makalah pll-sulfikar yasser ira wanda
DESCRIPTION
Makalah Lengkap Tentang PLL (Phase Lockep Loop)TRANSCRIPT
Elektronika Telekomunikasi
MakalahPhase Locked Loop & Aplikasinya
Disusun oleh :
SULFIKAR (322 12 075)YASSER RAMADHAN (322 12 062)AYU WANDASARI (322 12 069)SAPRILA THANA (322 12 065)
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASIJURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANGMAKASSAR
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dunia Elektronika dan Telekomunikasi saat ini terus berkembang dari
waktu ke waktu. segi kreatif masing masing individu menghasilkan sebuah
Ide untuk memajukan Ilmu Pengetahuan contoh pada Bidang Elektronika
Telekomunikasi. Setiap individu biasanya menuangkan idenya dalam berupa
tulisan atau artikel ilmiah seperti ada Tulisan makalah ini yang membahas
mengenai Phase Locked Loop dan Aplikasinya dimana pada tulisan ini
membahas tentang teori Phase Locked Loop dan beberpa penerapan dalam
ilmu Elektronika Telekomunikasi. Phase Locked Loop merupakan sistem
kontrol loop tertutup yang memanfaatkan sesitifitas deteksi fasa antara dua
buah sinyal input (frekuensi), sistem PLL dapat di terapkan pada pembuatan
sebuah alat dan beberapa Aplikasi pada sistem elektronika.
1.2 Rumusan masalah
Apa itu Phase Lockep Loop ?
Aplikasi PLL yang diterapkan ?
1.3 Tujuan
Membantu dan mengetahui Phase Locked Loop dan beberapa Aplikasinya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Phase Locked Loop (PLL)
PLL (Phase Locked Loop). Suatu sistem yang memungkinkan suatu
sinyal tertentu mengendalikan frekuensi sebuah osilator dalam sebuah
Lingkar yang terkunci. Frekuensi osilator dapat sama besar atau kelipatannya
dari frekuensi sinyal tersebut (selanjutnya disebut frekuensi-referensi). Kalau
frekuensi sinyal berasal dari sebuah osilator kristal maka frekuensi yang
lainnya dapat dijabarkan mempunyai stabilitas yang sama dengan frekuensi
kristal. Inilah yang dijadikan dasar dari pesintesis frekuensi atau Frequency
Synthesizer. Jika sinyal referensi mempunyai frekuensi yang berubah-ubah
(seperti dalam gelombang termodulasi-frekuensi); frekuensi oscilator loop
akan “mengikuti jejak” frrekuensi input tersebut; prinsip ini digunakan dalam
demodulator FM dan FSK, filter-filter “tracking”, dan instrumentasi RF.
Gambar 1 Cricuit Diagram PLL
Penerapan teknik “phase-locked” yang pertama kali adalah pada tahun
1932 untuk mendeteksi sinyal-sinyal radio secara sinkron, tetapi
pemakaiannya masih sedikit hingga akhir 1960. Di akhir tahun ini PLL atau
bagian-bagiannya telah tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu (IC).
Rangkaian PLL yang paling sederhana yaitu terdiri dari sebuah VCO
(Voltage Control Oscillator), detektor fasa (Phase detector), dan crystal
oscillator. Sebuah frekuensi f1 yang dihasilkan oleh crystal oscillator
kemudian diumpankan ke rangkaian phase detector untuk dibandingkan
dengan frekuensi f2 dari VCO. Phase detector akan membandingkan
frekuensi f1 dan f2, pada kondisi awal f1 ? f2 karena frekuensi dari VCO = 0
Hz. Karena ada perbedaan frekuensi antara f1 dan f2, maka rangkaian phase
detector akan menghasilkan tegangan Vdc yang mencatu VCO. Tegangan
Vdc ini menyebabkan rangkaian VCO berosilasi dan menghasilkan sebuah
frekuensi f2.
Rangkaian VCO akan terus berosilasi menghasilkan frekuensi f2
sampai f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc keluaran rangkaian phase
detector = 0 dan ini menyebabkan rangkaian VCO berhenti berosilasi
(locked). Karena rangkaian loop ini akan mengunci (Locked) saat frekuensi
dan fasa dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini disebut dengan Phase-
Locked Loop.
Gambar 2 Menunjukkan komponen-komponen dari suatu PLL.
Dengan anggapan bahwa loop tersebut dalam keadaan “terkunci”, frekuensi
dari sinyal input dan oscillator VCO adalah sama (fi = fc) dan perbedaan
phase relatifnya θi−θoDitentukan oleh karakteristik detector phase dan oleh
defiasi fi dari “frec tunning frekuency” fp VCO (ditetapkan dengan mengatur
Vd = 0). Jika sinyal input mempunyai frekuensi fi - ft maka tidak diperlukan
tegangan pengatur terhadap VCO, karenanya output detector phase yang
diperlukan adalah nol.
Phase VCO θomengatur dirinya sendiri untuk menghasilkan
perbedaan phase θd=θi−θoyang akan menghasilkan output nol dari detector
phase. Sudut θdmungkin π /2 atau π tergantung pada jenis rangkaian
detektor phasenya. Apabila frekuensi input berubah sehingga fi = ft, maka
perbedaan phase θdharus berubah cukup besar agar menghasilkan tegangan
pengatur Vd yang akan menggeser frekuensi VCO ke fo=ft. Suatu pembagi
frekuensi yang bisa dipilih menurut selera perancang, bisa disisipkan pada
loop tersebut di antara titik a dan b pada gambar 1. Apabila ratio pembagi
adalah n, frekuensi VCO adalah fo= nfi, tetapi tegangan yang diumpankan
kembali ke detector phase mempunyai frekuensi fi. Hal ini berarti VCO bisa
membangkitkan suatu kelipatan dari frekuensi input dengan phase yang tepat
sama di antara kedua tegangannya.
Gamabar 2 Komponen Dasar Phase Locked Loop
2.2 Analisa Phase Locked Loop
Gambar 3 Blok Diagram Phase Locked Loop dalam menganalisa
Phase Locked Loop (PLL) ialah suatu sistem kendali umpan balik negatif,
PLL secara otomatis akan menyesuaikan fasa dari suatu sinyal yang
dibangkitkan di sisi keluaran dengan suatu sinyal dari luar di sisi masukannya
[1], dengan kata lain, PLL akan menghasilkan sinyal keluaran dengan
frekuensi yang sama dengan sinyal masukan [2]. Blok diagram dasar dari
suatu PLL ditunjukkan pada Gambar diatas.
Pada prinsipnya Phase Lock Loop adalah suatu feedback control
System yang rangkaiannya terdiri atas bagianbagian pokok sebagai berikut :
Phase Detector, Loop Filter, Voltage Controlled Oscillator (VCO).
1. Phase Detector
Peran utama dalam PLL dipegang oleh phase detector yang
bertugas membandingkan phase input signal dari VCO dengan suatu signal re
fe-rence dan sebagai outputnya adalah beda phase. Adanya beda phase akan
memberikan perbedaan voltage yang selanjutnya perbedaan voltage tersebut
difilter oleh loop filter dan di terapkan ke VCO
Pada keadaan loop terkunci, output dari detector phase adalah suatu
tegangan dc yang merupakan fungsi dari perbedaan phase Vd = θi−θo. Jika
frekuensi input fi sama dengan frekuensi “free-running” VCO fi, maka
tegangan pengatur Vd ke VCO harus 0; karenanya Ve harus nol. Dalam
detector-detektor phase yang biasa digunakan, Ve adalah fungsi sinusoidal,
triangular (segitiga) atau sawtoothed (gigi gergaji) dari θd dengan Ve sama
dengan nol apabila θd sama dengan π /2 untuk jenis sinusoidal dan triangular
dan π untuk jenis sawtooth..
Gambar 4 Karakteristik Phase Detector
2. Loop Filter
Loop FIlter digunakan untuk menghilangkan komponen ac dari
detector phase yang mana mengandung komponen ac dan dc. Filter loop
adalah lowpass filter, biasanya orde pertama, tetapi orde yang lebih tinggi
digunakan jika diinginkan penekanan terhadap komponen-komponen ac
dari output detector phase. dari lowpass filter, berfungsi untuk meredam
sinyal frekuensi tinggi keluaran dari PD sehingga memberikan tegangan
control dc yang bagus ke bagian VCO. LF bias saja tidak dipakai dalam
suatu PLL, ini akan menghasilkan yang disebut PLL orde 1, namun secara
konsep LF biasanya LF akan dimasukkan karena PLL akan bekerja
dengan baik akibat adanya proses lowpass filter didalamnya. Pemilihan
LF akan mempengaruhi dinamika dari PLL.
3. Voltage-Controlled Oscilator (VCO)
Voltage Controlled Oscillator (VCO), merupakan unit non-linear
yang akan membangkitkan suatu sinyal dimana frekuensinya ditentukan
oleh besarnya tegangan control di masukan VCO.
Control voltage pada VCO mengubah frekuensi ke arah
memperkecil perbedaan antara signal reference dengan signal
feedback dari VCO. Bila loop menjadi locked, maka control
voltage berada pada posisi dimana frekuensi ratarata signal feedback tepat
sama dengan frekuensi reference. Rangkaian VCO akan terus berosilasi
menghasilkan frekuensi f2 sampai f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc
keluaran rangkaian phase detector = 0 dan ini menyebabkan rangkaian VCO
berhenti berosilasi (locked). Karena rangkaian loop ini akan mengunci (Locked)
saat frekuensi dan fasa dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini disebut
dengan Phase-Locked Loop.
Ketika berdiri sendiri, frekuensi output VCO sangat tidak stabil. Hal ini
disebabkan karena kapasitansi varaktor dan kapasitansi intrinsik di dalam
transistor yang digunakan, sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Bila suhu
berubah maka frekuensi VCO akan berubah, sehingga dinyatakan bahwa
frekuensi VCO tidak stabil. Ketidak-stabilan frekuensi VCO ini kemudian
diatasi dengan sistem PLL.
