bab i dan ii
Post on 18-Jul-2015
968 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 1/36
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam bidang pendidikan, salah satu aspek yang mempengaruhi kegiatan
siswa dalam proses belajar mengajar adalah kedisiplinan. Disiplin adalah kunci
keberhasilan dalam belajar. Upaya mendisiplinkan siswa tidaklah mudah sebab
membutuhkan pemahaman dan dalam pelaksanaannya perlu ada kesadaran dari
siswa yang tinggi agar mereka dapat maksimal dalam belajar.
Dalam proses belajar mengajar di kelas kedisiplinan belajar merupakan
kunci sukses proses belajar mengajar. Penyelenggaraan pengajaran di kelas
menuntut adanya kedisiplinan anakan dalam belajar. Ketertiban dan kedisiplinan
siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru merupakan suatu yang
harus dikerjakan, diselesaikan oleh siswa sebagai usaha memenuhi tugas yang
diberikan oleh guru.
Dalam memberikan pengajaran kepada siswa tentang disiplin, banyak
cara dilakukan seseorang. Cara tersebut berbeda antara siswa satu dengan orang
lain. Bagi para guru dengan memberikan gambaran yang jelas pada siswa tentang
kedisiplinan dalam belajar, agar siswa tersebut mampu membuktikan potensi
belajar yang baik.
1
1
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 2/36
Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap,
pendapat, dan tingkah laku melalui mekanisme daya tarik bagi siswa agar dapat
mengikuti pola piker seorang guru. Komunikasi mengandung unsur ide dan
komunikasi sebagai dasar yang hakiki bagi manusia. Dengan demikian disiplin
tidak terlepas dari penyampaian berupa komunikasi antara siswa dan guru, danya
komunikasi maka akan terdorong keinginan untuk berbuat sesuai dengan norma-
norma kedisiplinan sangat diutamakan bagi seorang siswa.
Berdasarkan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak
ditemukan siswa yang kurang taat melaksanakan disiplin belajar.
Ketidakdisiplinan ini banyak faktor yang mempengaruhinya menurut Zakiyah
Darajat (2000:155) “antara lain faktor psikologis, perseorangan dan faktor sosial
dan lingkungan. Mengenai faktor psikologis perlu ada upaya-upaya mengatasinya
dengan pendekatan psikologis pula. Pendekatan psikologis untuk membantu
merubah perilaku tersebut diantaranya dengan bimbingan.
Menurut Thulus Hidayat (2007:26) bahwa bimbingan yang dilaksanakan
secara kelompok lebih efisien daripada secara individual, lebih-lebih bagi mata
pelajaran yang membutuhkan kerja kelompok. Selain efisien, bimbingan secara
kelompok akan membantu proses perkembangan siswa.
Dalam kelompok, siswa berinteraksi dengan guru dan siswa-siswa yang
lain atau temannya. Interaksi sesama anak akan mempunyai arti tersendiri, karena
2
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 3/36
sesame anak memiliki sifat-sifat yang unik, memiliki persamaan-persamaan,
dimana persamaan-persamaan ini dapat menimbulkan perasaan bersatu sehingga
mereka akan belajar dan bekerja bersama-sama dalam kelompok dengan baik.
Kerjasama yang baik akan menghasilkan tugas yang baik pula, sehingga dapat
meningkatkan prestasi mereka. Dalam kerja sama kelompok siswa dapat
berdiskusi untuk memecahkan masalah-masalah yang menjadi penghambat
belajar salah satunya ketidakdisiplinan dalam belajar.
Dalam kenyataan yang ada di lapangan, sering dijumpai bahkan masih
banyak siswa yang pada saat jam pelajaran sekolah tidak mengikutinya,
membolos pergi ke tempat hiburan atau tempat lain. Bukan hanya itu, banyak
ditemui anak-anak tidak mengenakan pakaian seragam yang sudah ditentukan
oleh sekolah. Berdasarkan pengamatan sementara oleh penulis di SMP Al-Irsyad
Pemalang dijumpai indicator perilaku tidak disiplin, antara lain siswa sering
terlambat masuk sekolah, siswa sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan,
siswa meninggalkan jam pelajaran tertentu tanpa ijin.
Dengan merujuk pada keterangan dan kondisi seperti tersevut di atas,
maka penulis memilih judul tentang UPAYA PENINGKATAN
KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-
IRSYAD PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010)
B. IDENTIFIKASI MASALAH
3
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 4/36
Atas dasar fenomena yang ada apada latar belakang permasalahan, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Perilaku disiplin siswa di sekolah sebelum diberikan layanan konseling
kelompok belum terbentuk secara baik.
2. Guru pembimbing melaksanakan layanan konseling kelompok terhadap
siswa yang bersangkutan, agar ada peningkatan perilaku disiplinnya dalam
kehadiran di sekolah.
3. Layanan konseling akan dilaksanakan berulang kali jika siswa belum
mengalami perubahan sikap atau tindakannya dalam batas waktu yang telah
ditentukan dan inilah yang disebut sebagai penelitian tindakan.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap
disiplin siswa setelah diberi layanan konseling kelompok bagi siswa kelas VIII
SMP Al-Irsyad Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hasil yang diperoleh yaitu sikap disiplin siswa setelah diberikan
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VII SMP Al-Irsyad Tahun
Pelajaran 2009/2010.
