action control m4
TRANSCRIPT
_A c t i o n C o n t r o l_
PENDAHULUAN
Untuk mencapai tujuan perusahaan, diperlukan sebuah strategi yang baik
dan adanya kerja sama antara pihak manajemen dalam perusahaan tersebut. Pihak
manajemen harus berupaya agar strategi yang telah direncanakan dapat diterapkan
dalam perusahaan. Pentingnya tindakan-tindakan yang diambil perusahaan dalam
mengimplementasikan strategi menentukan keberhasilan tujuan perusahaan yang
ingin dicapai. Tidak hanya fokus pada tindakan yang ingin diambil, pihak
manajemen juga perlu melakukan pengendalian terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap tujuan yang ingin
dicapai perusahaan sekaligus mengawasi agar tindakan yang dijalankan sesuai
dengan prosedur dan metode yang ada di perusahaan.
Pengendalian perusahaan yang baik akan menciptakan suatu hasil yang
baik. Salah satu pengendalian yang terdapat dalam pengendalian manajemen
adalah Action Control. Action control merupakan pengendalian yang dilakukan
perusahaan dari awal proses hingga akhir suatu proses dalam kegiatan suatu
perusahaan, agar proses yang sedang berlangsung sesuai dengan aturan dan
ketentuan yang berlaku. Action control cenderung bertujuan agar para karyawan
tidak melakukan suatu tindakan tertentu yang akan merugikan perusahaan.
Dengan adanya pengendalian terhadap tindakan, maka diharapkan segala
aktivitas yang dilakukan perusahaan dapat mengarahkan perusahaan pada
pencapaian tujuan. Pengendalian yang baik juga dapat membantu karyawan
mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang terjadi karena lingkungan sekitar.
Pengendalian yang baik dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan untuk
keadaan perusahaan sehingga tindakan-tindakan yang diambil dapat disesuaikan
dengan kemampuan perusahaan. Selain itu, dengan adanya pengendalian terhadap
tindakan, perusahaan akan lebih mudah untuk mengarahkan karyawan yang
memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda sehingga dapat
menggunakan kemampuannya pada bidang yang tepat dan menghindarkan
karyawan dari tekanan dan ketidaknyamanan saat bekerja.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 1
_A c t i o n C o n t r o l_
LANDASAN TEORI
Dalam suatu pengendalian ternyata tidak hanya result control yang dapat
digunakan. Ada jenis pengendalian lain yang dapat diterapkan oleh pihak
manajemen dan pengendalian ini bersifat langsung. Manajer dapat menggantikan
result control dengan pengendalian yang lain yang akan memberikan manfaat
yang sama yaitu untuk membuat para karyawan bertindak sebaik mungkin dalam
perusahaan dimana mereka bekerja, yang lebih memiliki hubungan langsung pada
aktivitas tenaga kerja.
Salah satu kategori pengendalian yang penting adalah pengendalian
tindakan (action control), yang meyakinkan karyawan untuk melakukan tindakan
– tindakan yang menguntungkan bagi perusahaan dan juga mengendalikan
karyawan untuk tidak melakukan hal yang dapat merugikan perusahaan.
Meskipun pengendalian tindakan ini sering digunakan dalam perusahaan, namun
keberadaanya sering tidak efektif dalam beberapa situasi.
ACTION CONTROL
Action control merupakan bentuk pengendalian langsung dari pihak
manajemen untuk memastikan bahwa karyawan dapat bertindak sebaik mungkin
dalam perusahaan dimana mereka bekerja dengan membuat sikap para karyawan
terfokus terhadap pengendalian yang diberikan. Action control ini akan menjamin
suatu proses mengarah kepada tujuan organisasi. Dengan pelaksanaan proses yang
disertai dengan pengendalian ini maka diharapkan hasil yang didapatkan akan
sesuai dengan targetnya. Action control juga membantu dalam memonitor
pelaksanaan kegiatan para karyawan sehingga kesalahan yang terjadi dapat
diminimalisir dan dapat segera diperbaiki.
Menurut Merchant dan Van Der Stede (2003), Action Control dapat dibagi
menjadi 4 bentuk dasar, yaitu :
1. Behavioral Constraints
2. Preaction reviews
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 2
_A c t i o n C o n t r o l_
3. Action accountability
4. Redundancy
Behavioral Constraints
Behavioral constraint merupakan prosedur agar seseorang tidak melakukan
penyelewengan dengan cara diterapkannya batasan – batasan perilaku agar orang
yang berada dalam organisasi tersebut sulit jika ingin melakukan hal yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan tujuan dari organisasi.
Behavioral constraint ini dapat diterapkan melalui 2 cara, yaitu :
1. Physical Constraint pengendalian secara fisik yang sering digunakan oleh
perusahaan dalam melakukan pengendalian terhadap karyawannya. Untuk
spesifikasinya, pembatasan dilakukan atas akses ke tempat penyimpanan
informasi persediaan dan sediaan yang bernilai tinggi.
Contoh : Pemasangan gelang sebagai tanda pengenal di area Fun Kids Moro.
Pemakaian gelang pada anak-anak yang memasuki area Fun Kids ini bertujuan
agar tidak sembarangan orang dapat memasuki area permainan dengan tidak
membeli tiket. Apabila anak-anak yang telah dipasang gelang tersebut keluar
selama masih dalam kawasan moro dapat kembali masuk. Di gelang tertera
waktu dan tanggal dimana tiket tersebut dibeli.
2. Administrative Constraint pengendalian yang digunakan untuk membatasi
kemampuan seseorang dalam melakukan tugas yang spesifik. Pembatasan ini
dapat berbentuk :
pembatasan wewenang dalam pembuatan keputusan.
adanya pembagian tugas secara jelas agar dapat mempersulit individu yang
ingin melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan, terutama jika
suatu tugas tersebut memiliki titik rawan kecurangan yang tinggi jika tugas
tersebut diselesaikan oleh satu individu saja.
Contoh :
pembatasan kewenangan dalam mengambil keputusan, misalnya manajer
level bawah memiliki kewenangan mengeluarkan kas dengan batas
maksimal Rp 1.000.000, sedangkan untuk manajer level menengah ke atas
memiliki kewenangan mengeluarkan kas sebesar Rp 5.000.000 .WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 3
_A c t i o n C o n t r o l_
adanya pembagian tugas secara jelas agar dapat mempersulit individu yang
ingin melakukan tindakan yang tidak semestinya dilakukan dan jika suatu
tugas memiliki rawan kecurangan yang tinggi jika tugas tersebut
diselesaikan oleh satu individu saja. Contohnya karyawan yang melakukan
pencatatan atau penjurnalan terhadap penerimaan pembayaran piutang
harus dipisahkan dengan karyawan yang menerima uang.
Terkadang kendala fisik dan administratif dapat dikombinasikan menjadi
poka-yokes yang dirancang untuk membuat operasi yang bersistem foolproof.
Poka-yokes adalah suatu proses yang dirancang untuk mencegah terjadinya
penyimpangan sebelum ke tindakan selanjutnya yang benar.
Preaction reviews
Preaction reviews merupakan perencanaan tindakan yang ditujukan bagi para
karyawan agar setiap tindakan mereka dapat dikendalikan sesuai dengan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Review ini dapat dilakukan sebelum
suatu tindakan dilaksanakan atau selama suatu tindakan dilaksanakan. Pre-
action reviews dapat dilakukan dengan peninjauan secara cermat atas rencana
tindakan karyawan yang diawasi. Pre-action review ini dapat diterima atau
ditolak oleh karyawan. Oleh karena itu dibutuhkan perencanaan yang perlu
dipertimbangkan dahulu dalam pelaksanaan pre-action review sebelum
keputusan akhir atas pre-action review tersebut diputuskan.
Pre-action review ini dapat dilakukan secara formal maupun informal.
Pre-action review formal adalah adanya syarat untuk mendapatkan
persetujuan pada pengeluaran – pengeluaran perusahaan yang pasti. Bentuk
formal biasanya belangsung selama proses planning dan budgeting dalam
organisasi.
Contoh : Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) pada setiap
kegiatan. Jika akan diadakan suatu kegiatan baik kegiatan di perusahaan
maupun kegiatan-kegiatan yang bersifat social yang melibatkan suatu
kepanitiaan pasti terlebih dahulu dibuat SOP sebagai pedoman kerja. SOP
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 4
_A c t i o n C o n t r o l_
dirancang bersama-sama antara bawahan dan atasan yang kemudian
dikomunikasikan di dalam forum untuk mendapatkan persetujuan dari semua
lini yang terlibat.
Pre-action review secara informal juga memiliki peran penting dalam suatu
sistem pengendalian manajemen yang dapat diterapkan dengan adanya
komunikasi antara atasan dengan bawahan dalam melakukan cek terhadap
proses proyek tertentu.
Contoh : Action control dalam technical meeting (TM)
Sebelum suatu event dilakukan biasanya dilakukan TM untuk memperjelas
tindakan yang harus dilakukan. Misalnya TM sebelum suatu pekerjaan
lapangan (dinas) dilakukan antara si pelaku kerja lapangan dengan atasan.
Action accountability
Action accountability merupakan tindakan yang reaktif. Action
accountability terkait dengan membuat kesepakatan atau aturan dalam
organisasi bahwa seseorang harus bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
dilakukannya. Sifat dari action accountability ini adalah untuk mendeteksi /
mengendalikan setelah tindakan tersebut dilakukan.
Implementasi Action accountability dapat dilakukan dengan ketentuan :
1. Mendefinisikan sikap apa yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
2. Mengkomunikasikan definisi yang telah ditetapkan kepada seluruh elemen
perusahaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan dapat terjalin kesepakatan.
3. Mengamati dan menelusuri kegiatan apa yang dilakukan oleh karyawan.
4. Memberikan reward pada pekerjaan yang memiliki hasil baik dan punishment
terhadap pekerjaan yang memiliki hasil buruk.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 5
_A c t i o n C o n t r o l_
Tindakan karyawan yang dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang berkaitan
dengan bentuk pertanggungjawaban dari tiap karyawan, dapat dikomunikasikan
secara :
a. Administratif, penyampaiannya tidak harus dalam bentuk tertulis, bisa juga
dilakukan secara oral dalam rapat atau secara pribadi, atau bisa juga dengan
bertatap muka langsung.
Contoh :
Action control di salah satu Sekolah Tinggi
Dalam peraturannya yang telah dikomunikasikan secara umum, mahasiswa
yang melanggar sanksi administrasi akan dikenai sanksi. Dalam hal ini, apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan telah dijelaskan. Pada salah satu kasus,
observasi dilakukan secara umum melalui daftar hadir dan daftar nilai IPK
tiap semester. Jika terdapat mahasiswa yang terkualifikasi melanggar
peraturan maka kemungkinan akan terkena sanksi DO.
b. Sosial, misalnya melalui rapat, diskusi secara langsung.
Meskipun tindakan yang diinginkan oleh suatu perusahaan telah disampaikan
dengan jelas, namun terkadang komunikasi tersebut tidak cukup jelas untuk
membuat suatu pengendalian dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu tiap
individu harus memahami tindakan apa yang perlu dilakukan dan tindakan apa
yang tidak perlu dilakukan.
Contoh : Di toko-toko barang pecah maupun toko barang elektronik belah
sering kita mendapati suatu tulisan yaitu “merusak berarti membeli”. Dari
tulisan inilah pihak pengelola toko melakukan action control bentuk
pertanggungjawaban kepada pelanggan. Dengan adanya tulisan ini diharapkan
para pelanggan yang datang ke toko akan lebih berhati-hati dalam melihat-
lihat karena apabila mereka merusak barang dagangan maka mereka wajib
untuk membayarnya sesuai harga.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menelusuri tindakan yang
dilakukan, yaitu :
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 6
_A c t i o n C o n t r o l_
- Secara langsung dan berkesinambungan, seperti yang dilakukan oleh direct
supervisor pada lini produksi.
- Secara periodik, contohnya pada retail store yang bisa saja dengan
mengembangkan adanya penggunaan “mystery shopper”, yang merupakan
alat yang digunakan retail store dalam memperoleh informasi atas kritikan
yang ditujukan kepada pelayanan yang diberikan oleh penjaga toko.
- Menguji bukti dari tindakan yang telah diambil, seperti pengujian terhadap
laporan aktivitas.
Redundancy
Perusahaan dalam prakteknya menggunakan orang atau mesin lebih banyak
daripada yang diperlukan secara teoritis, yang bertujuan untuk mendukung tenaga
kerja agar dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik atau dengan tujuan untuk
menyediakan cadangan karyawan atau mesin. Redundancy biasanya diberikan
dalam hal pemberian fasilitas komputer, keamanan, dan kegiatan operasional yang
penting. Redundancy jarang untuk dilakukan karena memakan biaya yang lebih
besar dan menggunakan lebih dari satu orang untuk melaksanakan tugas yang
sama dan biasanya dapat menyebabkan konflik atau frustasi.
