bab 1-3
Post on 05-Dec-2014
132 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada dasarnya Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan
dengan dimensi tubuh manusia. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam
perancangan produk dalam hal ini produk yang akan di rancang adalah meja
belajar, dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia sebagai
konsumen. Pemakaian data antropometri mengusahakan semua alat
disesuaikan dengan kemampuan manusia dan bukan manusia disesuaikan
dengan alat.
Rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia yang
memakainya sangat penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat
terjadinya kesalahan pembuatan meja belajar dan akibat adanya kesalahan
disain (designinduced error). Pendekatan antropometri dalam perancangan alat
dan perlengkapan adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan system
kerja (man-machine system). Karena itu perancangan tempat kerja dan peralatan
pendukungnya menjadi penting agar sisi buruk yang ada pada setiap produk
meja belajar tidak muncul. Sisi buruk yang dimunculkan suatu produk meja
belajar diakibatkan oleh tidak manusiawinya desain produk itu karena terkadang
para pendisain terlalu berorientasi pada kuantitas, berkorban sekecil -kecilnya
dengan mengharapkan hasil sebanyak -banyaknya tanpa memperhatikan
kualitas.
.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara pengukuran antoprometi yaitu dimensi tubuh, tangan, kepala
dan kaki dan juga antropometri dinamis untuk kpentingan ergonomi.
2. Mengetahui tabel anthropometry.
3. Mengetahui segmen tubuh yang digunakan untuk perancangan produk dan
optimasi metodologi kerja.
4. Mengetahui perbedaan antropometri orang Indonesia dengan orang eropa.
5. Membandingkan segmentasi tubuh hasil pengukuran dengan perhitungan
segmentasi tubuh Pheasant.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 ANTHROPOMETRY
Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia
yang akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan
interaksi manusia. Ukuran yang digunakan yaitu standar rata-rata/kurva normal.
Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam perancangan
area kerja, perancangan peralatan kerja dan perancangan lingkungan kerja fisik.
Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
posisi tubuh.
Kini antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri,
perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut,
data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan
untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan
sehari-hari, nutrisi, dan komposisi dari masyarakat dapat membuat perubahan
dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk kegemukan) dan membuat
perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri. Berikut adalah
standar cara pengukuran posisi tubuh :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran
kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang lengan dan lain-lain.
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini adalah
“static antropometri”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara
lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,
ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/ duduk, panjang lengan
dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu
seperti 5-th dan 95-th persentil
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan
gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau
dengan kata lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja
dalam posisi dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan
fasilitas/ruang kerja).
2
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan – gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus dilakukan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan
berkaitan erat dengan gerakan – gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu. Cara pengukuran kali ini
dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan - gerakan kerja atau dalam
posisi yang “dinamis” cara pengukuran semacam ini akan menghasilkan data
“dynamic antropometry”. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan
fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses prancangan
fasilitas ataupun ruang kerja. Secara umum antropometri dibagi dalam dua
kelompok yaitu:
a. Antropometri Statis
Pengukuran antropometri statis dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan diam/posisi diam/tidak bergerak. Dimensi yang diukur pada
antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada
permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat representatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap
individu.
b. Antropometri Dinamis
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran
keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau
memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja
tersebut melaksanakan kegiatannya. Dalam antropometri dinamis,
dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang
bergerak. Untuk mengukur antropometri dinamis, terdapat tiga kelas
pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti kedaaan mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari
tingkah seseorang.
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
3. Pengukuran variabilitas kerja.
Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor
dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna.
Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
3
harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data
yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan
berkurang setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali
bagian dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa.
4. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
6. Kondisi waktu pengukuran.
(maulana,2012)
4
2.2 PERSENTIL
Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari
orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh,
persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5%
populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka
persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan
persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana
diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang
ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data
antropometri ada pada tabel berikut.
Tabel 1.2.1 Perhitungan Persentil
(sumber : Fitri Agustina, ST.,MT, 2011, Anthropometry, slide 11)
PERCENTILE CALCULATION
1 st – 2.325 σ
2.5 th – 1.960 σ
5 th – 1.645 σ
10 th – 1.280 σ
50 th
90 th + 1.280 σ
95 th + 1.645 σ
97.5 th + 1.960 σ
99 th + 2.325 σ
5
Sebagai contoh, dari hasil pengukuran tubuh manusia Indonesia (dewasa, laki-
laki, usia antara 18–45 tahun) diperoleh data dengan distribusi normal, tinggi
rata-rata 165 cm dan standard deviasi 6,5 cm. Berapakah ukuran persentil 90.
