acara-5
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Biokimia - Penetapan Kadar KolesterolTRANSCRIPT
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENETAPAN KADAR KOLESTEROL
DISUSUN OLEH
NAMA : ANGELIA ANFA ANISA
NIM : K1A014004
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
ACARA V
PENETAPAN KADAR KOLESTEROL
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan dan menetapkan kadar kolesterol pada serum.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 13 Oktober 2015
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan III, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Banyak hormon, juga kolesterol, merupakan steroid, yaitu lipid yang dicirikan
oleh rangka karbon yang tersusun atas empat cincin yang menyatu. Kolesterol
(cholesterol) adalah komponen umum membran sel hewan dan juga merupakan
prekursor untuk sintesis steroid-steroid lain. Pada vertebrata, kolesterol disintesis
dalam hati. Banyak hormon termasuk hormon seks vertebrata, merupakan steroid yang
diproduksi dari kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan molekul krusial
dalam tubuh hewan, walaupun ladar kolesterol yang tinggi dalam darah dapat
berkontribusi bagi munculnya aterosklerosis. Lemak jenuh maupun lemak trans
memberikan dampak negatif pada kesehatan dengan cara memengaruhi kadar
kolesterol (Campbell, 2010 : 83).
Kolesterol yang berasal dari lemak adalah zat yang berguna untuk menjalankan
fungsi tubuh. Sebagai sumber energi, lemak memberikan kalori paling tinggi. Sekitar
80% kolesterol dihasilkan oleh tubuh, selebihnya dari makanan tinggi kolesterol.
Sebaliknya, lemak tak jenuh dari tumbuhan, seperti minyak kedelai, tidak banyak
berpengaruh pada peningkatan kolesterol darah. Selain itu proses metabolisme
kolesterol untuk membungkus jaringan syaraf (myelin), melapisi selaput sel, dan
pelarut vitamin. Secara biokimiawi mempunyai peranan penting sebagai prekursor
sejumlah senyawa steroid lain yang sama pentingnya seperti: asam empedu, hormon
korteks adrenal, hormon seks, vitamin D, glikosida kardiak, dan pada tumbuhan
dikenal sitosterol dan beberapa alkaloid (Harti, 2014 : 112).
Mengosumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi berisiko
meningkatkan kadar kolesterol darah atau hiperkolesterolemia. Kenaikan kolestrol
darah sangat berhunbungan dengan terjadinya penyakit jantung. Hiperkolestrolemia
biasanya terjadi pada orang gemuk atau lanjut usia tetapi tidak dapat menutup
kemungkinan gangguan metabolisme ini dapat terjadi pada orang kurus bahkan usia
muda. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hiperkolestrolemia antara lain
adalah kurangnya aktivitas fisik. Kemajuan teknologi tanpa telah membuat aktivitas
berkurang. Balitbangkes pada data Rikesdas 2007 menunjukkan prevalensi kurangnya
aktivitas fisik pada penduduk usia >10 tahun mencapai angka 48,2%. Selain aktivitas
fisik yang berkurang, pola makan yang tidak sehat dan lebih bersifat praktis seperti
makanan siap saji maupun junk food yang biasa banyak mengandung lemak tinggi dan
rendah serat, juga berperan dalam terjadinya hiperkolestrolemia. Hal ini disebabkan
karena adanya peningkatan jumlah asetil-KoA dalam sel hati untuk menghasilkan
kolestrol. Jika keadaan ini melampaui batas mekanisme kompensasi tubuh dalam
metabolisme lemak, tentunya akan menyebabkan terjadinya hiperkolestrolemia (Malik
dkk., 2013).
Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh. Penyebab terjadinya obesitas biasanya disebabkan karena pola makan yang
abnormal yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari.
