bismillah bab 1-5
Post on 11-Feb-2016
46 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN
DEPARTEMEN KOMUNITAS
“PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS”
Untuk Memenuhi
Tugas Profesi Departemen Komunitas
Oleh : Kelompok 8
115070201111020 Sri Indah Novianti115070201111016 Indah Dwi Rahayu115070200111046 Merchiliea Eso Navy Gyana115070200111048 Novita Wulan dari115070200111008 Angernani Trias W.115070200111044 Ervina Ayu Misgiarti115070200111030 Maulana Rahmat H.115070200111010 Uzzy Lintang Savitri115070207111028 Ana Muhasshonah115070201111022 Dewi Atiqa Angraeni
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya kelompok dapat menyelesaikan laporan kegiatan masyarakat Rukun
Warga 02 Rt 1 s/d 11 kelurahan Gading kasri Kecamatan Klojen Kabupaten Malang.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas profesi departemen komunitas.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak tersebut,
maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. dr. Kusworini., M.Kes selaku ketua jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
2. Ns. Annisa Wuri Kartika, S.Kep.,M.Kep, selaku dosen pembimbing dalam asuhan
keperawatan komunitas.
3. Kepala puskesmas bareng dan bu susilowati, S.Kep, Ners. Selaku pembimbing
lahan yang selalu membimbing dan mengarahkan kami
4. Drs. Sarifudin, selaku ketua RW 02 kelurahan Gading kasri, Kecamatan Klojen
Kabupaten Malang atas ijin melakukan kegiatan praktek profesi komunitas.
5. Anggota kelompok 8 profesi program A angkatan 2011 yang telah berperan aktif
dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini mulai awal sampai akhir.
Akhirnya kelompok menyadari bahwa asuhan keperawatan komunitas ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kelompok menerima kritik maupun saran guna
menyempurnakan asuhan keperawatan komunitas ini. namun demikian, semoga hasil-hasil
yang dituangkan lewat kegiatan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Malang, 5 Agustus 2015
Penulis
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPola makan masyarakat Indonesia saat ini telah banyak yang beralih ke makanan
kemasan dan cepat saji. Hal ini justru mengakibatkan berkembangnya penyakit
degenerative, diantaranya jantung, diabetes mellitus dan hipertensi, karena makanan
jenis ini mengandung tinggi kadar lemak, glukosa dan natrium. Hipertensi adalah suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik (Agrina, et al.,2011). Sedangkan diabetes mellitus
merupakan penyakit kelainan metabolism yang disebabkan kurangnya hormone insulin,
ditandai dengan tingginya kadar GDS >200 mg/dL dan GDP >120 mg/dL (Utami, 2004).
Menurut WHO dan International Society of Hypertension (ISH) (Nawi, 2006), saat
ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahun. Jumlah penyandang kecacatan akibat komplikasi dari
hipertensi telah mencapai 3,7% atau 57 juta orang dari total morbiditas dalam bentuk
serangan stroke (54%), penyakit jantung koroner (47%), iskemia, gagal jantung, gagal
ginjal, dan gangguan penglihatan (WHO, 2013). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% yang
berada di urutan ketiga penyebab kematian dengan proporsi kematian sebesar 6,8%
pada semua umur, setelah stroke dan TB. Prevalensi di Provinsi Jawa Timur sebesar
20,1%, sedangkan prevalensi hipertensi di kota Malang mencapai 33.5% (Depkes RI.
2008). Dalam penelitian Lukitasari (2011) diketahui prevalensi hipertensi tidak terkontrol
di poli jantung RSSA Malang mencapai 79,2% dikarenakan pasien tidak patuh
mengonsumsi obat. Kasus hipertensi pada tahun 2010 mencapai 4,48% dari 327.373
total kasus. Kejadian tersebut meningkat di tahun 2011 mencapai 9,95% dari 211.629
total kasus.
Data WHO (2006), yang menyebutkan bahwa diperkirakan terdapat 171 juta
orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2000 dan menyebabkan kematian
sebanyak 3,2 juta jiwa. WHO memprediksi akan terjadi peningkatan menjadi 366 juta
penderita pada tahun 2030 (Animesh, 2006). Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi
DM berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan adanya gejala adalah sebesar
1,1%. Sedangkan prevalensi berdasarkan hasil pengukuran kadar gula darah pada
penduduk umur lebih dari lima belas tahun di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7%
(Depkes, 2008).
Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai andil
yang cukup besar dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Kerjasama antar
berbagai pihak yang ada dalam struktur system politik sangat diperlukan untuk
menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Namun, salah satu masalah dalam
upaya pembangunan kesehatan tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat
akan permasalahan dan upaya kesehatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mengatasi hal ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan, yaitu dengan mengadakan penyuluhan ke masyarakat. Tidak saja berharap
masyarakat berperan dalam upaya kesehatan, namun lebih pada tercapainya
masyarakat yang mandiri dibidang kesehatan.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan gabungan dari perawatan
kesehatan masyarakat dan perawatan yang diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan
komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta
koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik.
Asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan pada sasaran kelompok
masyarakat dengan atau beresiko dengan masalah kesehatan yang berada didalam
naungan Puskesmas. Oleh sebab itu dipilihlah lingkungan RW 02 Kelurahan Gading
Kasri dan terdiri dari 11 RT yang merupakan daerah naungan Puskesmas Bareng Kota
Malang. Berdasarkan informasi awal bahwasanya di lingkungan tersebut telah banyak
warga yang menderita Diabetes Mellitus, namun belum ada data yang mendukung.
Untuk mengetahui angka penderita DM didaerah tersebut sehingga perlu untuk
dilakukan binaan untuk mendeteksi permasalah kesehatan yang terdapat dalam
lingkungan tersebut.
Kemudian dari hasil pengkajian awal mahasiswa Universitas Brawijaya di
wilayah RW 02 Kelurahan Gading Kasri didapatkan adanya masalah kesehatan pada
warga yaitu hasil pengkajian dengan kuisioner yang dilakukan kepada 96 responden di
RW 2 (RT 1 hingga RT 10) pada hari jum’at dan sabtu tanggal 12-13 Juni 2015,
didapatkan hasil tabulasi terkait riwayat penyakit keturunan seperti Hipertensi dan
diabetes sebanyak 29,11%. Selain itu menurut kader, 50 % lansia yang mengikuti
posyandu menderita hipertensi. Didapatkan pula data bahwa pengetahuan masyarakat
tentang penyakit DM dan HT kurang, serta adanya perilaku kurang sehat dari warga
misalnya kebiasaan merokok, kurangnya kebiasaan olahraga dan pengurangan
konsumsi garam pada penderita hipertensi. Kurangnya kesadaran terhadap kesehatan
juga merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
Selanjutnya dilakukan proses asuhan keperawatan komunitas secara
komprehensif yang melibatkan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan implementasi
program kegiatan yang telah disepakati untuk menangani masalah kesehatan yang
ditemukan. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, kami
menggunakan proses keperawatan komunitas yang komprehensif mulai pengkajian
sampai evaluasi untuk mendukung meningkatnya status kesehatan masyarakat yang
optimal.
1.2 Rumusan MasalahBagaimana peran masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi hipertensi dan
diabetes mellitus?
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui peran warga Gading Kasri dalam mencegah dan
menanggulangi hipertensi dan diabetes mellitus.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui status demografis warga Gading Kasri.
2. Mengetahui angka kesakitan dan angka kematian akibat hipertensi dan
diabetes mellitus di Gading Kasri.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan warga Gading Kasri mengenai penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus.
4. Mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan
oleh warga Gading Kasri.
5. Mengetahui upaya pengobatan yang telah dilakukan oleh warga Gading
Kasri.
1.4 Manfaat1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Dinas Kesehatan dalam
merumuskan kebijakan program pengendalian hipertensi dan diabetes mellitus.
2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Bareng tentang infomasi dan pengaruh
partisipasi komunitas dalam pengendalian masalah hipertensi dan diabetes mellitus
untuk meningkatkan partisipasi komunitas dalam pengendalian hipertensi dan
diabetes mellitus.
3. Sebagai sumber infomasi bagi komunitas tentang pengaruh partisipasi komunitas
terhadap pengendalian hipertensi dan diabetes mellitus.
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS2.1.1 Konsep Community as Partner Anderson dan McFarlane
Model Community as a partner merupakan pengembangan dari model Neuman yang
menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan
klien. Agregat klien dalam model Community as Partner meliputi intrasistem dan
ekstrasistem. Agregat intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki
satu atau lebih karakteristik sedangkan agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik
dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999;
Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005). Delapan subsistem tersebut
dipisahkan dengan garis putus-putus yang berarti sistem satu dengan yang lainnya
saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan
mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas
untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan adalah contoh dari line of resistance.
Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa konsep model Community as
Partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan
delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, peren, implementasi, dan evaluasi.
Komunitas sebagai partner berarti bahwa kelompok masyarakat turut berperan serta
secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.
2.1.2 PengkajianPengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan
dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki
komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis,
sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Bagian inti (Core).
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian inti (core) meliputi:
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Pengkajian mencakup riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru),
adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh kelompok agregasi dan
responya terhadap perubahan tersebut. Data sejarah perkembangan komunitas
dapat didapatkan dengan cara mencari literatur review di perpustakaan, sejarah
social, interview
b. Data demografi
Pengakajian mencakup karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah
tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah
penduduk, apakah penduduknya homogen atau heterogen. Data demografi
penduduk bisa didapatkan dari hasil sensus penduduk
c. Vital statistika
Pengkajian mencakup angka kematian, kelahiran, kesakitan dan penyebab
utama kematian dan kesakitan. Data statistika yang berhubungan dengan
statistika kesehatan dapat diperoleh dari data dinas kesehatan setempat.
d. Nilai dan kepercayaan
Pengkajian mencakup nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat
yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan. Nilai dan kepercayaan agregat dapat
diperoleh dari kontak personal, observasi dan phone book.
2. Bagian Subsistem
a.Lingkungan Fisik
Hal yang dikaji meliputi mutu air, kualitas udara, flora, perumahan, ruang, area
hijau, binatang, struktur sosial, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air,
dan iklim. Pengkajian lingkungan fisik pada kelompok agregasi serupa dengan
pemeriksaan fisik pada klien individual. Semua indra digunakan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan. Shumway dan Wisehart (1969)
menyarankan untuk berjalan-jalan keliling lingkungan (melakukan pengamatan
secara sistematis) dalam meningkatkan sensitivitas terhadap elemen ekologis
sekitar. Contoh: seseorang ingin mengidentifikasi melalui penglihatan dan
penghidu sumber-sumber makanan untuk kelompok agregasi tertentu. Apakah
kelompok tertentu lebih menyukai makanan siap saji, atau makanan-makanan
etnik atau regional (Chistensen Paula J & Kenney Janet w, 2009).
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Hal yang dikaji meliputi apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan
yang praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan
atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun
tradisional/pengobatan alternatif, apakah fasilitas yang ada tersebut mudah
diakses.
c. Ekonomi
Hal yang dikaji meliputi apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan,
adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan, berapa
besar presentase keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan dll.
d. Keamanan dan Transportasi
Hal yang dikaji meliputi apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di
wilayah komunitas, bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar
atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang
cacat. Jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya:
pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa
saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman,
apakah pendidikan keamanan telah diberikan?
e. Politik dan Pemerintahan
Hal yang dikaji meliputi apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh
partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah yang terdapat
komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah
orang-orang (komunitas) terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit
pemerintahan lokal mereka.
f. Komunikasi
Hal yang dikaji meliputi apakah orang-orang memiliki tv dan radio, apa saja
sarana komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas,
apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat
yang biasanya digunakan untuk berkumpul.
g. Pendidikan
Hal yang dikaji meliputi apakah ada sekolah, jumlah penduduk yang sekolah,
rerata tahuan pendidikan penduduk, presentase penduudk yang dapat
membaca, apakah ada perpustakaan, apakah sekolah itu berfungsi, bagaimana
reputasinya, apakah ada uks, apakah ada sekolah perawatnya?
h. Rekreasi
Hal yang dikaji meliputi dimana anak-anak biasanya bermain, apa saja bentuk
rekreasi utama, siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan
masyarakat menggunakan waktu senggang.
Data dalam pengkajian komunitas bisa bersifat subjektif (data yang diperoleh dari
keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan) dan objektif (data yang diperoleh melalui
suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran). Data-data tersebut bisa berasal dari
pengkajian langsung yang dilakukan oleh mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat
dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian (data primer) dan dari sumber lain seperti: kelurahan, catatan riwayat kesejatan
pasien atau medical record medical record. Pengkajian komunitas dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu: wawancara atau anamnesa, pengamatan, dan pemeriksaan fisik.