E. MANFAAT PENELITIAN
4
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 5/36
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan
penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi, bahan literature atau pustaka, khususnya yang berkaitan dengan
masalah pelaksanaan bimbingan maupun konseling kelompok yang
diselenggarakan di sekolah dan masalah pembentukan sikap disiplin siswa
dalam belajar selama mengikuti proses belajar mengajar baik di sekolah
maupun yang diselenggarakan di luar sekolah.
2. Manfaat Praktis
a.Bagi siswa secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh
terhadap pembentukan kedisiplinan siswa secara umum, khususnya
kedisiplinan siswa di sekolah.
b.Bagi guru, sekolah/lembaga dapat dijadikan pijakan untuk
melaksanakan bimbingan konseling yang diharapkan bias membentuk
kedisiplinan belajar siswa di sekolah.
c.Bagi orang tua merupakan informasi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam membimbing putra-putrinya agar menjadi anak yang sesuai
dengan harapan dan keinginan orang tua khususnya dalam masalah
kedisiplinan baik di sekolah, di rumah maupun dalam kehidupan sehari-
hari.
F. SISTEMATIKA SKRIPSI
5
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 6/36
1. Bagian Awal, yaitu terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, halaman pernyataan, halaman motto dan halaman persembahan,
halaman prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi, terdiri dari :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika skripsi.
BAB II Landasan Teori
Bagian ini berisi teori-teori yang menyangkut tentang pengertian
konseling kelompok, fungsi dan tujuan konseling kelompok,
unsure terbentuknya konseling kelompok, tahap pelaksanaan
konseling kelompok, dilanjutkan dengan teori tentang
kedisiplinan yang meliputi pengertian disiplin dalam belajar,
fungsi disiplin bagi siswa, faktorfaktor yang mempengaruhi
kedisiplinan, pengaruh bimbingan kelompok terhadap perubahan
perilaku disiplin dalam belajar siswa
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang penentuan subjek penelitian, metode
pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
6
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 7/36
Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian, tentang kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan dan dianalisa serta dibahas.
BAB V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran
dari penulis.
3. Bagian Akhir Skripsi
Pada bagian ini berisi antara lain daftar pustaka dan lampiran-lampiran
pendukung pelaksanaan penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Konseling Kelompok
7
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 8/36
1. Pengertian Konseling Kelompok
Pengertian konseling menurut James F Adams dalam Surya dan
Natawijaya (2007:27) adalah suatu pertalian timbale balik antara dua orang
individu dimana yang seorang (counselor ) membantu yang lain (counselee),
supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-
masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan
dating. Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Amti (2006:105) adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi oleh klien.
Konseling sebagai terjemahan dari “counseling ” merupakan bagian
dari bimbingan baik sebagai layanan maupun sebagai teknik layanan.
Layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara
keseluruhan (counseling is the heart of guidance) (Sukardi, 2000:21).
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konseling
adalah suatu pertalian timbale balik antara konselor dengan klien, agar ia
dapat memahami diri, dalam rangka mengatsi masalah-masalah hiudpnya
untuk mencapai perubahan sikap dan tingkah laku. Di dalam prakteknya di
sekolah bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan pelayanan
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bimbingan dan konseling di
8
8
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 9/36
sekolah dilaksanakan untuk menciptakan manusia-manusia yng produktif
melalui pengentasan masalah yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa.
Adapun pengertian dari konseling kelompok menurut Buku
Pedoman Bimbingan dan Konseling SMP adalah sebagai bimbingan yang
dimungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbgai
bahan informasi yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari
(Depdikbud, 2004:14). Oleh karena itu arti konseling kelompok
mengandung makna antara lain, konseling kelompok merupakan suatu
bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok. Dalam hal
ini kelompok merupakan wadah yang didalamnya diisikan upaya bimbingan
untuk membantu individu yang memerlukan bantuan, konseling kelompok
merupakan salah satu bentuk usaha pencegahan masalah yang sama dalam
suasana kelompok (antar hubungan dari orang yang terlibat dalam
kelompok), konseling kelompok dimaksudkan memanfaatkan dinamika
kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu-individu yang
memerlukan. Perwujudan dinamika kelompok baru berfungsi sebagai
bimbingan, kalau memang dimanfaatkan dan diarahkan untuk tujuan
bimbingan, sehingga akan mampu memberikan pengaruh yang positif
terhadap perkembangan pribadi para peserta yang terlibat di dalamnya.
2. Tujuan dan Fungsi Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupkan layanan yang teratur,
terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan secara acak ataupun
9
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 10/36
seadanya. Ketika kawan mengawali hubungan konseling, pembimbing perlu
memasang niat dengan motivasi yang kuat untuk membantu siswa. Niat itu
merupakan wujud kesengajaan yang bersifat batiniah yang kalau diikuti
kesadaran yang mendalam akan mampu memberikan arah yang tepat dalam
proses konseling yang akan dilakukan.
Tujuan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua,
yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan
tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, sedangkan
tujuan operasionalnya disesuaikan dengan harapan klien dan masalah yang
dihadapi klien.
Dengan adanya layanan konseling kelompok yang baik dan efektif,
setiap siswa diharapkan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
kecakapan dan kemampuan yang seoptimal mungkin.
