acara 3, energi angin.docx

35
LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI ALTERNATIF ENERGI ANGIN Oleh:

Upload: yarsitri

Post on 06-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI ALTERNATIFENERGI ANGIN

Oleh:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2015I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKebutuhan manusia terhadap energi semakin meningkat, setelah dimulainya revolusi industri, orang mulai menggunakan smber energi yang tidak dapat diperbaharui. Sumber nerginya yaitu bahan bakar fosil, batu bara, gas alam dan minyak bumi. Bahan bakar fosil ini merupakatn sumber daya energi konvensional dan tidak diperbaharui dan jumlahnya terbatas. Maka timbul kecemasan manusia terhadap sumber daya konvensional yang tidak dapat diperbaharui dan agar mempertahankan eksistensi manusia di bumi ini, harus dicarai energi alternative untuk menggantikan energi bahan bakar fosil. Salah satu energi alternative pengganti fosil yaitu energi angin.Pada praktikum acara 3 energi alternatif tentang energi angin, mahasiswa diajarkan untuk mengetahui bagaimana mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer dan pada praktikum acara ini juga diperkenalkan bagaimana simulasi untuk menggerakkan turbin dengan menggunakan angin. Jarak sumber angin dengan turbin juga diatur jaraknya sesuai dengan yang telah ditentukan kemudian mengukur voltase yang dihasilkan dari putaran turbin karena adanya energi angin.

B. Tujuan1. Mengetahui prinsip kerja energi angin menjadi energi listrik.2. Mengetahui besarnya voltase yang dihasilkan energi angin.II. TINJAUAN PUSTAKAEnergi angin merupakan energi yang berasal dari alam. Angin terjadi disebabkan karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan udara dingin. Pada daerah panas, udara menjadi panas sehingga mengembang dan menjadi ringan, naik keatas dan bergerak ke daerah yang dingin. Udara menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan demikian terjadi suatu perputaran udara. Perpindahan inilah yang disebut sebagai angin (Ati, 1992).Angin dikendalikan oleh nergi dari matahari, merupakan udara yang bergerak, angin mempunyai energi gerak yaitu energi kinetic. Dahulu sekitar tahun 600-an energi tersebut oleh orang Asia dalam hal ini Persia mulai digunakan untuk menghembuskan layar yang dipasang pada puncak menara dan disambungkan pada roda batu di bawah. Saat angin mnerpa layar, layar bergerak dan kemudian menggerakkan roda batu untuk berputar. Putaran roda tersebut kemudian digunakan untuk menggiling jagung maupun memompa air dari sumur.Mengukur kecepatan angin dapat dilakukan dengan instrument yaitu anemometer dan untuk menentukan arah angin dapat digunakan baling-baling angin. Kebanyakan pengukuran pada instrument ini menggunakan pengukuran secara analog, sehingga ketepatannya tergantung kepada orang yang membaca jarum penunjuk pada instrument tersebut.Anemometer adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan untuk mengukur arah angin. Anemometer merupakan salah satu instrument yang sering digunakan oleh balai cuaca seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Kata anemometer berasal dari Yunani anemos yang berarti angin. Angin merupakan udara yang bergerak ke segala arah, angin bergerak dari suatu tempat dengan tekanan udara tinggi menuju suatu tempat lain dengan tekanan udara yang lebih rendah.Rumus untuk menghitung energi kinetic yang dihasilkan oleh angin, yaitu:E = 0,5 . m . v2Dimana : E = energi (J) m = massa udara (kg) v = kecepatan angin (m/s)

III. METODOLOGIA. Alat dan Bahan1. Multimeter 2. Anemometer3. Turbin 4. Dynamo5. Penggaris 6. Kipas angin7. Alat tulis

B. Prosedur Kerja1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.2. Mengukur kecepatan angin dengan menggunakan anemometer sesuai dengan angka kecepatan pada kipas angin.3. Menentukan sudut kipas angin dengan turbin agar turbin dapat berputar.4. Mengukur jarak turbin dengan kipas angin dengan menggunakan penggaris dengan jarak pertama 10 cm.5. Menyalakan kipas angin.6. Mengamati nilai voltase yang muncul dan mencatatnya.7. Mengulangi langkah 4 6 dengan jarak kelipatan 10 cm sampai turbin tidak dapat berputar kembali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. Data pengamatan Nomor kecepatan kipas anginJarak (cm)Kecepatan angin(m/s)Tegangan (mv)

1102,824,31

202,726,7

2103,839,7

203,156,1

303,656,3

3103,349,7

204,525,5

303,027,3

401,026,11

B. Pembahasan Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan minimum. Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah maksimum (subtropik) menuju daerah minimum (khatulistiwa) dan di belahan bumi utara berbelok ke kanan, dibelahan selatan berbelok ke kiri. Angin adalah udara yang bergerak akibat rotasi bumi dan perbedaan tekanan udara di sekitarnya.Jenis-jenis angin antara lain:1. Angin darat dan angin lautAngin darat adalah angin yang berasal dari darat menuju ke laut. Angin ini bertiup pada malam hari di mana suhu di darat menurun sementara suhu di laut masih tinggi sehingga tekanan udara di darat lebih tinggi daripada tekanan udara di laut dan bergeraklah udara dari darat menuju ke laut. Angin laut merupakan kebalikan dari angin darat. Angin laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat. Bertiupnya pada siang hari di mana suhu di laut masih sangat rendah dan suhu di darat sudah mulai tinggi sehingga tekanan udara di laut lebih tinggi daripada tekanan udara di darat dan bergeraklah udara dari laut menuju ke darat.

Gambar 1. Angin laut (kiri), angin darat (kanan)

2. Angin lembah dan angin gunungAngin lembah adalah angin yang berasal dari lembah menuju ke puncak gunung. Pada siang hari bagian lereng dan puncak gunung menerima pancaran sinar matahari lebih optimal dibanding dengan lembah karena lereng dan puncak menghadap lebih tegak terhadap datangnya sinar matahari sehingga suhu udara di lereng dan puncak menjadi lebih tinggi daripada lembah. Akibatnya tekanan udara di lembah menjadi lebih besar dan udara bergerak dari lembah menuju lereng dan puncak gunung. Pada malam hari suhu udara di puncak dan lereng gunung lebih cepat menurun dibandingkan dengansuhu di lembah. Akibatnya tekanan udara di puncak dan lereng lebih tinggi dari lembah dan udara bergerak dari puncak gunung menuju ke lembah, maka terjadilah angin gunung, yaitu angin yang berasal dari gunung menuju lembah.

Gambar 2. Angin lembah (kiri), angin gunung (kanan)3. Angin fohn atau angin terjunFohn adalah kota kecil di Pegunungan Alpen, yang merupakan daerah asal mula terjadi angin terjun, maka angin tersebut dinamakan angin fohn. Hingga sekarang daerah tersebut masih sering mengalami angin terjun. Angin fohn atau angin terjun juga disebut angin jatuh adalah angin yang terjadi di belakang atau balik gunung. Angin fohn terjadi disebabkan karena udara yang membawa uap air mendaki lereng kemudian terjadi kondensasi dan turunlah hujan. Angin tersebut kemudian menuruni lereng bagian belakang gunung, dengan kecepatan sangat tinggi, kering, dan panas. Angin ini sering menimbulkan kerusakan material masyarakat. Angin fohn di Indonesia ada beberapa nama yang berbeda. Angin Bahorok, terjadi di Dataran Rendah Deli Utara; Angin Kumbang, terjadi di Cirebon, Tegal, Brebes dari arah Gunung Kumbang; Angin Gending, terjadi di Probolinggo dari arah Gunung Tengger; Angin Brubu, terjadi di Ujung Pandang berasal dari Gunung Lampobatang; Angin Wambraw, terjadi di Biak berasal dari Pegunungan Jayawijaya. Angin fohn juga terjadi di luar negeri, misalnya di Amerika Serikat disebut Angin Chinook, di Italia dan di sekitar Laut Tengah disebut Angin Sirocco, di Argentina disebut Angin Zonda.

Gambar 3. Angin fohn dan angin terjun4. Angin siklon dan angin antisiklonAngin siklon dan angin antisiklon sesuai dengan hukum Buys Ballot. Angin siklon adalah angin yang bergerak berputar menuju ke daerah minimum. Jika suatu daerah bertekanan minimum dikelilingi oleh daerah bertekanan maksimum maka semua angin dari aerah maksimum akan bergerak menuju ke daerah minimum sehingga terjadilah perputaran angin menuju ke satu titik pusat. Jika menurut hukum Buys Ballot angin yang berada di belahan bumi utara berbelok ke kanan, maka mestinya angin siklon di belahan bumi utara berputar searah dengan putaran jarum jam. Angin siklon yang berada di belahan selatan merupakan kebalikan dari angin siklon yang berada di belahan bumi utara. Jika angin di belahan bumi selatan berbelok ke kiri maka mestinya angin siklon di belahan bumi selatan berputar berlawanan arah dengan putaran jarum jam.Angin antisiklon adalah angin yang berputar meninggalkan titik pusat. Terjadinya angin antisiklon, jika suatu daerah bertekanan maksimum dikelilingi oleh daerah bertekanan minimum, sehingga angin berputar meninggalkan satu titik pusat

Gambar 4. Angin sikon dan antisiklonTurbin angin yang juga dikenal dengan sebutan kincir angin merupakan sarana pengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik untuk memutar generator listrik. Turbin angin dibagi menjadi dua kelompok utamaberdasarkan arah sumbu:1. Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut arah angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-bilah itu.Table 1. Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin Sumbu Horizontal Turbin Angin Sumbu Horizontal

KelebihanKekurangan

a. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah angin) antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.a. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20% dari seluruh biaya peralatan turbin angin.b. TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para operator yang terampil.c. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator.d. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu pemandangan.e. Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh turbulensi.

2. Turbin Angin Sumbu Vertikal Kendala penggunaan turbin angin adalah kecepatan angin dan arah angin yang berubah-ubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, turbin angin yang baik adalah turbin yang dapat menerima angin dari segala arah selain itu juga mampu bekerja pada angin dalam kecepatan yang rendah salah satunya Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV). Turbin ini memiliki efisiensi yang lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin sumbu horizontal. Ada berbagai type TASV yang sering digunakan diantaranya adalah Tipe Savonius, Tipe Darrieus, dan Tipe H-Rotor.a. Tipe Savonius TASV Diciptakan oleh seorang insinyur Finlandia SJ Savonius pada tahun 1929. Kincir TASV ini merupakan jenis yang paling sederhana dan menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius dapat berputar karena adanya gaya dorong dari angin, sehingga putaran rotorpun tidak akan melebihi kecepatan angin. Meskipun daya koefisien untuk jenis turbin angin bervariasi antara 30% sampai 45%, menurut banyak peneliti untuk jenis Savonius biasanya tidak lebih dari 25%. Jenis turbin ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah dan biasanya digunakan pada kecepatan angin yang berbeda. b. Type Darrieus TASV Ditemukan oleh seorang insinyur Perancis George Jeans Maria Darrieus yang dipatenkan pada tahun 1931. Ia memiliki 2 bentuk turbin yang digunakan diantaranya adalah Eggbeater/ Curved Bladed dan Straightbladed TASV. Sketsa dari kedua variasi konsep Darrieus ditunjukkan dalam gambar dibawah. Kincir angin Darrieus TASV mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan sudu bilah yang diatur relatif terhadap poros. Pengaturan ini cukup efektif untuk menangkap berbagai arah angin. Berbeda dengan Savonius, kincir angin Darrieus bergerak dengan memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin bertiup. Bilah sudu turbin Darrieus bergerak berputar mengelilingi sumbu.c. Type H-rotor Dikembangkan di Inggris melalui penelitian yang dilakukan selama 1970-1980an, diuraikan bahwa mekanisme yang digunakan pada pisau berbilah lurus (Straight-bladed) Darrieus TASV tidak diperlukan, ternyata ditemukan bahwa efek hambatan yang diciptakan oleh sebuah pisau akan membatasi kecepatan aliran angin. Oleh karena itu, H-rotor akan mengatur semua kecepatan angin untuk mencapai kecepatan putaran optimalnya.Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Turbin Sumbu VertikalTurbin Angin Sumbu Vertikal

KelebihanKekurangan

a. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.b. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.c. Memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.d. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASV.e. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 m.p.h.).f. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang.g. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi dilarang dibangun.h. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit).i. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.a. Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.b. TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.c. Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar.d. Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