2.1.3 Diagnosa keperawatanDiagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian.
American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah
suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Definisi dan klasifikasi diagnosa keperawatan menurut Nanda 2012-2014 sebagai
berikut :
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Manajemen Kesehatan
Definisi : hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara
yang memperbaiki status kesehatan
Batasan Karakteristik :
Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan
Gagal mencapai pengendalian yang optimal
Gagal melakukan tindakan yang mencegah masalah kesehatan
Meminimalkan perubahan status kesehatan
Faktor yang Berhubungan :
Penggunaan alkohol berlebihan
Kurang pemahaman
Kurungan dukungan sosial
Pencapaian diri yang rendah
Status sosio-ekonomi rendah
Banyak stresor
Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
Merokok
2. Defisiensi kesehatan komunitas
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Manajemen Kesehatan
Definisi : Adanya satu atau lebih masalah kesehatan atau faktor yang mengganggu
kesejahteraan atau meningkatkan risiko masalah kesehatan yang dialami oleh suatu
kelompok
Batasan karakteristik :
Kejadian berisiko yang berhubungan dengan hospitalisasi yang dialami oleh
kelompok atau populasi
Kejadian beresiko yang berhubungan dengan status fisiologis yang dialami oleh
kelompok atau populasi
Kejadian beresiko yang berhubungan dengan status psikologis yang dialami oleh
kelompok atau populasi
Kejadian masalah kesehatan yang dialami oleh kelompok atau populasi
Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan bagi suatu kelompok
atau populasi
Tidak tersedia program untuk mencegah satu atau lebih masalah kesehatan bagi
suatu kelompok atau populasi
Tidak tersedia program untuk mengurangi satu atau lebih masalah kesehatan
bagi suatu kelompok atau populasi
Tidak tersedia program untuk menghilangkan satu atau lebih masalah kesehatan
bagi suatu kelompok atau populasi
Faktor yang berhubungan :
Kurang akses ke pemberi layanan kesehatan masyarakat
Kurang ahli di masyarakat
Keterbatasan sumber daya
Program tidak memiliki anggaran yang cukup
Program tidak memiliki dukungan komunitas cukup
Program menunjukkan kepuasan konsumen yang kurang
Program kurang memiliki rencana evaluasi
Program tidak memiliki data hasil yang cukup
Program mengatasi masalah kesehatan sebagian
3. Gaya hidup monoton
Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 1 : Kesadaran Kesehatan
Definisi : Menyatakan suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan tingkat
aktivitas fisik yang rendah
Batasan karakteristik :
Memilih rutinitas harian yang minum latihan fisik
Menunjukkan kurangnya aktivitas fisik
Menyatakan lebih memilih aktivitas dengan gerak fisik rendah
Faktor yang berhubungan :
Kurang pengetahuan tentang keuntungan latihan fisik bagi kesehatan
Kurang minat
Kurang motivasi
Kurang sumber daya (mis., waktu, uang, teman, fasilitas)
Kurang latihan untuk memenuhi gerak fisik
2.1.4 Perencanaana. Tahapan pengembangan masyarakat persiapan, penentuan prioritas daerah,
pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. Tahap diklat
c. Tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri
atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau tidak berfungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sampai
stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari
ketidakmampuannya.
2.1.5 Pelaksanaan/ImplementasIImplementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi
tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar
klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
2.1.6 Evaluasi atau penilaianMenurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle (2000),
evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
b. Evaluasi prosesEvaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasilEvaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.
2.1.7 Pengertian Keperawatan KomunitasAsuhan keperawatan komunitas pada hakikatnya adalah proses keperawatan
yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian,
analisa data komunitas, diagnose keperawatan komunitas, rencana asuhan
keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas. Dan evaluasi
asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi, dan
memiliki elemen-elemen penting, yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian
(adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktiv (interactive),
dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need oriented) (Mubarak, 2009).
2.1.8 Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)
A. Asumsi
1. Sistem pemeliharaan yang kompleks.
2. Komponen system pemeliharaan kesehatan primer, sekunder, dan tersier.
3. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan pendidikan dasar praktek
penelitian.
4. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
5. Perawatan kesehatan menyangkut seting pemeliharaan kesehatan primer.
B. Kepercayaan
1. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
2. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
3. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
5. Pencegahan penyakit bagian esenisal bagi peningkatan kesehatan.
6. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang
lama.
7. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
8. Individu adalah system kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
2.1.9 Falsafah Keperawatan KomunitasBerdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan
komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio, pshyco, sosio, cultural, dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas
dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari empat hal penting, yaitu manusia, kesehatan,
lingkungan, dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagain berikut :
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarakan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya, dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan kearah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus menerus.
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik, dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
2.2 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS2.2.1 Diabetes mellitus
2.2.1.1 Pengertian Diabetes mellitusDiabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2011) seseorang
didiagnosa menderita diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik
diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi diserta dengan gula
darah sewaktu ≥200 mg/dL dan gula darah puasa ≥126mg/dL.
2.2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diabetes MellitusSecara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-
sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal
antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes
Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia
Semakin tua usia seseorang semakin besar resiko untuk menderita diabetes
mellitus hal ini disebabkan karena resistensi insulin cenderung meningkat pada
usia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan resistensi insulin dan
kebanyakan pada obesitas tipe apel. Orang gemuk dengan berat badan lebih
dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit
diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang
diabetes mellitus.
c. Riwayat keluarga
Adanya riwayat penyakit diabetes mellitus dalam keluarga dapat meningkatkan
resiko seseorang menderita penyakit ini. Diabetes mellitus dapat diwariskan dari
orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak
jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai
ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Kelompok etnik (ras Hispanik dan penduduk asli Amerika lebih beresiko)
e. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang olah raga, pola makan yang tidak
baik, merokok dll bisa memicu timbulnya penyakit diabetes mellitus.
Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar
kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain
disfungsi pankreas. Latihan jasmani yang kurang menyebabkan otot tidak
aktif sehingga sensitifitas insulin berkurang. Pada kondisi seperti ini
tubuh memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel.
Terjadinya kekurangan insulin, dapat menyebabkan diabetes melitus.
Pola makan yang tidak baik (berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori
yang dibutuhkan oleh tubuh) dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes
melitus.
Merokok adalh kebiasaan yang tidak sehat dan dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan dalam tubuh. Seseorang yang memiliki
kebiasaan merokok memiliki resiko menderita diabetes mellitus karena
kandungan kimia dalam rokok dapat merusak sel-sel endotel pembuluh
darah.
f. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh
termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang
lama dapat mengiritasi pankreas.
2.2.1.3 Diabetes Mellitus dalam pandangan Kesehatan KomunitasMenurut Hendrik L. Blumm, ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu:
a. Faktor Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes
melitus dan asma bronehial. Faktor genetik memiliki pengaruh yang paling kecil
terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat bila dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Pengaruh faktor genetik terhadap status kesehatan terjadi secara
evolutif dan paling sukar di deteksi, oleh karena itu diperlukan konseling genetik.
Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu
mendapat perhatian agar penyakit yang bersifat menurun dapat dicegah dan
diketahui sejak dini. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita
diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir
dari orang tua bukan penderita DM. Maka dari itu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan memberitahu anak yang orang tuanya penderita DM untuk
selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya. Mereka harus
dianjurkan untuk mengatur dietnya, teratur berolahraga sehingga tidak ada peluang
faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM.
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan
semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya
konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang
sebenarnya dapat dicegah.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi,
apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam
memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat
membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan
lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan
kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak
dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
sangat besar perananya. sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang
membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan
Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen
kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya
program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang
seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit
degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes
militus dan lainnya. penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
c. Faktor Perilaku
Saat ini penyebab terbanyak terjadinya penyakit diabetes mellitus adalah
karena perilaku/gaya hidup yang tidak sehat masyarakat seperti kegemukan, pola
makan, kurang olahraga meroko dan sebagainya.
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh
orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus. Hal ini disebabkan
karena dapat meningkatkan resistensi insulin dan kebanyakan pada obesitas tipe
apel.
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. Konsumsi makan yang berlebihan
dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes mellitus.
Kegiatan fisik dan olahraga bemanfaat bagi setiap orang karena dapat
meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi
jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Olahraga harus
dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari
seseorang kurang memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur
atau melakukan kegiatan lain yang setara. Kurang gerak atau hidup santai
merupakan faktor pencetus diabetes
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan
pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit,
diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus
dan lain-lain.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas
kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial.
Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara,
tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan
hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.
Negara Indonesia adalah Negara agraris yang hampir semua masyarakatnya
mengkonsumsi beras (nasi) sebagai makanan pokok dan sumber utama karbohidrat
maka tak heran jika penyakit diabetes mellitus masuk jajaran sepuluh besar
penyakit dengan angka kesakitan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar
dalam jumlah penderita diabetes melitus didunia. Orang Indonesia cenderung
mengkonsumsi nasi (60%) dengan lauk sedikit tanpa memperhitungkan jumlah
kalori karbohidrat yang diperlukan tubuh. Kelebihan karbohidrat/glukosa inilah yang
kemudian menyebabkan diabetes mellitus.
Tidak hanya itu status sosial ekonomi yang rendah juga dapat memicu
timbulnya berbagai macam penyakit tak terkecuali diabetes mellitus. Masyarakat
yang hidup dengan keterbatasan ekonomi kebanyakan mereka tidak
memperhatikan kesehatan termasuk mengecek kadar gula darah. Kebanyakan
masyarakat Indonesia tidak akan pergi ke pelayanan kesehatan sebelum mereka
sakit parah.
2.2.2.1 Pengertian HipertensiHipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hal ini juga ditandai dengan kenaikan curah jantung
(cardiac output) atau tahanan periferal vascular yang memiliki penyebab
multifaktorial (Brunner & Suddarth, 2002). Untuk mengetahui adanya tekanan darah
tinggi yang abnormal maka seseorang diukur minimal pada tiga kesempatan yang
berbeda. Tekanan darah normal bervariasi berdasarkan usia sehingga untuk
mendiagnosis hipertensi harus spesifik sesuai dengan usia (Corwin, 2009).
Secara umum, hipertensi pada awalnya merupakan suatu keadaan tanpa
gejala (asimptomatis), dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung, kerusakan ginjal, dan hingga menyebabkan kematian. Oleh
karena itu hipertensi disebut juga sebagai “silent killer”. Sedangkan tekanan darah itu
sendiri merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan dinding pembuluh darah
arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke seluruh tubuh (Gray, 2005).
2.2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
a. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien
yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau
cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut
sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang
dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19 Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun.
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang
berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun
pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas
terhadap vasopressin lebih besar.
1. Faktor resiko yang dapat dikontrol a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang tinggi seperti aerobic ± 30 menit/hari selama seminggu
mampu mengontrol hipertensi dengan menurunkan resistensi perifer dan
obesitas, meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL-C,
berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat, dan konsumsi oksigen
miokardium (MVO2) (Price & Wilson, 2006 ; William, 2007)
b. Kebiasaan merokok dan alkoholik
Nikotin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah sedangkan zat
racun lain dari rokok dan alcohol yang telah beredar dalam darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah serta meningkatkan kekentalan
darah sehingga mempercepat proses aterosklerosis yang selanjutnya
berkembang menjadi hipertensi. Selain itu, setelah merokok dua batang saja
dapat meningkatkan 10 mmHg tekanan sistolik maupun diastolik (Barutcu et
al., 2004 ; William, 2007)
c. Stress
Stres yang berlebihan dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung yang selanjutnya akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis (Anggraini,2009).
d. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk
wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional). Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan
sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan
konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.
e. Asupan garam berlebihan
Berdasarkan penelitian Poulter et al (1990) dalam Reddy et al (2004)
menyatakan bahwa penduduk Kenya yang tinggal di perkotaan mengkonsumsi
garam lebih dari 100 mmol per hari (sekitar 2,4 sodium atau 6 gram garam)
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal dipedesaan
dengan mengkonsumsi garam lebih sedikit. Mengkonsumsi garam melebihi
anjuran (6 gr/hari) dapat mengakibatkan penumpukan natrium dalam darah. Hal
ini menyebabkan retensi cairan dalam sel karena ion Na akan menarik cairan di
luar sel agar tidak keluar sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah (Anggraini, 2009). Pada penderita hipertensi biasanya disarankan untuk
mengurangi jumlah pemakaian garam sesuai anjuran (6 gr/hari) dan membatasi
konsumsi makanan kemasan seperti sup kaleng, daging ham, kacang asin dan
lain-lain (William, 2007).
2.2.2.3 Hipertensi dalam pandangan Kesehatan KomunitasMenurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan
kesehatan.
a. Faktor Genetik
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit
jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistik terbukti
bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.
Menurut Sheps, hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan
kelengkapan sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.
