9 energy & agribusiness...listrik tenaga air (plta) batang toru ditunda selama tiga tahun....

1
“Sesuai yang disampaikan pemerin- tah kepada kami adalah bahwa utang kompensasi tahun 2018 dan 2019 Rp 45 triliun akan dibayar. Tapi itu ka- tanya adalah akan dibayar tahun ini. Jadi sampai saat ini kami menunggu pembayaran pemerintah terkait dana kompensasi tersebut,” kata Zulkifli. PLN tercatat merugi hingga Rp 38,88 triliun pada kuartal pertama 2020 ini, sangat jauh dibandingkan kinerja periode yang sama tahun lalu yang masih membukukan laba Rp 4,16 triliun. Hal ini lantaran perusahaan ter- kena rugi kurs hingga Rp 51,97 triliun. Zulkifli mengungkapkan keuangan PLN kian terbebani demi meringan- kan beban masyarakat dalam memba- yar tagihan listrik. Pasalnya pada Juni ini tagihan listrik masyarakat mem- bengkak akibat peningkatan konsumsi selama pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Guna membantu pelanggan, PLN mengelu- arkan skema pembayaran bertahap yakni 40 % di Juni dan 60% sisanya dibagi rata dalam tiga bulan kedepan. “Secara keuangan, skema tersebut akan membuat beban keuangan PLN bertambah,” ujarnya. Dikatakannya selama PSBB petugas catat meter ditiadakan demi memutus penyebaran Covid-19. Alhasil tagihan di April untuk pemakaian daya di Ma- ret menggunakan perhitungan rata-ra- ta pemakaian daya di Desember 2019, Januari dan Februari 2020. Kemudian pada April kemarin PSBB mulai dibu- ka sebagian yang membuat pencatatan meter dapat dilakukan terhadap 40% pelanggan dan Sebagian 60% lainnya masih menggunakan perhitungan daya rata-rata tiga bulan. Sementara pada Mei 100% penghitung meter diterapkan. “Dari situ tahu posisi riil pemakaian bulan Mei. Pembayaran Maret dan April tidak riil karena bu- kan seperti itu pemakaian listriknya, lebih kecil. Yang dirugikan PLN bukan pelanggan,” ujarnya. Diminta Pro Aktif Sementara itu, Komisi VII DPR RI meminta PLN agar lebih proaktif dan komunikatif dalam menyampaikan penjelasan kepada masyarakat terkait membengkaknya tagihan listrik bulan Juni. Hal ini merupakan salah satu butir kesimpulan dalam RDP. Dalam rapat yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB tersebut seluruh anggota dewan menyampaikan aspi- rasi konstituen yang mempertanyakan mengenai lonjakan tagihan listrik. Rapat yang bergulir sekitar 6 jam itu Direksi PLN dicecar mengenai pola komunikasi dan penjelasan detil terka- it skema pencatatan pemakaian daya. Perusahaan listrik plat merah itu dinilai kurang melakukan mitigasi risiko dari kebijakan pencatatan me- teran ketika pandemi Covid-19. Alhasil masyarakat tidak mendapatkan infor- masi yang jelas akan adanya potensi lonjakan tagihan listrik. Anggota Komisi VII DPR Sartono Hutomo mengatakan informasi yang disampaikan PLN hanya sebatas peralihan skema pencatatan menjadi perhitungan rata-rata pemakaian tiga bulan. Potensi kenaikan daya tidak disampaikan PLN mengingat masyara- kat melakukan aktivitas sepenuhnya di rumah selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). “PLN seharusnya menyampaikan ke khalayak memungkinan akan ter- jadi kenaikan karena pecatat tidak bisa langsung. Ini kan jadinya masyarakat terkaget. Ini catatan kedepan harus diprediksilah apa kejadian apa yang akan terjadi,” kata Sartono di Jakarta, Rabu (17/6). Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR Ratna Juwita Sari. Dia menyebut membengkaknya tagihan listrik merugikan masyarakat dari segi psikologis maupun ekono- mis. Menurutnya PLN mendefinisikan permasalahan secara sepihan dan masyarakat dipaksa menerima definisi tersebut. “Seharusnya saat perubahan skema pencatatan meteran karena PSBB ha- rus menyampaikan (risiko kenaikan 9 ENERGY & AGRIBUSINESS KAMIS 18 JUNI 2020 JAKARTA - PT PLN (Persero) mengungkapkan target pengope- rasian pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru ditunda selama tiga tahun. Pembangkit yang berlokasi di Desa Sipirok, Kabupaten Tap- anuli Selatan berkapasitas 510 megawatt (MW) itu ditargetkan rampung pada 2022. Keberadaan pembangkit ini turut berkontribusi dalam target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025. Proyek ini digarap oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) yang merupakan pengembang listrik swasta (Inde- pendent power producer/IPP). Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, penundaan target penyelesaian pembangunan pembangkit Batang Toru merupa- kan permohonan yang disampai- kan oleh NSHE. Pandemi Covid-19 merupakan penyebab yang di- sampaikan NSHE mempengaruhi pembangunan proyek tersebut. “Kami sudah menerima permin- taan penundaan pengembangan dari Batang Toru untuk menunda COD selama 3 tahun karena adanya Covid-19,” kata Zulkifli di Jakarta, Rabu (17/6). Hingga berita ini diturunkan, Communications and External Affa- irs Director NSHE Firman Taufick belum menjawab konfirmasi yang ditanyakan oleh Investor Daily. Zulkifli mengaku pembangun- an proyek PLTA Batang Toru diwarnai dengan isu lingkungan maupun kelestarian Orangutan. Namun dia menegaskan tetap mendukung proyek tersebut dengan mengedepankan keber- langsungan lingkungan. “Kami mendukung penuh EBT termasuk dengan Batang Toru,” ujarnya. PLTA ini memanfaatkan arus sungai ( run off river ) Batang Toru, bukan menggunakan dam sebagaimana PLTA pada umum- nya. Mekanisme run off river ini menggunakan kolam tandon harian yang menampung air. Tandon itu kemudian dialirkan menuju terowongan bawah tanah menuju power house untuk me- mutar turbin dan menghasilkan 510 MW. Dengan begitu NSHE berkomitmen menjaga hutan se- bagai penyimpan air. Kehadiran PLTA Batang Toru berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton CO2/tahun. Kontribusi itu sekitar 4% dari target nasional atau setara dengan 12,3 juta pohon. Selain itu proyek ini menurunkan emisi na- sional 29% pada 2030 serta bagian dari upaya nasional dalam mengu- rangi pemanasan global. (rap) JAKARTA – Kementerian Keu- angan (Kemenkeu) masih mengkaji rencana penerapan pungutan pene- rimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk ekspor benih lobster seperti yang diusulkan Kementerian Kela- utan dan Perikanan (KKP). Sebe- lumnya, KKP telah mengeluarkan Permen KP No 12 Tahun 2020 yang berisi ketentuan mengenai ekspor dan budidaya benih lobster, udang, maupun rajungan. Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani mengaku belum bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai revisi regulasi untuk penerapan PNBP dari ekspor benih lobster ter- sebut, termasuk rencana penarikan PNBP khusus sambil menunggu peraturan yang tetap. “Kami sedang koordinasikan bersama. (Penerap- an PNBP ekspor benih lobster) masih dalam kajian,” kata Askolani di Jakarta, Rabu (17/6). Saat ini, Kemenkeu baru memungut PNBP di sektor kelautan dan perikanan terkait perizinan kapal dan perizin- an tangkap atau belum mencakup ekspor benih lobster dan hasil perikanan lainnya. Permen KP No 12 Tahun 2020 yang berlaku sejak awal Mei 2020 ini