92074021-makalah-limfoma-maligna

10
"Makalah Limfoma Maligna" BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Limfoma maligna? 2. Bagaimana epidemiologi dari limfoma maligna ? 3. Bagaimana etiologi dari limfoma maligna ? 4. Bagaimana klasifikasi dari limfoma maligna ? 5. Bagaimana gejala klinis dari limfoma maligna ? 6. Bagaimana terapi dari limfoma maligna ? 7. Bagaimana komplikasi dari limfoma maligna ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari limfoma maligna 2. Untuk mengetahui epidemiologi dari limfoma maligna 3. Untuk mengetahui etiologi dari limfoma maligna 4. Untuk mengetahui klasifikasi dari limfoma maligna 5. Untuk mengetahui gejala klinis dari limfoma maligna 6. Untuk mengetahui terapi dari limfoma maligna 7. Untuk mengetahui komplikasi dari limfoma maligna BAB II

Upload: wulan-whf

Post on 26-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

"Makalah Limfoma Maligna"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan

imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran

kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat

juga dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus

digestivus, paru, kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian,

diantaranya limfoma Hodgkin (LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis

Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis

X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Limfoma maligna?

2. Bagaimana epidemiologi dari limfoma maligna ?

3. Bagaimana etiologi dari limfoma maligna ?

4. Bagaimana klasifikasi dari limfoma maligna ?

5. Bagaimana gejala klinis dari limfoma maligna ?

6. Bagaimana terapi dari limfoma maligna ?

7. Bagaimana komplikasi dari limfoma maligna ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari limfoma maligna

2. Untuk mengetahui epidemiologi dari limfoma maligna

3. Untuk mengetahui etiologi dari limfoma maligna

4. Untuk mengetahui klasifikasi dari limfoma maligna

5. Untuk mengetahui gejala klinis dari limfoma maligna

6. Untuk mengetahui terapi dari limfoma maligna

7. Untuk mengetahui komplikasi dari limfoma maligna

BAB II

Page 2: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam

kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi

sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).

2.2 Epidemiologi

Di negara maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada.

Akan tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini merupakan

terbanyak setelah kanker serviks uteri, payudara, dan kulit.

2.3 Etiologi

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui,

tetapi dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma

Burkitt. Adanya peningkatan insidens penderita limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin pada

kelompok penderita AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) pengidap virus HIV,

tampaknya mendukung teori yang menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal

pembentukan tumor pada gangguan ini adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar

limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul penyebaran ke sumsum tulang dan jaringan lain.

2.4 Klasifikasi

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH)

dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya

dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed

Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.

LIMFOMA NON HODGKIN

Dapat bersifat indolen(low grade), hingga progresif(high grade). Pada LNH indolen,

gejalanya dapat berupa: pembesaran KGB, tidak nyeri, dapat terlokalisir atau meluas, dan bisa

melibatkan sum-sum tulang. Pada LNH progresif, terdapat pembesaran KGB baik intra maupun

extranodal, menimbulkan gejala "konstitusional" berupa : penurunan berat badan, febris, dan

keringat malam, serta pada limfoma burkitt, dapat menyebabkan rasa penuh di perut.

Stadium limfoma maligna

Page 3: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan

II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara

stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

1.Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok yaitu

kelenjar getah bening.

2.Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok kelenjar

getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta pada seluruh dada atau

perut.

3.Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok

kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.

4.Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening

setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati, paru-paru, atau

otak

Stadium ini dapat di bagi A atau B berdasarkan ada tidaknya gejala konstitusional

berupa penurunan berat badan, febris, dan keringat malam.

A = tanpa gejala konstitusional

B = dengan gejala konstitsional

Staging ini penting untuk penatalaksanaan, dimana untuk stadium Ia, Ib, maupun IIa, diberikan

radioterapi, sementara untuk stadium IIb hingga stadium IV, diberikan kemoterapi.

Untuk kemoterapi, regimen yg biasa digunakan adalah:

1. Untuk Low grade NHL

- regimen CVP (cyclophospamide, vincristin, dan prednison)

- Fludarabin

- Rituximab

2. Untuk High grade NHL

- Regimen CHOP (cyclophospamide, Doxorubicyn, vincristin, dan prednison)

- Regimen CHOP + Rituximab

- transplantasi sum-sum tulang.

Prognosis buruk dapat terjadi pada:

- usia > 60 tahun

Page 4: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

- stadium III/IV

- kadar LDH (laktat dehidrognease) meningkat

- performance statusnya buruk (karnoffsky)

Pada low grade NHL,biasanya bisa bertahan hingga 6-8 thn, tetapi pada high grade, sangat

tergantung dari reaksinya terhadap kemoterapi.