Pelayanan yang tepat oleh para tenaga kesehatan juga harus ditingkatkan agar
orang-orang yang menunjukkan gejala dan beresiko bisa ditangani dengan baik,
agar tidak terjadi hipertensi. Pelayanan kesehatan yang kurang tepat dapat
memperburuk kondisi penderita. Pelayanan diagnosapun harus baik, karena
disinilah orang akan diketahui bahwa dia terkena hipertensi atau tidak.
c. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang terjadi pada penderita hipertensi adalah faktor perilaku
yang bersifat individu seperti gaya hidup, kegemukan, pola makan, kurang olahraga
dan sebagainya.
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Zat-zat kimia beracun,
seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk
kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Konsumsi garam berlebih juga dapat memicu timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan
tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem
pendarahan) yang normal.
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh juga erat kaitannya denga penggunaan
jelantah. Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa menjadi
rusak karena minyak goreng tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang
tinggi kandungan ALTJ-nya pun memiliki nilai tambah hanya padagorengan
pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan makanan kaya
omega-3 yang diketahui dapat menurunkan kadar kolesterol darah, akan tidak
berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk dingin kemudian dipakai
untuk menggoreng kembali, karena komposisi ikatan rangkapnya telah rusak.
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui
secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu
banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau
minum sedikit.
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh
> 25 juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Curah
jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer
berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan
aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan
pengobatan terhadap hipertensi.
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-
45 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan
darah. Selain itu dengan kurangnya olah raga maka risiko timbulnya obesitas akan
bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka risiko timbulnya hipertensi
juga akan bertambah.
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal
ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Kebanyakan masyarakat mengkonsusi garam,
bahkan tak jarang penggunaannya melebihi batas yang dianjurkan, maka tak heran
penyakit hipertensi masuk jajaran sepuluh besar penyakit dengan angka kesakitan
terbesar di Indonesia.
Namun ada faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit
hipertensi adalah dengan cara menghindari adanya stress.
2.3 KONSEP KELUARGA2.3.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar
dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan
interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap
anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008).
Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang
tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut
Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain.
2.3.2 Bentuk KeluargaBeberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
a. Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran
(natural) maupun adopsi.
b. Keluarga besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga
modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan
sejanis (gay/lesbian families).
c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-
anak kandung dan anakanak tiri.
d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal
bersama.
e. Keluarga orang tua tinggal Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin
karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita
dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki
kepercayaan bersama.
g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-
masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing,
tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.
h. Keluarga Gabungan (Composite Family) Keluarga yang terdiri dari suam dengan
beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan
anak-anaknya (poliandri).
i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga yang terdiri dari
pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tradisional (Traditional Family)
a. Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma kehidupan
masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama, yang terpenting
adalah keabsahan ikatan keluarga.
b. Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.
c. Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family) Keluarga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama.
d. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family) Keluarga inti yang suami
atau istrinya telah meninggal dunia.
e. Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone) Keluarga yang
terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara
membujang.
f. Keluarga tiga generasi (Three Generation Family) Keluarga inti ditambah
dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.
g. Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert
Couple) Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia
pertengahan atau lanjut.
h. Keluarga jaringan keluarga (Kin Network) Keluarga inti ditambah dengan
saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami
maupun istri.
i. Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang anak-
anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.
2. Keluarga Non Tradisional Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau
dianggap melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama.
Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri. Dibedakan
5 macam sebagai berikut :
a. Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari
pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan
tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.
b. Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and
Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi tinggal
bersama dengan anak yang dilahirkannya.
c. Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children
Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.
d. Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang terdiri
dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.
e. Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri
dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai
suami istri (Sudiharto, 2007).
2.3.3 Fungsi KeluargaDalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan yaitu sebagai
berikut :
1. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan
membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk 2009).
2. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga,
memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian
anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk 2009).
3. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan
nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang
mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).
4. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi ekonomi merupakan fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang,
pangan dan papan (Setiawati, 2008).
5. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan pengetahuan,
keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan
tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).
2.3.4 Tugas Kesehatan KeluargaMenurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga
yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan
berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami
anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau
orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahanya.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Tugas ini merupakan upaya
utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat
dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil
keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan
tempat tinggalnya.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Sering kali keluarga
mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami
keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama.
4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat Rumah merupakan tempat berteduh,
berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga
akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat
tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan
bagi anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Apabila mengalami
gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota
keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.
Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk
memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat
bebas dari segala macam penyakit.
2.3.5 Peran KeluargaPeran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009). Peran merujuk
kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan
diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu
(Mubarak,dkk, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masingmasing.
Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai
pelau psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran
formal dan peran informal.
1. Peran Formal Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara
merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya
menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar
yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai
provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun
sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran
sosial.
2. Peran Informal kelurga Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,
hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain :
1. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong,
memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul
orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan
bernilai untuk di dengarkan.
2. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
3. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau
cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
4. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
5. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi
kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.
6. Perawatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota
keluarga jika ada yang sakit.
7. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan
memonitori kemunikasi dalam keluarga.
8. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing
mendapat pengalaman baru.
9. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan
merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat
keakraban dan memerangi kepedihan. j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam
beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi hanya mengamati dan tidak
melibatkan dirinya.
2.3 KONSEP POSBINDU2.3.1 Pengertian
Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan
deteksi dini faktor resiko PTM terintegrasi (Penyakit jantung dan pembuluh darah,
diabetes, penyakit paru obstruktif akut dan kanker) serta gangguan akibat
kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh
masyarakat melalui pembinaan terpadu. Posbindu Adalah bentuk peran serta
masyarakat (kelompok Masyarakat, Organisasi, Industri, Kampus dll) dalam
upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan pengendalian dini
keberadaan faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) secara terpadu.
Kegiatan Posbindu :
- Monitoring faktor resiko bersama PTM secara rutin dan periodik.
Rutin berarti Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak dalam kondisi
sakit.
Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.
- Konseling faktor resiko PTM tentang diet, aktifitas fisik, merokok, stress dll.
- Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.
- Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dll.
- Rujukan kasus faktor resiko sesuai kriteria klinis.
2.3.2 Tujuan, Sasaran & Manfaat Penyelenggaraan Kegiatan Posbindu PTM (5M)2.3.2.1 Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini
faktor risiko PTM
2.3.2.2 Sasaran Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM atau orang
dewasa yang berumur 15 tahun keatas.
Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal.
Pada orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi beresiko
ke kondisi normal.
Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor resiko
pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi PTM.
2.3.2.3 Manfaat : - Membudayakan Gaya Hidup Sehat dengan berperilaku: Cek kondisi kesehatan
anda secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet yang sehat
dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, Kelola stres (CERDIK) dalam
lingkungan yg kondusif di rutinitas kehidupannya.
- Mawas Diri : Faktor risiko PTM yg kurang menimbulkan gejala secara
bersamaan dapat terdeteksi & terkendali secara dini.
- Metodologis & Bermakna secara klinis: Kegiatan dapat dipertanggung jawabkan
secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yg
telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau edukator PPTM.
- Mudah Dijangkau: Diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat/
lingkungan tempat kerja dgn jadwal waktu yang disepakati.
- Murah: Dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dgn biaya yg
disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.
2.3.3 Kegiatan2.3.3.1 Jenis Kegiatan POSBINDU
1. Melakukan wawancara untuk menggali informasi faktor risiko keturunan
dan perilaku.
2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa
Tubuh termasuk analisa lemak tubuh.
3. Melakukan pengukuran tekanan darah.
4. Melakukan pemeriksaan gula darah.
5. Melakukan pengukuran kadar lemak darah (kolesterol total dan
trigliserida).
6. Melakukan pemeriksaan fungsi paru sederhana (Peakflowmeter)
7. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat) oleh tenaga bidan terlatih
8. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain)
dan penyuluhan kelompok termasuk sarasehan.
9. Melakukan olah raga/aktifitas fisik bersama dan kegiatan lainnya.
10. Melakukan rujukan ke Puskesmas
11. Untuk jadwal sebaiknya diatur berdasarkan kesepakatan bersama dengan
memperhatikan anjuran jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara
klinis (lihat pada tabel anjuran pemantauan).
2.3.3.2 Alur Kegiatan POSBINDU
MEJA 1 : Pendaftaran
MEJA 2 : Wawancara
MEJA 3 : Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lemak Perut
MEJA 4 : Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Cholesterol
MEJA 5 : Edukasi / Konseling
2.3.3.3 Tahap Penyelenggaraan Posbindu
1. Satu hari sebelum pelaksanaan ( Tahap Persiapan)
a. Mengadakan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal kegiatan.
b. Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.
c. Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu pelaksanaan.
2. Hari Pelaksanaan
a. Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.
b. Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak,
penyuluhan, sarasehan atau peningkatan ketrampilan bagi para
anggotanya.
3. Satu hari setelah pelaksanaan ( Tahap evaluasi )
a. Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainnya)
b. Catatan pelaksanaan kegiatan
c. Masalah yang dihadapi
d. Mencatat hasil penyelesaian masalah
2.3.3.4 KetenagaanTenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh tenaga kesehatan
dari puskesmas setempat.
No Tenaga Peranan
1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan
serta berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina
terkait di wilayahnya.
2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan
komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus
melakukan wawancara dalam penggalian informasi
3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pengukuran Faktor risiko PTM
4 Kader
Konselor/Edukator
Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah
menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat,
bertugas melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas
5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas
melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.
Syarat menjadi seorang kader;a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi
b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan
kegiatan Posbindu PTM
c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)
Tugas Kader;a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk
penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk
datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir,
memberikan serta menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan
menggalang sumber daya termasuk dana yang berasal dari masyarakat).
e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila
diperlukan.
f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM (Petunjuk Teknis
Pelaksanaan POSBINDU di LubukLinggau, 2014)
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa jurusan keperawatan
FKUB melalui praktek keperwatan di masyarakat yang dimulai pada tanggal 8 Juni 2015 s/d
8 Agustus 2015. Kelompok mendapatkan tempat praktek RW 02 RT 01 s/d RT 11 Kelurahan
Gadingkasri Kecamatan Klojen Kabupaten Malang.
3.1 Tahap PersiapanKeperawatan komunitas merupakan salah satu departemen dalam pendidikan
profesi keperawatan yang kegiatan nya difokuskan pada praktek lapangan. Dalam
melakukan pengkajian daerah binaan mahasiswa berkoordinasi dengan pembimbing
lahan dan akademik mengenai situasi dan kondisi yang ada diwilayah Puskesmas
Bareng.
Setelah mendapatkan pengarahan dari pembimbing akademik dan lahan, sasaran
yang diambil adalah warga yang tinggal diwilayah RW 02. Berdasarkan data jumlah
penderita DM dan hipertensi yang tinggi serta saran dari petugas kesehatan lingkungan
dan promosi kesehatan di Puskesmas Bareng, mahasiswa mendapat gambaran daerah
binaan RW 02 RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11. Mahasiswa memberikan
surat-surat pengantar kepada ketua RW 02. Setelah mendapatkan izin dari ketua RW,
kelompok membagi tugas dan melakukan wawancara awal dengan masing-masing
ketua RT 01 hingga 11 beserta elemen masyarakat yang ada di RW 02 (termasuk kader
kesehatan yang ada), mahasiswa juga melakukan Winshield Survey di wilayah sekitar
RW 02.
Sebelum melakukan pengkajian, mahasiswa membuat instrument pengkajian
yang akan diisi oleh warga RW 02 dan menentukan besarnya sampel. Sampel dipilih
dengan menggunakan teknik random sampling dari jumlah populasi sebanyak 765 KK,
maka jumlah sampel:
n = N
N (d)2+1
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 90%, 10%
Jadi:
n = 765
765(0,1)2+1
= 88,44
Dari seluruh sampel keluarga sebanyak 765 KK didapatkan 88 responden dan
dibagi sesuai prosentase setiap RT.
No. RT N N
1 1 68 8
2 2 53 6
3 3 68 8
4 4 79 9
5 5 81 9
6 6 63 7
7 7 63 7
8 8 75 9
9 9 77 9
10 10 107 12
11 11 31 4
Jumlah 765 88
Kemudian didapatkan jumlah sampel 88 KK dengan penambahan 8 kk sehingga
didapatkan 96. Pada hari Jum’at dan Sabtu, tanggal 12 dan 13 Juni 2015 mahasiswa
melakukan pengkajian kepada warga RW 02 dengan penentuan besar sampel RT 01
sebanyak 9 KK, RT 02 sebanyak 7 KK, RT 03 sebanyak 9 KK, RT 04 sebanyak 10 KK, RT
05 sebanyak 10 KK, RT 06 sebanyak 8 KK, RT 07 sebanyak 8 KK, RT 08 sebanyak 10 KK,
RT 09 sebanyak 9 KK, RT 10 sebanyak 12 KK, dan RT 11 sebanyak 4 KK. Pengkajian
didasarkan pada model pengkajian Anderson yang meliputi pengkajian terhadap core
problem dan 8 subsistem.