Penderita obesitas mengalami peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh
(Hiperkolesterolemia). Tujuan dari penelitian adalah mengukur nilai Indeks Massa
Tubuh (IMT) untuk menentukan kriteria obesitas, mengukur kadar kolesterol pada
penderita obesitas dan mengetahui pengaruh obesitas terhadap kadar kolesterol. Dari
hasil yang diperoleh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) bahwa penderita
obesitas tidak selalu kadar kolesterolnya tinggi. Karena kolesterol tidak selalu
dipengaruhi oleh obesitas, tapi lebih dipengaruh pada konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol. Seperti mengkonsumsi daging, jerohan, dan telur yang dapat
meningkatkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah, karena di dalam makanan
daging, jerohan, dan telur terdapat kandungan kolesterol yang cukup tinggi (Sukeksi
dan Herlisa, 2010).
Kadar kolesterol daging maupun kadar kolesterol kuning telur akan meningkat
sejalan dengan meningkatnya kadar kolesterol darah, namun peningkatan akan
maksimal pada kadar kolesterol darah di atas 700mg/dl. Jumlah kolesterol dalam sel di
dalam tubuh manusia dan hewan diatur oleh banyak faktor. Pada umumnya semua
faktor itu dapat dibagi menjadi dua macam : Faktor pertama adalah luar sel, seperti
jumlah kolesterol bebas atau yang terikat dalam lipoprotein di luar sel, persediaan
asam lemak bebas, dan adanya hormon tertentu. Faktor kedua adalah dalam sel, seperti
kegiatan sistem enzim yang berperan dalam sintesis kolesterol dan yang berperan
dalam katabolisme kolesterol, jumlah persediaan terpenoida, lanosterol, dan skualen
sebagai prekursor untuk sintesis kolesterol, jumlah hasil metabolisme kolesterol,
adanya kegiatan pengangkutan kolesterol atau derivatnya keluar dari sel dengan
mekanisme pengangkutan aktif melalui membran sel, dan pengaruh viskositas
membran (Rahmat dan Rachmat, 2011).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 mL
b. Kuvet
c. Labu ukur 10 mL
d. Labu takar 50 mL
e. Penanggas air
f. Penjepit kayu
g. Pipet tetes
h. Pipet volum 1 mL
i. Pipet volum 2 mL
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Sentrifuge
m. Spektrofotometer UV-VIS
n. Stopwatch
o. Tabung reaksi
p. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Alkohol absolute (CH3CH2OH)(aq)
b. Aquades (H2O)(l)
c. Larutan asam asetat (CH3COOH) glasial
d. Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat
e. Larutan color reagen
f. Larutan petroleum benzena
g. Larutan sampel kolesterol
h. Larutan serum kolesterol standar
D. SKEMA KERJA
1. Uji sampel
a. Larutan sampel
1 buah tabung reaksi
Dimasukkan 2,5 mL alcohol absolut
+ 0,1 mL serum kolesterol
+ 5 mL petroleum benzene
Dicampurkan dalam sentrifius selama ± 30 detik
Hasil
+3 mL aquadest (dikocok 10-15 menit) dengan sentrifius
Didiamkan
Terbentuk 2 lapisan
Lapisan atas lapisan bawah
Dimasukkan dalam tabung reaksi lain
Diuapkan dalam penangas air (80o) sampai cairan tinggal sedikit
Didinginkan (dibiarkan mongering)
Hasil
+4 ml colour reagent
Δ dalam penangas air 5 menit
Didinginkan pada suhu kamar
Sampel
+4 ml asam asetat glasial
+3 ml H2SO4
2 lapisan
Dikocok 1-2 menit (sentrifius)
Didiamkan dalam ruangan gelap (30 menit)
Diencerkan 10 kali (1 ml menjadi 10 ml) untuk sampel
Diukur A pada λ = 560 nm
Hasil
b. Larutan blanko
Tabung reaksi blanko
+4 ml asam asetat glacial
Blangko
+3 ml H2SO4 pekat
2 lapisan
Dikocok 1-2 menit (sentrifius)
Didiamkan dalam ruang gelap (30 menit)
Diencerkan 10 kali (1 ml menjadi 10 ml) untuk sampel
Diukur A pada λ = 560 nm
Hasil
2. Kurva kalibrasi
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Masing-masing tabung di + 0,5 ; 1,0 ; 2,0 (mL)
kolesterol standar 0,05 mg/mL petroleum benzene
Diuapkan dalam penangas air (80oC)
Sisanya yang tertinggal diuapkan pada suhu kamar
Hasil
+4 ml colour reagen
Δ didinginkan pada suhu kamar
+ 3ml asam sulfat pekat
2 lapisan
Dikocok 1-2 menit sentrifius
Didiamkan dalam ruangan gelap (30 menit)
Diencerkan 10 kali (dalam pelarut petroleum benzen)
Diukur A pada λ = 560 nm
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
No
.
Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Uji Sampel
Dimasukkan 2,5 ml alkohol
absolut
Warna awal alkohol absolut
bening
+ 0,1 ml serum kolesterol Warna awal serum kolesterol
bening
Campuran terdapat dua fasa,
berwarna bening dan terdapat
endapan putih
+ 5 mL petroleum benzene
Disentrifugasi ± 30 detik
Warna awal petroleum benzene
bening
+ 3 ml aquadest (dikocok ±
10 menit)
Terbentuk 3 lapisan (bening,
endapan, putih keruh)
Didiamkan Terbentuk 3 lapisan
Atas : bening
Tengah : seperti cincin putih
Bawah : ada endapan putih
keruh semakin menggumpal
Lapisan atas dimasukkan
dalam tabung reaksi
Diuapkan dalam penangas
air (800) sampai cairan
tinggal sedikit kemudian
didinginkan
+ 4 ml colour reagent
Warna awal colour reagent
kuning
Campuran menjadi kuning
bening seperti minyak
∆ selama 5 menit kemudian
didinginkan
Sampel dan tabung reaksi
blanko masing-masing + 4
ml asam asetat glacial
Warna awal asam asetat glacial
bening
Pada sampel, terdapat 2 lapisan
Atas : kuning
Bawah : endapan putih
+ 3 ml asam sulfat pekat
Sentrifugasi selama 2 menit
Didiamkan dalam ruang
gelap (30 menit)
Larutan di ambil 1 ml dan
Diencekan hingga 10 ml
Diukur pada λ = 560 nm
Nilai absorbansi
Blanko : 0,05
Sampel : 0,36
2. Kurva Kalibrasi
+ 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ml
kolesterol standar 0,05
mg/ml petroleum benzene
Diuapkan dalam penagas air
(800)
+ 4 ml colour reagent
∆
Dinginkan, + 3 ml asam
sulfat pekat
2 lapisan
Warna awal kolesterol : putih
keruh
Larutan campuran : bening
Volume larutan berkurang
Warna awal colour reagent
kuning
Larutan terasa panas
Warna colour reagen : kuning
bening
Larutan campuran : kuning
bening
Warna awal asam sulfat pekat :
bening
Warna campuran: terdapat dua
lapisan. Lapisan atas; kuning
pucat, lapisan bawah; putih
keruh. Dinding tabung terasa
panas.
