perburuan dan perdagangan beberapa jenis … · 2011 . perburuan dan perdagangan beberapa jenis...

110
PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: vokhanh

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR

KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA

RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR

KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA

RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 3: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

RINGKASAN

RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN. E34050078. Perburuan dan Perdagangan Beberapa Jenis Kelelawar di Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Dibimbing oleh HARYANTO R. PUTRO dan ANI MARDIASTUTI.

Sebahagian besar masyarakat di dalam dan sekitar Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) memiliki matapencaharian yang bertumpu pada sektor pertanian. Durian dan petai banyak dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari. Satwa utama yang membantu penyerbukan durian dan petai adalah kelelawar (Chiroptera: Megachiroptera). Tidak hanya itu, kelelawar juga berperan penting dalam menjaga ekosistem di KHBT, karena membantu penyerbukan dan penyebaran biji beberapa jenis tumbuhan di sana. Masyarakat di dalam dan sekitar KHBT didominasi oleh suku Batak, dan sangat gemar mengkonsumsi daging kelelawar (Pteropodidae). Perburuan yang tidak lestari dikhawatirkan akan menekan populasi kelelawar. Untuk itu perlu dilakukan survei perburuan dan perdagangan kelelawar. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perburuan dan perdagangan beberapa jenis kelelawar yang terjadi di dalam dan sekitar KHBT, dalam upaya konservasi kelelawar.

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatra Utara. Penelitian dilaksanakan bulan November 2009-Juni 2010. Alat yang digunakan adalah peta kawasan, buku panduan lapang “Kelelawar di Indonesia” (Suyanto 2001), GPS, kamera digital, camera trap, binokuler, senter, alkohol 90%, dan panduan wawancara. Objek yang di teliti adalah jenis kelelawar yang diburu, pemburu, pengumpul dan pedagang, pembeli, pemilik rumah makan dan warung tuak, pengkonsumsi, serta petani durian. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, wawancara, observasi lapangan dan pemasangan camera trap. Data dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelelawar yang diburu adalah kalong kapauk, lalai kembang dan kusing dayak. Jenis kalong kapauk lebih banyak diburu daripada lalai kembang dan kusing dayak. Perburuan dengan tujuan komersial ini dilakukan dengan menggunakan jaring, namun ada juga sebahagian kecil yang menggunakan senapan angin dan rawe. Perburuan kalong kapauk berlangsung musiman (musim bunga durian), sedangkan perburuan lalai kembang dan kusing dayak tidak.

Perdagangan kelelawar terjadi secara lokal. Harga seekor kalong kapauk dari pedagang kepada pembeli sekitar Rp 15.000-40.000, sedangkan lalai kembang dan kusing dayak dijual seharga Rp 1.000 per ekor. Bentuk pemanfaatan kelelawar adalah sebagai sumber protein, menu makanan ekstrem, dijadikan serbuk obat asma, dan sebagai tambul. Diperlukan suatu upaya konservasi untuk menyelamatkan populasi kelelawar yang diperkirakan terus menurun ini, yaitu dengan mengadakan penyuluhan mengenai fungsi penting kelelawar, pendidikan konservasi dibangku sekolah, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyuluhan pertanian, dan perbaikan habitat kelelawar.

Kata kunci: perburuan, perdagangan, Pteropodidae, Hutan Batang Toru

Page 4: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

SUMMARY

RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN. E34050078. The Hunt and Trade of Some Species of Bats inside and surround Forest Area of Batang Toru, North Sumatra. Under supervision of HARYANTO R. PUTRO and ANI MARDIASTUTI

Most of local people surround Batang Toru Forest Area work at agriculture sectors. Durian and petai are mostly cultivated due to those commodities have high economic value. The main wild animals that help pollination of durian and petai is bat (Chiroptera: Megachiroptera). Not only help durian and petai pollination, but bats also help other plants pollination and spread some seeds. Therefore bats also have function as forest ecosystem keeper. The local people inside and surrounding Batang Toru forest is dominated by Batak ethnic. They are found of consuming bats meat (Pteropodidae). Unsustainable bat hunting is worrying since it can decrease bats population. The aims of study is to get information concerning the hunt and trade of some species of bats inside and surrounding Batang Toru Forest Area from conservation perspective.

The locations of study were at Batang Toru Forest Area, surrounding Batang Toru Forest Area. The study was conducted during November 2009 - June 2010. The tools that were used consisted of map of area, guidance book “Kelelawar di Indonesia”, GPS, digital camera, 2 unit of trap camera, binocular, flash light, watch, alcohol 90% and guidance questioner. The objects of this study were kalong kapauk, lalai kembang and kusing dayak, bats hunters, bats collectors, bats sellers, bats buyers, food shop owners, toddy shop owners, bats consumers and durian farmers. The data was collected through literature study, interview, field observation and video from trap camera. The data then was analyzed descriptively.

The bats trades happen locally. The price of one kalong kapauk can reach Rp 15.000,00 – Rp 40.000,00, while one lalai kembang or kusing dayak is only paid Rp 1.000,00. The utilizations of bats are usually for protein source, extreme menu, medicine and Snacks. Concerning the important aim of bats in the ecosystem, it needs conservation effort to conserve bat population that is getting decrease. The conservation effort can be giving socialization to local people regarding important aim of bats to the ecosystem, delivering conservation education to pupils in the schools, increasing local people welfare by giving agricultural illumination and repairing the habitat of bats.

Key words: hunt, trade, Pteropodidae, Batang Toru Forest

Page 5: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perburuan dan

Perdagangan Beberapa Jenis Kelelawar di Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan

Batang Toru, Sumatera Utara adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan

bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah

pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Ronald Andreas Paja Siagian

NRP E34050078

Page 6: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Judul Skripsi : Perburuan dan Perdagangan Beberapa Jenis Kelelawar di Dalam

dan Sekitar Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara

Nama : Ronald Andreas Paja Siagian

NIM : E34050078

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Mengetahui:

Ketua Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan IPB,

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, M.S NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal:

Pembimbing I,

Ir. Haryanto R. Putro, MS NIP. 19600928 198503 1 004

Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc NIP. 19590925 198303 2 002

Page 7: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan pada bulan November 2009-Juni

2010 adalah Perburuan dan Perdagangan Beberapa Jenis Kelelawar di Dalam dan

Sekitar Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di

bawah bimbingan Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani

Mardiastuti, M.Sc.

Maraknya perburuan kelelawar yang terjadi di dalam dan di sekitar

Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) menimbulkan kekhawatiran bagi

sebahagian pihak yang peduli terhadap masalah lingkungan. Penulis melakukan

penelitian ini untuk melihat kondisi perburuan dan perdagangan kelelawar yang

terjadi sejauh ini. Sumber dana dalam pelaksanaan penelitian ini diperoleh dari

Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Ekosistem Lestari (LSM YEL).

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

ilmiah ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun selama proses penyelesaian karya

ilmiah ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2011

Penulis

Page 8: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari bahwa penelitian ini terlaksana berkat dukungan

berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga besar penulis khususnya Bapa dan Mama atas kasih sayang,

nasehat, kesabaran, dan dukungan doa.

2. Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc atas semua

masukan berharga serta motivasi dan nasihat-nasihatnya kepada penulis.

3. Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen

Manajemen Hutan.

4. Ir. Jajang Suryana, M.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.

5. Ir. Oemijati Rachmatisjah, MS sebagai dosen penguji dari Departemen

Silvikultur.

6. Yayasan Ekosistem Lestari, Gabriella Fredriksson, Graham User, dan Helga

Peters atas kesempatan, masukan-masukan, bantuan selama di lapangan, dan

bantuan dana penelitian yang telah diberikan.

7. Seluruh staf YEL Batang Toru (Pinda Sianturi, S.Hut, M Faesal Rakhman

Khakim, S.Hut, Sri Mahaini, Jumiatik, Subroto, Waldi Sipahutar, Rijal

Simangunsong, Pak Buyung, Con, dan Kalam) atas bantuannya di lapangan.

8. Lina Kristina Dewi, S.Hut dan Insan Kurnia, S.Hut atas masukan dan

bantuannya.

9. Keluarga besar KSHE 42 atas semua perjuangan dan kebersamaannya.

10. Keluarga besar Himakova khususnya Kelompok Pemerhati Gua (G-12) atas

semua perjuangan dan kebersamaannya.

11. Keluarga besar KSHE atas bantuannya kepada penulis selama menimba ilmu

di IPB.

12. Keluarga besar UKM PMK IPB khususnya Komisi Pelayanan Siswa atas

pengalaman dan persahabatan yang dirasakan penulis.

13. Penghuni kost Sakura (David Siagian, A.Md, Dian Firdaus, S.Hut, Dion,

Christian, dan Boyce).

Page 9: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pabatu, Sumatera Utara pada

tanggal 12 Juli 1987 sebagai anak keempat dari empat

bersaudara pasangan Arnold Siagian dan Tianur Saragih.

Pendidikan formal penulis dimulai di SDN IV Ajamu (1993-

1999), kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Yapendak

Ajamu (1999-2002). Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU

RK Bintang Timur Rantauprapat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk

IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB. Penulis memilih

Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi

kemahasiswaan yakni sebagai anggota Himakova Kelompok Pemerhati Gua (G-

12) tahun 2006-2008, koordinator bidang pelayanan Komisi Pelayanan Siswa Unit

Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB tahun 2007-2008, dan

wakil koordinator II bidang eksternal Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan

Mahasiswa Kristen IPB tahun 2008-2009. Kegiatan lapang yang pernah diikuti

adalah Eksplorasi Fauna dan Flora Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam

Gunung Simpang Bandung (2008).

Kegiatan akademik lapang yang pernah diikuti antara lain Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap dan BKPH Gunung Slamet Barat

Baturaden Jawa Tengah (2007), Praktek Pengelolaan Konservasi Eksitu di Kebun

Tanaman Obat Karya Sari Leuwiliang Bogor dan Taman Margasatwa Ragunan

Jakarta Selatan. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi

(PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur (2009).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Perburuan dan Perdagangan Beberapa Jenis Kelelawar di

Dalam dan Sekitar Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara dibimbing oleh

Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.

Page 10: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... i DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... iv I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 2 1.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 3 1.4 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 3 1.5 Manfaat ............................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2.1 Bio-Ekologi Kelelawar ................................................................... 5

2.1.1 Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus, 1758) ....... 6 2.1.2 Lalai Kembang (Eonycteris spelaea Dobson, 1871) .......... 11 2.1.3 Kusing Dayak (Dyacopterus spadiceus Thomas, 1890) ..... 12

2.2 Fungsi di Alam ............................................................................... 13 2.3 Alat dan Cara Perburuan ................................................................. 14 2.4 Perdagangan .................................................................................... 16 2.5 Upaya Konservasi ........................................................................... 18

III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 19 3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 19 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 19 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................ 19 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 20

3.4.1 Pengamatan (Observasi) ..................................................... 20 3.4.2 Wawancara (Interviu) ......................................................... 21 3.4.3 Camera Trap ........................................................................ 21 3.4.4 Jenis Kelelawar yang Diburu dan Diperdagangkan ............ 22 3.4.5 Perburuan Kelelawar .......................................................... 23 3.4.6 Perdagangan Kelelawar ....................................................... 23 3.4.7 Karakteristik Responden ..................................................... 23 3.4.8 Kondisi Habitat ................................................................... 24 3.4.9 Kebun Durian ...................................................................... 24

3.5 Analisis Data ................................................................................... 24 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 25

4.1 Letak dan Luas ................................................................................ 25 4.1.1 Kabupaten Tapanuli Utara .................................................. 25 4.1.2 Kabupaten Tapanuli Tengah ............................................... 26 4.1.3 Kabupaten Tapanuli Selatan ............................................... 27

4.2 Topografi dan Geologi .................................................................... 28 4.3 Iklim ................................................................................................ 29 4.4 Potensi Fauna dan Flora ................................................................. 29 4.5 Kondisi Masyarakat ........................................................................ 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 31 5.1 Pengenalan Kalong Kapauk, Lalai Kembang dan Kusing

Dayak .............................................................................................. 31

Page 11: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

5.2 Perburuan Kalong Kapauk .............................................................. 32 5.2.1 Alat dan Cara Perburuan ..................................................... 32

5.2.1.1 Jaring (Jala) ........................................................... 33 5.2.1.2 Senapan Angin ...................................................... 35 5.2.1.3 Rawe (Mata Kail Pancing) .................................... 35

5.2.2 Daerah dan Lokasi Perburuan ............................................. 36 5.2.3 Waktu Perburuan ................................................................ 38 5.2.4 Frekuensi Perburuan ........................................................... 39 5.2.5 Estimasi Jumlah Tangkapan ............................................... 39

5.3 Perdagangan Kalong Kapauk ......................................................... 40 5.3.1 Rantai Perdagangan ............................................................ 40 5.3.2 Lokasi Penjualan ................................................................. 42

5.4 Karakteristik Responden Pemanfaat Kalong Kapauk ..................... 43 5.4.1 Pemburu .............................................................................. 46 5.4.2 Pengumpul dan Pedagang ................................................... 48 5.4.3 Pembeli ............................................................................... 48 5.4.4 Pemilik Rumah Makan dan Warung Tuak yang

Menjual Kalong Kapauk Siap Saji ...................................... 50 5.4.5 Pengkonsumsi Kalong Kapauk Siap Saji ........................... 52

5.5 Perburuan Lalai Kembang dan Kusing Dayak ............................... 53 5.5.1 Alat dan Cara Perburuan ..................................................... 53 5.5.2 Daerah dan Lokasi Perburuan ............................................. 54 5.5.3 Waktu Perburuan ................................................................. 55 5.5.4 Frekuensi Perburuan ........................................................... 56 5.5.5 Sex ratio Hasil Buruan ........................................................ 58 5.5.6 Estimasi Jumlah Tangkapan ............................................... 58

5.6 Perdagangan Lalai Kembang dan Kusing Dayak ........................... 58 5.7 Karakteristik Pemanfaat Lalai Kembang dan Kusing Dayak .......... 59

5.7.1 Pemburu .............................................................................. 60 5.7.2 Pembeli ............................................................................... 62

5.8 Kondisi Habitat ............................................................................... 62 5.9 Kebun Durian ................................................................................. 63 5.10 Pembahasan Umum ........................................................................ 65

5.10.1 Kalong Kapauk ................................................................... 65 5.10.2 Lalai Kembang dan Kusing Dayak ..................................... 70 5.10.3 Implikasi Terhadap Pengelolaan ......................................... 71

5.10.3.1 Kelestarian Kalong Kapauk, Lalai Kembang, dan Kusing Dayak ................................................ 71

5.10.3.2 Sifat Migrasi Kalong Kapauk ............................... 72 5.10.3.3 Kondisi Habitat ..................................................... 72 5.10.3.4 Upaya Pemerintah ................................................. 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 76 6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 76 6.2 Saran ............................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 78 LAMPIRAN .................................................................................................... 81

Page 12: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Lokasi pasar tradisional yang menjual kalong kapauk, di dalam dan

sekitar KHBT ........................................................................................... 43

2. Karakteristik umum responden pemanfaat kalong kapauk di dalam

dan sekitar KHBT .................................................................................... 44

3. Asal responden yang menjadi pembeli kalong kapauk di Kabupaten

Tapanuli Tengah ...................................................................................... 49

4. Lokasi dan jumlah rumah makan/warung tuak yang menjual kalong

kapauk siap saji di dalam dan sekitar KHBT, berdasarkan hasil

survei ........................................................................................................ 50

5. Lamanya waktu perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua

Liang dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap ..................................... 56

6. Karakteristik umum responden pemanfaat lalai kembang dan kusing

dayak di Kecamatan Tukka ...................................................................... 60

7. Kelas umur pemburu lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang

dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap ...................................... 61

8. Jumlah pemburu lalai kembang dan kusing dayak per kelompok

dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap ...................................... 61

9. Luas tanaman, produksi, dan rata-rata produksi durian di Kabupaten

Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, tahun 2006-

2008 .......................................................................................................... 64

Page 13: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian perburuan dan perdagangan

kelelawar di dalam dan sekitar KHBT ...................................................... 3

2. Penyebaran geografi kalong kapauk (Sumber: Kunz & Jones 2000) ............... 7

3. Jaring kabut (a) dan jaring serangga (b) (Sumber: Suyanto 2001) ................. 15

4. Rantai perdagangan sumberdaya alam (Sumber: MWBP 2006) .................... 17

5. Camera trap tipe Sony P41 ...................................................................... 19

6. Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara (Sumber: YEL) .................. 25

7. Kalong kapauk (a), lalai kembang (b), dan kusing dayak (c) ................. 32

8. Alat perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring ................... 35

9. Alat perburuan kalong kapauk dengan menggunakan rawe .................... 36

10. Persentase kepemilikan lahan yang dijadikan lokasi penjaringan

kalong kapauk .......................................................................................... 37

11. Beberapa lokasi penjaringan kalong kapauk di punggung bukit (a)

dan salah satu lokasi penjaringan kalong kapauk (b) ............................... 38

12. Persentase musim berbunga durian berdasarkan hasil wawancara

pemburu (n = 69) ..................................................................................... 39

13. Pemburu di Panti menjual hasil tangkapan kepada pengumpul di

Panti (a), keranjang pengiriman (b), serta kalong kapauk yang sudah

diikat mulut dan sayapnya lalu dikelompokan sesuai ukuran (c) ............ 41

14. Rantai perdagangan kalong kapauk di dalam dan di sekitar KHBT ........ 41

15. Kalong kapauk setelah dibakar (a), masakan daging kalong kapauk

(b), dan salah satu rumah makan kalong kapauk siap saji di Desa

Tukka (c) .................................................................................................. 42

16. Penjualan kalong kapauk dengan cara berkeliling menggunakan

sepeda motor ............................................................................................ 42

17. Persentase responden pemanfaat kalong kapauk berdasarkan masing-

masing kategori ........................................................................................ 43

18. Persentase persepsi pemburu mengenai upaya perlindungan kalong

kapauk (n = 69) ........................................................................................ 47

19. Alat perburuan lalai kembang dan kusing dayak ..................................... 53

Page 14: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

iii

 

20. Tempat perburuan lalai kembang dan kusing dayak (patca) dengan

memanfaatkan pohon hidup (a) dan menggunakan tiang kayu (b) .......... 54

21. Gua Liang (a) dan Gua Anak Liang (b) di dalam KHBT blok Barat,

Kabupaten Tapanuli Utara ....................................................................... 54

22. Jumlah perburuan yang dilakukan setiap pemburu dari masing-

masing desa/dusun dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap ............... 56

23. Frekuensi perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang

dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap ............................................... 57

24. Sex ratio lalai kembang dan kusing dayak hasil buruan (n = 1) .............. 58

25. Penanganan lalai kembang dan kusing dayak sebelum dipasarkan:

membuang sayap (a), ditusuk dengan kayu (b), dibakar (c), hasil

setelah dibakar (d), perebusan (e), dan pengasapan (f) ............................. 59

26. Sampah yang ditinggalkan pemburu (a), tempat masak (b), dan batu

gilingan (c) ............................................................................................... 63

27 Persentase musim berbunga durian berdasarkan hasil wawancara

petani durian (n = 59) ............................................................................... 63

28. Penyebab berkurangnya produksi durian berdasarkan wawancara

petani durian (n=59) ................................................................................. 65

Page 15: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Panduan wawancara kepada pemburu kalong kapauk di dalam dan

sekitar KHBT ............................................................................................ 82

2. Panduan wawancara kepada pemburu lalai kembang dan kusing

dayak di dalam dan sekitar KHBT ........................................................... 85

3. Panduan wawancara dengan pengumpul sekaligus pedagang kalong

kapauk, di dalam dan sekitar KHBT ........................................................ 86

4. Panduan wawancara kepada pembeli kalong kapauk (untuk

konsumsi sendiri), di dalam dan sekitar KHBT ....................................... 87

5. Panduan wawancara kepada pemilik rumah makan dan warung tuak

yang menyediakan kalong kapauk siap saji, di dalam dan sekitar

KHBT ....................................................................................................... 88

6. Panduan wawancara kepada pengkonsumsi di rumah makan dan

warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji, di dalam

dan sekitar KHBT .................................................................................... 89

7. Panduan wawancara kepada petani durian yang ada di dalam dan

sekitar KHBT ........................................................................................... 90

8. Persebaran jenis-jenis anggota marga Pteropus (Sumber : Suyanto (2001)) ...... 91

9. Perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT dan di Panti ........ 92

10. Perburuan lalai kembang dan kusing dayak berdasarkan camera trap .... 94

Page 16: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kawasan Hutan Batang Toru (KHBT) terletak di Kabupaten Tapanuli

Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi

Sumatra Utara. Kawasan HBT berstatus hutan produksi seluas 93.628 ha

(68,7%), hutan lindung (register) atau suaka alam seluas 25.315 ha (18,6%) dan

area peruntukan lain seluas 17.341 ha (12,7%) (Indra & Fredriksson 2007).

Sebahagian besar masyarakatnya memiliki matapencaharian yang bertumpu pada

sektor pertanian. Durian dan petai merupakan jenis tanaman yang banyak

dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat digemari oleh

masyarakat.

Satwa utama yang membantu penyerbukan durian dan petai adalah

kelelawar. Selain durian dan petai, di dalam dan sekitar KHBT terdapat sekitar

184 jenis tanaman lain yang penyerbukannya juga dibantu oleh kelelawar, seperti:

nangka, mangga, pisang, jambu serta beragam jenis tanaman penting lainnya yang

menghasilkan kayu dan non kayu (Indra & Fredriksson 2007). Kelelawar juga

berperan sebagai pemencar biji-bijian yang efektif, karena dapat menyebarkan biji

dengan jarak lebih luas. Kelelawar jenis kalong kapauk (Pteropus vampyrus

Linnaeus, 1758) di Malaysia memiliki daya tempuh 60 km dalam semalam (Burns

2009), sedangkan kelelawar jenis lalai kembang (Eonycteris spelaea Dobson,

1871) memiliki daerah jelajah mencapai radius 40 km dalam semalam (Suyanto

2001).

Ancaman terbesar bagi kelelawar adalah kehilangan habitat dan perburuan

secara berlebihan (Suyanto 1979; Maharadatunkamsi et al. 2003; Mulyana 2009).

Perburuan kalong kapauk sering terjadi karena satwa tersebut dianggap merugikan

(memakan buah-buahan di kebun) dan kurangnya informasi bagi masyarakat

(Kencana 2002). Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), perburuan satwaliar

pada awalnya hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan

protein. Pemanenan kemudian berubah menjadi aktivitas jual beli untuk

mendapatkan uang tunai dari pihak lain (Soehartono & Mardiastuti 2003).

Masyarakat di dalam dan disekitar KHBT didominasi oleh suku Batak

yang gemar mengkonsumsi daging kelelawar (Pteropodidae). Jenis kelelawar

Page 17: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

2

 

yang diburu dan diperdagangkan adalah kalong kapauk, lalai kembang dan kusing

dayak (Dyacopterus spadiceus Thomas, 1890). Ketiga jenis kelelawar ini berasal

dari genus yang berbeda-beda dan termasuk dalam kelas Mamalia, subordo

Megachiroptera, dan famili Pteropodidae. Kalong kapauk termasuk dalam genus

Pteropus (Andersen 1912; Yalden & Morris 1975; Koopman 1993, diacu dalam

Kunz & Jones 2000; Suyanto 2001), lalai kembang termasuk dalam subfamili

Macroglossinae dan genus Eonycteris (Suyanto 2001), sedangkan kusing dayak

termasuk dalam genus Dyacopterus (Suyanto 2001).

Masyarakat di dalam dan sekitar KHBT sudah lama mengenal ketiga jenis

kelelawar ini. Kalong kapauk lebih dikenal dengan sebutan haluang, sedangkan

lalai kembang dan kusing dayak dikenal dengan sebutan lopong. Lopong

merupakan sebutan lokal untuk semua jenis kelelawar yang tinggal di dalam gua.

Jenis lopong yang diburu adalah lalai kembang dan kusing dayak, karena

memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Penulis tidak melakukan identifikasi

terhadap jenis kelelawar lain yang tidak diburu oleh masyarakat.

Perburuan dan pedagangan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing

dayak yang berlangsung secara terus menerus dikhawatirkan dapat menyebabkan

penurunan populasi dari ketiga jenis kelelawar tersebut. Penurunan populasi

kelelawar ini dapat mengakibatkan produktivitas buah durian, petai dan jenis

tanaman budidaya lainnya menurun, serta terganggunya ekosistem di KHBT.

Penelitian mengenai perburuan dan perdagangan kalong kapauk, lalai kembang

dan kusing dayak di dalam dan sekitar KHBT perlu untuk dilakukan.

1.2 Perumusan masalah

Penelitian ini diarahkan untuk merumuskan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut: (1) jenis kelelawar yang diburu; (2) alat dan cara

perburuan; (3) daerah-daerah (desa/dusun) dan lokasi perburuan; (4) waktu

perburuan; (5) frekuensi peburuan; (6) sex ratio hasil buruan; (7) estimasi jumlah

hasil tangkapan; (8) rantai perdagangan kelelawar; (9) bentuk pemanfaatannya;

(10) letak lokasi penjualan; (11) karakteristik pemanfaat kelelawar; (12) kondisi

habitat kelelawar; dan (13) hasil panen durian dari tahun ke tahun. Data dan

informasi yang menjawab permasalahan di atas diperlukan dalam upaya

Page 18: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

3

 

konservasi terhadap jenis kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak

khususnya di dalam dan sekitar KHBT.

1.3 Kerangka pemikiran

Kelelawar memiliki peranan penting dalam membantu proses penyerbukan

dan pemencaran biji tumbuhan. Perburuan secara tidak lestari dikhawatirkan dapat

menekan populasinya di alam, karena perkembangbiakannya yang berlangsung

lambat. Perburuan dan perdagangan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing

dayak di dalam dan sekitar KHBT perlu segera disurvei untuk melihat kondisi

yang sebenarnya, sehingga dapat dilakukan upaya yang tepat untuk mendukung

pelestarian dari ketiga jenis kelelawar ini. Kerangka penelitian perburuan dan

perdagangan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing dayak dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian perburuan dan perdagangan kelelawar

di dalam dan sekitar KHBT.

1.4 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi mengenai perburuan dan perdagangan beberapa jenis kelelawar yang

terjadi di dalam dan sekitar KHBT, dalam upaya konservasi kelelawar.

Upaya-upaya konservasi

Survei pasar tradisional

Persepsi para pihak

Populasi berkurang

1. Produktivitas kebun buah berkurang

2. Ekosistem di KHBT terganggu

Kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak di dalam dan sekitar KHBT

Diburu secara tradisional

Konsumsi sendiri Diperdagangkan secara komersial

Survei lokasi perburuan

Page 19: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

4

 

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam:

1. Menyediakan informasi mengenai sistem perburuan beberapa jenis kelelawar

di dalam dan sekitar KHBT.

2. Menyediakan informasi mengenai kajian perdagangan dan pemanfaatan

beberapa jenis kelelawar di dalam dan sekitar KHBT.

3. Memberikan usulan-usulan tentang upaya yang perlu dilakukan agar kelelawar

yang diburu dan diperdagangkan di dalam dan sekitar KHBT tetap lestari.

Page 20: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bio-ekologi kelelawar

Kelelawar termasuk Ordo (bangsa) Chiroptera dan memiliki 2 subordo

(anak bangsa), yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Megachiroptera

umumnya berukuran besar, telinga tidak memiliki tragus/antitragus, jari sayap

kedua umumnya bercakar dan terdiri dari dua tulang jari, serta pemakan buah dan

nektar (Standbury 1970; Yalden & Morris 1975; Feldhamer 1999; Kunz & Jones

2000; Suyanto 2001). Microchiroptera pada umumnya berukuran kecil, telinga

memiliki tragus/antitragus, jari sayap kedua tidak bercakar, tidak memiliki tulang

jari, dan pemakan serangga (Standbury 1970; Feldhamer 1999; Kunz & Jones

2000; Suyanto 2001), serta pemakan ikan dan darah (Feldhamer 1999). Perbedaan

lainnya adalah dari cara melihat, ukuran dan bentuk sayap, orientasi mencari

pakan (Feldhamer 1999) dan tingkat ketajaman indra penciumannya (Standbury

1970). Megachiroptera memiliki mata yang lebih besar, penciuman yang baik, dan

memiliki lidah yang panjang (Standbury 1970).

Di dunia ada 18 suku, sekitar 192 marga, dan 977 jenis kelelawar (Nowak

1999, diacu dalam Suyanto 2001). Meskipun memiliki jumlah jenis yang banyak

(terbesar kedua setelah Rodentia dalam kelas Mamalia), namun umumnya anggota

individu masing-masing jenis tidak banyak (Suyanto 2001). Di Indonesia ada 205

atau 21% jenis kelelawar di dunia yang sudah diketahui, sembilan suku dari jenis-

jenis ini termasuk dalam 52 marga (Suyanto 2001). Kesembilan suku tersebut

terdiri dari Subordo Megachiroptera (Pteropodidae) dan Subordo Microchiroptera

(Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae,

Emballonuridae, Rhinopomatidae dan Molossidae) (Suyanto 2001).

Selain memiliki tingkat adaptasi yang baik kelelawar juga memiliki daerah

penyebaran yang bersifat kosmopolit, karena ditemukan hampir diseluruh wilayah

di muka bumi kecuali di daerah kutub dan pulau-pulau terisolasi (Stadbury 1970;

Vaughan 1986). Menurut Suyanto (2001), kelelawar dapat tinggal di kolong atap-

atap rumah, terowongan-terowongan, di bawah jembatan, rerimbunan dedaunan,

gulungan daun pisang/palem, celah bambu, lubang-lubang batang pohon dan

pohon-pohon besar. Musuh alami kelelawar adalah ular sanca, ular hijau, elang

kelelawar, kucing dan burung hantu (Suyanto 2001).

Page 21: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

6

 

2.1.1 Kalong kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus, 1758)

Kalong kapauk termasuk dalam Subordo Megachiroptera, famili

Pteropodidae dan Genus Pteropus, serta memiliki 58 jenis (Andersen 1912;

Yalden & Morris 1975; Koopman 1993, diacu dalam Kunz & Jones 2000;

Suyanto 2001). Menurut Andersen (1912), kalong kapauk mempunyai beberapa

sub spesies yaitu P. v. malaccensis di Sumatera, Malaysia, Burma, Muangthai dan

Vietnam; P. v. vampyrus di Jawa; P. v. pluton di Bali dan Lombok; P. v. edulis di

Timor dan Pulau Sawu; P. v. natunae di Pulau Natuna (Bunguran, Pulo Panjang)

dan Kalimantan; P. v. lanensis di Filipina.

Nama ”pteropus” berasal dari bahasa Yunani ”pteron” yang berarti sayap,

sedangkan ”vampyrus” berasal dari bahasa Perancis dan Jerman ”vampir” yang

berarti penghisap darah, sebutan untuk kelelawar penghisap darah (Suyanto 1979).

Sebutan ”vampir” bertentangan dengan sifat binatang yang bersangkutan, karena

makanannya berupa buah-buahan dan sama sekali tidak menghisap darah

(Suyanto 1979). Kalong kapauk memiliki nama lain: keluang, paniki, kabog, giant

flying fox, island flying fox, Malayan flying fox, Malayan large flying fox,

Malaysian flying fox, common flying fox, Sunda Island flying fox, large fruit bat,

Malacca fruit bat, dan red-necked fruit bat (Kunz & Jones 2000).

Ciri-ciri umum yang dimiliki kalong kapauk menurut Suyanto (1979)

adalah panjang badan dan kepala dapat mencapai 40 cm, kepala mirip anjing,

berwarna kuning kemerah-merahan sampai coklat kehitam-hitaman (warna ini

hanya sampai kebahu, sedangkan sisanya kehitam-hitaman), betis dan sayap tidak

berambut , panjang telinga 4-5 cm dengan ujung meruncing, membran antar paha

tidak tumbuh di tengah, rigi platum (tonjolan kulit pada langit-langit) 5+5+3 atau

5+51/2 atau 6+3, betis bagian atas tidak berbulu, basal ledge belakang pada

graham tidak tumbuh, dan lengan bawah panjangnya mencapai 18-22 cm. Kalong

kapauk tidak memiliki ekor (Taylor 1934, diacu dalam Kunz & Jones 2000).

Kalong kapauk juga dapat dibedakan dengan jenis lainnya melalui warna

bulu (Ingle & Heaney 1992, diacu dalam Kunz & Jones 2000). Warna dan bentuk

bulu kalong kapauk bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin (Goodwin

1979, diacu dalam Kunz & Jones 2000). Kalong kapauk remaja biasanya

berwarna abu-abu sampai cokelat/ pirang (Payne et al. 1985, diacu dalam Kunz &

Page 22: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

7

 

Jones 2000). Bulu jantan terlihat sedikit lebih kaku dan lebih tebal dibandingkan

betina (Taylor 1934, diacu dalam Kunz & Jones 2000). Jantan juga mempunyai

kelenjar neck-tufts yang kaku di leher (Andersen 1912).

Menurut Ingle dan Heaney (1992) diacu dalam Kunz dan Jones (2000),

kalong kapauk memiliki berat badan kira-kira mencapai 645–1,092 gram.

Menurut Suyanto (1979), berat kalong kapauk dewasa sekitar 600 - 1.400 gram.

Menurut Yalden dan Morris (1975), berat kalong kapauk dapat mencapai 1.200

gram, yang sama dengan berat seekor kelinci. Panjang rentang sayap 1,320–1,500

m (Yalden & Morris 1975; Ingle & Heaney 1992, diacu dalam Kunz & Jones

2000; Suyanto 2001).

Menurut Andersen (1912), kalong kapauk terdapat hampir diseluruh

wilayah Wallace Indo-Malayan (Gambar 2). Kalong kapauk terdapat mulai dari

selatan Burma dan Thailand bagian timur sampai ke Filipina dan ke Selatan

Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Timor (Andersen 1912). Di Semenanjung

Malaysia dan Kalimantan, kalong kapauk umumnya berada di wilayah pantai,

tetapi juga terdapat pada ketinggian sampai 1,370 m dpl (Medway 1969, diacu

dalam Kunz & Jones 2000). Menurut Liat (1966), di Malaysia kalong kapauk

dapat ditemukan di hutan-hutan dataran rendah yang hinggap bergantungan di

pohon-pohon besar dengan ketinggian antara 100-150 kaki dari permukaan tanah.

Gambar 2 Penyebaran geografi kalong kapauk (Sumber: Kunz & Jones 2000).

Page 23: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

8

 

Menurut Lekagul dan McNeely (1975), penyebaran kalong kapauk hampir

meliputi seluruh kawasan Asia Tenggara, yaitu dapat dijumpai di dataran rendah

sampai dataran tinggi dengan ketinggian kurang lebih 1.300 m dpl. Sarang kalong

kapauk juga dapat ditemukan di hutan-hutan mangrove, dimana jenis ini

berkelompok dalam jumlah yang lebih kecil dengan jumlah antara 20-150 ekor

setiap kelompoknya (Liat 1966). Kalong kapauk dalam koloni yang besar,

mungkin dapat berkisar ratusan sampai ribuan individu (Liat 1966).