3.2 Tahap pengkajian3.2.1 Observasi Lingkungan RW 2 dan Hasil Pengkajian RW/RTA. Gambaran Wilayah Binaan RW 2 Kelurahan Gading Kasri
RW 02 terletak di wilayah Kelurahan Gadingkasri Kecamatan Klojen Kota
Malang provinsi Jawa Timur, terletak di bagian paling Barat diantara Kelurahan yang
ada di Kecamatan Klojen dengan luas wilayah 60,70 Ha. Bagian barat dibatasi
sungai Ngemplak. Sedang utara, timur, dan selatan adalah jalan raya. Suhu udara
rata-rata antara 23-24⁰C dengan ketinggian rata-rata dari permukaan air laut antara
440-525 m.
B. Batas AdministratifSebelah Utara : Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru dan Kelurahan Oro
Oro Dowo Kec. Klojen
Sebelah Timur : Kelurahan Kauman Kec. Klojen
Sebelah Selatan : Kelurahan Bareng Kec. Klojen dan Kelurahan Pisangcandi Kec.
Sukun
Sebelah Barat : Kelurahan Pisangcandi Kec. Sukun dan Kelurahan Karang Besuki
Kec. Sukun
Kelurahan Gadingkasri terdiri dari 6 (enam) Rukun Warga (RW) dan 50 (lima
puluh) Rukun Tetangga (RT). RW 2 merupakan wilayah binaan yang terdiri dari 11
Rukun Warga (RT) dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah selatan berbatasan dengan RW 06
- Sebelah utara berbatasan dengan RW 03
- Sebelah barat berbatasan dengan RW 01
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bareng
Berdasarkan data Penduduk tahun 2015 diketahui jumlah warga RW 2
sebagai berikut:
No. RTJumlah
KK
Jumlah
penduduk
1 1 68 201
2 2 53 170
3 3 68 219
4 4 79 260
5 5 81 256
6 6 63 199
7 7 63 192
8 8 75 241
9 9 77 239
10 10 107 360
11 11 31 96
Jumlah 765 2433
Fasilitas ibadah yang tersedia di RW 02 Kelurahan Gadingkasri terdapat 3
musholla. Prasarana pendidikan yang tersedia di RW 02 Kelurahan Gadingkasri ada
2 yaitu TK dan SMK. Prasarana kesehatan yang tersedia di RW 02 Kelurahan
Gadingkasri ada 6 yaitu 2 posyandu Balita, 2 posyandu lansia, 1 Pustu dan 1 Bidan
Desa. Jalan RW 02 Kelurahan Gadingkasri adalah jalan aspal dan jarak antara RW
02 ini dengan tempat pelayanan kesehatan puskesmas kendalsari cukup dekat.
Program yang terlaksana di RW 02 Kelurahan Gadingkasri antara lain Bank
Sampah Masyarakat (BSM), taman TOGA, taman GIZI Lansia, dan UKM. BSM
merupakan program pengolahan dan pembedaan sampah kering dan basah.
Sampah basah diolah menjadi kompos dan sampah kering diolah menjadi kerajinan
yang nantinya masuk pada program UKM.
Hasil pengolahan data yang berasal dari wawancara dan observasi ditampilkan
pada tabel berikut:
No Elemen Deskripsi
1 Core Demografi
Nilai
Keyakinan
Termasuk perumahan padat penghuni dan
sebagian besar adalah anak kost. Bangunan
rumah di RW 02 adalah permanen rata-rata luas
rumah > 2 m2, bahan rumah tembok bata merah
dan batako, atap genteng. Bentuk sederhana
dan beberapa rumah dengan bangunan
bersusun dikarenakan ada anak kost, rumah
saling berhimpit dan tidak memiliki garis
bangunan. Pada daerah ini rata-rata rumah tidak
memiliki halaman rumah. Tetapi daerah ini dapat
dikatakan bersih karena hampir di semua
persimpangan jalan terdapat tempat sampah
dan tempat putung rokok.
Masyarakat menilai saat sakit mereka tidak
dapat melakukan aktivitas dan pekerjaan seperti
biasa dan memerlukan bantuan kesehatan dan
pengobatan.
Masyarakat RW 02 sebagian besar adalah suku
jawa dan menggunakan bahasa daerah sebagai
History
bahasa pengantar sehari-hari. Terdapat 1 masjid
dan 2 musholla untuk beribadah.
Beberapa masyarakat memiliki riwayat penyakit
menurun yang didapat dari keluarga, dan
beberapa keluarga memiliki riwayat dirawat di
rumah sakit karena penyakit yang diderita.
Menurut kader, 50 % lansia yang datang ke
posyandu mengalami hipertensi selain itu angka
penderita diabetes masih tinggi di RW 02, namun
hingga saat ini belum ada pencatatan khusus
untuk penderita diabetes karena yang ada
hanyalah pencatatan tekanan darah. Pada RW 2
terdapat penderita gangguan jiwa berjumlah 12
orang, Menurut kader keluarga penderita
gangguan jiwa berasal dari keluarga yang kurang
mampu sehingga penderita belum mendapatkan
pengobatan. Selain itu kader juga mengatakan
bahwa keluarga penderita tidak memahami alur
pengobatan dan pentingnya pengobatan pada
penderita gangguan jiwa. Padahal penderita jiwa
tersebut sudah mengganggu keamanan dari
komunitas
2 Subsistem1. Pelayanan kesehatan
dan social
2. Lingkungan
Fasilitas kesehatan di kelurahan Gading Kasri
terdiri dari puskesmas, praktek bidan mandiri,
pustu, dan posyandu. Dalam setiap RT terdapat
minimal 3 kader kesehatan yang menjalankan
kegiatan posyandu lansia, balita dan poswindu
disetiap bulannya. Di RW 02 ini alat untuk
pemeriksaan gula darah masih terbatas, namun
untuk tensimeter sudah mencukupi. Puskesmas
Bareng dapat dijangkau dengan kendaraan
bermotor maupun angkutan umum.
Jalan Raya Wilis merupakan akses jalan raya
yang mudah dijangkau. Sebagian besar rumah
3. Transportasi dan
keamanan
4. Politik dan kebijakan
5. Pendidikan
tidak memiliki halaman. Sebagian rumah
dijadikan kos-kosan untuk mahasiswa dan
mahasiswi Universitas Negeri Malang. Kondisi
wilayah bersih, sedikit area yang ditumbuhi
rumput, dan sebagian besar rumah memiliki
taman di depan rumah. Fasilitas ruang terbuka
hijau di wilayah RW 2 sangat minim yang
menyebabkan tidak adanya daerah resapan
yang berfungsi meresapnya air hujan untuk
menjaga ketersediaan air sekaligus menghindari
genangan air, sebagian lahan dimanfaatkan
sebagai pengembangan lahan terbangun berupa
perumahan dan badan jalan. Limbah air
dialirkan ke SPAL dengan kondisi tertutup beton
yang dibuat di tengah salah satu akses jalan,
aliran air tidak dapat diamati. Akses jalan di RW
02 sebagian besar sudah si aspal dan jalan
gang terpasang paving dan plester.
Transportasi warga sebagian besar
menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda
motor. Jarak jangkau akses transportasi masal
kuran lebih 100 meter. Situasi jalan cukup ramai.
Wilayah RW 02 memiliki pos satpam sebagai
penjagaan keamanan.
Tidak terdapat lembaga politik yang bergerak di
wiayah RW 02. RW 02 memiliki tempat khusus
untuk melakukan pertemuan yaitu balai RW
jadwal kegiatan sesuai kesepakatan tiap RT.
Terdapat lembaga karang taruna yang bergerak
di wilayah RW 02.
Di wilayah RW 02 Kelurahan Gading Kasri
terdapat pendidikan TK,STM, dan pondok
pesantren. Tidak ada papan pengumuman
tentang penyuluhan kesehatan, media informasi
6. rekreasi
khusus sehingga informasi kesehatan tidak
tersebar secara merata seperti penyuluhan
tentang hipertensi
Diwilayah RW 2 tidak ada tempat rekreasi
namun ada pusat perbelanjaan (mall) mudah
untuk di jangkau
3.2.2 Pengkajian Warga (Kuesioner)1. CORE
A. Jenis Kelamin
Gambar 3.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Warga
RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdiri atas 295 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 48% dan
perempuan 52%.
B. Usia
Gambar 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Warga RW 02
Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.2 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdiri atas 295 jiwa dan sebagain besar berusia antara 36-60 tahun
yaitu sebanyak 33,2%(97 orang), 17,8% (52 orang) diantaranya berusia antara
26-35 tahun, 12,3% (36 orang) berusia antara 6-12 tahun, 11,9% (35 orang)
berusia 0-5 tahun, 9,5% (28 orang) berusia 13-18 tahun, 8,9% (26 orang)
berusia 19-25 tahun, dan sisanya yaitu 6,16% (18 orang) berusia ≥ 60 tahun.
C. Agama
Gambar 3.3 Karakteristik Respoden Berdasarkan Agama Pada Warga RW 02
Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.3 dapat diketahui bahwa dari 96 KK (295 jiwa)
yang menjadi responden sebagian besar yaitu 95 % beragama Islam dan
sisanya 5% beragama Non-Islam
D. Pendidikan
Gambar 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Warga
RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat diketahui bahwa dari 96 KK (295 jiwa)
yang menjadi responden 20,7% (51 orang) berpendidikan SD, 17,7% (42 orang)
berpendidikan SMP, 43,9% (108 orang) berpendidikan SMA dan 18,9% (45
orang) berpendidikan D3/S1/S2.
E. Suku
Gambar 3.5 Diagram Column Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.5 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdiri atas 295 jiwa diketahui bahwa sebagain besar yaitu 99%
adalah Suku Jawa dan hanya ada 1% yang memiliki Suku Madura.
F. Pekerjaan
Gambar 3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Warga RW
02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.6 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdiri atas 295 jiwa dengan pekerjaan sebagai berikut: 5 orang
bekerja sebagai PNS, 103 orang bekerja sebagai wiraswasta, 6 orang
pensiunan, dan 70 orang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
G. Status Kesehatan
Gambar 3.7 Karakteristik Respoden Berdasarkan Status Kesehatan Pada
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.7 dapat ketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdapat 22% KK memiliki anggota keluarga sakit Hipertensi ataupun
Diabetes Melitus dan 78% KK tidak memiliki anggota keluarga yang sakit.
H. Perilaku Berobat
Gambar 3.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Berobat Pada
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.8 diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden sebagian besar yaitu 78% pergi ke pelayanan kesehatan jika ada
anggota keluarga yang sakit, 13% membeli obat di apotik, 5% membeli obat di
warung dan sisanya 4% menjawab lain-lain.
I. Adat Istiadat
Gambar 3.9 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kepercayaan Tertentu Terkait
Kesehatan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.9 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden sebagian besar yaitu 94% tidak memiliki kepercayaan tertentu terkait
dengan kesehatan dan 6% memiliki kepercayaan tertentu terkain kesehatan.
J. Riwayat
a) Anggota keluarga yang dalam masa pengobatan
Gambar 3.10 Karakteristik Respoden Berdasarkan Masa Pengobatan
Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.10 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden 6% responden memiliki anggota keluarga yang sedang dalam masa
pengobatan dan 94% responden tidak memiliki.
b) Anggota keluarga yang memeriksakan gula darah
Gambar 3.11 Karakteristik Respoden Berdasarkan Masa Pengobatan
Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden 19% responden memiliki anggota keluarga yang pernah melakukan
pemeriksaan gula darah dan 81% responden tidak pernah melakukan
pemeriksaan.
c) Keluarga dengan penderita diabetes
Gambar 3.11 Karakteristik Respoden Berdasarkan anggota keluarga dengan
penderita diabetes Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.11 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden 16% responden memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes
dan 84% responden tidak menderita diabetes.
d) Riwayat Penyakit Keturunan
Gambar 3.12 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Riwayat
Penyakit Keturunan Keluarga Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.12 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden diketahui bahwa 29% KK memiliki riwayat penyakit keturunan 71%
KK tidak memiliki.
e) Keluarga dengan penderita hipertensi
Gambar 3.12 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Riwayat
keluarga dengan penderita hipertensi Pada Warga RW 02 Kelurahan
Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.12 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden diketahui bahwa 25% KK memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan
75% KK tidak memiliki.
f) Kebiasaan Olahraga
Gambar 3.13 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga Pada
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.13 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdapat 47% KK yang sering melakukan olahraga dan 53% KK tidak
terbiasa melakukan olahraga.
g) Merokok
Gambar 3.14 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Pada
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.14 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden diketahui bahwa 39% KK memiliki anggota keluarga merokok dan
61% tidak memiliki.
h) Konsumsi Garam
Gambar 3.15 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam
Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.15 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden terdapat 51% KK yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang mengandung banyak garam dan 49% tidak.
i) Pernikahan
Gambar 3.16 Karakteristik Respoden Berdasarkan Pendapat Tentang
Pernikahan Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.16 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden sebagian besar (52%) berpendapat jika seseorang dianggap mampu
membina rumah tangga jika sudah bekerja, 38% menjawab jika sudah berusia ≥
21 tahun, dan sisanya 10% berpendapat jika sudah ada calon.
