alma

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dibuatnya ALMA Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat pemakai dana yang memerlukan dana. Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih pendapatan bunga (Net Interest Margin). Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan menguntungkan, namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank maka akan menggangu likuiditas bank.. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan dana) lebih lama jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana (sumber dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak 1

Upload: dziezee-hutauruk

Post on 06-Aug-2015

145 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

dzie

TRANSCRIPT

Page 1: alma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dibuatnya ALMA

Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat

yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat pemakai dana

yang memerlukan dana.  Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu mekanisme yang

dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya

dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana

kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan

Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan

mendapatkan selisih  pendapatan bunga (Net Interest Margin).

Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, maka akan menguntungkan,

namun risikonya apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak

dapat mengembalikan dana yang dipinjam dari bank maka akan menggangu likuiditas bank..

Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena

hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Jika bank menyalurkan dana (penggunaan

dana) lebih lama jangka waktunya dibandingkan dengan jangka waktu penghimpunan dana

(sumber dana) maka akan berisiko juga apabila sumber dana yang telah jatuh tempo tidak dapat

diperpanjang lagi. Atau sebaliknya, apabila bank menyalurkan dananya (penggunan dana)

dengan jangka waktu lebih pendek dibandingkan jangka waktu penghimpunan dana (sumber

dana) karena hilangnya kesempatan mendapat keuntungan.Demikian pula jika bank menyalurkan

dananya dalam bentuk mata uang negara lain (baik karena keinginan bank atau keinginan

nasabah) atau menghimpun dana dalam bentuk mata uang negara lain inipun akan berisiko

apabila harga uang atau nilai mata uang negara lain berubah.

1

Page 2: alma

Timbul pertanyaan, bagaimanakah dana yang disimpan dan dana yang disalurkan dapat

berputar dengan baik sehingga bank masih dapat memperoleh keuntungan dan terhindar dari

risiko apakah risiko kekurangan atau kelebihan dana, risiko perubahan suku bunga, risiko

perubahan nilai tukar, risiko lainnya seperti tidak tepatnya komposisi atau pricing sumber dan

penggunaan dana.  Risiko sendiri erat kaitannya dengan kondisi ke depan sementara kondisi ke

depan sulit diperkirakan. Krisis keuangan pada era 1997 yang melanda kawasan Asia termasuk

Indonesia telah membuka wawasan manajemen bahwa risiko keuangan sangat besar akibatnya,

tidak saja pada sektor ekonomi keuangan akan tetapi melanda ke sektor politik, hukum, moral

dan sebagainya.  lnilah tugas utama manajemen bank, yaitu bagaimana menjaga goncangan yang

terjadi sehingga tetap terjaga keberadaannya karena dengan keberadaan itulah maka bank di satu

pihak ikut berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan di pihak lain juga

mendorong lalu lintas keuangan internasional.

Dengan demikian, kemampuan mengelola bank akan sangat menentukan kelangsungan

hidup dan pertumbuhan suatu bank sehingga diperlukan tenaga-tenaga yang terampil, handal,

jujur dan profesional di semua lini, tenaga-tenaga yang kritis dan kreatif serta tanggap terhadap

perubahan lingkungan. ALMA (Asset & Liability Management) dapat diartikan dengan

pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank yang saat ini menjadi salah satu titik sentral

perhatian manajemen bank, karena meningkatnya kompleksitas karakteristik asset dan liabilities,

tajamnya persaingan antar bank dan ketidakpastian perekonomian. Dengan ketidakpastian usaha

maka mendorong manajemen bank melakukan pendekatan yang bertitik berat pada interaksi

antara sisi Asset & Liability. 

Keberadaan ALMA ini untuk mengelola dan mengantisipasi risiko-risiko yang

kemungkinan timbul dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat mengoptimalkan pendapatan sekaligus membatasi risiko assets dan liabilities dengan

mematuhi ketentuak kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang

disebut ALMA.

Dengan adanya ALMA ini semakin disadari betapa pentingnya ssuatu bank mengelola

likuidiitas secara baik, terutama ditujukan untuk memperkecil risiko likuiditas yang disebebkan

oleh adanya kekurangan dana sehingga dalam memenuhi kewajibannya, bank terpaksa harus

mencari dana dengan bagi hasil yang lebih tinggi dari kondisi bagi hasil pasar, atau bank

terpaksa menjual sebagian asetnya dengan risiko menderita rugi yang relatif besar sehingga akan

mempengaruhi pendapatan bank. Apabila keadaan ini terus berlanjut, tidak menutup

kemungkinan akan terjadi emosi kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut akan menurun.

2

Page 3: alma

BAB II

PROSES ALMA

A. Pengertian ALMA

Alma merupakan suatu usaha dalam pengelolaan neraca perbankan untuk

mengoptimumkan struktur neraca bank sedemikian rupa sehingga diperoleh laba maksimal dan

sekaligus membatasi resiko sekecil mungkin. Neraca adalah laporan atas kekayaan dan

kewajiban serta modal yang dimiliki oleh bank dalam jangka waktu tertentu.

Alma yaitu Proses planning, organizing, actuating dan controlling untuk mendapatkan

penetapan kebijaksanaan di bidang pengelolaan : permodalan, pemupukan dana dan penggunaan

dana.

Tujuannya antara lain adalah untuk :

• Pertumbuhan bank yang wajar

• Pendapatan yang maksimal

• Menjaga likuiditas yang memadai

• Mebentuk cadangan-cadangan untuk risiko yang mungkin timbul

• Memelihara sumber pendanaan dan memenuhi kebutuhan penggunaan dana.

Proses ALMA dalam arti sempit dapat pula dikelompokkan pada penataan perolehan dan

penataan spread, usaha pencapaian hasil yang optimal antara perolehan dari asset yield dan biaya

yang dikeluarkan untuk mendukung aktifitas tersebut.

Proses ALMA dalam arti luas diarahkan pada koordinasi semua keputusan-keputusan /

kebijakan-kebijakan dalam usaha tercapainya target pendapatan yang diinginkan, sementara itu

risiko yang mungkin akan terjadi terlebih dahulu telah dapat diperhitungkan.

Keberadaan ALMA ini untuk mengelola dan mengantisipasi risiko-risiko yang

kemungkinan timbul dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat mengoptimalkan pendapatan sekaligus membatasi risiko assets dan liabilities dengan

mematuhi ketentuak kebijakan moneter dan pengawasan bank melalui suatu organisasi yang

disebut ALMA.