LIMFOMA HODGKIN

Terbagi atas 4 jenis, yaitu:

1. Nodular Sclerosing limfosit

2. mixed cellularity

3. rich limphocyte

4. limphocyte depletio

Jenis Gambaran Mikroskopik Kejadian Perjalanan

Penyakit

Limfosit

Predominan

Sel Reed-Stenberg sangat sedikit tapi

ada banyak limfosit

3% dari

kasus Lambat

Sklerosis

Noduler

Sejumlah kecil sel Reed-Stenberg &

campuran sel darah putih lainnya;

daerah jaringan ikat fibrosa

67% dari

kasus Sedang

Selularitas

Campuran

Sel Reed-Stenberg dalam jumlah yang

sedang & campuran sel darah putih

lainnya

25% dari

kasus Agak cepat

Deplesi

Limfosit

Banyak sel Reed-Stenberg & sedikit

limfosit

jaringan ikat fibrosa yang berlebihan

5% dari

kasus Cepat

LH lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung intra nodal, hanya di mediastinum,

dan jarang metastasis ke sumsum tulang. ia juga dapat terjadi metastasis melalui darah. Jika

dibandingkan dengan NHL, NHL lebih bersifat tidak lokal, expansi jauh, cenderung extranodal,

berada di abdomen, dan sering metastasis ke sum-sum tulang. Secara staging, dan pengobatan,

sama saja dengan NHL.

2.5 Gejala Klinis

Page 5: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

1. Pembengkakan kelenjar getah bening

Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini tidak

lahir multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada limfoma non-Hodgkin, dapat

tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain misalnya pada traktus digestivus atau pada

organ-organ parenkim.

2. Demam tipe pel Ebstein

3. Gatal-gatal

4. Keringat malam

5. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.

6. Nafsu makan menurun.

7. Daya kerja menurun

8. Terkadang disertai sesak nafas

9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)

10. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat, sedangkan

pola perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetastasis

ke tempat yang jauh.

Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan terbanyak pada penderita adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher,

aksila, ataupun lipat paha. Berat badan semakin menurun, dan terkadang disertai dengan demam,

sering berkeringat dan gatal-gatal.

2. Pemeriksaan Fisik

Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama supraklavikuler – aksila dan

inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk

menentukan kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila area ini terlibat perlu diperiksa

gastrointestinal sebab sering terlibat bersama-sama.

3. Pemeriksaan laboratorium

Page 6: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi dan

kemungkinan ada kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat diketahui dari

meningkatnya alkali fosfatase, SGOT, dan SGPT.

4. Sitologi biopsi aspirasi

Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) sering dipergunakan pada diagnosis pendahuluan

limfadenopati jadi untuk identifikasi penyebab kelainan tersebut seperti reaksi hiperplastik

kelenjar getah bening, metastasis karsinoma, dan limfoma maligna. Ciri khas sitologi biopsi

aspirasi limfoma Hodgkin yaitu populasi limfosit yang banyak aspek serta pleomorfik dan

adanya sel Reed-Sternberg. Apabila sel Reed-Sternberg sulit ditemukan adanya sel Hodgkin

berinti satu atau dua yang berukuran besar dapat dipertimbangkan sebagai parameter sitologi

Limfoma Hodgkin.

Penyulit diagnosis sitologi biopsi aspirasi pada Limfoma non-Hodgkin adalah kurang

sensitif dalam membedakan Limfoma non-Hodgkin folikel dan difus. Pada Limfoma non-

Hodgkin yang hanya mempunyai subtipe difus, sitologi, biopsi aspirasi dapat dipergunakan

sebagai diagnosis definitif.

Penyakit lain dalam diagnosis sitologi biopsi aspirasi Limfoma Hodgkin ataupun

Limfoma non-Hodgkin adalah adanya negatif palsu termasuk di dalamnya inkonklusif. Untuk

menekan jumlah negatif palsu dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multipel hole di beberapa

tempat permukaan tumor. Apabila ditemukan juga sitologi negatif dan tidak sesuai dengan

gambaran klinis, maka pilihan terbaik adalah biopsi insisi atau eksisi.

5. Histopatologi

Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga identifikasi subtipe histopatologi

walaupun sitologi biopsi aspirasi jelas limfoma Hodgkin ataupun Limfoma non-Hodgkin.

6. Radiologi

a. Foto thoraks

b. Limfangiografi

c. USG

d. CT scan

7. Laparotomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi kelenjar getah bening pada

iliaka, para aorta dan mesenterium dengan tujuan menentukan stadium.

2.6 Terapi

Page 7: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyakit dalam

terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor penting dalam

terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini angka

harapan hidup 5 tahun meningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan

tersedianya kemoterapi dan radioterapi. Peranan pembedahan pada penatalaksanaan limfoma

maligna terutama hanya untuk diagnosis biopsi dan laparotomi splenektomi bila ada indikasi.

1. Radiasi

a. Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

b. Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi

c. Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation

d. Untuk stadium IV secara total body irradiation

2. Kemoterapi untuk stadium III dan IV

Untuk stadium I dan II dapat pula diberi kemoterapi pre radiasi atau pasca radiasi. Kemoterapi

yang sering dipakai adalah kombinasi.

COP (Untuk limfoma non Hodgkin)

C : Cyilopkosphamide 800 mg/m2 hari I

O : Oncovin 1,4 mg/m2 IV hari I

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d VII lalu tapering off

MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)

M : Nitrogen Mustrad 6 mg/m2 hari 1 dan 8

O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d XIV

P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna dihubungkan dengan

penanganan dan berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang merugikan berkaitan dengan

kemoterapi meliputi : alopesia, mual, muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis dan gangguan

gastrointestinal. Infeksi adalah komplikasi potensial yang paling serius yang mungkin dapat

menyebabkan syok sepsis. Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan,

kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.

Page 8: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

Efek samping terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati. Bila pengobatan pada

nodus limfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut : mulut kering,

disfagia, mual, muntah, rambut rontok, dan penurunan produksi saliva.

Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek yang mungkin terjadi adalah

muntah, diare, keletihan, dan anoreksia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam

kelenjar limfe atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi

sel-sel asli jaringan limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).

Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit Hodgkin (PH)

dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang mirip. Perbedaannya

dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi dimana pada PH ditemukan sel Reed

Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.

Page 9: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

Daftar Pustaka

Sudoyono dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

You are here: Home / Kanker Kelenjar Getah Bening

Kanker Kelenjar Getah Bening

Waspadai Benjolan Di Leher,ketiak,atau paha dll Pertanda Awal Kanker Kelenjar Getah

Bening

Limfoma adalah kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sejenis sel darah putih) yang

sebelumnya normal, seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada bebagai

organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah ataupun organ

lain.

Ada dua jenis kanker sistem limfotik yaitu penyakit hodgkin dan limfoma non-hodgkin (NHL).

Kanker kelanjar getah bening atau limfoma adalah sekelompok penyakit keganasan yang

bekaitan dan mengenai sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem

kekebalan tubuh yang membentuk pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker.

Cairan limfatik adalah cairan putih menyerupai susu yang mengandung protein lemak dan

limfosit yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh lewat pembuluh limfatik. Ada dua macam sel

limfosit yaitu sel B dan T. Sel B berfungsi membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan

membuat antibodiyang memusnahkan bakteri. Gejala dan penyakit kanker kelenjar getah bening

meliputi pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, ketiak atau pangkal paha.

Pembengkakan kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan secara gratis,

rasa lelah yang terus menerus, batuk-batuk dan sesak napas, gatal-gatal, demam tanpa sebab dan

berkeringat malam hari.

Seringkali penderita tidak menunjukkan gejala khas hanya memiliki semacam benjolan atau

pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Karena tidak ada keluhan khas banyak pasien

baru berobat saat masuk stadium lanjut sehingga sel kanker sudah menyebar dan sulit diangkat

dengan operasi.

Page 10: 92074021-Makalah-Limfoma-Maligna

WHO memperkirakan sekitar 1,5 juta orang di dunia saat ini hidup dengan NHL dan 300 ribu

orang meninggal karena penyakit ini tiap tahun. Sekitar 55 persendari NHL tipenya agresif dan

tumbuh cepat.

NHL merupakan kanker tercepat ketiga pertumbuhannya setelah kanker kulit dan paru-paru.

Angka kejadian NHL meningkat 80 persen dibandingkan tahun 1970-an. Setiap tahun angka

kejadian penyakit ini meningkat 3-7 pesen. NHL banyak terjadi pada orang dewasa dengan

angka tertinggi pada rentang usia 45-60 tahun.

Makin tua usia makin tinggi risiko terkena limfoma karena daya tahan tubuhnya menurun.

Hingga kini penyebab limfoma belum diketahui secara pasti. Ada empat kemungkinan

penyebabnya yaitu faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteri dan

toksin lingkungan (herbisida, pengawet, pewarna kimia). Penyebabnya multifaktor.

Terdapat lebih dari 30 subtipe NHL (90 persen dari jenis sel B) yang dapat diklasifikasikan

dengan pertimbangan beberapa faktor, penampakan di bawah mikroskop, ukuran, kecepatan

tumbuh dan organ yang kena.

Limfoma indolen (derjat rendah) tumbuh lambat sehingga diagnostik awal lebih sulit. Pasien

dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun tetapi belum ada pengobatanyang menyembuhkan.

Pasien biasanya memberi respon baik pada terapi awal, tetapi sangat mungkin kambuh lagi.

Penderita limfoma indolen bisa mendapat terapi hingga enam kali sepanjang hidup, tetapi makin

lama responnya menurun.

Limfoma agresif (derjat keganasan tinggi) cepat tumbuh dan menyebar. Jika dibiarkan tanpa

pengobatan dapat mematikan dalam enam bulan. Angka harapan hidup rata-rata lima tahun dan

30-40 persen sembuh. Pasienyang terdiagnosa dini langsung diobati lebih mungkin meraih risiko

sempurna dan jarang kambuh, karena ada proteksi kesembuhan, biasanya pengobatan lebih

agresif. * Prof Karmel L Tambunan Ahli Hematologi-Onkologi (ags)

Source : http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/04/gejala-kanker-kelenjar-getah-

bening.html