Pemanfaatan tenaga angin sebagai sumber energi di Indonesia bukan tidak mungkin dikembangkan lebih lanjut. Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Kepala Penelitian dan Pengembangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Nenny Sri Utami mengatakan kecepatan angin di wilayah Indonesia umumnya di bawah 5,9 meter per detik yang secara ekonomi kurang layak untuk membangun pembangkit listrik. Namun, bukan berarti hal itu tidak bermanfaat. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Menurut Kepala Subdirektorat Usaha Energi Baru dan Terbarukan Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) ESDM Kosasih Abbas, mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) harus mampu menghasilkan 250 megawatt (MW) pada tahun 2025. Salah satu program yang harus dilakukan sebelum mengembangkan PLTB adalah pemetaan potensi energi angin di Indonesia. Hingga sekarang, Indonesia belum memiliki peta komprehensif, karena pengembangannya butuh biaya miliaran rupiah. Potensi energi angin di Indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5 meter per detik (m/detik). Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5 m/detik, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa. Adapun kecepatan angin 4 m/detik hingga 5 m/detik tergolong berskala menengah dengan potensi kapasitas 10-100 kW. Sejak empat tahun lalu, salah satu lembaga swadaya masyarakat memanfaatkan kincir angin untuk menggerakkan pompa air di beberapa wilayah, seperti di Indramayu, Jawa Barat. Hingga kini, sudah 40 kincir angin berdiri di beberapa kota/kabupaten. Biaya investasinya sekitar Rp 60 juta hingga beroperasi. Dengan kecepatan angin kurang dari 3 meter per detik, air yang dapat dipompa sekitar 2,7 meter kubik per jamnya. Salah satu kincir angin EGRA yang pertama ada di Indramayu digunakan untuk mengairi kebun mangga seluas 10 hektar. Sebelum menggunakan teknologi kincir angin, air yang dipompa menggunakan mesin diesel menghabiskan biaya solar Rp 132.000 per hari. Kini, biaya pemeliharaan kincir sekitar Rp 500.000 per tahun.Turbin Ventilator merupakan turbin angin dengan sumbu vertikal yang memiliki gabungan fungsi dari turbin angin dan kipas hisap. Turbin ventilator menggunakan energi angin sebagai pengganti kipas ventilasi bertenaga listrik. Alat ini sering digunakan di atap yang berfungsi sebagai ventilasi pada bangunan perumahan dan industri. Energi angin yang berhembus pada sudu turbin ventilator akan menghasilkan drag force dan menyebabkan turbin ventilator berputar. Rotasi Ini menghasilkan tekanan negatif di dalam turbin ventilator sehingga udara terhisap dari dasar saluran. Udara memasuki turbin secara aksial melalui dasar saluran dan keluar secara radial. Pada saat udara diam, pada ketinggian tertentu, turbin ventilator juga dapat mensirkulasikan udara dengan efek bouyancy.Chi-ming Lai (2003) telah menunjukkan pola aliran udara di sekitar turbin ventilator. Aliran udara dibagi menjadi dua stream ketika melalui ventilator. Satu aliran dalam arah rotasi dan menjadi gaya putar, sementara lainnya berada di arah yang berlawanan dan meredam rotasi ventilator. Sudu yang berotasi melempar partikel udara yang dihisap keluar dan mengkombinasi kedua aliran udara diatas, yang mana konvergen di daerah wake pada sisi yang berlawanan dari angin yang berhembus. Pada kajian yang sama, diuji tiga ukuran ventilator berdiameter 6, 14 dan 20 inchi dengan kecepatan angin antara 10 dan 30 m/s. Lai menemukan bahwa semakin besar diameter ventilator akan menyebabkan nilai ventilation rate semakin besar sebagaimana diharapkan. Chi-ming Lai (2005) telah menguji wind turbine dengan membandingkan performa turbin ventilator dengan penambahan modifikasi penambahan inner fan yang dikombinasikan dengan sel surya sebagai pembangkit listrik skala kecil.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya putaran turbin ventilator, yaitu besarnya debit ventilasi yang mengalir pada pipa cerobong turbin ventilator dan besarnya kecepatan freestream udara yang mengalir menuju turbin ventilator, sehingga Lai, C.M. (2003) melakukan modifikasi dengan penambahan inner fan, yang tujuannya untuk mendapatkan debit ventilasi dan putaran turbin ventilator yang besar. Berdasarkan pertimbangan di atas dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Lai, C.M. (2003), maka penelitian ini difokuskan untuk melakukan modifikasi penambahan rasio panjang dan diameter turbin ventilator. Modifikasi penambahan rasio panjang dan diameter pipa cerobong turbin ventilator (L/D) dimaksudkan agar memperoleh debit yang besar pada pipa cerobong turbin ventilator, karena dengan semakin bertambahnya rasio panjang dan diameter turbin ventilator, akan terjadi penurunan tekanan didalam pipa cerobong turbin ventilator, sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang semakin besar antara udara yang memasuki inlet pipa cerobong turbin ventilator dan udara pada outlet pipa cerobong turbin ventilator. Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan terjadinya perbedaan energi yang semakin besar antara udara yang memasuki inlet pipa cerobong turbin ventilator dan udara pada outlet pipa cerobong turbin ventilator, sehingga akan menghasilkan debit yang semakin besar pada outlet pipa cerobong turbin ventilator. Dengan semakin bertambahnya debit pada outlet pipa cerobong turbin ventilator, maka akan dihasilkan unjuk kerja turbin ventilator yang lebih besar, dan akan mempengaruhi besarnya daya yang dihasilkan untuk diaplikasikan sebagai pembangkit listrik.

Gambar 5. Grafik Hubungan Jarak dan Nomor Kecepatan Kipas Angin TerhadapKecepatan Angin yang DiukurBerdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa nomor kecepatan pada kipas angin dan jarak kipas angin sebagai sumber angin sangat berpengaruh terhadap kecepatan angin yang sampai pada turbin ventilator. Kecepatan kipas angin nomor 1 menghasilkan kecepatan yang aling rendah dibandingkan dengan kecepatan kipas angin nomor 2 dan 3. Selain itu pada penggunaan kecepatan kipas angin nomor 1, angin yang dihasilkan hanya mampu menggerakkan turbin ventilator hingga jarak 20 cm. Namun untuk kecepatan kipas angin nomor 2 dan 3 mampu sampai jarak 40 cm. Jarak kipas angin sebagai sumber angin juga mempengaruhi kecepatan angin yang mampu mengerakkan turbin ventilator. Semakin jauh jarak kipas angin dari turbin ventilator, maka semakin rendah kecepatan angin yang dihasilkan.

Gambar 6. Grafik Hubungan Jarak dan Nomor Kecepatan Kipas Angin TerhadapTegangan yang DiukurGambar 6 menunjukkan bahwa hasil pengukuran adalah fluktuatif. Namun secara garis besar dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak kipas angin sebagai sumber angin dengan turbin ventilator, maka semakin kecil pula tegangan yang dihasilkan. Jika dilihat dari gambar 6 diatas, maka tegangan yang paling besar yaitu dihasilkan dari penggunaan kecepatan kipas angin nomor 2.

V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Prinsip perubahan energi angin menjadi energi listrik adalah dengan memanfaatkan energi kinetik yang dimiliki angin lalu merubah energi tersebut menjadi energi putar / tangensial, energi tersebut dihubungkan dengan suatu generator sehinnga akan mengakibatkan terjadinya induksi magnetik, dari sistematis tersebut akan dihasilkan energi listrik dengan besaran tertentu.2. Data hasil praktikum menunjukkan bahwa dengan kecepatan kipas angin nomor 1 pada jarak 10 cm dihasilkan voltase sebesar 24,31 V dan pada jarak 20 cm sebesar 26,7 V. Pada kecepatan kipas angin nomor 2 dengan jarak 10 cm didapatkan voltase 39,7 V, jarak 20 cm sebesar 56,1 V, jarak 30 cm sebesar 56,3 dan pada jarak 40 cm sebesar 33 V. Sedangkan dengan kecepatan kipas angin nomor 3 didapatkan data untuk jarak 10 cm dihasilkan voltase sebesar 49,7 V, jarak 20 cm sebesar 25,5 V, jarak 30 cm sebesar 27,3 dan pada jarak 40 cm sebesar 26,11 V.

B. SaranSebaiknya fasilitas dan prasarana untuk praktikum lebih diperbanyak lagi sehingga praktikum dapat berjalan dengan maksimal serta masing-masing praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. Balai PPT AGG, Yogyakarta.Habibie, M. N., A. Sasmito dan R. Kurniawan. 2011. Kajian Potensi Energi Angin Di Wilayah Sulawesi Dan Maluku. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol 12 No 2.Herlina. 2009. Analisis Dampak Lingkungan dan Pembangkitan Listrik Tenaga Hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan. Thesis.Universitas Indonesia, Jakarta.

Rizkyan, G. A. 2009. Studi Pembangkit Listrik Tenaga Air Laut Untuk MemenuhiKebutuhan Penerangan Jembatana Suramadu. Thesis. Institut Teknologi Surabaya, Surabaya.Triharyanto, Y. T., M. N. Andika, R. O. Prasetya. 2007. Kincir Angin Sumbu Horisontal Bersudu Banyak. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta.