abcdjuni2011aaaaa
TRANSCRIPT
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 1/46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perusahaan yang dapat dikatakan sebagai perusahaan yang baik
adalah sebuah perusahaan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggannya.
Perusahaan dituntut untuk bisa memuaskan selera pelanggannya. Perusahaan
harus mampu memberikan produk atau jasa yang bisa memberikan kepuasan
kepada konsumen atau pelanggannya. Dimana produk atau jasa tersebut juga
harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya. Hal tersebut tidak bisa
dipandang satu aspek atau satu dimensi saja namun di beberapa dimensi yang
melekat pada suatu produk atau jasa yang dibelinya atau dikonsumsinya, karena
berbagai dimensi yang melekat pada produk atau jasa tersebut akan dapat dilihat
tingkat kepuasan pelanggan dengan membeli dari suatu produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan atau penjual.
Dalam hal ini sebuah risiko merupakan suatu bentuk ketidakpastian yang
mungkin akan terjadi. Di sinilah sebuah perusahaan asuransi dapat melihat adanya
suatu peluang yang dapat memberikan jaminan kepada konsumen, sehingga dapat
mengalihkan risikonya kepada pihak ketiga, yaitu sebuah perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang berbentuk
perusahaan dengan fungsi menerima atau menanggung risiko. Oleh karena itu,
perusahaan asuransi semakin penting peranannya sehubungan dengan aktivitas
yang dilaksanakan. Hal ini berarti ada suatu kesimpulan usaha yang lebih terjamin
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 2/46
2
bagi dunia asuransi dan merupakan peluang asuransi sehingga, akan menambah
persaingan di dunia asuransi sendiri.
Perkembangan ke depan diperkirakan akan lebih marak lagi mengingat
kondisi dakwah Islam yang semakin luas cakupannya, sehingga meningkatkan
awareness masyarakat. Di samping itu, beberapa kebijakan pemerintah yang
mendukung perkembangan asuransi syariah adalah ditetapkannya kewajiban agar
asuransi haji dikelola oleh perusahaan asuransi syariah. Di bidang aturan hukum,
saat ini sedang dibuat aturan khusus mengenai asuransi syariah yang diharapkan
dapat memberi dampak yang signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan
tahun 1998.
Berasuransi secara Islam merupakan bagian dari prinsip hidup yang
berdasarkan tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap diri
tidak memiliki daya apapun ketika datang musibah dari Allah SWT, apakah itu
berupa kecelakaan, kematian, atau terbakarnya toko yang kita miliki.
Ada berbagai cara bagaimana manusia menangani risiko terjadinya musibah. Cara
pertama adalah dengan menanggungnya sendiri (risk retention), yang kedua
mengalihkan risiko ke pihak lain (risk transfer ), dan yang ketiga mengelolanya
bersama-sama (risks haring ).
Menarik untuk direnungi bahwa sejak dari awal keberadaannya, mekanisme
asuransi Islam senantiasa terkait dengan kelompok. Ini berarti, musibah bukanlah
permasalahan individual, melainkan kelompok. Sekalipun, misalnya, musibah itu
hanya menimpa individu tertentu ( particular risks).
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 3/46
3
Jelas berbeda dengan apa yang berlangsung di asuransi konvensional. Di sana
yang terjadi adalah transfer risiko. Anda membayar sejumlah premi untuk
mengalihkan risiko yang tidak mampu anda pikul kepada perusahaan asuransi. Di
sini terjadi ‘jual beli’, dengan komoditasnya adalah risiko kerugian, yang belum
pasti terjadi. Di sinilah ‘cacat’ dari perjanjian asuransi konvensional, jika dilihat
dari sudut pandang Islam.
Teori akad dalam Islam mensyaratkan adanya komoditas (objek akad) yang
pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa. Cacat ini diperburuk lagi dengan
kondisi bahwa uang premi akan hangus apabila kerugian tidak terjadi, sebaliknya
akan berjumlah berlipat-lipat kali manakala dibayarkan sebagai ganti rugi apabila
risiko yang dipertanggungkan terjadi. Memang, tertanggung tidak akan mendapat
keuntungan dari sini karena prinsip ganti rugi dalam asuransi sudah mengatur
bahwa ganti rugi tidak mungkin akan memberikan lebih dari jumlah kerugian
yang diderita. Akan tetapi mekanisme transfer risiko seperti ini memungkinkan
adanya ketidakseimbangan kekuatan dalam menjalankan perjanjian asuransi yang
telah disepakati. Pada tataran yang paling sederhana, misalnya, ketika perusahaan
asuransi mensyaratkan tertanggung untuk melakukan hal yang terbaik untuk
mencegah terjadinya kerugian, antara lain dengan melakukan manajemen risiko
secara ketat, di pihak lain tertanggung merasa tidak perlu melakukannya karena
sudah mengalihkan risiko kepada perusahaan asuransi.
Persaingan perusahaan asuransi telah membuat mereka terus berbenah diri
dalam hal untuk mempertahan kan konsumen dan membuat konsumen lebih loyal
sehingga dapat memberikan keuntungan yang terus-menerus kepada perusahaan.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 4/46
4
Tentu untuk membuat konsumen menjadi loyal perusahaan harus memberikan
citra yang baik dan kepuasan agar mereka tidak berpindah kepada perusahaan
asuransi lainnya.
Persaingan yang semakin hebat antara institusi penyedia produk belakangan
ini bukan hanya disebabkan globalisasi. Tetapi lebih disebabkan karena pelanggan
semakin cerdas, sadar harga, banyak menuntut, kurang memaafkan, dan didekati
oleh banyak produk. Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut berperan
meningkatkan intensitas persaingan, karena memberi pelanggan akses informasi
yang lebih banyak tentang berbagai macam produk yang ditawarkan. Artinya
pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang
dimilikinya.
Citra yang baik perlu ditanamkan ke dalam benak konsumeen sehingga
dapat memberikan kesan yang positif kepada perusahaan. Disamping itu, kesan
yang baik dapat menimbulkan kepuasan yang baik juga dari konsumen sehingga
mereka menjadi loyal. PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang dengan
mengusung citra sebagai perusahaan syariah diharapkan dapat memberikan kesan
yang positif kepada konsumen dari pada perusahaan asuransi konvensional.
Mengukur tingkat kepuasan konsumen tidaklah semudah mengukur tinggi badan
para konsumen tersebut. Pimpinan perusahaan harus mengetahui atribut apa dari
sebuah produk yang bisa membuat pelanggan puas atau tidak puas. Menganalisis
konsumen merupakan salah satu prinsip utama yang mendukung pengembangan
strategi pemasaran suatu perusahaan. Bagi seorang manajer pemasaran, ia harus
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 5/46
5
mengetahui dan memahami sikap konsumen yang dilayani oleh perusahaannya
demi mencapai kepuasan, baik bagi pihak perusahaan maupun konsumen.
Di tengah perkembangan teknologi saat ini, asuransi telah menjadi daya
tarik bagi konsumen. Sehingga banyak perusahaan asuransi yang tumbuh karena
adanya peluang jaminan risiko dari konsumen. Salah satu perusahaan asuransi
yang ada saat ini di Padang adalah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
Perusahaan Asuransi Takaful Umum hadir dengan mengusung Asuransi Syariah,
yaitu sistem yang bekerja belandaskan hukum Islam.Saat ini, perusahaan asuransi
yang benar-benar secara penuh beroperasi secara syariah ada tiga, yakni PT.
Asuransi Takaful Umum, PT. Asuransi Takaful Keluarga (jiwa), dan PT.
Mubarakah. Selain itu, beberapa perusahaan asuransi konvensional telah
membuka divisi syariah yakni MAA, Great Eastern, Bumiputera (asuransi jiwa ),
dan Tripakarta.