Jawab:
90-th ukuran = X + 1,28σ x = 165 + 1,28 (6,5) = 173,32 cm
(aiu,2010)
6
2.3 APLIKASI DATA ANTHROPOMETRY DALAM PERANCANGAN PRODUK
ATAU FASILITAS KERJA
Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan yang akan
timbul adalah ukuran ukuran siapakan yang nantinya akan dipilh sebagai acuan
untuk mewakili populasi yang ada? Mengingat ukuran individu yang berbeda –
beda satu dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tesebut.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi ukuran
sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang
produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai” (adjustable)
dengan suatu rentang ukuran tertentu.
2 Gambar 2.1. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile
Gambar 1.2.1 Batas Persentil
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan
umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat formulasikan
berdasarkan harga rata – rata (mean, ) dan simpangan standarnya (standar
deviation, X) dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka “percentiles”
dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan
percentile, maka yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang menunjukan
persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai
tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi
akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile
akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu.
Dalam antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia
yang “terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran
“terkecil”.
7
1,96 X 1,96 X
X
2,5%
95%
2,5%
N(X, X)
2,5-th percentile 97,5-th percentile
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometry untuk bias
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka
gambar dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam
anggota tubuh yang perlu diukur :
Gambar 1.2.2 Anthropometry Tubuh Manusia
(sumber : Nurmianto, 1991. Hal 52)
8
Keterangan dari gambar tersebut dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.2.2
Anthropometry masyarakat Indonesia yang didapat dari Interpolasi masyarakat
British dan Hongkong (Pheasant 1986) terhadap
masyarakat Indonesia (Suma’mur 1989) serta istilah dimensinya
dari ( Nurmianto, 1991 a : Nurmianto, 1991 b: )
NO DIMENSI TUBUH PRIA WANITA
5% X 95% SD 5% X 95% SD
1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
1532 1632 1732 61 1404 1563 1662 60
2 Tinggi mata 1425 1520 615 58 1350 1446 1542 58
3 Tinggi bahu 1247 1338 1429 55 184 1272 1361 54
4 Tinggi siku 932 1003 1074 48 886 957 1028 48
5 Tinggi gengggaman tangan ( knukle ) pada posisi rileks ke bawah
665 718 782 39 646 708 771 38
6 Tinggi badan pada posisi duduk
809 804 919 33 775 884 893 36
7 Tingi mata pada posisi duduk
694 749 804 33 666 721 776 33
8 Tinggi bahu pada posisi duduk
523 572 621 30 501 550 599 30
9 Tinggi siku pada posisi duduk
181 231 282 31 175 229 283 33
10 Tebal paha 117 140 163 14 115 140 165 15
11 Jarak dari pantat kelutut 500 545 590 27 488 537 586 30
12 Jarak dari lipat lutut ( popliteal ) ke Pantat
405 450 495 27 488 537 586 30
13 Tinggi lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
14 Tinggi Lipat Lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28
15 Lebar Bahu 382 424 466 26 342 385 428 26
16 Lebar Panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
17 Tebal Dada 174 212 250 28 178 228 278 30
18 Tebal Perut ( abdominal ) 174 228 282 33 175 231 287 34
9
19 Jarak dari Siku ke ujung jari 405 439 478 21 374 409 287 34
20 Lebar kepala 140 150 160 6 135 146 157 7
21 Panjang tangan 161 176 191 9 153 168 183 9
22 Lebar tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23 Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri
1520 1663 1806 87 1400 1523 1646 75
24 Tinggi pegangan tangan ( grip ) pada posisi tangan vertikal ke atas dan berdiri tegak
1795 1932 2051 78 1713 1841 1969 79
