94502010 lapak m4 difraksi celah dan grid ganda copy
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cahaya selain bersifat sebagai partikel, juga bersifat sebagai gelombang.
Kedua sifat tersebut banyak digunakan sebagai teknologi masa kini, sehingga
penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu fenomena yang penting
yaitu difraksi celah dan grid ganda atau pelenturan gelombang cahaya. Sifat
cahaya sebagai gelombang inilah yang akan dibahas kali ini dan kita akan lebih
tahu tentang fenomena tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam percobaan kali ini kita akan membahas sekaligus menganalisa
bagaimana proses interferensi dan difraksi terjadi. Jika cahaya melewati celah
sempit maka cahaya akan dibelokkan atau dilenturkan. Kita juga akan mengetahui
dengan suatu pengukuran pada jarak berapakah pola gelap dan terang terlihat.
Cahaya yang terlihat terang atau gelap akan berbeda pada setiap ordenya.
Sehingga kita dapat melihat intensitas dan juga polanya.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan pola dan intensitas difraksi dari celah dan grid ganda
2. Menentukan posisi intensitas minimum pertama yang berhubungan dengan
celah tunggal. Harga intensitas minimum tersebut digunakan untuk
menghitung dari lebar celah.
3. Menentukan distribusi intensitas pada pola difraksi dari celah kelipatan tiga,
kelipatan empat dan kelipatan lima, dimana seluruh celah memiliki lebar dan
jarak antar celah yang sama. Selanjutnya menaksir hubungan intensitas dari
puncak pusat difraksi.
4. Menentukan posisi dari puncak beberapa orde dari difraksi untuk grid
transmisi dengan konstanta kisi yang berbeda. Selanjutnya menggunakan nilai
yang diperoleh untuk menghitung panjang gelombang dari laser.
BAB II
TEORI DASAR
Pada praktikum kali ini, sifat cahaya yang akan dibahas adalah cahaya
sebagai gelombang. Gelombang dapat terjadi karena adanya sumber getaran yang
bergerak terus menerus. Gelombang cahaya berdasarkan arah rambatannya
termasuk gelombang stasioner, yaitu gelombang yang arah rambatannya tegak
lurus dengan arah getarannya. Sedangkan berdasarkan mediumnya, cahaya
termasuk gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang tidak memerlukan
medium dalam penjalarannya.
Sebagai gelombang, cahaya mengalami gejala dispersi, refraksi, releksi,
difraksi, interferensi, polarisasi dan efek Dopler. Namun pada praktikum kali ini,
kita akan membahas gejala difraksi dan interferensi.
Difraksi Cahaya
Di dalam suatu medium yang sama, gelombang merambat lurus. Oleh
karena itu, gelombang lurus akan merambat ke seluruh medium dalam bentuk
gelombang lurus juga. Hal itu tidak berlaku jika pada medium diberi penghalang
atau rintangan berupa celah. Untuk ukuran celah yang tepat, gelombang yang
datang dapat melentur setelah melalui celah tersebut. Lenturan gelombang yang
disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah dinamakan difraksi gelombang.
Gambar 4.1 Pada celah lebar, hanya muka gelombang Gambar 4.2 Pada celah sempit, difraksi
Pada tepi celah saja yang melengkung gelombang tampak jelas, yaitu gelombang lurus
setelah melalui celah berbentuk lingkaran-
lingkaran dengan celah tersebut sebagai
pusatnya
Jika penghalang celah yang diberikan lebar, difraksi tidak begitu jelas
terlihat. Muka gelombang yang melalui celah hanya melentur di bagian tepi celah
saja, seperti ditunjukkan gambar 4.1. Akan tetapi, jika penghalang celah diberikan
sempit, maka difraksi gelombang akan tampak sangat jelas. Celah bertindak
sebagai sumber gelombang berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah
dipancarkan berbentuk leingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai
pusatnya, seperti ditunjukkan gambar 4.2. Dari kedua gambar tersebut, dapat kita
simpulkan bahwa setiap titik pada muka gelombang dapat dianggap sebagai
sumber gelombang baru. Kesimpulan tersebut yang kita kenal dengan Prinsip
Huygens.
Seperti dijelaskan di atas, cahaya yang melalui celah tunggal (lebar celah
seukuran dengan panjang gelombang cahaya) akan mengalami pelenturan atau
difraksi. Namun bagaimana jika difraksi cahaya jika dilihat pada layar.
d
1
2
3
4
d/2
d/2
sin θ
Hasil percobaan memberikan bayangan pada layar. Jalur di tengah adalah
paling lebar dan paling terang. Jalur di sebelahnya silih berganti gelap dan terang.