1. SUBSISTEMA. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a) Pergi Berobat
Gambar 3.17 Karakteristik Respoden Berdasarkan Kebiasaan Pergi Berobat
Pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar 3.17 dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden sebagian besar (58%) berobat ke Bidan/Mantri/Dokter jika sakit, 34%
pergi ke puskesmas, 6% berobat sendiri dan sisanya yaitu 2% memilih berobat
alternatif.
b) Pelayanan Kesehatan
Gambar 3.18 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan Tentang
Pelayanan Kesehatan 24 Jam Menurut Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan Gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden sebagian besar (67%) berpendapat jika didaerah sekitar
rumah tidak terdapat pelayanan kesehatan yang tersedia 24 jam dan 33 % KK
berpendapat tersedia.
c) Kepemilikan asuransi kesehatan
Gambar 3.19 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kepemilikan
asuransi kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden terlihat bahwa 54% responden memiliki asuransi BPJS,
sedangkan 46% tdak memiliki asuransi atau pasien umum.
d) Pemanfaatan asuransi kesehatan
Gambar 3.20 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemanfaatan
asuransi kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, bahwa 57% responden memanfaatkan asuransi dengan
baik sedangkan 43% tidak memanfaatkan asuransi kesehatan.
e) Kegiatan masyarakat di RW
Gambar 3.21 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keikutsertaan
kegiatan di RW Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 62% dari responden aktif dalam mengikuti
kegiatan RW, namun sebanyak 38% tidak mengikuti kegiatan apa pun di RW.
f) Pengetahuan Kegiatan Kesehatan di Lingkungan Sekitar
Gambar 3.22 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan
kegiatan kesehatan di lingkungan sekitar Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 96% responden mengetahui kegiatan kesehatan
di RW 2dan hanya 4% yang tidak mengetahui adanya kegiatan kesehatan di
wilayah RW 2
g) Keaktifan dalam mengikuti kegiatan kesehatan
Gambar 3.23 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keaktifan dalam
mengikuti kegiatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 95% responden sebulan sekali mengikuti kegiatan
kesehatan.
h) Keaktifan kader
Gambar 3.24 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keaktifan kader
dalam upaya peningkatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa dari 96 KK yang menjadi
responden, sebanyak 98% responden mengatakan bahwa kader aktif dalam
kegiatan upaya peningkatan kesehatan.
i) Peran kader dalam membantu upaya peningkatan kesehatan
Gambar 3.25 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan peran kader
dalam upaya peningkatan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 81% responden mengatakan bahwa kader kader
sangat membantu dalam kegiatan upaya peningkatan kesehatan.
B. Lingkungan
b) Kebiasaan membersihkan rumah
Gambar 3.26 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan
membersihkan rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 92% responden 2x sehari membersihkan rumah.
c) Keberadaan jendela dan genteng kaca
Gambar 3.27 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan
jendelan dan genteng kaca Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 94% memiliki jendela atau genteng
kaca dalam rumahnya.
d) Pencahayaan sinar matahari yang masuk ke rumah
Gambar 3.28 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pencahayaan
sinar matahari yang masuk ke rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 39% memiliki pencahayaan sebesar
30% dari luas rumah.
e) Luas bangunan rumah
Gambar 3.29 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan luas rumah
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebanyak 68% memiliki luas rumah <60 m2.
f) Sumber air bersih
Gambar 3.30 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan sumber air
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 63% sumber air berasal dari PDAM.
g) Tempat penampungan air
Gambar 3.31 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan tempat
penampungan air Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 49% menampung air di bak.
h) Kondisi air
Gambar 3.32 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kondisi air
Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 52% penampungan air terbuka
i) Frekuensi membersihkan penampungan air
Gambar 3.33 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan frekuensi
membersihkan penampungan air Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 34% membersihkan penampungan air
setiap hari.
j) Kebiasaan BAB dan BAK
Gambar 3.34 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan BAB
dan BAK Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 99% BAB dan BAK di kamar mandi
pribadi.
k) Kebiasaan membuang sampah
Gambar 3.35 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kebiasaan
membuang sampah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, 100% membuang sampah ditempat sampah.
l) Binatang Peliharaan
Gambar 3.36 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kepemilikan
binatang peliharaan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 59% tidak memiliki binatang
peliharaan.
m) Frekuensi membersihkan kandang
Gambar 3.37 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan frekuensi
membersihkan kandang Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar yaitu 67% membersihkan kandang setiap
hari
C. Ekonomi
a) Rata-rata penghasilan keluarga perbulan
Gambar 3.38 Diagram Pie Karakteristik Respoden penghasilan perbulan Warga
RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 49% memiliki penghasilan
< 1 juta perbulan.
b) Kecukupan biaya hidup dan kesehatan
Gambar 3.39 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan kecukupan
biaya hidup dan kesehatan Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 72% memiliki penghasilan
yang cukup untuk biaya hidup dan kesehatan.
c) Status kepemilikan rumah
Gambar 3.40 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan status
kepemilikan rumah Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 58% memiliki rumah
sendiri.
D. Transportasi dan keamanan
a) Jarak rumah dengan pelayanan kesehatan
Gambar 3.41 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan jarak rumah
dengan pelayanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 57% memiliki rumah yang
berjarak < 1 km dari pelayanan kesehatan.
b) Alat transportasi yang digunakan ke pelayanan kesehatan
Gambar 3.42 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan alat transportasi
untuk ke palyanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 65% menggunakan
kendaraan pribadi untuk ke pelayanan kesehatan.
c) Ketersediaan angkutan umum ke tempat layanan kesehatan
Gambar 3.43 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan ketersediaan
angkutan umum di RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 92% menyatakan
ketersediaan angkutan umum ke tempat layanan kesehatan.
d) Ketersediaan kotak P3K
Gambar 3.44 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan ketersediaan
kotak P#K di RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 56% menyatakan tidak
tersedianya kotak P3K.
e) Pemanfaatan kotak P3K
Gambar 3.45 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemanfaatan
kotak P3K di RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 56% menyatakan bahwa
ketersediaan kotak P3K tidak dimanfaatkan.
E. Politik
a) Pengetahuan tentang kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan
Gambar 3.46 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan
kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan
Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 82% menyatakan
pengetahuan tentang kebijakan pemerintah untuk layanan kesehatan.
b) Program pemerintah untuk kesehatan
Gambar 3.47 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan
program pemerintah untuk kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan
Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 70% mengetahui adanya
program pemerintah untuk kesehatan.
c) Program kesehatan yang dicanangkan oleh puskesmas / RW
Gambar 3.48 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pengetahuan
program kesehatan puskesmas/RW pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 62% menyatakan adanya
program kesehatan yang dicanangkan oleh puskesmas/RW.
d) Keberadaan LSM yang bergerak dibidang kesehatan
Gambar 3.49 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan
LSM yang bergerak di bidang kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan
Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, 48% responden menyatakan adanya LSM yang bergerak
dibidang kesehatan, sedangkan 52% responden menyatakan tidak ada LSM
yang bergerak dibidang kesehatan.
F. Komunikasi
a) Pembuat keputusan dalam keluarga
Gambar 3.50 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pembuat
keputusan dalam keluarga pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden 77% menyatakan pembuat
keputusan dalam keluarga adalah kepala keluarga.
b) Cara pengambilan keputusan dalam keluarga
Gambar 3.51 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan cara
pengambilan keputusan dalam keluarga pada Warga RW 02 Kelurahan
Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden 90% menyatakan pengambilan
keputusan dalam keluarga dilakukan dengan musyawarah.
G. Pendidikan
1. Penyuluhan kesehatan yang pernah diterima masyarakat
Gambar 3.52 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan penyuluhan
kesehatan yang telah diterima pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden 65% menyatakan pernah
menerima penyuluhan kesehatan.
2. Pemberi informasi kesehatan
Gambar 3.53 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan pemberi
informasi kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden 61% menyatakan menerima
penyuluhan kesehatan dari pegawai puskesmas.
3. Sumber informasi kesehatan
Gambar 3.54 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan sumber
informasi kesehatan pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 28% menyatakan
menerima informasi kesehatan dari TV dan 29% responden menyatakan
menerima informasi kesehatan dari poster.
H. Rekreasi
a) Aktifitas yang dilakukan saat mengalami kejenuhan
Gambar 3.55 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan aktivitas yang
dilakukan saat jenuh pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 59% menyatakan
menonton TV saat mengalami kejenuhan.
b) Tujuan saat rekreasi
Gambar 3.56 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan tujuan saat
rekreasi pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 43% menyatakan ke
tempat olahraga untuk berekreasi.
c) Keberadaan sarana rekreasi
Gambar 3.57 Diagram Pie Karakteristik Respoden Berdasarkan keberadaan
sarana rekreasi pada Warga RW 02 Kelurahan Gadingkasri
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 96 KK yang
menjadi responden, sebagian besar responden yaitu 66% menyatakan adanya
sarana untuk rekreasi.
3.3 Web Of CautionWEB OF CAUSATION KOMUNITAS TENTANG PENYAKIT HT dan DM
Defisiensi Kesehatan Komunitas
Rendahnya persepsi warga akan pentingnya merubah gaya hidup sehat
Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas
Sebagian warga jarang melakukan
olah raga
Sebagian warga tidak membatasi asupan garam & menjaga pola
makan
Kegagalan individu terhadap health seeking behavior
Kebiasaan merokok tinggi
Keberhasilan program mengatasi masalah kesehatan hanya sebagian
Program penyuluhan HT dan DM kurang optimal
Sarana media informasi kurang tersedia di berbagai area warga
Penyuluhan hanya dilakukan saat ada kegiatan di warga
Tidak mampu mencegah masalah kesehatan
Pengetahuan tentang masalah kesehatan rendah
Kebiasaan merokok, pola makan tidak teratur dan mengkonsumsi makanan bebas pantangan (tidak sehat)
Pendidikan dan pendapatan informasi kesehatan mengenai HT dan DM kurang mendetail dan intensif di masyarakat
Tingginya Angka Kejadian HT dan DMPerilaku Kesehatan
Cenderung Beresiko
Tingkat pendidikan individu rendah
Kurang mengetahui terkait program kesehatan
Penderita penyakit kronis tidak terdeteksi secara akurat
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan kurang maksimal
Perawatan dan pengobatan tidak adekuat
Terdapat posyandu, kader yang aktif, warga yang mau aktif mengikuti kegiatan
3.4 Analisa3.4.1 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS :Data wawancara dengan kader kesehatan dan ketua RW 02 Kader mengatakan lebih dari 50%
dari lansia yang datang ke
posyandu mengalami hiprtensi.
Tingginya angka diabetes di
daerah RW 02
Belum adanya pencatatan khusus
untuk penderita diabetes melitus
karena yang ada pencatatan
hanya Tekanan darah
Perwakilan kader RW 02
menyatakan belum ada media
khusus untuk informasi
kesehatan sehingga informasi
kesehatan tidak tersebar secara
merata.
Keterbatasan alat pemeriksaan
gula darah
Belum optimalnya program
penyuluhan kesehatan tentang
perawatan DM dan Hipertensi.
Belum adanya program dalam
pencegahan dan pengobatan DM
dan Hipertensi.
DO 29,11% warga memiliki riwayat
penyakit keturunan.
21,52% warga sedang menjalani
pengobatan dan mengkonsumsi
Kurangnya pengetahuan
tentang program kesehatan
Kurangnya pemanfaatan
program kesehatan yang ada
Informasi kesehatan tidak
menyeluruh dan sumber
informasi terbatas
Banyaknya warga yang tidak
mengetahui perilaku hidup
sehat untuk mencegah dm
dan hipertensi
Belum adanya program
kegiatan untuk mencegah
masalah kesehatan pada
masyarakat yang beresiko
Program mengatasi masalah
kesehatan sebagian
Defisiensi Kesehatan
Komunitas
Defisiensi
Kesehatan
Komunitas pada
warga RW 2
kelurahan
Gading kasri
berhubungan
dengan program
mengatasi
masalah
kesehatan
sebagian
obat-abatan.
