abrasi pantai ancam daratan
TRANSCRIPT
Abrasi Pantai Ancam Daratan admin | Apr 11, 2011 | 3 comments
Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya tidak lepas dengan garis pantai, Indonesia sendiri memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat dan Rusia, garis pantai Indonesia sendiri sepanjang 95,181 kilometer.
Namun sebanyak 20 persen dari garis pantai di sepnjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan, tentunya kerusakan ini disebabakan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai.
“Sangat disayangkan memang, rusakanya garis pantai kita, namun tentunya itu tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor baik faktor alam maupun faktor manusia, saya melihat abrasi pantai itu umumnya secara alami, namun ulah manusia juga menjadi faktor utama,” kata Pengamat Keluatan, Profesor Sahala Hutabarat kepada Maritim Magazine.
Ulah manusia yang dimaksud Sahala yaitu, banyaknya manusia yang tidak peduli sama trumbu karang, dimana banyak masyarakat yang mengambil begitu saja karang-karang yang ada dipantai. “Karang itu khan bisa menghambat ombak, dan mengurangi kekuatan gelombang yang mencapai pantai, jika karang dipantai diambil tentunya, hambatan ombak akan berkurang dan abrasipun tak terhindarkan,” ujarnya.
Gelombang ombak sendiri terbagi menjadi dua, yaitu gelombang menyebar dan gelombang memusat. Sahala menjabarakan, gelombang yang paling berbahaya tentunya gelombang memusat yang langsung mengarah ke pantai, jika karang pantai hilang, masih kata Sahala maka gelombang itu tentunya akan menggerus pantai, sehingga abrasi pantai tak terhindarkan.
“Hilangnya vegetasi mangrove (hutan bakau) di pesisir pantai. Sebagaimana diketahui, mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai. Sayangnya hutan bakau ini banyak yang telah dirusak oleh manusia,”
Industri-industri ditepi pantai yang juga menjadi faktor abrasi pantai, seperti misalnya pembangunan pelabuhan. “Pencegahannya supaya tidak terjadi abrasi, bisa dibuat penahan-penahan gelombang, saya kasih contoh di Ancol, adanya batu-batu, itu bisa mencegah abrasi. Karena gelombang yang harusnya terpusat, karena adanya batu-batu itu maka gelombang bisa terpencar,” tegas Sahala.
Faktor lain disebutkan oleh Profesor Ilmu Kelautan UNDIP ini yaitu perubahan iklim menjadi penyebab abrasi pantai. Pasalnya dengan kondisi saat ini, tidak bisa terhindarkan. “Mau tidak mau perubahan iklim juga menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai, jika dalam kurun waktu 10 tahun perbuahan iklim tidak bisa diminimalisir, dan kutub utara mencair maka pantai tersebut bisa menjadi terancam dan berbahaya,”
Ada beberapa solusi untuk mengatasi (paling tidak menghambat) masalah abrasi pantai ini, yang dijabarkan oleh Sahala Hutabarat, dimana Pemerintah harus segera secara bertahap melakukan
pembangunan alat pemecah ombak, revetment, dan pembentukan tembok laut (groin), dan Hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena dampak abrasi tersebut.
“Penanganan abrasi pantai memang sulit. Solusi di atas memiliki resiko dan kekurangan masing-masing. Pemasangan alat pemecah ombak tentunya memerlukan biaya yang sangat besar. Sedangkan penanaman vegetasi mangrove pun tidak dapat dilakukan disemua jenis pantai karena mangrove hanya tumbuh di daerah yang berlumpur,” ujarnya.
Tetapi meskipun sangat sulit, usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan. “Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan luas daratan di Indonesia banyak yang akan berkurang. Bahkan beberapa pulau terancam hilang,” cetusnya.
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai oleh gerusan air laut baik yang disebabkan oleh meningkatnya permukaan air laut ataupun oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Dampak yang diakibatkan oleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam. Pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata menjadi rusak. Pemukiman warga dan tambak tergerus hingga menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai ini. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di perairan Indonesia.
Dirjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Dr Moch Amron mengatakan bahwa sebanyak 20 persen dari garis pantai di sepanjang wilayah Indonesia dilaporkan mengalami kerusakan akibat berbagai permasalahan antara lain perubahan lingkungan dan abrasi pantai. “20 persen garis pantai di Indonesia mengalami kerusakan,” kata Amron, di Kementerian PU, Jakarta.
Amron mencontohkan, panjang garis pantai di Pulau Bali telah mengalami abrasi sekitar 91 kilometer atau 20,8 persen dari garis pantai pulau tersebut. Hal itu sangat disayangkan karena Indonesia memiliki garis pantai sekitar 95 kilometer. “Kerusakan garis pantai itu disebabkan oleh perubahan lingkungan dan abrasi pantai yang juga mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata,” terangnya.
Sementara itu, Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) melalaui Direktur Pesisir dan Lautan Ditjen KP3K , Dr, Ir Subandono Diposaptono mengatakan penanganan Abrasi tersebut memang wilayah dirinya, ada dua faktor yang dibuat oleh KKP, yaitu pembangunan Struktur dan Nonstruktur, namun KKP hanya berada pada wilayah Nonstruktur, yaitu penanaman pohon mangrove dan trumbu buatan. “Ini masuk dalam mitigasi bencana dalam PP nomer 64 tahun 2010, disebutkan abrasi pantai. Dan kita juga sudah menangani di daerah Demak,” kata Subandono.
Dikaui oleh Subandono, ada sekitar 20 Provinsi dan ratusan lokasi yang sudah terkena abrasi, dan penanganannya pun terus dilakukan, namun KKP tidak bisa bekerja sendirian, untuk penanganan abrasi dengan cara pembuatan tembok perlu kerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum. “Kami tidak bisa bekerja sendirian, tentunya penanganan abrasi dengan membuat tembok-tembok perlu bekerjasama dengan PU, kami hanya sebatas penanganan lunak,” ujarnya.
Penganan abrasi sendiri tentunya tidak sembarangan, seperti pembuatan tembok, perlu kajian secara komperhensif, karena masih kata Subandono jika pembangunan dilakukan disatu titik tanpa ada penagnagn yang serius maka bisa merubah tempat lain. “Jika tempat A ditangani tanpa melakukan kajian, maka bisa berakibat patal ke tempat lain. Harus dilihat dari arah mana gelombangnya, dan jika dibuat tembok apakah tidak akan merusak tempat lain, tentunya khan tidak boleh sembarangan,” pungkasnya.
KLIPING TENTANG ABRASI, EROSI DAN KOROSI
I. ABRASI
Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Contoh yang
sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai. Abrasi pantai ini terjadi hampir di
seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian
yang sangat besar bagi makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin menyempit, tapi bila
dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita ketahui, negara kita Indonesia
sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Setiap tahun banyak wisatawan dari mancanegara
berdatangan ke Indonesia untuk menikmati panorama pantainya yang sangat indah. Apabila pantai
sudah mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk mengunjunginya. Hal
ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi perekonomian di Indonesia karena secara otomatis
devisa negara dari sektor pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti
hotel, restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami kerusakan yang
akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit.
Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut. Banyak
penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka terkena dampak dari abrasi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat berbahaya. Untuk itu kami akan
mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu abrasi, penyebab abras i, dan bagaimana solusi
untuk menanggulanginya. Kami harap apa yang akan kami sampaikan ini dapat memberikan
pengetahuan pada masyarakat mengenai abrasi dan menambah rasa kepedulian masyarakat pada
lingkungannya.
A. PENGERTIAN ABRASI
Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini
terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan
mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global.