Berikut ini data jumlah nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang
Padang dari tahun 2005 sampai tahun 2010:
Tabel 1.1 Jumlah nasabah Asuransi
Tahun Jumlah Nasabah Persentase
2005 3520
2006 2971 -18,48%
2007 3399 12,60%
2008 3250 -4,59%
2009 3384 4%
2010 3230 -4,77%
Sumber : PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang, 2011
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 6/46
6
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, maka dapat dilihat adanya
kenaikan dan penurunan jumlah nasabah . Pada tahun 2005 jumlah
nasabah sebanyak 3250 nasbah, kemudian terjadi penurunan
pada tahun 2006 sebesar 2971 atau -18,48%, pada tahun 2007
meningkat 12,60%, penurunan kembali terjadipada tahun 2008
sebesar -4,59%.
Selanjutnya kenaikan jumlah nasabah PT. Asuransi Takaful
Umum Cabang Padang terjadi kembali pada tahun 2009 sebanyak
4%, dan pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah nasabah
sebesar 3230 atau -4,77%.
Dari penjelasan di atas, berdasarkan tabel 1.1 di dalam beberapa tahun
terakhir terjadi penurunan jumlah nasabah. Adanya penurunan dan kenaikan
jumlah nasabah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, diduga kondisi ini
berkaitan dengan citra dan kepuasan konsumen yang dirasakan berpengaruh
terhadap loyalitas di PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
Walaupun cukup banyaknya fasilitas yang diberikan namun demikian
dalam kenyataanya masih terdapat kekecewaan yang muncul dari pihak nasabah
disebabkan oleh karena pelayanan yang kurang prima yang diperlihatkan oleh
pihak asuransi yang bersangkutan
Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka akan memunculkan citra yang
buruk bagi pihak asuransi terhadap nasabah mereka. Ketidak puasan yang terjadi
akan berisiko bagi pihak asuransi yakni pindahnya nasabah yang bersangkutan ke
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 7/46
7
asuransi lain yang memberikan layanan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya
jumlah nasabah pada perusahaan asuransi tersebut dapat berkurang secara drastis.
Dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai bagaimana pihak manajemen PT. Asuransi Takaful Umum
Cabang Padang menciptakan kepuasan sehingga dapat membuat nasabah loyal
terhadap jasa asuransi tersebut dari nasabah itu sendiri.
Oleh sebab itu, penulis akan mencoba meneliti dan membahas permasalahan
ini lebih mendalam lagi dalam sebuah proposal yang berjudul : “Pengaruh Citra
Merek dan Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah PT. Asuransi
Takaful Umum Cabang Padang .”
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah antara lain:
1. Kendala-kendala yang dihadapi dalam meningkatkan
pelayanan nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
2. Kepuasan atas kualitas jasa yang diberikan pihak bank
pada nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
3. Keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh produk PT.
Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat loyalitas
nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 8/46
8
5. Indikator-indikator kualitas produk asuransi yang
mempengaruhi keloyalan nasabah.
6. Usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. Asuransi Takaful
Umum Cabang Padang dalam rangka meningkatkan citra produk dan
menciptakan, mewujudkan, pelanggan yang loyal.
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di
atas, maka untuk lebih terarahnya penelitian ini, penulis memberikan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Masalah Citra terhadap kepuasan nasabah PT. Asuransi Takaful Umum
Cabang Padang.
2. Masalah Citra terhadap loyalitas PT. Asuransi Takaful Umum Cabang
Padang.
3. Masalah kepuasan Nasabah terhadap loyalitas PT. Asuransi Takaful
Umum Cabang Padang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka
penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengaruh citra terhadap kepuasan nasabah PT. Asuransi
Takaful Umum Cabang Padang.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 9/46
9
2. Sejauh mana pengaruh kepuasan nasabah atas layanan terhadap loyalitas
nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh citra terhadap loyalitas
nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan nasabah atas
layanan terhadap loyalitas nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang
Padang.
F. Manfaat Penelitian
Dengan dirumuskan tujuan penelitian di atas, ada beberapa pihak yang
terlibat yakni pihak PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang dan pihak yang
bersangkutan lainnya.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
7. Manfaat penelitian bagi penulis :
a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
b. Sebagai wadah aplikasi teori-teori yang telah
didapat dibangku perkuliahan dan dijadikan sebagai alat dalam
pembahasan penelitian.
8. Manfaat Penelitian bagi akademik:
a. Bagi perkembangan ilmu
pengetahuan akan bermanfaat sebagai dasar penelitian selanjutnya.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 10/46
10
b. Dapat mengetahui tentang tingkat loyalitas
nasabah atas produk yang di tawarkan PT. Asuransi Takaful Umum
Cabang Padang.
9. Manfaat penelitian bagi perusahaan :
a. Memberikan informasi tingkat keloyalan nasabah mengenai produk
yang ditawarkan oleh PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
b. Sebagai bahan masukan bagi PT. Asuransi Takaful Umum Cabang
Padang dalam meningkatkan keloyalan nasabah melalui citra dan
kepuasan atas layanan produk yang mereka miliki.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 11/46
11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teori
1. Loyalitas Pelanggan
a. Pengertian Loyalitas
Menurut Mowen dan Minor yang dikutip Swastha (1999:77), “Loyalitas
suatu kondisi dimana pelanggan mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek
tersebut dan bemaksud untuk meneruskan pembelian di masa mendatang.”
Sedangkan menurut Supranto (1997:31), loyalitas dapat didefenisikan sebagai
“Sikap pelanggan terhadap suatu produk atau merek yang diwujudkan dengan
membeli terus menerus produk atau jasa yang sama sepanjang waktu yang
merupakan hasil dari pembelajaran dimana produk tersebut dapat memuaskan
kebutuhan pelanggannya.”
Pengertian loyalitas pelanggan menurut Tjiptono (1997:36), “Loyalitas
pelanggan ditimbulkan oleh kepuasan, maka loyalitas sebagai suatu kombinasi
dari keputusan pelanggan, rintangan pengalihan, dan keluhan pelanggan.”
Loyalitas F (pelanggan, rintangan pengalihan, dan keluhan pelanggan)
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 12/46
12
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas
berorientasi pada suatu produk atau jasa. Pelanggan dikatakan memiliki loyalitas
terhadap suatu produk bila ia rela bersedia membeli produk atau jasa yang sama
dan tidak penah mau bertukar dengan produk lain apapun. Konsekuensinya ia
akan tetap membeli produk yang telah dianggap baik baginya.
b. Indikator Loyalitas
Pelanggan yang setia merupakan aset yang tak ternilai bagi perusahaan
karena karakteristik dari konsumen yang setia menurut Griffin ( 2005:31) adalah:
1. Melakukan pembelian secara teratur.
2. Membeli di luar lini produk/jasa.
3. Menolak produk lain.
4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik pesaing (tidak mudah
terpengaruh
oleh daya tarik produk sejenis dari pesaing).
Loyalitas yang meningkat dapat menghemat biaya perusahaan sedikitnya
dalam 6 bidang menurut Griffin ( 2005:11) yaitu:
1. Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambilalihan
pelanggan lebh tinggi daripada biaya mempertahankan pelanggan).
2. Biaya transaksi menjadi lebih rendah, seperti negosiasi kontrak atau
pemesanan order.
3. Biaya perputaran pelanggan (customer Turn over) menjadi hilang
(lebih sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan).4. Keberhasilan cross selling menjadi meningkat, menyebabkan pangsa
pelanggan yang lebih besar.
5. Pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebh positif; dengan asumsi
para pelanggan yang loyal juga mesara puas.
6. Biaya kegagalan menjadi menurun (pengurangan pengerjaan ulang,
klaim garansi, dan sebagainya).
c. Faktor Pembentuk Loyalitas
Menurut hasil survei mengenai Indonesian Customer Loyalty Index yang
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 13/46
13
dilakukan oleh MARS dan SWA Sudarmadi (2005) ada lima faktor pembentuk
kesetiaan pelanggan yaitu :
1. Nilai bagi pelanggan (customer value) yaitu
persepsi konsumen yang
membandingkan antar biaya atau harga atau beban yang harus ditanggung dan
manfaat yang diterimanya.