memang belum mencakup per- aturan teknis mengenai tarif PNBP yang wajib dipungut untuk ekspor produk perikanan tersebut. Meski demikian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sudah mende- teksi dua perusahaan yang meng- ekspor benih lobster sebanyak 14 koli berisi 97.500 benih ke Vietnam, Jumat (12/6). Ekspor itu sudah di- lakukan walau belum ada petunjuk teknis mengenai persyaratan bea keluar, PNBP, kuota serta ukuran yang sesuai Permen KP tersebut. Dalam kesempatan terpisah, Koordinator Penasihat Menteri KKP Rokhmin Dahuri mengatakan, ekspor benih lobster ini merupakan kebijakan yang tepat dari sisi ekono- mi dan ekologi. (dho/ant) Oleh Rangga Prakoso JAKARTA - PT PLN (Persero) menanti janji pemerin- tah yang akan membayar kompensasi sebesar Rp 45 triliun untuk periode 2018-2019. Hal ini disampaikan Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (17/6). Beritasatu Photo/Uthan AR Ketersediaan Pasokan Pekerja menurunkan tabung gas LPG 3 kilogram di Depok, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). PT Pertamina (Persero) menjamin keter- sediaan pasokan serta memastikan kegiatan operasional penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) berjalan baik dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19. JAKARTA – Mandatori peng- gunaan biodiesel 30% (B30) telah menjadi program prioritas nasional, sehingga program tersebut harus diteruskan guna membantu menye- lamatkan dan memulihkan ekonomi pascapandemi Covid-19. Untuk itu, semua pemangku kepentingan terkait program B30 sebaiknya berbagi peran atau menanggung beban bersama-sama agar program tersebut tetap bisa dilaksanakan. Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gad- jah Mada (UGM) Sri Adiningsih meyakini kondisi pandemi Covid-19 bersifat temporer. Keyakinan ini diperkuat dengan prediksi Bank Dunia dan Dana Moneter Interna- sional (IMF) bahwa tahun depan kondisi perekonomian dunia pulih, bahkan tumbuh di atas 4%, dan pemulihan juga akan terjadi di In- donesia. Kondisi saat ini memang berat, hal itu harus dimaklumi, pemerintah pun telah bekerja keras mengatasi dampak dari pan- demi Covid-19 beserta pemulihan ekonominya karena memang itu prioritas yang harus dilakukan. “Dan dalam membangun negara dan bangsa, di kala ada goncangan atau krisis, tidak kemudian proses pembangunan yang telah berjalan lantas dihentikan atau diubah se- cara total. Jika terjadi krisis seperti saat ini yang perlu dilakukan adalah penyesuaian-penyesuaian terhadap program pembangunan yang sudah berjalan,” kata dia, kemarin. Salah satu proses pembangunan yang harus dilanjutkan adalah pro- gram B30. Semua pemangku kepen- tingan yang terkait program B30, saran Sri Adiningsih, sebaiknya berbagi peran atau menanggung beban bersama-sama agar program itu tetap bisa dilaksanakan. Misal- nya, dunia usaha harus merelakan keuntungannya dikurangi seiring meningkatnya pungutan ekspor mi- nyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan produk turunannya per 1 Juni lalu. Produsen biodiesel harus melakukan efisiensi supaya produk yang dihasilkan harganya lebih kompetitif. Sementara itu, pihak pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 2,78 triliun kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) untuk keberlanjutan program tersebut. Menurut Sri Adiningsih, penga- lokasian anggaran negara itu tidak perlu dipersoalkan mengingat B30 yang merupakan bagian dari pro- gram energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) ini di awal-awal pelaksanaannya memang butuh biaya yang tidak murah. Bra- sil, Jerman, dan di negara-negara yang akhirnya memberlakukan EBTKE, pada awalnya juga mela- kukan subsidi dan ini tidak hanya pada industri EBTKE tapi hampir semua industri. “Di mana saja me- mang begitu. Awalnya, memang perlu subsidi, tapi saat kapasitas produksinya banyak, dengan sen- dirinya akan efisien sehingga tak perlu subsidi lagi,” tutur dia. Jadi, kata Sri Adiningsih, program B30 harus tetap dilaksanakan meski saat ini harga solar lebih murah dari biodiesel. Perlu diingat, harga solar pun fluktuatif dan pernah di atas harga CPO yang merupakan bahan baku biodiesel, seperti pada 2019 lalu. Program EBTKE ke depan menjadi keharusan, meng- ingat dunia tidak mungkin terus menerus mengandalkan minyak bumi dan batubara. “Program EBTKE ini harus kita lakukan dan kita ini beruntung memiliki sawit melimpah yang menjadi resources untuk energi,” jelas dia. Perbaiki Harga TBS Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit In- donesia (Apkasindo) Gulat MP Manurung mengatakan, program B30 inilah yang menyelamatkan harga tandan buah segar (TBS) petani. Rata-rata harga TBS sejak Februari-Mei 2020 lebih tinggi dari periode sama tahun lalu, padahal di tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan semua sen- di-sendi perekonomian dunia. Har- ga TBS petani pada Februari-Mei 2020 relatif stabil Rp 1.600-1.800 per kilogram (kg), pada periode sama 2019 hanya Rp 1.100 per kg bahkan ada yang di bawah Rp 1.000 per kg. “Karena B30 ini harga sawit petani tertolong,” kata dia. Menurut Gulat, stabilnya harga TBS di angka yang menguntungkan petani ini dipicu oleh implementasi B30. Pasalnya, industri biodiesel per tahunnya membutuhkan sekitar 7,80 juta ton CPO. “Dengan terpa- kainya 7,80 juta ton CPO tersebut mengkatrol harga TBS,” kata Gulat seperti dilansir Antara. Selain karena adanya penam- bahan pasar CPO di dalam negeri, stabilnya harga TBS di tingkat yang menguntungkan petani itu juga dipicu oleh kebijakan Pemerintah Malaysia yang memberlakukan loc- kdown. Akibatnya, Malaysia sebagai produsen CPO nomor dua setelah Indonesia ini tidak bisa melakukan kegiatan ekspor. Pemicu lainnya adanya tambahan permintaan dari industri sanitasi dunia. Sejak pan- demi Covid-19 ini, permintaan dunia akan produk-produk sanitasi, seperti sabun mandi, detergen, dan hand sanitazer, meningkat. “Data yang saya dapat dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) peman- faatan CPO untuk detergen dan produk sanitasi lainnya meningkat 2,50-3,50% yang dikirim ke seluruh dunia,” ujar Gulat. (tl) Zulkifli Zaini tagihan) itu sehingga mereka tahu sebelum menerima dampak buruk,” ungkapnya. Ratna mengapresiasi PLN yang memberi keringanan pembayaran tagihan listrik secara bertahap. Hanya saja di mengungkapkan skema yang ditawarkan tersebut belum sepenuh- nya dimengerti masya- rakat. “PLN memberi- kan wacana cicilan tapi masyarakat belum clear. Mereka belum melihat ini (membengkamnya ta- gihan) akibat pemakaian mereka sendiri,” ujarnya. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menegaskan lonjakan tagihan listrik disebabkan oleh perubahan pola pencatatan meteran. Dia menyangkal membengkaknya tagihan listrik akibat kenaikan tarif listrik maupun subsidi silang. “Terjadi perbedaan realisasi konsumsi dengan tagihan selama PSBB. Selisih tersebut ditagihkan bulan Juni setelah PLN melakukan pencatatan real,” jelasnya. Sri Adiningsih

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 energY & AgrIBUSIneSS...listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru ditunda selama tiga tahun. Pembangkit yang berlokasi di Desa Sipirok, Kabupaten Tap-anuli Selatan berkapasitas 510 megawatt

“Sesuai yang disampaikan pemerin-tah kepada kami adalah bahwa utang kompensasi tahun 2018 dan 2019 Rp 45 triliun akan dibayar. Tapi itu ka-tanya adalah akan dibayar tahun ini. Jadi sampai saat ini kami menunggu pembayaran pemerintah terkait dana kompensasi tersebut,” kata Zulkifli.

PLN tercatat merugi hingga Rp 38,88 triliun pada kuartal pertama 2020 ini, sangat jauh dibandingkan kinerja periode yang sama tahun lalu yang masih membukukan laba Rp 4,16 triliun. Hal ini lantaran perusahaan ter-kena rugi kurs hingga Rp 51,97 triliun.

Zulkifli mengungkapkan keuangan PLN kian terbebani demi meringan-kan beban masyarakat dalam memba-yar tagihan listrik. Pasalnya pada Juni ini tagihan listrik masyarakat mem-bengkak akibat peningkatan konsumsi selama pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Guna membantu pelanggan, PLN mengelu-arkan skema pembayaran bertahap yakni 40 % di Juni dan 60% sisanya dibagi rata dalam tiga bulan kedepan. “Secara keuangan, skema tersebut akan membuat beban keuangan PLN bertambah,” ujarnya.

Dikatakannya selama PSBB petugas catat meter ditiadakan demi memutus penyebaran Covid-19. Alhasil tagihan di April untuk pemakaian daya di Ma-ret menggunakan perhitungan rata-ra-ta pemakaian daya di Desember 2019, Januari dan Februari 2020. Kemudian

pada April kemarin PSBB mulai dibu-ka sebagian yang membuat pencatatan meter dapat dilakukan terhadap 40% pelanggan dan Sebagian 60% lainnya masih menggunakan perhitungan daya rata-rata tiga bulan. Sementara pada Mei 100% penghitung meter diterapkan. “Dari situ tahu posisi riil pemakaian bulan Mei. Pembayaran Maret dan April tidak riil karena bu-kan seperti itu pemakaian listriknya, lebih kecil. Yang dirugikan PLN bukan pelanggan,” ujarnya.

Diminta Pro AktifSementara itu, Komisi VII DPR RI

meminta PLN agar lebih proaktif dan

komunikatif dalam menyampaikan penjelasan kepada masyarakat terkait membengkaknya tagihan listrik bulan Juni.

Hal ini merupakan salah satu butir kesimpulan dalam RDP.

Dalam rapat yang dimulai sejak pukul 10.00 WIB tersebut seluruh anggota dewan menyampaikan aspi-rasi konstituen yang mempertanyakan mengenai lonjakan tagihan listrik. Rapat yang bergulir sekitar 6 jam itu Direksi PLN dicecar mengenai pola komunikasi dan penjelasan detil terka-it skema pencatatan pemakaian daya.

Perusahaan listrik plat merah itu dinilai kurang melakukan mitigasi risiko dari kebijakan pencatatan me-teran ketika pandemi Covid-19. Alhasil masyarakat tidak mendapatkan infor-masi yang jelas akan adanya potensi lonjakan tagihan listrik.

Anggota Komisi VII DPR Sartono Hutomo mengatakan informasi yang disampaikan PLN hanya sebatas peralihan skema pencatatan menjadi perhitungan rata-rata pemakaian tiga bulan. Potensi kenaikan daya tidak disampaikan PLN mengingat masyara-kat melakukan aktivitas sepenuhnya di rumah selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“PLN seharusnya menyampaikan ke khalayak memungkinan akan ter-jadi kenaikan karena pecatat tidak bisa langsung. Ini kan jadinya masyarakat terkaget. Ini catatan kedepan harus diprediksilah apa kejadian apa yang akan terjadi,” kata Sartono di Jakarta, Rabu (17/6).

Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR Ratna Juwita Sari. Dia menyebut membengkaknya tagihan listrik merugikan masyarakat dari segi psikologis maupun ekono-mis. Menurutnya PLN mendefinisikan permasalahan secara sepihan dan masyarakat dipaksa menerima definisi tersebut.

“Seharusnya saat perubahan skema pencatatan meteran karena PSBB ha-rus menyampaikan (risiko kenaikan

9 energY & AgrIBUSIneSSkamis 18 juni 2020

JAKARTA - PT PLN (Persero) mengungkapkan target pengope-rasian pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru ditunda selama tiga tahun. Pembangkit yang berlokasi di Desa Sipirok, Kabupaten Tap-anuli Selatan berkapasitas 510 megawatt (MW) itu ditargetkan rampung pada 2022.

Keberadaan pembangkit ini turut berkontribusi dalam target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025. Proyek ini digarap oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) yang merupakan pengembang listrik swasta (Inde-pendent power producer/IPP).

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, penundaan target penyelesaian pembangunan pembangkit Batang Toru merupa-kan permohonan yang disampai-kan oleh NSHE. Pandemi Covid-19 merupakan penyebab yang di-sampaikan NSHE mempengaruhi pembangunan proyek tersebut.

“Kami sudah menerima permin-taan penundaan pengembangan dari Batang Toru untuk menunda COD selama 3 tahun karena adanya Covid-19,” kata Zulkifli di Jakarta, Rabu (17/6).

Hingga berita ini diturunkan, Communications and External Affa-irs Director NSHE Firman Taufick

belum menjawab konfirmasi yang ditanyakan oleh Investor Daily.

Zulkifli mengaku pembangun-an proyek PLTA Batang Toru diwarnai dengan isu lingkungan maupun kelestarian Orangutan. Namun dia menegaskan tetap mendukung proyek tersebut dengan mengedepankan keber-langsungan lingkungan. “Kami mendukung penuh EBT termasuk dengan Batang Toru,” ujarnya.

PLTA ini memanfaatkan arus sungai (run of f river) Batang Toru, bukan menggunakan dam sebagaimana PLTA pada umum-nya. Mekanisme run of f river ini menggunakan kolam tandon

harian yang menampung air. Tandon itu kemudian dialirkan menuju terowongan bawah tanah menuju power house untuk me-mutar turbin dan menghasilkan 510 MW. Dengan begitu NSHE berkomitmen menjaga hutan se-bagai penyimpan air.

Kehadiran PLTA Batang Toru berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton CO2/tahun. Kontribusi itu sekitar 4% dari target nasional atau setara dengan 12,3 juta pohon. Selain itu proyek ini menurunkan emisi na-sional 29% pada 2030 serta bagian dari upaya nasional dalam mengu-rangi pemanasan global. (rap)

JAKARTA – Kementerian Keu-angan (Kemenkeu) masih mengkaji rencana penerapan pungutan pene-rimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk ekspor benih lobster seperti yang diusulkan Kementerian Kela-utan dan Perikanan (KKP). Sebe-lumnya, KKP telah mengeluarkan Permen KP No 12 Tahun 2020 yang berisi ketentuan mengenai ekspor dan budidaya benih lobster, udang, maupun rajungan.

Dirjen Anggaran Kemenkeu

Askolani mengaku belum bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai revisi regulasi untuk penerapan PNBP dari ekspor benih lobster ter-sebut, termasuk rencana penarikan PNBP khusus sambil menunggu peraturan yang tetap. “Kami sedang koordinasikan bersama. (Penerap-an PNBP ekspor benih lobster) masih dalam kajian,” kata Askolani di Jakarta, Rabu (17/6). Saat ini, Kemenkeu baru memungut PNBP di sektor kelautan dan perikanan

terkait perizinan kapal dan perizin-an tangkap atau belum mencakup ekspor benih lobster dan hasil perikanan lainnya.

Permen KP No 12 Tahun 2020 yang berlaku sejak awal Mei 2020 ini memang belum mencakup per-aturan teknis mengenai tarif PNBP yang wajib dipungut untuk ekspor produk perikanan tersebut. Meski demikian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sudah mende-teksi dua perusahaan yang meng-

ekspor benih lobster sebanyak 14 koli berisi 97.500 benih ke Vietnam, Jumat (12/6). Ekspor itu sudah di-lakukan walau belum ada petunjuk teknis mengenai persyaratan bea keluar, PNBP, kuota serta ukuran yang sesuai Permen KP tersebut.

Dalam kesempatan terpisah, Koordinator Penasihat Menteri KKP Rokhmin Dahuri mengatakan, ekspor benih lobster ini merupakan kebijakan yang tepat dari sisi ekono-mi dan ekologi. (dho/ant)

Oleh Rangga Prakoso

JAKARTA - PT PLN (Persero) menanti janji pemerin-tah yang akan membayar kompensasi sebesar Rp 45 triliun untuk periode 2018-2019. Hal ini disampaikan Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (17/6).

Beritasatu Photo/Uthan AR

Ketersediaan PasokanPekerja menurunkan tabung gas LPG 3 kilogram di Depok, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). PT Pertamina (Persero) menjamin keter-sediaan pasokan serta memastikan kegiatan operasional penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) berjalan baik dengan tetap memperhatikan protokol pencegahan Covid-19.

JAKARTA – Mandatori peng-gunaan biodiesel 30% (B30) telah menjadi program prioritas nasional, sehingga program tersebut harus diteruskan guna membantu menye-lamatkan dan memulihkan ekonomi pascapandemi Covid-19. Untuk itu, semua pemangku kepentingan terkait program B30 sebaiknya berbagi peran atau menanggung beban bersama-sama agar program tersebut tetap bisa dilaksanakan.

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gad-jah Mada (UGM) Sri Adiningsih meyakini kondisi pandemi Covid-19 bersifat temporer. Keyakinan ini diperkuat dengan prediksi Bank Dunia dan Dana Moneter Interna-sional (IMF) bahwa tahun depan kondisi perekonomian dunia pulih, bahkan tumbuh di atas 4%, dan pemulihan juga akan terjadi di In-donesia. Kondisi saat ini memang berat, hal itu harus dimaklumi, pemerintah pun telah bekerja keras mengatasi dampak dari pan-demi Covid-19 beserta pemulihan ekonominya karena memang itu prioritas yang harus dilakukan. “Dan dalam membangun negara dan bangsa, di kala ada goncangan atau krisis, tidak kemudian proses pembangunan yang telah berjalan lantas dihentikan atau diubah se-cara total. Jika terjadi krisis seperti saat ini yang perlu dilakukan adalah penyesuaian-penyesuaian terhadap program pembangunan yang sudah berjalan,” kata dia, kemarin.

Salah satu proses pembangunan yang harus dilanjutkan adalah pro-

gram B30. Semua pemangku kepen-tingan yang terkait program B30, saran Sri Adiningsih, sebaiknya berbagi peran atau menanggung beban bersama-sama agar program itu tetap bisa dilaksanakan. Misal-nya, dunia usaha harus merelakan keuntungannya dikurangi seiring meningkatnya pungutan ekspor mi-nyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya per 1 Juni lalu. Produsen biodiesel harus melakukan efisiensi supaya produk yang dihasilkan harganya lebih kompetitif. Sementara itu, pihak pemerintah telah mengalokasikan anggaran Rp 2,78 triliun kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) untuk keberlanjutan program tersebut.

Menurut Sri Adiningsih, penga-lokasian anggaran negara itu tidak perlu dipersoalkan mengingat B30

yang merupakan bagian dari pro-gram energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) ini di awal-awal pelaksanaannya memang butuh biaya yang tidak murah. Bra-sil, Jerman, dan di negara-negara yang akhirnya memberlakukan EBTKE, pada awalnya juga mela-kukan subsidi dan ini tidak hanya pada industri EBTKE tapi hampir semua industri. “Di mana saja me-mang begitu. Awalnya, memang perlu subsidi, tapi saat kapasitas produksinya banyak, dengan sen-dirinya akan efisien sehingga tak perlu subsidi lagi,” tutur dia.

Jadi, kata Sri Adiningsih, program B30 harus tetap dilaksanakan meski saat ini harga solar lebih murah dari biodiesel. Perlu diingat, harga solar pun fluktuatif dan pernah di atas harga CPO yang merupakan bahan baku biodiesel, seperti pada 2019 lalu. Program EBTKE ke depan menjadi keharusan, meng-ingat dunia tidak mungkin terus menerus mengandalkan minyak bumi dan batubara. “Program EBTKE ini harus kita lakukan dan kita ini beruntung memiliki sawit melimpah yang menjadi resources untuk energi,” jelas dia.

Perbaiki Harga TBSDi tempat terpisah, Ketua Umum

Asosiasi Petani Kelapa Sawit In-donesia (Apkasindo) Gulat MP Manurung mengatakan, program B30 inilah yang menyelamatkan harga tandan buah segar (TBS) petani. Rata-rata harga TBS sejak Februari-Mei 2020 lebih tinggi dari

periode sama tahun lalu, padahal di tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan semua sen-di-sendi perekonomian dunia. Har-ga TBS petani pada Februari-Mei 2020 relatif stabil Rp 1.600-1.800 per kilogram (kg), pada periode sama 2019 hanya Rp 1.100 per kg bahkan ada yang di bawah Rp 1.000 per kg. “Karena B30 ini harga sawit petani tertolong,” kata dia.

Menurut Gulat, stabilnya harga TBS di angka yang menguntungkan petani ini dipicu oleh implementasi B30. Pasalnya, industri biodiesel per tahunnya membutuhkan sekitar 7,80 juta ton CPO. “Dengan terpa-kainya 7,80 juta ton CPO tersebut mengkatrol harga TBS,” kata Gulat seperti dilansir Antara.

Selain karena adanya penam-bahan pasar CPO di dalam negeri, stabilnya harga TBS di tingkat yang menguntungkan petani itu juga dipicu oleh kebijakan Pemerintah Malaysia yang memberlakukan loc-kdown. Akibatnya, Malaysia sebagai produsen CPO nomor dua setelah Indonesia ini tidak bisa melakukan kegiatan ekspor. Pemicu lainnya adanya tambahan permintaan dari industri sanitasi dunia. Sejak pan-demi Covid-19 ini, permintaan dunia akan produk-produk sanitasi, seperti sabun mandi, detergen, dan hand sanitazer, meningkat. “Data yang saya dapat dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) peman-faatan CPO untuk detergen dan produk sanitasi lainnya meningkat 2,50-3,50% yang dikirim ke seluruh dunia,” ujar Gulat. (tl)

Zulkifli Zaini

tagihan) itu sehingga mereka tahu sebelum menerima dampak buruk,” ungkapnya.

Ratna mengapresiasi PLN yang memberi keringanan pembayaran tagihan listrik secara bertahap. Hanya saja di mengungkapkan skema yang ditawarkan tersebut belum sepenuh-nya dimengerti masya-rakat. “PLN memberi-kan wacana cicilan tapi masyarakat belum clear. Mereka belum melihat ini (membengkamnya ta-gihan) akibat pemakaian

mereka sendiri,” ujarnya. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini

menegaskan lonjakan tagihan listrik disebabkan oleh perubahan pola pencatatan meteran. Dia menyangkal membengkaknya tagihan listrik akibat

kenaikan tarif listrik maupun subsidi silang. “Terjadi perbedaan realisasi konsumsi dengan tagihan selama PSBB. Selisih tersebut ditagihkan bulan Juni setelah PLN melakukan pencatatan real,” jelasnya.

Sri Adiningsih