B. PENYEBAB ABRASI
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan
es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang
terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang
berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya
gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap
terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di
kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan
permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan
pencemaran lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami
penyempitan yang cukup memprihatinkan. Seperti yang terjadi di daerah pesisir pantai wilayah
kabupaten Indramayu. Abrasi yang terjadi mampu menenggelamkan daratan antara 2 hingga 10 meter
pertahun dan sekarang dari panjang pantai 114 kilometer telah tergerus 50 kilometer. Dari 10
kecamatan yang memiliki kawasan pantai, hanya satu wilayah kecamatan yakni kecamatan Centigi yang
hampir tidak memiliki persoalan abrasi. Hal ini karena di wilayah kecamatan Centigi kawasan hutan
mangrove yang ada masih mampu melindungi kawasan pantai dari abrasi.
Tingkat abrasi yang cukup tinggi juga terjadi di kecamatan Pedes dan Cibuaya Kabupaten Karawang.
Meskipun abrasi pantai dinilai belum pada kondisi yang membahayakan keselamatan warga setempat,
namun bila hal itu dibiarkan berlangsung, dikhawatirkan dapat menghambat pengembangan potensi
kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan
maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya. Abrasi yang terjadi di kabupaten Indramayu dan
kabupaten Karawang merupakan contoh kasus abrasi yang terjadi di Indonesia. Selain di kedua tempat
tadi, masih banyak daerah lain yang juga mengalami abrasi dengan tingkat yang tergolong parah.
Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius, maka dikhawatirkan dalam waktu yang tidak
lama beberapa pulau yang permukaannya rendah akan tenggelam.Selain abrasi, masalah yang terjadi di
daerah pesisir pantai adalah masalah pencemaran lingkungan pantai. Beberapa pantai mengalami
pencemaran yang cukup parah seperti kasus yang terjadi di daerah Balikpapan, dimana pada tahun 2004
tercemar oleh limbah minyak.
Tumpukan kerak minyak atau sludge berwarna hitam yang mirip dengan gumpalan aspal
tersebut beratnya diperkirakan mencapai 300 ton. Contoh lain adalah kasus yang terjadi di sekitar teluk
Jakarta.
Berbagai jenis limbah dan ribuan ton sampah yang mengalir melalui 13 kali di Jakarta
berdampak pada kerusakan Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pada tahun 2006, kerusakan
terumbu karang dan ekosistem taman nasional itu diperkirakan mencapai 75 kilometer. Tahun lalu saja
telah terjadi kerusakan serius sepanjang 40 kilometer. Kali Ciliwung, Banjir Kanal Barat (BKB), Kali
Sunter, dan Kali Pesanggrahan merupakan penyumbang pencemaran terbesar ke Teluk Jakarta. Setiap
hari Kali Ciliwung, BKB, dan Kali Sunter mengalirkan sampah yang berton-ton banyaknya. Sampah
berbagai jenis itu mengalir ke Teluk Jakarta, dan sampai ke Pantai Taman Nasional Kepulauan Seribu.
Kondisi ini memerlukan penanganan segera. Terkait dengan itu, pencemaran teluk Jakarta harus segera
diatasi, terutama dengan melakukan pengurangan limbah sampah di sungai.
Pencemaran yang terjadi di pesisir pantai merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi manusia.
Selain itu, sebagian besar objek wisata di Indonesia merupakan wisata pantai. Keindahan panorama
pantai membuat wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia. Hal ini seharusnya membuat
pemerintah lebih mempedulikan kebersihan dan keasrian pantai, karena apabila keadaan pantai tidak
bersih dan dipenuhi sampah, wisatawan tidak akan mau lagi mengunjungi pantai di Indonesia yang
akibatnya dapat mengurangi devisa negara.
Rusaknya lingkungan pantai juga dapat merusak ekosistem yang ada disana. Biota yang hidup di
daerah pantai seperti terumbu karang dan ikan-ikan kecil akan mati bila tingkat pencemarannya tinggi.
Untuk itu diperlukan upaya dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga keindahan dan keasrian
pantai.
C. PENYELESAIAN
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk mengatasi masalah
abrasi dan pencemaran pantai ini. Untuk mengatasi masalah abrasi di Indonesia ini pemerintah secara
bertahap melakukan pembangunan alat pemecah ombak serta penghijauan hutan mangrove di sekitar
pantai yang terkena abrasi tersebut.
Dalam mengatasi masalah abrasi ini, tentu ada saja hambatan-hambatan dan juga kesulitan-
kesulitan yanag akan dihadapi, misalnya dalam pembangunan alat pemecah ombak ini diperlukan biaya
yang sangat mahal dan juga wilayah tempat pembangunannya sangat luas, sehingga untuk membangun
alat ini di seluruh pantai yang terkena abrasi akan memerlukan waktu yang sangat lama dan juga biaya
yang sangat mahal. Upaya penanaman tanaman bakau di pinggir pantai juga banyak hambatannya.
Tanaman bakau hanya dapat tumbuh pada tanah gambut yang berlumpur.
Hal ini akan menjadi sangat sulit karena sebagian besar pantai di Indonesia merupakan perairan
yang dasarnya tertutupi oleh pasir, seperti kita ketahui bahwa tanaman bakau tidak dapat tumbuh pada
daerah berpasir. Meskipun sangat sulit, tetapi usaha untuk mangatasi abrasi ini harus terus dilakukan.
Jika masalah abrasi ini tidak segera ditanggulangi, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke
depan luas pulau-pulau di Indonesia banyak yang akan berkurang. Agar upaya ini dapat berjalan dengan
lebih baik, maka peranan dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan.
Pemerintah tidak akan dapat mengatasinya tanpa partisipasi dari masyarakat. Apabila alat
pemecah ombak berhasil dibangun dan hutan bakau atau hutan mangrove berhasil ditanam, maka
dampak abrasi tentu akan dapat dikurangi meskipun tidak sampai 100%.
Masalah pencemaran pantai juga harus diatasi denga sangat serius karena dapat merusak
keindahan dan keasrian pantai. Untuk megatasi permasalahan ini kesadaran masyarakat akan
pentingnya lingkungan harus ditingkatkan. Selain itu peraturan untuk tidak merusak lingkungan harus
dibuat dan menindak dengan tegas bagi siapa pun yang melanggarnya.
Sekarang ini, di beberapa pantai masih banyak ditemui sampah-sampah yang berserakan. Selain
itu, limbah pabrik yang beracun banyak yang dialirkan ke sungai yang kemudian mengalir ke laut. Hal ini
dapat merusak ekosistem laut, dan juga dapat membunuh beberapa biota laut. Pemerintah seharusnya
menghimbau agar seluruh pabrik-pabrik tersebut agar membuang limbahnya setelah dinetralisasi
terlebih dahulu.
Abrasi dan pencemaran pantai merupakan masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat. Dari
penjelasan k ami di atas kami dapat menyimpulkan beberapa hal.
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Abrasi diakibatkan oleh maiknya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es yang ada di daerah
kutub bumi. Es tersebut mencair akibat terjadinya pemanasan global.
2. Masalah abrasi maupun pencemaran lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena kurangnya
kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Masih banyak orang yang membuang sampah pada
sembarang tempat yang nantinya dapat mencemari lingkungan.
3. Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila
tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang permukaannya rendah akan tenggelam.
4. Dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun alat pemecah ombak dan juga menanam
pohon bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan laju ombak dan memecahkan
gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang. Demikian juga
dengan pohon bakau yang ditanam di pinggiran pantai. Akar-akarnya yang kokoh dapat menahan
kekuatan ombak agar tidak mengikis pantai.
Dari kesimpulan tersebut dapat kita lihat penyebab abraasi dan juga beberapa cara untuk
mengatasinya. Kita juga dapat mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan apabila hal ini tidak segera
diatasi. Menurut kami permasalahan ini harus diselesaikan bukian hanya oleh pemerintah, tapi juga
memerlukan partisipasi dari masyarakat.
Selain kesimpulan tadi, kami juga memiliki beberapa saran yang akan kami sampaikan. Adapun
saran-saran yang akan kami sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran pantai, karena
usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari masyarakat.
2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tagas bagi setiap orang yang merusak lingkungan.
3. Pembangunan alat pemecah ombak dan penanaman pohon bakau harus segera dilakukan agar abrasi
yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah parah.
4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak membuang limbah
atau sampah ke laut. Mereka harus menyediakan sarana kebersihan agar limbah atau sampah yang
mereka hasilkan tidak mencemari pantai.
II. EROSI
Erosi dapat berkaitan dengan manusia dalam 2 hal. Pertama berkenaan dengan pencetusan erosi atau
peningkatan intensitas atau laju erosi, dan Ke-dua berkaitan dengan dampak erosi.
Telah sama kita ketahui bahwa sebagai suatu proses alam, erosi pasti terjadi. Untuk dapat
terjadinya erosi, tentu harus terpenuhinya kondisi-kondisi alamiah tertentu. Campur tangan manusiua
terhadap proses erosi terada pada tataran pengubahan kondisi-kondisi yang me njadi prasayarat bagi
berlangsungnya erosi.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan,
kegiatan pertambangan, perkebunan danperladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak
tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah denganvegetasi alaminya. Alih
fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang
kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.
Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik
semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir disungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
A. SEBAGAI PENCETUS
Campurtangan manusia dapat terjadi dalam bentuk menghadirkan kondisi prasyarat terjadinya
erosi. Dengan campur tangan manusia, di daerah yang semula tidak ada erosi, menjadi ada erosi; daerah
yang semula erosi ringan jadi erosi berat; daerah yang semula laju erosinya pelan menjadi lebih cepat.
Misalnya, membuat lereng lebih curam (tebing jalan), membuat kekuatan aliran air terkonsentrasi di
suatu tempat (pengaturan drainase), mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang menghambat aliran
air (penebangan hutan).
Dalam hal manusia sebagai penyebab erosi, hal ini dapat terjadi karena dua hal:
1. Karena ketidaktahuan
2. Karena ketidakpedulian dengan kerusakan lingkungan.
Untuk kondisi yang pertama, dapat diatasi dengan pendidikan atau pengajaran. Untuk kondisi
yang kedua diperlukan penegakan hukum.
B. SEBAGAI KORBAN
Proses erosi dapat merugikan kepentingan manusia. Dalam hal ini kita dapat menyebut manusia sebagai
korban. Macam-macam kerugian yang dapat dialami manusia karena erosi seperti: kehilangan tanah
yang subur (erosi menghilangkan lapisan permukaan tanah, pada erosi permukaan), mengalami
kerusakan lahan (lahan menjadi tertoreh-toreh oleh erosi riil atau gully di daerah berlereng, bad land
topography), kehilangan lahan secara fisik (lahan benar-benar hilang tererosi, pada kasus erosi lateral di
tepi aliran sungai atau di tepi pantai).
Kemudian, pada tingkat diatasnya, manusia mengalami kerugian karena kehilangan atau
kerusakan segala sesuatu atau aset yang ada di atas lahan yang tererosi itu, seperti kehilangan kebun,
pemukiman, jalan, dan berbagai macam objek lainnya yang dibangun di atas lahan yang tererosi itu.
Dalam hal manusia sebagai korban erosi, tentu manusia selalu berupaya untuk menghindar atau
berusaha mengatasi proses erosi itu. Upaya untuk mengatasi mkasalah erosi bukanlah pekerjaan
sederhana yang ringan, melainkan pekerjaan yang rumit dan berbia ya tinggi. Olah karena itu, upaya
penanggulangan masalah erosi ini dilakukan oleh Pemerintah atau masyarakat berdasarkan
pertimbangan nilai kerugian yang mungkin timbul karena erosi bila erosi itu terjadi di suatu kawasan.
Sebagai contoh, bila erosi mengancan jalan raya, maka upaya penanggukangan pasti dilakukan. Seperti
di daerah Eretan, Indramayu. Erosi pantai mengancam jalan Pantura yang vital, maka di sepanjang
pantai dipasang pertahanan pantai.
C. HAKEKAT DARI PROSES EROSI
Apabila kita perhatikan baik-baik proses erosi yang terjadi maka kita akan melihat keadaan
berikut ini:
1. Erosi menyebabkan hilangnya material dari suatu tempat. Di lokasi asal material tersebut terjadi
pengurangan material. Selain itu, apabila daerah tersebut tinggi, maka erosi menyebabkannya menjadi
lebih rendah. Dari sudut pandang geomorlogi maka, erosi merupakan bagian penting dari
proses pendataran (pembentukan dataran)permukaan Bumi. Selain itu, erosi juga bekerja mengukir
permukaan Bumi. Hasilnya adalah alur-alur air atau lembah-lembah sungai di daerah perbukitan atau
pegunungan. Jadi, tanpa erosi maka gunung-gunung akan tetap menjuilang tinggi dan tidak ada ukiran
alur air dan lembah sungai yang indah itu.
2. Erosi merupakan penghasil muatan sedimen untuk ditransportasikan dan kemudian diendapkan
di tempat lain. Jadi, bila tidak diawali oleh proses erosi maka tidak akan ada muatan sedimen yang dapat
ditransportasikan, dan selanjutnya tidak akan ada pengendapan yang akan terjadi. Dengan demikian
dapatlah kita katakan bahwa proses erosi merupakan kunci dari proses transportasi sedimen dan proses
pengendapan sedimen.
Itulah hakekat dari proses erosi.
D. KERUGIAN KARENA EROSI
Sebagaimana h alnya proses alam lainnya, erosi dikatakan merugikan bila mengenai kepentingan
manusia secara langsung dan segera dirasakan pengaruhnya.
Berikut ini beberapa kerugian karena erosi:
1. Kehilangan tanah yang subur di daerah pertanian atau perkebunan yang mengalami erosi. Erosi
permukaan tanah menyebabkan humus tanah yang subur di suatu kawasan hilang terbawa ke tempat
lain. Pembuatan lahan persawahan berteras di daerah berlereng merupakan salah satu upaya
mengurangi kerugian karena erosi ini.
2. Kehilangan lahan secara fisik dan berbagai objek di atasnya. Contoh dari kondisi ini adalah erosi
yang terjadi di sepanjang tepi aliran sungai atau tepi pantai. Erosi menyebabkan kehilangan lahan. Bila di
atas lahan itu ada rumah, jalan atau berbagai objek lainnya, maka semuanya akan turut hilang
bersamaan dengan hilangnya lahan karena erosi itu.
E. KEUNTUNGAN KARENA EROSI
Di atas telah disebutkan bahwa erosi merupakan kunci bagi proses transportasi sedimen dan proses
sedimentasi. Keuntungan dari proses erosi ini dengan demikian harus kita lihat dari sudut pandang yang
lebih luas dan menyeluruh. Kita harus melihat bahwa erosi menguntungkan karena tanpa erosi maka
sedimentasi tidak akan terjadi. Tanpa erosi, maka tak kan ada sedimentasi, maka tidak akan ada lahan
persawahan dataran rendah y ang subur. Tanpa erosi di darat, maka tak kan ada sedimentasi di pantai
atau laut dalam, maka tidak akan ada delta-delta atau endapan laut yang darinya kita
mendapatkan minyak dan gas bumi.
Dari sudut pandang sumberdaya mineral (diingatkan oleh Sani JR tanggal 12 Sep 2009 tetapi
baru di update malam ini 6 Nop 2010), erosi berarti dua hal:
1. Erosi menyebar rahasia keberadaan mineral yang berada di dalam bumi sehingga dapat
diketahui melalui penyebaran material hasil erosi melalui alur-alur sungai. Para ahli geokimia mencari
endapan mineral salah satu caranya adalah dengan cara melacak melalui endapan di aliran sungai.
2. Erosi dapat menyebabkan endapan mineral yang terdapat jauh di dalam bumi tersingkap ke
permukaan bumi sehingga dapat ditemukan dan dimanfaatkan oleh manusia.
Erosi adalah sebagian dari proses alam yang penting bagi kelangsungan hidup di Bumi. Keuntungan dan
kerugian dari proses itu bersifat relatif, tergantung dari cara kita memandangnya.
Abrasi PantaiLingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena merupakan daerah
pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut Perubahan ini dapat terjadi secara lambat hingga
cepat tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan, dan sifatnya dengan gelombang,
pasang surut dan angin. Oleh karena itu didalam pengelolaan daerah pessisir diperlukan suatu kajian
keruangan mengingat perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.
Bentang alam pantai di kontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus. Pada dasarnya
dapat dikelompokkan dua macam aksi alamiah yaitu yang bersifat menghancurkan (abrasi) dan yang
besifat membangun dengan cara pengendapan (sedimentasi).
Selanjutnya pengertian dari abrasi (pengikisan pantai) merupakan bagian dari gejala alam atau proses
geologi. Dimana seiring perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan gelombang
dan arus semakin meningkat yang mengakibatkan abrasi pantai. Dimana abrasi atau pengikisan
pantai merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak, abrasi biasanya disebut juga erosi pantai, namun manusia sering menyebut sebagai abrasi.
Gaya erosi yang bekerja di daerah pantai, terutama berasal dari gelombang laut, kemudian dibantu
oleh arus laut, pasang surut, hembusan angin dan air hujan, disebut sebagai abrasi. Salah satu cara
untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi marine yaitu :
Gelombang dan arus laut, merupakan faktor utama penyebab dari erosi marine, utamanya
gelombang pada saat terjadi badai maupun tsunami.
Gb.1. Kenampakan gelombang sebelum sampai pada garis pantai
Macam dan resistensi batuan, pada batuan yang mempunyai resistensi yang lemah, maka batuan
ini akan lebih mudah terkikis. Hal ini dapat di lihat dari garis pantai yang berbeda.
Kedalaman laut lepas pantai. Semakin dalam laut lepas pantai, maka kekuatan ombak yang di
hasilkan akan semakin besar.
Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak atau gelombang. Yang dimaksudkan di sini, tidak
ada barrier atau pulau penghalang di depan pantai, sehingga kekuatan gelombang yang sampai
pada pantai masih terlalu besar, yang di karenakan tidak ada penghalang yang meredam kekuatan
gelombang.
Sifat-sifat struktur dari batuan seperti arah banyaknya rekahan atau sesar. Pada batuan yang
mempunyai rekahan, maka akan lebih tidak resisten dan lunak sehingga mudah terabrasi oleh
kekuatan gelombang.
Banyak sedikit dan besar kecilnya material pengikis yang diangkut oleh gelombang. Gelombang
biasanya membawa material. Apabila material yang di bawa relatif besar, maka garis pantai,
utamanya cliff (tebing) akan hancur oleh hantaman material yang dibawa oleh gelombang.
Sedangkan gelombang yang tidak mengangkut material dapat mengikis batuan pada pantai ,
apalagi apabila gelombang membawa material.
Beberapa kenampakan hasil erosi pantai :
Dataran abrasi, yaitu suatu dataran hasil pengendapan dari abrasi gelombang laut
Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada tepi pantai.
Arch, yaitu lengkungan alamiah yang terbentuk sebagai akibat hempasan gelombang laut
Stacks, yaitu lengkungan alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh
Cave, yaitu gua pantai yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam
Dataran Abrasi
Suatu dataran hasil abrasi gelombang laut, dimana daerah ini merupakan berada pada zona
pengrusakan oleh gelombang laut. Pada daerah ini, material darat terkikis sehingga semakin lama,
akan semakin berkurang. Hal ini menyebabkan adanya proses kemunduran garis pantai.
Gb.2. Rekontruksi kemunduran garis pantai akibat hembasan gelombang
Pada gambar 2, dapat kita lihat bagaimana bahwa gelombang yang datang dapat menghancurkan
batuan penyusun pantai. Pada gambar kita lihat ada 2 jenis sifat batuan, yaitu terdapat batuan yang
lunak dan batuan yang resisten (Gb.2.a). Pada saat gelombang datang dari arah depan, batuan yang
mempunyai tingkat resistensi yang lemah akan terkikis lebih dahulu. Pada fase ini, akan terbentuk
suatu teluk pada pantai tersebut (Gb.2.b). Selanjutnya, setelah terbentuk teluk, maka terjadi
gelombang refraksi, gelombang ini berbelok karena bentuk morfologi pantai yang berbeda apabila di
bandingkan dengan kondisi awal (sebelum terbentuk teluk). Gelombang ini menghantam batuan yang
lebih resisten, sehingga mengakibatkan batuan yang lebih resisten terkikis kuat (Gb.2.c). Selanjutkan
akan menciptakan suatu garis pantai yang lurus, yang pada akhirnya telihat garis pantai yang
mengalami kemunduran, sehingga berakibat perusakan daerah pantai dan berkurangnya daerah
daratan (Gb.2.d).
Arch dan Stack
Pasca terbentuknya teluk (Gb.3.a) yang terjadi akibat adanya abrasi gelombang, dimana batuan yang
kurang resisten (soft rock) telah terabrasi terlebih dahulu, maka gelombang yang datang beserta
pantulan menyebabkan adanya refraksi gelombang pada muka teluk. Hal ini menyebabkan terjadinya
proses abrasi yang terjadi pada batuan yang resisten, yang berfungsi sebagai headland. Pada proses
pengikisan (abrasi) ini, akan menghasilkan suatu lubang-lubang pada batuan yang terkena hantaman
gelombang, baik pada pada batuan di teluk maupun headland (Gb.3.b). Pada headland, akan terjadi
pengikisan pada dasar batuan yang mengalami kontak secara langsung dengan gelombang, sehingga
akan menghasilkan suatu bentuk lubang dimana pada bagian atas masih menyambung dengan
deratan. Hal ini menyerupai gapura-gapura, yang umumnya di sebut dengan “arch” (Gb.3.c). Apabila
suatu saat, “arch” ini terpisah, karena rubuhnya permukaan yang di atas, akan membentu suatu
“stack” dimana terpisahkan oleh lautan di sekitarnya.
Gb.3. Rekontruksi pembentukan arch dan stack pada pantai
“Arch” dan “Stack” biasa juga pada penyusun batuan telah mengalami proses pelemahan, seperti
halnya, telah terjadi struktur geologi (kekar maupun sesar) pada daerah tersebut. Hal ini akan
menyebabkan batuan ini cukup rapuh, sehingga akan lebih mudah terabrasi.
Gb.4. Penampakan Arch (a), Stack (b), dan cave atau gua (c)
Sedangkan cave atau gua terbentuk karena gelombang yang menghantam langsung pada daerah
berupa tebing. Terjadi pada daerah antara pasang maksimum dan surut maksimum. Hal ini terjadi
pada energi gelombang yang tinggi. Pasang maksimum akan menghasilkan top dari cave, sedangkan
surut maksimum akan menghasilkan bottom cave. Proses ini yang pada akhirnya akan menghasilkan
tebing mundur, karena pada saat terbentuk lubang (goa), dan batuan di atas telah melampau batas
elastisitasnya, maka batuan ini akan tidak mampu menahan dan jatuh ke bawah (longsor). Pada
(Gb.4.c) menunjukkan adanya kemunduran garis tebing, dimana tebing awal berada pada posisi “1”,
dan sekarang berada pada posisi ke “3”.
http://zchelenk.wordpress.com/2011/03/30/abrasi-pantai/