25 Tinggi pegangan tangan ( grip ) pada posisi tangan vertikal keatas dan duduk
649 708 767 37 610 661 712 31
26 Jarak genggaman tangan ( grip ) ke punggung pada posisi tangan ke depan
1065 1169 1273 63 945 1030 1115 52
Sumber : (Pheasant 1986) (Suma’mur 1989)
( Nurmianto, 1991 a : Nurmianto, 1991 b: )
Gambar 1.2.3 Anthropometry tangan
(sumber, Nurmianto, 1991. hal 62 )
10
Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2.3
Anthropometry telapak tangan masyarakat Indonesia
yang didapat dari Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
NO DIMENSI PRIA WANITA
5% X 95% SD 5% X 95% SD
1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Lebar Ibu Jari (IPJ) 19 21 72 1 16 18 20 1
9 Tebal Ibu Jari (IPJ) 19 21 54 1 13 17 19 1
10 Lebar Jari Telunjuk (PIPJ) 18 20 23 1 15 17 19 1
11 Tebal Jari Telunjuk (PIPJ) 16 18 20 1 13 15 17 1
12 Lebar Telapak Tangan 74 81 88 4 68 73 78 3
(Metacarpal)
13 Lebar Telapak tangan 88 98 108 6 82 89 96 3
(Sampai Ibu Jari)
14 Tebal Telapak Tangan 28 31 34 2 25 27 29 3
(Metacarpal)
15 Tebal Telapak Tangan 41 48 47 2 41 44 47 1
(Sampai Ibu Jari)
16 Diameter Genggaman 45 48 51 2 43 46 49 2
(maksimum)
17 Lebar Maksimum (Ibu Jari 177 192 206 9 169 184 199 9
11
Ke Jari Kelingking)
18 Lebar Fungsional Maksimum
122 132 142 6 113 123 134 6
(Ibu Jari ke Jari lain)
19 Segi Empat Minimum yang dapat dilewati Telapak Tangan
57 62 67 3 51 56 61 3
Sumber : Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
Gambar 1.2.4 Anthropometry Kaki
(sumber : Nurmianto, 1991. hal 65 )
12
Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2.4
Anthropometry telapak kaki masyarakat Indonesia
yang didapat dari Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
N
O
DIMENSI TUBUH PRIA WANITA
5% X 95% SD 5% X 95% SD
1 Panjang kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2 Panjang Telapak lengan
kaki
165 178 191 8 158 171 184 8
3 Panjang kaki sampai jari
kelingking
186 201 216 9 178 191 204 8
4 Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5 Lebar Tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6 Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7 Tinggi bagian tengah kaki 68 75 82 4 64 69 74 3
8 Jarak horizontal tangkai
mata kaki
49 52 55 2 46 49 52 2
Sumber : Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
13
Gambar 1.2.5 Anthropometry Kepala
(sumber : Nurmianto, 1991. hal 65 )
Keterangan dari gambar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2.5 Anthropometry kepala masyarakat Indonesia
yang didapat dari Interpolasi Data Pheasant ( 1986 ), Suma’mur ( 1989 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
Sumber : Interpolasi Data dempster ( 1955 ), Reynold (1978 )
dan Nurmianto ( 1991 ) ( semua dimensi dalam satuan mm )
14
2.4 PENYEBAB VARIABILITAS
Gambar 1.2.6 Metode proporsi antromorfis mencari perbandingan-
perbandingan yang fungsional.
(Sumber : Evaluasi Ergonomi Dalam Perancangan Desain.pdf)
Data anthropometry ini menyajikan informasi mengenai ukuran tubuh
manusia, yang dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa (etnis),
posisi tubuh saat beraktivitas, dan sebagainya, serta diklasifikasikan dalam
segmen populasi pemakai, perlu diakomodasikan dalam penetapan dimensi
ukuran produk desain yang dirancang guna menghasilkan kualitas rancangan
yang tailor made dan memenuhi persyaratan itness for use (Sritomo, 2000).
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan
oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Keacakan atau Random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah
jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan
pekerjaannya, namun masih ada perbedaan yang signifikan antara
berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari
dimensi kelompok anggota masyarakat jelas dapat diapromasikan dengan
menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data
persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi)
telah dapat diestimasi.