3

Page 4: alma

ALMA ini berfungsi memberikan rekomendasi pada manajemen bank, agar dapat

meminimalkan risiko yang dihadapi dan mengoptimalkan keuntungan serta tetap berada dalam

koridor sesuai ketentuan yang berlaku. Sehingga ALMA yang kuat dan berkualitas akan

memberikan landasan kuat dan jelas dalam menetapkan strategi bisnis bank.

B. Pengertian Risiko ALMA

Setiap usaha bank pada umumnya dihadapkan pada risiko-risiko sebagai berikut:

a.       Financing risk: debitur tidak akan memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya atau lalai

membayar. Risiko kredit dapat menimbulkan risiko likuiditas.

b.      Liquidity risk: risiko bahwa bank tidak akan dapat memenuhi kewajibannya pada waktunya

atau hanya dapat memenuhi kewajibannya melalui pinjaman darurat atau menjual aktivanya.

c.       Pricing risk: risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat bagi hasil, apakah dalam

bentuk menurunnya margin dari penanaman atau kerugian sebagai akibat menurunnya aktiva.

Risiko ini sebagai akibat Net Interest margin (NII), atau tidak terpenuhinya likuiditas  atau

terjadinya gap karena tidak tepatnya perhitungan pricing atasassets/liabilitas.

d.      Foreign exchange risk: risiko kerugian sebagai akibat perubahan tingkat kurs terhadap “open

position” karena adanya pergerakan kurs yang merugikan.

e.       Gap risk: risiko kerugian dari ketidakseimbangan interest rate maturity karena adanya

pergerakan yang merugikan.

f.       Kontinjen risk: risiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontijen, misalnya pembukaan

L/C, bank garansi dan kontrak valuta asing berjangka.

C. KERANGKA PROSES ALMA

Agar resiko-resiko diatas dapat diminimalkan, diperlukan kerangka proses ALMA

yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat  memaksimumkan keuntungan

sekaligus membatasi resiko aset dan liablitas dengan mematuhi ketentuan kebijakan

moneter dan pengawasan bank. ALMA yang kuat akan memberikan landasan yang jelas meliputi

strategi manajemen, penunjang dan pelaksanaanpengembangan bank. Oleh karena itu perlu

dibentuk semacam kerangka ALMA dengan urutan sebagaiberikut:

1. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA oleh organisasi yang memiliki

kewenangan formal dan personel yang profesional.

2. Adanya tujuan/arah bagi manajemen dan petugas pelaksana dalam proses pelaksanaan

tugas dengan cara menetapkan standar-standar tertentu.

4

Page 5: alma

3. Adanya pengumpulan data internal/eksternal yang dapat menjamin bahwa data yang

terkumpul tersebut sudah cukup untuk menunjang keputusan ALMA baik jangka pendek

maupun jangka panjang.  

4. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai alternatif

strategi ALMA sebelum keputusan diambil serta petugas yang memantau efektifitas

pelaksanaan keputusan tersebut.

5. Adanya manajemen likuiditas yang mampu mengelola dana baik pada suatu tingkat

bunga yang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan memanfaatkan kesempatan

baru.

6. Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan

memperkecil risiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/micmatch. 

7. Adanya manajemen valuta asing yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata uang dan

antar mata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk menghasilkan keuntungan

maksimum dalam batas-batas risiko tertentu. 

8. Adanya manajemen pricing yang menjamin strategi penetapan tingkat bunga dapat

menunjang proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan menajemen valuta asing

untuk memaksimalkan keuntungan.

Berikut Penjelasan masing-masing dari kerangka ALMA diatas :

1. Adanya penetapan kebijakan dan strategi ALMA

Pembuatan kebijakan ALMA dilakukan oleh direksi bank bersama ALCO, kegiatan

pembuatan kebijakan terdiri dari menetapkan kebijakan dan memberikan petunjuk, membuat

keputusan, memantau kegiatan, menelaah hasil pelaksanaan.

Kebijakan harus dibuat tertulis meliputi seluruh bidang ALMA (likuiditas, gap, valuta

asing dan pricing). Setiap kebijakan yang telah diputuskan, oleh sekertaris ALCO (ASG) akan

disampaikan keseluruh unit kerja yang terkait dengan keputusan tersebut secara tertulis untuk

dilaksanakan dan dipantau pelaksanaanya setiap saat, dan pada waktu tertentu ketetapan tersebut

perlu pula dimutakhirkan.

Kemudian untuk melaksanakan ALMA framework tersebut, perlu dibentuk organisasi

ALMA pada suatu bank. Organisasi ALMA pada umumnya dinamakan Asset and Liability

Committee disingkat ALCO.Dalam organisasi tersebut ditetapkan tanggung jawab ALCO yaitu

menetapkan tujuan ALMA, membuat keputusan ALMA, memantau kegiatan dan menelaah hasil

pelaksanaan kebijakan ALMA.Untuk membantu ALCO melaksanakan seluruh tanggung jawab

5

Page 6: alma

tersebut, dibentuklah Staff Supporting Group disingkat SSG yang bertugas mengumpulkan data

internal dan eksternal, menyusun analisis, mengembangkan strategi dan skenario, membuat

laporan, mengajukan saran-saran untuk rapat ALCO dan memantau hasil

pelaksanaannya. Banyaknya jumlah anggota ALCO dan SSG adalah sangat tergantung besar

kecilnya bank dan kecanggihan infrastruktur yang ada pada bank tersebut.

Organisasi alma dalam satu bank terdiri dari asset liability committee (alco) atau unit

organisasi lainnya yang mempunyai hak formal yang sama dengan ALCO dan ALCO Supported

Group (ASG).

1.      Anggota ALCO terdiri dari :

a.       Pimpinan tertinggi bank (direksi)

b.      Pimpinan unit kerja operasional dan unit kerja yang mempunyai hubungan dengan tugas

alma, seperti treasury, kredit, tekhnology dan financial control

2.      Anggota ASG terdiri dari kelompok manajer profesional / analis yang secara penuh

tugasnya membantu ALCO. Banyaknya anggota ASG tergantung pada besar /kecilnya bank dan

kecanggihan infrastruktur yang ada pada bank tersebut. Namun, anggota ASG tersebut harus

mampu menangani semua tugas di bidang ALMA yang meliputi analisis likuiditas, gap, valuta

asing dan pricing.

