alma
DESCRIPTION
dzieTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dibuatnya ALMA
Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat
yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat pemakai dana
yang memerlukan dana. Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu mekanisme yang
dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya
dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana
kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan
Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan
mendapatkan selisih pendapatan bunga (Net Interest Margin).
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan menguntungkan,
namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak
dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank maka akan menggangu likuiditas bank..
Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena
hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan
dana) lebih lama jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana
(sumber dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak dapat
diperpanjang lagi. Atau sebaliknya, apabila bank menyalurkan dananya (penggunan dana)
dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan jangka waktu penghimpunan dana (sumber
dana) karena hilangnya kesempatan mendapat keuntungan.Demikian pula jika bank menyalurkan
dananya dalam bentuk mata uang negara lain (baik karena keinginan bank atau keinginan
nasabah) atau menghimpun dana dalam bentuk mata uang negara lain inipun akan berisiko
apabila harga uang atau nilai mata uang negara lain berubah.
1
Timbul pertanyaan, bagaimanakah dana yang disimpan dan dana yang disalurkan dapat
berputar dengan baik sehingga bank masih dapat memperoleh keuntungan dan terhindar dari
risiko apakah risiko kekurangan atau kelebihan dana, risiko perubahan suku bunga, risiko
perubahan nilai tukar, risiko lainnya seperti tidak tepatnya komposisi atau pricing sumber dan
penggunaan dana. Risiko sendiri erat kaitannya dengan kondisi ke depan sementara kondisi ke
depan sulit diperkirakan. Krisis keuangan pada era 1997 yang melanda kawasan Asia termasuk
Indonesia telah membuka wawasan manajemen bahwa risiko keuangan sangat besar akibatnya,
tidak saja pada sektor ekonomi keuangan akan tetapi melanda ke sektor politik, hukum, moral
dan sebagainya. lnilah tugas utama manajemen bank, yaitu bagaimana menjaga goncangan yang
terjadi sehingga tetap terjaga keberadaannya karena dengan keberadaan itulah maka bank di satu
pihak ikut berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan di pihak lain juga
mendorong lalu lintas keuangan internasional.
Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat menentukan kelangsungan
hidup dan pertumbuhan suatu bank sehingga diperlukan tenaga-tenaga yang terampil, handal,
jujur dan profesional di semua lini, tenaga-tenaga yang kritis dan kreatif serta tanggap terhadap
perubahan lingkungan. ALMA (Asset & Liability Management) dapat diartikan dengan
pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank yang saat ini menjadi salah satu titik sentral
perhatian manajemen bank, karena meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities,
tajamnya persaingan antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan ketidakpastian usaha
maka mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang bertitik berat pada interaksi
antara sisi Asset & Liability.
Keberadaan ALMA ini untuk mengelola dan mengantisipasi risiko-risiko yang
kemungkinan timbul dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat mengoptimalkan pendapatan sekaligus membatasi risiko assets dan liabilities dengan
mematuhi ketentuak kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang
disebut ALMA.
Dengan adanya ALMA ini semakin disadari betapa pentingnya ssuatu bank mengelola
likuidiitas secara baik, terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebebkan
oleh adanya kekurangan dana sehingga dalam memenuhi kewajibannya, bank terpaksa harus
mencari dana dengan bagi hasil yang lebih tinggi dari kondisi bagi hasil pasar, atau bank
terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar sehingga akan
mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terus berlanjut, tidak menutup
kemungkinan akan terjadi emosi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan menurun.
2
BAB II
PROSES ALMA
A. Pengertian ALMA
Alma merupakan suatu usaha dalam pengelolaan neraca perbankan untuk
mengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa sehingga diperoleh laba maksimal dan
sekaligus membatasi resiko sekecil mungkin. Neraca adalah laporan atas kekayaan dan
kewajiban serta modal yang dimiliki oleh bank dalam jangka waktu tertentu.
Alma yaitu Proses planning, organizing, actuating dan controlling untuk mendapatkan
penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan : permodalan, pemupukan dana dan penggunaan
dana.
Tujuannya antara lain adalah untuk :
• Pertumbuhan bank yang wajar
• Pendapatan yang maksimal
• Menjaga likuiditas yang memadai
• Mebentuk cadangan-cadangan untuk risiko yang mungkin timbul
• Memelihara sumber pendanaan dan memenuhi kebutuhan penggunaan dana.
Proses ALMA dalam arti sempit dapat pula dikelompokkan pada penataan perolehan dan
penataan spread, usaha pencapaian hasil yang optimal antara perolehan dari asset yield dan biaya
yang dikeluarkan untuk mendukung aktifitas tersebut.
Proses ALMA dalam arti luas diarahkan pada koordinasi semua keputusan-keputusan /
kebijakan-kebijakan dalam usaha tercapainya target pendapatan yang diinginkan, sementara itu
risiko yang mungkin akan terjadi terlebih dahulu telah dapat diperhitungkan.
Keberadaan ALMA ini untuk mengelola dan mengantisipasi risiko-risiko yang
kemungkinan timbul dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat mengoptimalkan pendapatan sekaligus membatasi risiko assets dan liabilities dengan
mematuhi ketentuak kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang
disebut ALMA.
3
ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada manajemen bank, agar dapat
meminimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap berada dalam
koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Sehingga ALMA yang kuat dan berkualitas akan
memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank.
B. Pengertian Risiko ALMA
Setiap usaha bank pada umumnya dihadapkan pada risiko-risiko sebagai berikut:
a. Financing risk: debitur tidak akan memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya atau lalai
membayar. Risiko kredit dapat menimbulkan risiko likuiditas.
b. Liquidity risk: risiko bahwa bank tidak akan dapat memenuhi kewajibannya pada waktunya
atau hanya dapat memenuhi kewajibannya melalui pinjaman darurat atau menjual aktivanya.
c. Pricing risk: risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat bagi hasil, apakah dalam
bentuk menurunnya margin dari penanaman atau kerugian sebagai akibat menurunnya aktiva.