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Konseling Kelompok
a. Konsistensi anggota dalam suatu kelompok
Kegiatan konseling kelompok akan berhasil dengan baik apabila
anggota kelompok konsisten menjadi anggota kelomok dan memenuhi
terhadap kesepakatan bersama. Anggoata kelompok harus merasa ada
suatu ikatan dalam suatu kelompok sebagai jiwa dalam suatu kelompok
yang bersangkutan, agar kelompok tersebut dapat mencapai tujuan atau
kepentingan bersama yang dimaksud.
10
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 11/36
b. Kerjasama untuk bertukar pendapat
Kerjasama yang dimaksud adalah saling membantu dan
mendukung dalam pemecahan masalah yang dialaminya. Kerjasama
akan tercipta dengan baik apabila didasari dengan rasa senasib dan
mempunyai tujuan yang sama. Kerjasama tersebut dapat membentuk
kebersamaan kualitatif yang melalui tukar pendapat akan mampu
mengatasi atau memecahkan permasalahan yang dibahas dalam
kelompok tersebut. Konseling kelompok akan hidup dinamis apabila
kelompok tersebut diwarnai oleh semangat yang tinggi, kerjasama yang
lancer dan mantap serta adanya saling mempercayai diantara anggota-
anggotanya.
c. Bersama-sama sukarela membantu memecahkan
masalah
Dengan sikap sukarela ini memungkinkan anggota untuk saling
membantu satu sama lain dalam anggota kelompoknya. Kondisi
kebersamaan dalam suatu kelompok lebih mudah untuk diciptakan
sebab setiap anggota bukan hal keterpaksaan menjadi anggota dalam
kelompoknya namun diawali dengan sikap sukarela.
d. Selalu berorientasi pada pencapaian tujuan
11
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 12/36
Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan konseling
kelompok sangat penting untuk ditetapkan secara jelas. Dengan
berorientasi pada pencapaian suatu tujuan maka kegiatan konseling
kelompok akan terarah dan lebih efektif. Konseling kelompok akan
berjalan efektif lagi apabila masalah yang menjadi bahasan bersifat
homogen, artinya masalah yang dialami masing-masing anggota dan
hendak diatasi ada kecenderungan banyak kesamaan.
Dalam kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok, faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas kelompok-kelompok terhadap layanan
konseling kelompok adalah :
a.Tujuan dan kegiatan kelompok
b.Jumlah anggota dalam suatu kelompok
c.Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok
d.Kedudukan kelompok
e.Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk
saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral dan
sebagainya.
4. Materi Umum Layanan Konseling Kelompok
Materi layanan konseling dalam bidang-bidang bimbingan
(Depdikbud, 2004:34-36) :
12
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 13/36
a. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan pribadi
(No. 7A), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang
membahas dan mengentaskan masalah pribadi siswa yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan :
1) Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha esa
2) Pengenalan dan penerimaan perubahan, pertumbuhan dan minat
serta penyaluran dan perkembangan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri sendiri
3) Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat dan minat serta
penyaluran dan pengembangannya
4) Pengenalan tentang kelemahan diri sendiri dan upaya
penanggulangannya
5) Kemampuan mengambil keputusan dan pengarahan diri sendiri
6) Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat
b. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan sosial
(No. 7B), meliputi kegiatan penyelanggaraan konseling kelompok yang
membahas dan mengentaskan masalah sosial siswa, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan :
1) Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan
menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif
13
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 14/36
2) Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial (di rumah,
sekolah dan masyarakat) dengan menjunjung tinggi tata karma,
norma dan nilai-nilai, agama, adapt isitiadat dan kebiasaan yang
berlaku
3) Hubungan dengan teman sebaya (di sekolah dan masyarakat)
4) Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah
5) Pengenalan dan pemahaman pola hidup sederhana yang sehat
dan bergotong royong
c. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan belajar
(No. 7C), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang
membahas dan mengentaskan masalah belajar siswa, yaitu masalah-
masalah yang berkenaan dengan :
1) Motivasi dan tujuan belajar dan latihan
2) Sikap dan kebiasaan belajar
3) Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien
dan produktif
4) Penguasaan materi pelajaran dan latihan/ketrampilan
5) Ketrampilan teknis belajar
6) Pengenalan dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di
sekolah dan lingkungan sekitar
7) Orientasi belajar di perguruan tinggi
14
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 15/36
d. Layanan konseling kelompok dalam bimbingan karir
(No. 7D), meliputi kegiatan penyelenggaraan konseling kelompok yang
membahas dan mengentaskan masalah pilihan pekerjaan dan
pengembangan karir siswa, yaitu masalah-masalah yang berkenaan
dengan :
1) Pilihan dan latihan ketrampilan
2) Orientasi dan informasi pekerjaan/karier, dunia kerja dan upaya
memperoleh penghasilan
3) Orientasi dan informasi lembaga-lembaga ketrampilan
(Lembaga Kerja Industri) sesuai dengan pilihan pekerjaan dan arah
pengembangan karir
4) Pilihan, orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan
arah pengembangan karir.