3.      Peran masing-masing posisi adalah:

a.       Direksi mempunyai peran menelaah / mengesahkan kebijakan dan membuat keputusan

akhir

b.      ALCO mempunyai peran membuat kebijakan ALMA, mengambil posisi dan membuat

keputusan ALMA

c.       ALCO Supported Group mempunyai peran membantu ALCO, menyusun analisis,

merekomendasi policy dan pricing dan memantau hasil pelaksanaan.

d.      Departemen trerasury mempunyai peran melaksanakan keputusan ALCO dan mengelola

posisie. 

6

Page 7: alma

2. Adanya tujuan/arah bagi manajemen

Manajemen dana mencakup semua kegiatan bank yang dapat dilihat dalam pos-pos sisi

aktiva dan pasiva. Pengelolaan dana dari sisi asset atau aktiva lazim dengan assets management,

sedangkan pengelolaan sumber dana secara keseluruhan adalah liability management ini terbagi

menjadi dua bagian, yaitu pengelolaan sumber dana yang berasal dari pihak ketiga yang disebut

sebagaideposit management, dana yang berasal dari pihak kedua disebut borrowing, sedangkan

pengelolaan dana yang berasal dari modal sendiri adalah capital management.

Perkembanagan ekonomi dan moneter yang berfluktuasi serta persaingan bisnis antar

bank yang sangat ketat  berpengaruh langsung terhadap asset dan liabillitas. Di satu sisi bank

mengalami kesulitan untuk mendapatkan dana murah dan di sisi lain tidak dapat leluasa untuk

menetapkan suku bunga kredit, selain bank selalu dalam kondisi sulit bagaimana menghadapi

adanya nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajibannya melunasi pinjaman beserta bunga.

Keadaan tersebut menyebabkan timbulnya dilema dalam pengelolaanya pada bank yaitu

antara mengutamakan profitabilitas di satu sisi dan likuiditas atau keamanan di sisi lain.

Beberapa alas an perlunya asset dan liabilitas dikelola secara terpadu antara lain disebabkan

alasan-alasan sebagai berikut:

1.      Tingkat bagi hasil.

2.      Perubahan struktur sumber dana.

3.      Meningkatnya kebutuhan modal.

4.      Persaingan yang ketat antar bank.

5.      Perkembangan sistem informasi.

6.      Meningkatnya peran pemerintah.

7.      Ketersediaan dana di pasar uang.

8.      Perubahan komposisi aktiva.

9.      Bermunculannya berbagai lembaga

keuangan dengan berbagai fasilitas

baru dan kemudahan.  

ALMA yang kuat akan memberikan landasan yang jelas meliputi strategi, manajemen,

penunjang dan pelaksanaan pengembangan usaha bank.Pada hakikatnya tahap-tahap

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh AssetsLiability Committee (ALCO) dalam

pengelolaan Assets and Liability Management, yaitu sebagai berikut :  

Tahap 1, merumuskan masalah yang dihadapi dalam rapat secara bersama-sama dengan bagian

treasury, bagian kredit, product development research, bagian pemasaran, serta bagian lainnya.

7

Page 8: alma

Tahap 2, masing-masing bagian mengidentifikasi kriteria yang mungkin untuk mengatasi

masalah pada tahap i di atas, serta mengumpulkan kriteria yang mungkin dapat diambil. 

 Tahap 3, mengembangkan alternatif pengambilan keputusan yang mungkin jika ada agar hasil

yang dicapai dapat maksimal.

Tahap 4, mengadakan analisis terhadap alternatif yang mungkin. Hal ini bertujuan untuk

mengadopsi keputusan yang akan diambil, apakah sudah sesuai dengan kondisi maupun

perumusan permasalahan yang dilakukan terlebih dulu. 

Tahap 5, mengadakan seleksi alternatif.  

Tahap 6, implementasi alternatif  

Tahap 7, melakukan evaluasi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan

3. Adanya pengumpulan data internal/eksternal

Seluruh laporan yang disampaikan kepada Direksi harus focus ed dan didokumentasikan secara

memadai guna memudahkan Direksi untuk menilai kepatuhan terhadap limit yang telah

ditetapkan. Laporan ALCO antara lain meliputi:

a) laporan rugi laba, yang menyajikan data perbandingan periode satu tahun sebelumnya;

b) neraca, yang menyajikan data perbandingan periode sebelumnya;

c) proyeksi anggaran;

d) laporan kredit baru;

e) laporan margin analysis

f) daftar portofolio surat berharga, dilengkapi dengan transaksi yang dilakukan pada satu

bulan atau triwulanan terakhir

g) laporan analisis likuiditas, terutama analisis sumber dan penggunaan dana

h) analisis dana pihak ketiga (DPK) yang menggambarkan trends berbagai produk DPK

tersebut

i) laporan data penetapan harga (pricing) yang merefleksikan harga atau biaya dari suatu

produk

j) laporan model simulasi (apabila Bank menggunakan model tersebut) atau gap untuk

menggambarkan profil risiko suku bunga

k) laporan hedging, apabila Bank melakukan strategi hedging.

8

Page 9: alma

Dengan Adanya pengumpulan data internal/eksternal maka dapat menjamin bahwa data

yang terkumpul tersebut sudah cukup untuk menunjang keputusan ALMA baik jangka pendek

maupun jangka panjang.  

4. Adanya analisis yang mengembangkan skenario untuk menguji berbagai alternatif

strategi ALMA

Sistem, skenario dan asumsi yang mendasari kebijakan dan keputusan ALCO harus dikaji ulang

secara berkala, khususnya terhadap perubahan eksternal seperti ketentuan yang berlaku, kondisi

pasar, dan perilaku nasabah (consumer behaviour); Tindakan untuk menguji berbagai alternatif

strategi ALMA sebelum keputusan diambil serta petugas yang memantau efektifitas pelaksanaan

keputusan tersebut yaitu :

a. Pengembangan, kaji ulang dan modifikasi strategi ALMA

b. Mengevaluasi posisi risiko suku bunga Bank dan strategi ALMA guna memastikan

bahwa hasil risk taking position Bank telah konsisten dengan tujuan pengelolaan risiko

suku bunga

c. Mengkaji ulang penetapan harga (pricing) aktiva dan pasiva untuk memastikan bahwa

pricing tersebut dapat mengoptimalkan hasil penanaman dana, meminimumkan biaya

dana, dan memelihara struktur neraca Bank, sesuai dengan strategi ALMA Bank

d. Mengkaji ulang deviasi antara hasil actual dengan proyeksi anggaran dan rencana bisnis

Bank; dan

e. Penyampaian informasi kepada Direksi mengenai setiap perkembangan ketentuan dan

peraturan terkait yang mempengaruhi strategi dan kebijakan ALMA.

