acara 3 revisi
DESCRIPTION
ppbTRANSCRIPT
III UJI TETRAZOLIUM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengujian tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap
viability benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Karena itu uji
tetrazolium sering dikenal dengan uji cepat. Tujuan uji tetrazolium adalah
untuk memperkirakan viabilitas lot benih dengan cepat. Pada uji
tetrazolium menggunakan garam 2,3,5 triphenyl tetrazolium klaside yang
dapat diserap oleh benih.
Garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara eurimatik
sehingga yimbul senyawa fosmoran yang berwarna merah. Interspertasi
warna merah yang melambangkan benih masih hidup ,tentunya
memerlukan pengakuan, pengalaman, ketrampilan dan kehati-hatian.
Warna merah cerah menandakan jaringan masih hidup, warna merah
jambu jaringan sudah lemah dan warna merah tua sudah rusak dan bila
tidak berwarna jaringan sudah mati. (Pramono et al. 2001).
Kelebihan pada uji tetrazolium adalah dapat membarikan
keterangan lebih cepat daripada uji perkecambahan secara langsung.
Dapat lebih menguntungkan jika benih tersebut bersifat dorman dan
sangat lambat berkecambah serat dapat digunaka untuk menentukan
viabilitas benih sacara cepat. Kelemahan yang dimiliki uji tetrazolium
adalah pada uji tetrazolium tidak dapat mengetahui efek phytotoxic dari
fungisida, insektisida atau fumigasi.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum uji tetrazolium ini bertujuan untuk menguji viabilitas
benih secara cepat dan tidak langsung
B. Tinjauan Pustaka
Benih direndam dalam larutan tetrazolium 1% dalam gelas piala atau
wadah lain yang sesuai. Jaringan benih harus terendam sempurna dalam
larutan tetrazolium. Larutan ini jangan sampai terkena sinar matahari karena
akan menyebabkan turunnya efektifitas larutan tetrazolium (tetrazolium tidak
akan bekerja). Karena itu benih dan larutannya harus ditutup rapat selama
masa proses pewarnaan, misalnya dengan aluminium foil atau bahan lain
yang sejenis. Jaringan benih ini harus terendam dalam larutan tetrazolium
selama minimal 2 - 24 jam dengan suhu 30-35°C, bergantung pada jenis. Cuci
benih dengan air destilasi dan letakkan pada kertas filter sampai dievaluasi
(Anonim 2006).
Larutan tetrazolium (2,3,5 – triphenyl tetrazolium klorida atau
bromida) digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan proses biologis
yang terjadi di dalam sel hidup. Perlu diketahui bahwa bahan kimia
tetrazolium diduga menyebabkan carcinogenic effects. Oleh karena itu
diharapkan agar hati-hati dalam menggunakan larutan kimia ini, sebagai
contoh: gunakan masker, dan ventilasi yang cukup selama menangani serbuk
garam TZ dan gunakan sarung tangan karet selama menangani larutan kimia
TZ. Larutan tetrazolium diserap oleh benih. Di dalam benih, tetrazolium
berinteraksi dengan jaringan sel hidup dan menyerap hidrogen. Hasil reaksi
dengan hidrogen menyebabkan perubahan warna dari jernih menjadi merah.
Karena itu, uji tetrazolium memungkinkan kita untuk membedakan antara
jaringan hidup yang berwarna merah dengan jaringan mati yang tidak
berwarna. Selain benih hidup yang seluruhnya berwarna merah dan benih
tidak hidup yang tidak berwarna, mungki didapat benih dengan pewarnaan
sebagian. Pewarnaan sebagian ini dapat terjadi karena pada benih hidup
terdapat jaringan mati (jaringan nekrotik) (Arief et al. 2001).
Pengujian tetrazolium bermanfaat untuk benih yang mengalami
dormansi sehingga tidak dapat diuji. Viabilitasnya dengan cara
perkecambahan. Penilaian dalam metode uji tetrazolium didasarkan pada
pembentukan warna merah yang stabil pada jaringan benih hidup, sebagai
hasil hidrogenase2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Klorida membentuk Triphenyl
formazan (Anonim 2010).
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna
merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk
endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim
yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan
dengan respirasi (Byrd 2003).
Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk
berkembang atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan)
di bawah kondisi lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi.
Pengeringan terlalu lama pada temperature yang tinggi akan menyebabkan
viabilitas benih mengalami degradasi pada enzim dan hidrolisis pada pati
(Gine, 2000).
Semua kekurangan-kekurangan uji perkecambahan secara langsung
dapat diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga
biokimia di aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda
terjadinya proses reduksi dalam sel hidup dihasilkan oleh reduksi di suatu
indikator. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di
dalam jaringan sel hi bahan ini akan ikut serta dalam proses reduksi sehingga
akan mempengaruhi sel. (Soejadi et al. 2001).
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap selhidup akan berwarna merah
oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk
endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim
yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan
dengan respirasi. Kelebihanmetode TZ meliputi waktu pengujian yang
singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta
benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang
intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi
atau mikroba lainnya dan bersifat merusak. (Zanzibar 2005).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara ini dilaksanakan pada Kamis tanggal 25 Oktober
2013 pada pukul 13.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan Menejemen
Produksi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Benih tanaman jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea)
b. Garam tetrazolium
3. Cara Kerja
a. Melarutkan 10 g tetrazolium pada larutan penyangga.
b. Merendam benih selama 16 jam kemudian membelah benih melewati
embryonic axis dan kemudian direndam dalam larutan tetrazolium kira-
kira 20 menit.
c. Melakukan pengamatan warna pada benih dan menggambarnya.
4. Pengamatan yang dilakukan
Pengamatan yang dilakukan pada acara Uji Tetrazolium ini adalah
indikasi warna pada benih yang telah direndam pada larutan tetrazolim
(merah cerah, merah muda dan merah sebagian/merah tua)
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Tetrazolium Benih Jagung (Zea mays) dan Benih
Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Benih Ulangan Gambar Warna Keterangan
Jagung
(Zea mays)
1
2
3
Merah muda
Merah cerah
Merah muda
Viabilitas rendah
Viabilitas tinggi
Viabilitas rendah
Kacang tanah
(Arachis hypogaea)
1
2
3
Merah muda
Merah cerah
Merah cerah
Viabilitas rendah
Viabilitas tinggi
Viabilitas tinggi
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Uji tetrazolium merupakan suatu cara menguji viabilitas benih dengan
menggunakan larutan garam tetrazolium. Garam tetrazolium merupakan
senyawa kimia yang dapat direduksi secara enzimatik di dalam jaringan
benih yang masih hidup. Reduksi senyawa ini akan berubah menjadi
senyawa formazan yang berwarna merah cerah. Dengan demikian dapat
diketahui viabilitas benih apakah masih baik atau sudah mati.
Indikasi warna yang ditunjukkan pada benih yang telah direndam
dalam tetrazolium memiliki arti yang berbeda. Zanzibar dkk.(2005)
menyatakan bahwa warna merah cerah menunjukkan bahwa benih masih
sangat viabel atau memiliki viabilitas yang tinggi. Warna merah muda
menandakan viabilitas benih lemah. Warna merah tua menunjukka benih
yang telah rusak. Sedangkan merah sebagian atau tidak berwarna
menandakan bahwa benih telah mati.
Biji dikotil memiliki tiga bagian utama yaitu kulit biji, kotiledon dan
embrio. Struktur biji ini dapat ditemukan pada benih kedelai dan kacang
hijau. Struktur biji monokotil terdiri dari kulit biji, embrio, koleorhiza,
radikula, koleoptil, plumula, skutelum, perikarpim, epikotil dan hipokotil.
Contoh biji monokotil adalah jagung. Bagian yang berwarna merah pada
benih yang telah direndam dalam garam tetrazolium adalah embrio benih
yang merupakan calon individu baru pada benih (Kamil, 2002).
Uji tetrazolium dikatakan sebagai metode pengujian benih secara
cepat dan tidak langsung. Dikatakan cepat karena waktu yang diperlukan
untuk pengujian ini relatif sinhkat berkisar antara 10-15 menit. Tidak
langsung karena pengujian ini dilakukan tanpa menumbuhkan benih secara
langsung melainkan hanya dengan mengamati perubahan warna embrio
dengan indikasi warna tertentu.
Pada tabel hasil pengamatan pengamatan diketahui bahwa benih
jagung ulangan 1,2 dan 3 dengan ulangan pertama memiliki indikasi warna
merah muda artinya viabilitas rendah, ulangan kedua memiliki indikasi
warna merah cerah menandakan viabilitas tinggi dan ulangan ketiga
memiliki indikasi warna merah muda dengan artian bahwa viabilitas benih
rendah. Pada kacang tanah ulangan pertama berwarna merah muda sebagai
indikasi rendahnya viabilitas benih sedangkan ulangan kedua dan ketiga
berwarna merah cerah berati benih memiliki viabilitas yang tinggi.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum acara Uji Tetrazolium adalah :
a. Pada jagung ulangan pertama memiliki indikasi warna merah muda
artinya viabilitas rendah, ulangan kedua memiliki indikasi warna merah
cerah menandakan viabilitas tinggi dan ulangan ketiga memiliki indikasi
warna merah muda dengan artian bahwa viabilitas benih rendah. Benih
kedelai ulangan 1,2 dan 3 berwarna merah sebagian yang berarti bahwa
benih telah mati.
b. Pada kacang tanah ulangan pertama berwarna merah muda sebagai
indikasi rendahnya viabilitas benih sedangkan ulangan kedua dan ketiga
berwarna merah cerah berati benih memiliki viabilitas yang tinggi.
2. Saran
Saran untuk praktikum acara Uji Tetrazolium adalah :
a. Waktu untuk praktikum lebih didisiplinkan
b. Hati-hati dalam menggunakan peralatan praktikum
c. Menjaga kebersihan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 2004. Seed Technology. Oxford And IBH Publishing Co. New Delhi.
Anonim 2010 Uji Tetrazolium. http://www.uji_tetrazolium.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2013.
Anonim 2006. Akurasi Metoda Uji Cepat Dalam Menduga Viabilitas Benih Sengon. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, Vol. 3, Suplemen NO. 02. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan
Arief R S Saenong T M Lando F Koes dan Rahmawati. 2001. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu dan Daya Simpan Benih Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 20(3) : 41-47.
Byrd HW 2003. Pedoman Teknologi Benih (Terjemahan). State College. Mississipi
Gine LO 2000. Principle of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Co. USA.
Pramono AA Danu D Iriantono. 2001. Standar Pola Pewarnaan Tetrazolium Untuk Uji Cepat Viabilitas Benih Pinus merkusii (Tusam). Buletin Teknologi Perbenihan. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Soejadi G Sadiman I 2001. Identifikasi Tingkat Kemunduran Benih Kedelai Melalui daya hantar listrik dan Viabilitas. Agrijurnal VIII(2) : 38-49.
Zanzibar M dan Nanang Herdiana 2005. Ketepatan Beberapa Metoda Uji Cepat Dalam Menduga Viabilitas Benih Mangium. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 2, Suplemen No. 02.