aik (cara membaca al quran)

13
BAB I PENDAHULUAN Al-Qur‟an sebagai kitab suci rahmatan lil „alamin, rahmat bagi seluruh alam yang didalamnya mengandung berbagai macam ilmu, hukum, teologi, sosial, dan sebagainya. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan al-quran serta implikasinya terhadap makna dari lafal itu sendiri. Al-Quran dipelajari untuk memahami makna atau pesan dibalik teks. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Quran perlu memahami qiraat dan cara membaca Al-Quran dengan benar, cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar bisa dipelajari dengan ilmu tajwid. Jika dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan menunjukkan bahwa ilmu ini telah bermula sejak dari al-Qur‟an itu diturunkan kepada Rasulullah SAW. Ini kerena Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-Qur‟an dengan tajwid dan tartil seperti yang disebut dalam surat al-Muzammil ayat 4 ل ت ر و ن آ ر ق الا يل ت ر ت(Bacalah al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajar ayat-ayat tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang tartil. Sayyidina Ali r.a apabila ditanya tentang apakah maksud bacaan al-Qur‟an secara tartil itu, maka beliau menjawab "adalah membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang betul”. Ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Qur‟an bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad (fatwa) para ulama' yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur‟an dan Sunnah, tetapi pembacaan al-Qur‟an adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus) melalui riwayat dari sumbernya yang asli, yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah SAW. Para sahabat r.a adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini kepada generasi umat Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah atau mengurangi apa yang telah mereka pelajari itu, karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan begitulah juga generasi setelah mereka. Walau bagaimanapun, apa yang dikira sebagai penulisan ilmu Tajwid yang paling awal ialah apabila bermulanya kesadaran perlunya Mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya, baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah diketuai oleh Abu Aswad Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Apabila pada masa itu Khalifah umat Islam memikul tugas untuk berbuat demikian ketika umat Islam mulai melakukan-kesalahan dalam bacaan.

Upload: saifullah

Post on 01-Feb-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

AIK Cara Membaca Al Quran

TRANSCRIPT

Page 1: Aik (Cara Membaca Al Quran)

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur‟an sebagai kitab suci rahmatan lil „alamin, rahmat bagi seluruh alam yang

didalamnya mengandung berbagai macam ilmu, hukum, teologi, sosial, dan sebagainya.

Untuk itu perlu mengetahui dan memahami perbedaan bacaan al-quran serta implikasinya

terhadap makna dari lafal itu sendiri. Al-Qur‟an dipelajari untuk memahami makna atau

pesan dibalik teks. Maka untuk mendapatkan makna yang sesuai dengan Al-Qur‟an perlu

memahami qira‟at dan cara membaca Al-Qur‟an dengan benar, cara membaca Al-Qur‟an

dengan baik dan benar bisa dipelajari dengan ilmu tajwid.

Jika dibincangkan kapan bermulanya ilmu Tajwid, maka kenyataan menunjukkan

bahwa ilmu ini telah bermula sejak dari al-Qur‟an itu diturunkan kepada Rasulullah SAW. Ini

kerena Rasulullah SAW sendiri diperintah untuk membaca al-Qur‟an dengan tajwid dan tartil

seperti yang disebut dalam surat al-Muzammil ayat 4 ترتيلا القرآن ورتل (Bacalah al-Quran

itu dengan tartil (perlahan-lahan)." Kemudian Nabi Muhammad SAW mengajar ayat-ayat

tersebut kepada para sahabat dengan bacaan yang tartil. Sayyidina Ali r.a apabila ditanya

tentang apakah maksud bacaan al-Qur‟an secara tartil itu, maka beliau menjawab "adalah

membaguskan sebutan atau pelafalan bacaan pada setiap huruf dan berhenti pada tempat yang

betul”. Ini menunjukkan bahwa pembacaan al-Qur‟an bukanlah suatu ilmu hasil dari Ijtihad

(fatwa) para ulama' yang diolah berdasarkan dalil-dalil dari al-Qur‟an dan Sunnah, tetapi

pembacaan al-Qur‟an adalah suatu yang Taufiqi (diambil terus) melalui riwayat dari

sumbernya yang asli, yaitu sebutan dan bacaan Rasulullah SAW.