Contoh : Action Control di Rumah sakit
Pada rumah sakit yang baik, tentunya harus ada dokter untuk spesialisasi tertentu
yang jumlahnya lebih dari satu. Hal ini diperlukan untuk meminimalisasi
terjadinya kemungkinan stok dokter yang habis (sedang menangani pasien lain
atau sedang berhalangan). Jika kurang memungkinkan, bisa dilakukan perujukan
ke rumah sakit lain.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 7
_A c t i o n C o n t r o l_
ACTION CONTROL & CONTROL PROBLEM
TYPE OF
ACTION
CONTROL
CONTROL PROBLEM
LACK OF
DIRECTION
MOTIVATIONAL
PROBLEM
PERSONAL
LIMITATIONS
Behavioral
constraint
X
Preaction reviews X X X
Action
accountability
X X X
Redundancy X X
Sumber : K.A Merchant, Modern Management Control Systems: Text and Cases
( Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1998), p30
Table di atas menunjukkan hubungan antara jenis – jenis dari pengendalian
tindakan dengan permasalahan dalam suatu pengendalian yang harus dihadapi.
Terdapat 3 permasalahan yang ada dalam suatu pengendalian, yaitu :
Kurangya pengarahan atas suatu perilaku ( Lack of Direction )
menunjukkan bahwa dalam mengerjakan tugas yang diberikan
diperlukan adanya pengarahan agar tugas yang diberikan dapat
dikerjakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Harus terjalin
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 8
_A c t i o n C o n t r o l_
komunikasi antara atasan dengan bawahan. Hal ini dapat diatasi dengan
penerapan pre-action review dan action accountability.
Masalah motivasi / dorongan dari dalam diri ( Motivational Problems)
Motivasi dalam diri seseorang sangat diperlukan dalam mengerjakan
suatu tugas yang diberikan. Dengan adanya motivasi dalam diri tiap
karyawan, maka pekerjaan yang dihasilkan juga akan memiliki hasil
yang lebih bagus.
merujuk pada permasalahan kemauan pada diri sesorang. Dalam
prakteknya banyak karyawan yang tidak memiliki motivasi pada dirinya
dalam menjalankan pekerjaannya. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan
behavioral constraint, pre-action review, action accountability, serta
redundancy.
Keterbatasan pada diri seseorang ( Personal Limitations )
keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi hambatan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Oleh karena itu diperlukan
adanya suatu pengendalian yang mampu untuk membuka wawasan
seseorang agar orang tersebut menunjukkan dan mengembangkan
kemampuan yang ada dalam dirinya.
merujuk pada kemampuan, pengalaman serta keterampilan seseorang.
Hal ini dapat diatasi dengan adanay penerapan pre-action review, action
accountability, serta redundancy.
Behavioral constrains efektif untuk menghilangkan permasalahan motivasi.
Dengan adanya pengendalian ini, karyawan dapat dicegah dari segala
motivasi untuk membuat sesuatu hal yang tidak diinginkan atau merugikan.
Pre-action reviews dapat mengatasi ketiga masalah pengendalian.
Seringnya komunikasi yang terkendali dari atasan ke bawahan dapat
mengurangi jarak antara bawahan dengan atasan sehingga pre-action
reviews ini dapat meningkatkan motivasi dan mengurangi efek merugikan
yang timbul akibat adanya keterbatasan individu.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 9
_A c t i o n C o n t r o l_
Action accountability juga dapat mencegah terjadinya kesalahan atau hal
yang dapat menyebabkan kerugian. Pemberian tanggung jawab pada
kebebasan bertindak dapat mengurangi keterbatasan individu dalam hal
kemampuan atau pengalaman.
Redundancy relative terbatas dalam penerapannya, namun sangat efektif
dalam mensukseskan berbagai macam pekerjaan jika karyawan tidak
memiliki motivasi untuk menyelesaikannya.
PREVENTION VERSUS DETECTION
Klasifikasi action control berdasarkan waktunya dibagi menjadi dua yaitu,
prevention dan detection. Pengendalian yang dilakukan sebelum kejadian disebut
sebagai tindakan prevention. Namun, jika pengendalian tersebut dilakukan setelah
kejadiannya telah berlangsung maka tindakan tersebut disebut sebagai tindakan
detection.
Prevention merupakan suatu bentuk control yang paling kuat karena tidak
ada biaya yang dikorbankan dari terjadinya tindakan yang tidak diinginkan.
Apabila deteksi dibuat secara terjadwal dan ada koreksi terhadap efek dari
kejadian yang tidak diharapkan, maka detection juga merupakan tindakan yang
tidak kalah efektifnya dibanding dengan prevention.
Pada umumnya semua control diarahkan untuk tindakan preventif, terkecuali
action accountability. Karena adanya ketidakyakinan dari pengawas kalau
tindakan yang telah dilakukannya sudah tepat. Dan untuk mengetahuinya perlu
menunggu hasil dari tindakan itu dulu baru bisa dinilai.
TYPE OF
ACTION
CONTROL PURPOSE
PREVENTION DETECTION
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 10
_A c t i o n C o n t r o l_
CONTROL
Behavioral
constraint
Locks on valuable assets
Separation of duties
-
Preaction reviews Expenditure of approvals
Budget reviews
-
Action
accountability
Pre-specified policies linked to
expectations of reward and
punishments
Compliance-oriented
internal audits
Cash reconciliations
Peer reviews
Redundancy Assigning multiple people to
an important task
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa tipe dari pengendalian tindakan memiliki
kegunaan yang berbeda terutama dalam upaya pencegahan (prevention) dan
pemeriksaan (detection).
a) Behavioral constraint akan berguna secara efektif dalam upaya
pencegahan (prevention) yang dapat ditunjukkan dari manfaat adanya
jenis pengendalian ini dalam “penguncian asset – asset yang bernilai” dan
juga pada pemisahan tugas yang tentunya harus memiliki fungsi sendiri –
sendiri.
b) Pre-action Reviews akan berguna juga dalam upaya pencegahan
(prevention) yang ditunjukkan dengan adanya kegunaan dalam peninjauan
ulang anggaran yang telah dirumuskan serta dalam hal persetujuan
pengeluaran perusahaan.
c) Action Accountability, jenis pengendalian ini berguna baik dalam upaya
pencegahan maupun pemeriksaan pengendalian. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan adanya pengaturan kebijakan yang berhubungan dengan
diterapkannya reward and punishment.
d) Redundancy, jenis pengendalian ini akan cocok jika digunakan dalam
upaya pencegahan, yang ditunjukkan dengan adanya penugasan kepada
berbagai macam orang untuk suatu tugas yang penting.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 11
_A c t i o n C o n t r o l_
CONDITIONS DETERMINING THE EFFECTIVENESS OF ACTION
CONTROL
Seperti telah kita ketahui bahwa dalam penerapannya, pengendalian tindakan ini
tidak akan efektif pada situasi tertentu. Pengendalian tindakan ini hanya akan
efektif dengan kondisi :
i. Manajer mengetahui kegiatan apa yang harus dilakukan / dihindari oleh
karyawan. Dalam mengetahui kegiatan apa yang harusnya dilakukan /
dihindari oleh karyawan, manajer harus memiliki pengetahuan yang dapat
ditemui melalui 2 cara.
menganalisa tindakan / hasil dalam suatu situasi yang khusus yang
kiranya dapat memberikan hasil terbaik sesuai dengan apa yang
diinginkan.
manajer dapat mempelajari kegiatan mana yang diharapkan untuk
dilakukan dapat dikomunikasikan dengan baik ke pihak lain. Ini
ditujukan agar kegiatan tersebut cocok dengan harapan yang telah
ditetapkan di awal.
ii. Manajer yakin jika kegiatan yang ingin dilakukan benar – benar terjadi dan
sebaliknya kegiatan yang ingin dihindari benar – benar tidak akan terjadi.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 12
_A c t i o n C o n t r o l_
Dalam hal ini manajer yang bersangkutan harus memiliki strategi untuk
dapat mengarahkan karyawan untuk melakukan tindakan apa yang harus
dikerjakan oleh para karyawan dan seminimal mungkin menghindari
tindakan yang tidak diharapkan dalam suatu proses kerja.
Manajer harus mampu memastikan bahwa tindakan yang terjadi telah sesuai
dengan yang dikehendaki atau tidak. Untuk itu perlu adanya action tracking. Agar
action tracking dapat dijalankan dengan baik maka harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu :
- Precision ketelitian dalam menunjukkan sejumlah kesalahan yang
dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tindakan apa yang
layak dan yang tidak layak. Oleh karena itu dibutuhkan adanya ketelitian
dalam pelaksanaan suatu pengendalian.
- Objectivity terbebasnya penilaian pihak manajemen secara bias.
- Timeliness mengarah pada ketepatan waktu. Ketepatan waktu pada
tindakan yang sedang terjadi sangat penting mengingat jika sampai terjadi
adanya ketidaktepatan waktu diperlukan campur tangan sebelum terjadi
kerugian.
- Understandabillity individu yang diberikan tanggungjawab atas
pekerjaannnya mampu mengerti dan memahami dengan baik apa yang
harus dilakukan untuk memenuhi tanggungjawab tersebut.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 13
_A c t i o n C o n t r o l_
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ACTION CONTROL
KELEBIHAN KEKURANGAN
terletak pada aspek preventif; jika terdapat kesalahan langsung ada aksi untuk memperbaiki.
koreksi dapat dilakukan secepat mungkin.
lebih mudah bagi para pelaksana untuk memahami mana yang benar dan mana yang tidak benar. (organizational memory)
Organizational memory adalah kumpulan pengetahuan didalam suatu organisasi tentang bagaimana untuk melakukan sesuatu dengan cara yang terbaik. Organizational memory bisa terdokumentasi secara tertulis maupun tidak terdokumentasi secara tertulis
memerlukan suatu pengamatan langsung, sehingga dari aspek biaya cenderung lebih mahal, dan bergantung pada metode serta teknologi yang digunakan.
hanya tepat digunakan pada pekerjaan yang sifat rutinitasnya tinggi.
cenderung tidak melakukan kreativitas dan inovasi.
adanya kemungkinan perilaku negatif, yaitu orang bekerja bukan untuk yang terbaik buat organisasi, tetapi yang penting baik dimata pihak-pihak yang melakukan pengendalian.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 14
_A c t i o n C o n t r o l_
namun dipahami oleh orang-orang di dalam organisasi.
adanya komunikasi dua arah antara pihak yang mengendalikan dengan pihak yang dikendalikan sehingga ada improvement yang terbangun.
adanya tindakan yang dianggap salah, tetapi ternyata setelah terjadinya komunikasi dinyatakan sebagai langkah inovatif.
CONTOH KASUS
Menurut kami salah satu contoh action control ada di Unit Perpustakaan
milik Universitas Surabaya (UBAYA). UBAYA adalah Universitas yang cukup
terkenal di Surabaya. UBAYA telah menerapkan action control bagi siapa yang
akan berkunjung ke perpustakaan itu. Penerapan action control di UBAYA
dimulai dari pada saat mahasiswa akan berkunjung sampai mahasiswa akan keluar
dari perpustakaan tersebut.
Jika mahasiswa yang ingin berkunjung ke perpustakaan, harus membawa
dan menunjukkan kartu identitas sebagai tanda bahwa mahasiswa tersebut adalah
anggota dari UBAYA. Kemudian, sebelum memasuki ruang baca atau
peminjaman buku, seluruh mahasiswa yang akan masuk ruangan tersebut harus
meletakkan tas pada loker yang telah disediakan setelah menukarkan kartu
identitas dengan kunci loker. Apabila mahasiswa lupa untuk menaruh tas
kemudian langsung masuk ke ruang peminjaman buku atau ruang baca,
mahasiswa akan langsung ditegur oleh bapak atau ibu petugas perpustakaan. WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 15
_A c t i o n C o n t r o l_
Setelah mahasiswa memilih buku, pada saat akan meminjam buku mahasiswa
juga harus mengikuti prosedur peminjaman buku.
Pada saat akan keluar dari perpustakaan, mahasiswa harus melewati pintu
detector. Pintu detektor ini akan bereaksi yaitu dengan mengeluarkan bunyi sinyal
apabila mahasiswa yang melewati pintu ini membawa keluar buku sebelum
melewati proses peminjaman buku dengan benar.
Bila mahasiswa menghilangkan buku yang dipinjam maka mereka wajib
untuk mengganti dengan membayar dua kali lipat dari harga asli buku / minimal
mengganti dengan jenis buku yang sama.
PEMBAHASAN KASUS
Menurut kelompok kami action control yang telah diterapkan UBAYA sudah
cukup baik, karena kecurangan – kecurangan yang dapat terjadi sudah dapat
diminimalkan. Adanya peratura – peraturan yang jelas membuat action control
menjad lebih efektif.
1. Behavioral Constraints
a. Physical Constraints
Pengendalian fisik yang dilakukan oleh UBAYA adalah dengan
mewajibkan setiap orang yang ingin masuk ke dalam perpustakaan
untuk membawa dan menunjukkan kartu identitas sebagai tanda
bahwa mahasiswa dan menukarkan kartu tersebut dengan kunci
loker untuk meletakkan tas pada loker yang tersedia.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 16
_A c t i o n C o n t r o l_
Penggunaan pintu detector yang ada di perpustakaan untuk
menghindari mahasiswa membawa keluar buku tanpa izin.
b. Administrative Constraints
Adanya pemisahan fungsi karyawan antara petugas yang menjaga
penukaran kartu identitas dengan kunci loker, petugas peminjaman
buku dengan petugas yang mengawasi ruang penyimpanan buku.
2. Preaction Review
Formal
Perpustakaan UBAYA melakukan preaction review dalam bentuk formal
dengan mencantumkan peraturan – peraturan yang berlaku di depan pintu
perpustakaan.
Informal
Perpustakaan UBAYA melakukan preaction review dalam bentuk
informal dengan memperkenalkan perpustakaan pada mahasiswa baru
dengan kegiatan rally perpus.
3. Action Accountability
a. Administrative
Action Accountability - administrative pada perpustakaan UBAYA dapat
dilihat dari peraturan perpustakaannya yang memberlakukan sistem
sanksi jika mahasiswa telat mengembalikan buku dan memberlakukan
denda jika mahasiswa menghilangkan buku yang dipinjam.
b. Social
Action Accountability - social pada perpustakaan UBAYA dapat dilihat
dari adanya himbauan “ Harap Tenang” di berbagai sudut ruang baca
perpustakaan UBAYA.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 17
_A c t i o n C o n t r o l_
4. Redundancy
Penerapan Redundancy pada perpustakaan UBAYA dapat dilihat dari
petugas yang menjaga penukaran kartu identitas dengan kunci loker
biasanya dijaga lebih dari satu orang. Hal ini dikarenakan jika salah satu
petugas berhalangan ataupun tidak dapat berada ditempat untuk bertugas
maka dapat langsung digantikan oleh petugas yang lain.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Action control akan memberikan banyak keuntungan bagi perpustakaan
Ubaya. Ubaya sudah menerapkan action control dan memperoleh hasil yang
cukup baik. Dengan adanya punishment membuat mahasiswa menjadi lebih
tertib dalam proses peminjaman dan pengembalian buku dengan tepat waktu.
Selain itu sistem pengendalian dalam perpustakan sendiri juga sudah cukup
baik, dengan adanya alat detektor, dan barcode. Selain itu sistem yang
dirancang perpustakaan cukup memudahkan mahasiswa dalam proses
pencarian buku, pemnjaman dan pengembalian dengan adanya komputer.
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 18
_A c t i o n C o n t r o l_
Namun juga terdapat beberapa kelemahan, yaitu tidak adanya
penginformasian tentang keterlambatan pengembalian buku pada mahasiswa
yang bersangkutan. Hal ini jelas sangat merugikan bagi kedua belah pihak.
Jika dilihat dari ketiga masalah pengendalian ubaya termasuk dalam Masalah
motivasi / dorongan dari dalam diri ( Motivational Problems). Hal ini terlihat
dengan tidak adanya tindakan lebih lanjut apabila mahasiswa tidak
mengembalikan buku selama proses perkuliahan berjalan.
Rekomendasi :
Sebaiknya Ubaya membuat peraturan baru mengenai penginformasian
keterlambatan pengembalian buku kepada mahasiswa yang bersangkutan dengan
cara memberikan informasi kepada tiap fakultas yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Merchant, K.A., and W.A. Van der Stede 2003. Management Control
systems: Performance Measurement, Evaluation and Incentives. Prentice-
Hall: London, UK
http://apmcs.blogspot.com/2010/10/tugas-1-akt-2010-contoh-action-control.html
WEEK ASSIGNMENT – MANAGEMENT CONTROL SYSTEM 19