57% tidak ada pembatasan
konsumsi garam sehari-hari
53,2% warga tidak rutin
melakukan olahraga
46% warga tidak memiliki
asuransi kesehatan
16 % keluarga memiliki riwayat
penderita diabates
25 % keluarga memiliki riwayat
penderita hipertensi
2. DS:Berdasarkan wawancara dengan
kader RW 02 dan Ibu ketua RW 02
banyak warga yang menderita
hipertensi dan diabetes melitus
DO: 60,8% anggota keluarga di RW
02 adalah perokok
56,96% anggota keluarga di RW
02 mempunyai kebiasaan makan
yang mengandung garam
53,16% anggota keluarga di RW
02 tidak mempunyai kebiasaan
olah raga
Gaya hidup yang kurang baik
Kurang pengetahuan
Sikap terhadap kesehatan
kurang
Perilaku tidak sehat
(konsumsi makanan
mengandung garam,
merokok dan kurang
olahraga)
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko pada
warga RW 2
kelurahan
Gading kasri b.d
merokok dan
kurang
pemahaman
tentang gaya
hidup sehat
3. DS :
- Setiap RT terdapat kader
- Setiap bulannya ada
kegiatan posyandu lansia
dan balita
DO :
1. 92 % dari sampel warga
pergi berobat ke tenaga
Terdapat posyandu dan
kader yang aktif, kesadaran
warga untuk ikut aktif dalam
kegiatan, kesadaran
masyarakat untuk berobat
ketenaga kesehatan
Masih ada yang belum
memiliki kesadaran diri untuk
Kesiapan
Meningkatkan
Koping
Komunitas pada
kader RW 2
kelurahan
Gading kasri
kesehatan dan puskesmas
2. 62 % warga aktif mengikuti
kegiatan RW
3. 95 % warga aktif mengikuti
kegiatan kesehatan
4. 98 % dari sampel warga
mengatakan kader aktif
5. 81 % dari sampel warga
mengatakan kader sangat
membantu dalam upaya
pemeliharaan kesehatan
melakukan pemeriksaan
secara berkala GD dan
Tensi, serta melakukan
aktifitas pengontrolan
Kesiapan Meningkatkan
Koping Komunitas berkaitan
dengan diabetes militus dan
hipertensi
4 DO :
- Penderita gangguan jiwa dalam
RW 2 berjumlah 12 orang.
- penderita belum mendapatkan
pengobatan
DS :
- menurut kader keluarga penderita
gangguan jiwa berasal dari
keluarga yang kurang mampu
- kader mengatakan bahwa
keluarga penderita tidak
memahami alur pengobatan dan
pentignya pengobatan pada
penderita gangguan jiwa
- kader mengatakan bahwa
penderita jiwa sudah mengganggu
keamanan dari komunitas
Terdapat keluarga dengan
gangguan jiwa
Penderita tergolong dalam
keluarga yang kurang mampu
Keluarga dan komunitas tidak
mengetahui proses
pengobatan untuk keluarga
kurang mampu
Defisiensi pengetahuan
Defisiensi
pengetahuan
pada keluarga
gangguan jiwa
di RW 2
kelurahan
Gading kasri b.d
kurang pajanan
informasi terkait
pengobatan jiwa
3.4.2 Daftar Prioritas masalah1. Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading
kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa
2. Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d
program mengatasi masalah kesehatan Sebagian
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri
b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidu sehat
4. Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader RW 2 kelurahan Gading
kasri
.4.3 Prioritas maslah
NODiagnosa Keperawatan
Pentingnya masalah untuk diselesaikan1 = rendah2 = sedang3 = tinggi
Motivasi Masyarakat untuk menyelesaikan masalah0 = tidak ada1 = rendah2 = sedang3 = tinggi
Peningkatan kualitas hidup masyarakat bila masalah diselesaikan0 = tidak ada1 = rendah2 = sedang3 = tinggi
Rangking masalah1 = paling tidak penting6 = paling penting
Jumlah skor
1
Defisiensi Kesehatan
Komunitas pada
warga RW 2
kelurahan Gading
kasri b.d program
mengatasi masalah
kesehatan sebagian
2 2 3 5 12
2
Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d merokok dan kurang pemahaman
3 2 2 4 11
3
Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader RW 2 kelurahan Gading kasri
3 2 2 3 10
4
Defisiensi pengetahuan pada warga RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurangnya pajanan informasi terkait pengobatan jiwa
3 2 2 6 13
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
3.5.1 Rencana asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Program KegiatanKriteria Standart Strategi Intervensi
1. Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa
TUM :Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x pertemuan
selama 45 menit ke
rumah warga RW 02
Kelurahan Gading Kasri
Kota Malang yang
memiliki anggota
keluarga gangguan jiwa
bersama kader
diharapkan kader dan
keluarga pasien dapat
memahami tentang
pengobatan penderita
gangguan jiwa dan
mampu melakukan
pengobatan gangguan
jiwa
NOC: Knowledge: Health ResourceIndikator 1 2 3 4 5Pentingnya pengobatan
x V
Rencana pengobatan
x v
Ketersediaan dukungan komunitas
x v
Strategi akses ke pelayanan kesehatan
x v
1: tidak ada pengetahuan2: pengetahuan terbatas3: pengetahuan sedang4: pengetahuan tinggi5: pengetahuan luas
Pendidikan kesehatan
Pemberdayaan masyarakat
1. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang pentingnya
melakukan pengobatan untuk
pasien gangguan jiwa
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang alur
pembuatan BPJS PBI bagi
keluarga kurang mampu agar
dapat melakukan pengobatan
gangguan jiwa secara gratis
3. Memberikan pendidikan tentang
alur melakukan pengobatan
gangguan jiwa mulai dari rujukan
puskesmas sampai RSJ dan
sampai pemulihan pasien di
rumah setelah pulang dari RSJ.
4. Memberikan buku pedoman
informasi kesehatan untuk kader
1. Memotivasi kader dan keluarga
TUK 1:1. Kader dan keluarga dapat sadar dan memahami pentingnya menyelesaikan masalah kesehatangangguan jiwa2. Kader dan keluarga memahami alur pengobatan penderita gangguan jiwa3. Kader dan keluarga dapat melakukan pengobatan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa4. Kader dan keluarga dapat menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung untuk penyembuhan klien saat maupun pasca pengobatan
untuk memberi dukungan untuk
penyembuhan ganguan jiwa
anggota keluarga.
2. Menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif untuk penyembuhan pasien gangguan jiwa setelah pulang dari RSJ dengan memberikan pengertian untuk tidak mengucilkan dengan cara bekerjasama dengan tetangga pasien untuk memotivasi dan sebagai sumber dukungan bagi pasien
2 Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga masyarakat RW 02 Gading Kasri berhubungan dengan
TUM :Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 4 kali pertemuan, pengetahuan kader dan warga RW 02 Kelurahan Gading Kasri Kota Malang mengenai pencegahan HT dan DM
Kognitif dan Afektif
NOC : Knowledge : disease process. Dengan indikator : 90 % Kader dan warga dapat menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda gejala, pengobatan dan komplikasi dari HT dan DM.
Pendidikan Kesehatan
NIC : Teaching : Disease Process- Gali pengetahuan tentang proses
penyakit HT dan DM- Jelaskan pengertian, penyebab
dan gejala dari HT dan DM- Jelaskan proses terjadinya
penyakit hingga menimbulkan
Program mengatasi masalah kesehatan sebagian
meningkat menjadi 70%.
TUK:1. Meningkatkan
pengetahuan kader mengenai definisi HT dan DM sebesar 70%
2. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai penyebab dan factor resiko HT dan DM sebesar 70%
3. Masyarakat mampu memahami tentang perawatan DM dan Hipertensi
NOC : Knowledge : Treatment regimen. Dengan Indikator : 80 % Kader dan warga
mampu menjelaskan rasional dari pengobatan HT dan DM.
80% Kader dan warga mampu menjelaskan tentang regimen medikasi dan perawatan penderita akibat komplikasi HT dan DM.
komplikasi- Diskusikan apa yang telah
dilakukan untuk mengelola gejala penyakit yang dialami
- Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas kesehatan jika timbul gejala yang lebih parah
NIC : Teaching : Prescribed Medication- Kaji riwayat pengobatan masa
lalu yang berkaitan dengan kondisi saat ini
- Kaji perawatan terapi saat ini untuk masalah kesehatan yang dihadapi.
- Diskusikan pilihan terapi atau pilihan pengobatan
- Diskusikan mengenai dampak ketidakpatuhan dalam pengobatan.
- Jelaskan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya komplikasi dan efek samping pengobatan
- Identifikasi perawatan non farmakologis (seperti olahraga, diit) yang di indikasikan untuk masalah kesehatan saat ini.
3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga masyarakat RW 2 Gading Kasri b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidup sehat
TUM:Setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 4 x pertemuan, pengetahuan tentang dampak pencegahan dan cara berhenti merokok, dan olahraga
TUK 1:1. Meningkatkan
pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai dampak merokok bagi kesehatan sebesar 80%
2. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai baimana cara berhenti merokok sebesar 80%
3. Meningkatkan pengetahuan warga maupun keluarga binaan mengenai pentingnya olahraga sebesar 80%
Kognitifdan afektif
NOC : Health promoting behavior.Dengan indikator: 90 % warga mempraktikkan gaya hidup sehat
90% waraga mengkonsumsi makanan sehat seacara rutin
90 % warga yang merokok mengurangi frekuensi merokok
Tercipta lingkungan / support system untuk melakukan perubahan gaya hidup
Pendidikan kesehatan
Pemberdayaan masyarakat
NIC : Behaviour Modification :1. Motivasi warga untuk merubah
gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat seperti : rajin olahraga, tidak merokok, dan seimbang
2. Diskusikan bersama warga keuntungan dari gaya hidup sehat
3. Libatkan anggota keluarga untuk merubah kebisaan merokok, kurang olahraga
4. Diskusikan cara merubah dan target waktu yang diperlukan untuk merubah gaya hidup menjadi gaya hidup sehat
5. Evaluasi perubahan gaya hidup yang telah dilakukan setelah pemberian pendidikan kesehatan dan berikan reinforcement
Smoking Cessation Assistance 1. Kaji kebisaan merokok yang
dimilki oleh warga RW 2 Gading kasri
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok bagi kesehatan
3. Memberikan pendidikan
TUK 2:Meningkatkan motivasi warga untuk merubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat
kesehatan tentang bagaimana cara mencegah dan cara berhenti merokok
4. Motivasi untuk mengurangi sampai berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah
4 Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader masyarakat RW 02 Gading Kasri
Tujuan Umum:Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x pertemuan @60 menit di setiap pos kader dapat memberikan motivasi kepada warga untuk melakukan pemeriksaan rutin di layanan kesehatan
Tujuan Khusus:1. Warga ikut serta dalam kegiatan posbindu rutin2. Kader memberikan dukungan kepada warga sesuai kebutuhan3. Kader memfasilitasi warga untuk meningkatkan taraf kesehatannya4. Warga memahami
95 % kader mengetahui pentingnya pelaksanaan posbindu
95% kader mengetahui dampak tidak mengadakan pemeriksaan rutin
95 % kader mengetahui cara melakukan pencegahan penyakit tidak menular
95% kader mampu melaksanakan peran masing-masing sesuai sop posbindu
Kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
1. Mengkaji dampak dari kebiasaan warga yang tidak mau memeriksakan diri jika tidak merasa sakit
2. Menggunakan pendekatan yang bertahap dan perlahan melalui bantuan kader
3. Menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi warga untuk bersedia datang ke posbindu seperti rencana untuk mengadakan pelatihan kader mengenai posbindu dan sosialisasi rutin setelah sholat jumat melalui pengeras suara mushola
4. Menyediakan informasi yang faktual untuk meningkatkan koping komunitas dengan memberikan booklet untuk kader yang berisi tentang beberapa penyakit dan tatalaksana pertama yang dapat dilakukan serta
manfaat rutin mengikuti posbindu
prosedur rujukannya5. Memberikan pilihan kepada warga
mengenai solusi masalah kesehatannya melalui meja konsultasi di posbindu
6. Evaluasi kemampuan pasien untuk menetapkan keputusan dalam masalah kesehatan dapat dilakukan ketika posbindu sudah berjalan.
