all
DESCRIPTION
askep ALLTRANSCRIPT
PAGE 7
LEUKEMIA
1. Definisi
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian.
Leukemia adalah penyakit neoplasmik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik. (Virchow, 1847)
2. Etiologi
Walaupun sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
a. Faktor genetik
Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali lipat lebih banyak dari pada normal. Dari data ini, ditambah kenyataan bahwa saudara kandung penderita leukemia mempuyai resiko lebih tinggi untuk menderita sindrom Down, dapat diambil kesimpulan pula bahwa kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Dugaan ini diperkuat lagi oleh data bahwa penderita leukemia garanulositik kronik dengan kromosom Philadelphia translokasi kromosom 21, biasanya meninggal setelah memasuki fase leukemia akut.
b. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi desertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia (misalnya, benzen, arsen, klorampenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik) dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat, khususnya agen-agen akil. Leukemia juga meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau kemoterapi.
c. Virus
Ada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa virus sebagai penyebab leukemia antaralain: enzyme reverse transcriptase ditenukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui, ensim ini ditemukan didalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.3. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik.
a. Peningkatan produksi seri granulosit yang relatif matang.
b. Rasa leleh, penurunan berat badan, anemia, rasa penuh dan sakit di perut dan mudah berdarah
c. Pada pemeriksaan fisis hampir 90% ditemukan splenomegali.
d. Nyeri tekan pada tulang dada dan hematomegali.
e. Poliferasi limfoblas abnormal alam susum tulang dan tempat-tempat ekstramedular.
f. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediastinum.
g. Infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit)
4. Klasifikasi dan patofisiologi
Klasifikasi leukemia terdiri dari akut dan kronik, Klasifikasi kronik didasarkan pada ditemukannya sel darah putih matang yang mencolok granulosit (leukemia granulositik/mielositik) atau limfosit (leukememia limfositik).
Klasifikasi leukemia akut menurut the French-American-British (FAB) Sbb:
Leukemia Limfoblastik Akut :
L-1Leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak : pospulasi sel homogen
L-1Leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa : populasi sel heterogen
L-3Limfoma Burkitt-tipe leukemia : sel-sel besar, populasi sel homogen
Leukemia Mieloblastik Akut :
M-1Deferensiasi granulisitik tanpa pematangan
M-2 Deferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium promielositik
M-3Deferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang dikaitkan dengan pembekuan intravaskular tersebar (Disseminated intavascular coagulation)
M-4Leukemia mielomonositik akut : kedua garis sel granulosit dan monosit
M-5aLeukemia monositik akut : kurang berdeferensiasi
M-5bLeukemia monositik akut : berdeferensiasi baik
M-6Eritroblas predominan disertai diseritropoesis beratM-7Leukemia megakariosit
Leukemia dibagi menurut jenisnya kedalam limfoid dan mieloid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah sebagai berikut:
I. Leukemia mieloid
a. Leukemia granulositik kronik/LGK(leukemia mieloid/mielositik/ mielogenus kronik)
Adalah suatu penyakit mieloproliferatif karena sumsum tulang penderita ini menujukan gambaran hiperselular disertai adanya proliferasi pada semua garis diferensiasi sel, yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang, jumlah garanulosit umumnya lebih dari 30.000/mm3 dan paling sering terlihat pada orang dewasa usia pertengahan tetapi juga dapat timbul pada setiap kelompok umur lainnya.
Tamda dan gejala berkaitan dengan keadaan hipermetabolik yaitu kelelahan, kehilangan berat badan, diaforesis meningkat dan tidak tahan panas, limpa membesar pada 90 % kasus yang mengakibatkan penuh pda abdomen dan mudah merasa kenyang. Angka harapan hidup mediannya sekitar 3 tahun, baik dengan pengobatan maupun tanpa pengobatan. Pengobatan dengan kemoterapi intermiten ditujukan pada penekanan hematopoesis yang berlebihan dan mengurangi ukuran limpa, berbagai penderita berkembang menjadi lebih progresif, fase resisten diseertai dengan pembentukan mieloblas yang berlebihan (tansformasi blas). Kematian terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah transformasi blas, transplantasi sumsum tulang dari individu lain (allogenik) yang dilakukan pada fase kronik stabil penderita LGK memberikan suatu harapan kesembuhan , walaupun morbiditas dan mortalitas selama transplantasi tetap tinggi.
b. Leukemia mielositik akut atau leukemia granulositik akut/ LGA (leukemia mieloid/mielositik/granulositik/ mielogenus akut)
Merupakan neoplasma uniklonal yang berasal dari trasformasi suatu atau beberapa sel hematopoietik. Sifat sebenarnya dari lesi molekular yang bertanggung jawab atas sifat-sifat neoplasmik dari sel yang berubah bentuknya tidak jelas, tapi defek kritis adanya intrisik dan dapat diturunkan oleh keturunan sel tersebut (Clarkson, 1988). Tanda dan gekala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia, ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai dengan timbulnya tukak pada membren mukosa, abses perirektal, pneumonia, septikemia disertai menggigil, demam, takikardia, dan takipnea. Trombositopenia mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan dengan petekie dan ekimosis, epistaksis, hematoma pada membran mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan sistem saluran kemih, tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang atau infiltrat periosteal. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan oleh karena umur eritrosit yang panjang (120 hari), jika terdapat anemia maka akan terdapat gejala kelelahan, pusing dan dispnea waktu kerja fisik serta pucat yang nyata.
Diagnosis LGA ditegakan dengan melalui hitung jenis darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang serta pemeriksaan kromosom. Hitung sel darah tepi dapat meninggi, normal atau menurun disertai mieloblas dalam sirkulasi. Sumsum tulang hiperseluler disertai adanya kelebihan (50%) mieloblas yang mengandung badan Auer. Perubahan metabolik juga terlihat disertai peningkatan asam urat yang disebabkan oleh tingginya pergantian sel darah putih
II. Leukemia limfoid
a. Leukemia limfositik kronik
Merupakan suatu gangguan limfoproliferatifyang ditemukan pada kelompok umur tua (sekitar 60 tahun) yang dimanifestasikan oleh poliferasi dan akmulasi limfosit matang kecil dalam sumsum tulang, darah perifer,dan tempat-tempat ekstramedular dengan kadar yang mencapai 100.000/mm3 atau lebih, limposit abnormal umumnya adalah limposit B.
b. Leukemia limfoblastik akut
Penyakit ini terdapat pada 20% orang dewasa yang menderita leukemia, keadaan ini merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun denga puncak insidens antara umur 3 dan 4 tahun. Manifestasi berupa poliferasi limfoblas abnormal dalam sumsum tulamg dan tempat-tempat ekstramedular. 5. Perbaiki keadaan umum :
Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12 g/dl.
Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat diberi transfusi trombosit (biasanya diperlukan bila jumlah trombosit < 10.000/mm3).
Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah, cairan serebro spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis tinggi, sesuai dengan dugaan kuman penyebab.
Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.
6. Pengobatan
a. Protokol pengobatan leukemia limfoblatik akut (LLA)
INDUKSI
Protokol Nasional Prancis LALA 87
Syarat : belum mendapatkan pengobatan sebelumnya, usia 60 tahun
Prednison
: 60 mg/m/oral (hari 1 s/d 22, tapp.of 22 s/d 28)
Vinkristin: 1,5 mg/ m/IV, ( hari 1,8,15,22), dosis total tidak boleh lebih dari 2,5 mg/1x.
Cyclophosphanamide
: 600 mg/ m/IV, (hr 1,8)
Daunorubicin
: 50 mg/ m/IV, (hr 1,2,3)
Profilaksis CNS: Methotrexante: 12 mg/total/intratekal, (hr 1 atau 3,8,15,22,125,150)
b. Protokol pengobatan leukemia mieloblastik akut (LMA)
1) CHA (tidak termasuk Lam tipe M-3,FAB/progranulostik akut)
INDUKSI
:
CCNU
: 70 mg/ m/oral, (hr 1)
Adriamycin
: 35 mg/ m/IV (hr 1,2,3 = 3 hari)
ARA-C
: 100 mg/ m/IV-continous, (hr 1s/d 10 = 10 hari)
2) LAM-VIII
INDUKSI: = LAM IV modified
3) LAM-IV modified
INDUKSI
:
Daunorubicin: 45 mg/ m/IV, (hr 1,2,3)
Cystosine arabinoside: 200 mg/ m/IV-continous drip, (hr 1s/d 7)
MAINTENANCE:
kapsul
c. Protokol pengobatan leukemia granulosit kronik (LGK)
1) INDUKSI: bila leukosit 50.000/ml myleran 6 mg/hr s/d leukosit 5 15.000 mg, kemudian istirahat 3 minggu, selanjutnya teruskan dengan maintenance
2) Maintenance: Myleran
15.000:
15-25.000: 2 mg/hari (7 hari)
25-35.000: 4 mg/hari (7 hari)
35.000: 6 mg/hari (7 hari)
3) Pengobatan dengan Hydroxpurea (HYDREA) 500 mg (menurut AZL)
Dosis
: 15-25 mg/kg BB dalam 2 jam dosis peroral
4) Pengobatan dengan Hydroxpurea (HYDREA) menurut anjuran pembuat obat
BB (kg)Terapi INTERMITEN
(80 mg/kg BB, setiap 3 hari
sebagai dosis tunggal)Terapi CONTINUOUS
(20-30 mg/kg BB, setiap hari dosis tunggal)
101 kapsul kapsul
152 kapsul1 kapsul
103 kapsul1 kapsul
105 kapsul2 kapsul
106 kapsul2 kapsul
108 kapsul3 kapsul
1010 kapsul3 kapsul
1011 kapsul4 kapsul
1013 kapsul4 kapsul
1014 kapsul5 kapsul
10016 kapsul6 kapsul
Efek samping :
Supresi sumsum tulang : leukopenia, terombositopenia, anemia.
Anoreksia, nausea, vomiting, nyeri kepala, pusing, stomatitis,alopesia, skin rash, melena, nyeri perut, diorientasi, edema paru.
7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. PK : Perdarahanb. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
c. Risiko Infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d PERENCANAAN
NoDiagnosaTujuanIntervensiRasional
1PK : Perdarahan Setelah dilakukan tindakan kolaborasi selama 3 x 24 jam, perawat dapat meminimalkan terjadinya komplikasi perdarahan ditandai dengan TTV dbn, angka trombosit dbn, Hb dan Hmt dbn.1. Monitor angka trombosit, Hb dan Hmt.
2. Monitor tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (mudah memar, epistaksis, perdarahan gusi)
3. Monitor TTV.
4. Kolaborasi pemberian transfusi produk darah.
5. Pantau reaksi terhadap pemberian produk darah.Deteksi dini terhadap tanda-tanda terjadinya perdarahan dapat mempermudah penanganan sehingga perdarahan bisa segera diatasi atau diminalkan.Transfusi atau pemberian produk darah dapat meningkatkan angka trombosit, Hb dan Hmt.
2Nyeri akutSetelah dilakukan TP selama 2 x 24 jam tingkat kenyamanan klien meningkat, dibuktikan dengan level nyeri pada scala 2-3, klien dapat melaporkan nyeri pada petugas dan menyatakan kenyamanan fisik dan psikologisManajemen nyeri :1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
4. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
Respon nyeri sangat individual sehingga penangananyapun berbeda untuk masing-masing individu.
Komunikasi yang terapetik mampu meningkatkan rasa percaya klien terhadap perawat sehingga dapat lebih kooperatif dalam program manajemen nyeri.
Lingkungan yang nyaman dapat membantu klien untuk mereduksi nyeri.
Pengalihan nyeri dengan relaksasi dan distraksi dapat mengurangi nyeri yang sedang timbul.
Pemberian analgetik yang tepat dapat membantu klien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri.
Tindakan evaluatif terhadap penanganan nyeri dapat dijadikan rujukan untuk penanganan nyeri yang mungkin muncul berikutnya atau yang sedang berlangsung.
3Risiko infeksiSetelah dilakukan TP selama 2 x 24 jam tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dibuktikan dengan status imune klien adekuat, klien mengetahui cara mengontrol nyeri dan konsisten meng gambarkan perilaku mendeteksi risiko dan mengontrol risikoKontrol infeksi :1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2. Pertahankan teknik isolasi.
3. Batasi pengunjung bila perlu.
4. Intruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan sesudahnya.
5. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
8. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
10. Tingkatkan intake nutrisi.
11. berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
2. Monitor hitung granulosit dan WBC.
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi..
4. Saring pengunjung terhadap penyakit menular.
5. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
6. Pertahankan teknik isolasi bila perlu.
7. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
8. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
9. Ambil kultur.
10. Dorong masukan nutrisi adekuat.
11. Dorong masukan cairan adekuat.
12. Dorong istirahat yang cukup.
13. Monitor perubahan tingkat energi.
14. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
15. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
16. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
17. Ajarkan cara menghindari infeksi....
18. Laporkan kecurigaan infeksi.
19. Laporkan jika kultur positif.
Kondisi lingkungan memberikan pengaruh yang penting dalam terjadinya infeksi.
Penularan infeksi dapat melalui pengunjung yang mempunyai penyekit menular.
Tindakan antiseptik dapat mengurangi pemaparan klien dari sumber infeksi.
Pengunaan alat pengaman dapat melindungi klien dan petugas dari tertularnya penyakit infeksi.
Perawatan luka setiap hari dapat mengurangi terjadinya infeksi serta dapat untuk mengevaluasi kondisi luka.
Penemuan secara dini tanda-tanda infeksi dapat mempercepat penanganan yang diperlukan sehingga klien dapat segera terhindar dari resiko infeksi atau terjadinya infeksi dapat dibatasi.Pengguanan teknik aseptik dan isolasi klien dapat mengurangi pemaparan dan penyebaran infeksi.Kemerahan, panas dan produksi dari luka mengidikasikan terjadinya infeksi.Satus nutrisi yang adekuat, istirahat yang cukup serta mobilisasi dan latihan yang teratur dapat meningkatkan percepatan proses penyembuhan luka.
Konsumsi antibiotik sesuai program dapat mengurangi resiko resistensi kuman.Dengan pengetahuan yang cukup maka keluarga mampu mengambil peranan yang positif dalam program pencegahan infeksi dan lebih kooperatif dalam program pengobatan.Hasil kultur positif menunjukan telah terjadi infeksi, dan memerlukan penangan an yang tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi.
4Ketidakse-imbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhSetelah dilakukan TP selama 3x24 jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dibuktikan dengan BB stabil, nilai laboratorium terkait normal, tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuatManajemen Nutrisi
1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
3. Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya.
5. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi.
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari.
2. Monitor respon klien terhadap sitiasi yang mengharuskan klien makan.
3. Monitor interaksi orang tua dan anak selama makan.
4. Monitor lingkungan selama makan.
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan.
6. Monitor adanya mual muntah.
7. Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
8. Monitor intake nutrisi dan kalori.
9. Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.
Manajemen nutrisi dan monitor nutrisi yang adekuat dapat membantu klien mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuha tubuhnya.
ILMU KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA
Tanggal Praktek
: 30 Januari 4 februari 2006
Tempat praktek
: Ruang B4 RS.Dr.Sardjito Jogjakarta
I. IDENTITAS DATA.
No. RM : 01 22 17 46
Tgl masuk : 9 Januari 2006
Nama
: An.K.A.N
Tgl Pengkajian: 30 januari 2006
TTL
: Klaten, 17 september 2001
Usia
: 4 tahun 4 Bulan 13 Hari
Nama Ayah: Tn Totok N
Pekerjaan: Swasta
Pendidikan: SLMTA
Nama ibu: Ny. Subini
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan: SMTP
Agama
: Islam
Suku Bangsa: Jawa
Alamat
: Puluhan Trucu Klaten Jateng
II. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan tubuhnya lemah, napsu makan anaknya turun, dan terdapat sariawan di bibir atas dan bawah.
III. RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat penyakit sekarang
Klien kiriman dari RSUP dr Soradji klaten dengan susp. Keganasan darah. 10 hari sebelum masuk RS anak nampak pucat, lemah demam (nglemeng, batuk, perut terlihat membesar, Makan minum menurun dratis, BB menurun, mual tapi tidak muntah. & hari Sebelum masuk RS anak diperiksakan ke dokter umum diberi obat (tidak tau jenisnya) tapi keluhan menetap, malah timbul sariawan di bibirnya. Tgl 9 Januari 2006 anak diperiksakan di RS Soeradji klaten dengan kelhuna makin berat dan di rujuk ke RSUP Dr. Sardjito.III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal: Selama hamil ibu klien memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan sejak usian kehamilan 3 bulan sebanyak 5 x, Ibu mendapat multivitamin dan zat besi,Imunisasi TT 1x dan selama kehamilan keluhan muntah.
2. Intra natal: Anak lahir pada umur kehamilan cukup bulan,lahir di tolong bidan spontan , BBL 3600 gram dan PB 50 cm, langsung menangis dan kondisi saat lahir sehat.