2. Hambatan berpindah (switching barrier) yaitu
hambatan-hambatan atau beban
atau biaya yang harus ditanggung konsumen bila ia pindah dari satu merek ke
merek lain.
3. Karakteristik pelanggan (customer characteristic)
yaitu karakter konsumendalam menggunakan merek.
4. Kepuasan pelanggan {customer satisfaction) yaitu
pengalaman pelanggan
ketika melakukan kontak dengan merek yang digunakannya.
5. Lingkungan kompetisi {competitive environment),
menyangkut sejauh mana
kompetisi yang terjadi antar merek dalam satu kategori produk.
Merek cukup kuat untuk membuat pelanggan kembali lagi untuk
membeli ( Hislop dalam Emmy 2004: 169). Jacoby dan Kryner dalam Emmy
(2004: 169) mendefinisikan enam kondisi yang secara kolektif sebagai
berikut: Loyalitas merek adalah
a. Respon keperi lakuan (yaitu pembelian),
b. Yang bersifat bias (nonrandom),
c. Terungkap secara terus-menerus,
d. Oleh unit pengambilan keputusan,e. Dengan memperhatikan satu atau beberapa merek
alternatif dari sejumlah merek sejenis.
f. Meru pakan fungsi proses psikologis (pengambilan
keputusan, evaluatif).
a. Tahap proses Loyalitas
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 14/46
14
Proses seorang calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal terhadap
perusahaan terbentuk melalui beberapa harapan. Griffin dalam Lesmana
(2006:14) membagi tahapan loyalitas pelanggan sebagai berikut :
a. SuspectsMeliputi semua orang mungkin akan membeli produk atau jasa
perusahaan, tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan
produk atau jasa yang ditawarkan.
b. Prospect Orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa
tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Meskipun
mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahuikeberadaan perusahaan dan produk atau jasa yang ditawarkan.
c. Disqualified Prospect Prospect yang telah mengetahui keberadaan produk atau jasa
tersebut atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli produk
atau jasa tersebut.
d. First Time Customer Pelanggan yang membeli pertama kalinya. Mereka masih menjadi
pelanggan yang baru.
e. Repeat Customer
Pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih.
f. ClientsClients membeli semua produk atau jasa yang ditawarkan dan
mereka membtutuhkannya. Medreka membeli secara teratur,
hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung
lama.
g. Advocater Selain membeli secara teratur, advocater juga mendorong teman-
teman mereka membeli produk produk perusahaan atau
merekomendasikan perusahaan tersebut pada orang lain. Dengan
begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaranuntuk perusahaan dan membawa konsumen untuk perusahaan.
Menurut Durianto (2003:128) tingkatan pada loyalitas sebagai berikut :
a. Switcher ( berpindah-pindah)
Merupakan tipe pelanggan yang berada pada tingkat yang paling
bawah atau dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk
memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek lain
mengidentifikasikan merek sebagai pembeli yang sama sekali tidak
loyal. Dalam tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai
serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 15/46
15
pembelian. Ciri yang paling tampak dalam jenis pelanggan ini
adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah
(sensitif harga). b. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)
Pembeli yang berada di tingkatan ini dapat dikategorikan sebagai
pembeli yang puas dengan produk yang dikonsumsinya. Pada
tingkatan ini tidak ditemukan alasan yang cukup dalam
menciptakan keinginan yang cukup untuk membeli produk lain jika
peralihan tersebut membutuhkan biaya, usaha pengorbanan penting
lainnya.
c. Statisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pada tingkatan ini pembeli merek masuk ke dalam kategori puas
bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian
mungkin saja merek tersebut memindahkan pembeliannya kemerek lain dengan menganggung risiko kinerja yang yang melekat pada
tindakan mereka beralih merek.
d. Likes The Brand (menyukai merek tertentu)
Pembeli yang masuk ke dalam kategori loyalitas ini merupakan
pembeli yang sungguh-sungguh membeli merek tersebut, pada
tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terikat pada merek.
Rasa suka pembeli bias saja didasari oleh asosiasi yang terkait
dengan simbol rangkaian dalam menggunakan sebelumnya secara
baik secara pribadi atau dialami pihak lain.
d. Commited Buyer (pembeli yang komitmen)Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia.
Mereka memimliki kebanggaan sebagai pengguna merek dan
bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka. Salah
satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan
merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada
pihak lain pembeli seperti inilah yang diharapkan dimiliki oleh
perusahaan.
b. Hubungan Citra dengan Loyalitas
komsumen yang loyal sangat besar artinya bagi perusahaan menurut Sudarmadi
(2006:25), pelanggan yang loyal akan :
a. Mengkonsumsi produk atau jasa secara terus menerus.dalam
membangun loyalitas, melakukan pembelian secara berulang saja tidaklah
cukup. Pelanggan harus didorong dengan melakukan pembelian regular,
belanja lebih banyak, terus menerus dalam waktu yang lama dan
menjadikan mereka tidak sensitif terhadap harga.
b. Mereferensikan kepada orang lain. Hal ini dibutuhkan sekali
untuk meraih profit dari pelanggan baru. Pelanggan yang
melakukan yang melakukan referensi kepada orang lain akan
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 16/46
16
melakukannya secara spontan, sukarela tanpa harus dibayar dan
merupakan cara promosi yang sangat efektif serta dapat diingat oleh
pelanggan dengan cepat.c. Menjadi advocator bagi produk. Mereka merupakan
pembeli perusahaan selalu mengemukakan citra positif produk.
Sutisna dan Prawita (2001: 83), menjelaskan bahwa manfaat brand image
adalah sebagai berikut; (1) Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu
merek, lebih mungkin untuk melakukan pembelian, (2) Perusahaan dapat
mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah
terbentuk terhadap merek produk lama, dan (3) Kebijakan family branding dan
leverage branding dapat dilakukan jika citra produk yang telah ada positif.
Sedangkan menurut Kotler (2005:71): “Kunci untuk menghasilkan kesetiaan
(loyalitas pelanggan) adalah dengan memberikan nilai pelanggan.”
Menurut Wulf, Gaby dan Lacobucci (2001:36) loyalitas merupakan
besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian dilakukan oleh seorang konsumen
terhadap suatu perusahaan. Dan mereka berhasil menemukan bahwa kualitas
keterhubungan yang terdiri dari kepuasan, kepercayaan dan komitmen
mempunyai hubungan yang positif dengan loyalitas.
Loyalitas memberi pengertian yang sama atas loyalitas merek dan loyalitas
pelanggan. Memang benar bahwa loyalitas merek mencerminkan loyalitas
pelanggan terhadap merek tertentu, tetapi apabila pelanggan dimengerti sama
dengan konsumen, maka loyalitas konsumen lebih luas cakupannya daripada
loaylitas merek, karena loyalitas konsumen mencakup loyalitas terhadap merek
(Dharmmesta,1999:75).
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 17/46
17
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa loyalitas
berorientasi suatu produk atau merek, konsumen dikatakan memiliki loyalitas
terhadap suatu produk bila ia rela membeli suatu produk yang sama dan tidak
pernah mau menukar dengan produk lain atas merek lain walaupun apapun
konsekuensinya ia akan tetap membeli produk yang telah dianggap baik baginya.
Jadi pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki sikap positif dan
memiliki komitmen terhadap asumsi yang diwujudkan dengan melakukan
pembelian ulang.
Citra dan niat berperilaku konsumen khususnya loyalitas adalah
berhubungan secara langsung, sehingga citra adalah determinan apakah konsumen
akan tetap menjadi pelanggan tetap atau akan berpindah ke pelayanan jasa yang
lain. Konsumen merasa citra yang bagus maka, niat berperilaku mereka adalah
positif seperti keinginan untuk membeli ulang produknya dan keinginan untuk
merekomendasikan kepada orang lain.
c. Hubungan Loyalitas dengan Kepuasan Pelanggan
Menurut Fandy Tjiptono (2000:24) adanya kepuasan pelanggan akan dapat
menjalin hubungan harmonis antara produsen dan konsumen. Menciptakan dasar
yang baik bagi pembelian ulang serta terciptanya loyalitas pelanggan dan
membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang akan dapat menguntungkan
sebuah perusahaan. Semakin berkualitas produk dan layanan yang diberikan bank
kepada nasabahnya maka kepuasan yang dirasakan oleh nasabah akan semakin
tinggi
Data dari sejumlah perusahaan terkemuka seperti AT&T, Rank Xerox dan
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 18/46
18
The Royal Bank of Scotland menunjukkan rata-rata 95% pelanggan yang
menyatakan sangat puas atau excellent cenderung loyal pada produk atau
pemasok bersangkutan (Hill, Brierly & MacDougall : 1999). Tingkat loyalitas
menurun drastis hingga 65% di antara pelanggan yang menyatakan puas, 15 %
pada yang netral, 2% pada yang tidak puas dan sama sekali tidak ada yang loyal
bila pelanggan sangat tidak puas.
Menurut Tjiptono (2002 : 24) terciptanya kepuasan dapat memberikan
beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan
menjadi harmonis, memberi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan
loyalitas pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan. Menurut Kotler (2003 : 140) Hubungan antara kepuasan dan
loyalitas adalah saat dimana konsumen mencapai tingkat kepuasan tertinggi yang
menimbulkan ikatan emosi yang kuatdan komitmen jangka panjang dengan merek
perusahaan.
Dari beberapa uraian definisi kepuasan, maka secara umum kepuasan dapat
diartikan sebagai antara layanan atau hasil yang diterima itu paling tidak harus
sama dengan harapan konsumen atau bahkan melebihinya. Dalam era kompetisi
bisnis yang ketat seperti sekarang, kepuasan pelanggan merupakan hal yang
utama, pelanggan diibaratkan seorang raja yang harus dilayani namun hal ini
bukan berarti menyerahkan segala-galanya kepada pelanggan. Usaha memuaskan
kebutuhan pelanggan harus dilakukan secara menguntungkan atau bersifat win-
win situation yaitu keadaan dimana kedua belah pihak merasa menang dan tidak
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 19/46
19
ada yang dirugikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kesetiaan pelanggan.
2. Citra Merek ( Brand Image)
Konsumen membeli sesuatu bukan hanya sekedar membutuhkan produk
tersebut, tapi juga ada sesuatu hal lain yang diharapkan oleh konsumen pada
produk tersebut. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra yang terbentuk dalam
dirinya. Citra tidak dapat dicetak seperti membuat barang, akan tetapi citra
diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang sesuatu.
Pemberian merek individual oleh perusahaan, khususnya produk jasa
hanya dapat dilakukan dengan sangat terbatas, mengingat jumlah dan variasi suatu
produk/ jasa yang demikian banyak, serta citra perusahaan itu sendiri merupakan
penjewantahan dari merek produk/jasa itu sendiri. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa keputusan pemberian nama bagi suatu perusahaan merupakan
suatu keputusan strategis karena hal tersebut merupakan keputusan pemberian
merek yang akan berimplikasi pada citra perusahaan.
Sedangkan definisi Merek menurut American Marketing Association yang
dikutip oleh Kotler & Keller (2009:258), “Merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol atau disain, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakannya dari barang dan jasa pesaing”
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa merek sebenarnya
adalah merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan,
manfaat tertentu kepada konsumen, sehingga apabila janji tersebut terpenuhi maka
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 20/46
20
akan berimplikasi pada baiknya citra perusahaan. Janji yang diberikan oleh suatu
merek yang baik adalah ‘suatu jaminan bahwa apa yang dilihat oleh konsumen
itulah yang akan mereka dapatkan‘ atau dengan kata lain perusahaan mendapatkan
citra yang baik di mata konsumen.
Dalam era informasi sekarang ini, dimana konsumen dijejali dengan
berbagai informasi, khususnya tentang produk/jasa dalam jumlah yang banyak
melalui berbagai media, seperti media cetak dan elektronik, maka upaya untuk
membangun citra perusahaan menjadi semakin sulit. Banjirnya informasi tersebut
bukan saja telah memberikan kepada konsumen banyak pilihan yang pada
gilirannya semakin memperkuat posisi tawar - menawar konsumen, bahkan
kondisi tersebut juga dapat semakin membingungkan mereka tentang produk
mana yang akan dipilih. Dalam kondisi persaingan yang keras seperti ini, maka
peranan merek yang kuat akan semakin penting bagi suatu produk dalam
memenangkan persaingan.
Menurut Aaker (1991:16) yang diperkuat oleh Kotler dan Keller (2006 :
261), Ekuitas merek akan semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya
dimensi-dimensi dari citra perusahaan itu sendiri; dimensi-dimensi tersebut
adalah:
a. Kesadaran akan citra perusahaan (company recognition)
b. Kesetiaan / pengenalan citra perusahaan (company reputation)
c. Kesan kualitas (afinity)
d. Asosiasi-asosiasi merek (domain)
e. Asset lainnya seperti hak paten, stempel dagang, saluran
distribusi, dan lain-lain.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 21/46
21
Ekuitas merek dapat menambah atau mengurangi nilai produk atau jasa
dimata konsumen (yang dimaksud nilai di sini adalah citra), karena ekuitas merek
tersebut dapat membantu konsumen menafsirkan, memproses dan menyimpan
informasi dalam jumlah yang besar tentang produk atau jasa yang dijanjikan
merek. Di samping itu ekuitas merek juga bisa mempengaruhi rasa percaya diri
konsumen dalam mengambil keputusan pembelian serta kepuasan dalam
menggunakan produk. Demikian pula halnya bagi perusahaan (produsen), ekuitas
merek yang kuat memungkinkan perusahaan melaksanakan program
marketingnya secara lebih efisien dan efektif, menumbuhkan loyalitas terhadap
merek, keunggulan dalam penetapan harga dan atau laba, memungkinkan
perluasan merek, meningkatkan penjualan, dan akhirnya memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi manajemen
perusahaan untuk selalu memperhatikan, memahami, dan memelihara dengan baik
semua dimensi-dimensi ekuitas merek, sehingga semua keuntungan dan manfaat
yang diperoleh konsumen maupun perusahan dapat terus dipertahankan.
Bagaimana Brand Equity memberikan nilai, terdiri dari empat fase yakni:
Pertama, dimensi kesadaran citra perusahaan adalah kesanggupan konsumen
untuk mengenali atau mengingat kembali, bahwa suatu citra merupakan bagian
dari kategori merek produk tertentu, atau dengan perkataan lain adalah seberapa
kuat suatu merek tertanam dalam benak /ingatan konsumen. Ukuran kesadaran
citra dibenak konsumen menurut Aaker (1996:10) bergerak mulai dari
“pengenalan (recognition), pengingatan kembali (to recall ), puncak pikiran (top
of mind ), dan yang menguasai (to dominant )”. Top of mind adalah posisi istimewa
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 22/46
22
dimana suatu citra menjadi ‘pimpinan’ dari berbagai merek yang ada dalam
ingatan/pikiran seseorang, sedangkan merek dominan adalah merek yang
menempati posisi sebagai satu-satunya merek yang diingat kembali seseorang
(responden) dengan persentase tinggi. Dalam kondisi persaingan belum terlalu
tajam, top of mind sudah mencukupi. Namun bila persaingan sudah meningkat
semakin tajam, maka top of mind saja tidak cukup. Upaya yang harus dilakukan
adalah mengasosiasikan merek menjadi citra positif menurut konsumen dan
membuat konsumen merasa bahwa merek kita merupakan jaminan kualitas.