5. Penyelenggaraan Layanan Konseling kelompok
Dalam kegiatan kelompok (baik layanan bimbingan kelompok
maupun konseling kelompok) hal-hal yang perlu ditampilkan oleh seluruh
anggota kelompok adalah (Prayitno, 2008:89) :
a. Membina keakraban dalam kelompok
b. Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok
c. Bersama-sama mencapai tujuan kelompok
d. Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok
e. Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
15
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 16/36
f. Membantu anggota lain dalam kelompok
g. Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam
kelompok
h. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok muncul secara
langsung di dalam kelompok itu pada awal kegiatannya. Pemimpin
kelompok mengembangkan suasana kelompok sehingga seluruh anggota
bersukarela membuka diri masing-masing dengan (1) mengemukakan
pribadinya dan selanjutnya (2) berpartisipasi aktif membantu kawan
memecahkan masalahnya. Pembukaan masalah pribadi di hadapan
sekelompok orang lain biasanya tidak mudah, dihambat oleh kekhawatiran
akan terbongkar rahasia pribadi.
Oleh karena itu, sejak awal kegiatan guru pembimbing perlu
memantapkan asas kerahasiaan pada anggota kelompok. Anggota kelompok
yang akan mengemukakan masalah pribadinya harus mendapat jaminan
bahwa kerahasiaan pribadinya akan terjaga dan disegi lain anggota
kelompok lainnya dengan sungguh-sungguh sanggup menyimpan dan
menjaga kerahasiaan semua masalah kawan-kawannya.
Untuk itu diperlukan teknik sendiri yang harus benar-benar dikuasai dan
diterapkan oleh guru pembimbing.
Setelah anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi masing-
masing, maka akan terdapat sejumlah masalah yang peru dibicarakan dalam
16
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 17/36
kelompok tersebut. Urutan pembicaraannya harus dimusyawarahkan,
sampai pada akhirnya tercipta kesepakatan masalah siapa yang pertama
dibicarakan, kedua, ketiga dan seterusnya.
Untuk setia masalah, pembicaraan langsung ditujukan kepada
teratasinya masalah tersebut. Semua anggota kelompok ikut serta dalam
pembicaraan dengan tertib melalui pengajuan, pertanyaan, pembicaraan
jawaban, penjelasan, uraian analisis, nasihat, dorongan, semangat, simpati,
alternatif pemecahan dan sebagainya. Guru pembimbing sebagai fasilitator
mendorong klien berinteraksi secara penuh dengan seluruh anggota
kelompok lainnya dan menyerap serta menanggapi segala sesuatu yang
berasal dari teman-teman itu demi terpecahkannya masalah yang
dihadapinya.
Dari segi lain, guru pembimbing juga mendorong semua anggota
kelompok lainnya menyumbangkan apa yang mereka miliki (pendapat,
pengalaman dan sebagainya) demi terpecahkannya masalah rekan
sekelompok. Sebagai fasilitator, guru pembimbing mengatur lalu lintas
dinamika kelompok yang berkembang, melalui penguatan, meluruskan hal-
hal yang kurang sesuai, merangsang didsikusikannya lebih lanjut sesuatu
yang perlu dan sebagainya.
Penyelanggara konseling kelompk untuk satu masalah memakan
waktu tertentu, misalnya 30 menit, atau satu jam bahkan dua jam atau lebih.
Untuk kelompok tetap yang membahas jumlah masalah anggotanya secara
berkesinambungan, kegiatan kelompok tersebut perlu dijadwalkan
17
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 18/36
sedemikian rupa sehingga semua masalah dapat diselesaikan dengan baik.
Apabila kelompok yang menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok
dan konseling kelompok adalah kelompok yang sama maka perlu
diupayakan sinkronisasi dan harmonisasi kedua jenis kegiatan itu untuk
setiap kelompok. Kelompok tidak tetap yang menyelenggarakan kegiatan
pengentasan kegiatan pengentasan masalah seorang siswa dapat segera
dibubarkan setelah masalah yang dimaksudkan itu selesai dibicarakan.
6. Unsur-unsur Terbentuknya Konseling Kelompok
Unsur-unsur konseling kelompok perorangan tampil secara nyata
dalam konseling kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan
konseling kelompok dengan konseling perorangan? Satu hal yang paling
pokok adalah dinamika interaksi sosial yang dapat berkembang dengan
intensif dalam suasana kelompok, yang justru tidak dapat dijumpai dalam
konseling perorangan.
Disitulah keunggulan konseling kelompok, masalah yang dialami
oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoa untuk dientaskan.
Peranan konselor sebagai “agen pembangunan” dalam konseling
perorangan diperkuat oleh peranan dinamika interaksi sosial dalam suasana
kelompok.
Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling
kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas. Kalau dalam konseling
perorangan klien hanya memetik manfaat dari hubungannya dengan
18
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 19/36
konselor saja, dalam konseling kelompok klien memperoleh bahan-bahan
bagi pengembangan diri dan pengentasan masalahnya baik dari dinamika
interaksi sosial yang secara intensif terjadi dalam suasana kelompok akan
meningkatkan kemampuan pengendalian diri, tenggang rasa atau tepo
seliro.
Mengenai kondisi homogenitas dan heterogenitas yang terdapat di
dalam konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelompok sedapat-
dapatnya homogen, dalam arti semua kelompok diharapkan dapat
menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan dinamika interaksi sosial
yang terjadi di dalam kelompok, untuk itu dikehendaki kemampuan para
anggota yang seimbang.
