93128962-modul-4-pll
TRANSCRIPT
44
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
MODUL IV PRAKTIKUM ELKOM
P H A S E L O C K L O O P
A. Tujuan
1. Praktikan dapat melakukan pengukuran dan pengaturan free-running frequency pada PLL.
2. Praktikan dapat mengamati dan memahami lock-range pada PLL.
3. Praktikan dapat mengukur frekuensi capture maksimum dan minimum..
4. Praktikan dapat mengamati cara kerja PLL sebagai demodulator frekuensi.
5. Praktikan dapat mengamati cara kerja PLL sebagai pensintesis frekuensi.
B. Peralatan yang digunakan
1. Kit praktikum elektronika Komunikasi PLL.
2. Catu daya DC
3. Multimeter digital.
4. Osiloskop.
5. Kabel penghubung (jumper).
C. Dasar teori
Phase Lock Loop (PLL) merupakan sistem tertutup membentuk feedback negatif dengan sinyal
feedback digunakan untuk mengunci (lock) frekuensi dan phasa keluaran terhadap frekuensi
dan phasa sinyal input.
PLL digunakan untuk filtering, penggeser frekuensi (frequency sinthesis), kontrol kecepatan
motor, ferquency modulation, demodulation, signal detection, dan aplikasi lainnya.
PLL dapat berupa analog atau digital, tetapi banyak tersusun dari komponen analog dan digital.
Beberapa parameter dalam PLL antara lain :
1. Free-running frequecy. Adalah frekuensi keluaran VCO pada kondisi tidak ada
sinyal masukan. Biasanya nilainya pada frekuensi tengah.
2. Locked-range. Adalah kawasan atau daerah frekuensi dimana lingkar dapat
bertahan terkunci. Daerah ini dibatasi oleh frekuensi operasi minimum dan
maksimum. Frekuensi operasi maksimum adalah frekuensi tertinggi sinyal masukan
45
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
dimana lingkar(lup) masih dapat terkunci. Cara mencarinya dengan mengubah
frekuensi sinyal masukan dari kondisi PLL tidak terkunci (dari frekuensi tinggi
sehingga PLL tidak terkunci), perlahan-lahan frekuensi diturunkan sehingga pada
harga frekuensi tertentu PLL akan terkunci pada frekuensi tersebut. Frekuensi
operasi minimum adalah frekuensi terendah sinyal masukan dimana lingkar-lup
masih dapat menguncinya. Cara mencarinya yaitu dalam keadaan PLL tidak
terkunci sinyal masukan dinaikan dari frekuensi paling rendah (sehingga PLL tidak
terkunci) dinaikan perlahan-lahan sehingga PLL mulai terkunci. Pertengahannya
pada free-running frequency
3. Tracking range. Adalah simpangan maksimum yang diijinkan dari jaraknya ke free
running frequency, biasanya sejauh setengah lock-range.
4. Capture range. Simpangan frekuensi disekitar free-running frequency dimana
lingkaran masih mampu mengunci sejak memulai. Capture-range < Lock-range
5. Lock-up time. Adalah selang waktu transient dari PLL sampai mencapai kondisi
terkunci.
Untuk lebih jelasnya maka dapat digambarkan sebagai berikut :
46
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
Cara kerja PLL :
1. Detektor Fasa
Andaikan kita memiliki mixer dengan masukan yang frekuensinya sama (misal 50 KHz dan
50 KHz). Karena selisih frekuensinya nol, maka keluaran pencampur merupakan tegangan
dc, karena frekuensinya nol. Dengan kata lain, tegangan dc akan keluar dari pencampur
ketika frekuensi sinyal-sinyal masukannya sama.
Pada dasarnya sebuah detector fase adalah merupakan mixer yang dioptimasi untuk
digunakan pada frekuensi sinyal masukan yang sama. Itu dikenal sebagai phase detector atau
phase comparator, karena besarnya tegangan dc yang dihasilkan tergantung dari beda sudut
fase antara kedua sinyal masukan. Jadi jika sudut fasenya berubah maka tegangan dc-nya
juga berubah.