Kedua, dimensi kesan kualitas ( perceived quality) adalah persepsi
konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa.
Bila kesan kualitas meningkat, maka elemen kesan-kesan konsumen yang lainpun
pada umumnya akan meningkat misalnya: bila konsumen mempunyai kesan
kualitas atas suatu produk itu baik, maka mereka juga akan beranggapan bahwa
tarif/harga dari produk atau jasa itupun akan mahal. Dengan demikian, sangat
penting bagi manajemen perusahaan untuk selalu memahami hal-hal kecil yang
dijadikan konsumen sebagai dasar untuk menilai kualitas produk atau jasa
perusahaan. Perlu diingat pula bahwa kesan kualitas yang tinggi tersebut bukan
ditentukan oleh pihak perusahaan, melainkan oleh konsumen.
Ketiga, dimensi Loyalitas merek adalah merupakan kesetiaan pelanggan
terhadap suatu merek tertentu. Loyalitas merek berbeda dengan dimensi-dimensi
yang lain, karena dimensi ini hanya dapat terjadi melalui pengalaman
menggunakan produk atau jasa yang diwakili merek tersebut oleh pelanggan.
Menurut Aaker (1991:39-40) kesetiaan terhadap merek inipun berjenjang, yaitu
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 23/46
23
terendah adalah tidak loyal terhadap merek, pembeli yang puas, pembeli yang
puas dengan biaya peralihan, menyukai merek dan yang tertinggi adalah pembeli
yang komit. Pada tingkat paling dasar pembeli bersikap tidak loyal, dalam arti
sama sekali tidak tertarik terhadap merek, sehingga pembeli cenderung untuk
memilih/ membeli apapun dari suatu kategori produk atau jasa yang menawarkan
kenyamanan dengan harga yang paling murah.
Pada tingkat ke dua, pembeli merasa puas dengan produk (jasa) yang
digunakannya, atau tidak mengalami ketidakpuasan. Para pembeli tipe ini
melakukan pembelian karena kebiasaan dan merasa tidak perlu atau tidak
mempunyai alasan untuk mempertimbangkan alternatif lain. Namun demikian,
bila produk yang ditawarkan perusahaan pesaing mampu menciptakan suatu
manfaat yang nyata, maka mereka akan mudah untuk beralih kepada produk
pesaing. Pada tahap ke tiga pembeli merasa puas tetapi memikul biaya peralihan;
umpamanya uang, waktu atau kinerja; apabila mereka akan beralih merek.
Sebagai contoh adalah penggantian penggunaan perangkat lunak (software) sistem
operasi oleh suatu pendidikan, selain memerlukan pengorbanan finansil juga
adanya risiko bahwa belum tentu sistem operasi yang baru akan berjalan lebih
baik dari yang digantikan.
Pada tahap ke empat, pembeli sungguh-sungguh menyukai merek karena
adanya preferensi yang berlandaskan kepada asosiasi-asosiasi dari merek;
misalnya logo, pengalaman menggunakan, kesan kualitas yang tinggi atau karena
hal-hal yang bersifat emosional. Pada tahap tertinggi adalah para pelanggan setia
yang loyal kepada merek. Pada umumnya pelanggan setia ini memiliki rasa
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 24/46
24
kebanggaan menjadi pengguna dari merek karena dalam pandangan mereka
merek tersebut selain sangat penting dari segi fungsinya, juga merupakan suatu
ekspresi mengenai siapa mereka adanya.
Sedangkan Setiadi (2003:179) mengemukakan bahwa “Citra adalah total
persepsi terhadap suatu objek yang dibentuk dengan memproses informasi dari
berbagai sumber setiap waktu. Kotler (2000:338) ”Citra adalah persepsi
masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produk yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan.”
Berdasarkan beberapa pengertian citra berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa citra adalah suatu persepsi atau gambaran yang dimiliki
oleh konsumen terhadap suatu objek baik berupa produk atau merek dari suatu
produk. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan image yang positif
terhadap asuransi takaful, dari konsep yang ditawarkan yang berbasis hukum
islam.
Menurut Zyman (2004: 92), “Konsumen akan memiliki citra perusahaan dan
produk, apakah secara sadar menciptakannya atau tidak dan citra itu akan
mempengaruhi keputusan apakah mereka akan membeli atau tidak.” Zyman
(2004: 81), “Citra menarik orang untuk memilih produk anda dengan
menjelaskan kepada konsumen bahwa produk anda berbeda, lebih baik dan
special.”
Citra yang efektif melakukan 3 hal Kotler (2000: 338) yaitu:
a. Memantapkan karakter pada produk, menyampaikan karakter itu
dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh karakter
pesaing.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 25/46
25
b. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra
mental.
c. Citra dapat terbentuk dari bagaimana perusahaan melaksanakankegiatan operasionalnya dengan mempunyai landasan utama pada
sisi layanan.
Diferensiasi citra terdiri atas Kotler (2000; 339):
a. Identitas lawan citra; Identitas adalah cara yang diarahkan
oleh perusahaan untuk mengidentifikasi dirinya atau memposisikan
produknya, sedangkan citra adalah persepsi masyarakat terhadap
perusahaan dan produk yang dihasilkan.
b. Lambang; Citra yang kuat terdiri dari satu atau lebih
lambang yang memicu pengenalan merek.c. Media tertulis atau audio visual; Dapat ditampilkan dengan
iklan yang menyampaikan kepribadian perusahaan atau merek yang
dihasilkan.
d. Suasana; Ruang fisik tempat organisasi menyerahkan
produknya pada konsumen.
e. Acara-acara; Suatu perusahaan dapat membangun suatu
identitas melalui jenis kegiatan yang disponsorinya.
Zyman (2004: 92) menyatakan bahwa pencitraan terdiri dari 5 macam:
a. Pencitraan merek dagang; pencitraan merek dagang
memberikan tingkat kepuasan dan kontinuitas kepada konsumen
yang membuat mereka memperhatikan pencitraan berikutnya.
b. Pencitraan produk; adalah karakteristik actual produk,
selain itu pencitraan produk adalah apa yang seharusnya dilakukan
oleh pelayanan.
c. Pencitraan asosiatif; merupakan usaha yang mendapatkan
landasan bersama dengan konsumen. Ini merupakan bagian pentingdari berbagai alasan yang diberikan kepada konsumen untuk
membeli produk yang anda berikan.
d. Pencitraan pemakai; adalah tentang orang-orang macam
apa yang suka dan menggunakan produk yang dihasilkan
perusahaan.
e. Pencitraan pemakaian; menjelaskan bagaimana produk akan
dipakai oleh konsumen.
3. Pengertian Kepuasan Konsumen
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 26/46
26
a. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin “ satis” artinya
cukup baik dan “ facio” artinya melakukan atau membuat, sehingga secara
sederhana dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu, namun ditinjau dari
segi perspektif prilaku konsumen merupakan kepuasan pelanggan akan menjadi
sesuatu yang komplek. Berubahnya keinginan pelanggan, serta revolusi teknologi
informasin merupakan sebagian diantara sekian banyak faktor yang mendorong
organisasi bisnis dan non bisnis untuk mengalihkan fokusnya kearah costumer-
oriented , dan di antara definisi yang dikemukakan para pakar manajemen
pemasaran adalah:
1. Menurut Kotler (1996) mendefinisikan kepuasan pelanggan merupakan
tingkat perasaan seorang setelah membandingkan kinerja (hasil kerja)
yang ia rasakan dibanding dengan harapannya.
2. Menurut Day dalam Tse dan Wilton 1998 mendefinisikan kepuasankonsumen merupakan sebuah respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang ia persepsikan antara hara[pan awal sebelum
pembelian dan kinerja actual produk yang ia rasakan setelah pemakaian.
3. Menurut Basu Swasta dan Irwan (1995:5) pemasaran adalah:
Suatu sistim dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaska kebutuhan, baik pembeli yang ada
maupun pembeli yang potensial.