Para sahabat r.a adalah orang-orang yang amanah dalam mewariskan bacaan ini

kepada generasi umat Islam selanjutnya. Mereka tidak akan menambah atau mengurangi apa

yang telah mereka pelajari itu, karena rasa takut mereka yang tinggi kepada Allah SWT dan

begitulah juga generasi setelah mereka. Walau bagaimanapun, apa yang dikira sebagai

penulisan ilmu Tajwid yang paling awal ialah apabila bermulanya kesadaran perlunya

Mushaf Utsmaniah yang ditulis oleh Sayyidina Utsman itu diletakkan titik-titik kemudiannya,

baris-baris bagi setiap huruf dan perkataannya. Gerakan ini telah diketuai oleh Abu Aswad

Ad-Duali dan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Apabila pada masa itu Khalifah umat Islam

memikul tugas untuk berbuat demikian ketika umat Islam mulai melakukan-kesalahan dalam

bacaan.

Page 2: Aik (Cara Membaca Al Quran)

Ini karena semasa Sayyidina Utsman menyiapkan Mushaf al-Qur‟an dalam enam atau

tujuh buah itu. beliau telah membiarkannya tanpa titik-titik huruf dan baris-barisnya karena

memberi keluasan kepada para sahabat dan tabi‟in pada masa itu untuk membacanya

sebagaimana yang mereka telah ambil dari Rasulullah SAW sesuai dengan Lahjah (dialek)

bangsa Arab yang bermacam-macam. Tetapi setelah berkembang luasnya agama Islam ke

seluruh tanah Arab serta jatuhnya Roma dan Parsi ke tangan umat Islam pada tahun 1 dan 2

Hijriah, bahasa Arab mulai bercampur dengan bahasa penduduk-penduduk yang ditaklukkan

umat Islam. Ini telah menyebabkan berlakunya kesalahanyang banyak dalam penggunaan

bahasa Arab dan begitu juga pembacaan al-Qur‟an. Maka al-Qur‟an Mushaf Utsmaniah telah

diusahakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam membacanya dengan penambahan

baris dan titik pada huruf-hurufnya bagi karangan ilmu qira‟at yang paling awal sepakat, yang

diketahui oleh para penyelidik ialah apa yang telah dihimpun oleh Abu 'Ubaid Al-Qasim Ibnu

Salam dalam kitabnya "Al-Qira‟at" pada kurun ke-3 Hijriah.

Akan tetapi ada yang mengatakan, apa yang telah disusun oleh Abu 'Umar Hafs Ad-

Duri dalam ilmu Qira‟at adalah lebih awal. Pada kurun ke-4 Hijriah pula, lahir Ibnu Mujahid

Al-Baghdadi dengan karangannya "Kitabus Sab'ah", dimana beliau adalah orang yang mula-

mula mengasingkan qira‟at kepada tujuh imam bersesuaian dengan tujuh perbedaan dan

Mushaf Utsmaniah yang berjumlah tujuh naskah. Kesemuanya pada masa itu karangan ilmu

tajwid yang paling awal, barangkali tulisan Abu Mazahim Al-Haqani dalam bentuk qasidah

(puisi) ilmu tajwid pada akhir kurun ke-3 Hijriah adalah yang terulung.

Selepas itu lahirlah para ulama yang tampil memelihara kedua ilmu ini dengan karangan-

karangan mereka dari masa ke masa seperti Abu 'Amr Ad-Dani dengan kitabnya At-Taysir,

Imam Asy-Syatibi Tahani dengan kitabnya "Hirzul Amani wa Wajhut Tahani" yang menjadi

tonggak kepada karangan-karangan tokoh-tokoh lain yang sezaman dan yang setelah mereka.

Tetapi yang jelas dari karangan-karangan mereka ialah ilmu tajwid dan ilmu qira‟at

senantiasa bergandengan, ditulis dalam satu kitab tanpa dipisahkan pembahasannya,

penulisan ini juga diajarkan kepada murid-murid mereka. Kemudian lahir pula seorang tokoh

yang amat penting dalam ilmu tajwid dan qira‟at yaitu Imam (ulama) yang lebih terkenal

dengan nama Ibnul Jazari dengan karangan beliau yang masyhur yaitu "An-Nasyr",

"Toyyibatun Nasyr" dan "Ad-Durratul Mudhiyyah" yang mengatakan ilmu qira‟at adalah

sepuluh sebagai pelengkap bagi apa yang telah dinyatakan Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya

"Hirzul Amani" sebagai qira‟at tujuh. Imam Al-Jazari juga telah mengarang karangan yang

berasingan bagi ilmu tajwid dalam kitabnya "At-Tamhid" dan puisi beliau yang lebih terkenal

Page 3: Aik (Cara Membaca Al Quran)

dengan nama "Matan Al-Jazariah". Imam Al-Jazari telah mewariskan karangan-karangannya

yang begitu banyak berserta bacaannya, yang kemudian menjadi ikutan dan panduan bagi

karangan-karangan ilmu tajwid dan qira‟at serta bacaan al-Qur‟an hingga hari ini.