Dalam kedaan tertentu, konselor dapat menghadirkan seorang atau
lebih klien tertentu ke dalam suasana konseling kelompok. “Klien khusus
ini dihadirkan dengan tujuan untuk melibatkan ke dalam interaksi sosial
yang terjadi dalam kelompok, dan dengan keterlibatannya yang intensif itu
ia atau mereka diharapkan dapat memetik berbagai hal berkenaan dengan
masalah-masalah yang ia tidak perlu disampaikan kepada anggota
kelompok lainnya. Hal ini dimaksudkan agar dalam dinamika interaksi
sosial “klien khusus” itu tidak diperlakukan secara khusus.
Mereka justru diberi kesempaatan untuk menjalani keterlibatannya sosial
dalam kenyataan yang sebenarnya, tidak berpura-pura, dan tidak diatur
secara tersendiri.
19
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 20/36
Untuk memasuki konseling kelompok, para anggota atau klien pada
awalnya tidak memerlukan persiapan tertentu. Dengan demikian masalah
yang akan mereka bawa masing-masing ke dalam kelompok besar
kemungkinan berbeda-beda, atau bahkan ada diantara mereka yang menurut
kategori Bordin “tidak bermasalah”. Masalah-masalah yang dibawa oleh
masing-masing anggota itu nantinya akan dikemukakan dalam kegiatan
kelompok. Oleh karena itu akan muncul sejumlah masalah yang berbeda-
beda yang akan dibicarakan melalui dinamika interaksi sosial dalam kelomk
itu. Mengenai masalah yang akan dibahas dalam konseling kelompok,
selain masalah yang bervariasi seperti tersebut di atas, konselor dapat
menetapkan melalui persetujuan ( para anggota kelompok ) masalah tertentu
yang akan dibahas dalam kelompok. Pengajuan masalah atau topik tunggal
seperti itu dilalukan apabila tujuan utama konseling kelompok ialah
pengembangan ketrampilan komunikasi interaksi sosial para anggotanya.
Dengan pembahasan satu topik itu, konselor membawa dan
mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam
dinamika interaksi sosial kelompok. Dengan tujuan yang diajukan haruslah
topik yang hangat, merangsang dan menantang serta sesuai dengan tingkat
kemampuan anggota, sehingga oleh karenanya seluruh anggota merasa
terpanggil ikut membicarakannya.
7. Tahap-Tahap Kegiatan Konseling Kelompok
20
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 21/36
Tahapan dalam konsleing kelompok meliputi tahap permulaan,
tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.
a) Tahap Permulaan
Tahap permulaan sebagai tahap persiapan diselenggarakan dlam
rangka pembentukan kelompok sampai mengumpulkan peserta yang
siap melaksanakan kegiatan kelompok.
Konselor melakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi
terbetuknya kelompok yang meliputi (Winkel, 2008:554) :
1) Menjelaskan adanya layanan konseling kelompok bagi para
siswa
2) menjelaskan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling
kelompok
3) Mengajak siswa untuk memasuki dan mengikuti kegiatan,
serta kemungkinan adanya kesempatan dan kemudahan bagi
penyelanggaraan konseling kelompok
4) Menerangkan tanggung jawab konselor, tanggung jawab
anggota kelompok, dan proses kelompok serta endorng anggota
kelompok untuk menerima tanggung jawab bagi parsipasinya di
dalam kelompok
21
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 22/36
5) Mengemukakan keuntungan yang akan diperoleh calon
apabila ia bergabung di dalam kelompok dan memupuk harapan
bahwa kelompok dapat menolong calon anggota kelompok
6) Menjelaskan jumlah anggota yang diperkirakan akan
bergabung dalam kelompok
7) Menjelaskan tentang seleksi anggota apakah berdasarkan
umur, jenis kelamin atau masalah yang sama
8) Menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung
unsur-unsur penghormatana kepada orang lain (dan dalam hal ini
anggota kelompok ), ketulusan hati, kehangatan dan empati.
Penampilan seperti ini akan merupakan contoh yang besar
kemungkinan diikuti oleh para anggota dalam menjalani kegiatan
kelompoknya.
Peranan konselor dalam tahap ini hendaknya benar-benar aktif. Ini
tidak berarti bahwa konselor berceramah atau mengajarkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok.