Perubahan suhu lingkungan umumnya berlangsung sangat lambat.
Ordenya bisa detik, menit atau jam. Perubahan yang lambat ini cukup mudah
diikuti oleh Low Pass Filter (LPF) di dalam PLL. Sebab time response dari LPF
ini telah sengaja dibuat lambat. Nah ketika frekuensi VCO berubah sedemikian
cepat maka LPF tidak mampu lagi mengikuti.
2.3 Aplikasi Phase Locked Loop (PLL)
Beberapa contoh Aplikasi pada Phase Locked Loop :
1. Aplikasi PLL TC9122 3.5MHZ
Gambar 5 Skema PLL TC9122 3MHZ-4MHZ
Cara Kerja Rangkaian Utama PLL Lihat rangkaian utama PLL disamping,
secara umum terdiri dari 4 buah blok unit utama, yaitu:1. VCO (Variable
Controlled Oscillator)2. Programabled Divider (TC9122)3. Clock
Reference Divider (TC5082)4. Phase Comparator (TC5081) Secara
umum cara kerja PLL adalah sebagai berikut:
Kita akan memulai siklus dari VCO. Misal VCO diharapkan beresonansi
pada frekuensi 10MHz, maka keluaran VCO ini yang berada pada kisaran
10MHz akan dibagi dengan Programabled Divider TC9122 (misal dengan
step 10KHz) sebesar 1000 (cara perhitungan 10MHz : 10KHz =
10.000.000), maka akan diperoleh keluaran berupa sinyal dengan
frekuensi sebesar 10KHz.
Clock Reference Divider TC5082 berfungsi untuk membagi clock
referensi dari frekuensi sebesar 10.240MHz menjadi 3 macam keluaran,
yaitu 2.5KHz, 5KHz dan 10KHz. Keluaran ini identik dengan step
up/down dari PLL kita.
Selanjutnya, sinyal keluaran dari TC9122 diatas sebesar
dibandingkan dengan sinyal keluaran dari TC5082 yang stepnya harus
matched dengan hasil pembagian diatas, yaitu step 10KHz. Kedua sinyal
ini selanjutnya phasenya dibandingkan oleh sebuah Phase Detector
TC5081. Bila kedua sinyal memiliki frekuensi yang sama persis, berarti
mereka tidak memiliki perbedaan phase atau disebut dengan kondisi
locked, maka TC5081 akan memberikan output berupa tegangan DC
sebesar 0 volt. Sebaliknya, bila kedua sinyal memiliki frekuensi yang
berbeda, maka mereka otomatis memiliki perbedaan phase, sehingga
TC5081 akan memberikan output tegangan DC lebih besar dari 0 volt
(maksimum 5 volt).
Tegangan DC ini kemudian diumpankan pada VCO melalui sebuah
diode varactor, yaitu diode yang memiliki kapasitansi dalam berubah-
ubah sesuai dengan besarnya tegangan mundur yang diumpankan dari
TC5081 tersebut, yaitu memiliki range antara 0-5 volt DC. Dengan
demikian, kita harus membuat VCO mampu bekerja pada band yang kita
inginkan dengan masukan tegangan pada varactor antara 0-5 volt.
Demikian seterusnya, siklus ini berjalan secara berkesinambungan,
sehingga frekuensi sinyal keluaran PLL terus dikoreksi oleh phase
detector, sehingga akan diperoleh kestabilan. Ini yang kita inginkan …
Menentukan Up/Down Step PLL dan Programabled Divider
Karena kenaikan (up) dan penurunan (down) dari PLL adalah diskrit,
maka kita perlu menentukan langkah/step up/down dari PLL yang akan
kita buat. ,
Penentuan step ini sangat bergantung kepada beberapa batasan
berikut: Pembagi Maksimum TC9122, yaitu pembagi antara 1-3999
Frekuensi Kerja VCO, diusahakan tidak lebih dari 14MHz, namun saya
coba sampai hampir 30MHz masih OK, Pemilihan Pin Step pada TC5082,
Step 2.5KHz pin 4, step 5KHz pin 6 dan step 10KHz pin 7, terhubung ke
pin 8 dari TC5081TC5082 Pin 4 <–> TC5081 Pin 8, maka Step 2.5
KHzTC5082 Pin 6 <–> TC5081 Pin 8, maka Step 5.0 KHzTC5082 Pin 7
<–> TC5081 Pin 8, maka Step 10 KHZ Untuk memperkecil step, misal
1KHz dapat anda tambahkan divider 10 kali, sehingga output clock
referensi adalah 1 KHz dengan menggunakan IC, misal TC4017. Namun,
hal ini tidak kita bahas disini. Membuat VCO . Catatan, tiap jenis diode
varactor memiliki defleksi capacitancy yang berbeda-beda, untuk itu
penggantian tipe varactor akan memberikan range kerja VCO yang
berbeda. Anda dapat bereksperimen dengan memparalel 2 atau lebih
diode varactor, paralel dan serial beberapa diode varactor untuk
mendapatkan range frekuensi yang dikehendaki.Beberapa hal yang sangat
perlu diperhatikan untuk memperoleh VCO yang cukup stabil, yaitu
mengusahakan pemilihan jenis capacitor pada tank circuit dengan
menggunakan capacitor kertas (biasanya disebut feeder) atau jenis NPO,
yaitu capacitor yang nilai kapasitansinya tidak drifted terhadap perubahan
suhu disekitarnya. Selain itu, penggunaan FET (Field Effect Transistor)
diharapkanlebih stabil dibandingkan dengan menggunakan BJT (Bipolar
Junction Transistor).Lain waktu akan saya ulas mengenai trik dalam
pembuatan VCO yang stabil, namun bila anda tidak sabar untuk
mengetahuinya, silakan untuk mencari melalui om google dengan
beberapa kombinasi keyword sbb (Istilah VCO adalah identik dengan
VFO, Variable Frequency Oscillator) Membuat Programabled Divider
(TC9122) Angka pembagi pada IC TC9122 ini adalah dikodekan dengan
BCD (Binary Coded Desimal), atau artinya bilangan desimal yang
dikodekan menjadi 4 digit bilangan binary, Angka Satuan diwakili oleh
pin 3 s/d 6, Angka Puluhan diwakili oleh pin 7 s/d 10, Angka Ratusan
diwakili oleh pin 11 s/d 14, Angka Ribuan diwakili oleh pin 15 s/d 16,
Contoh, untuk mendapatkan angka pembagi 1250, maka setting yang
dilakukan adalah:Ribuan = 1 [Pin16=0, Pin15=1]Ratusan = 2 [Pin14=0,
Pin13=0, Pin12=1, Pin11=0]Puluhan = 5 [Pin10=0, Pin9=1, Pin8=0,
Pin7=1]Satuan = 8 [Pin6=1, Pin5=0, Pin4=0, Pin3=0]
Susun rangkaian yang komponen utamanya adalah IC TC9122 ini, untuk
sementara sambungkan pin 3 s/d pin 16 dengan DIP Switch, dimana
nantinya DIP Switch ini akan digantikan dengan rangkaian logik
controller (akan dijelaskan pada bahasan lain). Jangan lupa catuan
maksimum untuk rangkaian PLL ini adalah 5 volt.
Pengetesan rangkaian dilakukan dengan hubungkan pin 2 TC9122
via coupling capacitor ke output VCO, ambil contoh output VCO adalah
sebesar 10MHz, kemudian pencacah/divider kita set 1000, dengan
frekuensi counter pada pin 17 harus mendapatkan pembacaan sebesar
10MHz : 1000 = 10KHz. Lakukan percobaan untuk nilai pembagi yang
lain. Namun ingat, karena PLL belum terintegrasi semuannya, maka
pembacaan ini kemungkinan belum stabil. Membuat Clock Reference
Divider (TC5082) Fungsi TC5082 disini yaitu untuk mencacah/membagi
clock referensi yang dibangkitkan oleh kristal 10.240MHz menjadi
2.5KHz (pin 4), 5KHz (pin 6) atau 10KHz (pin 7). Anda bisa melakukan
adjustment terhadap clock referensi ini dengan memutar trimpot capacitor
di kaki kristal, atau ada juga yang menggunakan diode varactor untuk
keperluan ini, silakan menyesuaikan sesuai kondisinya.
Dengan semua komponen terpasang, lakukan pengukuran
frekuensi pada beberapa pin berikut:- Pin 4 = 2.5KHz- Pin 6 = 5 KHz- Pin
7 = 10 KHz.
Tips :
1. Usahakan membuat VCO sestabil mungkin melalui pemilihan bahan
kapasitor dan transistor, merangkainya dengan hubungan sependek
mungkin, membungkus VCO dalam box metal tertutup untuk
menghindari interferensi serta perubahan suhu yang ekstrim dari luar,
tegangan DC stabil/regulated, Bila kondisi ini tercapai, maka keluaran
PLL kita akan memiliki noise yang cukup kecil, efeknya bisa anda
rasakan langsung pada saat receive maupun transmit, sinyal anda akan
linear dan bersih.
2. Perlu anda ketahui, proses pada seluruh bagian PLL akan memberikan
kontribusi noise terhadap keluaran PLL. Jadi bila dibandingkan dengan
keluaran VCO tanpa PLL, maka VCO memiliki keluaran yang lebih
“bebas noise”, efeknya bila digunakan pada RX atau TX akan memiliki
kualitas suara yang lebih bulat dan jernih. Sayang saya tidak memiliki
spectrum analyzer, sehingga tidak dapat menampilkan untuk anda.
Namun, tujuan kita disini adalah, sinyal dengan kestabilan frekuensi, nah
kalau masalah ini PLL lebih baik dibanding VCO biasa.
2. Aplikatif sebuah PLL Klasik yang bekerja pada FM-II 100-MHz
Gambar 6 Blok Diagram PLL klasik bekerja pada FM-II 100MHz
Bila dilihat dari fungsi masing-masing bagian diatas dapat
digambarkan bahwa frekuensi yang berada dalam “lingkar” tersebut
sangatlah stabil menyamai kestabilan frekuensi referensi dari osilator
kristal. Yang paling menentukan dari kualitas sebuah PLL adalah Respone
Time dari LPF dan Devider dan lebar bidang kerja dari VCO pada taraf
tegangan yang mengendalikannya.
