a di bidang an

Upload: bangkit-nugroho

Post on 05-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    1/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Indonesia memiliki prospek yang besar bagi pengembangan

    sumber daya mineral, karena selain memiliki potensi sumber daya mineral

    yang beragam dan besar, kenaikan harga komoditi mineral belakangan ini

    seyogyanya bisa di optimalkan untuk memberikan manfaat bagi

    pembangunan ekonomi Indonesia. (1) dari segi potensi sumberdaya alam

    Indonesia, secara umum potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh

    Indonesia berdasarkan data Indonesia Mining Asosiation menduduki

    peringkat ke-6 terbesar untuk Negara yang kaya akan sumber daya

    tambang. Namun dalam soal sinkronisasi peraturan Indonesia menduduki

    peringkat ke-42. Hal ini disebabkan banyaknya peraturan-peraturan yang

    ada di Indonesia tidak sinkron dengan dunia pertambangan atau malah

    tidak membolehkan dilakukannya kegiatan penambangan. Contoh

    Masalah pemakaian hutan untuk kegiatan pertambangan masih menjadi

    isu utama, tidak terjadinya sinkronisasi dengan Kementerian Kehutanan

    soal hutan. Peraturan perundangan yang belum mendukung eksplorasi

    tambang, ditambah tidak adanya kepastian soal permintaan daerah yang

    menginginkan bagian dari kegiatan eksplorasi tambang, tentu ini

    mempengaruhi nilai investasi dunia pertambangan Indonesia sehingga

    pantas 10 tahun terakhir ini tidak ada peningkatan investasi di bindang

    pertambangan yang ada hanya pengembangan dari perusahaan yang

    telah menanamkan modalnya. Kita semua berharap Pemerintah Indonesia

    dapat memperbaiki semua ini karena potensi yang dimiliki oleh Indonesia

    sangat besar. Indonesia menduduki peringkat ke-6 yang memiliki potensi

    sumberdaya jika ini dimanfaatkan maka akan menjadi sumber devisa

    Negara serta menyerap tenaga kerja Indonesia. (2) dari potensi Batubara

    Indonesia, estimasi 2008 World Coal Institute, cadangan batubara

    Indonesia hanya 0,5 % dari cadangan dunia namaun dari segi produksi

    Indonesia menempati posisi ke enam dengan jumlah produksi mencapai

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    2/18

    246 juta ton, peringkat pertama ditempati China dengan jumlah produksi

    2.761 juta ton, disusul USA 1007 juta ton, dan India 490 juta ton, Australia

    325 juta ton, Rusia 247 juta ton. Untuk nilai Eksportir batubara Indonesia

    menduduki peringkat ke-2 terbesar di dunia dengan jumlah ekspor

    sebesar 203 juta ton. Posisi pertama ditempati Australia dengan jumlah

    ekspor sebesar 252 juta ton, Sedangkan China sebagai produsen

    batubara terbesar dunia, hanya menempati peringkat ke tujuh sebagai

    eksportir dengan jumlah 47 juta ton. Jika melihat data diatas Indonesia

    lebih mementingka untuk memasarkan batubara keluar negeri

    dibandingkan untuk memanfaatkannya untuk kebutuhan dalam negeri.

    Terbukti saat ini batubara Indonesia 85,5 % di pasarkan di India, Cina, dll.

    Sedangkan sisanya untuk kebutuhan dalam negeri. Hal ini sungguh ironis

    padahal Indonesia dengan daerah yang bergitu luas dan pada penduduk

    membutuhkan energy untuk hidup yaitu energy listrik namun dengan

    kebijakan pengelolaan batubara seperti ini sepantasnya Indonesia

    dikatakan krisis energi. (3) Dan dari segi potensi minyak dan gas

    Indonesia, potensi minyak Indonesia juga cukup besar dibandingkan

    dengan negara-negara tetangga. Indonesia menduduki peringkat 25

    sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4.3 Milyar

    barrel, selain itu Indonesia juga menduduki peringkat 24 negara

    pengimpor minyak terbesar sebesar 370.000/hari, dan peringkat 22

    negara pengonsumsi minyak terbesar sebesar 1 juta barrel/hari, peringkat

    13 negara dengan cadangan gas alam terbesar sebesar 92.9 trillion cubic

    feet, peringkat ke-18 negara pengonsumsi gas alam terbesar sebesar 3.8

    bcf/hari. Saat ini kondisi pertambangan Indonesia berdasarkan uraian-

    uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa kegiatan eksplorasi hanya 2% dari

    eksplorasi dunia. Kondisi ini tentu perlu segera diperbaiki karena apabila

    tidak diperbaiki maka produksi pertambangan akan terus menurun di

    samping itu tentu saja sumber daya pertambangan yang ada tidak dapat

    memberi manfaat yang optimal bagi pembangunan nasional.