Gambar 1.a mengilustrasikan beda sudut fase antara dua sinyal sinusoidal. Ketika sinyal –
sinyal ini memasuki detector fase pada gambar 1.b, maka akan dihasilkan tegangan dc. Salah
satu contoh tipe kurva karakteristik detector fase digambarkan pada gambar 1.c, dimana
ketika beda sudut fasenya nol, maka tegangan dc yang dihasilkan akan maksimum. Dan jika
sudut fase meningkat dari nol ke 180 maka tegangan dc akan menurun menuju harga
minimum. Ketika susut fase 90 derajat, keluaran tegangan dc adalah harga rata- rata dari
maksimum dan minimum.
Gambar 1.a
Sin ( t+ ) VDC
Sin ( t)
Gambar 1.b
PHASE
DETECTOR
47
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
Vdc
0 90 180 fase
Gambar 1.c
2. VCO [Voltage Controlled Oscillator]
Sesuatu yang penting diingat tetntang VCO adalah sebagai berikut :
Sebuah masukan tegangan dc akan mengendalikan frekuensi keluaran. Dalam percobaan ini,
kenaikan tegangan kendali dc akan menyebabakan penurunan frekuensi keluaran VCO.
fVCO
Vdc
Gambar 2
Ketika tegangan dc pada gambar 2 meningkat, maka frekuensi pada sinyal keluaran akan
meningkat. Dengan kata lain, tegangan dc akan mangendalikan frekuensi osilator. Secara
tipikal, penaikkan frekuensi akan berbanding lurus dengan kenaikan level tegangan dc
(gambar 2).
Vmin
Vmak
2
Vmak + Vmin
ff
48
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
3. PLL [Phase Locked Loop]
Gambar 3.a adakah merupakan blok diagram dari sebuah PLL. Sebuah sinyal masukan
dengan frekuensi fx adalah salah satu masukan ke detector fase. Masukan yang lain datang
dari keluaran VCO. Keluaran detector fase ditapis dengan LPF. Ini akan menghilangkan
frekuensi – frekuensi dasar dari masukan, frekuensi – frekuensi harmonik (kelipatan dari
frekuensi dasar), dan frekuensi jumlahnya. Hanya frekuensi selisih saja yang dilewatkan oleh
LPF Tegangan dc ini kemudian akan mengendalikan frekuensi keluaran dari VCO.
Sistem umpan balik akan mengunci frekuensi VCO pada frekuensi masukannya. Ketika
system bekerja secara benar, frekuensi keluaran VCO akan sama dengan fx, sama dengan
frekuensi masukan. Oleh karena detector fase memilki dua sinyal masukan dengan frekuensi
yang sama, maka sudut fase antara kedua sinyal masukan ini akan menentukan besarnya
tegangan keluaran dc.
(a)
INPUT INPUT INPUT
vco vco vco
(b) (c) (d)
Jika frekuensi masukan berubah, maka frekuensi keluaran VCO akan mengikutinya. Sebagai
contoh, jika frekuensi masukan fx meningkat sedikit, fasornya akan berputar cepat dan sudut
fase bertambah. Ini berarti tegangan dc keluar dari detector fase akan menurun. Tegangan dc
PHASE
DETECTOR
LOW PASS
FILTER VCO
Keluaran
Terkunci fx
Sinyal
Masukan fx
Keluaran dc
49
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
yang lebih rendah akan memaksa frekuensi keluaran VCO untuk meningkat sampai dengan
fx.
Di pihak lain, jika frekuensi masukan menurun, fasornya secara lambat akan menurun dan
sudut fasanya akan bertambah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.d. Sekarang
tegangan dc yang keluar dari detektor fase akan bertambah, dan ini menyebabkan frekuensi
keluaran VCO akan menurun sampai sama dengan frekuensi masukannya. Dengan kata lain,
PLL secara otomatis mengoreksi/mengontrol frekuensi keluaran VCO dan sudut fasenya.
Lock range (daerah penguncian) BL adalah daerah frekuensi VCO yang dihasilkan, diberikan
dengan persamaan :
BL = fmax - fmin
Di mana fmax dan fmin adalah frekuensi keluaran VCO maksimum dan minimum. Sebagai
contoh, jika frekuensi VCO dapat membawa dari 40 KHz sampai 60 KHz, maka daerah
pengunciannya (lock-range) adalah sama dengan :
KHzKHzKHzBL 204060
Sekali PLL terkunci, maka frekuensi masukan fx dapat membawa frekuensi dari 40 KHz
sampai 60 KHz; VCO akan mengikuti frekuensi masukan ini dan keluaran akan terkunci
akan sama dengan fx.
a. Mode Free Running
Jika masukan detector fase tidak ada, maka PLL akan bekerja dalam mode free running.