Peristiwa ini tgerjadi dengan menganggap sinar-sinar sejajar jatuh tegak lurus
pada sebuah celah sangat sempit, melewati celah ini, kemudian ditangkap oleh
layar yang letaknya sangan jauh dari celah (dibandingkan dengan lebar celah).
Cahaya melentur di sekitar pinggiran celah dan menerangi daerah-daerah pada
layar yang tidak langsung berhadapan dengan celah. Sebagai akibatnya, kita
mengamati jalur terang dan gelap silih berganti di layar.
Untuk menganalisa pola difraksi, kita bagi celah menjadi dua bagian.
Perhatikan gelombang 1 dan 3, yang keluar dari bawah dan tengah celah.
Gelombang 1 menempuh lintasan yang lebih jauh daripada gelombang 3 dengan
beda lintasan (d/2) sin θ. Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua
gelombang berbeda fasa 180° atau beda lintasannya sama dengan setengang
panjang gelombang.
; sin θ =
Jika kita bagi celah menjadi empat bagian dan memakai cara yang sama,
kita peroleh bahwa pita juga gelap ketika :
; sin θ =
Secara umum dapat kita nyatakan bahwa pita gelap ke-n terjadi jika :
sin θ =
dengan n = 1,2,3,...
atau
d sin θ = n λ ; dengan n = 1,2,3,...
dengan θ adalah sudut simpangan atau deviasi. Perhatikan, n=1 menyatakan garis
gelap ke 1, n=2 menyatakan garis gelap ke 2, dan seterusnya.
Interferensi Cahaya
Syarat utama agar inetrferensi dapat diamati adalah kedua sumber
gelombang haruslah koheren. Yang dimaksud dengan dua sumber gelombang
koheren adalah kedua gelombang selalu memiliki beda fasa tetap. Supaya beda
fasa selalu tetap, maka kedua gelombang harus memiliki fasa yang sama. Syarat
tambahanagar interferensi kedua gelombang koheren dapat diamati dengan jelas
adalah kedua gelombang harus memiliki amplitudo yang hampir sama. Hal
tersebut adalah alasan mengapa peristiwa interferensi cahaya sulit diamati pada
kehidupan sehari-hari, cahaya yang kita lihat sehari-hari tidaklah koheren.
Ada tiga cara untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya koheren,
sehingga dapat menghasilkan pola interferensi.
(1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah
tunggal. Inilah yang dilakukan oleh Thomas Young.
(2) Dapatkan sumber-sumber koheren maya dari sebuah sumber cahaya
dengan pemantulan saja (ini yang dilakukan oleh Fresnel) atau
pemantulan dan pembiasan.
(3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren
Peristiwa interferensi dapat diilustrasikan seperti gambr berikut :
Maks
Min
Maks
Min
Maks
Min
Gambar (a) Maks
d sin θ
θ
θ
Q O
P
R
S1
S2
Sumber
Cahaya
Titik tengah
terang pusat
Gambar 4.2 (a) Diagram skematik percobaan celah ganda Young.
Celah yang dekat sumber cahaya berlaku sebagai gelombang. Celah S1
dan S2 berlaku sebagai pasangan sumber cahaya koheren yang
menghasilkan pola interferensi pada layar (b) Pola interferensi berupa
pita-pita terang dan gelap yang terlihat pada layar.
Gambar (b)
Jarak Pita Terang atau Pita Gelap ke-n dari Terang Pusat
Pada interferensi maksimum (pita terang), terjadi jika kedua
gelombang yang berpadu memiliki fasa yang sama. Fasa sama terjadi jika beda
lintasan antara keduanya, ΔS = 0, λ, 2λ, 3λ,..... Secara matematis dapat ditulis :
d sin θ = 0, λ, 2λ, 3λ,.....
d sin θ = n λ ; dengan n = 1,2,3,..... .........................(4.2)
Sedangkan pada interferensi minimum (pita gelap), terjadi jika kedua
gelombang berlawanan fasa atau memiliki beda lintasan ΔS =
λ, 1
λ, 2
λ,....
Secara matematis dapat kita tulis :
ΔS = d sin θ =
λ, 1
λ, 2
λ,....
ΔS = d sin θ = (n +
) λ ; dengan n = 1,2,3,...... ............. (4.3)
L
d
y
Kedudukan pita terang ke-n atau pita gelap ke-n diukur dari O ke P. Pada
gambar di atas, kedudukan ini dunyatakan oleh y. Karena jarak antara celah dan
layar sangat jauh dibanding dengan jarak antar kedua celah (L>>d), maka sudut θ
bernilai sangat kecil. Jadi, dapat digunakan pendekatan sin θ tan θ.