Dalam rangka mempersiapkan anggota kelompok memasuki kelompok,
Corey (1985, dalam Rochman Natawidjaja, 2007:90) konselor bersama
anggota kelompok membahas :
1) Tujuan kelompok,
22
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 23/36
2) Bentuk, prosedur, dan pengaturan-pengaturan main
dalam kelompok,
3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan
anggota kelompok,
4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok
yang akan dimasukinya, mengajukan pertanyaan dan menjajaki hal-
hal yang menarik dalam kegiatan kelompok,
5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan,
dan kualifikasi konselor,
6) Resiko psikologis dalam kegiatan kelompok,
7) Pengetahuan keterbatasan kerahasiaan dalam
kelompok,
8) Perolehan dalam kegiatan kelompok,
9) Bantuan dari konselor dalam mengembangkan
tujuan-tujuan masing-masing anggota kelompok,
10) Pemahaman yang jelas mengenai pembagian
tanggung jawab antara konselor dengan anggota kelompok, hak dan
kewajiban anggota kelompok.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pembinaan hubungan
baik, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam
kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota
saling memperkenalkan diri, membina hubungan baik, dan juga
23
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 24/36
mengungkapkan tujuan atau pun harapan-harapan yang ingin dicapai
oleh masing-masing, sebagaian maupun seluruh anggota. Langkah-
langkah yang ditempuh oleh konselor adalah :
1) Membina hubungan baik
Jika konselor benar-benar menginginkan agar pada akhirnya
perubahan yang diharapkan dapat terjadi pada setiap diri anggota
kelompok, maka hubungan akrab dan saling mempercayai harus
ditempuh dan dibina. Pertama kali yang dilakukan oleh konselor
adalah harus membina hubungan baik antara pemimpin dengan
anggota kelompok, dan antar anggota kelompok. Setiap anggota
mengharapkan adanya sikap empati, penghargaan, kepekaan, baik
dari konselor maupun dari anggota kelompok yang lain.
2) Pelibatan diri
konselor memunculkan dirinya sehingga tertangkan oleh
para anggota sebagai orang yang benar-benar bias dan bersedia
membantu para anggota kelompok untuk mencapai tujuan mereka.
Konselor menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang
mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain,
ketulusan hati, kehangatan dan empati. Konselor merangsang dan
memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana
kelompok yang diinginkan, dan juga membangkitkan minat-minat,
24
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 25/36
kebutuhan serta rasa berkepntingan para anggota mengikuti kegiatan
kelompok yang sedang mulai digerakkan.
3) Agenda
agenda adalah tujuan yang akan dicapai dalam kelompok.
Agenda ini harus sesuai dengan ketidakpuasan yang selama ini
dialami oleh masing-masing anggota. Yang paling efektif adalah
mengemukakan ketidakpuasan ini dalam perilaku nyata dan
perubahan nyata yang ingin dicapai setelah kegiatan kelompok
berakhir.
4) Norma kelompok
norma kelompok adalah petunjuk yang harus dijalankan oleh
kelomok. Norma ini harus dipatuhi sebelum dan selama bekerja
dalam kelompok. Apabila masing-masing anggota telah mempunyai
agenda, perlu dikemukakan tentang norma kelompok.
Pertama kali yang sangat penting untuk dikemukakan adalah
kerahasiaan. Selain itu perlu diingatkan tentang kehadiran dan
absensi. Diharapkan bahwa semua anggota akan hadir tiap
pertemuan.
Apabila tidak dapat hadir harus memberitahu. Hal ini sangat
penting, sebab ketidakhadiran salah satu anggota akan menimbulkan
pertanyaan bagi konselor maupun anggota yang lain.
5) Penggalian ide dan perasaan
25
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 26/36
sebelum pertemuan pertama berakhir, perlu digali ide-ide
maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul itu perlu
ditampung. Demikian pula perasaan yang masih mengganjal perlu
diungkapkan sebelum pertemuan berakhir.
b) Tahap Transisi
Tahap transisi ( peralihan) merupakan masa setelah proses
pembentukan atau awal konseling dan sebelum masa bekerja atau
konseling. Transisi mulai dengan masa badai, yang mana anggota mulai
bersaing dengan anggota yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan
tempat, kekuasaan dan kelompok. Masa badai adalah masa munculnya
perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan,
konflik, konfrontasi, transferensi (Corey & Corey, 1992 ; Gladding,
1994 dalam Galadding, 1995:104).
Selama masa ini, suasana kelompok berada diambang ketegangan
dan ketidakseimbangan. Dalam keadaan seperti ini banyak anggota
yang merasa tertekan atau rasa yang menyebabkan tingkah laku mereka
menjadi tidak sebagaimana mestinya. Keengganan atau penolakan yang
muncul dalam suasana seperti itu dapat berkembang menjadi bentuk-
bentuk penyerangan terhadap anggota lain, atau kelompok secara
keseluruhan atau bahkan terhadap konselor. Jika kelompok dapat
dengan berhasil mengatasi hal tersebut, kelompok bergerak kea rah
26
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 27/36
masa pemberian atau penentuan norma yang mana disitu ada resolusi,
kohesifnes dan kesempatan untuk bergerak ke arah perkembangan.
Pada saat ini dibutuhkan keterampilan konselor dalam beberapa
hal yaitu, kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota, dan
mengenal suasana emosi di dalam kelompok (Galadding, 1985:108).
c) Tahap Kegiatan
Tahap ini disebut juga tahap bekrja, tahap penampilan, tahap
tindakan yang merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek
yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing
aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari konselor.
Kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung pada
hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap sebelumhya berhasil dengan
baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancer, dan konselor
sudah bias lebih santai dan membiarkan anggota kelompok melakukan
kegiatan tanpa banyak campur tangan dari konselor.