Frekuensi keluaran VCO hanya akan ditentukan oleh komponen penyusun osilatornya
saja yaitu R1 dan C1, jadi tidak dipengaruhi oleh tegangan pengendali dc. Dalam bentuk
ini maka keluaran dari VCO disebut free-running frequency.
b. Capture dan Lock Range
Asumsikan PLL bekerja dalam mode free-running atau tidak terkunci. PLL akan terkunci
pada frekuesni masukannya jika frekuensi masukannya itu berada pada daerah capture-
50
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
range, yaitu band frekuensi yang berpusat pada free-running frequency. Rumus untuk
capture range adalah :
12 ffBC
dimana 12f dan 1f adalah frekuensi tertinggi dan terendah agar PLL dapat mengunci
sinyal masukan.
Capture-range adalah selalu lebih sempit dibanding lock-range dan ini berhubungan
dengan frekuensi cutt-off dari LPF. Frekuensi cut-off yang lebih rendah akan
mengakibatkan capture-range yang lebih sempit. Hal ini dapat diketahui dari
karakteristik VCO, dimana jika tegangan masukan dc-nya semakin besar, maka frekuensi
keluaran VCO akan menurun, dan jika tegangan dc masukannya diperkecil, maka
frekuensi keluaran VCO akan semakin meningkat. Di lain pihak, sinyal masukan dc VCO
berasal dari keluaaran detector fasa. Detektor fasa sifatnya seperti mixer, di mana
keluaran detector fasa ini terdiri dari komponen- komponen frekuensi asli, jumlah dan
selisih dari sinyal-sinyal masukannya.
Keluaran detector fasa ini kemudian dilewatkan filter. Sehinggga kalau frekuensi cut-off
filter semakin tinggi maka tegangan keluaran dc filter akan semakin rendah, dan kalau
frekuensi cut-off semakin rendah maka teganagn dc keluaran akan semakin tinggi. Dan
hasil pemfilteran ini diumpankan ke VCO sebagai masukan. Jadi secara tidak langsung
frekuensi cut-off filter akan mempengaruhi capture-range.
c. IC PLL MC 4046
IC PLL MC 74HC4046A dari Motorola adalah sebuah IC dengan 16 pin yang dapat
dihubungkan dengan komponen ekstrenal untuk membentuk PLL.
51
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
Gambar 4 memperlihatkan diagram blok sederhana.
Resistor pewaktu eksternal R1,2 dihubungkan dengan pin 11 dan 12 terhadap ground, dan
kapasitor pewaktu eksternal C1A dan C1B dihubungkan dengan pin 6 dan 7. Ini adalah dua
komponen yang menentukan free-running frequency dari VCO dan range frekuensi VCO
dan diberikan dengan persamaan sebagai berikut (diambil dari data library PLL
MC74HC4046A) :
d. PLL Sebagai Modulator FM dan AFC [Automatic Frequency Control]
PHASE
DETECTOR
LOW PASS
FILTER VCO
Sfm(t)
fv
Sinyal
Masukan fx
S(t)
info
S
)*3(2
232
2
1
1
undershootVddC
IR
VddI
R
VCO
fEXT
RCONSTRCONSTIN
o
52
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
Jika Switch S-OFF. Sinyal FM, sfm(t), dengan frekuensi fv yang hanya dipengaruhi oleh
sinyal informasi s(t) saja, dengan menganggap komponen VCO stabil tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Tapi jika tak stabil, berarti fv dipengaruhi s(t) dan lingkungannya.
Jika Switch S – ON. Keluaran LPF akan memuat sinyal perubahan fv oleh lingkungan
sebagai sinyal koreksi, sebagai masukan VCO yang berupa sinyal informasi s(t) ditambah
sinyal koreksi dari keluaran LPF yang menyebabkan seolah-olah harga fv dipengaruhi
oleh s(t) saja.
e. PLL Sebagai Demodulator FM / Diskriminator
Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah osilator LC dengan sebuah kapasitor
variable sebagai penala. Jika kapasitansi berubah, maka frekuensi osilasi akan berubah.
Jika kapasitansi berubah secara sinusoidal pada frekuensi 1 KHz, maka frekuensi
pemodulasinya adalah 1 KHz.
