case konjungtivitis.docx
Post on 09-Dec-2015
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : An. R
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki - Laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Gading Tutuka I, Blok D2 No. 161, Kec. Soreang, Kab. Bandung
Agama : Islam
No RM : 344808
Tanggal Pemeriksaan : 27 Juni 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata Merah Kanan dan Kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak dua hari SMRS, pasien mengeluhkan kedua matanya merah. Keluhan disertai
dengan rasa pedih di mata sebelah mata kiri dan kanan, rasa perih ketika mengedip mata dan
gatal-gatal. Ibu pasien juga mengatakan keluar cairan jernih dari mata di waktu pagi selepas
bangun tidur. Keluhan tidak disertai dengan penurunan penglihatan. Keluhan disertai batuk
pilek, dan hidung terasa gatal sejak satu minggu SMRS.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga dan teman-teman di sekolah, alergi obat dan
makanan, kelainan mata dan memakai kaca mata disangkal oleh pasien. Ibu pasien mengakui
pasien sering ada keluhan mata merah sebelum ini.
Tidak ditemukan riwayat benturan di mata, memakai kacamata, serta alergi obat dan
makanan. Pasien tidak memiliki riwayat asma, dan batuk lama.
1
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tanda vital : Dalam batas normal
Lain-lain : Dalam batas normal
STATUS OFTALMOLOGIS
Pemeriksaan Subjektif
Visus Sentralis Jauh OD OS
Pasien Tidak Kooperatif Pasien Tidak Kooperatif
Pemeriksaan Objektif
OD OS
Muscle balance Orthotropia
Pergerakan bola mata Baik Kesegala Arah Baik Kesegala Arah
Tekanan Intra Okular Palpasi Normal Palpasi Normal
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis superior
Hiperemis (+), papil (+) Hiperemis (+), Papil (+)
Conjungtiva tarsalis inferior
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
2
Conjungtiva bulbi Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+)
Hiperemis (+),injeksi konjungtiva (+)
Cornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Diameter 3 mm 3 mm
RC Direk/ Indirek +/+ +/+
Iris Tenang Tenang
Lensa Jernih Jernih
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biomikroskop (Slit Lamp) : Tidak Dilakukan
V. RESUME
Seorang laki – laki 5 tahun, datang dengan keluhan kedua matanya merah yang
dirasakan sejak 2 hari SMRS. Keluhan disertai rasa gatal, sekret (+) dan fotofobia (+). Keluhan
dirasakan hilang timbul, keluhan disertai batuk pilek, dan hidung terasa gatal. Riwayat asma
pada Ibu (+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal,
sedangkan status oftlamologis sebagai berikut:
Visus VOD pasien tidak kooperatif
VOS pasien tidak kooperatif
Konj. Tarsalis Superior ODS ditemukan hipertrofi papil dan Konj.Tarsalis Inferior superior
ODS tampak hiperemis. Konj. Bulbi ODS ditemukan injeksi konjungtiva.
VI. DIAGNOSA BANDING
Konjungtivitis vernal ODS
Konjungtivitis viral ODS
3
VII. DIAGNOSA KERJA
Konjungtivitis vernal ODS
VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan Giemsa pada sekret.
Tes alergi kulit.
IX. PENATALAKSANAAN
Umum : Anjuran memakai topi dan kacamata pelindung bila berada di luar ruangan
Kompres dingin bila timbul gatal
Khusus : Dexamethason (ED) 4 ddgtt II ODS
Sodium chromolyn 4% 4ddgtt II ODS
Chloramphenicol salep ODS
XI. PROGNOSA
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah satu lapisan membrane mucous yang nipis dan bening, dan
menyelaputi bagian anterior dari mata (kecuali kornea) dan permukaan dalam dari kelopak
mata. Epitelnya terdiri dari stratified columnar epithelium dengan sel goblet yang banyak,
manakala lapisan lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat longgar. Konjungtiva mempunyai
tiga bagian berdasarkan anatomis; konjungtiva tarsalis, konjungtiva bulbi dan forniks.