15
b. Jenis Kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara
dimensi tubuh pria dan wanita. Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya
akan lebih besar dibandingkan dengan wanita. Oleh karenanya data
anthropometry untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara
terpisah.
c. Suku Bangsa (Ethnic Variability)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Suatu
contoh sederhana bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk yang
migrasi dari Negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan
angkatan kerja maka akan mempengaruhi anthropometry secara
Nasional.
d. Usia
Pengelompokan usia digolongkan seperti dibawah ini :
Balita
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Lanjut usia
Hal ini sangat berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
anthropometry anak-anak. Anthropometry-nya akan cenderung terus
meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia
dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk
menurun yang antar lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang
belakang, berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerja tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawan atau stafnya. Seperti misalnya: pekerja yang bekerja di
dermaga atau pelabuhan adalah harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada
umumnya.
f. Pakaian
16
Hal ini merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat
yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya,
pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relative
lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar.
g. Faktor Kehamilan Pada Wanita
Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang
berarti kalau dibandingkan degan wanita yang tidak hamil. Terutama yang
berkaitan dengan analisis perancagan produk (APP) dan analisis
perancangan kerja (APK).
h. Cacat Tubuh Secara Fisik
Dimana data anthropometry disini akan diperlukan untuk perancangan
produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki atau tangan palsu, dan
lain-lain).
2.5 DIMENSI STATIS DAN DINAMIS
a. Pengukuran dimensi struktur tubuh atau dimensi statis
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak
(tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini
dikenal dengan “static anthropometry”. Dimensi tubuh yang diukur tetap
antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun
duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau
duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh atau dimensi dinamis
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah medapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan
berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
17
2.6 Uji-t
Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara
statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan
mean dan keragaman dari dua kelompok data, dan cocok sebagai analisis dua
kelompok rancangan percobaan acak.
Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal,
yaitu: tingkat signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau
confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang
menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan
0,1. Yang dimaksud dengan tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan
kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut
benar. Tingkat kepercayaan pada umumnya ialah sebesar 95%, yang dimaksud
dengan tingkat kepercayaan ialah tingkat dimana sebesar 95% nilai sample akan
mewakili nilai populasi dimana sample berasal. Dalam melakukan uji hipotesis
terdapat dua hipotesis, yaitu :
H0 (hipotessis nol) dan H1 (hipotesis alternatif) Contoh uji hipotesis
misalnya rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10 (μ x= 10),
maka bunyi hipotesisnya ialah:
H0: Rata-rata produktivitas pegawai sama dengan 10
H1: Rata-rata produktivitas pegawai tidak sama dengan 10
Hipotesis statistiknya:
H0: μ x= 10
H1: μ x > 10 Untuk uji satu sisi (one tailed) atau
H1: μ x < 10
H1: μ x ≠ 10 Untuk uji dua sisi (two tailed)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam uji hipotesis ialah;
Untuk pengujian hipotesis kita menggunakan data sample.
Dalam pengujian akan menghasilkan dua kemungkinan, yaitu pengujian
signifikan secara statistik jika kita menolak H0 dan pengujian tidak
signifikan secara statistik jika kita menerima H0.
Jika kita menggunakan nilai t, maka jika nilai t yang semakin besar atau
menjauhi 0, kita akan cenderung menolak H0; sebaliknya jika nila t
semakin kecil atau mendekati 0 kita akan cenderung menerima H0.
18
(alvina,2010)
2.7 METODE ERGONOMI
1. Diagnosis dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,ergonomikchecklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari
yang sederhana sampai kompleks.
2.Treatment merupakan pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data
dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi
meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai
dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-upmerupakan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan
siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan
parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
2.8 APLIKASI / PENERAPAN ERGONOMI
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.
19
Gambar 1.2.7 Anthropometry yang dibutuhkan untuk desain tempat duduk
(Sumber, Evaluasi Ergonomi Dalam Perancangan Desain.pdf)
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometry-nya. Harus
dibedakan ukuran anthropometry barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu
berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO
sbb:
Laki-laki dewasa 40 kg
Wanita dewasa 15-20 kg
20
Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
Wanita (16-18 th) 12-15 kg
Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
Frekuensi pergerakan diminimalisasi
Jarak mengangkat beban dikurangi
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetic dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada
dua prinsip :
Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
Posisi kaki yang benar.
Punggung kuat dan kekar.
Posisi lengan dekat dengan tubuh.
Mengangkat dengan benar.
Menggunakan berat badan.
Supervisi medis
2.9 Determining sample size
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah
sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Jadi bila
jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil.