5. Adanya manajemen likuiditas

Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikan sumber dana yang memadai

untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kewajiban yang akan jatuh tempo. Dengan kata lain,

likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat

ditagih.

Pengertian lainnya adalah  kemampuan untuk memiliki sumber dana yang cukup untuk

memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhannnya

sesuai dengan Kebijakan Perusahaan.

9

Page 10: alma

Selanjutnya, manajemen likuiditas adalah bagaimana bank dapat memenuhi baik

kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila terjadi penarikan atau

pelunasan asset liability yang sesuai perjanjian ataupun yang belum diperjanjikan (tidak

terduga).

Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk memenuhu pekerjaan-pekerjaan sbb:

a. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang 

b. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan

c. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu :

1. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya; yaitu pada waktu ditagih

(kewajiban keuangan terhadap pihak extern);

2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan

terhadap pihak intern)

3. Membayar bunga dan devidend yang dibutuhkan

4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

Dalam manajemen likuiditas bank berusaha mempertahankan status rasio likuiditas,

memperkecil dana yang menganggur guna menaikkan pendapatan, serta memenuhi kebutuhan

cash flow maupun cash outflow.

Tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai reserve requirement yang rendah yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, memperkecil dana yang menganggur, dan mencapai likuiditas

yang aman untuk menjaga proyeksi cash flow dalam kondisi yang sangat mendesak, misalnya

penarikan dana, penarikan pinjaman.

Dalam penatan likuiditas perlu diperhatikan bahwa likuiditas dan rentabilitas bank tidak

selalu berjalan searah. Likuiditas yang berlebihan dapat menekan rentabilitas perusahaan, dilain

pihak likuiditas yang terlalu kecil berarti meningkatnya liquidity risk untuk memenuhi

kewajibannya.

Kebijakan manajemen likuiditas antara lain menjaga likuiditas asset jangka pendek,

misalnya kas, interbank, short term investment, memelihara earning asset yang dapat dijual

dengan mudah tanpa kerugian, memperoleh dana jangka panjang misalnya dengan penjualan

obligasi atau go public, menciptakan dan memelihara hubungan dalam rangka mencari sumber

10

Page 11: alma

dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, mencari alternatif sumber dana lain untuk

memperkecil risiko bila terjadi penarikan dana di luar dugaan, serta menentukan sumber dana

penunjang pada keadaan kritis (the source of the last resort).

Dengan Adanya manajemen likuiditas maka mampu mengelola dana baik pada suatu

tingkat bunga yang wajar, agar dapat memenuhi setiap kewajiban dan memanfaatkan

kesempatan baru.

6. Adanya manajemen gap

Adanya manajemen gap yang bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan dan memperkecil

risiko, yang dihubungkan dengan besarnya gap/micmatch. 

Gap adalah perbedaan atau selisih antara asset yang sensitif terhadap bunga (Rate

Sensitive Asset/RSA) dengan Liability yang sensitif terhadap suku bunga (Rate Sensitive

Liability/RSL).

Manajemen Gap adalah upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan

(gap) antaraasset dan liability pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal

jumlah dana, suku bunga, maturity atau perpaduan ketiganya (mix mismatch).

Pendapat lain mengatakan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Gap

Management adalah suatu aktifitas untuk mengatur atau menata Asset and Liabilities yang

sensitif terhadap gejolak tingkat bunga sehingga terhindar atau meminimumkan pengaruhnya

dan akhirnya akan dapat dicapai keuntungan yang stabil dan berkembang.

Manajemen GAP bertujuan untuk :

• Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.

• Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.

• Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas.

• Mengelola risiko serendah mungkin.

• Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat suku bunga yang

wajar.

Selanjutnya dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan gap management adalah

mengelola risiko perubahan tingkat bunga dalam hubungannya dengan kesenjangan posisi

(mismatch) untuk tujuan repricing structure pada kedua posisi neraca (asset and liability),

memaksimalkan pendapatan bunga neto (net interest income) sambil tetap pada tingkat risiko

yang bisa ditolerir dan menata struktur neraca untuk mencapai hasil maksimal dalam kaitannya

dengan arah perubahan tingkat bunga yang mungkin terjadi, atau dengan kata lain bahwa tujuan

11

Page 12: alma

Gap Management adalah mempersempit lebarnya kesenjangan antara Rate Sensitive

Asset danRate Sensitive Liability.

Strategi pengukuran Gap

Perubahan suku bunga dapat menimbulkan dampak yang tidak sedikit pada

sturktur neraca maupunkinerja bank. Oleh karean itu timbul upaya-upaya untuk

mengelola interest atau yang sering disebutdengan “interest rate management”,

yaitu suatu kegiatan untuk menata interest rate secara simultan/ bersamaan antara sisi

aset maupun liabilitas sehingga dapat diperkecil dampak negatif perubahan sukubunga terhadap

target pencapaian pendapatan bersih (net interest income) yang stabil dan berkembang).

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penataan manejemen gap yaitu:

a. Jangka waktu (maturity).

Adanya perbedaan jangka waktu dari masing-masing komponen danliabilitas

akan berakibat berubahnya posisi dana maupun penempatanya serta

perubahannyapendapatan maupun pembiayaanya.

b. Repricing, yaitu lamanya jangka waktu penetapan suku bunga

komponen/aset/ pinjaman dankomponen liabilities/ simpanan baik sebelum jatuh tempo

maupun sesudahnya.

c. Interest rate, yaitu besarnya tingkat suku bunga atau harga yang ditetapkan atau akan

ditetapkanuntuk sisi aset maupun liabilitas.

d .  Acce l e r a t i on  o f   change ,   ya i t u   kecepa t an  penyesua i an  yang  dapa t  

d i l akukan   t e rhadap   a se t maupun liabilitas bila terjadi perubahan tingkat suku

bunga sehingga posisinya masih tetapmenguntungkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan sensitive assets dan sensitive

liability, antara lain, adalah :

     i.    Maturity and Repricing, maturity adalah jangka waktu sisa jatuh tempo,

sedangkan repricing adalah jangka waktu penetapan kembali tingkat suku bunga. Maturity dan

repricing disini adalah Maturity atau Repricing yang telah disepakati bersama oleh kedua belah

pihak atau disebut Contractual Date

   ii.    Interest Rate Forecast, yaitu perkiraan terhadap perubahan tingkat bunga.

  iii.    Accelerating Change, yaitu pengaturan posisi dengan berdasar kepada interest rate

forecast

12

Page 13: alma

Keputusan dalam manajemen gap misalnya : mengubah struktur jangka

waktu liabilities dalam menentukan sumber dana dan tingkat bunganya, mengubah struktur

jangka waktu asset dalam perubahan kebijakan kredit, mengubah struktur jangka

waktu asset dalam hal penjualan investasi.