OSILATOR LC
Ketika sinyal FM dimasukkan sebagai masukan pada PLL, VCO akan mengikuti
perubahan frekuensi masukannya. Sebagai hasilnya, tegangan yang berfluktuasi atau
berubah-ubah akan keluar melalui LPF. Tegangan ini memilki frekuensi yang sama
dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Dengan kata lain, keluaran DC sekarang
menyatakan keluaran demodulasi FM. Ini banyak digunakan dalam penerima FM. Jika
sinyal pemodulasi adalah musik, maka sinyal keluaran dari keluaran FM adalah akan
sama dengan musik juga.
Demodulasi atau deteksi FM dapat diperoleh secara langsung dengan menggunakan
rangkaian PLL. Jika frekuensi tengah PLL dirancang pada frekuensi sinyal FM, maka hasil
penyaringan atau tegangan keluaran LPF-nya adalah tegangan keluaran demodulasi yang
diinginkan. Perubahan nilainya sebanding dengan perubahan frekuensi sinyal
masukannya. Rangkaian PLL kemudian dioperasikan sebagai strip IF lengkap, pembatas,
dan demodulator sebagaimana dipakai dalam penerima FM.
53
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
f. PLL Sebagai Pensintesis Frekuensi
Pensintesis frekuensi dapat dibangun dengan menggunakan PLL seperti pada gambar
berikut ini :
Sebuah pembagi frekuensi disisipkan antara keluaran VCO dengan masukan detector
fasa sehingga sinyal lingkar menuju detector fasa pada frekuensi fo ketika output VCO
adalah Nfo. Keluaran ini adalah kelipatan dari frekuensi sinyal masukan(referensi)
selama lingkar dalam keadaan terkunci.
Sinyal masukan dapat berupa kristal terbilan pada frekuensi f1 dengan menghasilkan
keluaran VCO pada Nf1 jika lingkar dalam mkondisi mulai terkuknci pada frekuensi dasar
(ketika fo = f1). Karena VCO hanya bisa berubah –ubah pada daerah yang terbatas dari
frekuensi tengahnya, maka diperlukan untuk mengubah frekuensi VCO ketika harga
pembagi diubah. Selama rangkaian PLL pada kondisi terkunci, frekuensi keluaran VCO
akan secara pasti N kali frekusnsi masukannya. Ini hanya diperlukan untuk mengatur
kembali fo menuju daerah capture-range dan lock-range, lingkar tertutup kemudian
menghasikan sinyal Nf1 pada keluaran VCO pada keadaan terkunci.
PHASE
DETECTOR
LOW PASS
FILTER
VCO
Vo(t) Sinyal FM
Sfm(t), fv
fi
54
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
55
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
P R O S E D U R P R A K T I K U M P H A S E L O C K L O O P
1. VCO
Pengukuran kestabilan VCO dilakukan untuk menentukan daerah tegangan kontrol untuk
menentukan frekuensi yang diinginkan dan menentukan besarnya faktor penguatan VCO
atau sensitifitas modulasi. Pengukuran ini dilakukan dengan cara memberikan tegangan
masukan VCO dengan jarak 0,1 Volt dan mencatat frekuensi keluaran VCO. Diagran blok
pengukuran seperti pada gambar dibawah ini :
Data Pengukuran VCO
(pin a dan pin b di hubung singkat)
No. Tegangan Input (V) Frekuensi (KHz)
1. 1,2
2. 1,4
3. 1,6
4. 1,8
5. 2,0
6. 2,2
7. 2,4
8. 2,6
9. 2,8
10. 3,0
11. 3,2
Tegangan
Searah VCO Osiloskop
Frequency
Counter Voltmeter
Diagram Blok Pengukuran VCO
56
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
12. 3,4
13. 3,6
14. 3,8
15. 4,0
Tabel 1. Kelinieran VCO
a. Gambarkan kurva kelinieran VCO
b. Hitung faktor penguatan VCO
2. Keluaran Filter LPF
a. Ukurlah tegangan DC (dengan voltmeter digital) pada keluaran Filter LPF (pin 3)
untuk frekuensi referensi (osilator lokal) masukan 400 Hz. Catat tegangan dc pada
table 3.
b. Ulangi langkah a untuk frekuensi yang lain pada table 4
Frekuensi (Hz) Vdc
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
Tabel 2. Keluaran Filter LPF
3. Free Running Frequency
a. Beri tegangan DC pada masukan VCO sebesar 3 volt, dengan cara :
Hubung singkat pin a dan pin b
Putar variable resistor dengan trimmer
Ukur keluaran Tegangan DC dengan multimeter (pin a)
57
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
b. Atur variable resistor pada pin 8 sehingga diperoleh free running frequency sebesar
250 KHz
4. Proses PLL
Prosedur :
a. Hubungkan pin b dan pin c, sehingga masukan DC pada VCO berasal dari keluaran
detector phasa.
b. Atur variable resistor pada pin 7 sehingga diperoleh frekuensi referensi sebesar 400 Hz.