Menentukan ukuran sampel yang sangat praktis, dapat menggunakan tabel dan
21
nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Nomogram Harry King. Dengan
kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit. Krecjie dalam
melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas tingkat kesalahan 5%.
Jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap
populasi. Tingkat kepercayaan adalah tingkat kebenaran terhadap penelitian
yang dilakukan yang dinyatakan dengan persen (%). Sedangkan tingkat
ketelitian (α) merupakan peluang maksimum, dimana kita bersedia untuk
menanggung resiko kesalahan jenis I. Harry King rnenghitung sampel tidak
hanya didasarkan kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi sampai 15%. Tetapi
jumlah populasi paling tinggi hanya 2000. Nomogram ini ditujukan pada gambar
dibawah ini.
Gambar 1.2.8 Nomogram Harry King
(Sumber: Sugiyono, 2002)
Contoh
Misalkan populasi yang diteliti sebanyak 122 orang. Bila dikendaki kepercayaan
terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang
diambil sebanyak 68% (berdasarkan garis yang ditarik tegak lurus antara ukuran
populasi terhadap tingkat kesalahan). Jadi banyaknya sampel minimum yang
harus diambil adalah:
68% x 122 = 82.96 sampel atau 83 sampel.
22
Jadi, jumlah sampel minimum untuk populasi sebanyak 122 data dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5% adalah 83 data.
Cara menentukan ukuran sampel seperti dikemukakan diatas didasarkan atas
asumsi bahwa populasi berdistribusi normal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Kursi Antropometri.
2. Mistar penggaris 2 buah.
3. Meteran kain.
4. Observation sheet.
3.2 Prosedur PraktikumProsedur praktikum yang dilakukan dalam modul satu
mengenai anthropometry adalah sebagai berikut : Pengukuran dilakukan oleh
seluruh praktikan.
1. Setiap pengukuran dilakukan, praktikan dibagi menjadi 3 bagian :
a. Bagian pertama (anthropometry tubuh)
Persiapkan alat pengukur, yaitu antropometer, meteran, dan mistar.
Ukur dimensi tubuh tiap praktikan, dimana dimensi tubuh yang
diukur sebanyak 26 buah (lihat tabel antropometri, Nurmianto, p-59-
61).
b. Bagian kedua (anthropometry tangan)
Persiapkan alat pengukur yaitu mistar.
Ukur dimensi tangan tiap praktikan, dimana dimensi tangan yang
diukur sebanyak 20 dimensi telapak tangan (lihat tabel
anthropometry tangan, Nurmianto, p-63).
c. Bagian ketiga (anthropometry telapak kaki)
Persiapkan alat pengukur, yaitu antropometer, meteran, dan mistar
23
Ukur dimensi kaki tiap praktikan, dimana dimensi kaki yang diukur
sebanyak 8 dimensi telapak kaki (lihat tabel anthropometry tangan,
Nurmianto, p-69).
Bagian ke empat (Antropometri kepala)
- Persiapan alat pengukur yaitu Antropometer,meteran, dan mistar.
- Ukur dimensi kepala tiap rakitan, dimana dimensi dimensi yang
diukur sebanyak 14 dimensi pada kepala (lihat tabel antropometri,
nurmianto ,p-69).
2. Pengerjaan laporan bersifat kelompok.
Flowchart Prosedur Praktikum
Langkah-langkah pelaksanaan praktikum dan langkah-langkah
pengolahan data dalam bentuk flowchart adalah sebagai berikut :
24
Mulai
Siapkan alat pengukuran (mistar dan meteran baju)
Melakukan pengukuran dimensi tubuh tiap praktikan sebanyak 26 buah
Mencatat hasil pengukuran
Mengukur dimensi tangan tiap praktikan sebanyak 20 buah
Melakukan perbandingan persentil hasil pengukuran dengan persentil orang eropa
Melakukan pengumpulan dan pengolahan data berupa : Uji kecukupan data, uji keseragaman data, uji kenormalan data, data antropometri, dan persentil
Mencatat hasil pengukuran
Mengukur dimensi kaki tiap praktikan sebanyak 8 buah
Mencatat hasil pengukuran
Gambar 1.3.9
Flowchart Prosedur praktikum
25
Menyimpulkan hasil praktikum
Selesai
Melakukan analisa dan intrepetasi data
top related