afasia

Upload: iyan-permana

Post on 31-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

afasia adalah kelainan saraf

TRANSCRIPT

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 1 | P a g e

    AFASIA

    (Gangguan Berbahasa)

    PENDAHULUAN

    Afasia termasuk penyakit yang dapat melumpuhkan penderita dan

    dengan tambahan penyakit lainnya. Jenis penyakit ini jarang di temukan di

    Indonesia, akan tetapi akhir-akhir ini sudah mulai meningkat dan menjadi

    penyakit yang cukup membuat masyarakat resah. Dalam makalah ini penulis

    akan menyajikan pengertian, ciri-ciri dari penderita afasia serta beberapa

    penyebab yang dapat mengakibatkan afasia dan permasalaan apa saja yang

    ditimbukan oleh penyakit ini berikut kalimat yang berkaitan denga afasia pada

    aspek bahasa.

    Bahasa merupakan sesuatu yang paling kompleks dari perilaku yang

    ditunjukkan oleh manusia, karena bahasa melibatkan memori, belajar,

    keterampilan penerimaan pesan, proses, dan ekspresi. Sehingga harus hati-hati

    dalam melakukan asesmennya. Gangguan bahasa dapat melibatkan gangguan

    kepada bidang-bidang lainnya, dan ini paling sulit untuk diidentifikasi secara

    tepat sifat permasalahannya.

    Permasalahan bahasa dapat tampak dalam bentuk language delay atau

    gangguan dalam berbahasa. Istilah language delay digunakan berdasarkan

    kepada perkembangan bahasa secara normal yang terhambat. Apabila

    perkembangan bahasa itu mengikuti pola-pola normal, mereka terlihat adanya

    kelambatan jika dibandingkan dengan usia yang sama.

    DEFINISI

    Afasia berasal dari kata A (tidak) fasia (bicara), berarti seseorang tidak

    dapat lagi mengungkapkan apa yang dia mau. Penderita ini tidak bisa lagi

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 2 | P a g e

    menggunakan bahasa. Afasia merupakan sejenis penyakit yang disebabkan

    oleh kerusakan saraf otak yang melumpuhkan seseorang dalam

    berkomunikasi. Tanda penting pengidap afasia adalah kesukaran

    berkomunikasi secara pertuturan, kesukaran memahami percakapan orang lain

    dan kesukaran untuk membaca dan menulis.

    Berbicara, berkata-kata yang tepat, memahami sesuatu, membaca,

    menulis, dan melakukan isyarat adalah bagian dari penggunaan bahasa.

    Ketika satu atau lebih dari penggunaan bahasa tidak lagi berfungsi dengan

    baik (yang dikarenakan oleh cedera otak), maka kondisi tersebut dinamakan

    afasia. Selain afasia, dapat terjadi kelumpuhan dan/atau masalah-masalah

    sehubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu secara sadar kemampuan

    mengamati situasi di sekelilingnya, konsentrasi, pengambilan inisiatif, dan

    kemampuan mengingat. Penderita tidak dapat melakukan dua hal pada waktu

    yang bersamaan.

    Banyak orang mengalami frustrasi saat berlibur di negara lain. Frustrasi

    tersebut berasal dari ketidakmampuan mengungkapkan dengan jelas apa yang

    mereka maksudkan atau tidak sepenuhnya mengerti apa yang dikatakan oleh

    orang lain. Kita menyadari hal itu juga terjadi di negara-negara dimana kita

    mengira kita menguasai bahasa lokal dengan baik. Sebagai contoh pada saat

    mengunjungi dokter di negara tersebut. Di negara-negara dimana penguasaan

    bahasa lokal kita kurang baik, kemungkinan komunikasi kita dengan

    penduduk lokal menjadi terbatas. Terkadang untuk mendapatkan makanan

    persis seperti yang sangat kita inginkan, tidak selalu berhasil. Para penderita

    afasia mengalami hal-hal seperti ini sehari-hari. Dengan demikian, Afasia

    adalah gangguan kemampuan berbahasa.

    Tidak ada dua orang penderita afasia yang persis sama. Afasia berbeda

    dari satu orang dengan yang lain. Tingkat keparahan dan luasnya cakupan

    afasia tergantung dari lokasi dan keparahan cedera otak, kemampuan

    berbahasa sebelum afasia, dan kepribadian seseorang. Beberapa penderita

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 3 | P a g e

    afasia dapat mengerti bahasa dengan baik, tetapi mengalami kesulitan untuk

    mendapatkan kata-kata yang tepat atau membuat kalimat-kalimat. Penderita

    yang lain dapat berbicara panjang lebar, tetapi apa yang diucapkan susah atau

    tidak dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Penderita seperti ini sering

    mengalami masalah besar dalam memahami bahasa. Kemampuan berbahasa

    dari kebanyakan penderita afasia berada di antara dua situasi tadi. Perlu

    diingat: seseorang yang menderita afasia secara umum memiliki kapasitas

    intelektual yang penuh.

    Hampir selalu setelah terjadi afasia, secara spontan terjadi pemulihan

    kemampuan berbahasa. Jarang atau tidak pernah terjadi pemulihan penuh.

    Namun dengan banyak melakukan latihan, selalu mencoba, dan tetap

    bertahan, pada akhirnya akan mendapatkan perbaikan.

    KLASIFIKASI

    1. Receptive language disorders

    RLD, diartikan sebagai kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan

    oleh orang lain. Anak sering gagal untuk mengikuti perintah yang

    diberikan oleh orang dewasa. Anak ini sering tampak kurang

    perhatiannya atau tampak seperti anak yang tidak mendengar atau tidak

    memahami perintah. (Cole & Cole ).

    Orang yang menderita gangguan receptif sulit memahami pesan yang

    disampaikan orang lain dan hanya menangkap bagian-bagian saja dari apa

    yang dikatakan kepadanya. Mereka dapat dikatakan juga memiliki

    masalah dalam proses bahasa, dalam proses yang utama adalah medengar

    dan mengiterpretasikan bahasa yang diucapkan (Wiig & Semel,1984).

    2. Expresive language disorders

    ELD, ditampakkan pada seseorang yang mengalami kesulitan dalam

    memproduksi bahasa atau memformulasikan dan menggunakan bahasa

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 4 | P a g e

    lisan (Wiig & Semel,1984). Jadi mereka mengalami gangguan bahasa

    ekpresif, mereka memiliki keterbatasan vocabulary dan mengandalkan

    pada beberapa inti kata (core of word) tidak dipermasalahkan dalam

    situasai apa.

    Gangguan bahasa ekspresif sering muncul pada anak-anak dan

    penderitanya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.

    Dalam berkomunikasi sering mengandalkan pada isyarat dan facial

    expression.

    SINDROM SINDROM AFASIA:

    1. Afasia Broca

    Cirinya: afasia ini paling sering dijumpai, gejala utamanya adalah

    kesulitan dalam bertutur.

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia Broca Tidak lancar - +

    Nama lain dari afasia broca : afasia motoris, afasia ekspresif,

    afasia motoris eferen. Afasia ini bisa muncul sebagai afasia akut, tetapi

    juga dapat berkembang dari afasia global dalam jangka waktu beberapa

    bulan atau tahunan. Afasia ini disebabkan oleh GPDO, peradangan,

    tumor, trauma.

    Lokasi kerusakan untuk afasia broca adalah di daerah fronto-

    parietal di hemisfer kiri (daerah suprasylvis, baik operkulum maupun

    insula).

    Bicara spontan afasia ini tidak lancar dan ditandai oleh adanya

    agramatisme (gangguan dalam gramatika yang memperlihatkan

    pengurangan dan penyederhanaan betuk bentuk gramatika). Jadi,

    kemampuan untuk mengutarakan hubungan gramatikal terganggu.

    Pasien juga mengalami kesulitan fonemis (ia membuat kesulitan

    fonemis karena representasi intern fonem fonem itu terganggu. Oleh

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 5 | P a g e

    karena itu dia menggunakan parafasia literal (menggunakan kata yang

    bunyinya mirip dengan kata yang dimaksud).

    Gangguan lain yang menyertai afasia broca, antara lain; apraksia

    bukofasial, apraksia ideomotoris, hemiplegia anggota tubuh bagian

    kanan. Tidak jarang pasien tipe afasia ini mengalami kesulitan dalam

    mengkoordinasikan gerakan otot bibir dan lidah (apraksia oral).