7. Adanya manajemen valuta asing

Adanya manajemen valuta asing yang mengelola besarnya gap tiap-tiap mata uang dan

antar mata uang yang tercantum dalam pembukuan bank untuk menghasilkan keuntungan

maksimum dalam batas-batas risiko tertentu. 

Manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang

suatu negara.Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar

valas. Namun pasar dimana transaksi tersebut terjadi adalah suatu konsep yang abstrak. Karena

pasar yang dimaksud tidak terdapat pada suatu tempat yang ditentukan secara geogafis.

Sebagai akibat dari adanya kemajuanteknologi di bidang komunikasi seperti telepon,

faximile, komputer, maka pasarnya akan semakin luasmelewati batas batas nasional suatu negara

sehingga pembeli dan penjual di seluruh dunia dapat saling melakukan transaksi

Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur masing-masing

ma ta  uang   a s ing   ( fo r e ign   cu r r ency )   s e r t a  memon i to r   keg i a t an   j ua l   be l i  

v a l a s   supaya  pos i s i nya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen valas

dapat berupa:

1. Pengendalian kesenjangan mata uang asing, yang meliputi rekayasa

portofolio masing-masing mata uang,  pengendalian ambang

batas posisi terbuka valas, memonitor arus transaksi devisa,pemusatan dan

memonitoring rekening devisa, menetapkan kebijakan dan penggunaan devisa dan

melakukan forecasting nilai tukar (exchange rate).

2. Pengendalian keuntungan netto dari nillai (net exchange gain), yang

meliputi penetapan break even exchange rate, mengendalikan spread, melakukan cut loss,

dan membatasi eksposur.

Tujuan Kegiatan Valas :

Valas dapat diperjualbelikan oleh perorangan, perusahaan maupun bank-bankn untuk

membiaya impor atau menukarkan valas hasil ekspor ke mata uang lain. Alas an bank terjun ke

transaksi valas dengan alasan :

• Untuk member service kepada nasabah

13

Page 14: alma

• Untuk kepentingan bank sendiri

• Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi)

Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi komersial dan

transaksi spekulatif. Transaksi komersail terjadi bila transaksi tersebut dilakukan untuk

keperluan perusahaan atau nasabah, bukan untuk bank. Sedang untuk transaksi spekulatif adalah

dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai

tukar mata uang.

Instrumen valas

a. T ransaks i  SPOT Adalah transaksi valas secara tunai di mana penyerahan

valutanya dilakukan dua hari kerjasetelah tanggal transaksi dengan nilai tukar

yang telah disepakati sebelumnya. Perhitungan 2hari untuk spot dimaksudkan

untuk memberikan waktu yang cukup bagi pengiriman/transfer  dana, konfirmasi

atau memperbaiki kesalahpahaman yang timbul karena kurang jelaskomunikasi telepon

pada waktu transaksib. 

b. Transaksi FORWARD Adalah transaksi valas secara berjangka di mana

penyerahan valutanya dilakukan pada suatutanggal tertentu di kemudian hari

(umurnya lebih dari dua hari kerja), dengan menggunakannilai tukar yang

telah disepakati pada tanggal terjadinya transaksi tersebut. Tujuan

transaksiberjangka adalah menghindarkan risiko atau perubahan nilai tukar (kurs)

selama jangka waktutertentu.

c. T ransaks i  SWAP Adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda melalui

penjualan secara tunai dan pembelian

kemba l i   s eca r a   be r j angka   a t au   t r ansaks i   va l a s   yang   s imu l t an   an t a r a  

t r ansaks i  SPOT   ( j ua l ) dengan transaksi FORWARD (beli) atau sebaliknya.

Instrument pasar uang

a. Penempatan antarbank Ada l ah penempa t an dana l eb ih pada bank l an yang

memer lukan un tuk sua tu j angka wak tu tertentu. Tujuannya adalah untuk

memperoleh pendapatan yang lebih banyak selagi kelebihandana tersebut belum

dimanfaatkan.

b. Pinjaman antarbank Adalah pinjaman dana bank lain untuk keperluan menutup

kekurangan dana valas atau untuk mendapatkan sumber dana valas yang lebih murah.

c. Instrument pasar uang

14

Page 15: alma

- Foreign exchange loan and deposit

- Call dan notice loandan deposit

-  Repo / r e se rve   r epos

-  Banke r s   a ccep t ance

-  Ce r t i f i c a t e s   o f   depos i t

-   C o m m e r c i a l   p a p e r  

-   T r e a s u r y   b i l l s

Dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir manajemen valuta asing adalah memaksimumkan

pendapatan dari keuntungan nilai tukar dan pendapatan bunga valas, memperkecil risiko akibat

gerakan nilai tukar, dan mendukung tujuan manajemen likuiditas dan gap. Contoh keputusan

dalam manajemen valuta asing adalah penjualan asset valuta asing dan menaikkan dana valas;

sedangkan contoh kebijakan manajemen valuta asing antara lain menetapkan tingkat risiko valas

yang dapat diterima, skenario gerakan nilai tukar valas, menetapkan posisi valas yang akan

dipegang pada currency tertentu, menetapkan limit dan mengendalikan posisi valas baik

per currency maupun secara keseluruhan.

Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam manajemen valuta asing adalah :

1. a. Standard Model  (regulator)

Dengan menggunakan Gross Methode yaitu perhitungan Capital Charge untuk Foreign

Exchange Risk adalah sebesar 8% dari nilai absolut antara net long position atau net short

position untuk seluruh mata uang asing.

1. b. Value at Risk (VaR)

Terdapat beberapa pendekatan dalam methode VaR untuk Foreign Exchange Risk yaitu :

b.1. Historical Simulation

Merupakan metode yang menggunakan sekumpulan data historis aktual dari faktor pasar 

(kurs) selama jangka waktu tertentu untuk menentukan aktual distribusi perubahan nilai

portfolio. Nilai aktual portfolio yang diperoleh akan menghasilkan nilai positif (gain) atau

negatif (loss) sesuai perubahan aktual data yang digunakan. Selanjutnya nilai aktual portfolio

tersebut diurutkan (ranking) dari positif terbesar sampai negatif terbesar. Sesuai dengan tingkat

keyakinan yang dipilih, maka akan diperoleh nilai VaR.

b.2. Variance Covarian Foreign Exchange

Merupakan metode pengukuran VaR yang melibatkan volatilitas dan korelasi diantara

asset yang ada dalam portfolio. Disamping itu, metode ini juga menggunakan model matriks

dan asset variance covariance. Sering juga disebut dengan metode Variance Covariance.

b.3. Monte Carlo Methode

15

Page 16: alma

Merupakan metode pengukuran VaR dengan menghasilkan berbagai alternatif skenario

dari data yang dimasukkan. Penggunaan metode ini secara umum lebih mudah dilakukan dengan

menggunakan piranti yaitu “software” khusus yang akan memudahkan dan mempercepat hasil

pengukuran.

8. Adanya manajemen pricing

Adanya manajemen pricing yang menjamin strategi penetapan tingkat bunga dapat

menunjang proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan menajemen valuta asing untuk

memaksimalkan keuntungan

Manajemen pricing merupakan suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat

suku bunga dari produk-produk yang ditawarkan bank, baik dari sisi asset maupun kewajiban.

Mengingat bahwa dana merupakan bahan baku utama yang dijual oleh suatu bank dalam

kegiatan operasionalnya, maka penetapan harga jual untuk asset pricing banyak mendasarkan

kepada harga beli atau harga pokok dari bahan bakunya yaitu Liability Pricing.

Penetapan tingkat suku bunga (interest rate) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat dikelompokkan sebagai berikut : 

a) Kelompok Pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah Cost of Funds, premi risiko, biaya

pelayanan,  biaya overhead dan personel, margin keuntungan dan frekuensi repricing.

b) Kelompok Simpanan, yang dipertimbangkan adalah Cost of Funds, biaya pelayanan, biaya

overhead dan personel, margin keuntungan, struktur  target maturity, pricing yield curve

simpanan berjangka dan cadangan minimum likuiditas.

Suku Bunga Pinjaman (Lending Rate)

Umumnya disebut dengan Loan Pricing atau Base Lending Rate (BLR) atau juga Prime

Rate. Penetapan pricing pinjaman (lending rate) haruslah dapat menutupi semua biaya yang

berkaitan dengan pinjaman sehingga diperoleh pengembalian yang memadai.

Penetapan Suku Bunga Simpanan (Funding Rate)

Seperti halnya dengan pricing pinjaman, dalam penetapan suku bunga simpanan

terdapat beberapa faktor (selain yang disebutkan diatas) yang ikut berpengaruh, yaitu

tingkat persaingan , karakteristik deposan inti dan deposan kecil. Agar pendanaan lebih

stabil terhadap fluktuasi penarikan dana besar, bank harus melakukan diversifikasi suku

bunga dengan menarik sebanyak mungkin deposan kecil dan deposan yang kurang sensitif

terhadap perubahan suku bunga.

D. Kategori Resiko dalam Alma16

Page 17: alma

1. Resiko di bidang kredit

2. Resiko di bidang likuiditas (bank tidak dapat membayar kewajiban pada waktunya)

3. Resiko di bidang tingkat suku bunga(Resiko akibat perubahan suku bunga)

4. Resiko di bidang nilai tukar valuta asing(kerugian akibatperubahan kurs)

5. Resiko di bidang kontinjen(resiko akibat transaksi kontijen)

Berikut ini penjelasan dari masing-masing resiko ALMA diatas :

1. Resiko di bidang kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty)

memenuhi kewajibannya. Risiko kredit yang timbul dari kegiatan pembiayaan dikelola baik pada

tingkat transaksi maupun portofolio. Pengelolaan risiko kredit dirancang untuk menjaga

independensi dan integritas proses penilaian risiko, serta diversifikasi risiko kredit.

Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan

(penyediaan dana),tresuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam

banking book maupun trading book .misalnya debitur tidak memenuhi kewajibanya tepat pada

waktunya(kelambatan angsuran atau pelunasana atau lalai membayar pokok dan

bunga. Risiko kredityang besar dan berkepanjangan dapat menimbulkan resiko likuiditas.

Dalam upaya menurunkan potensi risiko kredit, Bank perlu melakukan berbagai teknik

mitigasi risiko kredit. Mitigasi risiko kredit dapat dilakukan dengan menggunakan agunan dan

jaminan untuk melindungi Bank dari kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh debitur non-

performing.

Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko kredit adalah:

1. Menyempurnakan kebijakan pembiayaan untuk masing-masing segmen pembiayaan.

2. Menyempurnakan standar prosedur operasional pembiayaan untuk masing-masing

segmen pembiayaan.

3. Menetapkan batasan pemutusan pembiayaan untuk masing-masing level Komite

Pembiayaan.

4. Penyesuaian batasan wewenang pemutus pembiayaan dari ex officio ke personil.

5. Menyempurnakan scoring pembiayaan mikro, konsumer dan alat berat sebagai sarana

yang membantu dalam memitigasi risiko kredit.

6. Memutakhirkan peringkat sektor industri untuk menghindari penyaluran pembiayaan

kepada sektor industri yang kurang menarik

7. Mengembangkan watch list sebagai sarana pemantauan debitur yang berpotensi turun

17

Page 18: alma

peringkat (downgrade) atau menjadi non-performing financing (NPF).

8. Memantau perkembangan portofolio pembiayaan untuk masing-masing sektor industri.

9. Membuat Risk Acceptance Criteria (RAC) beberapa sektor industri yaitu telekomunikasi,

multifinance, jasa kesehatan, gas, batubara, kelapa sawit, angkutan laut, makanan dan

minuman.

10. Menetapkan batasan inhouse Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

11. Menetapkan batasan eksposur 25 debitur terbesar.

12. Menetapkan batasan pembiayaan masing-masing sektor industri untuk memitigasi

terkonsentrasinya risiko kredit dalam suatu sektor ekonomi.

13. Menetapkan batasan pembiayaan mata uang asing.

2. Resiko dibidang likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/ atau aset likuid berkualitas tinggi yang

dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Hal ini disebabkan

adanya mismatch jangka waktu antara sumber dana dan penyaluran dana Bank. Bank telah

memaksimalkan fungsi pengawasan dari Asset Liability Management (ALMA) untuk memitigasi

risiko tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan Bank untuk meminimalkan risiko likuiditas adalah:

1. Menetapkan dan me-review kebijakan manajemen risiko likuiditas.

2. Menetapkan limit risiko likuiditas antara lain: limit Giro Wajib Minimum (GWM), limit

saldo kas maksimal cabang, dan limit secondary reserve.

3. Mengukur kecukupan likuiditas Bank melalui penyusunan arus kas dan liquidity gap.

4. Menjaga akses Bank ke pasar uang melalui pengajuan fasilitas pinjaman pada bank lain.

5. Memantau pergerakan rasio likuiditas secara harian antara lain melalui monitoring rasio

pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (FDR) dan rasio kewajiban antar-bank.

Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa resik yang

mungkin, antara lainsebagai berikut:

a . Res iko  pendanaan

Resiko ini timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi

kewajibanya. Beberapa halyang dapat menyebabkan resiko pendanaan adalah

penarikan deposito dan pinjaman dalamjumlah  besar yang tidak diduga sebelumnya

atau jatuh tempo dari aset maupun liabilitas tidak terdeteksi dan sebagainya.

b . Res iko  bunga

18

Page 19: alma

Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas

dapat menimbulkantingkat keuntungan yang diperoleh.

Risiko likuiditas adalah risiko dalam perbankan yang biasanya timbul dari cara bank mengelola

primary dan secondary reserve serta pendanaannya sehari-hari.

Alat ukur likuiditas bank:

a. Jangka Pendek

Statuori Reserve Requirement (Giro wajib minimum/GMW)

GMW= saldo giro pada BI >5% Kewajiban pd pihak ketiga periode 2 minggu sblmnya

Basic Surplus, yakni pengukuran besarnya likuiditas pada suatu keadaan tertentu yang diukur dengan rumus:

Basic Surplus = Aktiva lancar – passiva lancar

Klasifikasi angka basic surplus

1. Positif : Penempatan jangka dana pendek didukung dengan sumber dana jangka panjang

2. Negatif : Penempatan dana jangka panjang didukung dengan sumber dana jangka pendek

3. Nol : Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber dana jangka pendek

b. Jangka Panjang

a) Rasio Likuiditas

Liquidity Ratio = New Purchased funds required Total Funding Requirement

Purchased funds Required yaitu proses perubahan aktiva dikurangi dengan proyeksi

perubahan passive pada neraca bank. Total funding requirement yaitu jumlah dana (passive)

yang dibutuhkan pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang.

b) Indeks Likuiditas

Liquidity Index = Total weight liability Total weighted assets

c) Loan to Deposits (LDR)

19

Page 20: alma

LDR = Pinjaman yang diberikan Dana Masyarakat

Bank dinyatakan sehat apabila tingkat LDR antara 85% - 110%. Terkait dengan penggunaan likuiditas, strategi manajemen yang diambil sangat tergantung pada skill manajer likuiditas yang ad, keandalan Management Information System (MIS) yang dimiliki serta perlu mempertimbangkan kondisi likuiditas bank dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Agar strategi liquiditas menjadi efektif maka kebijakan likuiditas juga harus dipadukan dengan kebijakan unit operasional.

3. Resiko Di bidang tingkat Suku Bunga

Dalam neraca suatu bank terdapat beberapa pos yang peka terhadap perubahan tingkat

bunga. Pos-pos tersebut berada di sisi asset maupun liability (rate sensitive asset dan rate

sensitive liability). Jika pos-pos tersebut tidak dikelola dengan baik, maka pendapatan neto

bunga, net interest income akan menurun.

Asset and liability management (ALMA) akan selalu berhadapan dengan risiko

perubahan tingkat bunga di pasar. Fluktuasi tingkat bunga telah mendorong manajemen bank

untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengelolaan risiko suku bunga.

Kepekaan asset dan liability terhadap risiko perubahan suku bunga merupakan penyebab

terpengaruhnya pendapatan bunga bank. Gap positif dapat terjadi jika pendapatan bank bergerak

searah dengan pergerakan tingkat bunga. Sebaliknya gap negatif dapat terjadi jika pendapatan

bank bergerak dengan arah yang berlawanan dengan pergerakan tingkat bunga.

Selanjutnya tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki struktur neraca maupun

kinerjanya adalah sebagai berikut:

a .  Mena t a kemba l i komponen komponen a se t

dan   l a i b i l i t a s   yang   s ens i t i f   t e rhadap   suku  bunga .  Ha l   i n i   dapa t   d i l akukan  

dengan  menge lompokan  komponen - komponen aset dan liabilitas menjadi

kelompok yang sensitif dan non sensitif, dan membuat repricing schedule, yaitu

menetapkan alternatif tingkat suku bunga dan erapa lama suku bungayang di tetapkan tersebut

akan dipasang bagi masing-masing komponen aset dan liabilitas

b. Melakukan analisis resiko dap, yaitu posisi gap positif dan gap negatif.

c. Kebijakan besarnya dihubungkan dengan kemampuan bank dalam menanggung

resiko tingkatbunga.

Dalam pelaksanaan pengambilan oleh manajemen bank apakah akan mengambil posisi

gap positif atau gap negatif tergantung pada tiga hal, yaitu:

a. Perkiraan arah perkembangan.

20

Page 21: alma

b. Tingkat keyakinan manajemen terhapap perkiraan bunga.

c. Keberanian bank untuk mengamnbil resiko jika tindakan yang diambil resiko.

Terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi berhubungan dengan perubahan tingkat bunga,

yaitu :

1. rate sensitive asset lebih besar daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap positif

yang berarti bahwa pendapatan bergerak searah dengan tingkat bunga;

2. rate sensitive asset lebih kecil daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap

negatif yang berarti bahwa tingkat bunga dan tingkat pendapatan bergerak dalam arah

yang berlawanan;

3. rate sensitive asset sama dengan rate sensitive liability yang dikatakan bahwa tidak terjadi

perubahan pergerakan. Kondisi yang ketiga tersebut dapat dikatakan tidak ada.