Meskipun demikian, definisi yang dominan dan banyak diacu dalam
literature pemasaran adalah definisi yang didasarkan pada disconfimation
paradigma Oliver, berdasarkan paradigma tersebut, kepuasan pelanggan
dirumuskan sebagai evaluasi purna beli, dimana persepsi terhadap kinerja
alternatif produk atau jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum
pembelian.
b. Model kepuasan pelanggan
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 27/46
27
Sebuah model teoritikal yang dikemukakan oleh pakarnya dan banyak
yang digunakan para perusahaan untuk menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan atau ketidak puasan pelanggan, dari begitu banyaknya
model yang berkembang, tapi yang dikemukakan oleh bab ini adalah:
Model Diskonfirmasi Harapan ( Expectansy Diconfirmation Model )
Model ini mendefinisikan keouasan pelanggan sebagai evaluasi yang
memberikan hasil dimana pengalaman yang ia rasakan setidaknya sama baiknya
(sesuai) dengan yang diharapkan. Berdasarkan konsumsi atau pemakaian produk/
jasa tertentu dan juga merek lainnya dalam kelas produk yang sama, pelanggan
membentuk harapannya mengenai kinerja seharusnya dari merek yang
bersangkutan
Jika kualitas rendah dari pada harapan yang terjadai adalah ketidakpuasan
emosional, bila kinerja lebih besar dibanding dari harapan yang terjadi kepuasan
emosional. Sedangkan bila kinerja sama dengan harapan, yang terjadi adalah
konfirmasi harapan, situasi ini terjadi bila kinerja merek/jasa tertentu menyamai
harapan kinerja yang rendah sehingga hasilnya bukan kepuasan dan bukan pula
ketidakpuasan.
Konsumen yang memiliki rentang penerimaan terhadap tingkat adaptasi
berbeda antara individu, dan bila konsumen yang memiliki rentang penerimaan
lebih sempit cendrung lebih mudah tidak puas dibanding mereka yang mempunyai
rentang penerimaan lebih luas. Model yang dipakai dalam konsep kepuasan
pelanggan merupakan konsep yang cocok untuk melakukan penelitian dari pada
mengidentifikasikan tingkat kepuasan pelanggan, dalam konsep ini terdapat apa
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 28/46
28
yang ada dalam pengalaman konsumen dan produsen tentang kepuasan konsumen
terhadap PT. Asuransi Takaful Umum cabang Padang.
c. Strategi Kepuaan Pelanggan
Ada empat strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan
kepuasan konsumen menurut Tjipjono (1997:40)
1) Strategi Unconditional Quarante yaitu strategi ini berintikan
komitmen untuk memberikan kepuasan pada pelanggan yang pada
gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk
atau jasa dari kinerja perusahaan. Selainnya itu juga meningkatkanmotivasi para karyawan untuk mencapai tinggkat kinerja yang lebih baik
dari pada sebelumnya.
2) Strategi penanganan keluhan yang efisien yaitu penanganan
keluhan memberikan peluang mengubah seorang pelanggan yang tidak
puas menjadi pelanggan yang puas.Proses penangan keluhan yang efektif
dimulai dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang
menyebabkan pelangan tidak puas dan mengeluh
3) Menetapkan Quality Funcion Depelopment (QFD) yaitu praktek
untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan
konsumen.4) Strategi peningkatan kinerja perusahaan,meliputi berbagai upaya
seperti melakukan penmantauan dan pengukuran kepuasan konsumen
secara berkesinambungan.
d. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Alat atau instrument pengukuran dapat membantu dalam memahami dan
meramalkan dunia pemasaran secara lebih baik, bahwa dalam hasil penelitian
pasar terhadap kepuasan pelanggan yang merasa puas terhadap produk yang
dihasilkan penjualan yang akan datang meningkat atau menurun. Dalam hal
pengukuran kepuasan pelanggan ada tiga aspek penting yang saling berkaitan,
karena meningkatnya kepuasan pelanggan merupakan ukuran relative maka
pengukurannya tidak boleh hanya bersifat “ontime”, single shot studies, tetapi
justru sebaiknya pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan secara regular agar
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 29/46
29
dapat menilai setiap perubahan yang terjadi dalam kaitannya dengan jalinan relasi
dengan setiap pelanggan.
4. Pengaruh Kepuasan atas Kualitas Pelayanan dan Citra terhadap
Loyalitas
a. Hubungan Kepuasan atas Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas
Dapat dijelaskan bahwa bahwa dimensi, kualitas layanan yang berupa
tangibles, reliability, responsiveness, assurance,dan empathy yang positif,
berpengaruh langsung, dengan dimensi loyalitas, pelanggan yaitu mengatakan hal
yang positif (say positive things), memberikan rekomendasi kepada orang lain
(recommend friend) dan melakukan pembelian terus-menerus (continue
purchasing).
Menurut Dabholkar, et, al dalam Tjiptono menyatakan: ”Kepuasan
pelanggan berperan sebagai mediator dalam hubungan antara kualitas jasa dan
minat berprilaku”. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Keandalan
PerhatianPersonal
Kenyamanan
Fitur
Kwalitas Jasa KepuasanPelanggan
MinatBerprilaku
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 30/46
30
Gambar: Hubungan kualitas jasa dengan minat berprilaku
Sumber: Dabholkar, et, al dalam Tjiptono (2005)
Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk
menjalin ikatan atau relasi yang saling menguntungkan dalam jangka panjang,
ikatan emosional ini memungkinkan perusahaan memhami secara seksama
harapan konsumen dan kebutuhan fisik pelanggan.
b. Hubungan Kepuasan atas Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas
melalui Citra Produk.
Menurut (Alma, 1998:376) salah satu dari 3 (tiga) aspek citra adalah
multiple image yaitu sesuatu yang berhubungan dengan persepsi atau pandangan
dari masyarakat dimana sebagian masyarakat merasa puas dengan layanan yang
diberikan, dan sebagian masih banyak merasa kekurangan dan merasa perlu
diperbaiki. Atau ada yang merasa puas untuk sebagian layanan dan ada yang
merasa tidak puas dengan layanan yang lain.
Citra adalah penilaian subyektif konsumen mengenai superioritas sebuah
produk, pengalaman pribadi terhadap produk, kebutuhan yang unik, dan situasi
konsumsi yang bisa mempengaruhi penilaian subyektif konsumen terhadap
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 31/46
31
kualitas layanan yang telah diberikan, yang akhirnya berpengaruh pada keloyalan
konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian Afan Doni Sucahyo (2009) dalam skripsinya yang berjudul
“pengaruh citra toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan (survei tentang
persepsi pelanggan depo bangunan surabaya) ” mengungkapkan implikasi citra
toko terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Perbedaan antara Afan Doni Sucahyo dengan penelitian sekarang adalah
analisis data yang digunakan dan latar belakang masalah. Penelitian yang
dilakukan penulis saat ini berkisar tentang kepuasan atas kualitas pelayanan dan
citra bank. Yang kemungkinan mempengaruhi tingkat loyalitas nasabah pada PT.
Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan dan menentukan keterkaitan variabel yang akan diteliti. Citra
yang timbul dari produk atau perusahaan juga memiliki pengaruh secara langsung
terhadap keputusan pembelian, Citra menarik orang untuk memilih produk dengan
menjelaskan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan berbeda, lebih baik
dan spesial. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa
keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang
positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 32/46
32
Kepuasan membuat orang akan menjadi senang terhadap perusahaan
sehingga konsumen tetap akan menjadi loyal.
Berdasarkan teori teori yang berbeda tersebut, maka dapat dibangun suatu
kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
(X1)
Citra Merek
(X2)
Kepuasan
nasabah
(Y)
Loyalitas
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 33/46
33
D. Hipotesis
Berdasarkan dengan perumusan masalah di atas dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
1. Citra berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
2. Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan nasabah PT. Asuransi Takaful Umum Cabang Padang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kepada riset kausal, dimana menurut (Istijanto
2001: 31) “Riset kausal memiliki tujuan utama untuk membuktikan hubungan
sebab akibat atau hubungan yang mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel
yang diteliti”. Dalam penelitian ini, penulis akan berusaha menentukan variabel
yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan yang lain dan akan
dijelaskan hubungan antara citra dan kepuasan nasabah atas layanan terhadap
loyalitas kepada perusahaan.
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 34/46
34
B. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Agustus 2011 dalam rangka
pengumpulan data yang diperlukan dengan cara menyebarkan angket kepada
responden yang terpilih. Tempat penelitian yaitu di kota Padang. Penelitian
dilakukan di sana karena dapat menemui calon responden dari peserta asuransi
PT. Takaful Umum Cabang Padang.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber dalam pengambilan
sampel. Populasi sendiri dapat dikatakan sebagai jumlah keseluruhan yang
mencakup semua anggota yang diteliti (Istijanto 2005: 109). Populasi dapat
digunakan sebagai suatu wilayah dimana peneliti dapat mengambil sampel untuk
mewakili penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
penulis pada saat ini yang menjadi populasi adalah seluruh konsumen Asuransi
Takaful Umum Cabang Padang pada tahun 2010 yang berjumlah 3230 nasabah.
a. Sampel.
Sampel yang diambil dari populasi nasabah PT. Asuransi Umum Takaful.
Adapun yang menentukan jumlah sampel menurut Slovin dengan rumus:
².1n
e N
N
+
= ..................................(1)
Dimana:
n = ukuran sampel
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 35/46
35
N = ukuran populasi
E = persen kelonggaran karena kesalahan pengambilan sampel untuk
penelitian, dengan kesalahan pengambilan sampel sebesar 10% =0,1
²)1,0.(32301
3230n
+
=
n = 99,96
Jadi n digenapkan menjadi 100 sampel.
Sedangkan teknik pengambilan sampel/sampling dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan mempertimbangkan
syarat-syarat yang telah ditetapkan (Simamora,2004:207). Syarat atau
pertimbangan tersebut antara lain adalah, nasabah PT. Asuransi Takaful Umum
Cabang Padangberdomisili di kota Padang, juga pertimbangan seperti lokasi dan
pertemuan dengan responden.Dalam suatu penelitian diperlukan penarikan sampel
dengan cara metode pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling method yaitu, pengambilan sampel dilakukan terhadap siapa saja
pelanggan yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti pada saat penelitian.
Jika dipandang responden yang bersangkutan cocok sebagai sumber data dan
sesuai dengan karakteristik responden yang diinginkan sebagaimana telah
disebutkan diatas maka akan diambil sebagai sampel.
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk lebih memudahkan dalam penulisan, maka penulis memberikan definisi
operasional variabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 36/46
36
Variabel Indikator Deskriptor Alat ukur
Pernyataan Nilai
Citra merupakanBentuk persepsinasabah terhadapproduk asuransiyang aktual danberpotensi, yangdibentuk dari ciri-ciri atau atributtertentu (X1)
1.Logo Auransi yang menarik (gambaran,warna dan bentuk)
2. Prestise yang tinggi di mata nasabah.
3.Fasilitas produk asuransi mengikutiperkembangan zaman
Skala LikertSangat puasPuasCukup puasTidak puasSangat tidak puas
54321
Kepuasan ataskualitas pelayananmerupakankepuasan yangdirasakan nasabahatas dimensi
kualitas pelayanansetelah melakukankegiatanperbankan (X2)
Kepuasan atas buktifisik.(Tangible)
Tata ruang/Layout ruangan yang rapiKebersihan ruangan.Area parkir yang cukup luas dan amanLuas gedung mencukupi rata-rata volu
me nasabah bertransaksi tiap hari.Ketersediaan formulir yang di butuhkan
dalam kegiatan transaksi.
Skala Likerta. Sangat puasb. Puasc. Cukup puasd. Tidak puase. Sangat tidak
puas
54321
Kepuasan ataskeandalan(Realibility)
1. Kinerja pelayanan yang diberikan karyawanbank dalam melayani nasabah
2. Kemudahan prosedur dalam melakukantransaksi perbankan.
3.Keakuratan proses transaksi yang dilakukanpihak Asuransi
Skala LikertSangat puasPuasCukup puasTidak puasSangat tidak puas
54321
Kepuasan atasketanggapan(Responsiveness)
1. Kecepatan pelayanan yang diberikanpihak Asuransi.
2. Ketanggapan pada saat nasabahmembutuhkan layanan.
3. Keterampilan karyawan dalammelayani nasabah.
Skala LikertSangat puasPuasCukup puas
Tidak puasSangat tidak puas
543
21
Kepuasan atas jaminan(Assurance)
1. Pemenuhan janji yang telah diberikan pihakbank sebelumnya.
2. Tanggung jawab atas kesalahan yangdilakukan dalam hal melayani nasabah.
3. Pemberian informasi yang jujur dan jelaspada nasabah.
.
Skala LikertSangat puasPuasCukup puasTidak puasSangat tidak puas
54321
Kepuasan atasempati(Empaty)
1. Perhatian pada nasabah tanpa memandangkelas sosial.
2. Penanganan keluhan nasabah yang merasakesulitan.
3. Keramahan karyawan dalam melayani paranasabah
Skala LikertSangat puasPuasCukup puas
Tidak puasSangat tidak puas
543
21
Variabel Indikator Deskriptor Alat ukur
Pernyataan Nilai
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 37/46
37
Loyalitasmerupakansikap nasabah
terhadap asuransiyang diwujudkandengan transaksiterus menerussepanjang waktuyang merupakanhasil daripembelajarandimana AsuransiTakaful dapatmemuaskankebutuhannasabah (Y)
1.Melakukan transaksi premi berulang.
2.Menggunakan asuransi tanpamempertimbangkan premi.
3.Tetap berasuransi tanpa memperhatikanpesaing.
4.Menyampaikan ide perbaikan pada pihakasuransi.
5.menyampaikan informasi yang positif tentang PT.Asuransi Takaful cabangPadang kepada orang lain
6. Melakukan pembelaan dari pihak manapun
Skala Likerta. Selalub. Sering
c. Kadang-kadangd. Jarange. Tidak pernah
54
321
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Data primer, yaitu data yang penulis peroleh secara langsung dari
nasabah peserta Asuransi Takaful Umum Cabang Padang. Dengan cara
menyebarkan kuisioneryang diisi oleh nasabah.
2. Data sekunder, yaitu data yang penulis peroleh dari referensi atau
sumber lain yang relevan dan bisa dijadikan acuan dalam penelitian ini.
F. Kuesioner
Pada penelitian ini penulis menggunakan kuisioner atau angket. Penulis
menyebarkan kuisioner pada responden yaitu nasabah asuransi takaful umum
cabang padang dan akan diminta pendapat mereka mengenai asuransi ini.
G. Instrument Penelitian
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 38/46
38
Variabel dalam kuisioner diukur dengan menggunakan skala nominal dan
skala likert. Skala likert menggunakan 5 tingkatan, yaitu:
Pernyataan positif Bobot
Sangat Setuju Sekali 5
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
H. Uji Coba Instrument
1. Uji validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat
ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang di ukur. Uji validitas
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data yang didapat dari
penyebaran kuisioner.