Perhatikan ΔPOQ siku-siku pada gambar di atas :
Sin θ tan θ =
....................... (*)
Untuk Pita Terang
Substitusikan pers.(*) ke dalam pers (4.2), sehingga kita peroleh :
d sin θ = n λ
d
= n λ
= n λ dengan n = 1, 2, 3, ....
Untuk Pita Gelap
Substitusikan pers.(*) ke dalam pers.(4.3), sehingga kita peroleh :
d sin θ = (n +
) λ
d = (n +
) λ
= (n +
) λ dengan n = 1, 2, ....
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
1. He-Ne laset, 1.0 mW, 220V AC
2. Amplifier pengukur universal
3. Dudukan optik = 60 cm
4. Base f.opt. profile-bench, adjust
5. Slide dengan pengatur ketinggian f optik h 80 mm
6. Slide mount, lateral, adjust, cal
7. Pemegang lensa dan pemegang object 535 cm
8. Lensa f+20 mm, lensa f+100 mm
9. Fotoelemen
10. Diafragma, 3 celah tunggal, 4 celah ganda
11. Grating difraksi 4 garis/mm, 8 garis/mm, 10 garis/mm, 50 garis/mm
12. Multi range meter A 07028.01 1
13. Karbon resistor PEK 1W 5% 2.2Kohm
14. Kabel koneksi 750 mm, merah dan biru
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menyusun alat percobaan
2. Menyalakan laser. Dengan bantuan lensa f = +20 mm dan f = 100 mm, mengatur
sinar laser yang lebar dan sejajar agar jatuh tepat di pusat foto sel dengan gap celah.
Menempatkan foto sel kira-kira di tengah-tengah jarak pergeseran. Memasang objek
difraksi di peganganobjek. Memastikan objek dari difraksi yang diselidiki vertikal di
dalam pemegang objek dan sinar laser uniform.
3. Menghubungkan fotosel dengan input 104Ω dari amplifier pengukur ( faktor
perbesaran 103 – 105)menghubungkan resistor 2.2 kΩ paralel dengan fotosel. Saat
faktor amplifikasi diubah, titik nol dari amplifier pengukur harus diperiksa dimana
fotosel ditutup, koreksi jika diperluka.
4. Menentukan harga intensitas difraksi untuk celah ganda dengan menggeser fotosel
sejauh 0.1 mm – 0.2 mm
5. Menentukan posisi puncak difraksi untuk grid transmisi, kemudian hitung panjang
gelombang sinar laser yang digunakan. Untuk grid transmisi 50 garis/mm, puncak
sekunder berada di luar jangkauan pergeseran dari fotosel.oleh karena itu dalam
kasus ini posisi dari difraksi yang refleksi harus ditandai pada selembar kertas dan
jaraknya diukur dengan menggunakan mistar.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Data Pengamatan
Kisi = 50 garis/mm
n
V untuk masing-masing jarak
(volt) d terhadap n=0 (cm)
20 30 40 20 30 40
Kiri
-3 1,28 1,77 1,72 -1,5 -2,7 -3,6
-2 10,2 11,03 11,79 -1 -1,8 -2,4
-1 13,86 13,86 13,87 -0,5 -0,9 -1,2
0 13,96 13,96 13,96 0 0 0
Kanan
1 13,86 13,86 13,86 0,5 0,9 1,2
2 9,8 10,68 9,85 1 1,8 2,4
3 1,02 0,96 1,51 1,5 2,7 3,6
Kisi = 10 garis/mm
n
V untuk masing-masing jarak
(volt) d terhadap n = 0 (cm)
20 30 40 20 30 40
Kiri
3 8,76 4,16 9,18 -0,33 -0,41 -0,6
2 11,99 11,73 12,59 -0,22 -0,34 -0,4
1 13,86 13,86 13,87 -0,11 -0,17 -0,2
0 13,96 13,96 13,96 0 0 0
Kanan
1 13,87 13,87 13,87 0,11 0,17 0,2
2 12,3 12,3 9,81 0,22 0,34 0,4
3 6,19 6,19 8,32 0,33 0,41 0,6
Kisi = 8 garis/mm
n
V untuk masing-masing jarak
(volt) d terhadap n = 0 (cm)
20 30 40 20 30 40
Kiri
3 0,07 0,06 0,03 -0,27 -0,42 -0,57
2 1,41 1,87 0,82 -0,18 -0,28 -0,38
1 12,67 13,87 12,41 -0,09 -0,14 -0,19
0 13,83 13,83 13,83 0 0 0
Kanan
1 11,17 13,84 12,38 0,09 0,14 0,19
2 2,75 2,24 2,2 0,18 0,28 0,38
3 0,09 0,09 0,03 0,27 0,42 0,57
Kisi = 4 garis/mm
n
V untuk masing-masing jarak
(volt) P terhadap n = 0 (cm)
20 30 40 20 30 40
Kiri
-3 0,73 6,16 0,27 -0,1 -0,15 -0,48
-2 4,02 2,69 4,01 -0,05 -0,1 -0,24
-1 12,29 8,56 10,46 -0,025 -0,05 -0,12
0 13,83 13,76 13,41 0 0 0
Kanan
1 12,75 10,12 11 0,025 0,05 0,12
2 3,21 4,6 3,5 0,05 0,1 0,24
3 0,51 0,44 0,32 0,1 0,15 0,48
4.2 Perhitungan Data
4.2.2 Menghitung Intensitas Difraksi
Karena
maka ; ;
; Sehingga I =
Contoh perhitungan Kisi 50 garis/mm L=20 cm dengan V = 13.96 Volt
I =
= 37978,838
Dengan menggunakan cara di atas, diperoleh nilai Intensitas Difraksi masing-
masing kisi serta jarangnya :
Kisi = 4 garis/mm
I
20 30 40
2,84E-09 1,43987E-05 5,31441E-11
2,612E-06 5,23611E-07 2,5857E-06
0,0002281 5,36902E-05 0,000119709
0,0003658 0,000358487 0,000323381
0,0002643 0,000104887 0,00014641
1,062E-06 4,47746E-06 1,50063E-06
6,765E-10 3,7481E-10 1,04858E-10
Kisi = 50 garis/mm
I
20 30 40
2,684E-08 9,81506E-08 8,75213E-08
0,0001082 0,000148014 0,000193221
0,000369 0,000369023 0,000370089
0,0003798 0,000379788 0,000379788
0,000369 0,000369023 0,000369023
9,224E-05 0,000130102 9,41337E-05
1,082E-08 8,49347E-09 5,19886E-08
Kisi = 10 garis/mm
I
20 30 40
5,889E-05 2,99484E-06 7,10184E-05
0,0002067 0,000189318 0,000251248
0,000369 0,000369023 0,000370089
0,0003798 0,000379788 0,000379788
0,0003701 0,000370089 0,000370089
0,0002289 0,000228887 9,26139E-05
1,468E-05 1,46812E-05 4,79174E-05
Kisi = 8 garis/mm
I
20 30 40
2,401E-13 1,296E-13 8,1E-15
3,953E-08 1,22283E-07 4,52122E-09
0,0002577 0,000370089 0,000237185
0,0003658 0,000365838 0,000365838
0,0001557 0,000366897 0,0002349
5,719E-07 2,51763E-07 2,34256E-07
6,561E-13 6,561E-13 8,1E-15
4.2.3 Menggambarkan grafik hubungan intensitas difraksi I sebagai fungsi
dari posisi x untuk celah dengan kelipatan n
Kisi 50 garis/mm
L = 20 cm
L = 30 cm
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-2 -1 0 1 2
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-3 -2 -1 0 1 2 3
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
L = 40 cm
Kisi 10 garis/mm
L = 20 cm
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-4 -2 0 2 4
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-0.4 -0.2 0 0.2 0.4
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
L = 30 cm
L = 40 cm
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-1 -0.5 0 0.5 1
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
Kisi 8 garis/mm
L = 20 cm
L = 30 cm
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
0.0005
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
L = 40 cm
Kisi 4 garis/mm
L = 20 cm
-0.0001
0
0.0001
0.0002
0.0003
0.0004
-1 -0.5 0 0.5 1
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n=0 (cm)
Hubungan Intensitas Difraksi Terhadap Jarak antar Celah
Series1
-0.00005
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
0.0003
0.00035
0.0004
-0.15 -0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n = 0 (cm)
Hubungan Intensitas Cahaya terhadap Jarak antar Celah
Series1
L = 30 cm
L = 40 cm
-0.00005
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
0.0003
0.00035
0.0004
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n = 0 (cm)
Hubungan Intensitas Cahaya terhadap Jarak antar Celah
Series1
-0.00005
0
0.00005
0.0001
0.00015
0.0002
0.00025
0.0003
0.00035
-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
Inte
nsi
tas
Dif
raks
i
P terhadap n = 0 (cm)
Hubungan Intensitas Cahaya terhadap Jarak antar Celah
Series1
4.2.4 Menentukan nilai rata-rata panjang gelombang sinar laser yang
digunakan
Rumus untuk mencari panjang gelombang yaitu
nd sin L
y tansin , maka
nL
yd , maka di dapat :
Ln
yd
d = lebar antar celah;
y = jarak antara terang pusat dengan terang orde ke- n;
L = jarak antara celah ke layar;
= panjang gelombang.