    Prognosisnya tergantung dari berbagai faktor. Umumnya dapat

    dikatakan, bahwa apabila pemahaman auditif pada mulanya cukup baik,

    perbaikan diperkirakan akan cepat. Apabila kemampuan menulis dari

    semula hampir normal tanpa agramatisme, maka prognosisnya baik

    sekali.

    2. Afasia Wernick

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia Wernick Lancar - -

    Nama lain: afasia sensoris, afasia reseptif, afasia akustis.

    Lokas kerusakan: bagian posterior girus temporal atas di hemisfer kiri.

    Penyebabnya: berbeda beda, jika karena GPDO penyebab yang

    paling banyak adalah karena emboli, yakni di daerah arteri serebri media

    inferior kiri.

    Bicaranya lancar, mengalami parafasia verbal, terjadi paragramatisme,

    logorea (banjir kata). Awalnya pasien afasia wernicke tidak sadar akan

    kesalahan kesalahannya dalam berbicara, tetapi setelah ia sadar akan

    kesalahannya, dia akan mencari kata yang tepat dan bicaranya akan

    lebih pelan.

    Pemahaman auditif sangat terganggu dan sepadan dengan gangguan

    yang terdapat pada berbicara spontan. Meniru ucapan juga buruk yang

    ditandai adanya parafasia literal dan parafasia verbal. Kemampuan

    menulis sama dengan bicara spontan

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 6 | P a g e

    Gangguan lain yang menyertai yaitu hemianopsia, sindrom Gerstmann,

    depresif.

    Prognosisnya tergantung dari banyak faktor seperti parahnya afasia,

    gangguan penyerta lain, usia, lingkungan atau keluarga.

    3. Afasia Konduksi

    Cirinya: tipe ini mempunyai ciri khas kemampuan modalitas bahasa

    untuk pengulangan yang buruk.

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia Konduksi Lancar - +

    Nama lain: afasia aferen motoris, afasia sentral.

    Tempat kerusakan: bagian posterior fasikulus arkuatus di hemisfer kiri.

    Penyebab juga bermacam macam, jika karena GPDO biasanya adanya

    emboli di arteri serebri media kiri.

    Bicara spontan hampir normal, tetapi tersendat sendat karena berusaha

    mencari kata yang tepat dan berusaha memperbaiki parafasia literal dan

    verbalnya. Pemahaman auditif dalam situasi bahasa sehari hari normal,

    tetapi bila dites ditemukan gangguan dalam hubungan gramatikal yang

    lebih kompleks. Membaca pemahaman hampir sama dengan

    pemahaman auditifnya. Kemampuan untuk pengulangan pada pasien

    biasanya terganggu oleh adanya kesulitan dalam memproduksi kata.

    Gangguan lain: apraksia verbal, apraksia bukofasial, apraksia

    ideomotoris, sindrom Gerstmann, dysprosodi.

    4. Afasia Global

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia Global Tidak lancar - -

    Pada afasia total atau global semua aspek bahasa sangat

    terganggu. Lokasi kerusakan: bagian bagian besar daerah fronto-

    temporo-parietal perisylvis di hemisfer kiri.

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 7 | P a g e

    Penyebabnya yang paling sering adalah adanya penyumbatan

    bagian terdepan arteri serebri media kiri, bisa juga karena tumor atau

    perdarahan besar. Biasanya diawali dengan koma. Bicara spontan tidak

    lancar, pemahaman auditif sangat terganggu. Meniru ucapan, membaca

    bersuara dan menulis tidak dapat dilakukan.

    Gangguan penyertanya: hemiplegia anggota tubuh bagian kanan,

    hemianopsia, hemianestesia. Jika setelah atau tanpa terapi, pemahaman

    pasien ini membaik maka afasia global ini dapat berubah menjadi afasia

    broca.

    5. Afasia Transkortikal Motoris

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia TKM Tidak lancar + +

    Nama lain: afasia dinamis, sindrom isolasi anterior

    Tempat kerusakan: di daerah frontal hemisfer kiri atau di daerah yang

    berbatasan langsung dengan daerah broca (di depan atau di

    belakangnya) atau di dalam daerah premotoris medial atau superior.

    Penyebab: traum, tumor, peradangan, GPDO. Kadang dianggap

    sebagai ketidakmampuan untuk mengalihkan pikiran ke dalam kalimat.

    Bicaranya seperti gagap. Antara bicara spontan dan meniru ucapan

    tidak begitu menonjol. Pasien dapat mengulang suku kata atau kalimat

    pendek, tetapi pada kalimat yang lebih panjang timbul

    perseverasi. Penemuan dan penamaan kata terganggu. Pemahaman

    bahasa lisan dan tulisan cukup baik. Kebanyakan pasien ini menderita

    hemiplegia sebelah kanan.

    6. Afasi Transkortikal Sensoris

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia TKS Lancar + -

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 8 | P a g e

    Tempat kerusakan: daerah temporo-parieto-oksipital di hemisfer

    kiri. Penyebabnya: bisa karena tumor, trauma, GPDO.

    Bicara spontan lancar, pemahaman auditif terganggu pada taraf

    pengaitan bunyi dan arti. Pemberian nama terganggu, membaca bersuara

    dapat dilakukan, tetapi membaca tanpa suara sama atau bahkan lebih

    buruk daripada pemahaman auditif. Kemampuan menulis sama dengan

    atau lebih buruk dari pada kemampuan bicaranya.

    Gangguan lain: sindrom Gerstmann, apraksia konstruktif, apraksia

    ideatoris. Perbedaan yang mendasar antara afasia TKS dengan demensia

    adalah adanya parafasia. Sedangkan pada demensia tidak ditemukannya

    parafasia.

    7. Afasia Transkortikal Campuran

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia TKC Tidak lancar + -

    Nama lain: isolasi daerah bicara.

    Lokasi kerusakan: daerah daerah besar korteks asosiasi anterior dan

    posterior, tetapi daerah perisylvis tidak terkena.

    Penyebab: GPDO, anoksia (misalnya karena keracunan karbon

    monoksida).

    Bicara spontan hampir tidak ada, kecuali ucapan singkat. Kalimat

    terbuka diteruskan secara automatis, tanpa adanya pemahaman.

    Pemahaman terganggu. Membaca dan menulis tidak mungkin dilakukan.

    Gangguan lain: hemiplegia dan hemianopsia (kehilangan lapang

    pandang sebelah).

    8. Afasia Anomis

    Cirinya:

    Jenis afasia Kelancaran perkataan Meniru Pemahaman

    Afasia Anomis Lancar + +

    Nama lain: afasia nominal.

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 9 | P a g e

    Anomia sering dianggap sinonim dengan afasia anomis, padahal

    sebenarnya berbeda. Anomia adalah sebuah gejala kesulitan menemukan

    kata (word-finding difficulty), sedangkan afasia anomis adalah tipe

    sindrom afasia dengan gejala utamanya anomia.

    Afasia ini mula mula dapat merupakan afasia anomis, tetapi juga dapat

    menjadi afasia anomis dari sindrom afasia lain yang lebih parah. Afasia

    ini biasanya berkembang dari salah satu afasia posterior dan karena itu

    tempat kerusakannya biasanya daerah temporal, temporo-parietal atau

    temporo-oksipital di hemisfer kiri.

    Penyebabnya: GPDO, tumor, trauma, abses, ensefalitis, penyakit

    degeneratif. Pada afasia ini yang terganggu adalah penemuan dan

    penamaan kata, terutama kata isi yang jarang dipakai, baik pada saat

    bicara maupun menulis. Pemahaman bahasa lisan dan tulis (membaca)

    baik.

    Gangguan lain: tergantung dari tempat kerusakan

    ETIOLOGI

    Afasia disebabkan oleh cedera otak. Penyebab cedera otak pada

    umumnya disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah. Kelainan tersebut

    juga dinamakan pendarahan otak, gangguan pembuluh darah otak, atau geger

    otak. Istilah medisnya adalah CVA, Cerebro (=otak) Vasculair (=pembuluh

    darah) Accident (=kecelakaan). Penyebab lain terjadinya afasia adalah trauma

    (cedera pada otak karena kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas) atau

    tumor otak. Otak kita membutuhkan oksigen dan glukosa untuk dapat

    berfungsi. Jika terjadi CVA atau gangguan lainnya yang menyebabkan

    terganggunya sistem aliran darah di otak, maka lambat laun sel-sel otak di

    bagian tersebut akan mengalami kematian. Di otak terdapat berbagai bagian

    dengan fungsi yang berbeda-beda. Pada kebanyakan orang, bagian untuk

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 10 | P a g e

    kemampuan menggunakan bahasa terdapat di sisi kiri otak. Jika terjadi cedera

    pada bagian bahasa di otak, maka terjadi afasia.

    PERMASALAHAN YANG DAPAT TERJADI JIKA MENGALAMI

    AFASIA.

    Sangat jarang terjadi seseorang hanya menderita afasia. Sering bagian

    otak lainnya juga ikut terpengaruh. Contoh hal-hal yang timbul sebagai

    permasalahan tambahan dari afasia:

    Kelumpuhan separuh badan (hemiplegie, hemi = separuh, plegie =

    kelumpuhan). Penderita afasia biasanya mengalami kelumpuhan separuh

    tubuh sebelah kanan. Pengontrolan otot-otot pada satu sisi tubuh rusak.

    Hal ini mengakibatkan ketidakharmonisan kerja otot-otot tersebut.

    Kegagalan dari separuh jangkauan penglihatan (hemianopsie, hemi=

    setengah, opsie = melihat). Pada umumnya mereka dapat melihat dengan

    baik semua yang terletak di sisi bagian tubuh yang sehat. Segala sesuatu

    yang terletak di sisi bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan, tidak

    dapat dilihat dengan baik.

    Ketidaktahuan akan bagaimana melakukan hal-hal tertentu (apraxie, a =

    tidak, praxie = melakukan). Hal-hal sederhana seperti berpakaian, makan,

    dan minum tidak dapat lagi dilakukan secara sadar. Seseorang yang

    mengalami apraxie tidak dapat melakukan sesuatu secara sadar. Misalnya

    jika dia diminta mematikan lilin. Padahal dia dapat secara otomatis

    mematikan korek api ditangannya jika korek api itu akan membakar jari-

    jarinya.

    Permasalahan sehubungan dengan makan, minum, dan menelan

    (dysfagie, dys = tidak baik, fagie = menelan). Cedera otak dapat

    menyebabkan kelumpuhan otot mengunyah dan menelan, menjadi sangat

    sensitif atau tidak sensitif sama sekali. Hal ini menyebabkan makan dan

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 11 | P a g e

    minum sulit untuk dilakukan. Kelumpuhan dan mati rasa di bagian pipi

    dapat menyebabkan keluarnya ludah dari sudut mulut tanpa disadari.

    Persoalan dengan ingatan. Untuk dapat mengingat informasi, bahasa

    memainkan peranan yang besar. Kesulitan menggunakan bahasa

    mengakibatkan seolah-olah ingatan tidak lagi bekerja dengan baik. Oleh

    karena itu selalu tulis beberapa kata-kata kunci. Hal ini akan

    memudahkan penderita afasia untuk mengingat hal-hal tersebut.

    Berbeda dalam merespon sesuatu. Terkadang cara merespon mereka

    sebelum dan sesudah mengalami pendarahan otak sangat berbeda.

    Mengontrol pengungkapan emosi menjadi semakin sulit dilakukan.

    Seseorang bisa menjadi lebih sering tertawa atau menangis. Dan untuk

    bisa berhenti harus dengan susah payah.

    Epilepsi. Ketika otak yang mengalami cedera memulih, di otak akan

    terdapat parut luka. Terkadang parut ini menyebabkan kortsleting/arus

    pendek di otak. Hal ini menyebabkan tubuh kejang, dapat menyulitkan

    pernapasan, dan bahkan dapat sampai pingsan. Serangan epilepsi ini

    berlangsung hanya beberapa menit, tetapi terjadi secara mendadak. Hal

    ini terkadang menimbulkan schok yang berat pada si penderita dan

    keluarganya.

    Daftar permasalahan yang mengikuti afasia yang diberikan di atas tentu

    saja tidak lengkap. Sebab afasia dan permasalahan yang mengikutinya

    berbeda pada setiap orang. Setiap permasalahan yang disebutkan di atas dapat

    terjadi seiring dengan afasia, tetapi tidak harus selalu demikian.