Dari segi fisiologis, lapisan epitel dari konjungtiva memproduksi mucus, yang
merupakan pelincir yang sangat bagus. Ia juga mungkin mempunyai sel-sel melawan infeksi.
Jadi, konjungtiva memainkan peranan yang penting dalam sistem pertahanan imunologis untuk
bagian luar mata, dan memproduksi mukus yang sangat diperlukan untuk stabilitas tear film.
Tanpa lapisan mucin dari tear filem, lapisan tear yang lain akan destabilisasi, dan kornea bisa
terkompromi eksposure, kondisi kering, malnutrisi atau infeksi. Mukus juga melincirkan bola
mata untuk mengurangkan geseran dan lekatan dari kelopak mata.
2.2 Hipersensitiviti Tipe I (Immediate)
Tipe 1 Hipersensitiviti dimulai dengan sensitisasi mast cell atau basophil. Ketika
proses sensitisasi atau priming, alergen-spesifik antibodi IgE akan menempel pada reseptor di
permukaan mast cell dan basophil. Dengan eksposure seterusnya, alergen yang sudah
disensitisasi akan mengikat pada IgE pada sel dan memulakan satu siri proses-proses yang
akhirnya akan membawa kepada degranulasi mast cell atau basophil, yang menyebabkan
pelepasan preformed mediatornya.
Antara reaksi dari hipersensitiviti tipe I adalah anafilaksis, alergi, asma ekstrinsik, dan
alergi rhinitis. Lesi patologis termasuk dilatasi pembuluh darah, edema, kontraksi dari smooth
muscle, produksi mukus, dan inflamasi.
6
2.3 Konjungtivitis
Konjugtivitis dapat didefinisikan sebagai inflamasi konjungtiva akibat infeksi,
alergen, toksin atau trauma kimia. Konjungtivitis dapat dibagi menjadi dua; akut (5-7 hari) dan
kronis (>7 hari). Dari segi etiologi, konjungtivitis dapat disebabkan oleh:
1. Virus
2. Bakteri
3. Alergi
4. Jamur
Perbedaan etiologi konjungtivitis:
Virus Bakteri Jamur Alergi
Gatal-gatal Minimal Minimal Minimal Berat
Hiperemia MenyeluruhSedang
Menyeluruh Mencolok
Menyeluruh MenyeluruhRingan sedang
Lakrimasi Amat banyak Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimal Amat banyak Amat banyak Minimal
Adenopati Preaurikuler
Biasanya ada Langka Biasanya hanya pada k.inklusi
Tidak ada
Pewarnaan kerokan konjungtiva dan eksudat
Monosit Bakteri PMN Sel PMN, plasma, badan inklusi
Eosinofil
Kaitan dengan sakit kerongkongan dan demam
Kadang-kadang ada
Kadang-kadang ada
Tidak pernah Tidak pernah
Kotoran Sedikit, serous Purulen: banyak Non purulen (mukopurulen):sedikit
Sedikit Sedikit, lengket putih
7
Kemosis +/- ++ ++
Pseudomembran +/- +/- - -
Papil - +/- +
Folikel + - -
2. 4 Patofisiologi
Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area dan menular ke
area lainnya. Kadangkala, eosinofil (warna kemerahan) tampak kuat di antara sel-sel
jaringan epitel. Perubahan yang menonjol dan parah terjadi pada substansi propria
(jaringan urat). Pada tahap awal jaringan terinfiltrasi dengan limfosit, sel plasma,
eosinofil, dan basofil. Sejalan dengan perkembangan penyakit, semakin banyak sel yang
berakumulasi dan kolagen baru terbentuk, sehingga menghasilkan bongkol-bongkol besar
pada jaringan yang timbul dari lempeng tarsal. Terkait dengan perubahan-perubahan
tersebut adalah adanya pembentukan pembuluh darah baru dalam jumlah yang banyak.