Menurut Dharmawan (1987), kalong kapauk yang ada di Pulau Rambut

Kepulauan Seribu hanya menggunakan dua tipe hutan, yaitu: hutan payau

(mangrove) dan tipe hutan sekunder dataran rendah. Pada hutan payau, jenis

pohon tempat istirahat adalah bakau merah (Rhizopora mucronata), sedangkan

pada hutan sekunder dataran rendah, jenis pohon yang digunakan adalah pohon

kepuh (Sterculia foetida), kedoya (Amoora aphanamixis), dan kesambi

(Schleichera oleosa) (Dharmawan 1987). Pohon-pohon yang disenangi adalah

pohon tertinggi, mudah dijangkau, bercabang banyak, dan kuat, serta cabangnya

menyebar luas (Dharmawan 1987).

Menurut Pieters (1953) diacu dalam Suyanto (1979), kalong kapauk di

alam memakan buah semacam beringin (Ficus) dan kersen (Muntingia calabura).

Kalong kapauk juga makan bunga dan daun muda untuk mendapatkan serbuk sari

dan air, terutama pada musim kering. Bunga randu (Ceiba pentandra), durian

(Durio zibethinus) dan kelapa (Cocos nucifera) sangat disukai kalong kapauk.

Menurut Yalden dan Morris (1975), makanan kalong kapauk adalah buah, nektar,

dan serbuk sari. Selain kalong kapauk, Chiroptera pemakan buah, nektar, dan

serbuk sari lainnya adalah Phyllostomidae yang berasal dari Subordo

Microchiroptera (Yalden & Morris 1975).

Tipe pohon-pohon yang disenangi kalong kapauk untuk tempat bersarang

mempengaruhi penyebarannya. Pteropus spp. lebih menyenangi pohon-pohon

yang tinggi dengan cabang-cabangnya yang menyebar luas (Liat 1966). Kalong

kapauk sering bersarang pada satu pohon tertentu atau satu kelompok pohon, dan

dari tahun ketahun kalong kapauk tersebut enggan (malas) meninggalkan tempat

yang telah disenanginya itu (Liat 1966). Perilaku umum dari kalong kapauk ini

menunjukkan bahwa penyebaran lokalnya sangat berkaitan dengan penyebaran

Page 24: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

9

 

tanaman atau ketersediaan makanannya (Payne et al. 1985, diacu dalam Kunz &

Jones 2000; Liat 1966). Kalong kapauk melimpah pada bulan April-Juni dan

Desember-Januari setiap tahunnya, karena pada waktu-waktu tersebut adalah

musim buah-buahan (Liat 1966).

Di Semenanjung Malaysia, puncak kebuntingan kalong kapauk terjadi

pada bulan November sampai Januari (Medway 1969, diacu dalam Kunz & Jones

2000), tetapi dapat juga pada waktu yang berbeda (Heideman & Heaney 1992,

diacu dalam Kunz & Jones 2000). Di Thailand, induk kalong kapauk melahirkan

anak secara bersamaan pada bulan Maret atau April (Heideman & Heaney 1992,

diacu dalam Kunz & Jones 2000; Lekagul & McNeely 1977). Kalong kapauk

berkembangbiak dengan melahirkan anak dengan masa buntingnya sekitar 6 bulan

dan jumlah anak seekor pada setiap kelahiran (Lecagul & McNeely 1977; Suyanto

1979). Umumnya masa kelahiran bayi kalong kapauk dipengauhi oleh musim

buah, yaitu bersamaan dengan musim buah-buahan, tetapi dapat juga berbeda-

beda berdasarkan letak wilayahnya (Lecagul & McNeely 1977).

Menurut Yalden dan Morris (1975), faktor lingkungan yang

mempengaruhi musim kawin (breeding) pada hewan mamalia pada umumnya

adalah perubahan cahaya (bertambah atau berkurangnya sepanjang hari), curah

hujan dan temperatur (suhu). Setiap kalong kapauk yang berada di daerah

beriklim sedang adalah jenis monoestrous, yaitu hanya memiliki satu masa

bereproduksi dalam setahun dan menghasilkan seekor anak setiap kelahirannya.

Di daerah tropis, cahaya dan temperatur relatif stabil dan beberapa jenis

kalong kapauk di daerah ini seharusnya akan berbiak setiap bulannya, tetapi

ternyata kalong kapauk hanya menghasilkan anak seekor setiap tahunnya (Yalden

& Morris 1975). Beberapa jenis kelelawar di daerah tropis memiliki musim kawin

yang dibatasi oleh siklus tahunan melalui pergantian hujan, sehingga anak kalong

kapauk akan dilahirkan dengan mengikuti musim berbunga atau musim buah

(Yalden & Morris 1975).

Menurut Yalden dan Morris (1975), sebelum melahirkan induk-induk

kalong kapauk mengalami pemisahan sex terlebih dahulu. Induk-induk yang

bunting tersebut kadang-kadang ditemani oleh beberapa ekor betina yang masih

muda dan membentuk suatu kelompok asuh (nursing colonies). Diduga

Page 25: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

10

 

pemisahan induk-induk bunting dengan pejantan untuk mengurangi adanya

kekacauan dan persaingan makanan (Yalden & Morris 1975).

Janin kalong kapauk sangat besar, terkadang mencapai sepertiga berat

induknya (Yalden & Morris 1975). Bayi yang baru lahir menempel pada induknya

dan untuk beberapa hari pertama turut dibawa terbang dalam pencarian makanan.

Setelah itu ditinggalkan di pohon tempat istirahat setiap kali induknya mencari

makan (Yalden & Morris 1975). Kalong kapauk umumnya sudah dapat terbang

sendiri pada usia sekitar 2 - 3 bulan (Yalden & Morris 1975). Karena jumlah bayi

yang berasal dari satu induk sangat kecil, populasi kalong kapauk memiliki

tingkat pertumbuhan yang lambat. Mungkin ini diimbangi dengan masa hidupnya

yang lama (Yalden & Morris 1975).

Perilaku satwa merupakan suatu reaksi (ekspresi) satwa terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi baik itu faktor internal yang berasal dari dalam tubuh

satwa dan dipengaruhi oleh sifat genetik, maupun faktor eksternal yaitu

rangsangan dari lingkungan (Suratmo 1979). Perilaku merupakan gerak-gerik

satwaliar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan

rangsangan dari lingkungannya. Fungsi perilaku adalah untuk menyesuaikan diri

terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam

(Alikodra 2002).

Kalong kapauk merupakan satwa yang aktif pada malam hari yang selalu

berkoloni dalam kelompok kecil sampai besar dan beristirahat pada siang hari

dengan cara menggantung ke bawah dan kuku kaki mencengkram cabang (ranting

pohon), sehingga pohon-pohon yang dihuninya terlihat seperti dipenuhi oleh

daun-daun kering yang berwarna coklat (Suyanto 2001). Sebagian kecil tinggal di

gua, umumnya tinggal di tajuk pepohonan di antara dedaunan yang rimbun

(Suyanto 2001). Koloni kalong kapauk diatur berdasarkan kelompok belum

dewasa dan dewasa belum berkembang biak. Pada sekeliling kelompok kalong

kapauk, jantan bertindak sebagai penjaga, yang akan memberikan alarm yang

keras jika terdapat gangguan (Yalden & Morris 1975).

Disebutkan juga oleh Yalden dan Morris (1975) bahwa suatu koordinasi

dan prilaku kelompok yang lebih tinggi terjadi pada kalong kapauk yang hidup

pada kelompok yang sangat besar, dan mencari makan pada tempat yang relatif

Page 26: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

11

 

terlokalisasi dimana terdapat buah-buahan. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh

kelelawar pemakan serangga untuk mencari makan secara bersama-sama dan

berdekatan, karena makanannya sangat mobil dan tersebar (Yalden & Morris

1975).

2.1.2 Lalai kembang (Eonycteris spelaea Dobson, 1871)

Lalai kembang termasuk dalam Subordo Megachiroptera, famili

Pteropodidae, Subfamili Macroglossinae, dan Genus Eonycteris (Corbet & Hill

1992, diacu dalam Maharadatunkamsi & Kitchener 1997; Suyanto 2001).

Menurut Andersen (1912), Genus Eonycteris terdiri dari 3 jenis, yaitu E. spelaea

(Dobson, 1871), E. major (Andersen, 1910), dan E. rosenbergii (Jentink, 1889).

Di Indonesia genus Eonycteris hanya terdapat 2 jenis saja, yaitu: E. major

(Andersen, 1910), yang penyebarannya di Kalimantan dan E. spelaea (Dobson,

1871) yang memiliki daerah penyebaran di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa

Tenggara, dan Sulawesi (Suyanto 2001). Lalai kembang memiliki nama Inggris

Dawn bat, Common dawn bat, Common nectar bat, Lesser dawn bat (IUCN

2008).

Lalai kembang memiliki penyebaran di India, Myanmar, Thailand,

Indocina, Malaysia, Filipina, dan Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa

Tenggara, dan Sulawesi) (Corbet & Hill 1992, diacu dalam Maharadatunkamsi et

al. 2003; Suyanto 2001). Selain itu, di Indonesia lalai kembang juga dapat

ditemukan di Bali, Lombok, Sumba, Muna, Sanana, Halmahera, Batjan dan

Tidore (IUCN 2008). Habitat lalai kembang adalah di berbagai tipe hutan, mulai

dari hutan primer sampai lahan pertanian campuran (IUCN 2008). Sedangkan,

menurut Suyanto (2001) Eonycteris tinggal di gua-gua atau ceruk-ceruk batuan

pada mintakat peralihan atau gelap total.

Ciri-ciri yang dimiliki lalai kembang adalah: jari kedua tanpa cakar,

moncong panjang, lidah panjang, bulu pendek halus seperti beludru, ada sepasang

kelenjar dekat anus yang berbentuk seperti ginjal, lengan bawah sayap 60-85 mm,

betis 25-40 mm, kaki belakang dengan cakar 17-21 mm, dan ukuran telinga 16-22

mm (Maharadatunkamsi & Kitchener 1997; Suyanto 2001). Menurut Suyanto

(2001), yang membedakan E. spelaea dengan E. major adalah ukuran lengan

bawah sayap dan warna tubuh, dimana E. spelaea memiliki ukuran lengan bawah

Page 27: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

12

 

sayap 60-81 mm dan berwarna lebih terang, sedangkan E. major memiliki ukuran

lengan bawah sayap 72-85 mm dan berwarna lebih gelap.

Lalai kembang merupakan kelelawar berukuran sedang (kira-kira 53–84 g)

yang bertengger di dalam gua dalam koloni besar dan berpergian dengan jarak

yang jauh untuk mencari makanan berupa nektar dan serbuk sari (Corbet & Hill

1992 diacu dalam Maharadatunkamsi & Kitchener 1997; Hill & Smith 1984 diacu

dalam Maharadatunkamsi & Kitchener 1997; Kitchener et al. 1990 diacu dalam

Maharadatunkamsi et al. 2003). Banyak jenis tanaman yang bergantung pada

kelelawar ini untuk penyerbukan dan penyebaran biji, tetapi jumlah populasinya

mengalami penurunan karena pengrusakan habitat, gangguan pada gua, dan

perburuan (Maharadatunkamsi et al. 2003).

Tercatat lebih dari 4.000 individu lalai kembang ditemukan di gua-gua

Batu di Malaysia (Bates dan Harrison 1997 diacu dalam IUCN 2008). Di Pulau

Palawan ditemukan dua populasi, satu melebihi 2.000 individu dan lain yang

mungkin melebihi 50.000 individu (Esselstyn et al. 2004 diacu dalam IUCN

2008). Sepanjang tahun, seekor lalai kembang betina hanya melahirkan satu anak

(Bates dan Harrison 1997 diacu dalam IUCN 2008). Sedangkan menurut Suyanto

(2001), secara umum suku Pteropodidae memiliki masa bunting 3-6 bulan, dengan

melahirkan seekor anak dalam setiap kelahiran. Menurut Heideman & Utzurrum

(2003), di Filipina lalai kembang memiliki pola musim kawin yang sama dengan

Rousetus amplexicaudatus dan Macroglossus minimus, dengan 2 musim kelahiran

setiap tahun, yaitu pada pertengahan bulan Maret atau April dan Agustus atau

September.

2.1.3 Kusing dayak (Dyacopterus spadiceus Thomas, 1890)

Kusing dayak termasuk dalam subordo Megachiroptera, famili

Pteropodidae, dan genus Dyacopterus (Suyanto 2001). Kusing dayak memiliki

nama Inggris Dayak fruit bat dan Dyak fruit bat (IUCN 2008). Menurut Suyanto

(2001), genus Dyacopterus hanya memiliki satu jenis anggota, yaitu kusing dayak

D. spadiceus (Thomas, 1890). Kusing dayak dapat ditemukan di Indonesia,

Malaysia, Filipina, dan Thailand (IUCN 2008). Menurut Suyanto (2001)

persebaran kusing dayak adalah di Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia.

Page 28: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

13

 

Menurut Suyanto (2001), ciri-ciri kusing dayak adalah: bentuk geraham

atas (P3, P4) dan geraham bawah (P3, P4, dan M1) menyerupai segiempat

berukuran besar, P3 berukuran 2,87-3,01 x 2,36-2,60 mm, P4 berukuran 2,52-2,90

x 2,32-2,61 mm, P3 berukuran 3,38-3,60 x 2,21-2,31 mm, dan P4 berukuran 3,06-

3,17 x 2,35-2,67 mm. Rumus gigi I1I2CP3P4M1/I1I2CP1P3P4M1M2 dengan M1 jauh

lebih kecil daripada P4, (dibandingkan dengan Cynopterus yang hampir sama

besarnya), crista sagittalis tumbuh baik, ada celah antara gigi seri nomor 2 dengan

taring atas (Suyanto 2001). Selanjutnya, Suyanto (2001) menyatakan lengan

bawah sayap berukuran 76-92 mm, betis 27 mm, telinga 17-21 mm, warna wajah

kehitaman, bahu kekuningan, coklat pada daerah punggung dan sisi samping

badan, serta keputih-putihan pada dada dan perut.

2.2 Fungsi di alam

Fungsi kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak di alam sangat

besar. Dilihat dari segi ekologi, kalong kapauk dapat memencarkan biji pohon-

pohon yang menghasilkan buah ke tempat-tempat yang lebih luas dibandingkan

dengan yang dapat dilakukan oleh binatang-binatang lainnya (Suyanto 1979).

Peran ini akan sangat penting dalam hal pemulihan hutan di lokasi-lokasi yang

rusak akibat aktivitas penebangan hutan ataupun akibat bencana alam (Suyanto

1979). Kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak juga berperan dalam

penyerbukan pohon-pohon di hutan, termasuk pohon-pohon dengan nilai

komersial tinggi seperti durian, randu, dan jenis-jenis lainnya di hutan mangrove

(Suyanto 1979).

Fungsi kalelawar secara umum, selain fungsi yang telah disebutkan diatas

adalah sebagai pengendali hama serangga, penghasil pupuk guano (lalai kembang

E. spelaea Dobson, 1871) dan tambang fosfat di gua-gua, sebagai obyek wisata,

bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan yang tidak kalah

pentingnya daging dan hati kalong kapauk ternyata merupakan penawar asma

yang baik, walaupun belum bisa dibuktikan secara ilmiah (Suyanto 1979).

Menurut Suyanto (1979) dibeberapa tempat di Indonesia daging kalong

kapauk dianggap lezat, tetapi kebanyakan orang enggan memakannya karena

baunya yang tidak sedap. Disamping dagingnya, tulang lengan bawah kalong

kapauk dibeberapa tempat digunakan sebagai pipa rokok. Menurut Walker et al.

Page 29: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

14

 

(1968) diacu dalam Suyanto (1979) oleh penduduk tertentu lemaknya digunakan

untuk menyuburkan rambut kepala dan menyembuhkan penyakit encok. Ada pula

yang mengatakan hati kalong kapauk dicampur hati codot (Macroglossus

minimus) dan cleret gombel (Draco volans), setelah dimasak dapat

menyembuhkan penyakit asma yang berat (Suyanto 1979).

2.3 Alat dan cara perburuan

Peraturan yang mengatur perburuan satwaliar terdapat pada bab 4 pasal 17

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999, tentang

pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwaliar. Perburuan jenis satwaliar dalam

peraturan tersebut dilakukan untuk keperluan olah raga buru (sport hunting),

perolehan trofi (hunting trophy), dan perburuan tradisional oleh masyarakat

setempat. Penangkapan kelelawar dapat dilakukan untuk tujuan penelitian,

khususnya bagi jenis-jenis yang belum diketahui identitasnya (Suyanto 2001).

Alat penangkapan kalelawar meliputi jaring kabut (mistnet), jaring harpa

dan jaring serangga (jaring bertangkai) (Suyanto 2001). Di Indonesia alat yang

biasa dipakai untuk menangkap kalelawar adalah jaring kabut (Gambar 3a) dan

jaring serangga (Gambar 3b) (Suyanto 2001). Jaring kabut yang dipakai untuk

menangkap kalelawar adalah jaring yang memiliki mesh (lebar mata jaring) 30-32

mm, dan ketebalan benang jaring 80 Denier (1 Denier = berat 9000 m benang

nilon dalam gram), serta benang nilon yang terdiri dari untaian rangkap (Suyanto

2001). Di dalam gua yang berlangit-langit rendah jaring bertangkai biasanya

sangat efektif untuk menangkap kelelawar. Sedangkan, untuk gua yang berlangit-

langit tinggi dapat menggunakan jaring kabut dengan mengikatkannya pada kedua

tiang, lalu menggerakkan kedua tiang kearah kelelawar (Suyanto 2001).

Suyanto (2001) melanjutkan bahwa tempat paling baik untuk memasang

jaring adalah di tempat kelelawar tidur atau sedang mencari makan, seperti di

sekitar pohon yang sedang berbuah (jambu, beringin dan lain-lain), pohon randu

atau pisang yang sedang berbunga dan di sekitar tempat koloni laron atau semut

terbang. Jaring dapat dipasang menyusuri tepi hutan, atau punggung bukit,

menyilang lorong-lorong atau jalan setapak yang dilalui kelelawar (Suyanto

2001). Jaring harus dipasang di tempat yang agak terbuka karena ditempat yang

Page 30: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

15

 

tumbuhannya lebat biasanya tidak dilalui kelelawar karena kelelawar tidak bisa

menggunakan sayapnya dengan bebas untuk terbang (Suyanto 2001).

Gambar 3 Jaring kabut (a) dan jaring serangga (b) (Sumber: Suyanto 2001).

Selain alat-alat yang telah disebutkan diatas, cara lain yang biasa

digunakan pemburu kalong kapauk adalah dengan menggunakan senapan angin,

jala ikan (jaring), dan layangan. Penangkapan dengan senapan angin dan jala ikan

pernah dilakukan di Kebun Raya Bogor, ketika populasi kalong kapauk

dinyatakan mengalami peningkatan yang begitu cepat dan dinyatakan dapat

mengakibatkan kematian pohon koleksi (Susetyo 2007). Penangkapan dengan jala

ikan yang dimaksudkan adalah menangkap dengan menggunakan jaring semacam

net untuk permainan bola voli. Jaring dipasang dengan tali kemudian dinaikkan

hingga membentang di lintasan udara yang biasa dilalui kalong kapauk. Dalam

sehari, sejak matahari terbenam hingga subuh, rata-rata tertangkap 30-40 ekor

(Susetyo 2007). Cara penangkapan dengan jaring ini juga yang dilakukan

penangkap kalong kapauk di kawasan Bukit Tangkiling di Palangkaraya dan di

hutan Timpah, arah ke Buntok Kabupaten Barito Selatan (Zainuddin 2009).

Penangkapan kalong kapauk dengan layangan pernah dilakukan oleh

warga Sirenjang Jambi, yang mana di daerah ini kalong kapauk dianggap sebagai

hama pertanian (Pakde 2009). Pada tali layangan dipasang mata kail (pancing)

yang cukup banyak dengan tujuan kalong kapauk akan tersangkut di mata kail

tersebut ketika layangan diterbangkan (Pakde 2009). Biasanya layangan

diterbangkan sampai ketinggian 100 m dan dilakukan dari pukul 17.00−18.30

WIB, yaitu ketika kalong kapauk baru mulai keluar dari sarang untuk mencari

makan sampai hari mulai gelap. Dalam sehari mereka dapat menangkap 8 ekor

kalong kapauk (Pakde 2009).

Page 31: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

16

 

2.4 Perdagangan

Peraturan Pemerintah no 8 tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis

tumbuhan dan satwaliar, pada bab 5 pasal 18 menjelaskan bahwa:

(1) Tumbuhan dan satwaliar yang dapat diperdagangkan adalah jenis satwaliar

yang tidak dilindungi.

(2) Tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan perdagangan diperoleh dari:

hasil penangkaran, pengambilan atau penangkapan dari alam.

Pada awalnya pemanenan hidupan liar hanya ditujukan untuk kebutuhan

masyarakat sehari-hari, misalnya untuk memenuhi kebutuhan protein (Soehartono

& Mardiastuti 2003). Selanjutnya kegiatan pemanenan ini kemudian berubah

menjadi aktivitas jual beli untuk mendapatkan uang tunai dengan pihak lain

(Soehartono & Mardiastuti 2003). Pada skala nasional, perdagangan hidupan liar

dapat menyumbangkan devisa bagi negara, meskipun jika dibandingkan dengan

sumberdaya lainnya, seperti minyak, gas dan kayu, nilai hidupan liar memang

tergolong sangat kecil (Soehartono & Mardiastuti 2003).

Kalong kapauk terdaftar dalam Convention on International Trade in

Endangered Species of Fauna and Flora (CITES), yaitu pada Appendix II. Jenis

ini akan menjadi terancam punah jika perdagangannya tidak diatur (Brautigan

1992 diacu dalam Kunz & Jones 2000; Soehartono & Mardiastuti 2003).

Kelelawar jenis lalai kembang dan kusing dayak belum masuk kedalam daftar

CITES.

Pelaku perdagangan sumberdaya alam (Gambar 4) pada umumnya

mencakup pengumpul dan penjual sumberdaya alam atau collector, pembeli

sekaligus penjual atau trader, pembeli sekaligus penjual sekala besar atau large-

scale trader, serta pembeli dan pengguna atau consumer (MWBP 2006). Di

Kalimantan Tengah, penangkap kalong kapauk dari hutan membawa hasil

buruannya ke kota-kota besar seperti ke Palangkaraya, dan menjualnya dengan

harga partai (Zainuddin 2009). Kemudian kalong kapauk tersebut dibeli pedagang

pengecer kemudian dijual di beberapa tempat, bukan hanya di pinggir jalan tetapi

juga di beberapa lokasi pasar yang ramai pengunjungnya (Zainuddin 2009).

Page 32: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

17

 

Gambar 4 Rantai perdagangan sumberdaya alam (Sumber: MWBP 2006).

Menurut Suyanto (2001), di Indonesia semua jenis kalelawar belum

dilindungi oleh undang-undang. Berbeda dengan di negara-negara maju dimana

kelelawar hanya boleh ditangkap oleh peneliti saja. Isu yang beredar di

masyarakat daging dan hati kalong kapauk dipercaya menjadi penyembuh

penyakit asma yang baik, walaupun belum bisa dibuktikan secara ilmiah (Suyanto

1979). Selain untuk tujuan penyembuhan penyakit, kalong kapauk juga diperjual

belikan di pasar untuk dikonsumsi dagingnya (Suyanto 1979). Seperti halnya yang

terjadi di Palangkaraya, daging kalong kapauk disukai bukan hanya karena enak

rasanya, tetapi ternyata daging ini juga berkhasiat obat, seperti obat asma, obat

pedarahan, atau sangat baik bagi ibu yang baru melahirkan (Zainuddin 2009).

Masakan kalong kapauk dapat disop, dibuat makanan kare, dibuat gorengan, atau

dibakar begitu saja (Zainuddin 2009).

Harga kalong kapauk berbeda-beda berdasarkan tempat dan waktunya.

Pada waktu musim buah populasi kalong kapauk akan meningkat dan harga

kalong kapauk akan menurun (Khairulid 2005). Di Medan, kalong kapauk

dihargai mulai dari 40 ribu hingga 70 ribu rupiah per ekornya, bergantung hasil

tawar-menawar (Khairulid 2005). Di Sirenjang Jambi, kalong kapauk dijual

kepada orang Cina seharga 15 ribu rupiah (Pakde 2009). Sedangkan di

Palangkaraya, Misdan yang biasa menjual 115 ekor per harinya biasa menjual

seekor kalong kapauk dengan harga 30 ribu rupiah (Zainuddin 2009).

Desa • Collector • Trader • Consumer

Lokasi Penangkapan • Collector • Trader

Pasar luar • Large-scale Trader • Consumer

Pasar kota lokal • Trader • Large-scale Trader • Consumer

Page 33: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

18

 

2.5 Upaya konservasi

Berdasarkan Red List IUCN (2008) versi 3.1, kalong kapauk terdaftar

sebagai hampir terancam (Near Threatened; NT), karena jenis ini menurun secara

signifikan akibat pemanenan secara berlebihan untuk dimakan, dan karena terus-

menerus mengalami degradasi habitat di hutan primer (IUCN 2008). Berbeda

dengan lalai kembang yang berstatus risiko rendah (Least Concern; LC), karena

lalai kembang memiliki disribusi yang luas, diduga populasinya besar di sejumlah

kawasan lindung, dapat mentoleransi sedikit banyak perubahan habitat, dan

karena tidak mungkin mengalami penurunan populasi yang begitu cepat (IUCN

2008). Sedangkan, kusing dayak terdaftar sebagai hampir terancam (Near

Threatened; NT) karena hilangnya habitat secara luas, sehingga membuat spesies

dekat dengan kualifikasi untuk Rentan di bawah kriteria A (IUCN 2008).

Ancaman terbesar bagi kelelawar adalah kehilangan atau rusaknya habitat,

dan perburuan secara berlebihan (Suyanto 1979; Maharadatunkamsi et al. 2003;

Mulyana 2009). Banyak jenis kelelawar yang mencari makan di hutan hujan tropis

dan menyesuaikan hidupnya dengan kondisi sekitarnya. Ketika hutan tersebut

dikonversi maka akan ada banyak kelelawar yang tidak mampu bertahan hidup

bahkan akan mati (Suyanto 2001). Di Semenanjung Malaysia, Sumatera,

Thailand, Vietnam dan pulau sekitarnya, populasi kalong kapauk terancam punah

akibat penurunan jumlah hutan mangrove, perdagangan, dan pembukaan lahan

hutan menjadi perkebunan karet (Heideman & Heaney 1992, diacu dalam Kunz &

Jones 2000). Metode perlindungan yang baik adalah dengan melindungi

kelompok-kelompok kalong kapauk di pulau-pulau kecil.

Menurut Kepala Balai Zoologi LIPI, Ahmad Johan Arif diacu dalam

Mulyana (2009), populasi jumlah kalong kapauk di KRB mulai berkurang akibat

pengaruh pembangunan Kota Bogor. Penangkapan kelelawar untuk dimakan

secara berlebihan juga dapat mengancam populasinya, karena

perkembangbiakannya yang berlangsung sangat lambat (Suyanto 2001). Selain

itu, kebakaran hutan juga dapat mengancam kehidupan satwaliar di dalamnya.

Page 34: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 November 2009 - 15 Juni 2010.

Lokasi penelitian berada di dalam dan di sekitar Kawasan Hutan Batang Toru

(KHBT), yaitu: di Kabupaten Tapanuli Utara, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli

Tengah, Kota Padang Sidempuan, dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi

Sumatera Utara. Lokasi penelitian perburuan lalai kembang dan kusing dayak

berada di Gua Liang, yaitu di salah satu gua yang ada di dalam KHBT blok Barat.

3.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah: peta kawasan, Global positioning System

(GPS), kamera digital, 2 unit camera trap tipe Sony P41 (Gambar 5), binokuler,

alat penerangan (senter), pengukur waktu, alkohol 90%, dan panduan wawancara.

Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah: kalong kapauk, lalai

kembang, kusing dayak, dan sebahagian kecil dari masyarakat di dalam dan di

sekitar KHBT yang terlibat dalam kegiatan perburuan dan perdagangan ketiga

jenis kelelawar tersebut, serta petani durian.

Gambar 5 Camera trap tipe Sony P41

3.3 Jenis data yang dikumpulkan

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo 2002). Jenis-jenis data

yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

1. Jenis kelelawar yang diburu dan diperdagangkan.

2. Data perburuan, yaitu: alat dan cara perburuan, daerah dan lokasi perburuan,

waktu perburuan, frekuensi perburuan, sex ratio hasil buruan, dan estimasi

jumlah tangkapan.

Page 35: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

20

 

3. Data perdagangan, yaitu: rantai perdagangan kelelawar dan lokasi penjualan.

4. Karakteristik responden pemanfaat kelelawar (pemburu, pengumpul dan

pedagang, pembeli, pemilik rumah makan dan warung tuak yang menyediakan

kalong kapauk siap saji, dan pengkonsumsi kalong kapauk siap saji).

5. Data kondisi habitat, yaitu: pembukaan KHBT beberapa tahun terakhir,

perubahan luas area kebun durian, posisi koordinat mulut gua, tinggi dan lebar

mulut gua, jarak dengan pemukiman penduduk, bukti-bukti aktivitas

perburuan, dan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perburuan tersebut.

6. Data kebun durian, yaitu: karakteristik petani durian, waktu musim berbunga

durian, hasil panen buah durian beberapa tahun terakhir, penyebab penurunan

panen buah (bila panen menurun), dan pengaruh keberadaan kelelawar bagi

kebun durian.

Selain data diatas, data penunjang penelitian yang diperlukan adalah

kondisi umum lokasi penelitian (letak dan luas, topografi dan geologi, iklim, dan

potensi flora maupun fauna), kondisi masyarakat di lokasi penelitian, dan peta

lokasi penelitian.

3.4 Metode pengumpulan data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode Triangulasi, yaitu

menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus

dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji

keabsahan dan analisis hasil penelitian (Bungin 2003). Beberapa tahap yang

dilakukan yaitu: (1) melakukan studi literatur dan konsultasi dengan ahli, (2)

melakukan pengumpulan data di lapangan dengan pengamatan (observasi),

wawancara dan pemasangan camera trap, (3) melakukan pengolahan dan analisis

data untuk mendapatkan hasil mengenai gambaran perburuan dan perdagangan

kelelawar. Pendokumentasian dilakukan dalam setiap kegiatan pengumpulan data

di lapangan.

3.4.1 Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat

informasi sebagaimana yang ia saksikan selama penelitian (Gulo 2002). Dalam

penelitian ini pengamatan lapang dilakukan dengan partisipasi penuh, yaitu

peneliti menyamakan diri dengan orang yang diteliti. Artinya, peneliti ikut serta

Page 36: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

21

 

dalam aktivitas orang yang diteliti tanpa membatasi diri hanya sebagai pengamat

saja (Gulo 2002). Pengamatan dilakukan di lokasi perburuan kalong kapauk yang

termasuk dalam lokasi penelitian, dan di Gua Liang (habitat kelelawar) yang

mejadi lokasi perburuan lalai kembang dan kusing dayak.

3.4.2 Wawancara (interviu)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

responden (Gulo 2002). Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan

pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo 2002). Dalam

wawancara telah disiapkan daftar pertanyaan (instrumen) dalam bentuk panduan

wawancara. Secara prosedur wawancara ini termasuk kedalam bentuk wawancara

terpimpin, yang menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti (Gulo

2002). Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa lokal (Batak Toba),

dan diusahakan tidak membuat responden tersinggung atau takut.

Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu

pemilihan sampel secara sengaja yang melibatkan informan kunci (Bungin 2003).

Penggunaan teknik purposive sampling disesuaikan dengan tujuan penelitian,

kemampuan biaya dan waktu yang dimiliki oleh peneliti, dengan asumsi yang

telah dipilih untuk dijadikan sampel dianggap dapat mewakili dari sampel yang

diharapkan. Total responden berjumlah 247 orang, yang terdiri dari: 69 responden

pemburu kalong kapauk; 6 responden pemburu lalai kembang dan kusing dayak; 4

responden pengumpul kalong kapauk; 2 responden pedagang kalong kapauk; 20

responden pembeli kalong kapauk; 25 responden pembeli lalai kembang dan

kusing dayak; 25 responden pemilik rumah makan dan warung tuak yang

menyediakan kalong kapauk siap saji; 37 responden pengkonsumsi kalong kapauk

siap saji; dan 59 responden petani durian.

3.4.3 Camera trap

Pemasangan camera trap dilakukan selama 12 bulan dan hanya ditujukan

untuk pemburu lalai kembang dan kusing dayak. Camera trap dipasang dalam 2

periode. Pemasangan pertama dilakukan oleh LSM YEL selama 7 bulan, yaitu

bulan Desember 2008 - Juni 2009. Pemasangan camera trap yang kedua

dilakukan pada saat penelitian sedang berlangsung, selama kurang dari 5 bulan

Page 37: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

22

 

(24 Desember 2009 - 4 Mei 2010). Foto hasil camera trap diambil setiap 1-2

bulan sekali.

Lokasi pemasangan camera trap berada di 2 jalur yang biasa dilalui

pemburu lalai kembang dan kusing dayak (berasal dari 4 dusun). Kedua jalur ini

memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dari lokasi perburuan dan masih merupakan

daerah penelitian LSM YEL, sehingga pemasangan camera trap relatif aman dari

gangguan manusia. Pemasangan camera trap di sekitar gua (lokasi perburuan)

tidak dilakukan karena menghindari rasa curiga dari pemburu dan pertimbangan

keamanan.

Jumlah pemburu dalam satu kelompok diketahui dengan menghitung

jumlah orang (datang pada waktu yang bersamaan) pada foto hasil camera trap.

Jumlah seluruh kunjungan pemburu ke Gua Liang dan jumlah seluruh kelompok

diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pemburu dan seluruh kelompok yang

ada. Untuk mengetahui jumlah orang yang melakukan perburuan dan asal dari

pemburu tersebut maka dilakukan identifikasi wajah (pemburu) pada foto hasil

camera trap. Identifikasi wajah dibantu oleh salah seorang masyarakat lokal.

Setelah mengidentifikasi wajah pemburu, kelas umur pemburu dan banyaknya

perburuan yang dilakukan oleh masing-masing pemburu juga dapat diketahui.

Lamanya waktu perburuan (berapa malam) diketahui dengan melihat jam

kedangan dan kepulangan pemburu pada foto hasil camera trap.

3.4.4 Jenis kelelawar yang diburu dan diperdagangkan

Pengambilan sampel kelelawar yang diburu dan diperdagangkan dilakukan

setelah beberapa kali melakukan pengamatan lapang. Sampel kalong kapauk

diperoleh dengan membeli seekor kalong kapauk yang sedang diperjual-belikan,

sedangkan sampel lalai kembang dan kusing dayak diperoleh dengan membeli

hasil buruan langsung di lokasi perburuan. Sampel diambil sebanyak 5 ekor,

yaitu: 1 ekor kalong kapauk; 2 ekor lalai kembang (jantan dan betina); dan 2 ekor

kusing dayak (jantan dan betina). Sampel diawetkan dengan cara direndam dalam

larutan alkohol 90%. Sampel kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku

kunci identifikasi “Kelelawar di Indonesia” seri panduan lapang (Suyanto 2001).