7. Evaluasi kesadaran diri warga tentang pentingnya pemeriksaan rutin melalui tingkat kehadiran dalam posbindu.
3.5.2 Plan Of Action
No Kegiatan Tujuan Sasaran Bentuk Kegiatan Waktu dan Tempat Media Pelaksana /PJ
pelaksana Dana
1. Pendidikan
Kesehatan terkait
masalah
gangguan jiwa,
pemberdayaan
kader untuk
memberi
dukungan
penyembuhan
pasien gangguan
jiwa di rumah,
dan mengajarkan
perawatan di
rumah.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran kader dan keluarga tentang pentingnya menyelesaikan masalah kesehatan gangguan jiwa2. Meningkatkan pemahaman kader dan keluarga tentang alur pengobatan penderita gangguan jiwa3. Meningkatkan kemampuan kader dan keluarga dalam melakukan pengobatan untuk pasien yang mengalami gangguan jiwa4. Meningkatkan kemampuan kader dan keluarga dalam menciptakan lingkungan dan suasana yang mendukung untuk penyembuhan klien saat maupun pasca pengobatan
Warga yang
memiliki
anggota
keluarga
dengan
masalah
gangguan
jiwa di RW
02
Kelurahan
Gading
Kasri Kota
Malang
Diskusi Penyuluhan
Waktu: 1
Agustus
2015
Tempat:
Rumah
warga yang
memiliki
anggota
keluarga
dengan
masalah
gangguan
jiwa di RW
02 Kelurahan
Gading Kasri
Kota Malang
Leaflet Kader : Bu
Endang, Bu
Rahmawati
Mahasiswa :
Reny, Indah
Rp. 50.000
2 Pendidikan Kesehatan dan Pelatihan Kader terkait HT dan DM
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pengetahuan
kader mengenai penyakit
Kader kesehatan RW 02 Gading Kasri
Penkes pada kader DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi,
Waktu :23 Juni 2015, 7 Juli 2015, 8 Juni – 8 Agustus
1. Poster 2. Leaflet3. Koran4. Sphygm
omanom
Mahasiswa :Novita, Lia, ervina
Kader :
Rp. 100.000
hipertensi dan diabetes yang banyak terjadi RW 02
2. Meningkatkan kemampuan kader dalam pemeriksaan tekanan darah dan dalam melaksanakan senam kaki sehingga para kader dapat mengajarkan pada warga dan dapat mengoptimalkan kegiatan posyandu karena terlatih memeriksa tekanan darah.
Training, Group discussion
Pemberdayaan kader
mengajarkan bagaimana cara mengukur tekanan darah
mengajarkan senam kaki
2015
Tempat :Posyandu di RW.02
eter5. stetosko
p
Bu Eny Erlan, Bu Sutarno
3. Homevisit ke rumah keluarga dengan penderita Hipertensi dan/atau Diabetes
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 kali perlemuan maka diharapkan :1. Meningkatkan pengetahuan
keluarga dan penderita hipertensi atau diabetes mengenai penyakit hipertensi dan diabetes
Keluarga dengan penderita Hipertensi dan Diabetes RW. 02 Gading Kasri
Penkes pada keluarga penderita DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training
mengajarkan bagaimana cara senam kaki, mengatur diet, dan beraktivitas.
Waktu : kondisional (8 Juni – 8 agustus 2015)
Tempat : di rumah Keluarga dengan penderita Hipertensi dan Diabetes RW. 02 Gading Kasri
Leaflet, poster, SphygmomanometerStetoskop, Glukotest
Mahasiswa : Maulana, Dewi, Ana, Sri indah, Ervina, Novita, Uzzy, Anggernani, Indah, Lia
Rp. 100.000
4 Penyuluhan
kesehatan terkait
cara untuk
berhenti merokok
Setelah dilakukan penyuluhan 1x
60 menit diharapkan:
1. Meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman warga RW.02
Warga
Rw.02
Diskusi Penyuluhan observasi
Waktu : 12 juli 2015
Tempat : rumah pak
PPT dan
Leaflet
Trias, Imo, dan
Novi
Rp.
50.000;
dan pentingnya
olahrga
mengenai bahaya merokok
2. Meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mengenai
pentingnya olahraga pada
warga RW.02
arif RT 6
5 Pendidikan Kesehatan pada 3 kader terpilih setiap posyandu untuk mempersiapkan diri menjadi konsultan di meja 4 posyandu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x pertemuan @ 60 menit di setiap pos, maka diharapkan kader dapat percaya diri memberi konsultasi kepada warga terkait penyakit
3 Kader kesehatan dimasing-masing posyandu
Mikro teaching kepada 3 kader di tiap pos mengenai 5 penyakit tersering di RW 02 Kelurahan Gadingkasri
POS 1Waktu : 06-07- 2015
Tempat :Balai RW Gadingkasri
POS 2Waktu : 27 Juli 2015Tempat : Rumah Bu Erlan
Buku panduan
Mahasiswa :Ana, Indah
Kader :POS 1 : Bu EndangPOS 2 : Bu Erlan
Rp. 100.000
3.5.3 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1 Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa di RW 2 kelurahan Gading kasri b.d kurang pajanan informasi terkait pengobatan jiwa
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakukan pengobatan untuk pasien
gangguan jiwa
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang alur pembuatan BPJS PBI bagi keluarga kurang
mampu agar dapat melakukan pengobatan gangguan jiwa secara gratis
3. Memberikan pendidikan tentang alur melakukan pengobatan gangguan jiwa mulai dari rujukan
puskesmas sampai RSJ dan sampai pemulihan pasien di rumah setelah pulang dari RSJ.
4. Memberikan buku pedoman informasi kesehatan untuk kader
1. Memotivasi kader dan keluarga untuk memberi dukungan untuk penyembuhan ganguan jiwa
anggota keluarga.
2. Menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif untuk penyembuhan pasien gangguan
jiwa setelah pulang dari RSJ dengan memberikan pengertian untuk tidak mengucilkan dengan
cara bekerjasama dengan tetangga pasien untuk memotivasi dan sebagai sumber dukungan
bagi pasien
2 Defisiensi Kesehatan Komunitas pada warga masyarakat RW 02 Gading Kasri berhubungan dengan Program mengatasi masalah kesehatan sebagian
1. Pendidikan Kesehatan dan Pelatihan Kader terkait HT dan DM :
Penkes pada kader DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training, Group
discussion
Pemberdayaan kader
mengajarkan bagaimana cara mengukur tekanan darah
mengajarkan senam kaki
2. Homevisit ke rumah keluarga dengan penderita Hipertensi dan/atau Diabetes :
Penkes pada keluarga penderita DM dan HT dengan menggunakan cara : Edukasi, Training
mengajarkan bagaimana cara senam kaki, mengatur diet, dan beraktivitas.
3 Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada warga masyarakat RW 2 Gading Kasri b.d merokok dan kurang pemahaman tentang gaya hidup sehat
1. Memberikan penyuluhan mengenai kandungan dalam rokok2. Memberikan penyuluhan megenai dampak merokok3. Memberikan penyuluhan bagaimana cara berhenti merokok4. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya berolahraga
4 Kesiapan Meningkatkan Koping Komunitas pada kader masyarakat RW 02 Gading Kasri
1. Mengkaji dampak dari kebiasaan warga yang tidak mau memeriksakan diri jika tidak merasa sakit
2. Menggunakan pendekatan yang bertahap dan perlahan melalui bantuan kader3. Menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi warga untuk bersedia datang ke posbindu
seperti rencana untuk mengadakan pelatihan kader mengenai posbindu dan sosialisasi rutin setelah sholat jumat melalui pengeras suara mushola
4. Menyediakan informasi yang faktual untuk meningkatkan koping komunitas dengan memberikan booklet untuk kader yang berisi tentang beberapa penyakit dan tatalaksana pertama yang dapat dilakukan serta prosedur rujukannya
5. Memberikan pilihan kepada warga mengenai solusi masalah kesehatannya melalui meja konsultasi di posbindu
6. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk menetapkan keputusan dalam masalah kesehatan dapat dilakukan ketika posbindu sudah berjalan.
7. Mengevaluasi kesadaran diri warga tentang pentingnya pemeriksaan rutin melalui tingkat kehadiran dalam posbindu.
3.5.4 Evaluasi
NO. Kegiatan Struktur Proses Hasil1 Pendidikan Kesehatan
terkait masalah
gangguan jiwa,
1. Seluruh keluarga dengan klien
gangguan jiwa telah dikunjungi
2. Pendidikan kesehatan kepada
1. Penyaji mampu menyampaikan
pendidikan kesehatan dengan
baik.
1. Keluarga mampu memahami
pentingnya melakukan
pengobatan untuk pasien
pemberdayaan kader
untuk memberi
dukungan penyembuhan
pasien gangguan jiwa di
rumah, dan
mengajarkan perawatan
di rumah.
keluarga dilakukan menggunakan
media yang telah direncanakan.
3. Pengorganisasian dan persiapan
kegiatan kunjungan rumah dilakukan
pada hari sebelumnya.
2. Keluarga mendengarkan
pendidikan kesehatan yang
disampaikan dengan baik.
3. Keluarga antusias untuk
bertanya pada pemberi
pendidikan kesehatan jika ada
yang belum dimengerti.
gangguan jiwa
2. Keluarga mampu memahami
tentang alur pembuatan BPJS
PBI bagi keluarga kurang
mampu agar dapat melakukan
pengobatan gangguan jiwa
secara gratis
3. Keluarga mampu memahami
tentang alur melakukan
pengobatan gangguan jiwa
mulai dari rujukan puskesmas
sampai RSJ dan sampai
pemulihan pasien di rumah
setelah pulang dari RSJ.
2 Pendidikan Kesehatan
dan Pelatihan Kader
terkait HT dan DM
Mahasiswa mendapatkan perijinan
yang diperoleh dari tokoh masyarakat
setempat yaitu Ketua RW 02, dan
ketua kader posyandu 1 dan
posyandu 2, serta telah melakukan
koordinasi dengan kader masing-
masing RT.
Mahasiswa telah melakukan
konfirmasi tempat dan waktu kegiatan
perkumpulan warga
Ketua RT/RW dan kader RW 02 Gading Kasri menerima kedatangan mahasiswa PSIK UB ke lahan
Adanya koordinasi yang baik antara mahasiswa PSIK UB dengan tokokh masyarakat dan kader
Materi penyuluhan, soal pretest dan media telah tersedia
Kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar dan tepat waktu
90% kader posyandu hadir dalam penyuluhan
80 % kader posyandu yang mengikuti penyuluhan mampu menjawab dengan benar soal post test
100% leaflet penyuluhan dibagikan kepada kader posyandu yang mengikuti penyuluhan
Mahasiswa mempersiapkan peralatan
dan media penyuluhan berupa :
poster, leaflet, Koran,
Sphygmomanometer dan stetoskop
Kader RW 02 antusias selama proses pendidikan kesehatan berlangsung
Tidak ada peserta penyuluhan yang keluar selama proses penyuluhan berjalan
3 Homevisit ke rumah
keluarga dengan
penderita Hipertensi
dan/atau Diabetes
Mahasiswa mendapatkan perijinan
yang diperoleh dari tokoh masyarakat
setempat yaitu Ketua RW 02, dan
ketua RT 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan 11,
serta telah melakukan koordinasi
dengan kader masing-masing RT.
Mahasiswa telah berkordinasi dengan
kader setempat untuk memilihkan
keluarga untuk mendapat binaan.
Mahasiswa mempersiapkan peralatan
dan media penyuluhan berupa :
poster, leaflet, Koran,
Sphygmomanometer dan stetoskop
Ketua binaan di RW 02 Gading Kasri menerima kedatangan mahasiswa PSIK UB
Adanya koordinasi yang baik antara mahasiswa PSIK UB dengan tokokh masyarakat dan kader
Materi penyuluhan dan media telah tersedia
Kegiatan penyuluhan dan pembinaan keluarga berjalan dengan lancar dan tepat waktu
33 keluarga dengan penderita
diabetes dan hipertensi
mendapatkan penyuluhan
kesehatan dan pembinaan
33 keluarga memahami terkait
diet, tepai aktivitas, senam
kaki, dll untuk penyandang
hipertensi dan atau diabetes.
4 Penyuluhan kesehatan
terkait cara untuk
berhenti merokok dan
pentingnya olahrga
1. Jumlah warga yang hadir dalam
kegiatan penyuluhan minimal 25
warga.
2. Penyuluhan dan pelatihan
menggunakan media yang telah
direncanakan.
1. Penyaji mampu menguasai
materi penyuluhan yang
diberikan.
2. Penyaji mampu
menyampaikan materi dengan
baik.
1.Materi Bahaya Merokok
- Hasil pretest : 70%
- Hasi postest : 91 %
2.Materi Pentingnya Olahraga
- Hasil prestest : 65 %
- Hasil postest : 88 %
3. Penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan di pertemuan RT kelurahan
Gading Kasri.
4. Pengorganisasian dan persiapan
kegiatan penyuluhan dilakukan pada
hari sebelumnya.
3. Pesera yang hadir dalam
penyuluhan sebanyak 20
orang
4. Peserta mendengarkan
ceramah dengan baik dan
sangat berkonsentrasi
terhadap materi yang
disampaikan oleh pemberi
penyuluhan.
5. Peserta antusias untuk
bertanya dalam kegiatan
penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
6. Peserta tidak meninggalkan
tempat sebelum kegiatan
penyuluhan selesai
dilaksanakan.
7. Tidak ada peserta yang
mondar-mandir selama
kegiatan penyuluhan
berlangsung.
5 Pendidikan Kesehatan
pada 3 kader terpilih
setiap posyandu untuk
1. Seluruh kader telah dilatih untuk
persiapan pelaksanaan posbindu
2. Pendidikan kesehatan kepada
1 Penyaji mampu menyampaikan
pendidikan kesehatan dengan
1 Kader mampu memahami
pentingnya mengadakan
posbindu untuk pasien 15 tahun
mempersiapkan diri
menjadi konsultan di
meja 4 posyandu
keluarga dilakukan menggunakan
media yang telah direncanakan.
3. Pengorganisasian dan persiapan
kegiatan posbindu dilakukan pada hari
sebelumnya.
4. Pelaksanaan posbindu dilakukan 2
kali pada setiap pos yaitu pelatihan
dan evaluasi
baik.
2 Kader mendengarkan
pendidikan kesehatan yang
disampaikan dengan baik.
3 Kader antusias untuk bertanya
pada pemberi pendidikan
kesehatan jika ada yang belum
dimengerti.
ke atas
2 Kader mampu memahami
tentang tata cara posbindu yang
sesuai dengan prosedur
puskesmasKader mampu
melaksanakan peran masing-
masing dalam pelaksanaan
posbindu
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini akan digambarkan serangkaian kegiatan dan evaluasi yang telah
dilakukan pada Warga RW 02 Kelurahan Gading Kasri Malang. Berdasarkan hasil
kesepakatan musyawarah dengan warga, maka implementasi dilakukan melalui beberapa
program kegiatan dan beberapa tahapan. Kelompok membagi kegiatan dalam 5 program
yaitu pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga dengan gangguan jiwa, pendidikan
kesehatan dan pelatihan pada kader, homevisit ke keluarga dengan DM dan HT,
penyuluhan kesehatan tentang merokok yang olahraga, pendidikan kesehatan pada 3 kader
terpilih.
Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui tekhnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perlaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untul lebih
mandiri mencapai tujuan hidup sehat. (Depkes, 2002). Sasaran penyuluhan kesehatan
dapat dilakukan pada masyarakat yang berada dalam binaan puskemas, masyarakat yang
terkena penyakit dan lain-lain. Adapun materi yang disampaikan berupa materi yang
disesuaikan dengan kebutuhan kelompok atau masyarakat sehingga materi bisa langsung
dimanfaatkan hasilnya. Media yang digunakan disesuaikan dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga pesan lebih mudah dimengerti. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian penyuluhan kesehatan antara lain faktor penyuluh, faktor
sasaran, dan faktor proses dalam penyuluhan. (Effendy, 2003)
Pelaksanaan penyuluhan kesehatan kepada kader terkait DM dan HT di RW 02
Kelurahan Gading Kasri dilakukan 2x bersamaan dengan kegiatan posyandu. peserta yang
hadir sesuai dengan jumlah kader yang ada diposyandu tersebut. Materi yang disampaikan
berupa pelatihan kader tentang konsep DM dan HT, pengelolaan posbindu, pelatihan senam
kaki, pelatihan tensi, dan cara mendapatkan bpjs bpi/spm, hal ini untuk membekali kader,
karena sesuai dengan tugas kader yaitu sebagai perpanjangan informasi kesehatan
diwilayah RT/RW nya. Media yang digunakan berupa leafleat, poster, lembar balik. Dari
hasil evaluasi ketiga penyuluhan didapatkan rata-rata peningkatan pengetahuan kader saat
post test sebanyak 80 % dibandingkan hasil pre test penyuluhan yaitu 50 %. Hal ini
dibuktikan dengan peserta mampu menjelaskan kembali bagaimana perawatan manajement
diabetes militus, bagaimana cara mencegah terjadinya diabetes mellitus, konsep hipertensi
dan cara pencegahannya, serta mampu mempraktekkan kembali cara senam kaki dan tensi
dengan baik. Adanya peningkatan pengetahuan kader yang significan dari 50% menjadi
80% setelah pemberian penyuluhan dikarenakan materi yang disampaikan sesuai dengan
kebutuhan kader. Kesiapan kader serta dalam menerima materi penyuluhan turut
mendukung kelancaran proses penyuluhan. Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan,
kader dilakukan evaluasi yaitu pada posyandu selanjutnya, dari hasil evaluasi tersebut
terlihat bahwa kader dapat menjalankan posbindu dengan baik, dapat melakukan tensi
kepada warga, dapat memberi konsultasi, dan dapat melakukan skrining dengan baik.
Program selanjutnya adalah kegiatan penyuluhan kepada masyarakat terkait hidup
sehat yang dilakukan satu kali bersamaan dengan pertemuan arisan warga laki-laki RT 06.
Peserta yang hadir dalam penyuluhan berjumlah 15 orang. Materi yang diberikan adalah
penyuluhan tentang konsep hidup sehat, yaitu bebas rokok dan pentingnya berolahraga.
Dari hasil evaluasi ketiga penyuluhan didapatkan rata-rata peningkatan pengetahuan warga
saat post test sebanyak 95 % dibandingkan hasil pre test penyuluhan yaitu 40 %. Hal ini
dibuktikan dengan peserta mampu menjelaskan kembali bagaimana hidup sehat, dan
dengan adanya peningkatan pengetahuan warga yang significan ini diharapkan dalam
pelaksanaannya sehari-hari kedepannya warga dapat melaksanakan hidup sehat.
Kegiatan selanjutnya yaitu homevisit pada keluarga RW 02 kelurahan gadingkasri
dengan penderita DM dan HT. Pelaksanaan homevisit yang dilakukan kelompok kepada
keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita penyakit DM dilaksanakan sejak tanggal
15 juni 2015. Homevisit dilakukan agar keluarga mendapatkan pengetahuan yang baik
tentang penyakit yang diderita, keluarga dengan masalah kesehatan DM ataupun HT
dilakukan pengkajian secara komprehensif, kemudian dilakukan analisa masalah dan
rencana tindakan yang akan dilakukan. Beberapa implementasi yang dilakukan saat
homevisit ini adalah penyuluhan tentang konsep penyakit DM dan HT (sesuai dengan
kebutuhan keluarga), diet dan aktivitas untuk keluarga, mengajarkan tentang konsumsi obat,
menjelaskan cara mendapatkan jaminan kesehatan nasional, pemeriksaan gula darah,
pemeriksaan tekanan darah, perawatan luka dan melatih senam kaki,. Berdasarkan jurnal
yang didapatkan menyebutkan bahwa pelaksanakan senam kaki pada klien dengan DM
terbukti efektif untuk mengurangi kejadian luka diabetic foot, serta memperbaiki sirkulasi
darah didaerah kaki. Kegiatan homevisit ini dilakukan 3 hingga 7 kali pertemuan dengan
keluarga. Setelah evaluasi akhir didapatkan bahwa pengetahuan keluarga meningkat terkait
DM dan HT, keluarga dan penderita DM dan HT juga dapat mengontrol dengan baik
konsumsi makanan dan mengatur pola olahraganya.
Selanjutnya kegiatan yang merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat
yaitu pelatihan 3 kader terpilih untuk menjadi konsultan di meja 5 dan skrining di meja 2
posbindu. Kader posbindu sendiri sebenarnya sudah terbentuk, kader ini gabung tugasnya
menjadi kader lansia dan terhimpun dalam posyandu anggrek I dan II. Kader posbindu
sendiri sudah memiliki program kerja, namun untuk skrening penyakit DM dan HT belum
ada. Kegiatan yang diikuti 3 kader kami laksanakan dengan langkah awal yaitu memberikan
pendidikan kesehatan terkait penyakit DM dan HT. Setelah memberikan pendidikan
kesehatan kemudian kami menjelaskan tentang cara skrening penyakit DM dan HT kepada
kader, sebagai bentuk kegiatan mawas diri di masyarakat yang juga merupakan bagian
tugas dari seorang kader. Penjelasan terkait dengan cara skrening penyakit DM dan HT
diikuti dengan antusias olehkader, karena materi skrening tentang penyakit DM dan HT baru
kali ini mereka terima. Dari hasil evaluasi para kader telah memahami tata cara melakukan
skrening penyakit DM dan HT sudah dipahami oleh para kader. Kegiatan
pendokumentasiaan dan skrening penyakit DM dan HT bisa menjadi salah satu program
kerja baru yang bisa dilakukan oleh kader di RW 2 untuk membantu masyarakat dalam
upaya mencegah dan menanggulangi terkait dengan penyakit DM dan HT.
Kegiatan pemberdayaan kader kesehatan ini dapat dilaksanakan dengan lancar
dikarenakan adanya koordinasi yang baik antara ketua kader posyandu dan para kader
setempat. Serta antusias dan motivasi para kader yang tinggi untuk meningkatkan
kesehatan warga disekitarnya. Untuk selanjutnya diperlukan kerjasama lintas sektoral yang
jelas dengan Puskesmas tentang data skrening DM dan HT yang telah dilakukan kader agar
bisa diserahkan kepada pihak terkait. Sehingga kader dapat menjadi surveilans untuk
penyakit DM dan HT pada warga disekitarnya.
Hasil akhir dari asuhan keperawatan komunitas di RW 02 Kelurahan gading kasri
berdasarkan diagnosa pertama yaitu Defisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa,
setelah dievaluasi bahwa masalah telah teratasi sebagian, dikarenakan kader telah
mengetahui cara pasien gangguan jiwa mendapatkan pengobatan, namun pelaksanaan
edukasi kepada keluarga oleh petugas puskesmas masih akan dilaksanakan pada tanggal 7
agustus 2015. Sedangkan untuk diagnosa komunitas yang kedua yaitu defisiensi kesehatan
komunitas setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga
tentang DM dan HT meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mampu melaksanakan
senam diabetes dan melakukan tensi.
Diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko, setelah
dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga tentang perilaku hidup
sehat meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mau berkomitmen menjaga pola hidup
sehat dengan tidak merokok dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk diagnosa komunitas
yang terakhir yaitu kesiapan meningkatkan koping komunitas pada kader, setelah
dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan 3 kader terpilih memahami
tentang DM dan HT, mampu memberikan konsultasi dimeja 5 dan mampu melakukan
skrining di meja 2 posyandu.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULANDefisiensi pengetahuan pada keluarga gangguan jiwa, setelah dievaluasi bahwa
masalah telah teratasi sebagian, dikarenakan kader telah mengetahui cara pasien
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan, namun pelaksanaan edukasi kepada
keluarga oleh petugas puskesmas masih akan dilaksanakan pada tanggal 7 agustus
2015. Sedangkan untuk diagnosa komunitas yang kedua yaitu defisiensi kesehatan
komunitas setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga
tentang DM dan HT meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mampu melaksanakan
senam diabetes dan melakukan tensi.
Diagnosa yang ketiga yaitu perilaku kesehatan cenderung beresiko, setelah
dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan warga tentang perilaku
hidup sehat meningkat hingga rata-rata 90% dan telah mau berkomitmen menjaga pola
hidup sehat dengan tidak merokok dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk diagnosa
komunitas yang terakhir yaitu kesiapan meningkatkan koping komunitas pada kader,
setelah dievealuasi bahwa masalah telah teratasi karena pengetahuan 3 kader terpilih
memahami tentang DM dan HT, mampu memberikan konsultasi dimeja 5 dan mampu
melakukan skrining di meja 2 posyandu.
5.2 SARANa. Perlunya kerjasama lintas sektoral dengan Puskesmas terkait kelanjutan
pemberdayaan kader untuk mengisi konsultasi di meja 5 dan melakukan skrinning
ataupun wawancara di meja 2 posyandu.
b. Perlu adanya penyuluhan informasi kesehatan secara berkelanjutan kepada
masyarakat supaya masyarakat mampu mengenal masalah kesehatan di lingkungan
sekitarnya
c. Perlu adanya pemantauan berkala terhadap kepatuhan pengobatan dan jadwal
kontrol rutin terhadap warga masyarakat dengan masalah kesehatan Diabetes
Mellitus dan Hipertensi
d. Perlunya komitmen dan motivasi dari keluarga, kader, tokoh masyarakat dan warga
untuk menjalankan usaha preventif sebagai bentuk pencegahan terjadinya masalah
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrina, dkk.(2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi, Jurnal Keperawatan, Vol. 6 No. 1.Jogyakarta : Nuha Medika
Allender, J.A., and Spradley, B.W.2005.Community health nursing : Concepts and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Anderson, E.T., and McFarlane, J.2000. Community as partner: Theory and practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott.
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC; Jakarta
Clark, M.J.1999. Nursing in the community: Dimensions of community health nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and function. Edisi 3. Phiadelphia: lippincott.
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice , 3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika :Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta
Price. 2005. Patofisiologi Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta; EGC
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jogyakarta: Graha Ilmu.
Sudiharto. 2007. Buku Saku: Keperawatan Jiwa Edisi 3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan. Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.
Utami P. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan : Agromedia. 2009.
top related