Peningkatan jumlah kolagen berlangsung cepat dan menyolok.
Pada bentuk limbal terdapat perubahan yang sama, yaitu: perkembangbiakan jaringan
ikat, peningkatan jumlah kolagen, dan infiltrasi sel plasma, limfosit, eosinofil dan basofil
ke dalam stroma. Penggunaan jaringan yang dilapisi plastik yang ditampilkan melalui
mikroskopi cahaya dan elektron dapat memungkinkan beberapa observasi tambahan.
Basofil sebagai ciri tetap dari penyakit ini, tampak dalam jaringan epitel sebagaimana juga
pada substansi propria. Walaupun sebagian besar sel merupakan komponen normal dari
substansi propia, namun tidak terdapat jaringan epitel konjungtiva normal.
Walaupun karakteristik klinis dan patologi konjungtivitis vernal telah digambarkan
secara luas, namun patogenesis spesifik masih belum dikenali.
2.5 Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi dapat didefinisikan sebagai bentuk radang konjungtiva akibat
reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi
8
lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.
Pasien biasanya mempunyai riwayat atopi.
Etiologinya bisa menjadi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Konjungtivitas alergi dapat diklasifikasi menjadi empat:
1. Konjungtivitis Vernal
2. Konjungtivitis flikten
3. Konjungtivitis iatrogenik
4. Konjungtivitis atopik
1. Konjungtivitis Vernal
Etiologi: reaksi Hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata
Ciri: papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat,
sekret gelatin yang berisi eosinofil, atau granula eosinofil, pada kornea terdapat
keratitis,neovaskularisasi, dan tukak indolen.
Epidemiologi: dapat rekuren dan bilateral terutama pada musim panas. Usia muda antara
3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia
dibawah 10 tahun. Vernal biasa terjadi pada anak-anak.
Dua bentuk utama (yang dapat bersamaan):
- Bentuk palpebra
Pada tipe palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior
Terdapat pertumbuhan papil yang besar yang diliputi skeret yang mukoid
Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih
berat dibanding dengan bentuk limbal.
Secara klinis papil besar ini tampak sebagai benjolan bersegi banyak dengan
permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.
- Bentuk limbal
bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk
jaringan hiperplastika gelatin, dengan Trantas dots yang merupakan degenerasi
epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya
pannus, dengan sedikit eosinofil.
9
2. Konjungtivitis flikten
Merupakan konjungtivitis nodulas yang disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri
atau antigen tertentu.
Pathogenesis: karena alergi (Hipersensitiviti Tipe IV)
Epidemiologi: lebih sering ditemukan pada anak-anak di daerah padat, yang biasanya
gizi kurang atau sering mendapatkan radang saluran nafas. Biasanya unilateral dan
kadang-kadang mengenai kedua mata.
Ciri: Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi,
kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna kuning
kelabu seperti suatu mikroakses yang biasanya terletak di dekat limbus. Biasanya abses
ini menjalar kearah sentral atau kornea dan terdapat tidak hanya satu.
Gejala: mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan sampai berat. Bila
kornea ikut terkena, selain rasa sakit pasien juga akan merasa silau disertai
blefarospasme.
Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, dengan kemungkinan akan terjadi kekambuhan.
3. Konjungtivitis Iatrogenik
Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan dokter.
4. Konjungtivitis atopik
Reaksi alergi selaput lendir mata atau konjungtiva terhadap polen, disertai dengan
demam.
Memberikan tanda mata berair, bengkak, belek berisi eosinofil.
2.6 Manifestasi klinis
Semua gejala bersifat rentan terhadap benda asing. Gejala utama adalah radang (merah,
sakit, bengkak, dan panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya
terlihat dengan terdapatnya papil besar pada konjungtiva (cobble stone), datang bermusim, yang
dapat mengganggu penglihatan. Pada hasil laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,
limfosit dan basofil.