Untuk menguji validitas instrumen di gunakan rumus korelasi produk
moment sebagai berikut:
( ) ( )( )
( )( )( ) ( ) 2222
∑∑∑ ∑
∑∑∑
−−
−=
y yn x xn
y x xynr xy
Di mana: r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
x = Variabel bebas
y = Variabel terikat
Jika or > tabel
r = Berarti instrumen valid, dan
Jika or < tabel r = Berarti instrumen tidak valid
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 39/46
39
Selain itu validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output
SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistic. Menilai kevalidan masing-
masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corected Item-Total Corelation
masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dapat dikatakan valid jika
nilai dari Corected Item-Total Corelation > dari tabel r . Dari hasil uji validitas
yang pertama terdapat beberapa indikator yang tidak valid karena nilai Corected
Item-Total Corelation < dari tabel r
. Pada variabel diferensiasi produk terdapat 2
indikator yang tidak valid. Pada variabel sikap nasabah juga terdapat 2 indikator
yang tidak valid, oleh karena itu indikator tersebut tidak dimasukkan kedalam
pertanyaan penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketetapan, ketelitian atau keakuratan yang di
tunjukkan oleh instrumen pengukuran. Untuk melakukan uji reliabilitas di
gunakan rumus alpha cronbach yaitu:
−= ∑
t
b
k
k r
2
2
111 σ
σ
dimana:
11r = Reliabilitas konsumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
2bσ
= Jumlah varians butir
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 40/46
40
t 2
σ = Varians total
I. Teknik Analisis Data
Setelah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif
Merupakan proses pengolahan data yang telah didapat oleh responden.
a. Verifikasi data
Yaitu memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden
memastikan apakah semua pertanyaan sudah dijawab dengan lengkap oleh
responden.
b. Menghitung nilai jawaban
1) Menghitung frekuensi dari jawaban yang diberikan responden atas
setiap item pernyataan yang diajukan. Kemudian dihitung
persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
Dimana :
P = Persentase hasil yang diperoleh
f = Frekuensi hasil yang diperoleh
N = Jumlah responden yang akan dijadikan sampel
100% = Angka tetap persentase
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 41/46
41
Menghitung rata-rata skor total item dengan menggunakan rumus :
=
Keterangan :
A = Sangat puas A = Sangat sering
B = Puas B = Sering
C = Cukup puas C = Kadang-kadang
D = Tidak puas D = JarangE = Sangat tidak puas E = Tidak pernah
2) Menghitung nilai rerata jawaban responden dengan rumus berikut :
Mean =
n
Xi
n
ih
∑= (Nazir, 2003:282)
Dimana :
∑=
n
ih
Xi = Skor total
n = Jumlah responden
3) Menghitung nilai TCR masing-masing kategori dari deskriptif
variabel, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 42/46
42
TCR =
Dimana :
TCR = Tingkat Capaian Responden
Rs = Rata-rata skor jawaban responden (rerata)
5 = Nilai skor jawaban
Nilai persentase dimasukkan ke dalam kriteria (Arikunto, 2002:245)
sebagai berikut :
a. Interval jawaban responden 81 - 100 % =
tinggi
b. Interval jawaban responden 61 - 80 % =
cukup
c. Interval jawaban responden 41 - 60 % =
agak rendah
d. Interval jawaban responden 21 - 40 % =
rendah
e. Interval jawaban responden % =
sangat rendah
2. Analisis Induktif
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 43/46
43
Sebelum analisis regresi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji
persyaratan analisis. Sebuah model analisis regresi yang baik adalah harus
bebas dari uji persyaratan analisis yaitu:
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti
atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
punya pola distribusi normal atau titik data terkumpul di sekitar garis
distribusi normal. Selain itu juga bisa di lihat menggunakan tabel one
sample kolmogrov-smirnov test, jika nilai sig uji kolmogrov-smirnov >
0,05 berarti distribusi data dinyatakan normal.
b. Uji Multikolinearitas
Analisis ini didapat dengan menggunakan SPSS, berguna untuk
melihat apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
diantara variabel independent. Jika terjadi korelasi maka dinamakan
terjadi problem multikolinearitas (Santoso, 2001 : 2003). Uji
multikolinearitas dapat diketahui dari nilai VIF untuk masing – masing
variable bebas jika nilai VIF sekitar 1 maka dapat disimpulkan bahwa
model tidak terkena multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan suatu asumsi di mana variabel
pengganggu memiliki varian yang berbeda. Gejala heterokodestisitas di
deteksi dengan melihat apakah ada pola tertentu pada grafik yang telah
di standardized . Bila grafik menunjukkan pola acak, tersebar, serta
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 44/46
44
tidak membentuk suatu pola tertentu maka tidak terjadi
heterokodestisitas. Gujarati (dalam Arif, 2008:51).
d. Uji Linearitas
Uji linearitas ini menyatakan bahwa untuk setiap persamaan
regresi linear, hubungan antara variabel independen dan dependen
harus linear. Untuk mengetahui apakah sebaran data linear atau tidak
dapat dilakukan dengan mencari nilai Deviation From Linearty dari Uji
F, jika nilai Deviation From Linearty yang ditunjukkan oleh nilai Sig. >
0,05 berarti hubungan antara prediktor dengan dependen variabel
adalah linear, begitu juga sebaliknya.
Catatan :
Apakah semua asumsi harus terpenuhi ? Jika satu atau beberapa
asumsi tidak terpenuhi, maka harus disebutkan dalam hasil analisis
bahwa ada satu asumsi yang tidak terpenuhi, sehingga penggunaan
informasi lain dapat mengkritisi hasil analisis tersebut (Idris, 2008:96).
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk mengukur pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat maka digunakan dengan aplikasi SPSS.
Y = a + b1X1 + b2X2 + e…………………(Arikunto, 2002:270)
Dimana :
Y = Loyalitas
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
x1 = Kepuasan atas Kualitas Pelayanan
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 45/46
45
x2 = Rintangan beralih
e = Faktor lain yang tidak diteliti
2. Uji Hipotesis
a. Uji T (t- test)
Untuk menguji hipotesis secara terpisah digunakan uji t (t-test).
To =Sbi
biRangkuti, (1997:155)
Dimana :
To = Koefisien nilai tes
bi = Koefisien regresi
Sbi = Standar kesalahan koefisien regresi
Kaidah keputusannya adalah :
1. Jika tingkat signifikansinya < 0,05 maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
2. Jika tingkat signifikasinya > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak
DAFTAR PUSTAKA
5/11/2018 ABCDjuni2011aaaaa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/abcdjuni2011aaaaa 46/46
46
Darmadi Durianto, Sugiarto, Anton Wachidin, Hendrawan Supratikno. 2003.
Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Penerbit: Gramedia, Jakarta.
Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty = Menumbuhkan dan Mempertahankan .
Alih Bahasa Dwi Kartini Yahya. Jakarta: Erlangga.
Mowen, Jhon . C dan M. Minor.1999. Perilaku Konsumen . Jakarta: Erlangga.
------------------. 2002. Perilaku Konsumen. Lina Salim. Edisi Kelima Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philips. 2000. Marketing Managament . New Jersey. Prentice-hall
International.
------------------. 2002. Marketing Managament . New Jersey. Prentice-hall
International
------------------. 2005. Marketing Managament . New Jersey. Prentice-hall
International.
Mowen, Jhon . C dan M. Minor.1999. Perilaku Konsumen . Jakarta: Erlangga.
------------------. 2002. Perilaku Konsumen. Lina Salim. Edisi Kelima Jakarta:
Erlangga.
Peter J, Paul dan Jefri C. Olsen. 1999. Consumer Behavior . Alih Bahasa Damos
Sihombing dan Peter Renny Yorsi. Jakarta: Erlangga.
Russel, J. Thomas and W. Rhonald Lane, Klepneer,s: Advertising ProcedureThirtren Edition, New Jersey Prentice Hall,1990.
Setiadi, J Nugroho. 2003. Perilaku Konsumen Konsep Dan Aplikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media
Supranto, J. Mei 1997. Kesetiaan Pelanggan. Usahawan XXVI
Tjiptono, Fandy. 1997. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Andi.
-------------------. 1999. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Andi.
-------------------. 2002. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Andi.
Zyman, Sergio. 2004. The End Of Marketing As We Know It, Matinya Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia.