aki

15
PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BREBES Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Manajemen Organisasi 2 Dosen Pengampu: ILMU KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: ganiespradhitya

Post on 09-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas organisasi dan manajemen kesehatan

TRANSCRIPT

PERMASALAHAN ANGKA KEMATIAN IBU DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BREBESDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Manajemen Organisasi 2Dosen Pengampu:

ILMU KESEHATAN MASYRAKATFAKULTAS ILMU KEOLAHRGAANUNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2015

I. Latar BelakangKeberhasilan masa depan suatu daerah di era globalisasi terletak pada pengelolaan, sumber daya, upaya perubahan, perencanaan dan pengelolaan program pembangunan secara cepat dan tepat sasaran. Kecermatan dalam pengelolaan sumber daya sebagai potensi input, tidak hanya akan dapat menekan angka pengangguran terstruktur, tetapi juga akan menciptakan taraf hidup yang jauh lebih baik yang berarti peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.Gambaran statistik tingginya tingkat kematian ibu serta rendahnya angka harapan hidup di dalam suatu wilayah, merupakan potret bahwa pembangunan itu secara umum kurang berhasil, sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu wilayah tergantung pada kegiatan pembangunan itu sendiri dan pemerataan hasil-hasilnya.Menurut World Health Organization (WHO) dalam 20 tahun, jumlah kematian ibu telah menurun pada tahun 1990-2010 yaitu dari 543.000 pada tahun 1990 menjadi 287.000 pada tahun 2010. Angka kematian ibu (AKI) di dunia menjadi 210 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia pada tahun 2011 mencapai 51 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2012).Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goals 2015 dicanangkan. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan.Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan, ditandai dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI). Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, kematian Ibu melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justru mengalami kemunduran selama 15 tahun. Hasil SDKI 2012 menjadi sebuah pelajaran bagi Indonesia bahwa saat ini negara gagal dalam memberikan perlindungan bagi ibu yang melahirkan. Padahal UUD 1945 memberikan amanat bagi pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik bagi seluruh masyarakat. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan juga mengamanatkan pemerintah untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan universal bagi setiap masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi.Bila melihat target MDGs 2015 untuk AKI, target Indonesia adalah menurunkan AKI mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 maka akan sangat sulit bagi pemerintah untuk mencapai target penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Melonjaknya AKI tidak terlepas dari kegagalan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Angka AKI di Kabupaten Brebes masih tergolong tinggi dibandingkan dengan Kota yang lainnya di Indonesia. Pada tahun 2011 jumlah kasus AKI sebanyak 34 kasus dan pada tahun 2012 meningkat 67% menjadi 51 kasus. Kabupaten Brebes masih banyak sekali dihadapkan dengan permasalahan kesehatan masyarakat terutama masih tingginya Angka Kematian Ibu. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, AKI Kabupaten Brebes mencapai 73 kasus.

II. PermasalahanAngka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Brebes merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan Kota/Kabupaten di Indonesia lainnya. Berdasarkan profil kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Brebes, pada tahun 2011 jumlah kasus AKI sebanyak 34 kasus dan pada tahun 2012 meningkat 67% menjadi 51 kasus. Penyebab langsung kematian maternal yaitu eklamsi (42%), perdaraharan (22%), decomp (14%), infeksi (8%) dan lain-lain (14%). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Oleh sebab itu, upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

III. PembahasanAngka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu.

Menurut profil AKI Kabupaten Brebes, pada tahun 2008 hingga 2011 terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebanyak 193,9 per 100.000 pada tahun 2008 menurun menjadi 100,7 per 100.000 pada tahun 2011. Namun terjadi peningkatan angka kasus sebesar 67% pada tahun 2012 yaitu sebesae 51 kasus (150,01 per 100.000).

Penyebab Kematian Ibu MelahirkanRendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul, yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , eklampsi, perdarahan, dan decomp. Eklampsi menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 42 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil Kesehatan Indonesia, 2007). Sementara dilihat dari dari umur ibu dan tingkat pendidikan, kasus kematian ibu didominasi oleh ibu hamil dengan usia 20-35 tahun dengan tingkat pendidikan yang rendah (tamatan SD). Namun jika dilihat menurut jumlah persalinan, status ANC dan status imunisasi,ibu dengan jumlah kelahiran >5 kali, dengan status ANC yang cukup baik (>4 kali) dan terlindungi imunisasi. Pada tahun 2011, kematian ibu paling banyak ditemukan pada kondisi persalinan. Namun pada tahun 2012, sebagian besar kematian ibu terjadi pada kondisi nifas.Dilihat dari pelayanan kesehatannya, Kabupaten Brebes sudah memiliki pelayanan kesehatan yang baik dan banyak masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak melahirkan di dukun melainkan di Rumah Sakit dengan bantuan dokter. Namun jika dilihat dari tahun ke tahun, ibu yang melahirkan di Rumah Sakit dan dengan bantuan dokterlah yang mendominasi angka kematian ibu di Kabupaten Brebes. Hal tersebut hingga saat ini masih menjadi permasalahan yang diprioritaskan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes.

Menurut profil Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, jika dilihat pelayanan kesehatannya, tingkat angka kematian ibu disebabkan oleh pelayanan ANC kurang berkualitas. Hal tersebut yang menyebabkan ibu dengan status ANC yang cukup baik masih mendominasi kematian ibu. Selain itu, pelaksanaan Poned dan Ponek belum maksimal dengan jejaring rujukan yang belum optimal pula.Berbagai upaya sudah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes dalam penurunan baik dari intervensi di tingkat desa/masyarakat, penguat pelayanan di fasilitas kesehatan, intervensi pada bidan dan Puskesmas, audir maternal perinatal di tingkat Puskesmas dan Kabupaten, Supervisi fasilitatif dengan bantuan IBI, hingga pembuatan kebijakan-kebijakan baru.

Menurunkan AKI dengan Kearifan LokalKemajuan sebuah bangsa bisa dicapai lewat tangan-tangan hebat sang ibu yang mendidik dan membesarkan anaknya. Itu lah mengapa ibu sering kali disebut arsitek peradaban. Begitu pula derajat kesehatan sebuah bangsa. Kesehatan ibu menjadi representasi bagi kesehatan anaknya kelak ketika ia lahir. Oleh karena itu, kesehatan ibu harusnya menjadi fokus masalah yang mendapat penanganan utama.Terdapat beberapa penyebab tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Brebes, antara lain eklampsi atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, perdarahan, decomp, dan infeksi. Eklampsi menjadi penyebab utama terjadinya kematian ibu yakni sebeser 42%. Sisanya terjadi akibat perdarahan, decomp, infeksi dan lain-lain.Tingginya kematian ibu, pada dasarnya bukan hanya perkara medis. Angka KIA yang tinggi justru disebabkan karena paradigma mengenai penyempitan peran ibu di tengah-tengah masyarakat sehingga meski peran ibu sangat signifikan tetapi kesejahteraan ibu seringkali diabaikan. Bahkan angka buta huruf pada perempuan yang notebene merupakan calon ibu, lebih tinggi, yakni sebesar 11,7% dibandingkan dengan laki-laki, yakni sebesar 8,5%. Tingkat pendidikan yang rendah akan berimplikasi pada rendahnya tingkat pengetahuan dan kesedaran sang ibu mengenai menjaga kesehatan kandungannya, nutrisi apa saja yang diperlukan serta hal-hal yang berbahaya bagi sang anak dan dirinya. Tentu hal tersebut dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi.Melihat kondisi tersebut, upaya perbaikan secara medis tak menjadi satu-satu jalan untuk menurunkan angka kematian ibu. Justru yang penting adalah bagaimana mengubah paradigma masyarakat terutama di daerah dengan tingkat pendidikan rendah mengenai peran penting perempuan serta manghapus budaya-budaya negatif yang terkesan mendiskriminasi kaum perempuan.Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah gerakan bersama membangun keluarga sehat yang berbasis kearifan lokal dengan tujuan utama menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Kearifan lokal sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah dimana komunitas itu berada. Dengan kata lain, gerakan bersama keluarga sehat dengan kearifan lokal merupakan metode penyelesaian masalah berbasis pengetahuan serta kebijakan lokal daerah tersebut. Oleh karena itu, peran serta masyarakat setempat memiliki peran penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Tenaga kesehatan dibantu dengan tokoh masyarakat atau tokoh perempuan setempat membuat program bagi ibu hamil berupa pendidikan mengenai nutrisi serta tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, serta persalinan yang baik. Selain itu juga, dibuka kelas senam hamil serta konsultasi dengan biaya murah bagi masyarakat di daerah tersebut.Dengan pendekatan berbasis kearifan lokal, diharapkan seluruh elemen masyarakat di daerah tersebut dapat terlibat secara aktif dalam program gerakan bersama menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Upaya penanganan secara medis serta perbaikan fasilitas kesehatan saja tidak cukup untuk menurunkan angka kematian ibu bila sang ibu sendiri tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran akan kebutuhan dan tanda-tanda bahaya pada kehamilannya.Bentuk kearifan lokal diantara salah satu kekayaan budaya masyarakat yang dilestarikan turun temurun adalah pengobatan tradisional dan pijat ibu hamil. Pengobatan tradisional yang populer diantaranya dengan menggunakan tanaman obat. Suku-suku dayak yang ada di Kalimantan Timur secara turun temurun telah lama menggunakan berbagai jenis tumbuhan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Kearifan tradisi ini sepertinya berlaku universal, dimanapun komunitas manusia tinggal menyatu dialam bebas ada beberapa tradisi mereka yang bisa dibuktikan secara ilmiah suatu ketika kelak. Beberapa jenis tanaman yang digunakan oleh komunitas masyarakat dayak telah populer dikenal masyarakat luas dan beberapa nama tanaman lain terdengar asing. Pembudayaan tanaman obat dan eksplorasi penelitian tentangnya sangat relevan dengan kekayaan dan keanekaragaman flora hutan tropis basah di Kalimantan Timur. Masyarakat dayak juga menggunakan tanaman obat tersebut untuk mencegah perdarahan setelah persalinan, penguat rahim, keguguran, dan pelancaran persalinan yang sangat bermanfaat dalam penurunan angka kematian ibu dan anak. Untuk mencegah perdarahan masyarakat dayak menggunakan Daun ilalang muda dengan daun katuk tambah daun kunyit dihaluskan lalu diminum, sedangkan untuk penguat rahim menggunakan 8 potong akar pandan sepanjang jari telunjuk direbus dengan air 1 botol hingga tinggal nya. Setelah dingin air beserta akar ramuannya di minum 3 x sehari 1 seloki. Selain itu untuk mencegah terjadinya keguguran masyarakat dayak menggunakan Kulit kapuk direbus dgn 4 gls air, saring & dinginkan airnya minum 3 x sehari, untuk pelancaran persalinan dapat menggunakan 1 gls isi buah kelapa muda yang encer, diminum saat menjelang kelahiran.Pada daerah Blitar Jawa Timur pijat ibu hamil merupakan salah satu kearifan lokal untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Pijat ibu hamil sudah digunakan selama bertahun-tahun untuk memperbaiki kesehatan tubuh secara menyeluruh, mengurangi rasa stress, dan membebaskan kekakuan dan ketegangan otot. Penyelidikan dan riset modern membuktikan ilmu pengobatan dengan pijatan sebelum melahirkan bisa menjadi treatment atau cara yang sangat baik terhadap perawatan sebelum ibu melahirkan dan diberikan dengan cara yang benar. Pijat tradisional sangat bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil dan dapat digunakan sebagai upaya poreventif untuk kematian ibu hamil karena memiliki manfaat yaitu membantu meredakan kejang otot dan kram akibat beban ekstra yang harus dibawa oleh perempuan hamil dan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan, membantu menguatkan proses kehamilan dengan cara memperlancar aliran darah, sirkulasi limpa, mengurangi edema, dan membantu menyiapkan kesiapan mental dan fisik ibu, dan mengurangi stres persendian akibat beban ekstra dan membantu memaksimalkan kapasitas pernafasan yang sangat diperlukan dalam proses melahirkan.

IV. Simpulan dan SaranSimpulan1. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Brebes pada tahun 2012 meningkat sebesar 67% dibandinkan AKI pada tahun 2011.2. Penyebab utama kematian Ibu adalah eklampsi dengan timbulnya ) kejang yang terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan.3. Upaya perbaikan secara medis tak menjadi satu-satu jalan untuk menurunkan angka kematian ibu, melainkan diperlukan pendekatan berbasis kearifan lokal yang diharapkan seluruh elemen masyarakat di daerah tersebut dapat terlibat secara aktif dalam program gerakan bersama menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

SaranPihak Kabupaten Brebes hendaknya melakukan pendekatan berbasis kearifan lokal sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dengan terlibatnya seluruh elemen seluruh elemen masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2011. SKDI 2007. Scribd. Jakarta. Anonimous. 2012. Pelayanan Antenatal Care PDF. Usu Institutional Respiratory. MedanDinas Kesehatan Kabupaten Brebes. 2013. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu & Bayi Di Kabupaten Brebes. BrebesHilmiati, E. 2011. Program Kesehatan Ibu dan Anak. SemarangKemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Kemenkes RI : JakartaRSU Sanglah Denpasar Bali.2012. Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu Cara Mensejahtekaran Rakyat. BaliSaputra, Wiko. 2013. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. PrakarsaWHO in Indonesia, 2012. The Millennium Development Goals for Health: A review of the indicators, Jakarta