Dalam notasi, ketiga posisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

                             RSAPositive Gap    =  ------     >1 atau RSA – RSL > 0

                 RSL                       

                             RSANegative          =  ------    <1 atau RSA – RSL < 0                             RSL                       

                            RSAZero                 =  ------     = 1 atau RSA – RSL = 0                             RSL  

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa matriks hubungan gap dengan net interest

income adalah sebagai berikut :

Hubungan Gap dan Interest Rate

 

Posisi Gap

Suku Bunga

Naik Turun

Zero (matched) NIM Tetap NIM Tetap

Positive NIM Meningkat (+) NIM menurun (-)

Negative NIM Menurun (-) NIM Meningkat (+)

 

21

Page 22: alma

Berdasarkan data rasio laporan keuangan bank BRI yang diperoleh antara tahun 2010-

2011 diketahui Hubungan dari GAP dan Interst Rate yaitu positif karena rate sensitive

asset lebih besar daripada rate sensitive liability yang dikatakan gap positif yang berarti bahwa

pendapatan bergerak searah dengan tingkat bunga.

4. Resiko di Bidang Nilai Tukar Valuta Asing

Adanya ririko pada transaksi valas menyebabkan perlunya ditetapkan serangkaian

parameter dan limit. Dalammenempatkan limit tersebut, manajemen valas harus

mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Komposisi suatu mata uang yang dipelihara bank bergantung dari kuat atau lemahnya

suatu mata uang.

b. Ketentuan posisi devisa neto yang ditetapkan Bank Indonesia.

c. Tujuan penetapan besarnya limit harus terpadu dengan tujuan manjemen likuditas dan

gap.

d. Besarnya limit untuk masing-masing dealer dikaitkan dengan tingkat kemahiran dan

pengalaman..

e. Secar periodic ditetapkan limit masing-masing valas untuk intraday, overnight dan week

end.

f. Limit cut loss yang mencakup seluruh posisi jual beli, yaitu limit yang mensyaratkan

posisi tertentu yang harus dilikuidasi/dieksekusi bila kerugian telah melampaui jumlah

yang ditetapkan.

g. Pendelegasian wewenang tertentu kepada chief dealer dan dealer lainnya untuk

melakukan kegiatan dalam sublimit yang diberikan.

h. Penetapan credit lines bagi seluruh “dealing counterparties

Perubahan nilai tukar suatu mata uang dapat terjadi setiap saat, bahkan tiap detik.

Penyebab perubahanitu dapat berasal dari peristiwa-peristiwa ekonomis, politis maupun karena

hal-hal diluar itu, seperti:

a. Tingkat suku bunga dalam negeri dapat mempengaruhi nilai mata uang.

22

Page 23: alma

b. Neraca perdagangan suatu negara dapat memberi dorongan yang kuat terhadap nilai

tukar uang.

c. Ketidakpastian politik yang disebabkan oleh kemungkinan jatuhnya suatu

pemerintahan yangsedang berkasa dapat menurunkan nilai mata uang.

d. Menguatnya harga barang-baeang ekspor utama dapat menaikan nilai uang.

e. Satu atau lebih bank sentral dapat mempengaruhi pasar uang untuk mendorong

atau menekannilai tukar mata uang suatu negara.

f. Pecahnya suatu perang besar.

5. Resiko Dibidang Kontijen

yaitu resiko yang timbul sebagai akibat transaksi kontinjen, misalnya

pembukaan L/C, bank garansi dan kontrak jual beli valuta asing(valas)

1. Letter Of Credit

Di dalam transaksi pembayaran luar negeri, baik melalui ekspor maupun impor, bank

akan berhadapan langsung dengan risiko fluktuasi kurs valas terutama yang berkaitan

langsung dengan neraca pembayaran devisa dan posisi valuta asingnya. Adapun transaksi

Letter of Credit terbagi dalam dua kategori yaitu:

a. Ekspor adalah pengiriman barang ke luar daerah pabean Indonesia. Dalam kegiatan

ekspor, pihak yang menerbitkan L/C (Letter of Credit) adalah bank importir, dimana

eksportir baru akan mengirim barangnya apabila L/C telah dibuka.

b. Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang atau jasa dari luar ke

dalam daerah/wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan atau

perundang-undangan yang berlaku.

2. Bank Garansi

Bank garansi merupakan jaminan bank kepada pihak ketiga atas terlaksananya suatu

proyek. Bank garansi dalam bentuk valuta asing disyaratkan untuk proyek-proyek yang

23

Page 24: alma

peserta tendernya dari luar negeri dan di samping juga karena sifat dari proyek itu sendiri

yang mensyaratkan diterbitkannya bank garansi dalam bentuk valuta asing.

3. Kontrak jual beli valuta asing ( Valas )

Pinjaman dalam bentuk valuta asing hanya diberikan dalam mata uang US $ dan dengan

tingkat suku bunga pinjaman yang disesuaikan dengan situasi pasar dan kondisi

Perbankan Nasional. Pinjaman ini meliputi pinjaman tetap dalam bentuk valuta asing dan

pembiayaan dalam bentuk ekspor maupun impor.

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pemahaman umum, Manajemen Aset dan Liabilitas (ALMA) mencakup penilaian

risiko dalam segala dimensi. Penilaian risiko meliputi penetapan harga, struktur jatuh tempo dari

aktiva dan pasiva, kebijakan bank, anggaran modal dan profitabilitas. ALMA juga termasuk

analisis dampak dari berbagai perubahan yang tidak terduga dalam lingkungan bisnis, seperti

perubahan suku bunga, pertumbuhan ekonomi, bencana alam, dan perkembangan persaiangan.

Modul ALMA menjelaskan Manajemen Aset dan Liabilitas dalam arti yang lebih sempit, serta

lebih praktis yang relevan bagi operasional Bank. Modul ini fokus pada kombinasi dari

manajemen risiko suku bunga dan manajemen likuiditas. Peserta akan mempelajari bagaimana

mengukur likuiditas pada neraca, menyusun Arus Kas, termasuk dampak dari perubahan

musiman pada pencaiaran dan pembayaran kembali kredit maupun penyetoran serta penarikan

dana simpanan. Modul ALMA juga akan mengembangkan strategi penempatan dana dan

pinjaman jangka pendek, termasuk mengembangkan skenario manajemen krisis likuiditas. Selain

dari itu, para peserta akan dapat menetapkan batas jumlah uang tunai yang perlu disimpan di

dalam khasanah, serta mendapat pelatihan di dalam mengelola risiko suku bunga melalui

penyusunan dan analisis laporan-laporan jatuh tempo dan rancangan strategi penetapan suku

bunga yang tepat.   

24