Perancangan dari nilai komponen pembangun LPF sangat
menentukan terhadap keluaran PLL (VCO) secara langsung. Ketidak
tepatan akan menyebabkan Locking Time berlangsung cukup lama dan ini
merupakan indikasi unjuk kerja PLL yang kurang baik. Disamping juga
bisa menyebabkan terjadinya side-tone yang cukup mengganggu karena
akan ikut terbawa bersama gelombang pemodulasi pada Penerapan FM.
Devider biasanya diawali dengan sebuah pre-scaller karena
kebanyakan n-devider tidak mampu bekerja pada pita FM-II. Dengan
demikian akan ada beberapa tahap devider sebelum sampai pada Phase
Detector dan ini dapat diatasi dengan pemakaian IC TTL karena kecepatan
kerjanya tidak diragukan lagi. Pada jenis PLL tertentu penentuan frekuensi
keluaran yang dikehendaki digunakan dua cara yaitu melalui n-devider
dan perubahan pada frekuensi referensi. Perubahan pada frekuensi
referensi tidak bisa sebebas n-devider mengingat Q-factory yang sangat
tinggi dari kristal kuarsa yang hanya memungkinkan pergeseran selebar
2% dari frekuensi fundamental-nya. Cara ini biasa dan umum diterapkan
pada AM-SSB Transceiver dengan memasang Variable Capasitor secara
serial dengan kristal untuk melakukan Fine-Tuning.
Pemakaian kristal kuarsa sebagai osilator sudah sejak lama dipakai
mengingat Q-factory yang mencapai lebih dari 3000 dan kestabilannya
yang mengagumkan. Sebagai gambaran apabila digunakan jam/arloji yang
sumber detaknya terbuat dari kristal kuarsa maka untuk terlambat atau
lebih cepat 1 detik dibutuhkan waktu 300 tahun.
3. Aplikasi PLL dengan IC MC145151
Dalam IC ini sudah built-in Phase Detector, Oscillator Reference,
dan N Programmable Divider, sehingga dengan menambahkan sebuah
kristal, lowpass filter, dan VCO maka kita sudah dapat membangun
frequency synthesizer dengan PLL.
Gambar 7 Skematik IC MC145151
Kelebihan IC ini adalah kita dapat mengeset bilangan pembagi
untuk frekuensi kristal pada Oscillator Reference, dengan kemungkinan 8
angka pembagian. Mari kita lihat susunan pin IC ini: Fin : Frekuensi Input
( Pin 1 ). Frekuensi Output dari VCO diumpankan ke pin No. 1 ini. RA0 –
RA2 ( pin 5, 6, 7 ). Dari tiga pin ini kita bisa mengeset berapa nilai
pembagi ( 8 pilihan ) yang membagi frekuensi kristal Osilator referensi.
Gambar 8 Frekuensi Kristal Osilator Referensi
N0 – N11 ( pin 11 – 20 dan pin 22 – 25 )
N Programmable Divider, dari ini kita mengeset berapa nilai N. Perlu
dipasang resistor pull-up agar tercapai kondisi yang pasti pada logika 1.
OSCin – OSCout (pin 27 dan 26 ). Pada pin ini kita pasang kristal yang
akan menetukan berapa besar frekuensi Osilator Referensi setelah dibagi
oleh kombinasi tegangan pada RA0 – RA2.
PDout ( pin 4 )
Phase Detector out, dari pin ini keluar tegangan error yang
digunakan mengontrol frekuensi VCO setelah melalui Low Pass Filter. LD
( pin 28 )
Lock detector, akan bernilai High jika terjadi ”Lock ” dan Low jika
PLL tidak terkunci. VDD ( pin 3 ). Tegangan Positip power supply 3 – 9
Volt. VSS ( pin 2 )Dihubungkan dengan Ground.
Gambar 8 Typical Apllications
Cara kerjanya sebagai berikut: Frekuensi Kristal 2,048 MHz dibagi
bilangan 2048 ( lihat setting tegangan RA0 –RA2 ), menghasilkan
frekuensi referensi 1 KHz. C trimmer pada kristal untuk memastikan
frekuensi osilator referensi tepat I KHz. Sirkuit R dan C pada keluaran
PDout adalah merupakan Low Pass Filter. Untuk mendapatkan frekuensi
output VCO lock pada frekuensi 5 MHz ( 5000 KHz ), kita harus mengeset
kombinasi saklar N Programmable Divider pada bilangan 5000. Angka N
= 5000 ini didapat dari 5000KHz dibagi 1KHz.
Kesimpulannya:
Frekuensi Output VCO = Frekuensi Osilator referensi dikalai
dengan N. Pada contoh gambar untuk mendapatkan frekuensi out sebesar 5
MHz kita harus mengeset saklar programmable divider dengan posisi:
01110001000, darimana mendapatkan ? . posisi saklar pada gambar di atas
( perhatikan betul-betul gambar... ) adalah merupakan representasi
bilangan Biner dari bilangan desimal 5000 ( nilai N ). Untuk mengubah
frekuensi out VCO kita tinggal mengubah besarnya nilai N pada
Programmable divider.