Risiko ini sebagai akibat Net Interest margin (NII), atau tidak terpenuhinya likuiditas atau
terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitungan pricing atasassets/liabilitas.
d. Foreign exchange risk: risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs terhadap “open
position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan.
e. Gap risk: risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity karena adanya
pergerakan yang merugikan.
f. Kontinjen risk: risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontijen, misalnya pembukaan
L/C, bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka.
C. KERANGKA PROSES ALMA
Agar resiko-resiko diatas dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses ALMA
yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memaksimumkan keuntungan
sekaligus membatasi resiko aset dan liablitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan
moneter dan pengawasan bank. ALMA yang kuat akan memberikan landasan yang jelas meliputi
strategi manajemen, penunjang dan pelaksanaanpengembangan bank. Oleh karena itu perlu
dibentuk semacam kerangka ALMA dengan urutan sebagaiberikut:
1. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang memiliki
kewenangan formal dan personel yang profesional.
2. Adanya tujuan/arah bagi manajemen dan petugas pelaksana dalam proses pelaksanaan
tugas dengan cara menetapkan standar-standar tertentu.
4
3. Adanya pengumpulan data internal/eksternal yang dapat menjamin bahwa data yang
terkumpul tersebut sudah cukup untuk menunjang keputusan ALMA baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai alternatif
strategi ALMA sebelum keputusan diambil serta petugas yang memantau efektifitas
pelaksanaan keputusan tersebut.
5. Adanya manajemen likuiditas yang mampu mengelola dana baik pada suatu tingkat
bunga yang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan memanfaatkan kesempatan
baru.
6. Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan
memperkecil risiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/micmatch.
7. Adanya manajemen valuta asing yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata uang dan
antar mata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk menghasilkan keuntungan
maksimum dalam batas-batas risiko tertentu.
8. Adanya manajemen pricing yang menjamin strategi penetapan tingkat bunga dapat
menunjang proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan menajemen valuta asing
untuk memaksimalkan keuntungan.
Berikut Penjelasan masing-masing dari kerangka ALMA diatas :
1. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA
Pembuatan kebijakan ALMA dilakukan oleh direksi bank bersama ALCO, kegiatan
pembuatan kebijakan terdiri dari menetapkan kebijakan dan memberikan petunjuk, membuat
keputusan, memantau kegiatan, menelaah hasil pelaksanaan.
Kebijakan harus dibuat tertulis meliputi seluruh bidang ALMA (likuiditas, gap, valuta
asing dan pricing). Setiap kebijakan yang telah diputuskan, oleh sekertaris ALCO (ASG) akan
disampaikan keseluruh unit kerja yang terkait dengan keputusan tersebut secara tertulis untuk
dilaksanakan dan dipantau pelaksanaanya setiap saat, dan pada waktu tertentu ketetapan tersebut
perlu pula dimutakhirkan.
Kemudian untuk melaksanakan ALMA framework tersebut, perlu dibentuk organisasi
ALMA pada suatu bank. Organisasi ALMA pada umumnya dinamakan Asset and Liability
Committee disingkat ALCO.Dalam organisasi tersebut ditetapkan tanggung jawab ALCO yaitu
menetapkan tujuan ALMA, membuat keputusan ALMA, memantau kegiatan dan menelaah hasil
pelaksanaan kebijakan ALMA.Untuk membantu ALCO melaksanakan seluruh tanggung jawab
5
tersebut, dibentuklah Staff Supporting Group disingkat SSG yang bertugas mengumpulkan data
internal dan eksternal, menyusun analisis, mengembangkan strategi dan skenario, membuat
laporan, mengajukan saran-saran untuk rapat ALCO dan memantau hasil
pelaksanaannya. Banyaknya jumlah anggota ALCO dan SSG adalah sangat tergantung besar
kecilnya bank dan kecanggihan infrastruktur yang ada pada bank tersebut.
Organisasi alma dalam satu bank terdiri dari asset liability committee (alco) atau unit
organisasi lainnya yang mempunyai hak formal yang sama dengan ALCO dan ALCO Supported
Group (ASG).
1. Anggota ALCO terdiri dari :
a. Pimpinan tertinggi bank (direksi)
b. Pimpinan unit kerja operasional dan unit kerja yang mempunyai hubungan dengan tugas
alma, seperti treasury, kredit, tekhnology dan financial control
2. Anggota ASG terdiri dari kelompok manajer profesional / analis yang secara penuh
tugasnya membantu ALCO. Banyaknya anggota ASG tergantung pada besar /kecilnya bank dan
kecanggihan infrastruktur yang ada pada bank tersebut. Namun, anggota ASG tersebut harus
mampu menangani semua tugas di bidang ALMA yang meliputi analisis likuiditas, gap, valuta
asing dan pricing.
3. Peran masing-masing posisi adalah:
a. Direksi mempunyai peran menelaah / mengesahkan kebijakan dan membuat keputusan
akhir
b. ALCO mempunyai peran membuat kebijakan ALMA, mengambil posisi dan membuat
keputusan ALMA
c. ALCO Supported Group mempunyai peran membantu ALCO, menyusun analisis,
merekomendasi policy dan pricing dan memantau hasil pelaksanaan.
d. Departemen trerasury mempunyai peran melaksanakan keputusan ALCO dan mengelola
posisie.
6
2. Adanya tujuan/arah bagi manajemen
Manajemen dana mencakup semua kegiatan bank yang dapat dilihat dalam pos-pos sisi
aktiva dan pasiva. Pengelolaan dana dari sisi asset atau aktiva lazim dengan assets management,
sedangkan pengelolaan sumber dana secara keseluruhan adalah liability management ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu pengelolaan sumber dana yang berasal dari pihak ketiga yang disebut
sebagaideposit management, dana yang berasal dari pihak kedua disebut borrowing, sedangkan
pengelolaan dana yang berasal dari modal sendiri adalah capital management.
Perkembanagan ekonomi dan moneter yang berfluktuasi serta persaingan bisnis antar
bank yang sangat ketat berpengaruh langsung terhadap asset dan liabillitas. Di satu sisi bank
mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana murah dan di sisi lain tidak dapat leluasa untuk
menetapkan suku bunga kredit, selain bank selalu dalam kondisi sulit bagaimana menghadapi
adanya nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajibannya melunasi pinjaman beserta bunga.
Keadaan tersebut menyebabkan timbulnya dilema dalam pengelolaanya pada bank yaitu
antara mengutamakan profitabilitas di satu sisi dan likuiditas atau keamanan di sisi lain.
Beberapa alas an perlunya asset dan liabilitas dikelola secara terpadu antara lain disebabkan
alasan-alasan sebagai berikut:
1. Tingkat bagi hasil.
2. Perubahan struktur sumber dana.
3. Meningkatnya kebutuhan modal.
4. Persaingan yang ketat antar bank.
5. Perkembangan sistem informasi.
6. Meningkatnya peran pemerintah.
7. Ketersediaan dana di pasar uang.
8. Perubahan komposisi aktiva.
9. Bermunculannya berbagai lembaga
keuangan dengan berbagai fasilitas
baru dan kemudahan.
ALMA yang kuat akan memberikan landasan yang jelas meliputi strategi, manajemen,
penunjang dan pelaksanaan pengembangan usaha bank.Pada hakikatnya tahap-tahap
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh AssetsLiability Committee (ALCO) dalam
pengelolaan Assets and Liability Management, yaitu sebagai berikut :
Tahap 1, merumuskan masalah yang dihadapi dalam rapat secara bersama-sama dengan bagian
treasury, bagian kredit, product development research, bagian pemasaran, serta bagian lainnya.
7
Tahap 2, masing-masing bagian mengidentifikasi kriteria yang mungkin untuk mengatasi
masalah pada tahap i di atas, serta mengumpulkan kriteria yang mungkin dapat diambil.
Tahap 3, mengembangkan alternatif pengambilan keputusan yang mungkin jika ada agar hasil
yang dicapai dapat maksimal.
Tahap 4, mengadakan analisis terhadap alternatif yang mungkin. Hal ini bertujuan untuk
mengadopsi keputusan yang akan diambil, apakah sudah sesuai dengan kondisi maupun
perumusan permasalahan yang dilakukan terlebih dulu.
Tahap 5, mengadakan seleksi alternatif.
Tahap 6, implementasi alternatif
Tahap 7, melakukan evaluasi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan
3. Adanya pengumpulan data internal/eksternal
Seluruh laporan yang disampaikan kepada Direksi harus focus ed dan didokumentasikan secara
memadai guna memudahkan Direksi untuk menilai kepatuhan terhadap limit yang telah
ditetapkan. Laporan ALCO antara lain meliputi:
a) laporan rugi laba, yang menyajikan data perbandingan periode satu tahun sebelumnya;
b) neraca, yang menyajikan data perbandingan periode sebelumnya;
c) proyeksi anggaran;
d) laporan kredit baru;
e) laporan margin analysis
f) daftar portofolio surat berharga, dilengkapi dengan transaksi yang dilakukan pada satu
bulan atau triwulanan terakhir
g) laporan analisis likuiditas, terutama analisis sumber dan penggunaan dana
h) analisis dana pihak ketiga (DPK) yang menggambarkan trends berbagai produk DPK
tersebut
i) laporan data penetapan harga (pricing) yang merefleksikan harga atau biaya dari suatu
produk
j) laporan model simulasi (apabila Bank menggunakan model tersebut) atau gap untuk
menggambarkan profil risiko suku bunga
k) laporan hedging, apabila Bank melakukan strategi hedging.
8
Dengan Adanya pengumpulan data internal/eksternal maka dapat menjamin bahwa data
yang terkumpul tersebut sudah cukup untuk menunjang keputusan ALMA baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
4. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai alternatif
strategi ALMA
Sistem, skenario dan asumsi yang mendasari kebijakan dan keputusan ALCO harus dikaji ulang
secara berkala, khususnya terhadap perubahan eksternal seperti ketentuan yang berlaku, kondisi
pasar, dan perilaku nasabah (consumer behaviour); Tindakan untuk menguji berbagai alternatif
strategi ALMA sebelum keputusan diambil serta petugas yang memantau efektifitas pelaksanaan
keputusan tersebut yaitu :
a. Pengembangan, kaji ulang dan modifikasi strategi ALMA
b. Mengevaluasi posisi risiko suku bunga Bank dan strategi ALMA guna memastikan
bahwa hasil risk taking position Bank telah konsisten dengan tujuan pengelolaan risiko
suku bunga
c. Mengkaji ulang penetapan harga (pricing) aktiva dan pasiva untuk memastikan bahwa
pricing tersebut dapat mengoptimalkan hasil penanaman dana, meminimumkan biaya
dana, dan memelihara struktur neraca Bank, sesuai dengan strategi ALMA Bank
d. Mengkaji ulang deviasi antara hasil actual dengan proyeksi anggaran dan rencana bisnis
Bank; dan
e. Penyampaian informasi kepada Direksi mengenai setiap perkembangan ketentuan dan
peraturan terkait yang mempengaruhi strategi dan kebijakan ALMA.
5. Adanya manajemen likuiditas
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikan sumber dana yang memadai
untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kewajiban yang akan jatuh tempo. Dengan kata lain,
likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat
ditagih.
Pengertian lainnya adalah kemampuan untuk memiliki sumber dana yang cukup untuk
memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhannnya
sesuai dengan Kebijakan Perusahaan.
9
Selanjutnya, manajemen likuiditas adalah bagaimana bank dapat memenuhi baik
kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau
pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan (tidak
terduga).
Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhu pekerjaan-pekerjaan sbb:
a. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang
b. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan
c. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :
1. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya; yaitu pada waktu ditagih
(kewajiban keuangan terhadap pihak extern);
2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan
terhadap pihak intern)
3. Membayar bunga dan devidend yang dibutuhkan
4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Dalam manajemen likuiditas bank berusaha mempertahankan status rasio likuiditas,
memperkecil dana yang menganggur guna menaikkan pendapatan, serta memenuhi kebutuhan
cash flow maupun cash outflow.
Tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai reserve requirement yang rendah yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, memperkecil dana yang menganggur, dan mencapai likuiditas
yang aman untuk menjaga proyeksi cash flow dalam kondisi yang sangat mendesak, misalnya
penarikan dana, penarikan pinjaman.
Dalam penatan likuiditas perlu diperhatikan bahwa likuiditas dan rentabilitas bank tidak
selalu berjalan searah. Likuiditas yang berlebihan dapat menekan rentabilitas perusahaan, dilain
pihak likuiditas yang terlalu kecil berarti meningkatnya liquidity risk untuk memenuhi
kewajibannya.
Kebijakan manajemen likuiditas antara lain menjaga likuiditas asset jangka pendek,
misalnya kas, interbank, short term investment, memelihara earning asset yang dapat dijual
dengan mudah tanpa kerugian, memperoleh dana jangka panjang misalnya dengan penjualan
obligasi atau go public, menciptakan dan memelihara hubungan dalam rangka mencari sumber
10
dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, mencari alternatif sumber dana lain untuk
memperkecil risiko bila terjadi penarikan dana di luar dugaan, serta menentukan sumber dana
penunjang pada keadaan kritis (the source of the last resort).
Dengan Adanya manajemen likuiditas maka mampu mengelola dana baik pada suatu
tingkat bunga yang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan memanfaatkan
kesempatan baru.
6. Adanya manajemen gap
Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan memperkecil
risiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/micmatch.
Gap adalah perbedaan atau selisih antara asset yang sensitif terhadap bunga (Rate
Sensitive Asset/RSA) dengan Liability yang sensitif terhadap suku bunga (Rate Sensitive
Liability/RSL).
Manajemen Gap adalah upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan
(gap) antaraasset dan liability pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal
jumlah dana, suku bunga, maturity atau perpaduan ketiganya (mix mismatch).
Pendapat lain mengatakan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Gap
Management adalah suatu aktifitas untuk mengatur atau menata Asset and Liabilities yang
sensitif terhadap gejolak tingkat bunga sehingga terhindar atau meminimumkan pengaruhnya
dan akhirnya akan dapat dicapai keuntungan yang stabil dan berkembang.
Manajemen GAP bertujuan untuk :
• Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.
• Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.
• Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.
• Mengelola risiko serendah mungkin.
• Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat suku bunga yang
wajar.
Selanjutnya dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan gap management adalah
mengelola risiko perubahan tingkat bunga dalam hubungannya dengan kesenjangan posisi
(mismatch) untuk tujuan repricing structure pada kedua posisi neraca (asset and liability),
memaksimalkan pendapatan bunga neto (net interest income) sambil tetap pada tingkat risiko
yang bisa ditolerir dan menata struktur neraca untuk mencapai hasil maksimal dalam kaitannya
dengan arah perubahan tingkat bunga yang mungkin terjadi, atau dengan kata lain bahwa tujuan
11
Gap Management adalah mempersempit lebarnya kesenjangan antara Rate Sensitive
Asset danRate Sensitive Liability.
Strategi pengukuran Gap
Perubahan suku bunga dapat menimbulkan dampak yang tidak sedikit pada
sturktur neraca maupunkinerja bank. Oleh karean itu timbul upaya-upaya untuk
mengelola interest atau yang sering disebutdengan “interest rate management”,
yaitu suatu kegiatan untuk menata interest rate secara simultan/ bersamaan antara sisi
aset maupun liabilitas sehingga dapat diperkecil dampak negatif perubahan sukubunga terhadap
target pencapaian pendapatan bersih (net interest income) yang stabil dan berkembang).
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penataan manejemen gap yaitu:
a. Jangka waktu (maturity).
Adanya perbedaan jangka waktu dari masing-masing komponen danliabilitas
akan berakibat berubahnya posisi dana maupun penempatanya serta
perubahannyapendapatan maupun pembiayaanya.
b. Repricing, yaitu lamanya jangka waktu penetapan suku bunga
komponen/aset/ pinjaman dankomponen liabilities/ simpanan baik sebelum jatuh tempo
maupun sesudahnya.
c. Interest rate, yaitu besarnya tingkat suku bunga atau harga yang ditetapkan atau akan
ditetapkanuntuk sisi aset maupun liabilitas.
d . Acce l e r a t i on o f change , ya i t u kecepa t an penyesua i an yang dapa t
d i l akukan t e rhadap a se t maupun liabilitas bila terjadi perubahan tingkat suku
bunga sehingga posisinya masih tetapmenguntungkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan sensitive assets dan sensitive
liability, antara lain, adalah :
i. Maturity and Repricing, maturity adalah jangka waktu sisa jatuh tempo,
sedangkan repricing adalah jangka waktu penetapan kembali tingkat suku bunga. Maturity dan
repricing disini adalah Maturity atau Repricing yang telah disepakati bersama oleh kedua belah
pihak atau disebut Contractual Date
ii. Interest Rate Forecast, yaitu perkiraan terhadap perubahan tingkat bunga.
iii. Accelerating Change, yaitu pengaturan posisi dengan berdasar kepada interest rate
forecast
12
Keputusan dalam manajemen gap misalnya : mengubah struktur jangka
waktu liabilities dalam menentukan sumber dana dan tingkat bunganya, mengubah struktur
jangka waktu asset dalam perubahan kebijakan kredit, mengubah struktur jangka
waktu asset dalam hal penjualan investasi.
7. Adanya manajemen valuta asing
Adanya manajemen valuta asing yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata uang dan
antar mata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk menghasilkan keuntungan
maksimum dalam batas-batas risiko tertentu.
Manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang
suatu negara.Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar
valas. Namun pasar dimana transaksi tersebut terjadi adalah suatu konsep yang abstrak. Karena
pasar yang dimaksud tidak terdapat pada suatu tempat yang ditentukan secara geogafis.
Sebagai akibat dari adanya kemajuanteknologi di bidang komunikasi seperti telepon,
faximile, komputer, maka pasarnya akan semakin luasmelewati batas batas nasional suatu negara
sehingga pembeli dan penjual di seluruh dunia dapat saling melakukan transaksi
Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur masing-masing
ma ta uang a s ing ( fo r e ign cu r r ency ) s e r t a memon i to r keg i a t an j ua l be l i
v a l a s supaya pos i s i nya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen valas
dapat berupa:
1. Pengendalian kesenjangan mata uang asing, yang meliputi rekayasa
portofolio masing-masing mata uang, pengendalian ambang
batas posisi terbuka valas, memonitor arus transaksi devisa,pemusatan dan
memonitoring rekening devisa, menetapkan kebijakan dan penggunaan devisa dan
melakukan forecasting nilai tukar (exchange rate).
2. Pengendalian keuntungan netto dari nillai (net exchange gain), yang
meliputi penetapan break even exchange rate, mengendalikan spread, melakukan cut loss,
dan membatasi eksposur.
Tujuan Kegiatan Valas :
Valas dapat diperjualbelikan oleh perorangan, perusahaan maupun bank-bankn untuk
membiaya impor atau menukarkan valas hasil ekspor ke mata uang lain. Alas an bank terjun ke
transaksi valas dengan alasan :
• Untuk member service kepada nasabah
13
• Untuk kepentingan bank sendiri
• Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi)
Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi komersial dan
transaksi spekulatif. Transaksi komersail terjadi bila transaksi tersebut dilakukan untuk
keperluan perusahaan atau nasabah, bukan untuk bank. Sedang untuk transaksi spekulatif adalah
dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai
tukar mata uang.
Instrumen valas
a. T ransaks i SPOT Adalah transaksi valas secara tunai di mana penyerahan
valutanya dilakukan dua hari kerjasetelah tanggal transaksi dengan nilai tukar
yang telah disepakati sebelumnya. Perhitungan 2hari untuk spot dimaksudkan
untuk memberikan waktu yang cukup bagi pengiriman/transfer dana, konfirmasi
atau memperbaiki kesalahpahaman yang timbul karena kurang jelaskomunikasi telepon
pada waktu transaksib.
b. Transaksi FORWARD Adalah transaksi valas secara berjangka di mana
penyerahan valutanya dilakukan pada suatutanggal tertentu di kemudian hari
(umurnya lebih dari dua hari kerja), dengan menggunakannilai tukar yang
telah disepakati pada tanggal terjadinya transaksi tersebut. Tujuan
transaksiberjangka adalah menghindarkan risiko atau perubahan nilai tukar (kurs)
selama jangka waktutertentu.
c. T ransaks i SWAP Adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda melalui
penjualan secara tunai dan pembelian
kemba l i s eca r a be r j angka a t au t r ansaks i va l a s yang s imu l t an an t a r a
t r ansaks i SPOT ( j ua l ) dengan transaksi FORWARD (beli) atau sebaliknya.
Instrument pasar uang
a. Penempatan antarbank Ada l ah penempa t an dana l eb ih pada bank l an yang
memer lukan un tuk sua tu j angka wak tu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pendapatan yang lebih banyak selagi kelebihandana tersebut belum
dimanfaatkan.
b. Pinjaman antarbank Adalah pinjaman dana bank lain untuk keperluan menutup
kekurangan dana valas atau untuk mendapatkan sumber dana valas yang lebih murah.
c. Instrument pasar uang
14
- Foreign exchange loan and deposit
- Call dan notice loandan deposit
- Repo / r e se rve r epos
- Banke r s a ccep t ance
- Ce r t i f i c a t e s o f depos i t
- C o m m e r c i a l p a p e r
- T r e a s u r y b i l l s
Dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir manajemen valuta asing adalah memaksimumkan
pendapatan dari keuntungan nilai tukar dan pendapatan bunga valas, memperkecil risiko akibat
gerakan nilai tukar, dan mendukung tujuan manajemen likuiditas dan gap. Contoh keputusan
dalam manajemen valuta asing adalah penjualan asset valuta asing dan menaikkan dana valas;
sedangkan contoh kebijakan manajemen valuta asing antara lain menetapkan tingkat risiko valas
yang dapat diterima, skenario gerakan nilai tukar valas, menetapkan posisi valas yang akan
dipegang pada currency tertentu, menetapkan limit dan mengendalikan posisi valas baik
per currency maupun secara keseluruhan.
Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam manajemen valuta asing adalah :
1. a. Standard Model (regulator)
Dengan menggunakan Gross Methode yaitu perhitungan Capital Charge untuk Foreign
Exchange Risk adalah sebesar 8% dari nilai absolut antara net long position atau net short
position untuk seluruh mata uang asing.
1. b. Value at Risk (VaR)
Terdapat beberapa pendekatan dalam methode VaR untuk Foreign Exchange Risk yaitu :
b.1. Historical Simulation
Merupakan metode yang menggunakan sekumpulan data historis aktual dari faktor pasar
(kurs) selama jangka waktu tertentu untuk menentukan aktual distribusi perubahan nilai
portfolio. Nilai aktual portfolio yang diperoleh akan menghasilkan nilai positif (gain) atau
negatif (loss) sesuai perubahan aktual data yang digunakan. Selanjutnya nilai aktual portfolio
tersebut diurutkan (ranking) dari positif terbesar sampai negatif terbesar. Sesuai dengan tingkat
keyakinan yang dipilih, maka akan diperoleh nilai VaR.
b.2. Variance Covarian Foreign Exchange
Merupakan metode pengukuran VaR yang melibatkan volatilitas dan korelasi diantara
asset yang ada dalam portfolio. Disamping itu, metode ini juga menggunakan model matriks
dan asset variance covariance. Sering juga disebut dengan metode Variance Covariance.
b.3. Monte Carlo Methode
15
Merupakan metode pengukuran VaR dengan menghasilkan berbagai alternatif skenario
dari data yang dimasukkan. Penggunaan metode ini secara umum lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan piranti yaitu “software” khusus yang akan memudahkan dan mempercepat hasil
pengukuran.