3. Post natal: Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan di bidan . Kondisi klien pada masa itu sehat.
IV. RIWAYAT MASA LAMPAU.
1. Penyakit waktu kecil : Pada waktu kecil klien jarang sakit dan setelah berumur 4 tahun ketahuan anak menderita leukimia.2. Pernah dirawat dirumah sakit : tidak pernah sakit yang mengakibatkan harus dirawat di RS3. Obat-obatan yang digunakan : Anak belum pernah diberikan obat sendiri selain dari petugas kesehatan
4. Tindakan (operasi)
: Belum pernah
5. Alergi
: Tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
6. Kecelakaan
: Anak belum pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi
: Lengkap
Hepatitis B I,II,III umur 1 bulan,2 bulan dan 6 bulan
BCG 1 Kali umur 0 bulan
DPT I,II,III umur 2,3,4 bulan
Polio I,II,III,IV umur 0,2,3,4, bulan
Campak 1 kali umur 9 bulanV. RIWAYAT KELUARGA ( genogram)
Keterangan : Tinggal dlm satu ruma : Klien : Laki-laki : Perempuan
Klien merupakan anak ke 1. Dalam keluarga tidak ada mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
VII. KESEHATAN FUNGSIOLNAL.
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan : Orang tua klien bila anaknya sakit selalu memeriksakan kesehatan anaknya pada petugas kesehatan di Rumah Sakit.2. Nutrisi :
Makanan yang disukai: Anak suka makan nasi dengan daging ayam dan tahu
Alat makan yang dipakai: Sendok dan piring
Pola makan/jam
: Sebelum sakit makan tidak teratur
Jenis makanan
: Nasi, ayam, telur, jeruk, rambutan, susu.
Selama di RS klien mendapatkan diit sonde lengkap.3. Aktivitas : Aktivitas klien di sebelum sakit bermain, setelah sakit klien hanya terbaring di TT saja.4. Tidur dan istirahat
Pola tidur
: Anak tidur cukup 8-9 jam
Kebiasaan sebelum tidur: Tidak ada kebiasaan khusus
Tidur siang Anak tidur siang 2-3 jam
5. Eleminasi:
BAB: Anak BAB 1 kali sehari konsistensi lembek warna kecoklatan
BAK: Anak BAK 6-8 kali sehari warna kuning. 6. Pola hubungan
Yang mengasuh
: Anak diasuh sendiri oleh orang tuanya
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan anak dengan orang tua : baik
Pembawaan secara umum : Anak berpenampilan rapi
Lingkungan rumah
: Lingkungan rumah bersih, rumah semi permanen milik sendiri ventilasi cukup sinar matahari cukup,lantai semen atap genteng.
7. Koping keluarga:
Stressor pada anak/keluarga: Anak dan keluarga cukup familiar dengan petugas di RS.
8. Kongnitif dan persepsi
Pendengaran : Anak tidak mengalami gangguan pendengaran
Penglihatan : Penglihatan anak normal
Penciuman : Penciuman anak baik
Taktil dan pengecapan : Anak dapat membedakan halus dan kasar. 9. Konsep diri : Ibu mengatakan selama ini anak merasa tidak ada masalah dengan penampilan dan pergaulannya (menurut ibu wajar dg usia anak). .
10. Seksual : Anak berjenis kelamin laki-laki tidak ada kelainan genetalia.11. Nilai dan kepercayaan : Anak dilahirkan pada lingkungan keluarga beragama Islam,rajin dan taat beribadah.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: KU lemah,kesadaran CM.
TB/ BB/
: 95 Cm/10,5 Kg
Lingkar kepala: 48 Cm
Mata
: Conjuctiva anemis,Sklera ikterus
Hidung
: Tidak ada kelainan,Discharge (-), terpasang NGT Mulut
: Mukosa mulut pucat ,mulut bersih.gigi caries (+)
Telinga
: Tidak ada kelainan,discharge (-)
Tengkuk
: Tidak ada kaku kuduk dan tidak ada pembesaran kel.limfe
Dada
: Bentuk simetris, Ictus cordis tampak
Jantung
: Bunyi Jantung I S1 tunggal, S2 split tak konstan,bising jantung (-)
Paru-paru
: Suara nafas vesikuler,Wheezing tidak ada
Perut
: Pembesaran Hepar tak teraba, Pembesaran Lien : (+)S IV,
Distensi abdomen(-),kembung(-), peristaltic usus (+)
Genetalia : Genetalia tak ada kelainan
Ekstremitas
: Tangan kanan terpasang infus, gerakan ekstemitas bebas,
tonus otot normal, tidak ada edema,akral agak dingin
Kulit
: Kulit bersih,turgor kulit normal,hiperpigmentasi (-)
Tanda vital
: Suhu 37,2(C, Nadi 110x/mnt, Respirasi 24 x/mnt
IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI.
1. Diagnosa medis: AML M 12. Tindakan operasi: -
3. Status nutrisi:
Z Score
- BB/U = < - 3,3 SD
- PB/U = < - 2,3 SD
- BB/TB = - 3,3 SD
Kesimpulan : Gizi Buruk4. Status cairan : Melalui oral (minum) ( 1000cc/hari dan melalui infus 1500 cc/hari (KaEn 3 A). Total kebutuhan cairan anak 2500 cc/hari.
5. Obat-obatan
: Infus KaEN 3 A
Cefotaxim 3 x 350 mg
Gentamisin 2 x 25 mg
Gentian violet.6. Aktivitas
: Berbaring dan duduk serta membaca buku di tempat tidur
7. Tindakan keperawatan : Observasi TTV dan KU penderita, memberi Transfusi PRC dan mengawasi reaksi transfusi, membantu memberi makan minum per sonde dan obat oral, mengevaluasi asupan nutrisi,membantu ADL, merawat infus, dan mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
8. Hasil laboratorium: 10 jan 06Angka normal
glukosa
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLTRDW
PDW
MPV
P-LCRMg/dl
X103/UL
X106/UL
g/dl
%
Fl
Pg
g/dl
x103/ul
fl
fl
fl
%119205.96
1.57
5.1
15.2
96.8
32.5
33.6
11566.4
8.9
8.8
16.980-120
4.8-10.83.7-6.5
12-1747-7580-9927-3133.37150-450
35-47
9-13
7.2-11.1
15-25
Kimia
AST: 45 U/L
ALT: 22 U/L
Urea Nit : 14,3 mg/hL
Creat
: 0,42 mg/dL
Calsium : 2,29 U/L
CKMB
: 19,6 U/L
Elektrolit
Na: 136 mmol/l
K: 3,5 mmol/l
Cl : 105 mmol/l
Gambaran sedian sumsum tulang
Kesan : penggusuran sel hemopoetik normal oleh monoblast dan meyloblast
Kesimpulan : AML M 4
Pemeriksaan Sitokimia
SBB : (+) kuat dan (+) lemah
PAS: (+) difus dan (+) granula halus
Kesimpulan : mendukung adanya populasi meyloblas dan monoblast
Tgl, 11 jan 06, Rutin
WBC
: 188,22 . 103/UlAL
: 2,66 ribu
Hb
: 7,6 gr/dL
Tgl 12 jan 06
Albumin : 3,48 gr/dL
CRP : 29 mg/l ( < 6 mg/l)
13-jan14 jan16 jan19 jan20 jan25 jan28 jan1 feb
WBC . 103HBAT (ribu)160,377,4
2121387,5
123184.47.6
23
14212.2
211413.4
1342.210.4
880.67
50.210.9
6
Tgl 14 jan 2006-02-05
Meiloblas : 38 %Monoblas: 48 %Hasil Rontgen: Tidak dilakukan
XI. RINGKASAN CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN.
Tanggal 10 -1-2006 : Masuk Transfusi PRC 100 cc, KU : cukup Tanggal 13-1-2006 : konsul gizi, kesimpulan gizi buruk. Diit nasi TKTP 3 x 1 porsi Tanggal 17-1-2006 : Transfusi PRC masuk 200 cc. KU cukup.
Tanggal 18-1-2006 : Pro SS Alexan 61 mg ( reduce 2/3, - Etopusid 30 mg ( reduce 2/3 Tanggal 24 -1-06 : AT : 14.000 klien tidak mau makan/minum ( pasang NGT, dengan lindungan tranfusi Trombosit 3 kolf Tanggal 28 jan 06 : tranfusi PRC ( 200ccX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (Denver DDST/denver II)XI .ANALISA DATA
NODATA FOKUSETIOLOGIMASALAH
1
2
3
4
Data Subyektif
- Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun
Data Obyektif
- terpasang NGT- Anak anemis(conjuctiva dan membran mukosa pucat)- BB : 10,5 kg
- Z Score : kesimpulan Gizi burukData Subyektif : -
Data Obyektif
- Terpasang infus dan NGT- Anak anemis(conjuctiva dan membran mukosa pucat)
- AL : 0,2 gr/dl
- HB: 10,9
- AT : 6 ribu
- Gizi buruk
Data Subyektif : Ibumengatakan bibir anaknya banyak sariawannya
Data Obyektif
- Terpasang infus dan NGT
- Anak anemis(conjuctiva dan membran mukosa pucat)
- Terdapat stomatitis di bibir atas dan bawah
- Gizi buruk
Data Subyektif : Ibu mengatakan anaknya pucat dan lemah
Data Obyektif
- Anak anemis(conjuctiva dan membran mukosa pucat)
- AL : 0,2 gr/dl
- HB: 10,9
- AT : 6 ribuKetidakmampuan pemasukan dan mencerna makanan karena faktor biologis (penyakitnya)Tindakan invasive dan tidak adekuatnya pertahannan sekunder ( leukopeni dan trombositopeni)Gizi buruk dan ImunosupresiKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Risiko Infeksi
Kerusakan membran mukosa mulut
PK: Anemia
XII. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakampuan pemasukan dan mencerna makanan karena faktor biologis (Penyakitnya).2. Resiko infeksi b.d tindakan invasif dan tidak adekuatnya perthanan sekunder
3. Kerusakan membran mukosa mulut b.d gizi buruk dan imuosupresi
4. PK : anemia
CATATAN KEPERAWATAN/CATATAN PERKEMBANGAN
No.DxDx.Keperawatan/Masalah KolaborasiImplementasiEvaluasi
1Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen seluler untuk menghantarkan oksigen/zat nutrisi Tanggal 9 -12-2003 pk.08.00
- Mengobservasi Ku penderita
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengobservasi keluhan nyeri dan rasa dingin.
- Mengganti cairan infus dengan Nacl
- Memberi obat Avil 1 tablet sebelum tranfusi- Memasang transfusi PRC kolf II 200 cc
- Mengobservasi reaksi transfusi
Tanggal 10-12-2003 pk 16.00
- Mengobservasi KU penderita
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengbservasi tetesan transfusi darah PRC kolf III 200 cc
- Mengganti cairan infus Nacl(spoeling)
- Mengganti cairan infus Nacl 200 cc + 0,5 gram disferal 8 tpm
- Mengobservasi reaksi pemberian transfusi
Tanggal 11-12-2003 pk.08.00
- Mengambil darah untuk pemeriksaan lab HGB dan HCT
- Mengobservasi KU penderita
- Mengukur tanda-tanda vital
- Memonitor tetesan infus KaEN 3A
- mengobservasi keluhan nyeri dan dingin
- Pk.10.00 Aff Infus
- Memberi HE untuk kontrol sesuai jadwal
Tanggal 9-12-03 Pk.13.00
S : klien mengatakan badannya masih lemah
O : Muka dan mukosa bibir pucat,Conjuctiva anemis
Suhu : 36,80C R : 30 x/mnt Nadi : 100x/mnt
Pusing (-),sesak nafas (-)
HCT post tranfusi PRC kolf II 25 %.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 10-12-03 Pk.20.00
S : Klien mengatakan badannya terasa lebih segar dan tidak lemah
O : Muka dan mukosa bibir masih pucat,Conjunctiva anemis berkurang. Suhu : 36,50C Nadi : 88 x/mnt,R : 24 x/mnt
Pusing(-),sesak napas (-) HCT post transfusi III 28%.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi Lanjut
Tanggal 11-12-03 Pk.10.00
S : Klien mengatakan bahwa badannya merasa segar dan sudah sembuh
O : Conjunctiva, mukosa bibir merah muda.
S : 36,2oC Nadi : 84x/mnt R : 22 x/mnt
Post transfusi PRC kolf IV HGB 10,2 gr/dl HCT 34 %.
A : Masalah teratasi
P : Beri HE untuk perawatan dirumah
2Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d inability to ingest karena nafsu makan menurun
Tanggal 9 -12-2003 Pk.08.00
- Mengobservasi Ku penderita
- Mengkaji status gizi klien
- Membantu menyiapkan makanan pagi
- Memotivasi klien untuk menghabiskan porsi makanan yang disediakan
- Mengobservasi asupan nutrisi klien
- Memberi minum asam folat 5 mg
- Pk.10.00 Memberi minum susu FCM
1 gelas
Tanggal 10-12-2003 Pk.17.00
- Mengobservasi KU penderita
- Membantu menyiapkan diet sore
- Memotivasi klien untuk menghabiskan porsi makanan yang disediakan
- Menilai nafsu makan anak
- Mencatat asupan nutrisi klien
Tanggal 11-12-2003 Pk.08.00
- membantu menyiapkan diet/makanan pagi
- Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan yg disediakan
- Menilai nafsu makan klien
- Mencatat asupan nutrisi klien
- Memberi obat oral asam folat 5 mg
- Menimbang Berat Badan
- Memberi HE pada klien/keluarga untuk meningkatkan porsi makan
Tanggal 9-12-03 Pk.13.00
S : Klien mengatakan makan terasa kurang enak
O : Porsi makanan yang disediakan habis porsi, susu habis 100 cc (1/2 gelas)
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi lanjutkan
Tanggal 10-12-03 pk.18.00
S : Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya meningkat
O : Porsi makann yang disediakan habis porsi, minum susu 1 gelas (200cc)
A : Masaah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 11-12-03 pk.10.00
S : Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya meningkat
O : Porsi makann yang disediakan habis porsi, minum susu 1 gelas (200cc) BB : 23,5 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Beri HE pada klien/keluarga untuk meningkatkan asupan nutrisi.
3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
Tanggal 9-12-2003 Pk.08.00
- Membantu mendekatkan alat-alat keperluan makan
- Menyiapkan buku-buku bacaan untuk klien
- Membantu klien BAK
- Menganjurkan klien/orang tua agar melakukan aktivitas secara bertahap sesuai dengan kemampuan
- Mengevaluasi KU penderita setelah
melakukan aktivitas
Tanggal 10-12-2003 (sore)
- Mengobservasi Ku penderita
- Menyiapkan air hangat untuk mandi
- Membantu memanikan penderita
- Membantu BAK
- Menyiapkan buku-buku bacaan untuk klien
- Mengobservasi KU penderita setelah melakukan aktivitas
Tanggal 11-12-2003 Pk.08.00
- Mengobservasi KU penderita
- Membantu klien turun dari tempat tidur
- Mengevaluasi KU klien setelah beraktivitas
Tanggal 9-12-03 Pk.13.00
S : Klien mengatakan badan masih lemah belum bisa turun dari Tempat tidur.
O : Kebutuhan sehari/hari (ADL) mandi,makan dan BAK masih dibantu,Skala ADL : 2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 10-12-03 Pk.20.00
S : Kien mengatakan bhw badannya terasa lebih enak dan tidak lemah lagi
O : Kebutuhan mandi dan bak masih dibantu,makan dan memakai baju,menyisir rambut sendiri. Tidak pusing dan tidak sesak napas.
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Tanggal 11-12-03 Pk.10.00
S : Kien merasa sudah sehat dan segar
O : Wajah nampak segar,mandi ,memakai baju,buang air kecil tanpa bantuan tidak sesak napas dan tidak pusing
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Stop
4Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur/tindakan invasif
Tanggal 9-12- 2003 Pk.08.00
- Mengukur Tanda-tanda vital
- Dressing infus/mengganti balutan
- Mengobservasi tanda-tanda plebitis
Tanggal 10-12-2003 Pk.16.00
- Megukur tanda-tanda vital
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- Mengganti infus set darah pasca transfusi
- Mengobservasi tanda-tanda plebitis
Tanggal 11-12-2003 Pk.10.00
- Aff Infus
- Mengobservasi tanda-tanda
infeksi/plebitis
Tanggal 9-12-03 Pk.10.00
S :
O : Tanda-tanda plebitis : Nyeri (-), kemerahan (-) panas (-) Suhu : 36,80C R : 30 x/mnt
A : Masalah teratasi tapi klien msh berisiko terhadap infeksi
P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 10-12-03 Pk.17.00
S :
O : Tanda-tanda phlebitis (-)
A : Masalah teratasi tapi klien msh beriko untuk terjadi infeksi
P : Lanjutkan intervensi
Tanggal 11-12-03 Pk.10.00
S :
O : Tanda-tanda phlebitis (-)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Stop
Klien Boleh pulang