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    3/18

    BAB II

    PEMBAHASAN

    ANPOTWILDA DI BIDANG PERTAMBANGAN

    DI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

    PROVINSI MALUKU UTARA

    Rencana investasi di bidang pertambangan dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor mengenai Jumlah

    penduduk, Potensi ketenagakerjaan dan lingkungan sosial di sekitar

    daerah rencana investasi pertambangan. Sebagai salah satu daerah yang

    mempunyai potensi investasi di bidang pertambangan khususnya

    pertambangan nikel, Kab. Halmahera Tengah mempunyai faktor

    pendukung dalam investasi tersebut. Penduduk Halmahera Tengahmenurut Hasil Sementara Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar 42.742

    jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Jumlah penduduk terbesar

    8.922 mendiami Kecamatan Patani Utara. Secara keseluruhan, jumlah

    penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini

    tercermin dari angka rasio jenis kelamin Halmahera Tengah sebesar 106,

    yang berarti terdapat 106 laki-laki pada setiap 100 perempuan. Kabupaten

    Halmahera mempunyai potensi pertambangan unggulan Nikel dan Kobal

    dimana sudah terdapat kegiatan eksploitasi di Pulau Gebe. Selain di

    Pulau Gebe potensi pertambangan terdapat pulau di Kecamatan Weda

    dimana kegiatan yang dilakukan masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi

    sebaran tambang dan tabel potensi tambang dapat dilihat pada gambar

    dan tabel berikut ini.

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    4/18

    Tabel Potensi Mineral Logam (bijih)

    Tabel Potensi Mineral Logam

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    5/18

    Sumber :http://esdm.go.id

    http://esdm.go.id/http://esdm.go.id/http://esdm.go.id/http://esdm.go.id/
  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    6/18

    SISTEM PENAMBANGAN NIKEL

    Sumberdaya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel umumnya

    keterdapatannya di alam terletak tidak terlalu dalam dari permukaan. Oleh

    karena itu, sistem penambangan yang yang biasa digunakan pada

    penambangan nikel di indonesia adalah dengan sistem tambang terbuka

    seperti sistem open cast danatau sistem open pit. Pada kedua sistem

    tersebut terdiri beberapa tahapan, antara lain.

    1. Land Clearing

    Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian

    mareial bijih nikel dilakukan. Pada proses ini, vegetasi yang terdapat

    diatas cadangan nikel dibersihkan terlebih dahulu untuk memudahkan

    pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel

    yang akan dilakukan kemudian.

    source image : google.com

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    7/18

    2. Top soiling

    Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan

    setelah tahap land clearing telah selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan

    tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus dan unsur hara yang

    penting untuk kesuburan tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu

    lokasi khusus (dipisahkan dari mateial tanah penutup/overburden) yang

    telah dipersiapkan untuk menimbun tanah pucuk ini (top soil bank). Hal ini

    dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak pucuk tersebut

    tidak berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan

    revegetasi dilakukan setelah operrasi penambangan selesai dilakukan.

    source image : pt-inco.co.id

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    8/18

    source image : google.com

    3. Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Penutup (Overburden)

    Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling

    telah selesai dilakukan. Endapan cadangan timah (saprolit dan limonit)

    biasanya terletak di bawah lapisan tanah yang tidak mengandung atau

    memiliki kadar nikel yang rendah sehingga untuk menambangnya

    diperlukan pengupasan dan pengangkutan lapisan tanah penutup

    (overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan menggunkan kombinasi

    peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk. Tanah penutup yang

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    9/18

    telah dikupas tersebut kemudian akan ditimbun pada lokasi penimbunan

    source image : google.com

    4. Pengupasan dan Pengangkutan Bijih Nikel

    Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan,

    maka penambangan nijih nikel (saprolit dan limonit) dapat dilakukan.

    Tahapan penambangan ini dikakukan dengan dengan menggunakan

    kombinasi peralatan back hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah

    ditambnag kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di timbun

    sementara pada lokasi tambang, atau langsung menuju lokasi pabrik

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    10/18

    pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim ke lokasi.

    source image : http://zhadiz.student.umm.ac.id/files/2010/07/04042010.jpg

    5. Penimbunan

    Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk

    muka bumi jika yang berupa cekungan-cekungan pada bekas lokasi

    penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambnagn memiliki kewajiban

    untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang

    sehingga berubahan bentang alam yang terjadi dapat diminimalisasi.

    Kegiatan penimbunan menggunakan kombinasi peralatan back hoe dan

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    11/18

    bulldozer.

    source image : google.com

    6. Pengangkutan

    Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut

    menuju lokasi pengolahan untuk diolah untuk menghasilkan bahan olahan

    nikel maupun pelabuhan untuk dikirm meuju pihak pembeli. Proses

    pengangkutan bijih nikel maupun bahan olahan nikel menggunakan

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    12/18

    kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug boat)

    TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIJIH NIKEL

    Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi bahan

    olahan nikel dapat dibagi menjadi dua macam yang terdiri dari

    Pirometalurgi dan Hidrometalurgi, yang dijelaskan sebagai berikut :

    1. Pirometalurgi

    Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi

    pengolahan pirometalurgi yaitu proses ekstraksi bijih nikel dengan

    menggunakan suhu tinggi. Biasanya teknologi ini digunakan untuk kriteria

    bijih dengan kadar nikel yang tinggi (kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir

    pengolahan dengan menggunkan teknologi ini berupa ferronikel dalam

    bentuk ingot danatau granular nikel matte.

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    13/18

    2. Hidrometalurgi

    Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi

    hidrometalurgi adalah proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan

    proses pelindian (leaching) dengan menggunakan reagent-reagent

    tertentu. Teknologi ini biasanya digunakan untuk pengelohan bijih nikel

    dengan kadar rendah. Hasil akhir pengolahan ini berupa nikel (Ni).

    DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN BIJIH NIKEL

    Diagram alir pengolahan bijih nikel dengan metode pirometalurgi dapat

    dilihat pada skema sebagai berikut ini :

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    14/18

    PERATURAN TERKAIT PERTAMBANGAN

    1. PERATURAN LINGKUNGAN

    Peraturan-peraturan tentang yang mengatur tentang pengelolaan &

    pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :

    1. UU No. 32/09 tentang PPLH pengganti UU No. 23/97 tentang PLH

    2. PP No. 27/99 tentang AMDAL

    3. PP No. 85/99 tentang Pengelolaan Limbah B3

    4. PP No. 41/99 tentang Pengendalian Pencamaran Udara

    5. PP No. 82/2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan PPA

    2. PERATURAN PERTAMBANGAN

    Beberapa peraturan berlaku yang mengatur tentang usaha

    dibidang pertambangan diantaranya :

    1. UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

    2. PP No. 22/2010 tentang Wilayah Pertambangan

    3. PP No. 23/2010 tentang Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan

    mineral dan batubara

    4. No. 55/2010 tentang Pembinaan dan pengawasan penyelenggaranan

    pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batubara

    3. PERATURAN KEHUTANAN

    Beberapa peraturan berlaku yang mengatur tentang kehutanan

    adalah sebagai berikut :

    1. UU No. 41/1999 tentang Kehutanan

    2. PP No. 2/2008 tentang jenis dan tarif PNBP yang berasal dari

    penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan diluar sektor

    kehutanan

    3. PP No. 24/2010 tentang Penggunaan kawasan hutan

    4. Per. Men. Kehutanan No. P. 43/Menhut.II/2008 tentang Pedoman

    pinjam pakai kawasan hutan

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    15/18

    4. PERATURAN TATA RUANG

    Beberapa peraturan tata ruang yang mengatur usaha

    pertambangan diantara adalah sebagai berikut :

    1. UU No 26/2007 tentang Tata ruang.

    2. PP No. 26/2008 tentang Rencana tata ruang wilayah nasilonal (RTRW)

    3. PP

    5. PERATURAN - PERATURAN LAIN

    Beberapa peraturan yang berlaku di bidang pertambangan selain

    seperti yang disebutkan diatas antara lain :

    1. UU No. 20/ 1997 tentang Penerimaan negara bukan pajak.

    2. UU No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.

    3. Kep. Men. Pertambangan dan Energi No. 555/1995 tentang

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pertambangan umum

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    16/18

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Indonesia memiliki potensi di bidang pertambangan yang

    cukup baik, tapi pengelolaannya harus mendapat perhatian yang

    serius. Pengelolaan pertambangan di Indonesia saat ini berada

    pada posisi yang memperihatinkan. Perlu adanya sinkronisasiantara peraturan dan pelaksanaan di lapangan, mulai dari

    perencanan kubutuhan sampai ada pengendalian pelaksanaan

    pengelolaan potensi pertambangan di lapangan.

    B. Saran

    Berangkat dari paparan-paparan diatas dan beberapa catatan

    penting yang muncul, Penulis ingin menawarkan beberapa alternatif

    solusi. Solusi ini tidak dibatasi hanya untuk masalah tambang rakyat saja,

    karena sesungguhnya masalah-masalah yang timbul dalam bentuk

    masalah tambang rakyat, merupakan bagian kecil dari masalah

    pertambangan yang sesungguhnya. Solusi ini akan penulis bagi atas dua

    yaitu solusi transisional dan solusi utama. Solusi transisional adalah solusi

    untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk lahirnya solusi utama

    bagaimana mengatur pertambangan di Indonesia.

    Solusi Transisional

    1. Perlu ada sebuah kebijakan yang memerintahkan evaluasi

    pemanfaatan sumberdaya alam terutama pertambangan yang

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    17/18

    merupakan kekayaan bangsa. Evaluasi ini menyangkut kebijakan-

    kebijakan yang pernah dibuat dan praktek yang terjadi dilapangan.

    2. Perlu mendata konflik dan mencari solusi konflik-konflik

    pertambangan yang berlangsung sejak lama dan tidak

    terselesaikan, apakah itu konflik yang berakar dari klaim hak

    kepemilikan ataupun konflik yang timbul dari dampak-dampak

    pertambangan.

    3. Sesegera mungkin mendata dan mempersiapkan program

    pembinaan PETI yang disusun secara partisipatif termasuk

    masalah pengendalian lingkungan hidup, dimana solusi dan

    pendekatan terhadap penambang tradisional (versi lama) harus

    berbeda dengan PETI versi baru .

    4. Menangguhkan untuk sementara waktu pemberian kontrak-kontrak

    pertambangan baru dan mengefektifkan kontrak-kontrak

    pertambangan yang sudah ada dengan memperketat dan

    mempertinggi standar lingkungan hidup.

    Solusi Utama

    Setelah solusi-solusi transisional tersebut dapat dilaksanakan untuk

    jangka waktu tertentu, pada tahap selanjutnya barulah dapat dibangun

    solusi masalah utama yang akan menyentuh masalah sesungguhnya

    dalam pengelolaan SDA termasuk tambang. Alternatif solusi tersebut

    diantaranya :

    1. Mengubah paradigma pengelolaan sumberdaya alam

    (pertambangan) yang semata berparadigma ekonomi dan

    menurunkannya dalam rencana pengelolaan sumberda alam yang

    komprehensif.

    2. Pengakuan normatif terhadap pemilikan masyarakat adat atas

    sumberdaya alam yang tersebar dalam berbagai peraturan

  • 7/31/2019 a Di Bidang an

    18/18

    perundangan, khususnya yang mengatur tentang hak ulayat segera

    diturunkan pada ketentuan yang lebih operasional.

    3. Membuat peraturan payung pengelolaan sumberdaya alam yang

    berisi prinsip-prinsip pengelolaan yang berkeadilan dan

    berkelanjutan.

    4. Dalam pembuatan peraturan pertambangan perlu diadopsi prinsip

    Free, Prior, Informed Consent (FPIC) . Prinsip-prinsip FPIC ini

    menjadi relevan untuk mengurangi konflik-konflik yang akan terjadi.

    FPIC terkait empat unsur mendasar yakni Free, Prior, Informed dan

    Consent yang berlaku secara kumulatif.

    Secara definitif keempat hal dasar ini dapat diartikan sebagai

    berikut : 1) Free berkaitan dengan keadaan bebas tanpa paksaan.

    Artinya kesepakatan hanya mungkin dilakukan di atas berbagai

    pilihan bebas masyakarat, 2) Prior artinya sebelum proyek atau

    kegiatan tertentu diijinkan pemerintah terlebih dahulu harus

    mendapat ijin masyarakat, 3) Informed artinya informasi yang

    terbuka dan seluas-luasnya mengenai proyek yang akan dijalankan

    baik sebab maupun akibatnya dan 4) Consent artinya persetujuan

    diberikan oleh masyarakat sendiri.