n = orde
Contoh perhitungan panjang gelombang pada kisi 50 garis/mm = 0.002 cm/garis
L = 20 cm ; d = 0.002 cm
(0.002 cm)
= 5 x cm
Dengan menggunakan cara di atas, diperoleh nilai panjang gelombang sinar laser
untuk masing-masing kisi dan panjang L :
L
Kisi = 50
garis/mm
Kisi = 10
garis/mm
Kisi = 8
garis/mm
Kisi = 4
garis/mm
d=0,002 cm d = 0,01 cm d = 0,0125 cm d = 0,025 cm
λ λ λ λ
20 0,00005 0,00005 0,00055 0,000042
30 0,00006 0,00006 0,0000456 0,000042
40 0,00006 0,00006 0,00005 0,000075
Sinar lasert yang kita gunakan adalah cahaya merah yang memiliki panjang
gelombang sekitar 6.273 x , jika dibandingkan dengan panjang gelombang
hasil percobaan maka diperoleh nilai Kesalahan Relatif sebesar :
Untuk Kisi 50 garis/mm :
=
= 15.03 %
Untuk Kisi 10 garis/mm :
=
KSR = 15.03 %
Untuk Kisi 8 garis/mm :
=
KSR = 8 %
%xlit
hitlit 100KSR
%x 10000006273.0
0000533.000006273.0KSR
4.3 Analisa Data dan Grafik
Dari hasil percobaan, kita memperoleh nilai tegangan pada tiap-tiap orde,
nilai tegangan ini yang akan kita gunakan dalam perhitungan intensitas difraksi.
Dari pengolahan data, diperoleh nilai intensitas cahaya laser bergantung pada orde
atau jarak antar celah. Pada orde ke nol, intensitas difraksi maksimum, dimana
pada orde ini merupakan orde pusat. Menurut teori, intensitas difraksi akan
maksimum pada orde ke nol, dan akan berkurang nilainya pada orde-orde
selanjutnya. Dari grafik, bisa terlihat bahwa intensitas cahaya paling besar terjadi
pada orde ke nol, dimana orde ke nol ini merupakan orde pusat yang oleh karena
itu intensitas cahayanya paling besar. Dan pada orde-orde selanjutnya, intensitas
semakin berkurang. Hal ini sesua dengan teori di atas.
Untuk menentukan panjang gelombang, kita dapat menggunakan rumus
interferensi dan difraksi. Dari hasil percobaan diperoleh nilai panjang gelombang
yang digunakan yaitu sekitar 0.00005-0.00006 cm. Sedangkan panjang
gelombang literatur yaitu 0.00006273 cm, karena kita menggunakan cahaya
monokromatik merah. Jika dibandingkan nilai panjang gelombang hasil percobaan
dengan panjang gelombang literatur, diperoleh nilai kesalahan relatifnya yaitu
sekitar 8%-20%. Nilai kesalahan ini termasuk cukup besar. Hal ini dikarenakan
ketidaktelitian praktikan dalam mengukur jarak antar celah atau jarak kisi dengan
layar sehingga mendapat perhitungan KSR yang cukup besar. Namun secara
keseluruhan, praktikan telah memahami prinsip difraksi cahaya pada celah dan
grid ganda. Untuk percobaan-percobaan selanjutnya diharapkan praktikan lebih
teliti dalam mengambil data.
BAB V
Kesimpulan
1. Cahaya memiliki sifat gelombang, yaitu difraksi dan interferensi, pada saat
berinterferensi terjadi gelap dan terang. Terang pusat terjadi pada saat
ordenya 0.
2. Dari hasil percobaan perhitungan panjang gelongbang sinar laser didapat
, sedangkan panjang gelombang sinar laser literatur adalah
perbedaannya jauh. Hali ini disebabkan karena
pengukuran nilai y yang kurang teliti yang hanya menggunakan penggaris
yang ketelitiannya 0.05 cm.
3. Pada perhitungan intensitas cahaya, intensitas yang paling besar adalah pada
saat ordenya nol. Karena terang pusat berada di tengah atau berada di pusat
dimana ordenya adalah nol.
Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga