut
menjadi kebutuhan hidup manusia itu sendiri.
Kebutuhan dapat memicu suatu motivasi dan motivasi mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan melalui pemuasannya. Di saat kadar
darah dalam tubuh seseorang berkurang , maka sudah menjadi kebutuhan
dalam dirinya untuk memenuhinya. Dari sini timbulah motivasi lapar yang
merupakan implikasi dari berkurangnya kadar darah dan makanalah yang
118
menjadi pemuasnya. Dengan demikian, motivasi bukanlah sesuatu yang secara
fisik terlihat. Namun, ia adalah satu rasa internal yang mengarahkan perilaku
internal dan eksternal dalam diri individu manusia .
Psikologi dakwah memberikan pandangan untuk merubah tingkah
lakunya, yaitu mengajak kita kepada usaha mendalami dan memahami segala
tingkah laku manusia. Dengan demikian, diterapkan dalam kegiatan istighatsah
merupakan dorongan-dorongan untuk mengajak menuju kebaikan dalam
merubah kepribadian yang buruk menjadi baik.
Menurut M. Usman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang
mengakibatkan aktivitas pada makhluk hidup , dan menimbulkan tingkah laku
serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga
komponen pokok yaitu:
a. Menggerakan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu,
membawa seseorang untuk bertinda dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan
dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecendrungan mendapatkan
kesenangan.
b. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian
ini menyediakan suatu orientasi tujuan . tingkah laku individu diarahkan
terhadap sesuatu.
c. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang
tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah
orongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu (Soleh, 2004: 182).
119
4.2 Analisis Terhadap Kepribadian Santri Dalam Mengikuti Kegiatan
Istighatsah Kubro Malam Jumat kliwon
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality. Akar kata
personality berasal dari bahasa latin persona yang berarti “topeng”, yaitu topeng
yang dipakai oleh actor drama atau sandiwara. atau juga dari kata latin
personare yang berarti to sound through (suara tembus).
Istilah “kepribadian” sering dijumpai dalam beberapa literature dengan
berbagai ragam makna dan pendekatan. Sebagian psikolog ada yang
menyebutnya dengan:
1. Personality (kepribadian) sendiri, sedang ilmu yang membahasnya disebut
dengan The psychology of personality, atau The Theory of personality
2. Character (watak/perangai), sedang ilmu yang membicarakannya disebut
dengan The psychology of character atau characterology.
3. Type (tipe), sedang ilmu yang membahasnya disebut dengan Tipologi.
Ketiga istilah tersebut yang dipakai adalah istilah kepribadian. Selain ruang
lingkupnya yang jelas, iistilah kepribadian juga mencerminkan konsep
keunikan diri seseorang.
Dalam ajaran Islam, manusia di beri kebebasan untuk sadar dan aktif
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan diri. Menurut Al-Ghozali
peningkatkan diri pada hakekatnya adalah perbaikan akhlak, dalam artian
120
menumbuhkembangkan sifat-sifat terpuji dan sekaligus menghilangkan sifat-
sifat tercela pada diri seseorang (Bastaman, 2001:85).
Istighatsah adalah dzikir dan doa bersama untuk memohon pertolongan
kepada Allah agar semua yang diharapkan bisa terwujud dan semua masalah
yang dihadapi bisa diselesaikan. Memohon pasrah kepada Allah dengan tujuan
mendapat ampunan dan mendapat ridho dari yang maha kuasa, maka semua
santri yang menghadiri kegiatan istighatsah kubro ini menangis dengan cucuran
air mata penyesalan dengan harapan tidak melakukan keburukan yang pernah
mereka perbuat.
Gejala dari kelalaian santri seperti melakukan mabok-mabokan,
melakukan maksiat, judi, merupakan indikasi perilaku keji dan mungkar, karena
mengebiri segala potensi dan kualitas insaniyah yang mencakup karakteristik
dan kemampuan khusus yang dimiliki manusia seperti kemampuan abstraksi,
imajinasi, daya analisis, aktualisasi diri, rasa humor estetika, kebebasan
berkehendak dan rasa tanggung jawab serta kemampuan makna hidup. Disisi
lain istighatsah merupakan sumber ajaran islam yang akan membawa kepada
petunjuk kejalan yang benar dan menjadikan orang terhindar dari perilaku
tercela. Maka dampak mengikuti kegiatan istighatsah kubro bertujuan terhadap
kepribadian santri yaitu untuk:
1. Mendapatkan ketenanganya jiwa, yaitu merasakan ketentraman batin yang
selama hidupnya sebelum mengikuti istighatsah mengalami keguncangan,
kegelisahan dalam hidupnya.
121
2. Meminta ampunan dari Allah bawa mereka memandang dirinya merasa hina,
tidak mempunyai amal baik, sehingga mereka benar-benar menangis untuk
bertaubat.
3. Untuk mendapatkan rezeki yang melimpah, kebutuhan ekonominya tercukupi.
4. Dan bahkan ada yang minta di mudahkan jodohnya.
Secara harifah istighatsah berarti mengingat , kegiatan mengingat
memiliki dampak yang luar biasa dalam kehidupan. Ingatan muncul karena kita
mempunyai keinginan, kepentingan, harapan dan kerinduan terhadap apa yang
di ingat. Doa itu pada prinsipnya merupakan kunci dari segala kebutuhan hidup
di dunia maupun di akhirat.
Seseorang yang berdzikir, hatinya akan menjadi tenang sehingga akan
menimbulkan sikap yang ramah dan sifat-sifat yang mulia seperti tolong-
menolong, memaafkan, dermawan, menegakan kebenaran dan sebagainya.
Dzikir ibarat sebuah pohon yang membuahkan ma‟rifat, ia merupakan
gambaran sebuah kondisi yang dijalani oleh orang yang menempuh jalan yang
menuju ridha Allah, tidak ada lain untuk memetik buahnya, kecuali orang
menanam pohon dzikir, semakin tumbuh membesar dan menancap akar pohon
dzikir tuh kebumi, maka buahnya akan semakin banyak. Jadi, dzikir bagi
seorang hamba akan mengantarkannya dari tangga (maqam) satu ke maqam
yang lainnya, secara keseluruhan dari lapisan kesadaran menuju tauhid.
Pengamalan keagamaan jama‟ah istighatsah didorong atau dibentuk oleh
dzikir dan doa yang mereka lakukan secara bersama-sama. Setiap perilaku itu
122
bisa berubah diakibatkan obyek yang mempengaruhi pula oleh lingkungan dan
masyarakat yang hidup di sekitarnya (Jumantoro, 2001:33).
Jadi dampak dari kepribadian santri ketika melakukan kegiatan jama‟ah
istighatsah, akan baik bila di dalam diri seseorang ada sebuah faktor yang
mendorong orang itu berperilaku baik dalam konteks pemikiran ini,
pengamalan istighatsah akan terbentuk ketika dalam diri seseorang ada sebuah
faktor yang akan mendorong atau memotivasi untuk berperilaku keagamaan.
Hal tersebut dapat terealisasikan dalam mengikuti istighatsah yaitu
berdoa bersama dengan melafadzkan asma Allah yang di dahului dengan
istighfar, dua kalimat syahadat, shalawat rasulallah, dzikir dan doa. Inilah
amalan yang sangat sederhana namun sangat efektif dalam meningkatkan
pengamalan keimanan seseorang. Saat ini, metode doa dan dzikir sebagai upaya
untuk mendekatkan diri dan mengenal Allah telah banyak dan mudah
ditemukan.
Kumpulan-kumpulan jama‟ah dzikir, mulai dari yang menanamkan
jama‟ah shalawat, mujahadah, istighatsah, hingga kelompok tarekat yang
muncur dan menyebar bagi jamur merupakan bukti bahwasanya doa dan dzikir
sebgai sarana meningkatan keimanan dan ketaqwaan.
Dari deskripsi diatas menunjukan adanya hubungan pengaruh mengikuti
istighatsah terhadap dampak kepribadian santri. Dalam hal ini di gambarkan
dalam teori used and gratifications. Dalam teori ini tidak tertarik pada adanya
yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan
123
orang terhadap media. Anggota khalayak di anggap secara aktif menggunakan
media untuk memenuhi kebutuhannya (Rahmat, 2005:65).
Berdasarkan teori di atas, maka dapat diambil asumsi bahwa orang yang
rutin mengikuti istighatsah dapat mempengaruhi pengalaman keagamaan
jamaahnya, mengingat bahwa dengan rutin mengikuti istighatsah orang akan
selalu menyambut dan mengingat asma Allah dan akan mendapatkan
pengetahuan keagamaan dari kyai atau orang yang memimpin istighatsah
tersebut, sehingga hati akan menjadi tenang dan timbul kesadaran pada diri
jama‟ah untuk berbuat kebaikan.
Dalam kegiatan istighatsah kubro malam jumat kliwon guru dianggap
sebagai mursyid. Mursyid adalah seorang guru, namun mempunyai profesi
yang melekat tidak boleh ada sifat-sifat antara lain:
1. Ikhlas terhadap tugas dan kewajiban karena Allah SWT.
2. Pantutan yang mempunyai cirri-ciri antara lain: ing ngarsa sung thuladha,
ing madya mangun krasa, tut wuri handayani.
3. Pelaksana, artinya apa yang diajarkan di amalkan terlebih dahulu olehnya,
bukan sekedar menyuruh saja yang dirinya tidak dapat mengamalkannya.
4. Menguasai dan bisa mengartikan kandungan isi Al-Quran dan kitab-kitab
Al-Hadits.
Sedangkan murid adalah orang yang mempunyai keinginan mempelajari
ilmu agama tanpa adanya paksaan mempunyai niat yang tulus dengan hati dan
pikirannya, serta ikhlas melaksanakannya. Sehingga ia patuh menerima dan
124
mengamalkan serta dapat terus mengikuti proses kegiatan istighatsah kubro
malam jumat kliwon sampai pada tujuan dengan tulus Lillahi ta’ala, yaitu
hablum minallah dan hablum minnanas.
Murid disini adalah bukan santri mukim saja akan tetapi masyarat
setempat atau masyarakat luar daerah bisa dikatan santri apabila mereka
sering mengikuti pengajian atau kegiatan istighatsah. Itu pun santri di
wajibkan harus punya kitab ketika pelaksanaan pengajian, sehingga santri bisa
menyimak dan bisa mengartikan kitab.
Pembentuka kepribadian dimulai dari penanaman sistem nilai pada diri
anak. Dengan demikian pembentukan kepribadian keagamaan perlu dimulai
dari penanaman sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama, misalnya dari
mulai anak di didik dengan ajaran keagamaan, sehingga akan muncul
kebaikan pada kepribadian anak. Sistem nilai sebagai realitas yang abstrak
yang dirasakan dalam diri sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman hidup.
Hal ini menunjukan, bahwa sistem nilai merupakan unsur kepribadian
yang tercermin dalam sikap dan perilaku, yang diyakini sebagai sesuatu yang
benar dan perlu dipertahankan. Dengan demikian, pembentukan kepribadian
keagamaan harus dimulai dari pembentukan sistem nilai yang bersumber dari
nilai-nilai ajaran agama dalam diri anak. Adapun pembentukan sistem nilai ini
tergantung dari perlakuan yang diberikan oleh orang tua dan ketersediaan
lingkungan keagamaan yang mendukung. Untuk membentuk sikap ketaatan,
125
maka orang tua harus meneladani sikap tersebut dalam perilakunya sehari-hari
dalam keluarga. Selain itu, ia harus pula menyedikan lingkungan bendawi
yang sejalan dengan pembentukan ketaatan keagamaan.
Sistem nilai memberi pengaruh dalam pembentukan kepribadian, yang
memuat empat unsur utamanya. Kepribadian secara utuh terlihat dari ciri khas
(individuality), sikap dan perilaku lahir dan batin (personality), pola pikir
(mentality), dan jati diri (identity). Dengan demikian, kepribadian yang
berdasarkan nilai-nilai ajaran agama terlihat dari kemampuan seseorang yang
menunjukan ciri khas dirinya sebagai penganut agama, sikap, dan perilakunya
secara lahir dan batin yang sejalan dengan nilai-nilai ajaran yang dianutnya,
pola pikirannya memiliki kecenderungan terhadap keyakinan agamanya, serta
kemampuannya untuk mempertahankan jati diri sebagai orang yang beragama
(Jalaludin, 2007:197).
Kegiatan istighatsah kubro malam jumat kliwon dapat membantu
kepribadian santri terhadap tingkah laku. Pondok Pesantren Attauhidiyyah
menerapkan kegiatan istighatsah sebagai dakwah karena untuk mendongkrak
daya tarik mad‟u sehingga termotivasi untuk belajar mencari ilmu agama.
Acara istighatsah kubro mempunyai nilai lebih, karena penyiarkan dakwah
lewat mengajian saja itu tidak cukup dan sudah bosan mendengarkan
ceramah pak kyai, pada akhirnya lamabat laun peminat yang ingin
mendengarkan pengajian berkurang. Disinilah keistimewaan istighatsah
126
diterapkan di pengajian-pengajian sebagai sumber dakwah untuk memotivasi
daya tarik jama‟ah.
Disamping sebagai sumber dakwah, istighatsah juga sebagai the power of
spiritual (kekuatan spiritual) yang ada pada kepribadian individual. Kekuatan
spiritual merupakan jiwa yang selalu dekat kepada Allah, selalu mengingat
dengan mengamalkan dzikir-dzikir Allah sehingga dalam hidupanya
mendapatkan ketentraman, keberkahan dan selalu dalam pelindungan Allah.
Pencapaian “akal spiritual” ini merupakan realisasi tertinggi dari ahli
tasawuf. Para sufi menyebutkan kesadaran ini jabarut yaitu alam dimana
kesadaran itu muncul, sebab ketika kesadaran biasa sedikit demi sedikit
dibebaskan dari perspektif eksistensi sehari-hari-pikiran atau gagasan,
keadaan, emosi, kejadian fisik-dimensi transenden mulai muncul. Apa yang
kita maksud dengan transendensi itu? Ambillah contoh, misalnya sebuah
pohon apel yang sedang berbunga. Meskipun pandangan anda menangkap
batangnya, cabangnya, daunnya, dan bunganya, andapun terpesona dengan
keindahan dan kemolekannya. Dan sementara keindahan pohon ini
bergantung pada bentuk fisiknya, ia tetap memiliki realitasnya sendiri yang
merupakan maknanya (Nasrullah, 2002:41).
Maka istighatsah mengajarkan untuk menuntun kejalan yang lurus, yaitu
kejalan yang dibenarkan agama melalui syariat-syariat islam untuk menuju
mari‟fat. Mari‟fat adalah tingkat penyerahan diri kepada Allah secara
berjenjang, secara setingkat sehingga sampai kepada tingkat keyakinan yang
127
kuat. Orang yang mempunyai ilmu mari‟fat disebut orang yang “arif”, karena
ia bisa memikirkan dalam-dalam tentang segala macam liku-liku kehidupan
didunia ini.
Oleh karena itu jika kita bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu
mari‟fat, maka akan meraih suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan
yang tidak dimiliki orang awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata kita
menjadi awas dan indra keenam kita menjadi tajam. Jika indra kita tajam, kita
akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi dibalik peristiwa.
Kegiatan istighatsah kubro malam jumat kliwon di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah, untuk mengingatkan kehidupan yang dipenuhi oleh kesibukan,
kemaksiatan, sehingga mereka di ingatkan hidup akan kematiannya sehingga
mereka mau merubah dan berubah. Orang yang setiap harinya dalam
kesibukan-kesibukan dunia hatinya selalu gelisah, dan perasaannya bimbang
tidak pernah tentram. Dalam hidupanya dihantui oleh perasaan ketidak
puasaan.
Menurut kartono (2005: 72-73), perasaan orang masih dibedakan lagi
dalam beberapa kategori, yaitu:
a) Perasaan indriawi, yang dihayati orang melalui alat indra, alat pencernaan,
pernafasan dan oragnisme lainnya. Jadi erat berkaitan dengan perangsang-
perangsang jasmaniah.
Termasuk dalam perasaan indirawi ini ialah perasaan vital atau perasaan-
hidup, yang bergantung sekali pada kondisi jasmani pada umumny (merasa
128
nyaman, sesak tidak enak, kuat, lemah, loyo, dan seterusnya). Jika perasaan
indriawi itu bisa dilokalisir, sebab dapat ditimbulkan oleh perangsang-
perangsang tertentu (sengaja diadakan), maka perasaan vital itu hampir-
hampir tidak mungkin dilokalisir.
b) Perasaan psikis yang bisa ditmbulkan oleh motif-motif tertentu; misalnya
perasaan suka, gembira, susah, kecewa, bingung, dan lain-lain.
Pribadi yang mampu mengekspresikan perasaan estetisnya kedalam
bentuk-bentuk konkrit yang bisa diamati dan dipahami, disebut sebagai
seniman/seniwati. Maka seni itu adalah segala sesuatu yang bisa memberikan
rasa indah; dan segala sesuatu yang sengaja dibuat untuk bisa
menimbulkan/memberikan rasa indah tersebut pada diri sendiri dan orang lain.
Faktor kepribadian sangat memegang peranan bagi perkembangan bakat
seseorang, misal konsep diri, rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam
berusaha, kesediaan untuk menerima kritik dan saran demi untuk meraih
sukses yang tinggi.
Dalam didikan di Pesantren, santri dituntut melakukan kebiasan-
kebiasan kegiatan didalam pesantren seperti mengaji, gotong-royong, dan
melakukan kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini sudah menjadikan tradisi
kebiasaan dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap dampak kepribadian
santri. Dalam kebudayaan itu terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang
mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Kepribadian tidak dapat
dipahami terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan tersebut
129
karena hakekat kepribadian adalah susunan dari pada aturan tingkah laku
dalam pola respons yang konsisten.
Oleh para ahli psikologi pengaruh kebudayaan terhadap sikap dan
tingkah laku serta kepribadian manusia telah diselidiki sedemikian luasnya
sehingga ditemukan keyataan bahwa peranan kebudayaan dalam pembentukan
sikap, tingkah lauku dan keperibadian itu teletak dalam suatu sistem orientasi
yang oleh Kardinner disebut sistem intergratif. Dalam sistem itu manusia
memperoleh kemungkinan untuk mengorganisasikan sikap dan tingkah lakunya
terhadap sistem ide dan perbuatan yang relatif lebih mantap. Adapun sistem
integratif tersebut adalah:
1) Sistem rasional yakni berupa metode pengendalian yang dapat membentuk
serta memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan science. Yugas pokok
daripada sistem ini adalah untuk menyesuaikan individu dan kelompok
kedalam lingkungan alam serta dan membentuk benda atau bentuk-bentuk
yang amaliah yang bermanfaat menjadi bermanfaat bagi manusia dan
masyarakat.
2) Sistem kepercayaan yaitu semua ide-ide yang bersifat mutkal yang
berfungsi untuk menyesuaikan anggota-anggota kelompok/masyarakat
dengan wilayah kehidupan yang tak dapat dimanupulasikan oleh teknologi
tau skill yakni yang menyakut alam gaib. Sistem kepercayaan ini terdiri dari
konsepsi kehidupan seperti agama, adat-istiadat, mythologi, dan termasuk
sistem upacara kelahiran dan sebagainya. Pokoknya menyangkut ajaran
130
praktis ubudiah dari agama atau kepercayaan manusia kepada yang maha
Gaib.
3) Ideologi sosial yaitu berupa ide dan nilai-nilai yang menyatakan adanya
hubungan kekuasaan di antara anggota kelompok/ masyarakat. Ide dan nilai
tersebut mengatur hubungan manusia dengan yang lainnya dan menciptakan
tingkat tertentu dari kedekatan hubungan tersebut . Ia mengontrol sistem
rasional diatas serta menetapkan pembagian tugas anggota masyarakat, juga
mengatur distri busi barang-barang kebutuhan anggota masyarakat, diman
tujuan utamanya adalah bentuk membina kesejahteraan sosial.
Umat Islam diperintahkan untuk selalu ingat apa yang diperintahkan
Allah dan menjauhi segala larangannya agar mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Istighatsah akan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang mencari
bimbingan dan akan menjadi cahaya bagi orang-orang yang memerlukan
kejelasan namun ia akan menjadi laknat bagi orang-orang yang
mengabaikannya, oleh karena itu Kegiatan istighatsah sebagai pengingat agar
tidak tersesat dalam kehidupan bermaksiat. Sebab berdoa memohon kepada
Allah degan mengikuti kegitan istighatsah kepribadian santri yang pada
akhirnya dapat menambah keimanan dan ketaqwaan sebagai orang muslim.
Istighatsah sebenarnya sama dengan “mengingat Allah”. Kata arab
untuk “ingatan”, dzikr (dzikir) dapat juga diterjemahkan sebagai
“penyebutan”. Mengingat seseorang sesungguhnya adalah menyebut mereka
dalam batin. Al-Qur‟an mengatakan, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
131
tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdo‟a apabila ia memohon kepada-Ku” (QS.Al-
Baqarah:186). Dan menurut sebuah hadist qudsi”. Aku bersama hamba-Ku
ketika dia menyebut nama-Ku, jika ia menyebutkan Aku kepada dirinya
sendiri, Aku menyebutkan dia kepada diri-Ku, jika ia menyebutkan Aku
dalam jama‟ah. Aku menyebutkan dia dalam jama‟ah yag lebih baik dari itu,
dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya
sehasta (Charles, 2002:194).
Kegiatan istighatsah kubro malam jum‟at kliwon di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal, untuk meningkatkan keimanan umat
menggunakan system klasikal, juga non klasikal seperti, yaitu mengaji dengan
mendengarkan ceramah kyai dan melakukan dzikir bersama yang dilakukan
satu bulan sekali setiap malam jum‟at kliwon. Secara umum menurut
Syekhuna KH. Achmad Saidi, tujuan istighatsah di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal adalah mempersiapkan manusia yang
soleh dan akrom. Maksud manusia soleh adalah manusia yang mau dan
mampu mewarisi dan mengatur serta memelihara bumi ini dengan segala
isinya yang ada didalamnya. Sedangkan manusia yang akrom di artikan
sebagai manusia yang paling bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai
sholeh dan akrom.
Dengan adanya tujuan seperti di atas santri diharapkan dapat mampu dan
siap untuk terjun kemasyarakat dimana mereka berada untuk kemaslahatan
132
ummat. Konsep soleh dan akrom diharapkan dapat mencapai kebahagiaan di
dunia dan di akherat (sa‟adatul daaroini), beserta kejayaan Islam dan umat
Islam (izzul islam wal muslimin).
Sedangkan bentuk pelaksanaannya dilakukan dengan sistem
kekeluargaan, maksud pendidikan kekeluargaan adalah santri yang merupakan
satu komunitas yang menjunjung tinggi azzas kebersamaan , persaudaraan,
tepo sliro (hormat menghormati, saling mengasihi antara yang satu dengan
yang lainnya) baik hal-hal yang kecil maupun besar. Untuk merubah dampak
terhadap kepribadian santri/jama‟ah melalui kegiatan istighatsah kubro
mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Dan tujuan umumnya adalah:
1. Islah Al-Iman, yaitu meningkatakan iman dan ibadah dengan cara
mengabdi kepada Allah SWT dengan lebih baik.
2. Islah Al-Islam, yaitu beriman dengan itikad, ucapan dan berperilaku yang
baik.
3. Islah Musyarokah, yaitu memperbaiki lingkungan masyarakat.
4. Islah Al-Tarbiyah, yaitu menerapkan ilmu yang berguna dalam
mengembalikan diri pada fitrahnya.
5. Islah Al-Wathhoniyah, yaitu menumbuhkan rasa tanggung jawab untk
memperbaiki keluarga dan lingkungan/bangsa.
6. Islah Al-Mu‟amalah, yaitu meperbaiki budi pekerti dan perilaku.
Sedangkan tujuan khususnya adalah:
133
1. Dakwah Islamiyah, mengajak santri bina memahami dan mengamalkan
ajaran Islam guna mencapai keridhoan Allah.
2. Menggugah kembali pola pikir wawasan ke masa depan untuk dapat
memiliki potensi yang berguna bagi diri sendiri atau lingkungan.
3. Membantu meringankan beban keluarga dalam mendidik santri yang telah
berperilaku menyimpang.
Santri datang kepondok pesantren tidak lain hanyalah mengharap
keberkahan, keridhoan dari Allah, sehingga akhlak yang tertanam dalam pada
diri kepribadian santri bisa digunakan dengan baik. Serta mengikuti kegiatan
istighatsah untuk menambah keimanan dan untuk mencapai thariqoh. Mereka
membersihkan dari kotoran dosa yang berbelenggu dengan berharap ampunan
melalui kegiatan istighatsah.
Tradisi istighatsah pada dasarnya merupakan prantara keagamaan yang
sudah dianggap baku oleh masyarakat. Dengan demikian, tradisi keagamaan
sudah merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan dan perilaku
masyarakat. Dan tradisi istighatsah sebagai perantara primer dari kebudayaan
memang sulit untuk berubah, karena keberadaanya didukung oleh kesadaran
bahwa perantara tersebut menyangkut kehormatan, harga diri, dan jati diri
masyarakat pendukungannya.
Nama istighatsah tidak jauh dengan dzikir, keduanya mempunyai arti
yang sama yaitu mengingat kepada allah, dengan memohon agar diberi
keselamatan, keberkahan dan segala hajatnya terkabul. Menurut Abdullah
134
(1998: 17). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh bukhari, Nabi saw.
mengatakan orang yang berdzikir hidup, sedangkan orang yang tidak berdzikir
laksana orang yang telah mati, (matsalu al-ladzi yadzukuru rabbahu wa al-
ladzi la yadzkuru rabbahu matsalu al-hayyi wa al-mayyit).
Yang dimaksud dzikir disini ialah ucapan dan ungkapan yang kita
anjurkan untuk mengucapkan banyak-banyak, misalnya amal saleh juga
berlaku bagi ketekunan dalam menjalankan perbuatan yang wajib dan terpuji,
misalnya membaca al-quran, membaca hadits, mempelajrai ilmu islam (al-
„ilm), dan shalat sunah.
Istighatsah dapat dilakukan dengan lidah, karena orang melakukan
mendapat pahala, begitu pula dengan dzikir. Dalam hal ini tidaklah wajib bagi
orang itu memahami atau mengingat maknanya, dengan syarat orang yang
bahwa yang dimaksudkannya buknlah arti selain yang diucapkannya; dan jika,
disamping yang diucapkan, ada dzikir didalam hati, maka ia menjadi lebih
sempurna; apabila jika terdapat ingat akan makna zikir dan pengaruh yang
timbulkannya seperti mengagungkan dan mensucikan Allah dari segala
kelemahan dan kekurangan , maka zikir jauh lebih sempurna; dan jika ini
terjadi di dalam sebuah amal soleh, apakah shalat wajib, jihad, dan
sebagainya, ia akan menjdai semakin sempurna. Jika seseorang
menyempurnakan penghadapannya kepada Allah dan mensucikan batinnya
kepada_Nya: itulah kesempurnaan ttertinggi.
135
Untuk mempertajam mata batin harus mencegah dari fantasi-
fantasi/hiburan yang berhubungan dengan hubul dunia (cinta dunia), maka di
gantikan dengan memperbanyak dzkir menyebut nama Allah. Istighatsah
merupakan salah bentuk pendekatan kepada Allah dengan memohon ampun
dan harapan agar segala hajat yang diinginkan segera terkabul. Permohonan
istighatsah bukan hanya berdoa saja, akan tetapi memohon dengan membaca
nama-nama Allah, ayat-ayat allah dan memahami atau mengingat maknanya.
Pondok pesantren attauhidiyyah memberikan gemblengan kepada
santrinya untuk selalu dzikir pada waktu pagi, siang, dan malam. Dengan
tujuan agar santri selalu di bentengi dengan keimanan, karena dengan
berdzikir santri merasa bahwa Allah telah menutup rahmat_Nya terhadap diri
yang berdosa. Orang yang tidak pernah berdzikir maka hatinya mati, di antara
tanda-tanda hati yang mati ialah jika seseorang merasa puas manakala selesai
melakukan maksiat, dan merasa risau manakala terlanjur melakukan
perbuatan baik.
Orang yang menempuh jalan mari‟fat, apabila melakukan amal kebaikan,
hatinya merasa puas dan bahagia. Sesuatu yang dilakukan dengan rasa ikhlas,
tanpa berharap suraga atau apa pun. Sebaliknya jika seseorang melakukan
amal kebaikan,dilakukan tanpa rasa ikhlas yaitu ingin di hargai orang, pengin
di pandang paling hebat, maka orang tersebut hanyalah semata-mata karena
nafsu.
136
Apabila orang melakukan dengan hati yang tidak ikhlas, dengan maksud
tertentu maka masuk dalam cahaya kegelapan. Kegelapan yang dimaksud
adalah sifat buruk dan tercela, misalnya syirik, bid‟ah, riya, sombong, ujub,
panjang angan-angan, berlebih-lebihan mencintai duniawi dan sebagainya.
Itulah kegelapan yang dianggap juga dengan tentara nafsu. Bila kita
memberikan sifat-sifat itu bercokol dalam hati, maka nafsu akn semakin kuat
mencekram diri kita.
Adapun „cahaya‟ adalah cahaya ilahi (ilham). Munculnya cahaya ilahi di
dalam hati dan menyinari setiap relung kalbu bisa juga disebabkan karena
seseorang memelihara iman, tauhid, yakin, ikhlas, qonaah dan sebagainya.
Suasan hati yang dihiasi oleh sifat-sifat terpuji, maka tentu akan memberikan
pengaruh yang luar biasa bagi perilaku.
Cahaya ilahi dapat memutus hubungan antara hati dan nafsu. Sehingga
tidk ada lagi kebingungan, rasa khawatir, prasangka buruk kepada Allah,
rakus dan sebagainya didalam kalbu.semuanya itu telah lenyap karena
hadirnya cahaya ilahi yang terang benderang. Layaknya hitamnya malam,
maka keadaan gelap itu sama sekali tak berbekas manakala hadir matahari di
siang hari.
Bila hati sudah mendapatkan siraman cahaya ilahi, maka akal dan pikiran
pun bisa memandang mana yang baik dan mana yang buruk. Karena hati
adalah pusat inspirasi. Tempat untuk menimbulkan rasa yakin, tempat tauhid,
tempat iman, pembuka tabir, dan kepastian_Nya. Sedangkan hawa nafsu
137
adalah tempat bayang-bayang semu, ilusi, khayalan, keinginan yang tak
terbatas, kekecewaan, kedunguan, kerakusan dan sifat-sifat buruk lainnya.
Hati akan bersih jika selalu ingat kepada Allah, istighatsah salah satunya
untuk meyadarkan manusia. Dengan melakukan dzikir melafadkan nama allah
mengucapkan dengan lidah.
Praktik dan amaliyah istihgatsah, dengan emiian berbeda jauh dengan
amalan ibadah mahdhah, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Jika
seorang mempunyai udzur (berhalangan), maka seseorang bisa saja
meninggalkan shalat, puasa atau haji untuk diganti di hari lain. Tetapi, tiak
demikian dengan dzikir (mengingat Allah). Oleh karena itu, terutama ulama
salaf dulu sangat menekankan bagi para salik (perjalanan menuju Allah atau
orang yang menempuh jalan illahi).
Kemuliaan istighatsah dan manfaat zikir (mengingat Allah), tentu
memiliki keistimewaan atau kemuliaan yang sangat tinggi. Hal itu tak lain
karena disebabkan perbedaan yang teramat jauh antara makhluk (manusia)
dengan ketuhanan. Manusia sebagaimana diketahui secara umum adalah
sebagai tempatnya salah dan dosa, tetapi meski begitu, mereka masih
diperkenakan memuji dan mengagungkan Allah Swt, sehingga berada
ditempat yang terhormat.
Jika manusia tenggelam dalam kesibukan mencari yang tidak jelas
hasilnya, maka sesuatu yang tidak penting menjadi terabaikan. Kegaiban yang
138
tersembunyi didalam hati akan dengan sendirinya dapat ditemukan jika kita
telah membersihkan kotoran-kotoran yang berupa kesalahan diri.
Gajah di pelupuk mata tak kelihatan, itulah sifat manusia. Kesalah diri
dari dosa-dosa yang melekat padanya tak pernah disadari karena mengurusi
sesuatu yang jauh tersembunyi. Bahkan manusia suka mengoreksi orang lain,
sedangkan dirinya sendiri yang berlepotan kesalahan sama sekali tidak
ditengoknya.
Istighatsah merupakan tempat untuk mengistrofeksi (mengoreksi diri),
yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang pernah dialaminya. Dengan
melakukan istighatsah semua dosa yang pernah dilakukan dapat dihapuskan,
meratapi perbuatannya bertobat dengan tobatan nasuhah dan tidak akan
mengpulangi perbuatan itu kembali.
139
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan dari temuan-temuan data dilapangan dan analisa data yang
penulis lakukan maka bisa ditarik kesimpulan bahwa judul “motivasi Dalam
Mengikuti Kegiatan Istighatsah Kubro Malam Jum’at Kliwon dan
Dampaknya Terhadap Kepribadian Santri Pondok Pesantren Attauhidiyyah,
maka secara sederhana dapat disimpulkan.
5.1.1Motivasi santridalam mengikuti kegiatan istighatsahkubro yaitu karena
adasuatu dorongan untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik.
Adapun yangdigunakan dengan cara melalui pendekatan intuitive
(penjernihan batin). Adapun pendekatan intuitive dengan berdzikir,
membaca asmaul husna, istighfar, shalawatan, dansebagainya. Karena
ini adalah pendorong diri untuk mendongkrak keimanan seseorang
sehingga Guna merubah kebiasaan buruk santri, Pondok Pesantren
Attauhidiyyah mengupayakan problem solving (pemecahan) untuk
peningkatkan motivasi terhadap jama’ah setelah pulang dari kegiatan
istighatsah, agar bisa memperbaiki akhlak, menambah iman dan
kegiatan Istighatsahbisa sebagai terapi terhadap masalah-masalah
tersebut.
140
5.1.2Dampak mengikuti kegiatanistighatsah kubro terhadap kepribadian
santri untukmendapatkan ketenangan jiwa yaitu merasakan ketentraman
batin yang selama hidupnya sebelum mengikuti istighatsah mengalami
keguncangan dalam hidupnya. Jadi dampak dari kepribadian santri
ketika melakukan kegiatan istighatsah akan lebih baik apabila di dalam
diri seseorang ada sebuah faktor yang mendorong orang itu berperilaku
baik ketika diri seseorang ada sebuah faktor yang akan mendorong atau
memotivasi untuk berperilaku keagamaan.Dalam kaitanya dengan
kepribadian seseorang, manusia sebenarnya telah diatur semacam
sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku manusia agar mencapai
ketentraman dalam
batinya.Pembentukankepribadiandimulaidaripenanamankeagamaan,
makadiperlukannyakegiatansemacamistighatsahuntukmembentukkeprib
adian yang tercermindalamsikapdanperilakusebagaiidentitasseseorang.
5.2Saran-saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis
memberikan saran kepada pihak yang terkait kegiatan istighatsah, karena
keagamaan juga memerlukan bimbingan yang mempunyai tujuan yang
selaras, yaitu membantu santri Attauhidiyyah pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya yaitu untuk meningkatkan iman dan taqwa agar mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Olehkarenaituperluadanyausaha-usaha
yang mendukungkearahterwujudnya:
141
1. Perluadanyakeaktifkanbagiparajama’ahistighatsahkubromalamjumatkliwo
n, hendaklahlebihaktifdanmeningkatkankeimanan.
Dengandemikianaktifmengikutikegiatanistighatsahkubromalamjumatkliwo
nmakapengetahuan agama akansemakinmeningkat,
sehinggatingkatibadahnyasemakinkuat,
apabilatingkatanibadahnyasudahkuatmakakemaksiatanakanlewat,
kalausudahmelewatitingkatkemaksiatanberartikitasudahmencapaitingkatan
ma’rifat.
2. Adanyakerjasamadenganpemerintahdaerah,
karenadukungandaripemerintahsetempatmaka di
terapkanlahbidangilmukeagamaanseperti madrasah diniyyah, mustho,
sehinggadarianak-anaksudahterdidiktertanamilmu agama
sebagaibekaldiharitua.
Karenakalautidaksemacamitumakamasagenerasianakbangsakitaakanlenyap
moralnya, aqidah yang selaludipakaiakansamasepertibinatang, hargadiri,
sopansantuntidak di pakailagi. Dengandemikianmotivasidan spiritual
sangatdiperlukansekaliuntukmendorongmelakukanaktifitas-
aktifitaskegiatankeagamaansepertiistighatsahkubromalamjumatkliwon di
PondokPesantrenAttauhidiyyahCikura-Bojong-Tegal.
3. Bagijama’ahsantri, hendaknyameningkatkanUkhuwahIslamiyahnyadi
antraparajama’ah yang lain, sehigga rasa persaudaraandanpersatuan
yangkuatakanmenjadikekuatantersendiribagiumatIslam.
142
5.3Penutup
Alhamdulillah pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT,
atastaufikdanhidayahnya,
penulisdapatmenyelaisaikanpenulisanpenelitianskripsitentang“
MotivasiDalamMengikutiKegiatanIstighatsahKubroMalamJum’atKliwondan
DampaknyaTerhadapKepribadianSantriPondokPesantrenAttauhidiyyahCikur
a-Bojong-Tegal” . Ucapanterimakasihpenulissampaikankepadasemuapihak
yang telahmembantudalampenulisanini.
Meskipunpenulistelahberusahasemaksimalmungkinuntukmencapai
target yang diharapkansebagaikaryailmiah,
namunpenulismenyadaribahwaskripsiinimasihjauhdarikesempurnaandanmasi
hdapatkekuarangandankesalahanbaikitudarisegipenulisanmaupundarisegiisiny
a. Hal inikarenaketerbatasankemampuan yang
dimilikipenulisdariberbagaisegikeilmuan.Olehsebabitupenulismengharapkan
masukan, saran dankritik yang
membangundariparapembacauntukmelengkapipenulisanskripsiini.Penelitime
nyadariatassegalakekurangandankelemahan yang adadalamskripsiini.Hal
inisemata-matakarenaketerbatasankemampuan yang penulismiliki.
Semogahasilpenelitianinibermanfaatbagikitasemua,
khususnyabagipenulissendiri.Hasilpenelitianinijugadiharapkanmenjadipemicu
bagilembaga-
143
lembagaatauinstansipondokpesantrenuntukmenerapkandanmengembangkand
akwahtersebut, sehinggaajaranislamakantersiarseanjangmasa. Semoga Allah
SWT selalumelimpahkankarunia_Nyadanmeridhoiamalperbuatanhamba-
hambanya yang shaleh…Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Kurniawan. 2007. Energi Dzikir dan Shalawat, Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta .
Adi, Riyanto. 2005. Motodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.
Amin, M. Mansyur. 1995. Dinamika Islam Sejarah Islam dan Kebangkitan,
Yogyakarta: Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya manusia
(LKPSM).
Ar-Radhi, Samir Jamal Ahmad. 2005. Bermunajat Mohon Hajat, Jakarta:
Hikmah (PT. Mizan Republika).
Arifin, M. 1990. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Teraju.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media.
Azwar, Saifuddin. 2002. Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastaman, Hanna Djumhana. 2001. Integrasi Psikologi Dengan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boeree, C. George. 2006. Personality Theories, Jogyakarta: Prisma Sophie.
Bukhori, Baidi, 2008. Zikir Al-Asma’ Al-Hunsa, Semarang: Syiar Media
Publishing.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV. Pustaka
Setia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ketiga,
Jakarta: Balai Pustaka
Djamaris, Zaenal Arifin. 1998. Doa Dan Tata Tertibnya, Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Eaton, Charles Le Gai. 2002. Dzikir Plus, Bandung: Cendikia.
Faizah, dkk. 2006. Psikologi Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta.
File:///H:/motivasi.html.
Fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian Neo Freudianisme, Yogyakarta: Zenith
Publisher.
Furchan, Areif. 2007. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Malang: Pustaka
Pelajar.
Hartati, Netty dkk. Islam Dan Psikologi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Handoko, Martin. 1992, Motivasi dan penggerak, Yogyakarta: Kanisius.
Jumantoro, Totok. 2001. Psikologi Dakwah Dengan Aspek-aspek Yang Qur’ani,
Penerbit Amzah.
Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kafadi, Nor Muh. 2002. Rahasia Keutamaan Dan Keistimewaan Shalawat,
Pustaka Media.
Moleong, lexy J. 2009. Metodelogi Penelitian kualitatif, Bandung : PT Rosda
Karya.
Muhadjir, Noeng. 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake sarasin,
cet ke-2.
Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Mulyana, Dedy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Munawir, Ahamad Warson. 2002. Al Munawir: Kamus Arab-Indonesia, Cet. 2,
Surabaya: Pustaka Progresif.
Nasrullah. 2002. Membangkitkan Kesadaran Spiritual Sebuah Pengalaman
Sufistik, Bandung: Pustaka hidayah.
Patty, dkk. 1982. Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional.
Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Kartono, Kartini. 2005. Teori Kepribadian, Bandung: CV Mandar Maju.
Nuh, Muhammad. 2007. Telaga Mari’fat, Mitrapress.
Shaleh, Abdul rahman dkk. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif
Islam.
Siagaian, Sondang P, 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Bina Aksara.
Sudjana, Nana Awal Kusuma. 2002. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi,
Bandung: Sinar Baru.
Sujanto, Agus dkk, 2006. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara.
Sukandarrumidi. 2006. Metode Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Supardi. 2002. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: Penerbit
UII Press
Supratikya, A. 1993. Teori-teori Holistik, Organismik-Fenomenologis,
Yogyakarta: Kanisius
Suryabrata, Sumandi. 1993. Psikologi Pendidikan Suatu Penyajian Operasional,
Yogyakarta, Rake Pres, jilid 1.
Suryabrata, Sumandi. 2008. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Rajawali Press.
Suryabrata, Sumandi. 2008. Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Susetya, Wawan, 2007. Menguak Rahasia Zikirullah, Yogyakarta: Tugu
Publisher.
Sutrisno, Hadi. 1987, Metode Research. Yogyakarta: YPFP UGM.
Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir, Yogyakarta: LkiS.
Walgito, Bimo. 2001. Pengantar Psikologi Umum, yogyakarta: Andi Offset.
Wawan, Susetya. 2007. Menguak Rahasia Dzikirullah, Yogyakarta: Tugu.
Winardi, J. 2007. Motivasi dan Pemotivasian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
نضشيحانصالج ا
٠اسب خراس ػ ص ا عش
ث١ا ١غ اأ ج ا اشع اروش
اد ػ سب ص ا ؽ١ؼر
صذث ؽ ا لذ اذ٠ ؾش
ا ذ جا ذ اهلل ف ؼ ا اجر
ا اجش ا ا لذ ا صش
ا افشض ت١ غ ا ا اػرصث
ا ا تااهلل اػرص رصش فا
ا جصا اصو ا ؽش ا ا ف
٠ؼؽش ا س٠ا اى اؼؽش ؾش
غه تؼث١ك لح ؼث صاو١ح ا
ا اسض ؼ١ث ا رؾش اشظ
اصش ػذاذص ا اش ٠رثؼ
ا ج ذ اأسض خ ثا اغ س ا
ػذ صا ص ا اجثاي ل١ و
١خ لؽش ١٠ ا ج ؽش ء ا ا
خ ا ػذ د سق اأؽجاس
٠غرؽش ٠ر غذا ف دش و
دؼ ا ا اأع ع ن اؽ١ش ؼ
١٠ اثؾش ن ا اأ اج
از ا غخ س ج وزا ب اجث
ف اص اأس٠اػ اؾذش تش ا
ااداؼث ذ١ػ اؼ ا ا
جش ت ام س اا امذس
ا ػذ د ذ اا ئه ؼ ا ت
ا وا ر ئك اخا ػ ازر ر س
ػذ مذاس ؽشفد از اغا
ت ا ان األ اث افرخش
ا ػذ ف وا ا عذ ٠ا ااو
ا ا ٠ى سضاي ذثؼس ا
ف ؼشفح و ػ١ ا ٠ؽشف ت
اخ ا اغ ااسظ١ ا ا ٠زس
اخ ءاغ غ ااسظ١ جث
ا اىشع اؼشػ افشػ ادصش
اهلل أػذ ا دا ج خ جذ ا
ا د ا د صالج ذصش ١ظ ا ذ
غ غ اؼذ ذغرخشق اذ ج ا س و
ذزس ا ذثم ا ذذ تا ذذ١ػ
اء ا ٠ح غا ا ٠ا ر ا ػظ١
ا ا ذ ف١ؼرثش ٠مع أ
ش لذ ا اظؼاف ػذ ػذد
ظؼف غ ٠ا اظؼاف امذس
ا ا ع١ذ ذشظ ذذة و و
ا شذ ا ا د ص مرذس ا
غ ا اغا ش لذ و ػذد
ا ظا ست ػف رؾش افع
ب ره و ف تذمه عش
فاط خمه ا ا ا ا ا ل وصش
ا اغفش ٠اسب ؼ عا ا ماس٠
١ غ ١ؼا ا ا ج ا ا٠ دعش
ا اذ٠ ا ١ ا ج١شا ا ذ
ا فرمش ع١ذ و ؼف
تا اذ١د لذ ا ا ر ػذد
ان ى ٠زس ا ا٠ثم ػف
ا ػ ا و اؽغ اتغ١
ىغشيا امة خاظؼا اذ لذ
ن ف سب ٠ا اسج ا اذاس٠ ذشد
تجا ف اذجش عثخ ٠ذ٠
سب ٠ا ا اػظ غفشج اجشا
دن فا ذصش ١ظ تذش ج ٠
ا الط ا د٠ ئمح ظا اأخاق
د ػا اىشب فشض مرذس ا
ا ؽ١فا و ف ت اصح و
١ا ؽفا ج اي ت خغش اأ ذ
صؽف تا جرث خ١ش ا ا اأ
ف ضد جاح س ذد اغ
خراس ػ اصاج ش ؼؼد ا ا
ظ اس ؽ ا ا ش ؽؼؾغ لذ ام
اشظا ش تىش ات ػ خ١فر
لا تؼذ رصش ذ٠ ٠
ق دفص ات ػ افاس صادث
ل أ ف افص ش دىا ػ
جذ ا ر ؼص س٠ ا د و
ذاع ف ا اظفش اذاس٠
وزا غ ػ ١ ا أ ات
ا اؼثاء ا اخثش جاءا لذ و
عؼ١ذ عؼذ ف ت ؼذح ػ ات
غشس عادج صت١ش ػث١ذج
ضج ع١ذا اؼثاط وزا د
ج اذثش صاد اغ١ش ت
لاؼثح األذثاع اصذة ي٢ا
اج اذ٠اج ١ اغذش تذا ا
د ا د لذ اؼ١ ج ا
ا سجائه ا ٠ذا عائال ج
اب شجاء د ش ا ذؼ
ات فاجؼ ش ا اتذا اغرش د
دع الد اهلل اعر ا ا
اي اذ٠ اجغذا تاء٢ا ا
اؼ اجا ا االخ و
ش اصذة اص اثذا اج١شا
ا و ؼ اثاس ا ػ ت
ا اذف١ظ ف دػر اتذا اعر
د دعاة داح ف د س ا و اسع
ػ األسض ذمث ائثر ف
ز ح دعشخ لذ اأؽثاح د
١ه ذد٠ فا ا ذذظ و ؽفر ت
ي ع١ذ ٠ا ت١ذ خز اهلل ٠اسع
ذ اصد ارا اصشاغ ػ امذ
صؽف ٠اسب ماصذا تغ تا
ا اعغ ٠ا ع ا اغفش اىش
اذث١ة ذشج از ؽفاػر
ي ى اي اأ مرذ
اشد١ اشد اهلل تغ
:ه غا تا فادػ اذغ األعاء هلل
انشحن انشحيى جال ج انهك جال ج جال ج
انمذوط انسالو جال ج انؤين جال ج جال ج
انهين انعضيض جال ج انجثاص جال ج جال ج
انتكثش انخانك جال ج انثاسئ جال ج جال ج
انصىس انغفاس جال ج انمهاس جال ج جال ج
انىهاب انشصاق جال ج انفتاح جال ج جال ج
انعهيى انماتض جال ج انثاسط جال ج جال ج
انخافظ انشافع جال ج انعض جال ج جال ج
انزل انسيع جال ج انثصيش جال ج جال ج
انحكى انعذل الض ج انهطيف جال ج جال ج
انخثيش انحهيى جال ج انعظيى جال ج جال ج
انغفىس انشكىس جالي ج انعهي جال ج جال ج
انكثيش انحفيظ جال ج انميت جال ج جال ج
انحسية انجهيم جال ج انكشيى جال ج جال ج
انشلية انجية جال ج انىاسع جال ج جال ج
انحكيى انىدود جال ج اناجذ جال ج جالي ج
انثاعج انشهيذ جال ج انحك جال ج جال ج
نىكيما انمىي جال ج انتين جال ج جال ج
انىني انحيذ جال ج انحصي جال ج جال ج
انثذئ انعيذ جال ج انحيي جال ج جال ج
انيت انحي جال ج انميىو جال ج جال ج
انىاجذ اناجذ جال ج انىاحذ جال ج جال ج
االحذ انصذ جال ج انمادس جال ج جال ج
انمتذس انمذو جال ج انؤخش جال ج جال ج
االول االخش جال ج انثاطن جال ج جال ج
انىاني انتعال جال ج انثش جال ج جال ج
انتىاب اننتمى جال ج انعفى جال ج جال ج
انشءوف انهك انانك جال ج واالكشاو روانجالل جال ج جال ج
نمسط انجايع جال ج انغني جال ج جال ج
انغني انانع جال ج انضاس جال ج جال ج
ننافعا اننىس جال ج انهادي جال ج جال ج
انثذيع انثالي جال ج انىاسث جال ج جال ج
نششيذا انصثىس جال ج جال ج
INSTRUMEN WAWANCARA
Penelitian tentang : “Motivasi Dalam Mengikuti Kegiatan Istighatsah Kubro Malam Jum’at
Kliwon Dan Dampaknya Terhadap Kepribadian Santri Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Cikura-Bojong-Tegal”.
A. Wawancara Dengan Pengurus Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal
1. Kapan sejarah berdirinya Pondok Pesanren Attauhidiyyah Tegal, dan siapa pendirinya?
2. Apa tujuan didirikanya Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
3. Bagaimna aktivitas kegiatan di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
4. Tolong gambarkan, seperti apa pelaksanaan ritual istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal?
5. Apa keistimewaan kegiatan istighosah kubro di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pelaksanaan kegiatan istighatsah
kubro di Pondok Pesantren Attauhidiyyah?
7. Dengan cara apa jama’ah termotivasi mengikuti kegiatan istighatsah kubro di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah?
8. Adakah dampaknya terhadap kepribadian jama’ah setelah mengikuti kegiatan istighatsah
kubro di pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
B. Wawancara Dengan Jama’ah Istighatsah Kubro Di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal
1. Apa yang memotivasi saudara ikut kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal?
2. Bagaimana perasaan saudara sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan istighatsah kubro di
Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
3. Bagaimana saudara bisa tersentuh dan tertarik mengikuti kegiatan istighatsah kubro di Pondok
pesntren Attauhidiyyah Tegal?
4. Apa yang melatarbelakangi saudara ikut kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal
5. Bagaimana pandangan saudara tentang kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal?
6. Apa yang saudara rasakan ketika mengikuti kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal?
7. Bagaimana perasaan saudara setelah mengikuti kegiatan istighatsah kubro di Pondok Pesantren
Attauhidiyyah Tegal?
8. Sejauh mana dampak yang berpengaruh pada diri saudara setelah mengikuti kegiatan istighatsah
kubro di pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
9. Apa yang anda harapkan ketika dari pelaksanaan kegiatan istighatsah kubro di Pondok
Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
10. Apakah yang akan saudara lakukan selanjutnya, setelah selesai mengikuti kegiatan istighatsah
kubro di Pondok Pesantren Attauhidiyyah Tegal?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Heri Siswanto
Tempat /Tanggal Lahir : Brebes, 25 Oktober 1986
Alamat : Jl. Bulu Raya No.1 Des. Glonggong Rt. 04/02 Kec. Wanasari
Kab. Brebes
Jenjang Pendidikan :
1. SDN Glonggong 01 Lulus Tahun 1999
2. MTs Wachid Hasyim Jagalempeni Brebes Lulus Tahun 2002
3. SMK Karya Bhakti Brebes Lulus Tahun 2005
4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Tahun ( 2006 – sekarang)
Semarang, Juli 2011
Heri Siswanto
NIM: 061111025
top related