96027227 nikotin adalah obat yang bersifat adiktif
DESCRIPTION
refarat nicotinTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin
adlah obat yang adiktif. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang
diisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat
digunakansebagai tembakau sedotan dan kunyah, kedua bentuk tersebut semakin
popular di Amerika Serikat.
Kira-kira 73% populasi di Amerika Serikat yang berusia 12 tahun dan
lebih pernah mengisap rokok dalam seumur hidupnya, 32 % pernah mengisap
rokok dalam tahun terakhir, dan 27 % pernah mengisap rokok dalam bulan
terakhir.
Persentasi remaja dan dewasa berusia 18 sampai 25 tahun yang
melaporkan penggunaan rokok dalam seumur hidupnya adalah paling tinggi pada
tahun 1979 dan biasanya menurun. Laki-laki secara signifikan lebih
berkemungkinan mengisap rokok pada bulan terakhir dibandingkan dengan
wanita.
Bisa kita bayangkan betapa mengerikannya bahaya yang ditimbulkan oleh
nikotin bagi kesehatan. Dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit paru
obstruktif kronik bahkan sampai kanker paru, dan juga dapat menstimulasi
penyakit- penyakit jantung. Nikotin juga mengakibatkan adiksi bagi pemakai yang
berakibat buruk bagi pemakai.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin
adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin adalah obat yang
adiktif. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang diisap dalam
bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai
tembakau sedotan dan kunyah.
Presentasi remajadan dewasa berusia 18 sampai 25 tahun yang melaporkan
penggunaan rokok dalam seumur hidupnya adalah paling tinggi pada tahun 1979
dan biasanya menurun setelahnya. Penggunaan rokok paling tinggi selama tahun
1970-an dibandingkan 1980-an pada semua kelompok usia. Selama tahun 1980-
an, pemakai rokok menurun terus pada semua orang dewasa, tetapi tidak ada
kecenderungan yang konsisten yang ditemukan pada remaja.
2.1. HUBUNGAN DEMOGRAFIK
Jenis Kelamin. Laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan
mengisap rokok pada bulan terakhir dibandingkan dengan wanita.
Ras dan etnik. Kulit putih dan kulit hitam lebih mungkin mengisap rokok
dalam bulan terakhir dibandingkan dengan hispanik.
Kepadatan populasi. Penduduk daerah yang bukan metropolitan
berkemungkinan lebih besar untuk menjadi pengisap rokok dibandingkan
penduduk yang tinggal di metropolitan kecil dan metropolitan besar. Secara
statistic adalah bermakna.
Daerah. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistic pada angka
mengisap rokok sekarang diantara empat daerah di Amerah Serikat.
2
Penghisap Rokok Sekarang
Kelompok Usia. Orang dewasa berusia 26- 34 tahun adalah yang paling
mungkin meroko satu bungkus rokok dalam sehari. Perbedaan prevalensi
merokok berat antara kelompok usia secara statistic signifikan untuk semua yang
dibandingkan kecuali untuk dewasa 26-34 tahun dibandingkan dewasa yang lebih
tua
Proporsi perokok yang merokok sebungkus sehari atau lebih terus
meningkat dengan kelompok usia. Kira-kira 16% remaja yang mengisap rokok
dalam bulan terakhir menghisap satu bungkus atau lebih dalam sehari,
dibandingkan dengan kira-kira 65% perokok dewasa yang berusia 35 tahun dan
lebih.
Angka merokok berat pada daerah metropolitan kecil secara bermakna
adalah lebih tinggi dibandingkan daerah metropolitan kecil. Prevalensi merokok
berat yang paling tinggi adalah pada daerah nonmetropolitan, dan angka ini
secaara bermakna lebih tinggi daripada angka untuk daerah metropolitan kecil
maupun daerah metropolitan besar.
Angka merokok berat tidak cukup bervariasi di antara agama. Tetapi,
prevalensi meroko berat secara bermakna lebih tinggi di daerah Sentral Utara
dibandingkan di Timur Laut atau Barat.
2.2. PEMAKAIAN TEMBAKAU TANPA ASAP
Di tahun 1991 diperkirakan 14,1 % populasi berusia 12 tahun dan lebih
melaporkan bahwa mereka pernah menggunakan tembakau tanpa atau asap dalam
seumur hidupnya, 4,7% pernah menggunakannya dalam tahun terakhir.
Persentasinya tersebut ditranslasikan ke 28,6 juta yang pernah menggunakan
tembakau tanpa asap, 9,6 juta yang pernah menggunakannya dalam bulan terakhir.
3
Di tahun 1991 suatu perkiraan 5,8% dari mereka yang berusia 18 – 25
tahun merupakan pemakai tembakau tanpa asap yang sekarang, suatu angka yang
secara bermakna lebih tinggi dibandingkan angka suatu kelompok usia lainnya.
Pemakaian tembakau tanpa asap dalam bulan terakhir sering diantara laki-laki,
kulit putih (3,9%), penduduk daerah metropolitan (6,5%) dan penduduk daerah
selatan (5,4%).
Dokter psikiatrik harus memperhatikan dan mengetahui secara khusus
tentang ketergantungan nikotin karena sangat banyak pasien psikiatrik yang
merokok. Kira – kira 50% dari semua pasien psikiatrik rawat jalan, dan hamper
90% pasien skizofrenik rawat jalan adalah merokok. Selain itu, terdapat data yang
menyatakan bahwa pasien dengan gangguan depresif atau gangguan kecemasan
adalah jauh kurang berhasil dalam usahanya untuk berhenti merokok, jadi
menyatakan bahwa bagian pendekatan kesehatan menyeluruh pada individu
tersebut harus termasuk membantu pasien mengatasi kebiasaan merokoknya,
disamping terhadap gangguan psikiatrik primer.
Efek merugikan utama dari mengisap rokok adalah kematian. Penggunaan
tembakau dihubungkan dengan kira – kira 400.000 kematian prrematur tiap
tahunnya di Amerika Serikat, yang merupakan 25% dari semua kematian.
Penyebab kematian adalah bronchitis kronis dan emfisema, kanker bronkogenik.
35% akibat infark miokardium fatal, dan hamper semua kasus penyakit paru paru
obstruktif kronis dan kanker paru – paru.
2.3. NEUROFARMAKOLOGI
Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin, yang mempunyai efek
pada system saraf pusat dengan bekerja sebagai suatu agonis pada resptor
astilkolin sub tipe nikotinik. Kira- kira 25 % nikotinyang di inhalasi saat
menghisap rokok mencapai otak melalui darah dalam waktu kira- kira 15 detik.
Waktu paruh nikotin adalah kira – kira dua jam. Nikotin dianggap mempunyai
sifat mendorong positif dan adiktif karena nikotin mengaktivasi jalur
4
dopaminergik yang keluar dari area tegmental ventral ke korteks serebral dan
system limbik. Disamping itu, nikotin menyebabkan peningkatan konsentrasi
norepinefrin dan epinefrin dalam sirkulasi dan peningkatan pelepasan vasopressin,
endorphin beta, hormone adrenokortikotropik (ACTH), dan kortisol. Hormon –
hormone tersebut diperkirakan berperan dalam efek stimulasi dasar dari nikotin
pada system saraf pusat.
2.4. DIAGNOSIS
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat
(DSM IV) menuliskan tiga gangguan berhubungan dengan nikotin tetapi
mempunyai criteria diagnostic spesifik hanya untuk putus nikotin dalam bagian
gangguan berhubungan dengan nikotin. Gangguan penggunaan nikotin lain yang
dimasukkan dalam DSM-IV adlah ketergantungan nikotin dan gangguan
berhubungan dengan nikotin yang tidak ditentukan. Gangguan berhubungan
nikotin ialah gangguan penggunaan nikotin, ketergantungan nikotin, gangguan
akibat nikotin, putus nikotin, dan gangguan berhunbungan nikotin yang tidak
ditentukan.
Kriteria diagnostik untuk putus nikotin :
A. Pemakaian nikotin setiap hari selama sekurang – kurangnya beberapa
minggu.
B. Penghentian pemakaian nikotin secara tiba-tiba atau pengurangan
jumlah nikotin yang digunakan, diikuti oleh sekurang – kurangnya
empat tanda berikut dalam 24 jam:
1. Mood disforik atau depresi
2. Insomnia
3. Intabilitas, frustasi atau rasa marah
4. Kecemasan
5. Sulit berkonsentrasi
6. Gelisah
5
7. Penurunan denyut jantung
8. Peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan
C. Gejala dalam criteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungai
pentinglain.
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
2.5. KETERGANTUNGAN NIKOTIN
DSM-IV memungkinkan diagnosis untuk ketergantungan nikotin tetapi
tidak unuk penyalahgunaan nikotin. Ketergantungan pada nikotin berkembang
dengan cepat, kemungkinan karena aktivasi system dopaminergik area segmental
ventral oleh nikotin, system yang sama dipengaruhi oleh kokain dan amfetamin.
Perkembangan ketergantungan dipercepat oleh factor sosial yang kuat yang
mendorong merokok dalam beberapa lingkungan dan oleh efek yang kuat dari
iklan perusahaan tembakau. Orang kemungkinan merokok jika orang tuanya atau
saudara kandungnya juga merokok dan yang berperan sebagai model peran.
Beberapa penelitian terakhir juga menyatakan suatu diathesis genetic kea rah
ketergantungan nikotin. Sebagian besar orang yang merokok ingin berhenti dan
telah mencoba banyak sekali untuk berhenti tetapi belum berhasil dalam
usahanya.
2.6. PUTUS NIKOTIN
6
DSM-IV tidak mempunyai suatu criteria diagnostic untuk intoksikasi
nikotin; tetapi, DSM-IV mempunyai suatu kategori diagnostic untu putus nikotin.
Gejala putus nikotin dapat timbul dalam 2 jam setelah mengisapn rokok yang
terakhir, biasanya memuncak dalam 24-48 jam pertama, dan dapat berlangsung
selama beberapa minggu sampai bulan. Gejala yang umum adalah pencarian
nikotin yang kuat, ketegangan, iritabilitas, kesulitan berkonsentrasi, mengantuk
dan gangguan paradoksikal dalam tidur, penurunan kecepatan denyut jantung dan
tekanan darah, peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan, penurunan
kinerja motorik, dan peningkatan ketegangan otot. Sindrom putus nikotin yang
ringan dapat tampak jika perokok mengganti dari rokok yang biasanya menjadi
rokok dengan nikotin rendah.
2.7. GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN NIKOTIN YANG TIDAK
DITENTUKAN
Gangguan berhubungan dengan nikotin yang tidak ditentukan adalah suatu
kategori diagnostic untuk gangguan penggunaan nikotin yang tidak memenuhi
salah satu kategori yang dibahas sebelumnya. Diagnosis tersebut dapat termasuk
intoksikasi nikotin, penyalahgunaan nikotin, dan gangguan mood dan gangguan
kecemasan berhubungan dengan penggunaan nikotin.
2.8. GAMBARAN KLINIS
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Pemakai tembakau juga melaporkan bahwa mengisap rokok meningkatkan mood
mereka. Menurunkan ketegangan, dan menghilangkan perasaan depresif. Efek
nikotin pada aliran darah serebral telah diteliti, dan hasilnya menyatakan bahwa
pemaparan nikotin jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa
mengubah metabolisme oksigen serebral tetapi pemaparan nikotin jangka panjang
7
disertai denga penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya
pada system saraf pusat, nikotin bertindak sebagai relaksan otot skeletal.
Nikotin adalh zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60mg pada orang
dewasa adlah mematikan sekunder karena paralisis pernapasan; dosis 0,5mg
diberikan dengan mengisap rokok yang umum. Pada dosis rendah tanda dan gejala
toksisitas nikotin adalah mual, muntah, salivasi, pusat kelemahan, nyeri
abdominal, diare pusing, nyeri kepala, peningkatan tekanan darah, takikardia
tremor dan keringat dingin.
2.9. PENGOBATAN
Kombinasi penggunaan nikotin transdermal dan konseling perilaku telah
menghasilkan angka abstinensi yang menetap 60% pada percobaan klinis yang
terkontrol baik. Angka tersebut secara bermakna lebih tinggi dibandingkan
dengan perkiraan angka keberhasilan 10% pada orang yang berhenti mengisap
rokok tanpa pengobatan suportif spesifik. Program bantuan perilaku yang paling
efektif menjawab maslah tersebut seperti bagaimana melakukan aktivitas harian
yang biasa tanpa merokok dan bagaimana mengatasi mood disforik dan
peningkatan berat badan yang dapat menyertai berhenti merokok. Manfaat lebih
lanjut dari penggunaan nikotin transdermal adalah bahwa dosis nikotin dapat
dititrasi secara individual untuk memenuhi kebutuhan pasien dan gejala putus
nikotin yang dialaminya.
8
BAB 3
KESIMPULAN
Gangguan penggunaan Nikotin adalah masalah kognitif, biologis, perilaku dan
sosial yang terkait dengan penggunaan dan penyalahgunaan nikotin.
Nikotin yang terkandung dalam tembakau adalah sebuah substansi psikoaktif
yang menghasilkan pola ketergantungan, toleransi dan withdrawal sebuah
gangguan penggunaan nikotin.
Tumbuhan tembakau berasal dari Amerika Utara dan orang orang Amerika Asli
menanam dan mengisap daunnya sejak berabad abad yang lalu.
Ciri ciri Gangguan Intoksikasi Nikotin menurut DSM-IV-TR meliputi :
Menggunakan nikotin setiap hari selama beberapa minggu atau lebih.
Penghentian atau pengurangan penggunaan nikotin yang tiba tiba
mengakibatkan empat atau lebih dari tanda tanda berikut : gangguan
suasana perasaan disforik atau depresi, insomnia, iritabilitas atau amarah,
kecemasan, kesulitan konsentrasi, gelisah, detak jantung berkurang, nafsu
makan bertambah atau berat badan naik.
Distres atau hambatan yang signifikan dalam fungsi.
DSM-IV-TR tidak mendiskripsikan pola intoksikasi untuk nikotin. Sebaliknya
DSM-IV-TR menyebutkan gejala gejala withdrawal nya termasuk suasana
perasaan depresi, insomnia, iritabilitas, kecemasan, kesulitan konsentrasi, gelisah,
nafsu makan yang meningkat dan berat badan naik.
Nikotin dalam dosis kecil menstimulasi sistem saraf pusat, dapat meredakan stres
dan memperbaiki suasana perasaan. Tetapi ia juga dapat menyebabkan hipertensi
dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker .
9
Dosis tinggi dapat membuat penglihatan Anda kabur, membuat Anda merasa
kacau/bingung, mengakibatkan kejang dan kadang kadang bahkan membawa
kematian. Begitu perokok menjadi tergantung pada nikotin, maka tanpa nikotin
akan timbul gejala gejala withdrawal
Angka kekambuhan di kalangan orang orang yang mencoba berhenti merokok
tetapi kembali lagi kekebiasaan lamanya hampir sama dengan angka angka di
kalangan mereka yang mencoba berhenti memakai alkohol dan heroin).
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H I and Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. 6th
Edition. USA. William and Wilkins, 2010: 666-672
2. Tomb David A., 2003. Aspek Psikiatri Penyalahgunaan Obat. Buku Saku
Psikiatri 6
3. Depkes RI, 2003. Standard Terapi RS. Ketergantungan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik RS.
Ketergantungan Obat
4. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15011738 Di akses pada tanggal 25 April
2012
5. http://journals.lww.com/co-psychiatry/Abstract/2012/05000/
Comorbidity_of_psychiatric_and_substance_use.2.aspx Di akses pada
tanggal 25 April 2012
11