    PENATALAKSANAAN

    Banyak penderita afasia pernah dirawat dalam periode tertentu di

    rumah sakit. Opname di rumah sakit biasanya dilakukan setelah terjadi cedera

    otak. Setelah keluar dari rumah sakit, banyak dari mereka yang masih

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 12 | P a g e

    membutuhkan penanganan lanjutan. Tidak selalu jelas kepada siapa mereka

    bisa datang untuk mendapatkan pertolongan.

    Dapatkan informasi dari dokter yang menangani penderita mengenai

    kemungkinan penanganan yang tersedia untuk penderita di lingkungannya.

    Penanganan afasia hampir selalu diteruskan ke ahli logopedia (=seseorang

    yang ahli dalam bidang komunikasi). Secara prinsipil setiap penderita afasia

    akan mendapatkan penanganan logopedia. Lamanya penanganan tergantung

    pada beberapa hal termasuk pulihnya afasia dan kemungkinan-kemungkinan

    serta pengaturan di negara dimana Anda tinggal.

    PEDOMAN UNTUK BERKOMUNIKASI

    Afasia mengubah cara seseorang dalam memahami sesuatu atau

    bersikap. Dengan memanfaatkan secara optimal kemungkinan komunikasi

    yang masih ada, lingkungan penderita afasia masih bisa berkomunikasi

    dengannya. Seseorang yang menderita afasia berat sering hanya dapat

    mengerti kata-kata penting dari sebuah kalimat. Dia hanya bisa mengerti

    kata-kata kunci. Mengerti dengan menggunakan kata-kata kunci dapat

    menimbulkan salah pengertian. Pesan yang ingin disampaikan disalahartikan.

    Hal ini timbul dari kombinasi kata-kata kunci dengan pengetahuan umum

    mengenai subyek tertentu. Terkadang kita mengira bahwa kita dan penderita

    afasia mengerti dengan baik satu sama lain. Reaksi yang timbul kemudian

    menunjukkan hal yang berbeda.

    Ketika ingin memberitahukan sesuatu kepada penderita afasia,

    luangkan waktu khusus untuk percakapan tersebut. Duduk tenang dan buat

    kontak mata.

    Jika merasa tidak yakin dengan percakapan tersebut, mulai dengan

    sesuatu yang sederhana mengenai diri Anda. Setelah itu ajukan pertanyaan

    yang jawabannya ingin Anda ketahui.

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 13 | P a g e

    Bicaralah dengan tenang dengan menggunakan kalimat-kalimat

    pendek. Berikan penekanan pada kata-kata yang paling penting.

    Tuliskan kata-kata yang paling penting. Ulangi pesan yang ingin Anda

    sampaikan dan berikan tulisan tersebut kepada pasien afasia. Pasien afasia

    dapat menggunakan tulisan tersebut untuk membantu ingatannya atau sebagai

    alat bantu komunikasi.

    Bantu penderita afasia mengungkapkan permasalahannya dengan

    menggunakan bahasa isyarat, menggambar, atau menulis atau minta dia untuk

    juga menunjuk, memberikan isyarat, menggambar, atau menuliskan

    permasalahannya. Sama-sama mencari di buku saku bahasa atau buku

    percakapan.

    Ketika penderita afasia ingin memberitahukan sesuatu kepada Anda

    Pertama-tama harus jelas mengenai siapa yang dibicarakan, apa yang terjadi,

    dan dimana atau kapan kejadian itu berlangsung. Sangat penting bagi Anda

    untuk mengajukan pertanyaan yang tepat, inventif, dan sebisamungkin

    dilakukan dengan sistematis. Coba untuk selalu memberikan pertanyaan

    pilihan. Tuliskan pilihan yang salah satunya harus atau dapat dipilih,

    berdekatan satu sama lain.

    ALAT BANTU KOMUNIKASI

    Di banyak negara terdapat buku menunjuk-gambar khusus. Di

    dalamnya terdapat kata-kata dan gambar-gambar. Dengan menunjuk kata-kata

    dan gambar, seseorang bisa memperjelas apa yang dia maksudkan. Minta

    informasi dari dokter atau ahli logopedia Anda mengenai keberadaan alat

    bantu seperti itu di negara Anda. Jika tidak ada, Anda dapat membuat sendiri

    buku komunikasi seperti itu. Di dalam buku tersebut Anda dapat

    menempelkan foto-foto atau gambar-gambar yang penting bagi penderita

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 14 | P a g e

    afasia. Dengan demikian pembicaraan mengenai suatu kejadian dapat

    dilakukan dan perasaan dapat diungkapkan.

    Dengan menggunakan buku menunjuk, Anda dan penderita afasia

    bersama-sama mencari konteks yang penting untuk pembicaraan tersebut.

    Pastikan Anda mempunyai kertas dan pulpen untuk hal ini. Anda dapat

    membuat daftar kata-kata yang paling penting dalam pembicaraan tersebut.

    Hal ini akan memudahkan mengikuti dan mengingat isi pembicaraan tersebut.

    Kesabaran mengalahkan segalanya melakukan pembicaraan dengan

    seorang penderita afasia menuntut banyak waktu dan kesabaran. Terlepas dari

    tip-tip di atas, dapat terjadi bahwa pada akhirnya Anda tidak sepenuhnya

    mengerti isi pembicaraan tersebut. Biarkan pembicaraan itu mengendap untuk

    beberapa waktu dan setelah itu coba sekali lagi. Kemungkinan Anda akan

    lebih berhasil!

    CONTOH KALIMAT MENGGUNAKAN KATA AFASIA

    1. Kesabaran sangat dibutuhkan ketika berkomunikasi dengan penderita

    afasia.

    2. Tidak semua penderita afasia mempunyai ciri yang sama.

    3. Penderita afasia mengungkapkan permasalahannya dengan menggunakan

    bahasa isyarat, menggambar, atau menulis

    4. Beberapa penderita afasia dapat mengerti bahasa dengan baik.

    5. Afasia bisa ditangani tetapi belum tentu bisa di sembuhkan secara total.

    6. Penderita afasia butuh perhatian khusus dari keluarganya.

    7. Penderita afasia tidak dapat bersekolah di SD kami.

    8. Pelayanan suster terhadap afasia di rumah sakit sangat baik.

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 15 | P a g e

    9. Para ahli logopedia memberikan alat bantu komunikasi bagi penderita

    afasia.

    10. Kita harus ikut mencegah terjadinya isolasi sosial para penderita afasia

    sehingga memungkinkan setiap orang berpikir kritis, serta peduli terhadap

    sesama.

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 16 | P a g e

    DAFTAR PUSTAKA

    Dharmaperwira-Prins, Reni. 1992. Afasia Deskripsi Pemeriksaan Penanganan.

    Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

    Kusumoputro S. (1992). Afasia Gangguan Berbahasa. Jakarta: FK. UI.

    Dharmaperwira-prins R. (2002). Deskripsi, Pemeriksaan dan Penanganan

    Afasia. Jakarta: FK. UI

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 17 | P a g e

    MAKALAH NEUROLOGY

    AFASIA (Gangguan Berbahasa)

    Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)

    Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Haji Medan

    Pembimbing :

    dr. Luhu A. Tapiheru, Sp.S

    Disusun Oleh :

    Wilda Nengsih

    06310196

    RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

    2013

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 18 | P a g e

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala

    limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan

    makalah ini yang berjudul: Afasia sebagai tugas mengikuti Kepaniteraan Klinik

    Senior (KKS) Ilmu Penyakit Saraf pada Rumah Sakit Haji Medan.

    Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

    dr.Luhu A. Tapiheru, Sp.S atas segala bimbingan dan arahan sehingga makalah ini

    dapat terselesaikan dengan baik.

    Makalah ini tidaklah sempurna, untuk itu penulis berharap saran dan

    kritikan yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

    Semoga makalah ini bermanfaat.

    Medan, April 2013

    Penulis

    Wilda Nengsih

  • Makalah Neurology

    Wilda Nengsih - 06310196

    KKS FK UNMAL RS Haji Medan 19 | P a g e

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................ i

    Daftar Isi ......................................................................................................... ii

    Pendahuluan .................................................................................................... 1

    Definisi ............................................................................................................ 1

    Klasifikasi ....................................................................................................... 3

    Sindrom-sindrom Afasia ................................................................................. 4

    Etiologi ............................................................................................................ 9

    Penatalaksanaan .............................................................................................. 11

    Daftar Pustaka ................................................................................................. 16