8. Adanya manajemen pricing
Adanya manajemen pricing yang menjamin strategi penetapan tingkat bunga dapat
menunjang proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan menajemen valuta asing untuk
memaksimalkan keuntungan
Manajemen pricing merupakan suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat
suku bunga dari produk-produk yang ditawarkan bank, baik dari sisi asset maupun kewajiban.
Mengingat bahwa dana merupakan bahan baku utama yang dijual oleh suatu bank dalam
kegiatan operasionalnya, maka penetapan harga jual untuk asset pricing banyak mendasarkan
kepada harga beli atau harga pokok dari bahan bakunya yaitu Liability Pricing.
Penetapan tingkat suku bunga (interest rate) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Kelompok Pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah Cost of Funds, premi risiko, biaya
pelayanan, biaya overhead dan personel, margin keuntungan dan frekuensi repricing.
b) Kelompok Simpanan, yang dipertimbangkan adalah Cost of Funds, biaya pelayanan, biaya
overhead dan personel, margin keuntungan, struktur target maturity, pricing yield curve
simpanan berjangka dan cadangan minimum likuiditas.
Suku Bunga Pinjaman (Lending Rate)
Umumnya disebut dengan Loan Pricing atau Base Lending Rate (BLR) atau juga Prime
Rate. Penetapan pricing pinjaman (lending rate) haruslah dapat menutupi semua biaya yang
berkaitan dengan pinjaman sehingga diperoleh pengembalian yang memadai.
Penetapan Suku Bunga Simpanan (Funding Rate)
Seperti halnya dengan pricing pinjaman, dalam penetapan suku bunga simpanan
terdapat beberapa faktor (selain yang disebutkan diatas) yang ikut berpengaruh, yaitu
tingkat persaingan , karakteristik deposan inti dan deposan kecil. Agar pendanaan lebih
stabil terhadap fluktuasi penarikan dana besar, bank harus melakukan diversifikasi suku
bunga dengan menarik sebanyak mungkin deposan kecil dan deposan yang kurang sensitif
terhadap perubahan suku bunga.
D. Kategori Resiko dalam Alma16
1. Resiko di bidang kredit
2. Resiko di bidang likuiditas (bank tidak dapat membayar kewajiban pada waktunya)
3. Resiko di bidang tingkat suku bunga(Resiko akibat perubahan suku bunga)
4. Resiko di bidang nilai tukar valuta asing(kerugian akibatperubahan kurs)
5. Resiko di bidang kontinjen(resiko akibat transaksi kontijen)
Berikut ini penjelasan dari masing-masing resiko ALMA diatas :
1. Resiko di bidang kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty)
memenuhi kewajibannya. Risiko kredit yang timbul dari kegiatan pembiayaan dikelola baik pada
tingkat transaksi maupun portofolio. Pengelolaan risiko kredit dirancang untuk menjaga
independensi dan integritas proses penilaian risiko, serta diversifikasi risiko kredit.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan
(penyediaan dana),tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam
banking book maupun trading book .misalnya debitur tidak memenuhi kewajibanya tepat pada
waktunya(kelambatan angsuran atau pelunasana atau lalai membayar pokok dan
bunga. Risiko kredityang besar dan berkepanjangan dapat menimbulkan resiko likuiditas.
Dalam upaya menurunkan potensi risiko kredit, Bank perlu melakukan berbagai teknik
mitigasi risiko kredit. Mitigasi risiko kredit dapat dilakukan dengan menggunakan agunan dan
jaminan untuk melindungi Bank dari kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh debitur non-
performing.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko kredit adalah:
1. Menyempurnakan kebijakan pembiayaan untuk masing-masing segmen pembiayaan.
2. Menyempurnakan standar prosedur operasional pembiayaan untuk masing-masing
segmen pembiayaan.
3. Menetapkan batasan pemutusan pembiayaan untuk masing-masing level Komite
Pembiayaan.
4. Penyesuaian batasan wewenang pemutus pembiayaan dari ex officio ke personil.
5. Menyempurnakan scoring pembiayaan mikro, konsumer dan alat berat sebagai sarana
yang membantu dalam memitigasi risiko kredit.
6. Memutakhirkan peringkat sektor industri untuk menghindari penyaluran pembiayaan
kepada sektor industri yang kurang menarik
7. Mengembangkan watch list sebagai sarana pemantauan debitur yang berpotensi turun
17
peringkat (downgrade) atau menjadi non-performing financing (NPF).
8. Memantau perkembangan portofolio pembiayaan untuk masing-masing sektor industri.
9. Membuat Risk Acceptance Criteria (RAC) beberapa sektor industri yaitu telekomunikasi,
multifinance, jasa kesehatan, gas, batubara, kelapa sawit, angkutan laut, makanan dan
minuman.
10. Menetapkan batasan inhouse Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
11. Menetapkan batasan eksposur 25 debitur terbesar.
12. Menetapkan batasan pembiayaan masing-masing sektor industri untuk memitigasi
terkonsentrasinya risiko kredit dalam suatu sektor ekonomi.
13. Menetapkan batasan pembiayaan mata uang asing.
2. Resiko dibidang likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/ atau aset likuid berkualitas tinggi yang
dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Hal ini disebabkan
adanya mismatch jangka waktu antara sumber dana dan penyaluran dana Bank. Bank telah
memaksimalkan fungsi pengawasan dari Asset Liability Management (ALMA) untuk memitigasi
risiko tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko likuiditas adalah:
1. Menetapkan dan me-review kebijakan manajemen risiko likuiditas.
2. Menetapkan limit risiko likuiditas antara lain: limit Giro Wajib Minimum (GWM), limit
saldo kas maksimal cabang, dan limit secondary reserve.
3. Mengukur kecukupan likuiditas Bank melalui penyusunan arus kas dan liquidity gap.
4. Menjaga akses Bank ke pasar uang melalui pengajuan fasilitas pinjaman pada bank lain.
5. Memantau pergerakan rasio likuiditas secara harian antara lain melalui monitoring rasio
pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (FDR) dan rasio kewajiban antar-bank.
Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa resik yang
mungkin, antara lainsebagai berikut:
a . Res iko pendanaan
Resiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi
kewajibanya. Beberapa halyang dapat menyebabkan resiko pendanaan adalah
penarikan deposito dan pinjaman dalamjumlah besar yang tidak diduga sebelumnya
atau jatuh tempo dari aset maupun liabilitas tidak terdeteksi dan sebagainya.
b . Res iko bunga
18
Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas
dapat menimbulkantingkat keuntungan yang diperoleh.
Risiko likuiditas adalah risiko dalam perbankan yang biasanya timbul dari cara bank mengelola
primary dan secondary reserve serta pendanaannya sehari-hari.
Alat ukur likuiditas bank:
a. Jangka Pendek
Statuori Reserve Requirement (Giro wajib minimum/GMW)
GMW= saldo giro pada BI >5% Kewajiban pd pihak ketiga periode 2 minggu sblmnya
Basic Surplus, yakni pengukuran besarnya likuiditas pada suatu keadaan tertentu yang diukur dengan rumus:
Basic Surplus = Aktiva lancar – passiva lancar
Klasifikasi angka basic surplus
1. Positif : Penempatan jangka dana pendek didukung dengan sumber dana jangka panjang
2. Negatif : Penempatan dana jangka panjang didukung dengan sumber dana jangka pendek
3. Nol : Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber dana jangka pendek
b. Jangka Panjang
a) Rasio Likuiditas
Liquidity Ratio = New Purchased funds required Total Funding Requirement
Purchased funds Required yaitu proses perubahan aktiva dikurangi dengan proyeksi
perubahan passive pada neraca bank. Total funding requirement yaitu jumlah dana (passive)
yang dibutuhkan pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang.
b) Indeks Likuiditas
Liquidity Index = Total weight liability Total weighted assets
c) Loan to Deposits (LDR)
19
LDR = Pinjaman yang diberikan Dana Masyarakat
Bank dinyatakan sehat apabila tingkat LDR antara 85% - 110%. Terkait dengan penggunaan likuiditas, strategi manajemen yang diambil sangat tergantung pada skill manajer likuiditas yang ad, keandalan Management Information System (MIS) yang dimiliki serta perlu mempertimbangkan kondisi likuiditas bank dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Agar strategi liquiditas menjadi efektif maka kebijakan likuiditas juga harus dipadukan dengan kebijakan unit operasional.
3. Resiko Di bidang tingkat Suku Bunga
Dalam neraca suatu bank terdapat beberapa pos yang peka terhadap perubahan tingkat
bunga. Pos-pos tersebut berada di sisi asset maupun liability (rate sensitive asset dan rate
sensitive liability). Jika pos-pos tersebut tidak dikelola dengan baik, maka pendapatan neto
bunga, net interest income akan menurun.
Asset and liability management (ALMA) akan selalu berhadapan dengan risiko
perubahan tingkat bunga di pasar. Fluktuasi tingkat bunga telah mendorong manajemen bank
untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengelolaan risiko suku bunga.
Kepekaan asset dan liability terhadap risiko perubahan suku bunga merupakan penyebab
terpengaruhnya pendapatan bunga bank. Gap positif dapat terjadi jika pendapatan bank bergerak
searah dengan pergerakan tingkat bunga. Sebaliknya gap negatif dapat terjadi jika pendapatan
bank bergerak dengan arah yang berlawanan dengan pergerakan tingkat bunga.
Selanjutnya tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki struktur neraca maupun
kinerjanya adalah sebagai berikut:
a . Mena t a kemba l i komponen komponen a se t
dan l a i b i l i t a s yang s ens i t i f t e rhadap suku bunga . Ha l i n i dapa t d i l akukan
dengan menge lompokan komponen - komponen aset dan liabilitas menjadi
kelompok yang sensitif dan non sensitif, dan membuat repricing schedule, yaitu
menetapkan alternatif tingkat suku bunga dan erapa lama suku bungayang di tetapkan tersebut
akan dipasang bagi masing-masing komponen aset dan liabilitas
b. Melakukan analisis resiko dap, yaitu posisi gap positif dan gap negatif.
c. Kebijakan besarnya dihubungkan dengan kemampuan bank dalam menanggung
resiko tingkatbunga.
Dalam pelaksanaan pengambilan oleh manajemen bank apakah akan mengambil posisi
gap positif atau gap negatif tergantung pada tiga hal, yaitu:
a. Perkiraan arah perkembangan.
20
b. Tingkat keyakinan manajemen terhapap perkiraan bunga.
c. Keberanian bank untuk mengamnbil resiko jika tindakan yang diambil resiko.
Terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi berhubungan dengan perubahan tingkat bunga,
yaitu :
1. rate sensitive asset lebih besar daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap positif
yang berarti bahwa pendapatan bergerak searah dengan tingkat bunga;
2. rate sensitive asset lebih kecil daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap
negatif yang berarti bahwa tingkat bunga dan tingkat pendapatan bergerak dalam arah
yang berlawanan;
3. rate sensitive asset sama dengan rate sensitive liability yang dikatakan bahwa tidak terjadi
perubahan pergerakan. Kondisi yang ketiga tersebut dapat dikatakan tidak ada.
Dalam notasi, ketiga posisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
RSAPositive Gap = ------ >1 atau RSA – RSL > 0
RSL
RSANegative = ------ <1 atau RSA – RSL < 0 RSL
RSAZero = ------ = 1 atau RSA – RSL = 0 RSL
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matriks hubungan gap dengan net interest
income adalah sebagai berikut :
Hubungan Gap dan Interest Rate
Posisi Gap
Suku Bunga
Naik Turun
Zero (matched) NIM Tetap NIM Tetap
Positive NIM Meningkat (+) NIM menurun (-)
Negative NIM Menurun (-) NIM Meningkat (+)
21
Berdasarkan data rasio laporan keuangan bank BRI yang diperoleh antara tahun 2010-
2011 diketahui Hubungan dari GAP dan Interst Rate yaitu positif karena rate sensitive
asset lebih besar daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap positif yang berarti bahwa
pendapatan bergerak searah dengan tingkat bunga.
4. Resiko di Bidang Nilai Tukar Valuta Asing
Adanya ririko pada transaksi valas menyebabkan perlunya ditetapkan serangkaian
parameter dan limit. Dalammenempatkan limit tersebut, manajemen valas harus
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Komposisi suatu mata uang yang dipelihara bank bergantung dari kuat atau lemahnya
suatu mata uang.
b. Ketentuan posisi devisa neto yang ditetapkan Bank Indonesia.
c. Tujuan penetapan besarnya limit harus terpadu dengan tujuan manjemen likuditas dan
gap.
d. Besarnya limit untuk masing-masing dealer dikaitkan dengan tingkat kemahiran dan
pengalaman..
e. Secar periodic ditetapkan limit masing-masing valas untuk intraday, overnight dan week
end.
f. Limit cut loss yang mencakup seluruh posisi jual beli, yaitu limit yang mensyaratkan
posisi tertentu yang harus dilikuidasi/dieksekusi bila kerugian telah melampaui jumlah
yang ditetapkan.
g. Pendelegasian wewenang tertentu kepada chief dealer dan dealer lainnya untuk
melakukan kegiatan dalam sublimit yang diberikan.
h. Penetapan credit lines bagi seluruh “dealing counterparties
Perubahan nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi setiap saat, bahkan tiap detik.
Penyebab perubahanitu dapat berasal dari peristiwa-peristiwa ekonomis, politis maupun karena
hal-hal diluar itu, seperti:
a. Tingkat suku bunga dalam negeri dapat mempengaruhi nilai mata uang.
22
b. Neraca perdagangan suatu negara dapat memberi dorongan yang kuat terhadap nilai
tukar uang.
c. Ketidakpastian politik yang disebabkan oleh kemungkinan jatuhnya suatu
pemerintahan yangsedang berkasa dapat menurunkan nilai mata uang.
d. Menguatnya harga barang-baeang ekspor utama dapat menaikan nilai uang.
e. Satu atau lebih bank sentral dapat mempengaruhi pasar uang untuk mendorong
atau menekannilai tukar mata uang suatu negara.
f. Pecahnya suatu perang besar.
5. Resiko Dibidang Kontijen
yaitu resiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, misalnya
pembukaan L/C, bank garansi dan kontrak jual beli valuta asing(valas)
1. Letter Of Credit
Di dalam transaksi pembayaran luar negeri, baik melalui ekspor maupun impor, bank
akan berhadapan langsung dengan risiko fluktuasi kurs valas terutama yang berkaitan
langsung dengan neraca pembayaran devisa dan posisi valuta asingnya. Adapun transaksi
Letter of Credit terbagi dalam dua kategori yaitu:
a. Ekspor adalah pengiriman barang ke luar daerah pabean Indonesia. Dalam kegiatan
ekspor, pihak yang menerbitkan L/C (Letter of Credit) adalah bank importir, dimana
eksportir baru akan mengirim barangnya apabila L/C telah dibuka.
b. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang atau jasa dari luar ke
dalam daerah/wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan atau
perundang-undangan yang berlaku.
2. Bank Garansi
Bank garansi merupakan jaminan bank kepada pihak ketiga atas terlaksananya suatu
proyek. Bank garansi dalam bentuk valuta asing disyaratkan untuk proyek-proyek yang
23
peserta tendernya dari luar negeri dan di samping juga karena sifat dari proyek itu sendiri
yang mensyaratkan diterbitkannya bank garansi dalam bentuk valuta asing.
3. Kontrak jual beli valuta asing ( Valas )
Pinjaman dalam bentuk valuta asing hanya diberikan dalam mata uang US $ dan dengan
tingkat suku bunga pinjaman yang disesuaikan dengan situasi pasar dan kondisi
Perbankan Nasional. Pinjaman ini meliputi pinjaman tetap dalam bentuk valuta asing dan
pembiayaan dalam bentuk ekspor maupun impor.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pemahaman umum, Manajemen Aset dan Liabilitas (ALMA) mencakup penilaian
risiko dalam segala dimensi. Penilaian risiko meliputi penetapan harga, struktur jatuh tempo dari
aktiva dan pasiva, kebijakan bank, anggaran modal dan profitabilitas. ALMA juga termasuk
analisis dampak dari berbagai perubahan yang tidak terduga dalam lingkungan bisnis, seperti
perubahan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, bencana alam, dan perkembangan persaiangan.
Modul ALMA menjelaskan Manajemen Aset dan Liabilitas dalam arti yang lebih sempit, serta
lebih praktis yang relevan bagi operasional Bank. Modul ini fokus pada kombinasi dari
manajemen risiko suku bunga dan manajemen likuiditas. Peserta akan mempelajari bagaimana
mengukur likuiditas pada neraca, menyusun Arus Kas, termasuk dampak dari perubahan
musiman pada pencaiaran dan pembayaran kembali kredit maupun penyetoran serta penarikan
dana simpanan. Modul ALMA juga akan mengembangkan strategi penempatan dana dan
pinjaman jangka pendek, termasuk mengembangkan skenario manajemen krisis likuiditas. Selain
dari itu, para peserta akan dapat menetapkan batas jumlah uang tunai yang perlu disimpan di
dalam khasanah, serta mendapat pelatihan di dalam mengelola risiko suku bunga melalui
penyusunan dan analisis laporan-laporan jatuh tempo dan rancangan strategi penetapan suku
bunga yang tepat.
24