Tahap ini merupakan tahap kehiduapan yang sebenarnya dari
konseling kelompok, yaitu para anggota kelompok memusatkan
perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi
baru, mendiskusikan topic, menyelesaikan tugas dan melakukan
kegiatan terapeutik. Tahap ini sering dianggap sebagai tahap yang
27
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 28/36
paling produktif dalam perkembangan kelompok dan ditandai dengan
keadaan konstruktif dan pencapaian hasil.
d) Tahap Akhir (Terminasi)
Kegiatan anggota yang paling penting dalam tahap pengakhiran
atau penghentian adalah untuk merefleksikan pengalaman mereka di
masa lalu, untuk memproses kenangan, untuk mengevaluasi apa yang
telah mereka pelajari, untuk menyatakan perasaan yang bertentangan,
dan untuk berhubungan dalam membuat keputusan kognitif.
Tahap pengakhiran sama pentingnya seperti tahap permulaan
sebuah kelompok. Selama masa penghentian, para anggota kelompok
mengenali dan memahami dir mereka sendiri pada tingkah laku yang
lebih mendalam. Jika dapat dipahami dan diatasi dengan baik,
penghentian dapt menjadi sebuah dukungan penting dalam menawarkan
perubahan dalam diri setiap anggota kelompok.
e) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Di dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor mempunyai
tanggung jawab untuk mengevaluasi kesuksesan perilaku kerja dan
mengadakan tindak lanjut. Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh manakah konseling kelompok yang telah dilaksanakan mencapai
hasil, dan tindakan apa yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh
konselor.
28
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 29/36
Di dalam konseling, evaluasi kemajuan konseling berarti evaluasi
atas hasil. Evaluasi merupakan bagian dari keseluruhan proses
konseling sendiri, bukan satu kegiatan yang terlepas, yang dilakukan
pada tahap akhir, yaitu setelah konseling selesai. Dengan begitu
evaluasi masuk menjadi satu dalam bagan arus proses konseling yang
dimulai dari penetapan tujuan sampai pengakhiran konseling kelompok
(Steart, 1978:72).
B. Perilaku Ketidakdisiplinan dalam Belajar Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan Belajar
Disipilin diartikan sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai,
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan (Soegeng, 1994:23). Seorang
murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas guru. Hal
ini berarti bahwa disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi peraturan
agar murid dapat belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-
aspek lain pada individu yang belajar. Proses belajar ini akan lebih berhasil
jika bermakna.
29
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 30/36
Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu
kesatuan system antara guru dan siswa. Namun demikian ada sejumlah siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran karena kurang disiplin dalam
belajar.
Upaya untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang optimal
dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan, setiap siswa yang terlibat di
dalamnya harus mampu melaksanakan kedisiplinan belajar baik di sekolah
maupun di rumah. Kedisiplinan belajar adalah suatu perubahan dalam
kepribadian sebagaimana dalam perubahan penguasaan pola respon atau
perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan kesanggupan dan pemahaman
(Tulus Hidayat, 2004:2).
Sejalan dengan pendapat di atas, disiplin belajar ditandai dengan
gejala perilaku sebagai berikut :
a. Tidak terlambat masuk sekolah masuk kelas pada jam
pertama dan jam-jam berikutnya.
b. Tidak terlambat membayar iuran pendidikan di sekolah
c. Aktif masuk sekolah
d. Melaksanakan / menyelesaikan tugas yang telah
ditentukan oleh sekolah, guru mata pelajaran
e. Membawa perlengkapan belajar pada jam pelajaran
f. Mengembalikan barang milik sekolah pada waktunya
sesuai dengan perjanjian
30
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 31/36
g. Aktif mengikuti pelajaran (tidak membolos) pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Sedangkan gejala perilaku ketidakdisiplinan dalam belajar ditandai
dengan perilaku yang sebaliknya. Menurut Jeneke Suidman (2003:54),
faktor-faktor penyebab siswa malas berangkat sekolah atau membolos adalah
sebagai berikut :
a.Hubungan yang kurang baik dari guru
b.Kekurangmampuan mengikuti pelajaran di sekolah
c.Sering diganggu oleh teman-teman di sekolah
d.kondisi fisik tidak baik
e.Tidak mampu memusatkan perhatian bukan karena adanya konsentrasi
lemah, tetapi akibat berbagai macam masalah yang diderita baik di rumah
maupun di sekolah sehingga tidak betah di sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak malas
berangkat sekolah, dipengaruhi dari faktor-faktor kecerdasan, perhatian dan
motivasi.
2. Fungsi Disiplin Dalam Belajar
Disiplin sebagai alat pendidikan ialah suatu tindakan atau perbuatan
yang dengan sengaja diterapkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah.
Tindakan atau perbuatan ini dapat berupa perintah, larangan, harapan dan
berbabgai sangsi atau hukuman. Untuk mencapai tujuan ini, maka pendidikan
mempunyai arti dan tujuan yang sangat luas yaitu mengambangkan pribadi
31
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 32/36
anak didik secara menyeluruh serta dituntut adanya situasi yang tertib, teratur
dan terencana sehingga segala sesuatunya akan berjalan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Keinginan mempunyai sikap disiplin dalam belajar bagi setiap anak
didik berbeda-beda, ada yang mempunyai sikap disiplin rendah dan ada juga
mempunyai sikap disiplin yang tinggi. Keadaan seperti ini perlu disadari
bahwa disiplin belajar bagi anak adalah sebagai proses untuk mewujudkan
tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Siti Rahayu Haditono (1984:36) berpendapat bahwa di dalam
mendisiplinkan anak harus diperhatikan adanya faktor, yaitu :
1) Anak itu sendiri
Terhadap anak harus diperhatikan mengenai tingkatan umur anak,
sehingga mengetahui masa-masa sekolah dimana sebetulnya ada dua
perasaan yaitu perasaan tidak mampu dan perasaan untuk mencapai
prestasi.
