acara 3 revisi

12
III UJI TETRAZOLIUM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Pengujian tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viability benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Karena itu uji tetrazolium sering dikenal dengan uji cepat. Tujuan uji tetrazolium adalah untuk memperkirakan viabilitas lot benih dengan cepat. Pada uji tetrazolium menggunakan garam 2,3,5 triphenyl tetrazolium klaside yang dapat diserap oleh benih. Garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara eurimatik sehingga yimbul senyawa fosmoran yang berwarna merah. Interspertasi warna merah yang melambangkan benih masih hidup ,tentunya memerlukan pengakuan, pengalaman, ketrampilan dan kehati-hatian. Warna merah cerah menandakan jaringan masih hidup, warna merah jambu jaringan sudah lemah dan warna merah tua sudah rusak dan bila tidak berwarna jaringan sudah mati. (Pramono et al. 2001). Kelebihan pada uji tetrazolium adalah dapat membarikan keterangan lebih cepat daripada uji perkecambahan secara langsung. Dapat lebih

Upload: farensa-ikman-dedi-setiawan

Post on 28-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ppb

TRANSCRIPT

Page 1: acara 3 revisi

III UJI TETRAZOLIUM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pengujian tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap

viability benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Karena itu uji

tetrazolium sering dikenal dengan uji cepat. Tujuan uji tetrazolium adalah

untuk memperkirakan viabilitas lot benih dengan cepat. Pada uji

tetrazolium menggunakan garam 2,3,5 triphenyl tetrazolium klaside yang

dapat diserap oleh benih.

Garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara eurimatik

sehingga yimbul senyawa fosmoran yang berwarna merah. Interspertasi

warna merah yang melambangkan benih masih hidup ,tentunya

memerlukan pengakuan, pengalaman, ketrampilan dan kehati-hatian.

Warna merah cerah menandakan jaringan masih hidup, warna merah

jambu jaringan sudah lemah dan warna merah tua sudah rusak dan bila

tidak berwarna jaringan sudah mati. (Pramono et al. 2001).

Kelebihan pada uji tetrazolium adalah dapat membarikan

keterangan lebih cepat daripada uji perkecambahan secara langsung.

Dapat lebih menguntungkan jika benih tersebut bersifat dorman dan

sangat lambat berkecambah serat dapat digunaka untuk menentukan

viabilitas benih sacara cepat. Kelemahan yang dimiliki uji tetrazolium

adalah pada uji tetrazolium tidak dapat mengetahui efek phytotoxic dari

fungisida, insektisida atau fumigasi.

2. Tujuan Praktikum

Praktikum uji tetrazolium ini bertujuan untuk menguji viabilitas

benih secara cepat dan tidak langsung

B. Tinjauan Pustaka

Benih direndam dalam larutan tetrazolium 1% dalam gelas piala atau

wadah lain yang sesuai. Jaringan benih harus terendam sempurna dalam

larutan tetrazolium. Larutan ini jangan sampai terkena sinar matahari karena

Page 2: acara 3 revisi

akan menyebabkan turunnya efektifitas larutan tetrazolium (tetrazolium tidak

akan bekerja). Karena itu benih dan larutannya harus ditutup rapat selama

masa proses pewarnaan, misalnya dengan aluminium foil atau bahan lain

yang sejenis. Jaringan benih ini harus terendam dalam larutan tetrazolium

selama minimal 2 - 24 jam dengan suhu 30-35°C, bergantung pada jenis. Cuci

benih dengan air destilasi dan letakkan pada kertas filter sampai dievaluasi

(Anonim 2006).

Larutan tetrazolium (2,3,5 – triphenyl tetrazolium klorida atau

bromida) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan proses biologis

yang terjadi di dalam sel hidup. Perlu diketahui bahwa bahan kimia

tetrazolium diduga menyebabkan carcinogenic effects. Oleh karena itu

diharapkan agar hati-hati dalam menggunakan larutan kimia ini, sebagai

contoh: gunakan masker, dan ventilasi yang cukup selama menangani serbuk

garam TZ dan gunakan sarung tangan karet selama menangani larutan kimia

TZ. Larutan tetrazolium diserap oleh benih. Di dalam benih, tetrazolium

berinteraksi dengan jaringan sel hidup dan menyerap hidrogen. Hasil reaksi

dengan hidrogen menyebabkan perubahan warna dari jernih menjadi merah.

Karena itu, uji tetrazolium memungkinkan kita untuk membedakan antara

jaringan hidup yang berwarna merah dengan jaringan mati yang tidak

berwarna. Selain benih hidup yang seluruhnya berwarna merah dan benih

tidak hidup yang tidak berwarna, mungki didapat benih dengan pewarnaan

sebagian. Pewarnaan sebagian ini dapat terjadi karena pada benih hidup

terdapat jaringan mati (jaringan nekrotik) (Arief et al. 2001).

Pengujian tetrazolium bermanfaat untuk benih yang mengalami

dormansi sehingga tidak dapat diuji. Viabilitasnya dengan cara

perkecambahan. Penilaian dalam metode uji tetrazolium didasarkan pada

pembentukan warna merah yang stabil pada jaringan benih hidup, sebagai

hasil hidrogenase2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Klorida membentuk Triphenyl

formazan (Anonim 2010).

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna

merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk

Page 3: acara 3 revisi

endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim

yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan

dengan respirasi (Byrd 2003).

Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk

berkembang atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan)

di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi.

Pengeringan terlalu lama pada temperature yang tinggi akan menyebabkan

viabilitas benih mengalami degradasi pada enzim dan hidrolisis pada pati

(Gine, 2000).

Semua kekurangan-kekurangan uji perkecambahan secara langsung

dapat diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga

biokimia di aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda

terjadinya proses reduksi dalam sel hidup dihasilkan oleh reduksi di suatu

indikator. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di

dalam jaringan sel hi bahan ini akan ikut serta dalam proses reduksi sehingga

akan mempengaruhi sel. (Soejadi et al. 2001).

Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap selhidup akan berwarna merah

oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk

endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim

yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan

dengan respirasi. Kelebihanmetode TZ meliputi waktu pengujian yang

singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta

benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian

tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang

intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi

atau mikroba lainnya dan bersifat merusak. (Zanzibar 2005).

Page 4: acara 3 revisi

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara ini dilaksanakan pada Kamis tanggal 25 Oktober

2013 pada pukul 13.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Menejemen

Produksi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Alat dan Bahan

a. Benih tanaman jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea)

b. Garam tetrazolium

3. Cara Kerja

a. Melarutkan 10 g tetrazolium pada larutan penyangga.

b. Merendam benih selama 16 jam kemudian membelah benih melewati

embryonic axis dan kemudian direndam dalam larutan tetrazolium kira-

kira 20 menit.

c. Melakukan pengamatan warna pada benih dan menggambarnya.

4. Pengamatan yang dilakukan

Pengamatan yang dilakukan pada acara Uji Tetrazolium ini adalah

indikasi warna pada benih yang telah direndam pada larutan tetrazolim

(merah cerah, merah muda dan merah sebagian/merah tua)

Page 5: acara 3 revisi

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Tetrazolium Benih Jagung (Zea mays) dan Benih

Kacang Tanah (Arachis hypogaea)

Benih Ulangan Gambar Warna Keterangan

Jagung

(Zea mays)

1

2

3

Merah muda

Merah cerah

Merah muda

Viabilitas rendah

Viabilitas tinggi

Viabilitas rendah

Kacang tanah

(Arachis hypogaea)

1

2

3

Merah muda

Merah cerah

Merah cerah

Viabilitas rendah

Viabilitas tinggi

Viabilitas tinggi

Sumber: Laporan Sementara

2. Pembahasan

Uji tetrazolium merupakan suatu cara menguji viabilitas benih dengan

menggunakan larutan garam tetrazolium. Garam tetrazolium merupakan

senyawa kimia yang dapat direduksi secara enzimatik di dalam jaringan

benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini akan berubah menjadi

Page 6: acara 3 revisi

senyawa formazan yang berwarna merah cerah. Dengan demikian dapat

diketahui viabilitas benih apakah masih baik atau sudah mati.

Indikasi warna yang ditunjukkan pada benih yang telah direndam

dalam tetrazolium memiliki arti yang berbeda. Zanzibar dkk.(2005)

menyatakan bahwa warna merah cerah menunjukkan bahwa benih masih

sangat viabel atau memiliki viabilitas yang tinggi. Warna merah muda

menandakan viabilitas benih lemah. Warna merah tua menunjukka benih

yang telah rusak. Sedangkan merah sebagian atau tidak berwarna

menandakan bahwa benih telah mati.

Biji dikotil memiliki tiga bagian utama yaitu kulit biji, kotiledon dan

embrio. Struktur biji ini dapat ditemukan pada benih kedelai dan kacang

hijau. Struktur biji monokotil terdiri dari kulit biji, embrio, koleorhiza,

radikula, koleoptil, plumula, skutelum, perikarpim, epikotil dan hipokotil.

Contoh biji monokotil adalah jagung. Bagian yang berwarna merah pada

benih yang telah direndam dalam garam tetrazolium adalah embrio benih

yang merupakan calon individu baru pada benih (Kamil, 2002).

Uji tetrazolium dikatakan sebagai metode pengujian benih secara

cepat dan tidak langsung. Dikatakan cepat karena waktu yang diperlukan

untuk pengujian ini relatif sinhkat berkisar antara 10-15 menit. Tidak

langsung karena pengujian ini dilakukan tanpa menumbuhkan benih secara

langsung melainkan hanya dengan mengamati perubahan warna embrio

dengan indikasi warna tertentu.

Pada tabel hasil pengamatan pengamatan diketahui bahwa benih

jagung ulangan 1,2 dan 3 dengan ulangan pertama memiliki indikasi warna

merah muda artinya viabilitas rendah, ulangan kedua memiliki indikasi

warna merah cerah menandakan viabilitas tinggi dan ulangan ketiga

memiliki indikasi warna merah muda dengan artian bahwa viabilitas benih

rendah. Pada kacang tanah ulangan pertama berwarna merah muda sebagai

Page 7: acara 3 revisi

indikasi rendahnya viabilitas benih sedangkan ulangan kedua dan ketiga

berwarna merah cerah berati benih memiliki viabilitas yang tinggi.

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara Uji Tetrazolium adalah :

a. Pada jagung ulangan pertama memiliki indikasi warna merah muda

artinya viabilitas rendah, ulangan kedua memiliki indikasi warna merah

cerah menandakan viabilitas tinggi dan ulangan ketiga memiliki indikasi

warna merah muda dengan artian bahwa viabilitas benih rendah. Benih

kedelai ulangan 1,2 dan 3 berwarna merah sebagian yang berarti bahwa

benih telah mati.

b. Pada kacang tanah ulangan pertama berwarna merah muda sebagai

indikasi rendahnya viabilitas benih sedangkan ulangan kedua dan ketiga

berwarna merah cerah berati benih memiliki viabilitas yang tinggi.

2. Saran

Saran untuk praktikum acara Uji Tetrazolium adalah :

a. Waktu untuk praktikum lebih didisiplinkan

b. Hati-hati dalam menggunakan peralatan praktikum

c. Menjaga kebersihan laboratorium

Page 8: acara 3 revisi

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 2004. Seed Technology. Oxford And IBH Publishing Co. New Delhi.

Anonim 2010 Uji Tetrazolium. http://www.uji_tetrazolium.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013.

Anonim 2006. Akurasi Metoda Uji Cepat Dalam Menduga Viabilitas Benih Sengon. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 3, Suplemen NO. 02. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan

Arief R S Saenong T M Lando F Koes dan Rahmawati. 2001. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu dan Daya Simpan Benih Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 20(3) : 41-47.

Byrd HW 2003. Pedoman Teknologi Benih (Terjemahan). State College. Mississipi

Gine LO 2000. Principle of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Co. USA.

Pramono AA Danu D Iriantono. 2001. Standar Pola Pewarnaan Tetrazolium Untuk Uji Cepat Viabilitas Benih Pinus merkusii (Tusam). Buletin Teknologi Perbenihan. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.

Soejadi G Sadiman I 2001. Identifikasi Tingkat Kemunduran Benih Kedelai Melalui daya hantar listrik dan Viabilitas. Agrijurnal VIII(2) : 38-49.

Zanzibar M dan Nanang Herdiana 2005. Ketepatan Beberapa Metoda Uji Cepat Dalam Menduga Viabilitas Benih Mangium. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 2, Suplemen No. 02.