(pin 1)
c. Hitung berapa pembagi yang diperlukan agar keluaran VCO 250 KHz dengan referensi
400 Hz
d. Buatlah programable divider sesuai dengan pembagi yang diinginkan
e. Amati keluaran VCO
Frekuensi : ......
Duty Cycle : ......
Gambar:
f. Amati keluaran Phase Detector
Gambar :
+V
-V
t
+V
-V
t
58
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
g. Amati keluaran Loop Filter
Gambar :
h. Amati keluaran Programable Divider
Frekuensi : .......
Duty Cycle : ........
Gambar :
i. Amati keluaran Pembagi 2
Frekuensi : .......
Duty Cycle : ........
Gambar :
j. Ulangi untuk nilai Frekuensi Referensi dan Free Running Frekuensi yang lain !
k. Analisa data yang diperoleh !
+V
-V
t
+V
-V
t
+V
-V
t
59
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
5. PLL Sebagai Modulator FM
a. Aturlah Keluaran VCO dengan frekuensi referensi 400 Hz sehingga keluarannya
mempunyai frekuensi 250 KHz KHz (sebagai frekuensi pembawa)
b. Hubungkan Generator Sinyal dengan sinyal ‘kotak’ (sebagai sinyal informasi) dengan
frekuensi 20 KHz dan amplitudo ……… pada masukan modulator FM (pada pin 3 VCO).
c. Amati sinyal keluaran modulator FM yang berupa gelombang FM pada pin 4 VCO,
bandingkan dengan sinyal masukan pemodulasinya.
d. Amati untuk nilai frekuensi informasi yang berbeda-beda :
No. Frekuensi Informasi (KHz) Gambar keluaran modulator FM
1. 20
2. 40
3. 60
4. 80
5. 100
6. 120
7. 140
60
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
8. 160
9. 180
10. 200
Tabel 3
6. PLL sebagai pensintesis frekuensi
a. Set Frekuensi referensi pada 400 Hz.
b. Ukurlah Frekuensi Output VCO pada posisi divider 00 0000 0000 0000
No PEMBAGI FREKUENSI (VCO)
1 10
2 100
3 200
4 300
5 400
6 500
7 600
8 700
9 800
10 900
11 1000
Tabel Pesintesa Frekuensi
61
Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan itu matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi Laboratorium Elektronika Komunikasi 2011/2012
P H A S E L O C K L O O P
A N A L I S A
1. Analisa kurva kelinieran VCO dan hitung faktor penguatan ?
2. Analisa hasil keluaran LPF untuk setiap perbedaan frekuensi !
3. Bandingkan antara free running frekuensi yang diperoleh dari hasil percobaan dengan
hasil perhitungan (gunakan rumus di modul praktikum !) !
4. Analisa setiap keluaran blok pada PLL dalam proses PLL ! Mengapa bisa terjadi demikian ?
Jelaskan!
5. Analisa PLL sebagai modulator FM untuk setiap frekuensi informasi yang berbeda !
Bagaimana caranya PLL yang merupakan sebuah osilator bisa menjadi modulator FM ?
Jelaskan jawaban anda !
6. Analisa PLL sebagai pesintesa frekuensi !
7. Rancanglah sebuah PLL sebagai pensintesa frekuensi beserta spesifikasinya untuk
membangkitkan sinyal sinus dengan frekuensi terendah 88 MHz dan frekuensi tertinggi
108 MHz (kenaikan frekuensi setiap 200 KHz / sweep generator). Jika osilator kristal yang
tersedia adalah osilator kristal 25 KHz. Jika perlu gunakan programmable counter sebagai
frequency divider.
8. Sebutkan komponen apa saja yang anda gunakan dalam setiap blok rancangan anda ?
Jelaskan mengapa anda menggunakan komponen tersebut!