10
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala:
a. sekret, kelopak mata terasa lengket
b. mata merah
c. sensai benda asing
Rekurensi musiman (vernal): biasanya terjadi pada musim panas dan gatal terasa pada
sore hari
Riwayat alergi (atopi/alergi)
2. Pemeriksaan fisik
Konjungtivitas vernal/atopi:
- sekret seperti benang tebal
- papil konjungtiva besar (giant papil) pada konjungtiva tarsal superior atau limbus (tipe
palpebra)
- Shield ulcer pada kornea superior
- bintik putih pada limbus dan kelopak mata yang meninggi (horner-trantas dots) (tipe
limbal)
Konjungtivitas alergi:
- kemosis
- papil konjungtiva (bukan giant papil)
- sekret mucus minimal
- edema ringan
- eritema kelopak mata
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Apus konjungtiva untuk kultur dan sensitivitas: agar darah, agar coklat, agar Thayer-
martin, pewarnaan gram jika parah
11
2.9 Diferensial Diagnosis
Walaupun secara prinsip konjungtivitis vernal sangat berbeda dengan trakhom dan
konjungtivitis demam rumput, namun seringkali gejalanya membingungkan dengan dua
penyakit tersebut. Trakhom ditandai dengan banyaknya serabut-serabut sejati yang terpusat,
sedangkan pada konjungtivitis vernal jarang tampak serabut sejati. Pada trakhom, eosinofil
tidak tampak pada kikisan konjungtiva maupun pada jaringan, sedangkan pada konjungtivitis
vernal, eosinofil memenuhi jaringan. Trakhom meninggalkan parut-parut pada tarsal,
sedangkan konjungtivitis vernal tidak, kecuali bila terlambat ditangani.
Tanda konjungtivitis demam rumput adalah edema, sedangkan tanda konjungtivitis
vernal adalah infiltrasi selular. Demam rumput memiliki karakteristik sedikit eosinofil, tidak
ada sel mastosit pada jaringan epitel, tidak ada peningkatan sel mastosit pada substantia
propria, dan tidak terdapat basofil, sedangkan konjungtivitis vernal memiliki karakteristik
adanya tiga serangkai, yaitu: sel mastosit pada jaringan epitel, adanya basofil, dan adanya
eosinofil pada jaringan.
Tabel 1. Diagnosis banding Trakoma, Konjungtivitis folikularis,
Konjungtivitis vernal.
12
13
Trakoma Konjungtivitis
folikularis
Konjungitvitis
vernal
Gambaran
lesi
(kasus dini) papula kecil atau
bercak merah bertaburan
dengan bintik putih-kuning
(folikel trakoma). Pada
konjungtiva tarsal (kasus
lanjut) granula (menyerupai
butir sagu) dan parut,
terutama konjungtivatarsal
atas
Penonjolan
merah-muda
pucat tersusun
teratur seperti
deretan “beads”
Nodul lebar datar
dalam susunan
“cobble stone”
pada konjungtiva
tarsal atas dan
bawah, diselimuti
lapisan susu
Ukuran
lesi
Lokasi lesi
Penonjolan besar lesi
konjungtiva tarsal atas dan
teristimewa lipatan retrotarsal
kornea-panus, bawah
infiltrasi abu-abu dan
pembuluh tarsus terlibat.
Penonjolan
kecil terutama
konjungtiva
tarsal bawah
dan forniks
bawah tarsus
tidak terlibat.
Penonjolan besar
tipe tarsus atau
palpebra;
konjungtiva tarsus
terlibat, forniks
bebas. Tipe limbus
atau bulbus; limbus
terlibat forniks
bebas, konjungtiva
tarsus bebas (tipe
campuran lazim)
tarsus tidak terlibat
Tipe
sekresi
Kotoran air berbusa atau
“frothy” pada stadium lanjut.
Mukoid atau
purulen
Bergetah, bertali,
seperti susu
Pulasan Kerokan epitel dari
konjungtiva dan kornea
memperlihatkan ekfoliasi,
proliferasi, inklusi seluler.
Kerokokan
tidak
karakteristik
(Koch-Weeks,
Morax-
Axenfeld,
mikrokokus
kataralis
stafilokokkus,
pneumokokkus
)
Eosinofil
karakteristik dan
konstan pada
sekresi
2.10 Komplikasi
Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral atau
parasentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Penyakit
ini juga dapat menyebabkan penglihatan menurun. Kadang-kadang didapatkan panus, yang
tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat menahun dan
berulang, sering menimbulkan kekambuhan terutama di musim panas.
2.11 Penatalaksanaan
Diet dan gaya hidup:
1. Konjungtivitis alergi: hindari alergen atau eliminasi pemicu.
2. Pakai handuk, bantal, guling sendiri dan diganti setelah sembuh.
Terapi farmakologis:
1. Konjungtivitis vernal/atopic:
a) Edukasi
- hindari hal yang memicu timbulnya alergi: jangan panas-panasan
- kalau gatal kompres dingin
- kalau gatal sekali boleh ditambah antihistamine
b) Ringan
- Air mata atificial 6x/hari
- Mastel stabilizer 4x/hari
c) Sedang
- Levokabastin atau olopatadin HCL 0.1% 4x/hari
- Ketorolak 4x/hari
d) Berat
- Jika sekret banyak sekali dan visus turun
- Fluorometholon 4x/hari selama 1-2 minggu ditambah natrium kromolin 4% topical atau
lodoksamid untuk penyakit vernal atau atopi
14
- Jika ada shield ulcer (karena cobble stone yang melukai kornea) tambah dengan steroid
dan antibiotik topikal.
2. Konjungitivitis alergi:
a) hilangkan faktor pemicu
b) kompres dingin
c) Air mata artificial
d) Olopatadin 1%, lodoksamid 0.1%, nedokromil 2%, ketofiten 0.025% 2x/hari
e) Steroid topical 4x/hari
2.12 Prognosis
Kondisi ini dapat terus berlanjut dari waktu ke waktu, dan semakin memburuk selama
musim-musim tertentu
BAB III
PEMBAHASAN
15
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva dan salah satu penyakit mata paling
umum di dunia. Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis dibedakan berdasarkan
etiologi secara umum menjadi viral, bakterial, alergi, dan fungal. Konjungtivitis vernal adalah
penyakit alergi bilateral biasanya dimulai pada tahun-tahun prepubertas dan berlangsung hingga
5-10 tahun. Pasien biasanya mengeluhkan rasa gatal yang berat dan tahi mata yang berserat.
Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi.
Pembahasan pada kasus ini antara lain mencakup:
1. Bagaimana gambaran penyakit ini?
2. Apa dasar diagnosa pada pasien ini?
3. Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
1. Bagaimana gambaran penyakit ini?
Penyakit ini diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap allergen eksogen yang
dimediasi oleh IgE seperti diindikasikan oleh kenaikan eosinofil. Penyakit ini terdapat dua
bentuk, yaitu bentuk palpebra yaitu terdapat gambaran hipertrofi papil sehingga memberikan
gambaran cobblestone yang diliputi secret mukoid. Konjungtiva tarsal inferior dapat ditemukan
hiperemi dan edema, dengan kelainan kornea lebih berat dibanding limbus.
Secara klinis, papil besar ini tampak sebagai tonjolan poligonal dengan permukaan rataa
dan dengan kapiler di tengahnya. Adanya sel-sel eosinofil dapat dilihat dari pemeriksaan
Giemsa. Sedangkan bentuk limbus, ditemukan benjolan di limbus, dengan bercak Horner
Trantas yang berwarna keputihan yang terdapat di dalam benjolan. Secara histologik penonjolan
ini adalah suatu hiperplasi dan hialinisasi jaringan ikat disertai proliferasi sel epitel dan
serbukan sel limfosit, sel plasma dan sel eosinofil.
2. Apa dasar diagnosa pada pasien ini?
16
Dari anamnesa, didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kedua mata merah tanpa
penurunan visus yang hilang timbul dirasakan sejak 2 hari yang lalu, keluhan dirasakan
berulang dan keluhan disertai rasa gatal, secret putih dan fotofobia.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan gambaran papil pada konjungtiva tarsalis superior,
penampakan hiperemis pada konjungtiva tarsalis inferior dan superior. Serta injeksi
konjungtiva pada konjungtiva bulbi.
3. Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?
Prinsip pengobatan pada pasien ini adalah simptomatik. Gejala iritasi dapat dihilangkan
dengan aplikasi steroid topical. Biasanya dalam waktu beberapa hari keluhan dapat hilang dan
dosis tetap diterapkan sepanjang musim tertentu. Sebagai terapi adjuvant, dapat digunakan
sodium chromolyn sebagai antihistamin. Dapat diberikan kompres dingin untuk menghilangkan
gejala iritasi yang mengganggu. Selain itu, vasokonstriktor agent mempunyai efek yang ringan.
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Prognosa pada pasien ini biasanya baik, tapi tidak jarang keluhan ini dapat muncul
kembali pada musim-musim tertentu terutama cuaca panas. Konjungtivitis vernal merupakan
penyakit rekuren dan bilateral terutama pada musim panas dan biasanya mengenai pasien usia
muda 3-25 tahun dari kedua jenis kelamin. Terjadinya penyakit ini pada anak laki-laki biasanya
pada usia di bawah 10 tahun.
BAB IV
KESIMPULAN
17
Konjungtivitis vernal adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang
(recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit ini juga dikenal
sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis
musim kemarau”.
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang
mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang kuat
alergi.
Terdapat dua bentuk penyakit ini, yaitu: palpebral dan limbal, yang perbedaan
utamanya terletak pada lokasi. Bentuk palpebra, terutama mengenai konjungtiva
tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi
sekret yang mukoid. Bentuk limbal, hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat
membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan
degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya
pannus, dengan sedikit eosinofil.
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak
eosinofil dan granula eosinofilik bebas. Dapat menimbulkan keratitis epitel atau
ulkus kornea superfisial sentral atau parasentral, yang dapat diikuti dengan
pembentukan jaringan sikatriks yang ringan. Juga kadang-kadang didapatkan panus,
yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea. Perjalanan penyakitnya sangat
menahun, bertahun-tahun. Penyakit ini sering menimbulkan kekambuhan terutama
di musim panas.
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa diobati. Dapat diberi obat
kompres dingin, natrium karbonat dan obat vasokonstriktor. Kelainan kornea dan
konjungtiva dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal. Bila terdapat tukak
maka diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan sikloplegik.
Lebih baik penderita pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Ilyas, Sidarta Prof. Dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FK UI;2008,
hal 3, 133-134
2. Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta: Widya Medika,2000,hal 5-6, 115
3. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Mansjoer Arif. Jilid I. Ed.3. Jakarta: Media
Aesculapius,2000, hal 54
4. Wijana S.D, Nana Dr. Ilmu Penyakit Mata. Ed. rev. Cet.6. Jakarta: Abadi Tegal,
hal 54
5. Anonim. Alergi Mata Merah (Allergic Conjunctivitis ). Diakses tanggal 29 Juni
2015. Dari: http://forum.um.ac.id/index.php?topic=5087.0
6. Anonim. Konjungtivitis Vernal. Diakses tanggal 29 Juni 2015. Dari:
http://francichandra.wordpress.com/2010/04/07/konjungtivitis-vernal/
7. Anonim. Konjungtivitis Vernal. Diakses tanggal 01 Juli 2015. Dari:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=3&jd=Tips+Praktis+Mengenali+Konjungtivitis+Vernal&dn=20080330030607
8. Anonim. Vernal Conjunctivitis. Diakses tanggal 01 Juli 2015. Dari:
http://www.umm.edu/ency/article/001390.htm
19
top related