Page 4: Aik (Cara Membaca Al Quran)

BAB II

TATA CARA MEMBACA Al QURAN

1. Pengertian Tajwid

Tajwid menurut lughot (etimologi) adalah mendatangkan atau membaca dengan

baik. Sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah Ilmu yang dengannya kita dapat

mengetahui bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf Al-qur’an, baik tebal tipisnya,

panjang pendeknya (mad-qosnya), sifat-sifatnya, serta cara membacanya dengan baik.

2. Faedah (Kegunaan) Ilmu Tajwid

Faedah mempelajari Ilmu Tajwid adalah supaya lidah kita terjaga dari kesalahan

didalam membaca Kitabullah (Al-qur‟an).

3. Hukum Mempelajari Tajwid

Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardlu Kifayah, sedang

mengamalkannya adalah Fardlu „Ain bagi tiap-tiap kaum muslimin dan muslimat yang

sudah mukallaf.

1. ada pun dalil yang pertama di ambil dari al-Quran. Allah swt berfirman yang artinya

“Dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil

(73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi

Muhammad untuk membaca al-Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu

memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).

2. yang kedua dalil as sunah ( hadist ). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu

Salamah r.a.(istri Nabi SAW), ketika beliau ditanya tentang bagaiman bacaan dan

salat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda s.a.w.

salat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi, kemudian

Baginda kembali salat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian

tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau salat tadi hingga menjelang

shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah s.a.w.

dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu

persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).

3. yang ketiga adalah dalil ijma ulama. adalah telah sepakat para ulama dari zaman

rasulullah sampai zaman sekarang, bahwa membaca alqur‟an dengan bertajwid adalah

sesuatu yang fardhu dan wajib.

Page 5: Aik (Cara Membaca Al Quran)

Didalam kitab Jazariyah Ta‟lif Abil Khoir Syamsuddin Muhammad Ibn

Muhammad Al-Jazari sebagai berikut :

من لم يجود القران أثم ۞ واالخذ بالتجويد حتم الزم

Artinya : Menggunakan atau mengamalkan ilmu tajwid adalah merupakan kewajiban

yang pasti (fardlu ‘ain), barang siapa yang tidak memperbaiki bacaan Al-qur’an maka

ia berdosa.

4. Qiro’ah (Bacaan)

Bacaan Al-qur‟an yang kita ikuti dan berlaku di Negara kita (Indonesia) adalah

bacaan dengan mengikuti qiro‟ah riwayat Hafsh bin Sulaiman bin Mughiroh al Bazzar Al

Kufy (wafat tahun 180 H) dari Imam „Ashim bin abin Najwad (wafat tahun 128 H) yang

bacaannya disebut Qiro‟ah Masyhuroh.

Adapun nama-nama Imam dalam Qiro‟ah Mutawatiroh (sab‟ah) adalah sebagai berikut :

a. Abdullah bin „Amir meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perawi-perawinya yang

termasyhur ialah Al Bazzi Abdul Hasan Hamid bin Muhammad dan Qunbul Abu

Umar Muhammad.

b. Abu Ma‟bad Abdullah bin Katsir meninggal di Mekkah tahun 120 H. Perawi-

perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu‟ban bin Ilyas dan Abu „Amr Hafas

bin Sulaiman.

c. Abu Bakar „Ashim bin Abi An Nujud meninggal di Kufah tahun 127 H. Perawi-

perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu‟ban bin Ilyas dan Abu „Amr Hafas

bin Sulaiman.

d. Abu „Amr bin Al‟ala meninggal di Basrah tahun 154 H. Perawi-perawinya yang

termasyhur ialah Ad-Durawi, Abu Amr Hafas dan As-Susi Abu Syu‟aib Shaleh bin

Ziyad.

e. Nafi‟ bin Na‟im meninggal di Madinah tahun 109 H. Perawi-perawinya yang

termasyhur ialah Qulum Abu Musa „Isa bin Mina dari Warasy Abu Sa‟id Utsman bin

Sa‟id.

f. Abdul Hasan „Ali bin Hamzah Al Kisai, meninggal di Basyrah tahun 189 H. Perawi-

perawinya yang termasyhur ialah Abdul Harits Al-Laits bin Khalid dan Ad-Durawi

tersebut diatas.

Page 6: Aik (Cara Membaca Al Quran)

g. Abu „Imarah Hamzah bin Habib meninggal tahun 216 H. Perawi-perawinya yang

termasyhur ialah Abu Muhammad Khalaf bin Sisyam dan Abu „Isa Khalid bin Khalid.

5. Methode Membaca

Tata cara membaca Al-qur‟an yang disahkan oleh Nabi Muhammad SAW dan

berlaku dikalangan Ulama Qorro‟ dan Ahlu „Ada yaitu ada empat cara yang berlaku,

yaitu :

1. Tahqiq (تحقيق) yaitu membaca Al-qur‟an dengan menempatkan hak-hak huruf yang

semestinya (makhrajul huruf, sifat-sifat huruf, mad-qosr, dll). Methode ini baik

sekali untuk kalangan mubtadi‟in (bagi yang baru belajar membaca Al-qur‟an).

2. Tartil (ترتيل) yaitu membaca Al-qur‟an dengan pelan-pelan (tidak tergesa-gesa)

sebagaimana bacaan Muhammad Al-Qushoiri. Bacaan tartil ini belum tentu Tahqiq

tetapi tahqiq sudah pasti tartil.

3. Tadwir (تدوير) yaitu membaca Al-qur‟an dengan sedang (antara cepat dan pelan).

4. Hadr (حدر) yaitu membaca Al-qur‟an dengan cepat, semua methode bacaan tersebut

diatas wajib menggunakan tajwid dengan menyesuaikan bacaannya (tahqiq, tartil,

tadwir, atau hadrnya), bagi kita yang paling adalah Tarqiq.

6. Hukum Membaca Isti’adzah dan Bismillah

Seseorang qorri‟ (pembaca Al-qur‟an) bila ia hendak membaca Al-qur‟an, baik pada awal

surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah membaca ta‟awwudz‟ (doa minta

perlindungan kepada Allah dari godaan Syaitan).

Adapun dasar pengambilannya adalah Firman Allah pada surat An-Nahl ayat 98 juz 14.

فإذا قرأت القران فاستعذ باهللا منالشيطان الجيم

Artinya : Apabila kamu membaca Al-qur’an, hendaklah kamu minta perlindungan kepada

Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Adapun lafadz isti‟adzah yang asli dari Rasulullah SAW adalah :

أعوذ باهللا منالشيطان الجيم

Adapun tata cara dalam membaca Isti‟adzah Basmalah dan Surat memiliki 4 (empat)

wajah/cara yang diperbolehkan munurut Hafs‟an Ashim yaitu :

Page 7: Aik (Cara Membaca Al Quran)

1. Memutus semua, contoh :

اعوذباهللامنالشيطانالرجيم۞بسماهللالرحمنالرحيم۞الحمدهللا

2. Menyambung basmalah dengan surat saja, contoh :

اعوذباهللامنالشيطانالرجيم۞بسماهللالرحمنالرحيمالحمدهللا

3. Menyambung Isti‟adzah dengan Basmalah, contoh :

اعوذباهللامنالشيطانالرجيمبسماهللالرحمنالرحيم۞الحمدهللا

4. Menyambung semua, contoh :

اعوذباهللامنالشيطانالرجيمبسماهللالرحمنالرحيمالحمدهللا

7. Hukum Nun Mati/Tanwin

Nun mati atau tanwin ( ـــ /ى) jika bertemu dengan huruf-huruf hijaiyyah,

hukum bacaannya ada 5 macam, yaitu :

6.1. Izhar (راهظإ)

Izhar artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati atau tanwin ( ـــ /ى) bertemu

dengan salah satu huruf halqi (ح خ ع غ ه ا) bacaan izhar dibaca jelas karena ada

tanwin/nun sukun bertemu huruf izhar ada 6 yaitu : (ح خ ع غ ه ا).