4. Aplikasi Pengendali Kecepatan Putaran Motor Dc Berbasis Phase Locked
Loop
Pembuatan alat ini bertujuan untuk mengendalikan kecepatan putaran
motor DC Dengan memanfaatkan sistem kendali phase locked loop. Alat
ini terdiri dari 5 empat blok rangkaian yaitu: Blok pengatur frekuensi
referensi menggunakan IC 4060, Blok pengendali PPL menggunakan IC
4046, Blok multivibrator monostabil menggunakan IC 4538, ekuivalen
VCO dan Blok pembagi terprogram menggunakan IC TC9122P. Blok
kendali PLL terdiri dari detektor fasa, low pass filter, dan VOC.
a. sistem lingkar fasa terkunci (phase locked loop)
Sistem lingkar fasa terkunci (phase locked loop) adalah suatu
rangkaian yang memberikan kemukinan sinyal acuan (referensi) luar
mengendalikan frekuensi dan fasa suatu osilator dalam dalam suatu
lingkar. Konsep dari sebuah phase locked loop adalah sebuah loop
feedback yang VCO secara otomatis tersinkronisasi (terkunci) ke periodic
input sinyal. Pengucian dari sistem PLL telah dipakai dalam aplikasi
sistem telekomunikasi (seperti frekuensi, amplitude, analog atau digital),
clock, dan pengontrol kecepatan motor. Konsep dari PLL itu sendiri
mempunyai 3 komponon yang terkait dalam feedback-loop, seperti gambar
diagram dibawah ini.
VOC adalah sebuah osilator, yang mempunyai frekuensi (Fosc),
output VOC (Vosc), dan sebuah signal masukan (Vi) adalah masukan fasa
detektor. Saat loop terkunci disignal masukan (Vi), frekuensi (Fosc) dari
keluaran VOC adalah tepet ke frekuansi (Fi) dari signal periodic,
Fosc=Fi
Hal tersebut dapat disebut denagan keadaan terkunci, di dalam fasa
detektor dapat dibandingkan beda fasa antara kedua input signal. Keluaran
dari fasa detektor terdapat sebuah filter pelewat bawah. Loop tersebut
ditutup dengan menghubungkan keluaran filter pelewat bawah ke masukan
VOC, yang berarti tegangan keluaran dari filter yang menggerakan VOC.
Hal yang paling mendasar dalam system PPL ini adalah system ini
tetap mempertahankan frekuensi yang telah terkunci (Fosc=Fi) antara
Vosc dan Vi walaupun frekuensi Fi masukan signal dipengaruhi oleh
waktu.
b. Motor DC
Motor DC merupakan mesin listrik arus searah yang merubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Prinsip kerjanya didasarkan pada
hukum Lorentz, yang berbunyi: ’jika sepotong kawat berarus berada
didalam medan magnet homogen, maka kawat tersebut akan mengelami
gaya tolak yang arahnya ditentukan dengan aturan tangan kiri’
Aturan tangan kiri yang dimadsukan berbunyi: jika tangan kiri kita
terbuka dengan ibu jari tegak lurus dengan jari-jari yang lain ditempatkan
didilam medan magnet sedemikian rupa sehingga ggm (gaya gerak
magnet) menembus telapak tangan, ibu jari merupakan arah gaya
sedangkan jari-jari yang lain menunjukan arah arus listrik dalam kawat.
Prinsip kerja dari motor membutuhkan adanya garis-garis gaya
medan magnet (fluks), antara kutub yang berada di stator; penghantar yang
dialiri arus ditempatkan pada jangkar yang berada dalam medan magnet
tadi; lalu pada penghantar timbul gaya yang menghasilkan torsi. Gaya
yang dihasilkan oleh arus pada penghantar yang ditempatkan dalam suatu
medan magnet tergantung dari hal-hal berikut: kekuatan dari medan
magnet, harga dari arus melalui penghantar, dan panjang kawat yang
membawa arus.
Didalam motor DC terdapat dua kumparan. Satu kelompok
terdapat diarmatur, bagian mesin listrik yang berputar. Koneksi listrik
dihubungkan ke armatur dengan konduktor lunak disebut sikat-sikat
(brushes) yang kontak dengan konduktor tembaga axial pada batangan
armatur disebut komutator. Bagian kelompok lain disebut kumparan
medan yang tetap dan menghasilkan medan magnet yang berinteraksi
dengan magnet yang dihasilkan oleh kumparan armatur.
Jenis motorDC ini da yang berpenguatan sendiri ini pun
bermacam-macam, yaitu: shunt, seri, dan kompon (panjang atau pendek).
Torsi yang dibangkitkan oleh motor DC yang memutar jangkarnya
tergantung pada fluks yang dihasilkan oleh kutub utama, dan arus yang
mengalir pada belitan jangkar (Ia). Kecepatan pada motor DC dapat
dikendalikan dengan:
1. penggendalian resistansi medan, yang akan merubah besar arus ke
kumparan kutubnya sehingga gluks yang dihasilkan bervarisi,
2. pengendalian resistansi jangkar, yaitu menyisipkan rheostat pada untai
jangkar,
3. pengendali tegangan masuk jangkar.