Disentrifugasi Sentrifuge selama 2 menit
Terdapat 3 lapisan
Lapisan atas: bening
Lapisan tengah: kuning keruh
Lapisan bawah: putih keruh
Didiamkan dalam ruang
gelap (30 menit)
Diambil larutan 1 ml
kemudian diencerkan
menjadi 10 ml
Terdapat 3 lapisan
Lapisan atas: bening
Lapisan tengah: kuning keruh
Lapisan bawah: putih keruh
Terbentuk cincin bening
Warna pengenceran: bening
dan terasa panas pada dinding
labu takar
Diambil 1 ml lalu diukur
pada λ = 560 nm
Nilai absorbansi
A untuk 0,5 mL = 0,08
A untuk 1 mL = 0,18
A untuk 2 mL = 0,13
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
Struktur Kolesterol
2. Perhitungan
Diketahui :
Konsentrasi standar = 0,05 mg/ml
Konsentrasi kolesterol dalam standar
V1 = 0,5 ml
V2 = 1 ml
V3 = 2 ml
Ditanya : kadar masing-masing kolesterol
Jawab :
a. Kadar 1
Kadar 1 = V × kadar kolesterol standar
= 0,5 ml × 0,05 mg/ml
= 0,025 mg
b. Kadar 2
Kadar 2 = V × kadar kolesterol standar
= 1 ml × 0,05 mg/ml
= 0,05 mg
c. Kadar 3
Kadar 3 = V × kadar kolesterol standar
= 2 ml × 0,05 mg/ml
= 0,1 mg
Pengenceran
a. M1 × V1 = M2 × V2
M2 = M 1 X V 1
V 2
= 0,025 X 1
10
= 0,0025 mg
b. M1 × V1 = M2 × V2
M2 = M 1 X V 1
V 2
= 0,05 X 1
10
= 0,005 mg
c. M1 × V1 = M2 × V2
M2 = M 1 X V 1
V 2
= 0,1 X 1
10
= 0,01 mg
3. Kurva kalibrasi
Tabel analog
Tabung Konsentrasi absorbansi
I 0,0025 0,08
II 0,005 0,18
III 0,01 0,13
Kurva kalibrasi hubungan antara absorbansi dengan kadar kolesterol
0.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.009 0.01 0.0110
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0.2
f(x) = 18.2857142857143 xR² = 0.78789433187997
Series2Linear (Series2)
Dari kurva, diperoleh persamaan y = 18,28x
Penentuan kadar kolesterol dalam serum
Y = 18,28x
Sifat absorbansi serum
0,36 = 18,28x
X = 0,36
18,28
X = 0,0196 mg/mL, setelah pengenceran 10 mL
Diketahui :
X = M2 = 0,0196 mg ( kadar setelah pengenceran 10 mL )
V1 = 1 mL
V2 = 10 mL
Jadi kadar kolesterol dalam serum adalah
M1 X V1 = M2 X V2
M1 X 1 mL = 0,0196 x 10 mL
M1 = 0,196 mg dalam 0,1 mL sampel yang digunakan
G. PEMBAHASAN
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan
pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Merupakan
sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol
ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroid ialah lipid yang memiliki struktur
kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atom karbon.
Kolestrol terdapat di dalam aliran darah atau sel tubuh yang sebenarnya
dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon.
Kolestrol yang normal harus di bawah 200 mg/dl. Kolestrol tidak larut dalam darah
sehingga perlu berikatan dengan pengangkutnya, yaitu lipoprotein. Oleh karena itu
pula kolestrol dibedakan menjadi Low-Density Lipoprotein (LDL) dan High-Density
Lipoprotein (HDL). Kolestrol jahat (Low Density Lipoprotein). Kolestrol LDL adalah
lemak yang jahat karena bisa menimbun pada dinding dalam dari pembuluh darah,
terutama pembuluh darah kecil yang menyuplai makanan ke jantung dan otak.
Timbunan lemak itu semakin lama semakin tebal dan keras, yang dinamakan
arteriosklerosis, dan akhirnya menumbat aliran darah. Kolestrol baik (High Density
Lipoprotein) Kolestrol HDL disebut lemak yang baik karena bisa membersihkan dan
mengangkut timbunan lemak dari dinding pembuluh darah ke hati. Kolestrol HDL
yang ideal harus lebih tinggi dari 40 mg/dl untuk laki-laki, atau di atas 50 mg/dl untuk
perempuan. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform,
benzena dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsetrasi tinggi, kolesterol
mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau
dan mempunyai titik lebur 150-151oC.
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai penentuan kadar kolesterol,
yang bertujuan untuk menentukan kadar kolesterol pada serum. Serum yang
digunakan dalam percobaan ini, yaitu serum kolesterol standar.Untuk mendapatkan
kolesterol murni dari serum rendah maupun serum tinggi maka dilakukan pemisahan
yang menggunakan prinsip seperti ekstraksi pelarut.
Digunakan alkohol absolut atau lebih dikenal dengan nama etanol
dicampurkan dengan serum untuk melarutkan senyawa-senyawa lain selain kolesterol
karena kolesterol tidak larut dalam pelarut air maupun alkohol akan tetapi larut dalam
lemak. Selanjutnya dilakukan penambahan petroleum benzene. Penambahan
petroleum benzene berfungsi sebagai pelarut bagi kolesterol. Setelah itu, campuran
tersebut disetrifugasi dalam sentrifuge selama ± 30 detik. Sentrifugasi merupakan
suatu metode yang digunakan dalam pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel
yang ada di dalam suatu bahan yang dipisahkan dari fluida oleh gaya sentrifugasi yang
dikenakan pada partikel. Dalam penggunaan metode sentrifugasi ini terdapat sebuah
alat yang penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah sentrifugase. Yang
dimaksudkan agar segala bentuk proses pemisahan zat dapat dipercepat. Prinsip
kerjanya yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik
dimana dititik tersebut dikenekan gaya. Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang
ada akan berpisah dan berpencar sesuai berat jenis masing-masing partikel. Dengan
gaya yang paling berperan adalah gaya sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses
pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan optimum dibandingkan dengan teknik
biasa. Hasilnya adalah terbentuk 3 lapisan yaitu pada lapisan atas berwarna putih,
pada bagian tengan terbentuk cincin putih dan pada dasarnya terdapat endapan putih.
Kemudian ditambahkan aquades. Penambahan aquades ini bertujuan agar
pemisahannya lebih jelas. Etanol ini sendiri merupakan pelarut yang juga dapat larut
dalam air. Setelah ditambahkan aquades, dilakukan sentrifugasi kembali selama 10-15
menit, lalu didiamkan. Hasilnya adalah terbentuk 2 lapisan, dengan lapisan atas bening
dan lapisan bawah agak putih keruh dan terdapat sedikit endapan. Larutan bening pada
bagian atas diambil menggunakan pipet tetes kemudian pelarutnya diuapkan dalam
penangas air sehingga didapatkan kolesterol murni yaang selanjutnya digunakan untuk
uji kadar totalnya.
Pengujian kualitatif kadar kolesterol total ini dilakukan dengan teknik
Lieberman Burchard. Pertama, colour reagent yang merupakan FeCl3.6H2O dalam
asam asetat glasial digunakan untuk melarutkan kolesterol. Setelah ditambah color
reagent, larutan dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Dilakukan penambahan asam
sulfat pekat, setelah penambahan asam sulfat pekat larutan tetap bening dan terdapat
cincin dibagian tengahnya. Asam sulfat ini berguna untuk membentuk kompleks
warna. Apabila mengandung Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah
sedangkan apabila mengandung Steroid, akan memberikan warna biru dan hijau.
Reagen Lieberman Burchard dibuat dari asam sulfat pekat dan anhidrida asetat.
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam
campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini
dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna
hijau. Warna ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol
bereaksi dengan pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari
ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Seharusnya larutan menjadi berwarna
kemerahan setelah ditambahkan asam sulfat pekat yang setelah didiamkan akan
berubah menjadi warna biru dan hijau. Dimana warna hijau yang terjadi sebanding
dengan kadar kolesterol sesuai teorinya. Akan tetapi larutan tetap berwarna kuning
bening.
Kemudian larutan standar tersebut diinkubasikan pada suhu 20°-25° C (suhu
ruangan) selama 30 menit. Alasan dilakukannya inkubasi ini adalah karena pada
reagen yang terdapat dalam larutan standar tersebut mengandung enzim yang
memerlukan waktu tertentu untuk bereaksi secara optimum, sehingga dibutuhkan
waktu inkubasi selain itu larutan didiamkan ditempat gelap agar tidak ada penyerapan
cahaya oleh kolesterol sebelum kolesterol diukur dengan UV-VIS karena hal ini
tentunya dapat mempengaruhi serapan cahaya pada saat pengukuran sehingga turut
mempengaruhi hasil pengukuran. Setelah diinkubasi diruang gelap, kolesterol diukur
dengan alat UV-VIS dimana kolesterol tersebut dipindahkan kedalam kuvet. Pada saat
memegang kuvet harus diperhatiakan cara memegangnya. Kuvet harus dipegang pada
bagian yang buram, karena jika dipegang pada bagian bening kuvet maka
dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi, disebabkan oleh adanya protein dari
tangan kita yang mungkin tertinggal pada kuvet. pada saat penyimpanan kuvet
didalam spektro pun harus diperhatikan. Analisis dengan Spektrofotometer UV adalah
pengukuran zat secara kuantitatif menggunakan prinsip Kolorimetrik yang
menghasilkan serapan yang dapat diukur dengan menggunakan Spektrofotometer
sehingga memiliki sensitifitas yang tinggi. Panjang gelombang yang digunakan adalah
560 nm karena pada panjang gelombang 560 nm nilai absorbansi yang diperoleh lebih
stabil. Berdasarkan hasil pengamatan didapat nilai adsorbansi pada serum sebesar 0,36
dan pada blanko 0,05.
Pada percobaan kedua yaitu pada pembuatan kurva kalibrasi larutan kolesterol
standar untuk menentukan kadar kolesterol yang dihasilkan dari 3 sampel dengan
persamaan garis. Kadar kolesterol total didapat dengan memasukkan nilai absorbansi
yang didapat dari hasil pengukuran ke dalam persamaan yang didapat. Dari hasil
pengukuran pada λ = 560 nm didapatkan absorbans untuk 0,5 ml kolesterol sebesar
0,08 ; untuk 1 ml kolesterol sebesar 0,18 ; dan untuk 2 ml kolesterol sebesar 0,13 ;
dengan persamaan grafik Y= 18,28x. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar kolesterol
dalam serum adalah 0,196 mg dalam 0,1 mL sampel yang digunakan.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Penentuan kadar kolesterol total dapat dilakukan dengan teknik Lieberman Burchard
dimana kadar kolesterol dapat dihitung berdasarkan nilai absorbans yang didapat.
Pemisahan kolesterol dari serum untuk mendapatkan kolesterol murni menggunakan
prinsip ekstraksi pelarut, dimana kolesterol larut dalam petroleum benzene sedang
senyawa-senyawa lainnya larut dalam etanol, dan etanol dapat larut dalam air
sehingga kolesterol dapat dipisahkan. Kolesterol bersifat dapat menyerap cahaya dan
absorbansinya dapat diukur dengan UV-VIS. Kemudian pengukuran A pada λ = 560
nm didapatkan hasil, yaitu pada serum sebesar 0,36 ; pada blanko sebesar 0,05 (pada
uji sampel) ; untuk 0,5 ml kolesterol sebesar 0,08 ; untuk 1 ml kolesterol sebesar 0,18 ;
dan untuk 2 ml kolesterol sebesar 0,13 ; dengan persamaan grafik Y= 18,28x (pada
kurva kalibrasi). Dari hasil perhitungan diperoleh kadar kolesterol dalam serum adalah
0,196 mg dalam 0,1 mL sampel yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Harti, Agnes Sri. 2014. Biokimia Kesehatan. Jakarta : Nuha Medika.
Malik, Mega Amaliah, dkk. 2013. Gambaran Kadar Kolesterol Total Darah pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa
Tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Rahmat, Dedi dan Rachmat Wiradimadja. 2011. Pendugaan Kadar Kolesterol Daging dan
Telur Berdasarkan Kadar Kolesterol Darah pada Puyuh Jepang (Estimated
Cholesterol Levels Meat and Egg Based on Blood Cholesterol on the Japanese Quail
). Bandung : Universitas Padjadjaran.
Sukeksi, Andri dan Anggraini, Herlisa. 2010. Kadar Kolesterol Darah pada Penderita
Obesitas di Kelurahan KORPRI Sambiroto Semarang. Semarang : Universitas
Muhammadiyah Semarang.