aetikel kasus foxmeyer

3
Kamis, 07 Februari 2008 kasus kegagalan implementasi ERP Kasus foxMeyer: kegagalan pengimplementasian ERP Karena kompetisi yang ketat, FoxMeyer membutuhkan solusi yang tepat yang akan membantunya untuk membuat rantai keputusan yg rumit dan meningkatkan penekanan cost. Di awal 90an, manajemen memutuskan untuk memfokuskan strategi bisnis pentransferan perusahaan ke dalam low distributor untuk meningkatkan competitive advantage dan secara bersamaan menyediakan jasa terdiferensiasi untuk target customer yg berbeda. Berdasarkan pada supply chain analysis, Ia memutuskan bahwa ERP akan memberikan solusi terbaik pada FoxMeyer untuk menyediakan informasi yg tepat waktu, otomatis dan mengintegrasikan system sediaan (inventory) Ini diperkirakan akan mengeliminasi aktivitas yang tidak penting, membangun tingkat inventory yg tepat dan menyediakan responsive customer services. Idealnya, dengan ERP system, perusahaan akan mampu memanage pesanan, sediaan, dan aktivitas penjualan dalam satu system yang expected to streamline operations and menyediakan distribusi yg efisien dari resep obat yg merupakan komponen penting dari sebuah industri farmasi. Di tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk menggunakan jasa Arthur Andersenconsulting company untuk mengimplementasikan SAP (R/3), sebuah soft ware ERP (menggunakan their Anderson Consulting Group). FoxMeyer memilih top consultant dan menggunakan software yg paling banyak digunakan untuk menjamin kesuksesan implementasi. SAP (systemanalyse and programmentwicklung) adalah vendor ERP terbesar pada saat itu. Di tahun 2001, SAP masih merupakan supplier software terbesar di dunia dan merupakan vendor soft ware terbesar keempat di dunia. Software ini membantu perusahaan menghubungkan proses bisnisnya sehingga keseluruhan perusahaan bias berjalan lancar. Pada awal th 1990an R/3 merupakan komoditas yg sedang hot. FoxMeyer seperti perusahaan lainnya, ikut menggunakan software tsb. Karena reputasinya dank arena rekomendasi konsultan. The consultant_Andersen Consulting

Upload: iyusfirdaus

Post on 01-Jul-2015

224 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: aetikel kasus Foxmeyer

Kamis, 07 Februari 2008

kasus kegagalan implementasi ERP

Kasus foxMeyer: kegagalan pengimplementasian ERP

Karena kompetisi yang ketat, FoxMeyer membutuhkan solusi yang tepat yang akan membantunya untuk membuat rantai keputusan yg rumit dan meningkatkan penekanan cost. Di awal 90an, manajemen memutuskan untuk memfokuskan strategi bisnis pentransferan perusahaan ke dalam low distributor untuk meningkatkan competitive advantage dan secara bersamaan menyediakan jasa terdiferensiasi untuk target customer yg berbeda. Berdasarkan pada supply chain analysis, Ia memutuskan bahwa ERP akan memberikan solusi terbaik pada FoxMeyer untuk menyediakan informasi yg tepat waktu, otomatis dan mengintegrasikan system sediaan (inventory) Ini diperkirakan akan mengeliminasi aktivitas yang tidak penting, membangun tingkat inventory yg tepat dan menyediakan responsive customer services. Idealnya, dengan ERP system, perusahaan akan mampu memanage pesanan, sediaan, dan aktivitas penjualan dalam satu system yang expected to streamline operations and menyediakan distribusi yg efisien dari resep obat yg merupakan komponen penting dari sebuah industri farmasi.

Di tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk menggunakan jasa Arthur Andersenconsulting company untuk mengimplementasikan SAP (R/3), sebuah soft ware ERP (menggunakan their Anderson Consulting Group). FoxMeyer memilih top consultant dan menggunakan software yg paling banyak digunakan untuk menjamin kesuksesan implementasi. SAP (systemanalyse and programmentwicklung) adalah vendor ERP terbesar pada saat itu. Di tahun 2001, SAP masih merupakan supplier software terbesar di dunia dan merupakan vendor soft ware terbesar keempat di dunia. Software ini membantu perusahaan menghubungkan proses bisnisnya sehingga keseluruhan perusahaan bias berjalan lancar. Pada awal th 1990an R/3 merupakan komoditas yg sedang hot. FoxMeyer seperti perusahaan lainnya, ikut menggunakan software tsb. Karena reputasinya dank arena rekomendasi konsultan.

The consultant_Andersen Consulting

Andersen hingga saat ini memiliki lebih dari 15000 konsultan IT yg didedikasikan untuk membantu klien dlm memperbaiki hasil bisnisnya dg mengimplementasikan solusi IT. Kekuatan global capability Andersen dlm kaitannya dengan SAP yaitu mengaplikasikan metodologi dan sarana yg ditawarkan kpd kliennya dg pengimplementasian SAP. Sarana-sarana yg digunakan oleh Andersen selalu konsisten dengan pendekatan SAP dan sesuai (complementary) dg SAP. Dg kata lain, Andersen seakan-akan menjadi konsultan tg paling dapat dipercaya untuk pengimplementasian SAP system

THE IMPLEMENTATION OF SAP R/3 AT FOXMEYER

Pada September 1993, FoxMeyer menandatangani kontrak dengan SAP, Andersen Consulting and Arthur Andersen & Co. (AA), the parent company of Anderson Consulting, untuk mengimplementasikan R/3 software. Proyek jutaan dollar ini meliputi seluruh supply chain—penggudangan, inventory control, customer service, marketing, strategic planning, information system, pengiriman dan handling. SAP R/3

Page 2: aetikel kasus Foxmeyer

adalah system informasi yg pertama kali diloncingkan di industry farmasi yg menggunakan teknologi extensive di rangkaikan dengan fungsi gudang automatis.

Cost untuk pengimplemantasian SAP dianggarkan pd 1994 sebesar US$65 juta. Anggara ini meliputi:

● US$4.8juta client/server computer system dari Hewlett Packard,

● US$4juta SAP software,

● beberapa juta dollars untuk biaya konsultasi kpd Andersen Consulting,

● US$18juta untuk 340,000 square-foot baru computerized warehouse di

Washington Court House, Ohio, yg mana computerized robots filled orders received dari rumah sakit dan apotik. The ERP system diproyeksikan untuk menghemat US$40juta per tahun di FoxMeyer. Pada musim panas 1994, FoxMeyer menandatangani kontrak distribusi besar yg dibutuhkan untuk menambah 6 gudang. SAP and Anderson menjadwalkan impleementasi di gudang tsb untuk January and February 1995. Kemudian mereka berencana untuk mengimplementasikan R/3 di 17 gudang lama. Namun demikian, di bln November 1994, SAP menginformasikan kpd FoxMeyer bahwa R/3 hanya bias diimplementasikan di gudang barunya saja. Gudang lain yg memiliki volume faktur yg lebih besar daripada system ini dapat diproses. The R/3 system pada gudang yg baru bisa menangani 10000 transaksi per hari, sedangkan system yg sebelumnya dapat menangani 420,000 transaksi per hari. FoxMeyer memulai penggunaan R/3 tepat pada saat fasilitas dan pesanan pelanggan terpenuhi. Namun demikian, karena kesalahan data, customers sales histories menjadi tidak accurate. On top of that the physical move of inventory was done carelessly.

Therefore, the benefits from forecasting inventory needs was limited. FoxMeyer harus mengeluarkan sekitar US$16juta untuk memperbaiki kesalahan dalm pesanan selama 6 minggu pertama. Maka dari itu, FoxMeyer hanya merealisasikan penghematan setengah dari yg telah diproyekkan. Beberapa masalah tidak dapat diperbaiki, memaksa dan yg terlihat berikutnya adalah kebangkrutan. Tagihan Implementasi terakhir lebih dari US$100juta, tetapi kinerja R/3 masih tak bias diterima. R/3 bekerja dg lambat, melebihi anggaran, dan gagal mengirimkan keunyungan yg diharapkan. Untuk sebuah perusahaan dlm bisnis yg bermargin rendah, dg beban hutang yg banyak, kerugiannya menjadi berlimpahan/ banyak sekali. Setelah mengeluarkan US$34juta untuk menutupi pengiriman yg blm terkumpul dan cost sediaandi th 1996, FoxMeyer terpaksa mengajukan pernyataan bangkrut. FoxMeyer mengalami beban pengeluaran yg sangat banayk untuk membeli computer baru, software dan konsultan. Di bln November 1996, McKesson Corp., pesaing terbesar FoxMeyer mengakuisisi FoxMeyer hanya seharga US$80juta. Pada tahun 1998, dewan pengawas (trustee) kebangkrutan FoxMeyer mengeluarkan dua tuntutan terpisah masing-masing US$500juta, tuntutan tsb diajukan kepada SAP dan Andersen Consulting. FoxMeyer menuduh SAP telah berbuat curang, lalai dan melanggar kontrakuntuk menawari FoxMeyer untuk berinvestasi pada system yang gagal mengirim dan menyebabkan Kematian FoxMeyer. Andersen Consulting dituduh lalai dan melanggar kontrak karena kegagalannya untuk memanage implementasinya dengan baik. Keduanya menyangkal dan menyalahkan FoxMeyer atas kesalahan management nya(mismanagement). The cases were still in court