Motor DC yang digunakan pada pembuatan alat ini mempunyai spesifikasi
sebagai berikut :
1. jenis motor DC yang digunakan adalah jenis motor DC minertia.
2. rentang kecepatan motor DC ini 3000 rpm.
3. tegangan masukan motor DC ini berkisar pada angka 14.8 V.
4. daya masukan motor DC 25.9 W.
Motor DC ini memiliki Rotary Encoder didalamnya, Rotary Encoder
berfungsi sebagai pengubah putaran menjadi sebuah putaran pulsa yang
dapat diolah, pulsa yang keluar dari Rotary Encoder adalah pulsa digital
yang cukup stabil.
c. Kerangka Berpikir
Pengendali kecepatan motor DC Berbasis phase locked loop, ini terdiri
dari perancangan rangkaian frekuensi referensi menggunakan IC 4060,
rangkain fasa detektor,low pass filter, dan VOC yang termuat dalam
sebuah chip IC 4046, multivibrator monostabil menggunakan IC 4538, dan
rangkaian pembagi terprogram menggunakan IC TC9122P, tampilan
lengkap dari rancangan ini dapat dilihat pada lampiran 1.
Detektor Fasa
Detektor fasa terdapat pada IC 4046 tersusun dari 2 buah fasa
komparator, VOC, pengikut sumber, dan sebuah dioda zener. Komparator
tersebut memiliki dua buah sinyal input Pca dan PCb input Pca dapat
langsung digunakan dengan cara, dikopel ke sinyal tegangan besar atau
secara tidak langsung dikopel dengan rangkaian kapasitor untuk sinyal
tegangan kecil. Fasa komperator 1 (gerbang EXOR) menghasikan sinyal
error digital PC 1out, dan mempertahankan fasa 90 bergantian diantara
frekuensi antara Pca dan PCb (disaat duty cycle 50%) fasa komparator 2
menghasilkan sinyal digital error, PC2out dan LD ( load data), dan
mempertahankan fasa 0 pergantian diantara Pca dan PCb. Linier VOC
menghasilkan sinyal keluaran (VOCout) yang frekuensinya ditentukan
oleh tegangan dari masukan VOCin, kapasitor dan resistor dihubungkan ke
pin CIa,Cib,R1 dan R2.
Keluaran pengikut sember (SFout) dengan tambahan resistor
digunakan pada saat dihubungkan sinyal VOCin tetapi tidak berpengaruh
pada prose lainnya. Masukan INHIBIT (INH) saat bernilai 1, VOC tidak
berfungsi dan pengikut sumber pengecil konsumsi daya yang dipakai.
Dioda zener dapat digunakan untuk menstabilkan tegangan sumber.
Pada keluara komparator fasa 1, jarak dari frekuensi yang PLL tangkap
tergantung dari jangkaun low pass filter dan jangkauan dapat dibuat
sebesar jarak tangkapanya.
Pembanding fasa 2 adalah sebuah pengontrol-tepian digital memory.
Berisi 4 buah flip-flop, pengontrol gerbang dan sebuah 3 state outputnya
yang berisikan tipe n dan p. Saat tipe n atau tipe p on maka ia akan pull up
ke VDD atau VSS dengan sendirinya.
Jika sinyal masukan frekuensi lebih besar dari komparator sinyal
masukan, maka keluaran tipe p akan on setiap waktu, kedua driver tipe p
dan n (3 state) off sesuai dengan waktu yang telah diatur jaka sinyal
masukan referensi lebih rendah maka, keluaran tipe n akan on, kedua
driver tipe p dan n off(3 state) off sesuai dengan waktu yang telah diatur.
Jika sinyal masukan frekuansi sama dengan komparator sinyal masukan,
tetapi posisi sinyal masukan lebih dahulu dari pada masukan sinyal
komparator dalam satu fasa. Jika bentuk siyal masukan komparator lebih
dhulu dari pada masukan pada satu fasa, maka keluaran tipe p on untuk
sesuai dengan beda fasa.
Detektor fasa adalah sebuah alat yang membandingkan dua buah
frekuensi input, menghasilkan keluarn yang dapat mengukur beda fasa.
Jika Fin tidk sama dengan Fvoc sinyal fasa error, setelah disaring dan
dikuatkan, menyebabkaan frekuensi VOC menyimpang dari Fin jika
kondisi sesuai, maka VOC akan cepat tersinkronisasi (lock) menuju Fin
dan tetap dengan sinyal input.
Pada keluaran (setelah disaring) detektor fasa berupa sinyal DC dan
kontrol masukan VOC adalah ukuran dari frekuensi masukan, dapat
diaplikasikan dalam pembuatan dekode sinyal dan deteksi FM keluaran
VOC biasanya memiliki nilai yang sama dengan Fin, yang menghasilkan
tiruan yang bersih dari Fin, namun tiruanya itu dapat menghasilkan noise.
Detektor fasa memiliki penguatan (Kp) sebesar 0,293 V/rad.
Filter Pelewat Bawah (Low Pass Filter)
Rangkaian Low Pass Filter digunakan untuk menapis osilasi yang
terjadi saat mengalami over shoot dan over down, selain itu berfungsi
untuk meratakan kebisingan keluaran dari rangkain detektor atau
komparator fasa jenis IC CMOS 4046 adalah suatu sinyal DC yang
besarnya sebanding dengan selisih fasa antara sinyal referensi Fr dan
keluaran pembagi terprogram Fo/N. Rangkaian Low Pass Filter.
Osilator Terkemudi Tegangan (Voltage Control Oscillator)
VOC membutuhkan sebuah kapasitor tambahan (CI) dan satu atau dua
buah resistor tambahan (R1 dan R2) resistor R1 dan kapasitor C1
menunjukan rentang frekuensi dan VOC mendapatkan frekuensi off set
jika dibutuhkan.
Jika terdapat input hi-z pada input berasal dari low pass filter pada pin
10 tersedia pengikut sumber jika digunakan maka diberikan resistor
menujukan VSS, jika tidak tersedia / digunakan maka diambang. Output
VOC (pin 4) , dapat langsung dihubungkan kekomparator input (pin 3)
atau kepembagi frekuensi. Logika low (0) pada inhibit (pin 5) mengatifkan
VOC dan pengikut sumber , sementara logika high (1) mengnonaktifkan
keduanya.
Rangkaian osilator terkemudian tegangan (VOC) IC PLL CMOS 4046.
frekuensi masukan pada low pass filter akan diloloskan hanya yang
mempunyai impendasi rendah , dilanjutkan ke VOCin yang akan melewati
proses osilasi pulsa sehingga keluaran dipin 4 diatur agar sama dengan
frekuensi referensi.
Keluaran pada low pass filter akan menggerakan VOC rentang
frekuensi pada keluaran VOC tergantung pada tegangan low pass filter.
Source Follower
Source follower (pengikut sumber) digunakan sebagai masukan untuk
VOC jika tidak adanya input lain dari low pass filter.
d. Blok rangkaian frekuesi referensi
Blok rangkaian pada alat penegendali motor DC berbasis digital, akan
menghasilkan frekuensi referinsi sebesar 200Hz. Frekuensi ini dihasilkan
dari pembagian nilai kristal yang digunakan yaitu sebesar 3,2768 MHz
dengan nilai bagi 2n pada IC 4060 dengan satuan Hz.
e. Blok multivibrator monostabil
Multivibrator monostabil digunakan untuk mendapatkan sebuah
keluaran dengan nilai duty cycle yang berbeda, namun frekuensi yang
sama. Keluaran frekuaensi yang diinginkan harus tetap tetapi Ton hingga
mendekati logika high.input dari multivibrator monostabil dihubungkan
langsung dengan output VCO.
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan :
Sistem Phase Locked Loop, kontrol loop tertutup yang memanfaatkan
sesitifitas deteksi fasa antara dua buah sinyal input (frekuensi),
Jika sinyal referensi mempunyai frekuensi yang berubah-ubah (seperti
dalam gelombang termodulasi-frekuensi); frekuensi oscilator loop akan
“mengikuti jejak” frrekuensi input tersebut; prinsip ini digunakan dalam
demodulator FM dan FSK, filter-filter “tracking”, dan instrumentasi RF.
Sistem Phase locked Loop dapat di terapakan berbagai aplikasi rangkaian
Elektronika
PPL terdiri dari Phase Detektor, Loop Filter, Voltage Controlled Osilator
Loop Filter (LF), umumnya adalah lowpass filter, berfungsi untuk
meredam sinyal frekuensi tinggi keluaran dari PD sehingga memberikan
tegangan control dc yang bagus ke bagian VCO.
DAFTAR REFERENSI
Kelompok 2. 2010. pengendali kecepatan putaran motor dc berbasis phase locked loop, (http://elreg-02.blogspot.com/2009/10/pertama_05.html, diakses 2 Desember 2013).
Bambang Sutaman. 2009. PLL TC9122 3.5MHZ , (http://sutaman.blogspot.com/2009/07/pll-tc9122-35mhz.html, diakses 2 Desember 2013).
Purwanto. 2009. Cara kerja PLL , (http://elektronika.web.id/elkav2/index.php?topic=936.0, diakses 2 Desember 2013).
Arwindra Rizqiawan. 2009. Phase-Locked loop, (http://konversi.wordpress.com/2009/08/17/phase-locked-loop/, diakses 2 Desember 2013)
Oprek Zone. 2010. PLL – Phase Locked Loop, Teori dan Aplikasi, (http://oprekzone.com/pll-phase-locked-loop-teori-dan-aplikasi/, diakses 2 Desember 2013)
Telkom Poltek Malang. 2010. PLL – APLIKASI PLL dengan IC MC145151, (http://elkakom.blogspot.com/2010/07/aplikasi-pll-dengan-ic-mc145151.html, diakses 2 Desember 2013)