Contoh : (ا–_ ) هن خفت (ن –خ) هن حيث (ن –ح) كفوا احد

لكن اال رنها (ن –ه) قو ها غير كن ( _- غ) خلق عظين ( – ع )

Idgham

idghom menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu pada sesuatu, sedangkan

menurut istilah adalah bertemunya huruf yang mati dan huruf yang hidup sekira jadi

satu sehingga seperti huruf yang bertasydid.

Idghom dibagi dua yaitu Idghom bighunnah dan Idghom bilaghunnah :

7.2.1 Idgham Bighunnah

Idgham Bighunnah (dilebur dengan dengan disertai dengung) yaitu

memasukkan/meleburkan huruf Nun mati atau tanwin ( ـــ /ى) kedalam

Page 8: Aik (Cara Membaca Al Quran)

huruf sesudahnya dengan disertai (ber)dengung, jika bertemu dengan salah

satu huruf yang empat yaitu : ى م و ي

Contoh : (ي ى-) فلي زيد كن (-ى ى) هي يقى ل

هي و رائهن (-و ى) تحا هبياف ( _–م )

7.2.2 Idgham Bilaghunnah

Idgham Bilaghunnah (dilebur tanpa dengung) yaitu memasukkan/meleburkan

huruf nun mati atau tanwin ( ـــ /ى) kedalam huruf sesudahnya tanpa

disertai dengung, jika bertemu dengan huruf lam atau ra (ر ل)

Contoh : (ر –_ ) هن لد نك (-ن ل) غفوررحين

6.2. Iqlab ( اقالب)

Iqlab artinya menukar atau mengganti, Apabila ada nun mati atau tanwin ( ـــ /ى)

bertemu dengan huruf ba (ب), maka cara membacanya dengan

menyuarakan/merubah bunyi ن menjadi suara mim م, dengan merapatkan dua bibir

serta mendengung.

Contoh : بىع ـ أى بىرك سويغ بصير ـ ي

6.3. Ikhfa

Ikhfa yaitu pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf

ikhfa‟ memiliki sifat antara izhhar dan idgham dengan disertai ghunnah. Huruf-huruf

ikhfa‟ berjumlah 15, yaitu:

ظ ـ ض ـ ث ـ ف ـ ز ـ ط ـ د ـ س ـ ق ـ ش ـ ج ـ ك ـ ث ـ ذ ـ ص

Contoh : (ن ص-) قوال سديدا (-ن س) فانصرنا - هن صيام

7. Hukum Mim Mati

Hukum mim mati adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini

berlaku jika mim mati bertemu huruf-huruf tertentu. Hukum ini terdiri dari tiga jenis,

yaitu:

Page 9: Aik (Cara Membaca Al Quran)

7.1 Ikhfa Syafawi

Apabila mim mati (م) bertemu dengan ba (ب), maka cara membacanya harus

dibunyikan samar-samar di bibir dan didengungkan.

Contoh: (فبحكن بينهن) (ترهيهن بحجبرة) (وكلبهن ببسط)

7.2 Idgham Mimi ( يميم ماغدإ)

Apabila mim su(unم) bertemu dengan mim (م), maka cara membacanya adalah

seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib dibaca dengung.

Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau mutamasilain.

Contoh: (أم هي) (كن هي فئت)

7.3 Izhar Syafawi (يىفش ربهظإ)

Apabila mim mati (م) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim

.maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan mulut tertutup ,(ة) dan ba (م)

Contoh: (لعلكن تتقىى) (توسىى)

8. Qalqalah

Qalqalah (هلقلق) adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan

berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق), tha (ط), ba' (ة), jim (ج),

dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:

Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu berbaris mati dan

baris matinya adalah asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.

Contoh: يدعىى ,يطوعىى

Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf qalqalah itu dimatikan karena

waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan

diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan diteruskan.

Contoh: علق ,لفلقٱ

9. Tanda-tanda Waqaf

9.1 Tanda mim ( هـ ) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat

sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi

setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda

Page 10: Aik (Cara Membaca Al Quran)

mim ( م ), memiliki kemiripan dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda

dengan fungsi dan maksudnya;

9.2 tanda tho ( ط ) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

9.3 tanda jim ( ج ) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun

diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.

