aiha pp
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Anemia hemolitik : adanya peningkatan destruksi SDM . Anemia hemolitik autoimun (AIHA) antibodi terhadap Ag self pada membran eritrosit, masa hidup SDM ↓ , retikulositosis, anemia NN Insiden pada dewasa dan anak : 1 dari 100 ribu pdd; wanita > anak laki-laki :2,5 kali lebih tinggi berisiko menderita kelainan tsb 50-70 % idiopatik ; prevalensi tertinggi pada pertengahan usia. Moreschi (1908) : mengembangkan pemeriksaan antiglobulin test Coombs ( 1945) : antiglobulin test mendetekai Ab terhadap membran eritrosit ( Coombs test )
ETIOPATOGENESIS
SDM dapat bertahan 90-120 hari (Dllm sirkulasi )
Anemia hemolitik
SDM dibentuk normal, destruksi dini dalam sirkulasi.
hemolisis intravaskuler hemolisis ekstraseluler : hepar, limfa
Aktivasi sistem komplemen
Jalur Klasik• Antibodi yang mampu mengaktifkan : Ig M, Ig G
(IgG1,IgG2,IgG3)
• Aktivasi C1 C1 berikatan dengan komplek imun AgAb mengkatalis reaksi pada jalur klasik
• Komplek penghancur membran : C5b,C6,C7,C8, C9
permeabilitas membran terganggu, air dan ion masuk ke dalam sel shg sel membengkak
Destruksi SDM diperantarai Ab melalui :
Aktivasi sistem komplemen
Aktivasi mekanisme seluler
Kombinasi keduanya
• Jalur Klasik
• Jalur alternatif
Jalur alternatif• Aktivasi C3 dan C3b yang terjadi berikatan dengan
membran SDM. • Faktor B melekat pada C3b dan oleh D faktor B dipecah
menjadi Ba dan Bb. • Bb tetap melekat pada C3b. Ikatan C3bBb selanjutnya
akan memecah molekul C3 menjadi C3a dan C3b. • C5 akan berikatan dengan C3b dan oleh Bb dipecah
menjadi C5a dan C5b. Selanjutnya C5b berperan dalam penghancuran membran.
Aktivasi seluler menyebabkan hemolisis ekstraseluler
• Jika SDM disensitisasi oleh IgG yang berikatan/ tidak berikatan dng komplemen namun tdk terjadi aktivasi, maka SDM tsb akan dihancurkan oleh sel retikuloendotelial immune adherens
A
Light coat
Splenic removal(slow
circulation)
Heavy coat(plus complement)
Hepatic removal(fast circulation)
B C
(no complement)
Mekanisme hemolisis ekstraseluler pada anemia hemolitik autoimun
Dikutip dari Cuningham M.J., Leslie Es. Autoimmune Hemolytic anemia. Hematology basic principles and practice. 4 th ed.
Toleransi imun
Limfosit tidak memberikan respon terhadap Ag spesifik , Ag self / non self
TOLERANSI
IMUN
1. toleransi sentral - masa fetal di timus/ ( pematangan sel T ; di ssm tulg ( pematangan sel B)
2. toleransi perifer - pasca natal
Kegagalan toleransi terhadap Ag self ini merupakan dasar mekanisme terjadinya respon autoimun penyakit autoimun
KLASIFIKASI ANEMIA HEMOLITIK IMUN
Anemia Hemolitik Imun
Autoimun Diinduksi obat Alloantibodi
Tipe Hangat Tipe dingin
Idiopatik Sekunder Idiopatik Sekunder
PCH Atipik
Sumber dari Lawrence DP. David WA. Manuel EK. Hemolitic anemia: Congenital and aquired. Manual of clinical hematology. 2 nd .1995
Anemia Hemolitik autoimun
Idiopatik Idiopatik Sekunder Sekunder SLE, penyakit autoimun lain Infeksi : pne.Mycoplasma CLL, limfoma Mononukleosis infeksiosa Obat,mis. Metildopa, fludarabin Limfoma, PCH jarang, kadang2 disertai infeksi, mis. sifilis
Tipe hangat Tipe dingin
Dikutip dari Hoffbrand AV, Pettit JE. Anemia hemolitik dalam kapita selekta Haematologi. Edisi ke-4. EGC, Jakarta. 2005
Diagnosis
Uji antiglobulin Coombs
• Alat utama mendiagnosa• Aglutinasi SDM bila didapatkan Ig dan komplemen ( IgG
dan C3) pada membran SDM Direct Coombs test• Kekuatan reaksi tdk menunjukkan beratnya penyakit• Dapat diperoleh hasil Negatif palsu/ positif palsu• 1 /10.000 donor darah memiliki hasil tes antiglobulin
yang positif tanpa anemia atau bukti meningkatnya hemolisis.
PRINSIP REAKSI DCT
DIRECT COOMB’S TEST
Sel darah pasien Coated antibodi
Coomb’s serum Aglutinasi(hasil positip)
Diagnosis
Indirect Antiglobulin test• Mendeteksi autoantibodi dalam serum penderita• Dapat mendeteksi autoantibodi pada pasien dng anemia
hemolitik autoimun/ alloantibodi yang diinduksi oleh obat/ transfusi/inkompatibilitas fetal
• 80% pasien dng AIHA, autoantibodi terdapat dalam serum
• Alloantibodi hanya terdapat dalam serum• Post transfusi, dapat terjadio DAT positif
autoantibodi dpt terikat pd SDM yg baru saja ditransfusi shg DAT positif
+ +
Patient’s serum RBCs Anti-IgG
Tes antiglobulin indirekutk mendeteksi anti eritrosit di serum
Dikutip dari Cuningham M.J., Leslie Es. Autoimmune Hemolytic anemia. Hematology basic principles and practice. 4 th ed.
Manifestasi Klinis
• Bervariasi, tergantung tingkat hemolisis, kemampuan
ssm tulang untuk ↑ retikulositosis, kemampuan tubuh
untuk memproses produk hasil pemecahan.• Beberapa tanda berhubungan dng sirkulasi hiperdinamik
sekunder akibat anemia ,↓ kapasitas angkut O2• Hiperbilirubinemia, ↓/- haptoglobin, splenomegali,
hepatomegali, trombositopeni dll.• Kelainan yang ditandai dng adanya Ab thd SDM
Sindrom Evans.
AIHA tipe Hangat• Eritrosit dilapisi oleh IgG saja/ Komplemen/ keduanya, Jika
dilapisi oleh keduanya destruksi >>• Autoantibodi bereaksi optimal pada suhu 37 ° C• Pada semua usia, pada kedua jenis kelamin• ± 70 % tipe hangat• ± 50% sekunder• Keparahan bervariasi• Gejala klinis : Lemas, panas, ikterus, pucat, sesak
napas, haemoglobinuria, 57% disertai splenomegali dan
33% disertai dengan hepatomegali
• Temuan laboratorium dan biokimia bersifat khas
sferositosis yang menonjol dalam darah tepi, polikromatofilik, akantosit, eliptosit
polikromatofilik (anak panah). beberapa ovalosit, akantosit, dan trombosit normal . 1. eritrosit polikromatik 2.akantosit 3.elliptosit
sferosit dengan diameter lebih kecil daripada eritrosit normal , tidak ada halo dan warna lebih gelap
AIHA Tipe Dingin
• Antibodi biasanya IgM dan paling baik berikatan dengan eritrosit pada suhu 4°C
• gambaran sferositosis kurang jelas, eritrosit beraglutinasi dalam suhu dingin dan DAT memperlihatkan komplemen (C3d) pada permukaan eritrosit.
• Gejala klinis : Anemia kronis umumnya stabil, hemoglobinuria. ikterik ringan dan splenomegali, akrosianosis pada kuping, hidung, ujung jari tangan dan kaki, membaik setelah suhu ruangan kembali hangat.
Paroxysmal Cold haemoglobinuria (PCH)
• Jarang dijumpai• Hemolisis terjadi berulang setelah terpapar dingin• Timbul akibat terbentuknya Ab Donath-landsteiner. Ab
IgG dan protein komplemen yg berikatan dng SDM• Pemulihan episode akut berlangsung cepat• Jika menyertai infeksi virus akut self limited• Tidak ada terapi spesifik untuk PCH• Terapi penyakit yang mendasari, akan memperbaiki
prognosis
PenatalaksanaanPrinsip Umum• Penilaian secara menyeluruh meliputi gejala,
kondisi klinis dan tingkat hemolisis• Tergantung penyebab primer/ sekunder• Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat ( AIHA
tipe dingin)• Tujuan terapi : - mengontrol populasi sel B yang mensekresi autoantibodi sedikit diketahui ttg terapi tsb - penanganan hemolisis abnormal
B. Transfusi
• Bukan merupakan kontraindikasi mutlak• AIHA dengan gejala berat dan mengancam jiwa• Transfusi diberikan dengan pengawasan ketat.
C. Kortikosteroid
• terapi utama AIHA simptomatis primer/sekunder
• mekanisme :
- melemahkan makrofag terhadap eritrosit yg
terselubungi IgG,iC3b
- menghambat fungsi dan ekspresi reseptor Fc
makrofag
- mengurangi produksi autoantiboidi
• Dimulai dosis 1-2 mg/kgBB/hari , dosis terbagi atau dosis 0,6 mg/kgBB/hari pada usia lanjut, osteoporosis, yg memerlukan penggunaan steroid dosis kecil.
• Pemberian selama 3 mgg/ didapatkan respon klinis, kemudian tapp of dengan dosis 5-10 mg/mgg. Selanjutnya dosis tunggal harian.
D. Imunoglobulin Intravena (IVIG)
• .Globulin IV terbukti efektif dlm terapi secara selektif kasus AIHAال
• IgG terlarut dapat meningkatkan masa hidup SDM yg terselubungi IgG dng cara melarutkan reseptor Fc di makrofag
• Flores dkk, 1993. Meneliti 73 pasien AIHA yang mendapat terapi IVIG. Didapatkan 29 kasus (39,7%) berespon dengan terapi IVIG
E. Splenektomi• Indikasi :
- Kegagalan terapi prednison/ msh tergantung dosis
prednison > 20 mg/hari
- Efek samping yg sulit diatasi dng tx prednison• Efektifitas tinggi, diasumsikan bhw dibuangnya RES sbg tempat
penghancuran SDM• tidak dianjurkan pd anak-anak, krn meningkatkan resiko
sepsis ok pneumoccocus.
F. Immunomodulatory therapy
• Digunakan utk kasus refrakter, AIHA simptomatis yg tidak berespon dng splenektomi/ menolak operasi, efek samping serius dng kortikosteroid
• Immuno suppressive spt Cyclophosphamide 2 mg /kgBB/ hari atau Azathioprin 1,5 mg/kgBB/ hari yg diberikan ≥3 bln
inhibisi pembentukan autoantibodi• ES : menghambat spermatogenesis, merusak fgs ovarium,
fibrosis kandung kemih ( pd pemberian cyclophosphamid);
↑ keganasan ( azatioprin)
perlu pengawasan dan mjd pertimbangan utk pemberian tx tsb
G. Terapi Rituximab
• Ab Monoklonal anti CD-20 chimeric• Dpt digunakan pd kelainan autoimun dan AIHA pd
khususnya• Mekanisme kerja : - induksi kematian sel melalui complement-dependent lysis - toksisitas antibody-dependent cell - fagositosis yg diperantarai oleh Fc, komplemen dan fosfatidilserin - efek Ab lgs pd ligasi CD-20 menyebabkan hambatan dan proliferasi - apoptosis dan sensitisasi thd kemoterapi - menginduksi imunitas aktif
• Gupta N dkk., 9 pasien CLL dng AIHA yg refrakter dng tx kortikosteroid diberi tx rituximab, cyclofosfamid dan dexametason (RCD). Rituximab dng dosis 375 mg/m2 IV pada H2, dexametason 11 mg IV pada H1 dan H2, dilanjutkan peroral H3-7. Siklus diulang setelah 4 mgg sampai respon membaik.
• Didapatkan perbaikan anemia pada semua pasien; disebutkan bahwa regimen RCD mempunyai efektivitas tinggi pada pasien CLL dng AIHA yg tidak berespon dng terapi steroid.
• Marco Z, dkk. Meneliti 15 anak dng AIHA yg resisten dng tx konvensional. Diberikan terapi Rituximab 375 mg/m2/dosis tiap minggu dlm 3 mgg dan dilakukan follow up selama 13 bulan.
• Didapatkan peningkatan kadar Hb rata-rata dari 7,7 gr/dl menjadi 11,8 gr/dl (p< 0,01). Disebutkan bahwa rituximab aman dan efektif dalam menurunkan kejadian hemolisis pd anak dengan AIHA.
Tabel 3 Ringkasan penelitian dan laporan kasus terapi Rituximab pada AIHA
Dikutip dari Cuningham M.J., Leslie Es. Autoimmune Hemolytic anemia. Hematology basic principles and practice. 4 th ed.
H. Plasma exchange
• Dapat menggantikan ± 60% volume plasma• Pembuangan Ab Ig/ IgM yg menjadi perantara hemolisis
(keuntungan)• Produksi Ab yg terus menerus dan distribusi IgG di
ekstravaskuler ( efektivitas terbatas)
I. Terapi lainVincrastine-laiden Ig-Coated platelet, Iradiasi
Transplantasi sumsum tulang, eritropoeitin
Ringkasan
• AIHA : adanya destruksi pada SDM, disebabkan adanya antibodi/komplemen/ keduanya dlm SDM
• tes Coombs merupakan alat utama untuk mendiagnosis• Manifestasi klinis AIHA sangat bervariasi. • terapi awal diberikan glukokortikoid. Pasien dengan
anemia berat mungkin memerlukan transfusi darah• Pasien yang refrakter terhadap pengobatan steroid dan
splenektomi, dapat diberikan terapi imunosupresif• Rituximab adalah suatu antibodi monoclonal (MoAb)
chimeric spesifik terhadap antigen CD 20, efektif untuk menurunkan kejadian hemolisis pada pasien dengan AIHA
TERIMA KASIH
Tabel 3 Ringkasan penelitian dan laporan kasus terapi Rituximab pada AIHA
Dikutip dari Cuningham M.J., Leslie Es. Autoimmune Hemolytic anemia. Hematology basic principles and practice. 4 th ed.
PERTIMBANGAN HASIL UJI SILANG SERASI
• KOMPATIBEL : Mayor , Minor Darah keluar
• INKOMPATIBEL Mayor Darah tidak boleh keluar ( dilakukan screening Ab ) Minor Darah dapat keluar (DCT > Minor)
• UJI SILANG SERASI• Pemeriksaan Uji Silang Serasi harus dilaksanakan
seteliti mungkin agar semua jenis antibodi yang menyebabkan reaksi inkompatibel dapat terdeteksi. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya reaksi transfusi dan memberi keyakinan manfaat transfusi yang maksimal untuk penderita.
• Ada 2 macam uji silang serasi yaitu mayor crossmatch dan minor crossmatch.
• Mayor Crossmatch : Serum pasien direaksikan dengan sel donor , apabila didalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel donor maka dapat merusak sel darah donor tersebut.
• Minor Crosmatch: Serum donor direaksikan dengan sel darah pasien.
• Apabila sudah dilakukan pemeriksaan skrining antibodi terhadap darah donor maka pemeriksaan minor crossmatch tidak perlu dilakukan lagi
METODA UJI SILANG SERASI
Ada 2 macam metoda uji silang serasi yaitu :
1. Metoda konvensional , ada 3 fase baik pada Mayor / Minor Crossmatch
• Fase suhu kamar • Fase inkubasi 37ºC dalam bovine albumin• Fase Anti Human Globulin / Coomb’s serum
2. Metoda gel . Keuntungan metoda gel , pemeriksaan dilakukan lebih cepat dan lebih sensitip dibandingkan metoda konvensional.
ANTIBODI YANG MEMPUNYAI ARTI KLINIS
• Antibodi yang bereaksi pada medium saline: anti-M, anti-P1, anti-I, anti-N, anti-Lea, anti-Leb
• Antibodi yang bereaksi pada medium albumin : antibodi sistem Rhesus, anti-M, anti-Lea, anti-Leb, anti-I
• Antibodi yang bereaksi dengan Antiglobulin : anti-K, anti-k anti-Fya, anti-Fyb, anti-Jka, anti-Jkb, anti-S, antibodi sistem Rhesus
Beberapa penyebab terjadinya inkompatibel pada mayor crossmatch :
1. Ketidak cocokan golongan darah ABO antara pasien dan donor
2. Adanya alloantibodi dalam serum pasien yang bereaksi dengan antigen yang cocok dengan sel darah merah donor.
3. Adanya autoantibodi dalam serum pasien yang bereaksi dengan antigen yang cocok dengan sel darah merah donor.
4. Kelainan dalam serum pasien , misalnya mendapatkan terapi dextran dengan berat molekul yang tinggi atau plasma ekspander, sehingga menyebabkan terjadinya false positip ( rouleaux formasi )
5. Adanya kontaminasi pada sistem pemeriksaan misal tabung kotor , kontaminasi bakteri pada reagen yang dipakai.
Kemungkinan inkompatibel pada Minor crossmatch :1. Golongan darah ABO pasien atau donor
tidak cocok 2. Adanya antibodi dalam plasma donor
yang bereaksi dengan antigen yang sesuai pada sel darah merah pasien
3. Penyelubungan sel darah merah pasien oleh protein sehingga hasil tes antihuman globulin (DCT) positip
4. Kontaminasi
METODA GEL
LISS/Coombs card 50 μl suspensi sel 1%
+ 25 μl serum/plasma