2) Sikap pendidik
Sikap disiplin anak dapat dipengaruhi oleh adanya sikap yang lemah
lembut, kasih saying dan penuh perhatian. Situasi dan suasana yang
tertekan dapat mempengaruhi perkembangannya.
32
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 33/36
3) Adanya tujuan
Disiplin dapat juga menjadikan anak untuk bersikap disiplin batin
yaitu menanamkan pengawasan dalam diri sendiri dalam upaya mengatur
tingkah lakunya sesuai dengan pedoman antara baik dan buruk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar terdiri :
a.Faktor internal, meliputi kesehatan, intelegensia, motivasi dan minat
b.Faktor eksternal, meliputi keluarga, guru dan lingkungan
4. Upaya yang dapat dilakukan agar siswa rajin berangkat
sekolah
Menurut Udin S. Wirataputra (2001:55) ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan agar siswa rajin berangkat sekolah, antara lain : 1) dari orang
tua, 2) sekolah, 3) masyarakat.
a. Orang Tua
1) Sebagai orang tua harus tahu jadwal kegiatan belajar siswa
2) Apabila siswa tidak masuk sekolah pada hari-hari sekolah perlu
ditanyakan alasannya
3) Perlu adanya cross check dengan pihak sekolah
4) Perlu pemantauan kehadiran dan kepulangan siswa secara terus
menerus
5) Perlu adanya nasehat
b. Sekolah
33
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 34/36
1) Menanamkan sikap disiplin saat diadakan upacara bendera dan pada
waktu atau sebelum pelajaran dimulai
2) Mengadakan persensi pada awal dan akhir pembelajaran setiap hari
3) Menanyakan ketidakhadiran siswa dengan teman-teman dekat atau
siswa itu sendiri setelah siswa berangkat sekolah
4) Mewajibkan seluruh siswa untuk membuat surat apabila tidak
berangkat sekolah
5) Mengadakan home visit pada siswa yang sering tidak masuk sekolah
6) Memberikan konseling perorangan pada siswa yang sering tidak
masuk sekolah
c. Masyarakat
1) Menanyakan bersekolah atau tidak
2) Menanyakan bersekolah dimana
3) Menanyakan kenapa tidak masuk
sekolah
4) Memberikan nasehat agar rajin masuk
sekolah
5) Membantu pendidik dan petugas
ketertiban anak-anak sekolah
C. Peran Konseling Kelompok Dalam Pembentukan Perilaku Disiplin Belajar
Siswa
34
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 35/36
Siswa yang tidak disiplin dalam masuk sekolah atau jarang masuk sekolah
jika menetap dan dibiarkan akan menimbulkan permasalahan pada siswa itu
sendiri. Untuk menghindari hal tersebut perlu mengusahakan dan membimbing
agar siswa yang jarang masuk sekolah menjadi rajin masuk sekolah, sehingga
belajar bagi siswa tersebut merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban. Dalam
mengubah seorang siswa yang jarang masuk sekolah menjadi rajin masuk sekolah
upaya yang dilakukan dengan layanan konsleing kelompok. Diharapkan
pelaksanaan konseling kelompok akan secara efektif dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi siswa.
Melalui konseling kelompok siswa dilatih menghadapi suatu tugas
bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Siswa sekolah menengah
pertama kelas VIII mempunyai dorongan yang besar untuk membentuk kelompok
sebaya, maka dengan dikelompokkan dengan teman sebayanya akan terpenuhi
kebutuhan psikologinya. Interaksi yang sesuai dengan keinginannya akan
membuat siswa senang dan merasa puas sehingga motivasi untuk bekerja sama
dan belajar bersama sehingga akan berpengaruh pada pencapaian layanan
konsleing kelompok.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori di atas, agar siswa berhasil dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dengan baik, siswa perlu kerjasama dengan yang lain.
Di dalam kerjsama dengan yang lain, siswa dituntut untuk disiplin, bias
menyesuaikan diri dan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Faktor yang
penting berpengaruh terhadap disiplin siswa adalah faktor dari dalam dan luar,
lingkungan budaya. Layan konseling kelompok siswa dilatih mengahdapi suatu
tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama, akan timbul rasa
35
5/16/2018 BAB I DAN II - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-dan-ii-55ab5437aa5ce 36/36
percaya diri dan mempunyai keberanian untuk mengeluarkan pendapat sehingga
terdorong untuk belajar mengubah perilakunya.
Hal ini berarti siswa yang semula menunjukkan perilaku ketidakdisiplinan
dalam belajar akan terdorong untuk disiplin dalam belajar. Dengan demikian
layanan konseling kelompok dimngkinkan dapat membentuk perilaku baru atau
mengatasi perilaku yang sudah ada yaitu ketidakdisiplinan dalam belajar menjadi
disiplin dalam belajar.
Selanjutnya kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
36
Siswa tidak
disiplin dalam belajar
KonselingKelompok
Ketidakdisplinan
dalam belajar teratasi
Disiplin dalam belajar
top related