9.4 tanda zha ( ظ ) bermaksud lebih baik tidak berhenti;

9.5 tanda sad ( ص

) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih

baik untuk tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa

mengubah makna. Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya,

dalam kata lain lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad;

9.6 tanda sad-lam-ya' (ےصل

) merupakan singkatan dari "Al-washl Awlaa" yang bermakna

"wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik", maka dari itu meneruskan bacaan

tanpa mewaqafkannya adalah lebih baik;

9.7 tanda qaf ( ق ) merupakan singkatan dari "Qiila alayhil waqf" yang bermakna "telah

dinyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya", maka dari itu lebih baik

meneruskan bacaan walaupun boleh diwaqafkan;

9.8 tanda sad-lam (لص

) merupakan singkatan dari "Qad yuushalu" yang bermakna

"kadang kala boleh diwasalkan", maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang

kala boleh diwasalkan;

9.9 tanda Qif (فيق

) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda

tersebut biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya

tanpa berhenti;

9.10 tanda sin ( س

) atau tanda Saktah (هتکس

) menandakan berhenti seketika tanpa

mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca haruslah berhenti seketika tanpa

mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan;

9.11 tanda Waqfah (هفقو

) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( سکته

), namun

harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas;

9.12 tanda Laa ( ال ) bermaksud "Jangan berhenti!". Tanda ini muncul kadang-kala

pada penghujung mahupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat,

maka tidak dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca

tersebut boleh berhenti atau tidak;

Page 11: Aik (Cara Membaca Al Quran)

9.13 tanda kaf ( ك ) merupakan singkatan dari "Kadzaalik" yang bermakna "serupa".

Dengan kata lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya

muncul;

9.14 tanda bertitik tiga ( ... .

..) yang disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf

Ta'anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan

cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah

berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

10. Adab/ Tata Cara Membaca Al-Qur’an

1. Berwudhulah terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur‟an, sebagaimana sebuah

keutamaan.

2. Bacalah Al-Qur‟an di tempat yang suci dan bersih.

3. Luruskan niat dalam membaca Al-Qur‟an ; ikhlas karena Allah swt.

4. Jika ada orang lain sedang melaksanakan ibadah fardhu di dekat kita, misalnya salat,

maka pelankanlah suara bacaan Al-Qur‟an agar tidak mengganggu kekhusyukan

ibadah orang itu.

5. Bila memungkinkan, bacalah Al-Qur‟an dengan menghadap kiblat.

6. Mulailah dengan membaca ta‟awuz, yaitu kalimat:

Artinya: aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Dilanjutkan dengan membaca bismilah, yakni kalimat:

Artinya: dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Bismilah ini dibaca untuk mengawali surah, kecuali surah At-Taubah.

7. Bacalah Al-Qur‟an dengan tartil, yakni perlahan-lahan agar kalian dapat meresapi dan

merenungi ayat-ayat yang tengah dibaca. Membaca Al-Qur‟an dengan tartil juga

berarti membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang berlaku

dalam ilmu tajwid. Membaca Al-Qur‟an dengan Tajwid hukumnya fardu „ain.

8. Perlakukan Al-Qur‟an dengan sangat baik saat sedang membacanya ataupun tidak.

9. Bila ada keperluan lain saat sedang membaca Al-Qur‟an dan kalian hendak

mengakhiri bacaan, maka berhentilah pada tempat yang tepat dari ayat yang tengah

dibaca.

Page 12: Aik (Cara Membaca Al Quran)

BAB III

KESIMPULAN

Ilmu Tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat

yang tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Pengetahuan tentang makhraj huruf

memberikan tuntunan bagaimana cara mengeluarkan huruf dari mulut dengan benar.

Pengetahuan tentang sifat huruf berguna dalam pengucapan huruf. Dalam ahkamul maddi wal

qashr berguna untuk mengetahui huruf yang harus dibaca panjang dan berapa harakat panjang

bacaannya. Ahkamul waqaf wal ibtida‟ ialah cara untuk mengetahui dimana harus berhenti

dan dari mana dimulai apabila bacaan akan dilanjutkan.

Page 13: Aik (Cara Membaca Al Quran)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Tajwid

2. http://khazanahtajwid.blogspot.com/2008/10/pengertian-tajwid.html

3. http://ww38.lembarislam.com/makhorijul-huruf-arab-hijaiyyah/

4. http://tamanpendidikanalquran.wordpress.com/2012/06/27/adab-tata-cara-membaca-al-

quran/