Page 38: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

23

 

3.4.5 Perburuan kelelawar

Pada perburuan kalong kapauk, data mengenai alat dan cara perburuan,

daerah dan lokasi perburuan, waktu perburuan, frekuensi perburuan, serta estimasi

jumlah tangkapan dikumpulkan melalui wawancara dengan pemburu kalong

kapauk (Lampiran 1). Di beberapa desa/dusun, pengumpulan data ini juga

dilakukan dengan pengamatan lapang. Pengamatan lapang dilakukan dengan

menyewa seorang masyarakat lokal (pemburu) untuk menunjukkan lokasi-lokasi

perburuan kalong kapauk.

Pada perburuan lalai kembang dan kusing dayak, data mengenai alat dan

cara perburuan, lokasi perburuan, waktu perburuan, frekuensi perburuan, estimasi

jumlah tangkapan, serta data sex ratio lalai kembang dan kusing dayak hasil

buruan dikumpulkan melalui pengamatan lapang dan melalui wawancara dengan

pemburu lalai kembang dan kusing dayak (Lampiran 2). Selain itu juga dilakukan

pemasangan camera trap di 2 jalur menuju lokasi perburuan.

3.4.6 Perdagangan kelelawar

Data rantai perdagangan kalong kapauk dan lokasi penjualan penjualan

diperoleh dengan mewawancarai pengumpul dan pedagang kalong kapauk

(Lampiran 3), sedangkan pada perdagangan lalai kembang dan kusing dayak

dilakukan wawancara pada pemburu. Pada perdagangan kalong kapauk, survei

pasar juga dilakukan di pasar-pasar tradisional yang biasanya melakukan jual-beli

kalong kapauk. Penulis mencatat setiap lokasi penjualan kalong kapauk, sumber

kalong kapauk, harga yang ditawarkan, serta melakukan investigasi lebih lanjut

untuk mengetahui jaringan perdagangan kalong kapauk di dalam dan di sekitar

KHBT. Untuk mengetahui apakah kalong kapauk selalu habis terjual ada kalanya

penulis mengikuti pedagang/pengecer saat berangkat dari rumah pengumpul.

3.4.7 Karakteristik responden

Karakteristik pengumpul sekaligus pedagang kalong kapauk, serta jumlah

dan lokasi perdagangan kalong kapauk, diperoleh dari hasil wawancara kepada

pengumpul sekaligus pedagang kalong kapauk (Lampiran 3). Data pembeli kalong

kapauk, pemilik rumah makan dan warung tuak yang menyediakan kalong kapauk

siap saji, dan pengkonsumsinya masing-masing diperoleh dengan mewawancarai

pembeli kalong kapauk (Lampiran 4), pemilik rumah makan dan warung tuak

Page 39: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

24

 

yang menyediakan kalong kapauk siap saji (Lampiran 5), dan pengkonsumsinya

(Lampiran 6). Data pembeli lalai kembang dan kusing dayak diperoleh melalui

wawancara kepada pembeli lalai kembang dan kusing dayak (Lampiran 7).

3.4.8 Kondisi habitat

Data kondisi habitat kelelawar diperoleh berdasarkan hasil pengamatan

lapang. Wawancara kepada pemburu juga dilakukan untuk menggali lebih banyak

lagi informasi mengenai kondisi habitat.

3.4.9 Kebun durian

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, perburuan dan perdagangan

kelelawar dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kebun durian milik

masyarakat. Untuk membuktikan dampak penurunan tersebut, maka dilakukan

wawancara kepada petani durian yang ada di dalam dan di sekitar KHBT

(Lampiran 8).

3.5 Analisis data

Seluruh data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapang, wawancara,

dan pemasangan camera trap dianalisis secara deskriptif.

Page 40: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

 

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan luas

Kawasan HBT (Gambar 6) yang terdiri dari blok barat dan blok timur

(Sarulla), secara geografis terletak antara 98o 53’ - 99o 26’ Bujur Timur dan 02o

03’ - 01o 27’ Lintang Utara (Indra & Fredriksson 2007). Hutan alami (primer) di

HBT yang tersisa saat ini diperhitungkan seluas 136.284 ha dan berada di Blok

Barat seluas 81.344 ha dan di Blok Timur seluas 54.940 ha (Indra & Fredriksson

2007). Kawasan HBT secara administratif berada di 3 kabupaten yaitu Tapanuli

Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 6 Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara (Sumber: YEL).

4.1.1 Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas wilayah sekitar 3.800,31 km2,

yang terdiri dari luas daratan 3.793,71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60

km2 (BPS 2009). Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 kecamatan, yaitu:

Parmonangan (14 desa/kelurahan), Adian Koting (14 desa/kelurahan), Sipoholon

(14 desa/kelurahan), Tarutung (31 desa/kelurahan), Siatas Barita (12

desa/kelurahan), Pahae Julu (19 desa/kelurahan), Pahae Jae (13 desa/kelurahan),

Purbatua (11 desa/kelurahan), Simangumban (8 desa/kelurahan), Pangaribuan (22

desa/kelurahan), Garoga (12 desa/kelurahan), Sipahutar (23 desa/kelurahan),

Siborong-borong (21 desa/kelurahan), Pagaran (14 desa/kelurahan), dan Muara

(15 desa/kelurahan) (BPS 2009).

Kabupaten yang berada pada ketinggian antara 300-1500 m dpl ini, secara

astronomis berada pada posisi 1o20’ – 2o41’ Lintang Utara dan 98o05’-99o16’

Page 41: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

26

 

Bujur Timur (BPS 2009). Secara geografis, sebelah Utara Kabupaten Tapanuli

Utara berbatasan langsung dengan kabupaten Toba Samosir, sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, sebelah Selatan berbatasan dengan

Tapanuli Selatan, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang

Hasudutan dan Tapanuli Tengah (BPS 2009). Curah hujan di tahun 2008 tercatat

2.922 mm dan lama hari hujan 209 hari, atau curah hujan bulanan sebanyak

243,50 mm dan lama hari hujan 17,42 hari (BPS 2009). Curah hujan tertinggi

terjadi pada bulan Juli, yaitu 619 mm dengan 15 hari hujan. Curah hujan terendah

terjadi pada bulan Februari, yaitu 175 mm dan lama hari hujan 12 hari (BPS

2009).

Kawasan HBT yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Utara adalah

seluas 89.236 ha atau 65,5 % dari luas hutan. Air dari HBT di Tapanuli Utara

mengairi persawahan luas di lembah Sarulla dan hulunya dari DAS

Sipansihaporas dan Aek Raisan berada di Tapanuli Utara. Pegunungan yang

paling tinggi di Batang Toru berada di Tapanuli Utara, yaitu di Dolok Saut dengan

ketinggian 1.802 m dpl (Indra & Fredriksson 2007).

4.1.2 Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki luas wilayah sekitar 2.194,98 km2,

sebahagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebahagian kecil berada di

pulau-pulau kecil di sekitar wilayah kabupaten ini (BPS 2009). Kabupaten

Tapanuli Tengah terdiri dari 20 kecamatan, yaitu: Pinangsori (7 desa/kelurahan),

Badiri (9 desa/kelurahan), Sibabangun (7 desa/kelurahan), Lumut (6

desa/kelurahan), Sukabangun (6 desa/kelurahan), Pandan (9 desa/kelurahan),

Sarudik (5 desa/kelurahan), Tukka (8 desa/kelurahan), Tapian Nauli (9

desa/kelurahan), Sitahuis (6 desa/kelurahan), Kolang (12 desa/kelurahan), Sorkam

(14 desa/kelurahan), Sorkam Barat (11 desa/kelurahan), Pasaribu Tobing (8

desa/kelurahan), Barus (13 desa/kelurahan), Sosor Gadong (9 desa/kelurahan),

Andam Dewi (14 desa/kelurahan), Barus Utara (6 desa/kelurahan), Manduamas (9

desa/kelurahan), dan Sirandorung (8 desa/kelurahan) (BPS 2009).

Kabupaten yang berada pada ketinggian antara 0-1.266 m dpl ini, secara

astronomis berada pada posisi 1o11’00” – 2o22’00” Lintang Utara dan 98o07’-

98o12’ Bujur Timur (BPS 2009). Secara geografis, sebelah Utara Kabupaten

Page 42: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

27

 

Tapanuli Tengah berbatasan langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah

Selatan berbatasan dengan Tapanuli Selatan, dan sebelah Barat berbatasan dengan

Samudera Indonesia (BPS 2009). Suhu udara rata-rata tahun 2008 di Kabupaten

Tapanuli Tengah 25,98oC, dengan suhu maksimum mencapai 31,50oC dan suhu

minimum mencapai 21,51oC. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September,

dan musim penghujan terjadi pada bulan November-Maret (BPS 2009).

Kawasan HBT yang termasuk kedalam daerah Tapanuli Tengah adalah

seluas 15.492 ha atau 11,4% dari luas hutan (Indra & Fredriksson 2007).

Kawasan HBT di Tapanuli Tengah merupakan daerah tangkapan air bagi PLTA

Sipansihaporas yang sudah beroperasi sejak tahun 2002 dengan kapasitas 50 MW

(Indra & Fredriksson 2007). Areal sekitar Sipansihaporas merupakan hutan di

tebing kapur yang sangat indah dengan banyak air terjun (Indra & Fredriksson

2007). Kawasan Bukit Anugerah sedang dibangun di tepi HBT yang akan

dijadikan sebagai kawasan ekowisata Tapanuli Tengah (Indra & Fredriksson

2007).

4.1.3 Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki luas wilayah 4.367,05 km2 (BPS

2009). Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 12 kecamatan, yaitu: Batang

Angkola (58 desa/kelurahan), Sayurmatinggi (55 desa/kelurahan), Angkola Timur

(39 desa/kelurahan), Angkola Selatan (18 desa/kelurahan), Angkola Barat (24

desa/kelurahan), Batang Toru (29 desa/kelurahan), Marancar (32 desa/kelurahan),

Sipirok (100 desa/kelurahan), Arse (31 desa/kelurahan), Saipar Dolok Hole (68

desa/kelurahan), Aek Bilah (42 desa/kelurahan), dan Muara Batang Toru (7

desa/kelurahan) (BPS 2009).

Kabupaten yang berada pada ketinggian antara 0-1.925,3 m dpl ini, secara

astronomis berada pada garis 0o58’35” – 2o07’33” Lintang Utara dan 98o05’-

99o16’ Bujur Timur (BPS 2009). Secara geografis, sebelah utara Kabupaten

Tapanuli Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan

Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Padang

Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kabupaten Mandailing Natal, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Page 43: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

28

 

Mandailing Natal dan juga Samudera Indonesia (BPS 2009). Curah hujan rata-rata

di tahun 2008 tercatat 295,83 mm, dengan lama hari hujan rata-rata 16 hari. Curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret, yaitu 650 mm dengan 23 hari hujan.

Curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei, yaitu 106 mm dan lama hari hujan 9

hari (BPS 2009).

Kawasan HBT yang termasuk kedalam Kabupaten Tapanuli Selatan

adalah seluas 31.556 ha atau 23,1% dari luas hutan (Indra & Fredriksson 2007).

Air dari sungai Batang Toru menjadi penting buat perkebunan luas yang berada di

daerah hilir (Indra & Fredriksson 2007). Di Kabupaten Tapanuli Selatan sedang

dilakukan eksplorasi oleh tambang emas di Kecamatan Batang Toru (Indra &

Fredriksson 2007).

4.2 Topografi dan geologi

Keadaan topografi di KHBT bergelombang dan sangat curam (Indra &

Fredriksson 2007). Berdasarkan peta kontur sebagian besar kelerengan berkisar

lebih dari 40 %, lebih curam lagi di Blok Timur Sarulla (Indra & Fredriksson

2007). Jenis tanah di KHBT adalah tanah ultisolik, alluviocolluvial dan

inseptisolik (Indra & Fredriksson 2007). Kawasan HBT menjadi areal yang

penting untuk mencegah terjadinya banjir, erosi dan longsor di daerah Tapanuli

yang rentan terhadap datangnya bencana alam, termasuk gempa (Indra &

Fredriksson 2007). Kawasan HBT merupakan hutan pegunungan dataran rendah,

hutan gambut pada ketinggian 900-1.000 m dpl, hutan batu kapur, hutan berlumut,

hutan rawa diketinggian 800 m dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian sekitar

400-1.803 m dpl (Indra & Fredriksson 2007). Titik terendahnya berada di Sungai

Sipansihaporas (dekat Kota Sibolga) dan titik tertingginya berada pada Dolok

Lubuk Raya di bagian selatan kawasan (Indra & Fredriksson 2007).

Indra dan Fredriksson (2007) melanjutkan bahwa KHBT memiliki daerah

tangkapan air untuk 10 sub-DAS (daerah aliran sungai). Kawasan DAS ini masih

memiliki tutupan hutan yang utuh dibagian hulunya dan mempunyai fungsi

penting sebagai penyangga kehidupan dan pengatur tata air maupun sebagai

pencegah bencana. Sepuluh sub-DAS ini adalah Sipansihaporas, Aek Raisan,

Batang Toru Ulu, Sarulla Timur, Aek Situmandi, Batang Toru Ilir (Barat dan

Selatan), Aek Garoga, Aek Tapus, Sungai Pandan dan Aek Namapar/Aek Puli

Page 44: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

29

 

(Batang Toru Timur). PLTA Sipansihaporas adalah salah satu pembangkit listrik

yang memanfaatkan DAS Sipansihaporas (Indra & Fredriksson 2007).

4.3 Iklim

Curah hujan di KHBT cukup tinggi yaitu antara 4.500 sampai 5.000 mm

per tahun. Suhu pada malam hari dapat turun sampai 14ºC. Sedangkan curah

hujan rata-rata tahunan dari tahun 2007-2008 menurut PT. Agincourt Oxiana

adalah sebesar 4.190,65 mm per tahun. Sementara curah hujan rata-rata

bulanannya adalah sebesar 349,22 mm per bulan (Indra & Fredriksson 2007).

Berdasarkan pengukuran pada bulan November-Desember 2009, temperatur rata-

rata pada pagi hari 21,96ºC dan temperatur rata-rata pada sore hari 20,29ºC.

4.4 Potensi fauna dan flora

Kawasan HBT memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Selain

ditemukan berbagai jenis kelelawar, saat ini KHBT adalah habitat terakhir untuk

populasi orangutan Pongo abelii yang jauh terpisah dari orangutan lain di

Sumatera Utara dan Aceh (Indra & Fredriksson 2007). Populasi orangutan

diperkirakan sekitar 600 ekor di blok Batang Toru Barat dan sekitar 300-400 ekor

di blok Batang Toru Timur, berkisar 10-15% dari seluruh populasi orangutan

Sumatera yang saat ini diperkirakan hanya tinggal 6.600 ekor yang tersisa di dunia

ini (Indra & Fredriksson 2007).

Selain orangutan ada beragam satwa langka lainnya seperti tapir (Tapirus

indicus), kijang (Muntiacus muntjak), Babi Hutan (Sus scrofa) harimau Sumatera

(Panthera tigris Sumaterae), kucing batu (Pardofelis marmorata), beruang madu

(Helarctos malayanus) dan kambing hutan (Naemorhedus sumatrensis).

Ditemukan 265 jenis burung yang 59 jenis diantaranya termasuk langka atau khas

Sumatera (Indra & Fredriksson 2007).

Kawasan HBT banyak ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan, seperti pohon

cemara gunung(Casuarina sp.), sampinur tali (Dacrydium spp.), mayang

(Palaquium spp.). Jenis-jenis pohon dominan yang dijumpai berasal dari famili

Theaceae, Sapotaceae dan Lauraceae. Banyak juga ditemukan jenis-jenis epifit,

lumut dan jenis tanaman yang punya simbiosis (seperti kantong semar, Nephentes

spp.). Jenis bunga yang ditemukan adalah bermacam-macam agrek dan bunga

bangkai (Rafflesia gadutensis) (Indra & Fredriksson 2007).

Page 45: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

30

 

4.5 Kondisi masyarakat

Masyarakat di dalam dan di sekitar KHBT sebagian besar berasal dari

suku Batak. Masyarakat tersebut pada umumnya sudah lama bermukim (Indra &

Fredriksson 2007). Di sisi Barat-Selatan banyak ditemui hutan yang baru dibuka

dalam beberapa tahun terakhir, oleh warga Nias yang datang dari Pulau Nias

(Indra & Fredriksson 2007). Sistem mata pencaharian masyarakat di dalam dan

disekitar KHBT adalah bertani. Jenis tanaman yang banyak ditanam adalah padi

sawah, karet, coklat, durian, petai, aren, dan kemenyan (Indra & Fredriksson

2007). Jenis tanaman buah-buahan seperti durian, biasanya ditanam bersamaan

dengan tanaman karet.

Page 46: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengenalan kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak

Bagi masyarakat Indonesia, kalong kapauk (Pteropus vampyrus Linnaeus,

1758) umumnya lebih sering dikenal dengan sebutan “kalong” saja. Padahal

menurut Suyanto (2001), di Indonesia ada 20 jenis anggota marga Pteropus yang

dalam bahasa lokal juga memiliki nama depan kalong (Lampiran 8). Seluruh jenis

anggota Pteropus ini dibedakan berdasarkan ada/tidak adanya tonjolan belakang

(basal ledge posterior) pada graham depan, ada/tidaknya bulu pada betis, ukuran

lengan bawah sayap, ukuran panjang telinga dan warna tubuh (Suyanto 2001).

Di dalam dan sekitar KHBT kalong kapauk atau yang lebih dikenal dengan

sebutan haluang ini dapat dilihat pada sore hari (ketika sedang terbang dari tempat

tinggal menuju sumber pakan), dan malam hari saat mencari makan di sekitar

tumbuhan yang sedang berbunga atau berbuah (seperti: durian, petai, langsat,

mangga, rambutan dan pisang). Pada kondisi yang sama ada kalanya kita tidak

dapat melihat kalong kapauk, karena sedang bermigrasi ke daerah lain.

Kalong kapauk merupakan salah satu jenis kelelawar berukuran besar

(berat berkisar 600-1.200 g). Bila kedua sayap direntangkan, rentangan sayap

kalong kapauk dapat mencapai 1-1,5 m. Dada, perut, dan punggung kalong

kapauk berwarna hitam, bahu berwarna coklat kekuningan, kepala mirip anjing,

ujung telinga meruncing, bagian di atas betis tidak berbulu dan tidak berekor

(Gambar 7a). Kalong kapauk yang sedang terbang secara sepintas terlihat seperti

burung, namun akan berbeda bila dilihat dengan lebih teliti. Sayap kalong kapauk

terbentuk dari kulit tipis yang membentang di antara jari-jari yang memanjang,

sedangkan sayap pada burung memiliki bulu-bulu.

Kelelawar lainnya yang diburu dan diperdagangkan di dalam dan sekitar

KHBT adalah lalai kembang (Eonycteris spelaea Dobson, 1871) dan kusing

dayak (Dyacopterus spadiceus Thomas, 1890). Lalai kembang merupakan jenis

kelelawar berukuran sedang (sekitar 50 g), memiliki warna sedikit lebih terang,

tidak ada cakar pada jari kedua sayap, moncong dan lidah panjang, bulu pendek

dan halus, serta ada sepasang kelenjar dekat anus yang berbentuk seperti ginjal

(Gambar 7b). Kelelawar jenis kusing dayak ditandai dengan wajah berwarna

kehitaman, bahu kekuningan, punggung coklat, dada dan perut keputih-putihan,

Page 47: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

32

 

dan memiliki bentuk hidung yang khas (Gambar 7c). Pada saat pengamatan

dilapangan, ukuran tubuh (berat) kusing dayak hampir sama dengan lalai

kembang.

Gambar 7 Kalong kapauk (a), lalai kembang (b), dan kusing dayak (c).

Saat terbang lalai kembang dan kusing dayak tidak mudah dikenali, atau

hampir sama dengan jenis kelelawar lainnya. Pengenalan jenis dapat dilakukan

setelah melakukan penangkapan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, lalai

kembang dan kusing dayak keluar dalam waktu yang bersamaan (pukul 18.50

WIB), sedangkan kelelawar lain yang berukuran lebih kecil keluar lebih awal

(pukul 18.30 WIB). Penulis tidak melakukan identifikasi terhadap kelelawar yang

berukuran lebih kecil tersebut karena jenis ini tidak diburu.

5.2 Perburuan kalong kapauk

5.2.1 Alat dan cara perburuan

Alat yang digunakan untuk berburu kalong kapauk di dalam dan sekitar

KHBT adalah: jaring (jala), senapan angin, dan rawe (mata kail pancing).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 69 responden pemburu kalong kapauk, 61

responden (88,41%) menggunakan jaring, 7 responden (10,14%) menggunakan

senapan angin, dan 1 responden (1,45%) menggunakan rawe. Hasil tangkapan

paling banyak adalah dengan menggunakan jaring. Penelitian ini lebih banyak

mengamati perburuan dengan menggunakan jaring, karena jaring merupakan alat

perburuan yang paling banyak digunakan, hasil tangkapan dalam jumlah besar,

dan lokasi perburuannya dapat diamati.

(a)

(b) (c)

Page 48: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

33

 

5.2.1.1 Jaring (jala)

Perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring sudah lama

diketahui dan terjadi secara turun-temurun. Salah satu responden sudah

menggunakan alat ini sejak tahun 1980. Pada waktu itu jaring dibuat dengan

menggunakan tali/benang pancing, berbeda dengan sekarang yang menggunakan

benang nilon. Jaring yang digunakan saat ini merupakan hasil perbaikan dari

jaring-jaring yang sebelumnya.

Cara perburuan kalong kapauk menggunakan jaring adalah dengan

membentangkan jaring di tempat yang sudah disiapkan, kemudian menunggu

sampai kalong kapauk menabrak jaring. Bila kalong kapauk sudah menyentuh

jaring, maka jaring segera diturunkan agar kalong kapauk tidak dapat meloloskan

diri. Di beberapa lokasi, perburuan kalong kapauk dilakukan dengan

menggunakan suara pancingan (kalong kapauk yang disiksa agar mengeluarkan

suara), untuk menarik perhatian kalong kapauk lain. Pemasangan jaring yang baik

adalah apabila posisi jaring tegak lurus dengan arah datangnya kalong kapauk

(jaring tidak mudah terlihat).

Bagian-bagian alat perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring

(Gambar 8), beserta kegunaannya:

a. Pohon tiang: pohon tinggi (20-40 m) dan kokoh yang digunakan sebagai

tiang/penahan. Pohon tiang dipilih setelah menemukan lokasi perburuan

kalong kapauk yang baik. Bagian-bagian pohon yang mengarah ke jaring

dipangkas, karena dapat mengganggu proses naik turunnya jaring.

b. Paduk: dua buah batang bambu yang masing-masing pangkalnya diikatkan

pada pohon tiang. Pengadaan dan ukuran paduk dibuat berdasarkan kondisi

kedua pohon tiang. Ada kalanya paduk tidak diperlukan, karena kedua pohon

tiang sudah cukup tinggi atau memiliki tinggi yang sama. Kegunaannya

adalah: agar sisi kiri dan kanan jaring memiliki ketinggian yang sama;

memberikan jarak antara jaring dengan dedaunan/ranting pohon, sehingga

jaring tidak tersangkut; serta lebih kokoh (awet) bila dibandingkan dengan

mengikatkan tali samping langsung ke batang/ranting pohon.

c. Hili-hilian: katrol dari bambu yang diikatkan di ujung paduk. Katrol

berfungsi untuk menjaga tali samping agar berjalan/berputar dengan baik.

Page 49: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

34

 

d. Tali samping: tali nilon berukuran kecil (tidak mudah terlihat oleh kalong

kapauk), kuat, dan kedua ujungnya diikat/disatukan. Tali samping berputar

pada katrol dan berfungsi sebagai tempat diikatkannya jaring, sehingga jaring

dapat dinaikkan dan diturunkan. Jaring biasanya dilepas dan dibawa pulang

oleh pemburu bila sudah selesai berburu kalong kapauk.

e. Jaring (rambang): benang nilon nomor 2 atau 3 yang dirangkai sedemikian

rupa menyerupai net pada permainan bola voli. Mata jaring berukuran 11 ×

11 cm2 sampai 13 × 13 cm2. Jaring dapat dibuat sendiri, tetapi juga dapat

diperoleh dengan memesan kepada orang yang ahli membuat jaring. Jaring

dapat dibeli dengan harga Rp 500.000-600.000. Tingginya harga jaring

dipengaruhi oleh harga bahan baku dan lamanya waktu pembuatan yang

dibutuhkan (8 bulan). Lamanya waktu pembuatan jaring disebabkan oleh

pembuatan jaring hanya dilakukan pada waktu-waktu santai saja, sedangkan

apabila dikerjakan dengan rutin dapat diselesaikan dalam 2 bulan. Ukuran

panjang dan lebar jaring berbeda-beda berdasarkan kondisi di lokasi

penjaringan dan selera pemburu. Jaring pada umumnya dibuat memanjang ke

bawah, dengan lebar 10 m dan panjang 15 m. Bila disimpan dengan baik,

jaring dapat dipergunakan lebih dari 10 tahun. Apabila ada bagian jaring yang

rusak, maka bagian tersebut langsung diperbaiki dengan cara menyambung

bagian yang terputus atau rusak.

f. Sasa nihe: tali nilon yang dirangkai (berbentuk kotak-kotak) secara horizontal

dan berada 1-2 meter diatas tanah. Fungsinya adalah untuk menahan jaring

agar tidak menyentuh tanah, atau tersangkut pada rerumputan maupun

tanaman lainnya yang ada di lantai lokasi penjaringan. Sasa nihe berperan

dalam menjaga keawetan jaring dan memudahkan pemburu selama perburuan

berlangsung.

g. Basa-basa: kayu dengan panjang 30-40 cm dan berdiameter 3-4 cm, yang

berfungsi sebagai pememukul kepala kalong kapauk sampai kalong kapauk

mati. Basa-basa hanya dipakai di Desa Sipange, karena di desa ini kalong

kapauk yang di dapat langsung dibunuh. Dalam bahasa lokal, basa-basa sama

artinya dengan berkat.

Page 50: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

35

 

h. Peralatan lain-lain. Peralatan pendukung lainnya yang dibutuhkan pada saat

melakukan perburuan kalong kapauk adalah: pondok tempat istirahat, senter,

anti nyamuk bakar, dan keranjang bambu (tempat penyimpanan kalong

kapauk yang ditangkap dalam keadaan hidup).

Gambar 8 Alat perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring. Keterangan : a = pohon tiang; b = paduk; c = hili-hilian; d = tali samping; e = jaring; f = sasa

nihe.

5.2.1.2 Senapan angin

Senapan angin biasa digunakan oleh pemburu yang tidak memiliki jaring,

atau pemburu yang ingin menangkap kalong kapauk dalam jumlah kecil untuk

dikonsumsi sendiri. Perburuan dengan senapan angin dilakukan di sekitar pohon

durian yang sedang berbunga. Kelemahan alat ini adalah hasil tangkapan sedikit,

karena tidak jarang kalong kapauk yang sudah tertembak namun tidak mati. Selain

itu gerombolan kalong kapauk juga akan segera pergi jika mendengar suara

letusan senapan angin. Jumlah seluruh pemburu kalong kapauk yang

menggunakan senapan angin sulit diketahui, karena kelompok pemburu ini tidak

rutin melakukan perburuan dan tidak ada tanda-tandanya di lapangan.

5.2.1.3 Rawe (mata kail pancing)

Perburuan kalong kapauk dengan menggunakan rawe hanya ditemukan di

Desa Aek Horsik Kabupaten Tapanuli Tengah. Rawe merupakan alternatif lain

bagi pemburu yang tidak memiliki biaya yang cukup untuk membeli jaring. Selain

lebih murah harganya, perburuan dengan menggunakan rawe tergolong mudah

a

b c

f

e

d

Page 51: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

36

 

dilakukan. Pemburu hanya perlu memasang rawe pada sore hari, kemudian

sesekali diperiksa pada malam atau pagi hari. Rawe biasanya dipasang di sekitar

pohon durian yang sedang berbunga (sumber pakan), dengan tujuan kalong

kapauk yang sedang terbang dapat tersangkut sayapnya pada mata kail pancing.

Bahan yang diperlukan adalah mata kail pancing berukuran besar dan

benang/tali pancing. Mata kail pancing diikatkan di masing-masing benang

pancing (vertikal) dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Seluruh benang pancing

tersebut kemudian diikatkan ke benang pancing yang panjang (horizontal) yang

kedua sisi kanan dan kirinya akan dililitkan ke batang pohon (tiang), sehingga

mata kail pancing dalam kondisi menggantung (Gambar 9). Sama halnya dengan

perburuan menggunakan senapan angin, alat perburuan ini juga tidak mudah

teramati di lapangan.

Gambar 9 Alat perburuan kalong kapauk dengan menggunakan rawe.

5.2.2 Daerah dan lokasi perburuan

Perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT terjadi di 42

desa/dusun (Lampiran 9). Dalam satu malam, sebanyak 367 kelompok pemburu

kalong kapauk berburu dengan menggunakan jaring, 7 pemburu menggunakan

senapan, dan 1 pemburu menggunakan rawe. Perburuan paling banyak terjadi di

Kabupaten Tapanuli Tengah, yaitu di 24 desa/dusun (265 kelompok pemburu

menggunakan jaring dan seorang pemburu menggunakan rawe). Jumlah kedua

terbesar berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu di 10 desa/dusun (51

kelompok pemburu menggunakan jaring dan 7 pemburu menggunakan senapan).

Perburuan kalong kapauk di Kabupaten Tapanuli Utara terjadi di 8 desa/dusun (51

kelompok pemburu menggunakan jaring).

Page 52: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

37

 

Perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring dilakukan di atas

sebidang tanah yang secara sengaja dipersiapkan untuk perburuan kalong kapauk.

Berdasarkan kepemilikannya, lahan yang dijadikan lokasi penjaringan dibedakan

atas perkebunan milik sendiri/keluarga, perkebunan milik orang lain, kawasan

hutan, dan lahan orang lain yang sengaja disewa untuk perburuan kalong kapauk

(Gambar 10). Pembuatan lokasi penjaringan di area perkebunan orang lain

memerlukan persetujuan dan kesepakatan mengenai sistem pembagian hasil,

sedangkan lahan yang disewa untuk dijadikan lokasi penjaringan kalong kapauk

adalah sebidang tanah yang sengaja disewa (berkisar Rp 300.000-400.000 dalam

satu musim) karena dipandang sangat strategis untuk berburu kalong kapauk.

Gambar 10 Persentase kepemilikan lahan yang dijadikan lokasi penjaringan

kalong kapauk.

Jarak dari rumah masing-masing pemburu ke lokasi perburuan kalong

kapauk berbeda-beda. Perburuan dengan menggunakan senapan dan rawe

dilakukan di lokasi yang lebih dekat dengan rumah pemburu, sedangkan

perburuan dengan menggunakan jaring dilakukan di tempat yang jaraknya lebih

jauh. Jarak rumah responden ke lokasi penjaringan kurang dari 500 m sebanyak 7

responden (10,14%), 500-1000 m sebanyak 21 responden (30,43%), 1000-3000 m

sebanyak 24 responden (34,78%), 3000-5000 m sebanyak 11 responden (15,94%),

dan lebih dari 5000 m sebanyak 6 responden (8,70%).

Lokasi penjaringan kalong kapauk ditentukan berdasaran pengalaman

pemburu yang sering melihat keberadaan kalong kapauk di sekitar lokasi tersebut.

Menurut hasil wawancara, 41 responden (59,42%) memiliki lokasi penjaringan di

punggung bukit (Gambar 11), 20 responden (28,99%) memiliki lokasi penjaringan

di sekitar tumbuhan pakan, dan 8 responden (11,59%) memiliki lokasi

penjaringan di kedua tempat tersebut. Lokasi penjaringan yang berada di

Page 53: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

38

 

punggung bukit umumnya lebih tinggi (± 25-40 m) daripada lokasi penjaringan di

sekitar tumbuhan pakan (± 15-20 m). Sumber pakan kalong kapauk berdasarkan

hasil wawancara pemburu adalah bunga durian, buah-buahan seperti langsat,

mangga, rambutan, dan buah beringin (Ficus).

Gambar 11 Beberapa lokasi penjaringan kalong kapauk di punggung bukit (a) dan

salah satu lokasi penjaringan (b).

Jumlah lokasi penjaringan yang dimiliki masing-masing responden

pemburu kalong kapauk berkisar 1-4 lokasi. Sebanyak 45 responden (65,22%)

memiliki 1 lokasi, 18 responden (26,09%) memiliki 2 lokasi, 4 responden (5,80%)

memiliki 3 lokasi, dan 2 responden (2,90%) memiliki 4 lokasi penjaringan. Lokasi

penjaringan yang dimiliki masing-masing pemburu dijaga oleh anggota keluarga

atau dikerjakan oleh pemburu lain dengan sistem bagi hasil.

5.2.3 Waktu perburuan

Perburuan kalong kapauk dilakukan pada malam sampai pagi hari, yaitu

pada saat kalong kapauk mencari makan sampai kembali lagi ke pohon sarang.

Perburuan kalong kapauk dengan menggunakan senapan angin berlangsung lebih

singkat (pukul 19.00-23.00 WIB), sedangkan perburuan dengan menggunakan

jaring dan rawe berlangsung sejak pukul 19.00-05.00 WIB. Jika lokasi

penjaringan cukup jauh, maka pemburu sudah mulai berangkat dari rumah

masing-masing pukul 15.00 WIB.

Perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT dilakukan secara

musiman. Perburuan kalong kapauk diluar musim kalong kapauk hanya terjadi di

Desa Sipange, Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah. Musim kalong

(a)  (b)

Page 54: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

39

 

kapauk bersamaan dengan musim berbunga durian dan musim panen buah-

buahan. Puncak musim kalong kapauk terjadi saat musim berbunga durian (secara

serentak dan banyak), yang umumnya berlangsung selama 3 minggu. Perburuan

kalong kapauk pada musim panen buah-buahan dapat berlangsung 3-4 bulan,

namun jumlah tangkapan sedikit. Berdasarkan hasil wawancara, 24,64%

responden berpendapat bahwa puncak musim berbunga durian terjadi dari bulan

Juli-Agustus (Gambar 12).

Gambar 12 Persentase musim berbunga durian berdasarkan hasil wawancara

pemburu (n = 69).

5.2.4 Frekuensi perburuan

Perburuan diluar musim kalong kapauk berlangsung pada waktu-waktu

tertentu saja (2-3 kali dalam seminggu), sedangkan perburuan selama musim

kalong kapauk berlangsung setiap malam. Bila musim kalong kapauk tiba,

pemburu lebih memilih berburu kalong kapauk daripada mengerjakan pekerjaan

sehari-hari. Pada perburuan diluar musim kalong kapauk, beberapa hal yang

menjadi pertimbangan bagi pemburu kalong kapauk untuk pergi berburu adalah:

sedang tidak hujan, tidak terang bulan, dan angin tidak terlalu kencang. Frekuensi

perburuan kalong kapauk juga meningkat pada hari-hari libur sekolah, karena

tidak jarang orang tua akan mengikut sertakan anaknya yang masih duduk di

bangku sekolah untuk berburu.

5.2.5 Estimasi jumlah tangkapan

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah hasil tangkapan baik pada saat

musim maupun tidak musim kalong kapauk adalah: posisi lokasi penjaringan,

tidak terang bulan, tidak hujan, angin tidak terlalu kencang, dan kemampuan yang

dimiliki pemburu. Hasil tangkapan yang diperoleh pemburu di masing-masing

Page 55: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

40

 

daerah dan lokasi perburuan berbeda-beda. Ketika musim kalong kapauk, pada

kondisi yang kurang baik dalam satu malam jumlah tangkapan berkisar 2-10 ekor,

sedangkan pada kondisi yang baik dapat mencapai 100 ekor per lokasi

penjaringan. Kisaran jumlah seluruh tangkapan kalong kapauk di dalam dan di

sekitar KHBT (375 lokasi penjaringan musiman) dalam satu malam adalah 9.041

ekor. Jika musim kalong kapauk berlangsung 3 minggu (21 malam) dalam

setahun, maka kisaran jumlah tangkapan kalong kapauk di dalam dan sekitar

KHBT dalam setahun adalah 189.861 ekor.

5.3 Perdagangan kalong kapauk

5.3.1 Rantai perdagangan

Perburuan kalong kapauk yang dilakukan oleh pemburu bertujuan untuk

dijual dalam keadaan hidup (per ekor) dan sebahagian kecil untuk dikonsumsi

sendiri (sebagai sumber protein dan dipercaya berkhasiat obat). Berdasarkan hasil

wawancara: 48 responden (69,57%) mengkonsumsi sebahagian kecil hasil

tangkapan dan menjual yang lainnya kepada pengumpul; 13 responden (18,84%)

menjual seluruh hasil tangkapan kepada pengumpul; 5 responden (7,25%)

menjual kalong kapauk ke rumah makan dan warung tuak; dan 3 responden

(4,35%) mengkonsumsi sendiri hasil tangkapannya. Kalong kapauk yang mati

akibat perburuan lebih sering dikonsumsi sendiri atau dijual ke rumah makan dan

warung tuak dengan harga rendah.

Kalong kapauk yang diperdagangkan di dalam dan sekitar KHBT

merupakan hasil tangkapan pemburu yang berasal dari sekitar KHBT itu sendiri

(lokal) dan dari Panti, Provinsi Sumatera Barat (luar daerah). Pada saat penelitian

berlangsung, kalong kapauk yang diperdagangkan berasal dari Panti. Pemburu

kalong kapauk di Panti menjual hasil tangkapannya kepada pengumpul di Panti

(Gambar 13 a). Pengumpul tersebut kemudian mengirimkan kalong kapauk

dengan menggunakan keranjang (Gambar 13 b) dan dibawa oleh truk pengangkut

ikan atau bus angkutan umum. Pengiriman dilakukan pada malam hari sekitar

pukul 23.00 WIB, agar kalong kapauk tidak kepanasan/mati. Penanganan kalong

kapauk setelah sampai di tangan pengumpul yang ada di dalam dan sekitar KHBT

adalah dengan mengikat mulut dan sayap kalong kapauk, kemudian

dikelompokkan berdasarkan ukurannya (Gambar 13 c).

Page 56: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

41

 

Gambar 13 Pemburu di Panti menjual hasil tangkapan kepada pengumpul di

Panti (a), keranjang pengiriman (b), serta kalong kapauk yang sudah diikat mulut dan sayapnya lalu dikelompokan sesuai ukuran (c).

Harga seekor kalong kapauk dari pemburu kepada pengumpul sama,

sedangkan harga dari pengumpul dan pedagang kepada pemilik rumah

makan/warung tuak dan pembeli disesuaikan dengan ukuran kalong kapauk.

Seekor kalong kapauk berukuran besar (0,8-1 kg) diberi harga Rp 25.000-40.000,

sedangkan kalong kapauk berukuran kecil (0,5-0,7 kg) memiliki harga Rp 15.000-

25.000. Harga kalong kapauk juga dipengaruhi oleh ketersediaan kalong kapauk

pada saat itu. Semakin sedikit jumlah kalong kapauk (langka), maka akan semakin

tinggi pula harganya. Rantai perdagangan kalong kapauk di dalam dan sekitar

KHBT dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Rantai perdagangan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT.

Bentuk pemanfaatan kalong kapauk antara lain sebagai lauk makan sehari-

hari, menu makanan ekstrem di rumah makan kalong kapauk siap saji (Gambar

15), serbuk obat (penyakit asma), dan teman minum tuak (tambul). Masyarakat

(a) (b) (c)

Pemburu di KHBT

Rumah Makan & Warung Tuak

Pengkonsumsi Siap Saji

Pengumpul & Pedagang di Panti

Kalong Kapauk Di Alam

Pengumpul & Pedagang di KHBT

Rp 30.000-80.000

Rp 10.000-15.000Rp 15.000-40.000

Rp 15.000-40.000 Rp 10.000-15.000

Rp 10.000-20.000

Rp 9.000-16.000

Rp 14.000-20.000

Pembeli Rumah Tangga

Pemburu di Panti

Page 57: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

42

 

dari suku Tionghoa dan suku Batak sangat menyukai daging kalong kapauk,

karena rasa daging yang keras, manis, tidak membosankan, dan bagian dalam

kalong kapauk (hati, empedu, dan usus) dipercaya dapat menyembuhkan penyakit

asma.

Gambar 15 Kalong kapauk setelah dibakar (a), masakan daging kalong kapauk

(b), dan salah satu rumah makan kalong kapauk siap saji di Desa Tukka (c).

5.3.2 Lokasi penjualan

Perdagangan kalong kapauk dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan

berjualan keliling dan berjualan menetap di suatu lokasi. Perdagangan kalong

kapauk dengan cara berjualan keliling dilakukan dengan mendatangi pembeli

(menggunakan sepeda motor) di daerah-daerah yang masyarakatnya memiliki

minat yang tinggi untuk mengkonsumsi kalong kapauk (Gambar 16). Pedagang

keliling ini juga mengantarkan kalong kapauk ke rumah makan dan warung tuak

yang menjual kalong kapauk siap saji. Lokasi rumah makan dan warung tuak akan

dijelaskan pada sub-bab karakteristik responden pemilik rumah makan dan

warung tuak yang menjual kalong kapauk siap saji.

Gambar 16 Penjualan kalong kapauk dengan cara berkeliling menggunakan

sepeda motor.

Perdagangan kalong kapauk dengan berjualan menetap di suatu lokasi

dilakukan oleh pemburu kalong kapauk dan oleh pengumpul sekaligus pedagang

kalong kapauk. Pemburu yang juga berperan sebagai pedagang kalong kapauk

(a) (b) (c)

Page 58: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

43

 

(hasil tangkapan sendiri) dan pengumpul ini berjualan di pasar-pasar tradisional,

yang berlangsung satu kali dalam seminggu. Berdasarkan hasil wawancara,

terdapat 5 pasar tradisional yang biasanya menjadi lokasi perdagangan kalong

kapauk (Tabel 1).

Tabel 1 Lokasi pasar tradisional yang menjual kalong kapauk, di dalam dan sekitar KHBT

No Kabupaten Kecamatan Desa Lokasi 1 Tapanuli Utara Pahae Jae Sarulla Pasar Sarulla 2 Tapanuli Utara Pahae Julu Onan Hasang Pasar Onan Hasang 3 Tapanuli Tengah Sibabangun Simanosor Onan Huta Padang 4 Tapanuli Selatan Batang Toru Batang Toru Pasar Batang Toru 5 Tapanuli Selatan Batang Toru Huta Raja Pasar Huta Raja

5.4 Karakteristik responden pemanfaat kalong kapauk

Responden terdiri dari pemburu kalong kapauk, pengumpul dan pedagang,

pembeli, pemilik rumah makan dan warung tuak yang menjual kalong kapauk siap

saji, dan pengkonsumsi kalong kapauk siap saji. Persentase responden

berdasarkan masing-masing kategori dapat dilihat pada Gambar 17, sedangkan

karakteristik umum seluruh responden pemanfaat kalong kapauk dapat dilihat

pada Tabel 2.

Gambar 17 Persentase responden pemanfaat kalong kapauk berdasarkan masing-

masing kategori.

Page 59: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Tabel 2 Karakteristik umum responden pemanfaat kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT

Uraian Pemburu Pengumpul & pedagang*

Pembeli Pemilik RM Pengkonsumsi siap saji

Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Usia (tahun) 10−15 3 4,35 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 2,70 4 2,55 16−25 4 5,80 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 2,55 26−35 26 37,68 1 16,67 2 10,00 3 13,04 8 21,62 40 25,48 36−45 23 33,33 3 50,00 6 30,00 10 34,78 12 32,43 54 34,39 46−55 12 17,39 2 33,33 8 40,00 11 47,83 10 27,03 43 27,39 56−65 1 1,45 0 0,00 4 20,00 1 4,35 6 16,22 12 7,64 Jenis Kelamin Pria 69 100,00 6 100,00 4 85,00 11 47,83 32 86,49 122 77,71 Wanita 0 0,00 0 0,00 16 15,00 14 52,17 5 13,51 35 22,29 Asal Suku Batak Toba 52 75,36 6 100,00 18 90,00 22 86,96 14 37,84 112 71,34 Angkola 6 8,70 0 0,00 2 10,00 2 8,70 4 10,81 14 8,92 Nias 11 15,94 0 0,00 0 0,00 1 4,35 2 5,41 14 8,92 Tionghoa 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 16 43,24 16 10,19 Karo 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 2,70 1 0,64 Agama Islam 1 1,45 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 16,22 7 4,46 Kristen 68 98,55 6 100,00 20 100,00 25 100,00 17 45,95 136 86,62 Budha 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 14 37,84 14 8,92 Pendidikan SD 32 46,38 0 0,00 8 40,00 10 34,78 4 10,81 54 34,39 SMP 23 33,33 0 0,00 7 35,00 7 30,43 13 35,14 50 31,85 SMA 14 20,29 6 100,00 5 25,00 8 34,78 20 54,05 53 33,76

Page 60: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Tabel 2 Lanjutan ...

Uraian Pemburu

Pengumpul & pedagang

Pembeli Pemilik RM Pengkonsumsi siap saji

Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Matapencaharian Utama Buruh upahan 16 23,19 0 0,00 3 15,00 0 0,00 0 0,00 19 12,10 Kebun keluarga 35 50,72 4 66,67 12 60,00 0 0,00 9 24,32 60 38,22 Pedagang kios/keliling 2 2,90 2 33,33 4 20,00 0 0,00 0 0,00 8 5,10 Pemilik toko 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 32,43 12 7,64 Pegawai swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 16,22 6 3,82 PNS 0 0,00 0 0,00 1 5,00 0 0,00 8 21,62 9 5,73 Pemburu 8 11,59 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 8 5,10 Warung makan/minum 0 0,00 0 0,00 0 0,00 7 28,00 0 0,00 7 4,46 Warung tuak 5 7,25 0 0,00 0 0,00 18 72,00 0 0,00 23 14,65 Pelajar 3 4,35 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 5,41 5 3,18 Keterangan : * = 2 orang pengumpul berasal dari Panti; RM = Rumah makan dan warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji.

Page 61: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

46

 

5.4.1 Pemburu

Usia pemburu sangat dipengaruhi oleh waktu perburuan. Pada hari libur

sekolah dapat dijumpai pemburu berusia belasan tahun, sedangkan pada hari-hari

biasa pemburu adalah orang dewasa yang terdiri dari umur 26-55 tahun. Bila

dilihat dari latar belakang pendidikannya sebahagian besar pemburu (46,38%)

hanya pernah duduk di bangku SD. Pemburu yang berlatar belakang pendidikan

setingkat SMA adalah pemburu-pemburu dengan usia lebih muda. Rendahnya

pendidikan pemburu juga menjadi penyebab terjadinya perburuan kalong kapauk.

Pemburu kalong kapauk yang berhasil diwawancarai sebahagian besar

berasal dari Suku Batak Toba (75,36%) dan Suku Nias (15,94%). Hal ini terjadi

karena pemburu dari Suku Batak lebih terbuka dan besedia dalam memberi

informasi. Bila ditelusuri lebih dalam lagi ternyata jumlah pemburu yang berasal

dari kedua suku ini hampir sama besar. Pemburu kalong kapauk yang berada di

pinggiran hutan atau kebun umumnya berasal dari Suku Batak, sedangkan

pemburu yang berada di dalam hutan atau kebun umumnya dari Suku Nias.

Seluruh pemburu adalah pria dan umumnya beragama Kristen.

Aktivitas perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT sudah

berlangsung lebih dari 10 tahun. Sebanyak 22 responden (31,88%) berburu kalong

kapauk lebih dari 10 tahun, 34 responden (49,28%) berburu 5−9 tahun, 11

responden (15,94%) berburu 1−4 tahun, dan 2 responden (2,90%) berburu kalong

kapauk kurang dari 1 tahun. Perburuan kalong kapauk dijadikan pekerjaan

tambahan, karena umumnya pemburu memiliki pekerjaan tetap (Tabel 2)

Responden mengetahui cara perburuan dari orang tua (66,67%) dan dari teman

atau lingkungannya (33,33%). Awalnya pengetahuan tentang cara perburuan

kalong kapauk ini menyebar dari satu daerah ke daerah lain, karena pemburu juga

melakukan perburuan ke daerah-daerah baru yang belum melakukan perburuan.

Berdasarkan hasil wawancara, alasan responden berburu kalong kapauk

adalah sebagai matapencaharian tambahan (62,32%), sebagai hiburan (17,39%),

menganggap kalong kapauk sebagai hama (13,04%), dan karena adanya pesanan

(7,25%). Umumnya pemburu menganggap profesi ini sebagai pekerjaan

tambahan, karena meskipun mendapatkan uang yang lebih besar, perburuan hanya

dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja (musiman). Perburuan kalong

Page 62: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

47

 

kapauk karena adanya pesanan terjadi di Desa Sipange, karena di tempat ini

perburuan dilakukan tanpa musim.

Jumlah efektif pemburu dalam 1 lokasi penjaringan sebanyak 2-3 orang.

Berdasakan hasil wawancara, 48 responden (69,57%) menjawab 2-3 orang dalam

setiap lokasi; 15 responden (21,74%) menjawab 3−5 orang; dan 6 responden

(8,70%) menjawab lebih dari 5 pemburu dalam 1 lokasi penjaringan. Sistem

pembagian hasil perburuan dilakukan dengan membagi rata uang hasil penjualan

kalong kapauk. Bentuk pembagian hasil antara pemilik jaring: pemburu (1):

pemburu (2) adalah 1:1:1. Apabila jaring yang dipergunakan adalah milik

pemburu 1, maka perbandingannya menjadi 2:1.

Anggota dalam setiap kelompok pemburu adalah teman atau anggota

keluarga yang dianggap cocok untuk dijadikan teman dalam berburu kalong

kapauk. Sebanyak 21 responden (30,43%) menjawab anggota tim masih

merupakan keluarga dekat dan 48 responden lainnya (60,57%) menyatakan

anggota tim merupakan teman dekat. Responden yang menjawab orang-orang

dalam satu lokasi penjaringan biasanya tetap sebanyak 46 orang (66,67%),

sedangkan yang menjawab tidak tetap sebanyak 23 orang (33,33%).

Perburuan kalong kapauk yang terjadi belum memperhatikan kelestarian

dari kalong kapauk tersebut. Tidak ditemukan adanya upaya-upaya perlindungan

kalong kapauk. Hal tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan pemburu

kalong kapauk yang 100% mengatakan bahwa jumlah hasil tangkapan pemburu

semakin berkurang. Menurut responden pemburu, berkurangnya hasil tangkapan

disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah pemburu di dalam dan sekitar

KHBT. Persepsi responden mengenai upaya perlindungan kalong kapauk dapat

dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Persentase persepsi pemburu mengenai upaya perlindungan kalong

kapauk (n = 69).

Page 63: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

48

 

5.4.2 Pengumpul dan pedagang

Pada saat penelitian berlangsung, jumlah pengumpul yang diketahui dan

diwawancarai sebanyak 4 orang, sedangkan jumlah pedagang hanya 2 orang. Dari

jumlah tersebut 2 orang pengumpul berada di Panti (sebagai pemasok), 2

pengumpul lainnya berada di Desa Gunung Marijo Kecamatan Pinangsori

Kabupaten Tapanuli Tengah, sedangkan 2 orang pedagang kalong kapauk adalah

orang yang bekerja pada pengumpul tersebut. Pengiriman kalong kapauk lintas

provinsi ini dimulai pada tahun 2009. Jumlah pengumpul dan pedagang kalong

kapauk di dalam dan sekitar KHBT akan bertambah bila musim perburuan kalong

kapauk tiba.

Seseorang dapat menjadi pengumpul kalong kapauk jika memiliki modal

(uang) yang cukup. Besarnya modal awal yang dikeluarkan akan terbayar oleh

besarnya keuntungan yang akan diperoleh. Sebelum menjadi pengumpul dan

pedagang, 5 responden (83,33%) pernah menjadi pemburu kalong kapauk.

Sebanyak 2 responden (33,33%) menjalani profesi ini selama 1 tahun, 2

responden (33,33%) selama 2-4 tahun, dan 2 responden (33,33%) lain selama 5-

10 tahun. Pengumpul dan pedagang menganggap profesi ini sebagai pekerjaan

tambahan, karena hanya dapat dilakukan pada musim kalong kapauk saja dan

masing-masing responden memiliki matapencaharian utama yaitu berkebun

(66,67%) dan pedagang kios (33,33%).

Pedagang kalong kapauk keliling akan berjualan kalong kapauk jika

jumlahnya mencukupi (lebih dari 60 ekor). Apabila jumlah kalong kapauk sedikit,

kalong kapauk akan disimpan untuk dijual keesokan harinya. Jumlah kalong

kapauk yang diperdagangkan setiap hari berbeda-beda, dengan rata-rata 70-90

ekor per hari. Pedagang memiliki pelanggan tetap, baik itu pembeli rumah tangga

maupun pemilik rumah makan/warung tuak. Menurut pengumpul dan pedagang,

jumlah pembeli setiap tahun selalu tinggi karena peminat daging kalong kapauk

banyak. Kalong kapauk yang dibawa oleh pedagang selalu habis terjual.

5.4.3 Pembeli

Responden membeli kalong kapauk untuk keperluan konsumsi keluarga.

Responden yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah (Tabel 3) ini

diwawancarai ketika sedang membeli kalong kapauk dari pedagang keliling.

Page 64: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

49

 

Berdasarkan hasil wawancara, 1 responden (5%) sudah menjadi pembeli kalong

kapauk selama 1-4 tahun, 4 responden (20%) menjadi pembeli 5-10 tahun, 8

responden (40%) menjadi pembeli 10-20 tahun, 5 responden (25%) menjadi

pembeli 20-30 tahun, dan 2 responden (10%) menjadi pembeli selama 30-40

tahun.

Tabel 3 Asal responden yang menjadi pembeli kalong kapauk di Kabupaten Tapanuli Tengah

Asal pembeli (Desa/Dusun)

Kecamatan Persen (%)

Jumlah (Orang)

Pinangsori Pinangsori 5,00 1 Tukka Tukka 10,00 2 Sipange Tukka 20,00 4 Huta Nabolon Tukka 10,00 2 Sigiring-giring Tukka 10,00 2 S Kalangan II /Haramonting Tukka 25,00 5 Bonan dolok Sitahuis 20,00 4 Total 100,00 20

Sebanyak 10 responden (50%) membeli kalong kapauk sebagai teman

makan nasi (lauk), 7 responden (35%) membeli kalong kapauk untuk dimakan

begitu saja, serta 3 responden (15%) lainnya membeli kalong kapauk karena

khasiatnya. Menurut responden, daging kalong kapauk memiliki beberapa

keunggulan yang membuatnya berbeda dengan daging hewan lainnya, yaitu:

sebagai obat asma dan penambah stamina tubuh (5 responden, 25%); sebagai obat

asma dan rasanya tidak membosankan (3 responden, 15%); sebagai obat asma dan

tidak menaikkan tensi darah (4 responden, 20%); serta memiliki rasa daging yang

enak, keras, dan tidak membosankan (8 responden, 40%).

Masing-masing responden membeli kalong kapauk 1-6 kali dalam satu

bulan, dengan 1-2 ekor kalong kapauk dalam setiap pembelian. Sebanyak 3

respoden (15%) membeli 1 kali dalam sebulan, 5 responden (25%) 1-2 kali dalam

sebulan, 8 responden (40%) 2-4 kali dalam sebulan, dan 4 responden (20%) 5-6

kali dalam sebulan. Responden umumnya membeli kalong kapauk berdasarkan

kondisi keuangan masing-masing. Seluruh responden mengaku tidak mampu

membeli kalong kapauk siap saji di rumah makan, karena harganya mahal.

Menurut 14 responden (70%) harga kalong kapauk yang ditawarkan pedagang

Page 65: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

50

 

tidak tergolong mahal, sedangkan 6 responden (30%) lainnya mengatakan harga

kalong kapauk tergolong mahal.

5.4.4 Pemilik rumah makan dan warung tuak yang menjual kalong kapauk

siap saji

Pada saat penelitian sedang berlangsung, ditemukan 7 rumah makan dan 4

warung tuak yang menjual kalong kapauk siap saji. Menurut hasil survei, jumlah

rumah makan dan warung tuak di dalam dan sekitar KHBT yang biasanya

menyediakan kalong kapauk siap saji adalah 124 tempat (Tabel 4). Jumlah ini

dapat bertambah jika musim perburuan kalong kapauk tiba, karena banyak rumah

makan dan warung tuak lain yang juga menyediakan kalong kapauk siap saji pada

waktu-waktu tersebut. Pemilik warung tuak sering menggunakan daging kalong

kapauk sebagai menu pemancing agar pembeli minum tuak di warungnya. Rumah

makan kalong kapauk siap saji paling populer berada di Desa Tukka dan Huta

Nabolon. Di lokasi tersebut, ada 3 rumah makan kalong kapauk siap saji yang

keberadaannya sudah terkenal sampai ke luar daerah.

Tabel 4 Lokasi dan jumlah rumah makan/warung tuak yang menjual kalong kapauk siap saji di dalam dan sekitar KHBT, berdasarkan hasil survei

Kabupaten/Kota Kecamatan/kota Desa Persen (%) Jumlah Tapanuli Utara Adian Koting Banuaji II 0,81 1

Pahae Jae Pasar Sarulla 0,81 1 Tapanuli Tengah Pinangsori Gunung Marijo 3,23 4

Badiri Huta Balang 1,61 2 Pandan Kalangan 0,81 1

Aek Horsik 0,81 1 Sarudik Sibuluan Nalambok 3,23 4

Tukka Sipange 0,81 1 Huta Nabolon 2,42 3 Bona Lumban 0,81 1 Tukka 2,42 3

Tapanuli Selatan Batang Toru Batang Toru (pasar) 0,81 1 Tano Tombangan Aek Hahombu 72,58 90a)

Padang Sidempuan (PSP)

PSP Manegen 0,81 1 PSP Selatan Aek Horsik 7,26 9 a)

Sidakkal/Gg Gosen 0,81 1 Total 100,00 124

Keterangan : a) = Berdasarkan hasil wawancara

Dari seluruh rumah makan dan warung tuak yang ada, pemilik rumah

makan dan warung tuak yang diwawancarai sebanyak 25 orang. Berdasarkan hasil

wawancara, 1 responden (4%) sudah berjualan sekitar 40 tahun, 3 responden

Page 66: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

51

 

(12%) berjualan 20-39 tahun, 5 responden (20%) berjualan 10-20 tahun, 7

responden (28%) berjualan 5-9 tahun, 5 responden (20%) berjualan 1-4 tahun, dan

4 responden (16%) baru memulai usaha kurang dari 1 tahun. Jika pasokan kalong

kapauk lancar, sebanyak 3 responden (12%) berjualan 2 hari dalam seminggu, 9

responden (36%) berjualan 3-5 hari dalam seminggu, dan 13 responden (52%)

berjualan 6-7 hari dalam seminggu. Waktu penjualan ini sewaktu-waktu dapat

berubah, tergantung minat pengkonsumsi di rumah makan atau warung tuak

tersebut.

Masing-masing rumah makan dan warung tuak dapat menghabiskan 2-10

ekor kalong kapauk dalam sehari. Jumlah kalong kapauk untuk diolah di warung

tuak lebih sedikit dibandingkan dengan di rumah makan. Sebanyak 13 responden

(52%) memerlukan 2-4 ekor kalong kapauk per hari, 9 responden (36%)

memerlukan 5-7 ekor per hari, dan 3 responden (12%) memerlukan 8-10 ekor per

hari. Jumlah kalong kapauk yang diolah pada hari Sabtu dan Minggu lebih banyak

dari hari lainnya, karena pada waktu seperti ini pembeli lebih ramai.

Kalong kapauk diperoleh dari pemburu dan pedagang kalong kapauk.

Sebanyak 5 responden (20%) membeli kalong kapauk langsung kepada pemburu,

8 responden (32%) membeli dari pedagang, 1 responden (4%) memperoleh kalong

kapauk dari hasil tangkapan sendiri, dan 11 responden (44%) membeli kalong

kapauk dari pemburu atau pedagang (dengan pertimbangan harga beli yang

termurah). Masing-masing pemilik warung tuak dan rumah makan sudah memiliki

pemasok kalong kapauk yang tetap, baik itu langsung kepada pemburu kalong

kapauk maupun dengan berlangganan kepada pedagang kalong kapauk.

Kalong kapauk siap saji disajikan dalam bentuk potongan daging dan

cincang (per piring). Sebanyak 17 responden (68%) menyajikan dalam bentuk

potongan daging, sedangkan 8 responden (32%) lainnya menyajikan dalam bentuk

cincang. Seekor kalong kapauk berukuran besar (0,8-1 kg) dibagi menjadi 6-8

potong atau 4-5 piring daging cincang, sedangkan yang berukuran lebih kecil

(kurang dari 0,8 kg) hanya dapat menghasilkan 4-6 potong atau 3 piring cincang

saja. Harga daging kalong kapauk siap saji di masing-masing daerah bervariasi,

yaitu mulai dari Rp 5.000 - 10.000 per potong atau Rp 5.000 - 8.000 per piring

(cincang). Harga ini dipengaruhi oleh perekonomian pengkonsumsi di daerah

Page 67: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

52

 

tersebut. Harga kalong kapauk siap saji di Kecamatan Tukka lebih tinggi (Rp

10.000 per potong), karena pengkonsumsinya berasal dari perekonomian

menengah ke atas (dari Kota Sibolga).

5.4.5 Pengkonsumsi kalong kapauk siap saji

Responden adalah pengkonsumsi kalong kapauk siap saji di 6 rumah

makan dan 2 warung tuak. Responden berjumlah 37 orang dan masing-masing

diwawancarai ketika sedang mengkonsumsi kalong kapauk siap saji. Sebanyak 2

responden (5,41%) mengkonsumsi kalong kapauk kurang dari 1 tahun, 10

responden (27,03%) mengkonsumsi 1-4 tahun, 13 responden (35,24%)

mengkonsumsi 5-9 tahun, 8 responden (21,62%) mengkonsumsi 10-20 tahun, 3

responden (8,11%) mengkonsumsi 20-39 tahun, dan 1 responden (2,7%) sudah

mengkonsumsi kalong kapauk lebih dari 40 tahun.

Responden yang mengkonsumsi kalong kapauk siap saji untuk obat dari

penyakit yang dideritanya sebanyak 11 responden (29,73%), sedangkan 26

responden (70,27%) lainnya mengkonsumsi kalong kapauk karena merasa senang

atau sudah ketagihan. Persepsi masing-masing responden terhadap keunggulan

dari daging kalong kapauk adalah: sebagai obat asma, dapat menyembuhkan

badan yang pegal-pegal, dan penambah stamina tubuh (15 responden, 40,54%);

obat asma dan tidak menimbulkan rasa bosan (5 responden, 13,51%); sebagai obat

asma dan tidak menaikkan tensi darah (7 responden, 18,92%); rasa yang enak,

daging keras, dan tidak membosankan (10 responden, 27,03%).

Sebanyak 16 responden (43,24%) mengkonsumsi kalong kapauk siap saji

1 kali dalam seminggu, 10 responden (27,03%) mengkonsumsi sebanyak 1-2 kali

dalam seminggu, 5 responden (13,51%) mengkonsumsi dalam waktu 2 minggu

sekali, 4 responden (10,81%) mengkonsumsi 2-3 kali dalam seminggu, dan 2

responden (5,41%) mengkonsumsi kalong kapauk 1 kali sebulan. Masing-masing

responden biasanya datang seorang diri (5,41%), bersama keluarga (13,51%),

bersama teman satu pekerjaan (37,84%), atau bersama teman sepermainan

(43,24%). Responden sebahagian besar berasal dari kota dan memiliki

perekonomian yang cukup baik.

Sebanyak 25 responden (67,57%) mengatakan harga kalong kapauk siap

saji tidak tergolong mahal (karena termasuk langka dan tidak selalu dapat

Page 68: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

53

 

dikonsumsi jika sewaktu-waktu menginginkannya), sedangkan menurut 12

responden (32,43%) lainnya harga tersebut tergolong mahal. Jumlah biaya yang

dikeluarkan masing-masing responden setiap kali mengkonsumsi daging kalong

kapauk tergolong tinggi. Sebanyak 11 responden (29,73%) mengeluarkan biaya

sebesar Rp 15.000-30.000, 8 responden (21,62%) mengeluarkan biaya paling

sedikit Rp 50.000, 7 responden (18,92%) mengeluarkan biaya Rp 30.000-50.000,

6 responden (16,22%) mengeluarkan biaya Rp 100.000-200.000, dan 5 responden

(13,51%) mengeluarkan biaya Rp 10.000-20.000.

5.5 Perburuan lalai kembang dan kusing dayak

5.5.1 Alat dan cara perburuan

Alat yang digunakan pemburu lalai kembang dan kusing dayak adalah

jaring dan dua batang bambu (5-6 m). Selain buat sendiri, jaring juga dapat dibeli

dengan harga Rp 300.000. Jaring diikatkan pada dua buah batang bambu yang

pangkalnya disatukan/diikat, sehingga bila kedua batang bambu ditegakkan akan

berbentuk huruf V (Gambar 19). Jaring dan bambu tidak diikat secara permanen,

sehingga jaring dapat dilepas bila telah selesai berburu. Cara perburuannya adalah

dengan mengayunkan batang bambu kearah datangnya lalai kembang dan kusing

dayak. Kedua batang bambu kemudian disatukan, sehingga lalai kembang dan

kusing dayak tidak dapat melepaskan diri. Lalai kembang dan kusing dayak

diambil dengan menekan bagian kepalanya sampai mati.

Gambar 19 Alat perburuan lalai kembang dan kusing dayak.

Karena mulut gua tinggi dan lebar, maka perburuan dilakukan di atas

patca (Gambar 20). Patca membuat posisi pemburu menjadi lebih tinggi dan lebih

mudah untuk menjangkau lalai kembang dan kusing dayak. Patca dibuat dengan

memanfaatkan pepohonan di sekitar mulut gua, tetapi juga dapat dibuat dengan

menggunakan tiang-tiang kayu yang disusun sedemikian rupa. Bila menggunakan

Page 69: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

54

 

pepohonan, pohon yang dijadikan patca adalah yang kokoh, tinggi, dan berada di

sekitar jalur keluar masuknya lalai kembang dan kusing dayak. Perburuan dapat

dilakukan dengan posisi duduk atau berdiri di patca.

Gambar 20 Tempat perburuan lalai kembang dan kusing dayak (patca) dengan

memanfaatkan pohon hidup (a) dan menggunakan tiang kayu (b).

5.5.2 Daerah dan lokasi perburuan

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak terjadi di salah satu gua yang

ada di dalam KHBT blok barat. Posisi koordinat gua berada di 1o41’00” -

0o68’00” Lintang Utara dan 99o00’-06o26’ Bujur Timur. Secara administratif gua

tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Oleh masyarakat

setempat gua ini dikenal dengan nama Gua Liang (Gambar 21 a). Di sekitar Gua

Liang terdapat sebuah gua lainnya yang disebut-sebut sebagai Gua Anak Liang

(Gambar 21 b). Dalam bahasa lokal (Batak Toba), ”liang” sama artinya dengan

gua.

  Gambar 21 Gua Liang (a) dan Gua Anak Liang (b) di dalam KHBT blok Barat,

Kabupaten Tapanuli Utara.

Perburuan dilakukan di beberapa lokasi di sekitar mulut gua. Ada 14 lokasi

yang sering dijadikan tempat beburu lalai kembang dan kusing dayak, yaitu 8

lokasi berada di depan mulut gua dan 6 lokasi berada di atas mulut gua. Perburuan

awalnya terjadi di Gua Anak Liang, karena lalai kembang dan kusing dayak

(a) (b)

(a) (b)

Page 70: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

55

 

paling banyak ditemukan di gua tersebut. Seiring berjalannya waktu, lalai

kembang dan kusing dayak di Gua Anak Liang mulai habis dan perburuan

berpindah ke Gua Liang. Menurut pemburu, lalai kembang dan kusing dayak di

Gua Anak Liang habis karena diburu dan sebahagian berpindah ke Gua Liang.

Gua Liang berada jauh dari tempat tinggal pemburu dan hanya dapat

ditempuh dengan berjalan kaki. Jarak Gua Liang dari Dusun Haramonting sejauh

12,39 km dan memerlukan waktu sekitar 6 jam, dari Dusun Badiri Pardomuan

sekitar 5 jam, dari Tapian Nauli sekitar 7 jam, dan dari Lubuk Pariasan sekitar 8

jam bila berjalan kaki dengan cepat. Kondisi ini mengakibatkan pemburu harus

menyediakan waktu paling sedikit 2 hari 1 malam, agar dapat berburu lalai

kembang dan kusing dayak di Gua Liang.

5.5.3 Waktu perburuan

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak dilakukan tanpa mengenal

musim. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, perburuan berlangsung 2 kali

dalam 1 malam. Perburuan pertama berlangsung pada saat lalai kembang dan

kusing dayak keluar dari mulut gua untuk mencari makan, yaitu dari pukul 18.50-

20.00 WIB. Perburuan pada waktu seperti ini dilakukan di depan mulut gua, baik

di sisi kiri maupun sisi kanan gua. Perburuan kedua berlangsung ketika lalai

kembang dan kusing dayak kembali ke dalam gua (pukul 23.00-06.00 WIB) dan

perburuan dilakukan di atas mulut gua.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 6 responden pemburu lalai kembang

dan kusing dayak, 3 responden (50%) melakukan perburuan hanya dalam 1

malam, 2 responden (33,33%) 1-2 malam, dan 1 responden (16,67%) melakukan

perburuan dalam 2 malam. Menurut responden, lamanya waktu perburuan

dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan dan ketersediaan waktu yang dimiliki

pemburu tersebut. Berdasarkan hasil pemasangan camera trap selama 12 bulan,

lamanya waktu perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 71: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

56

 

Tabel 5 Lamanya waktu perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap

Lama Perburuan

(malam)

Haramonting & H. Raja (kelompok)

Tapian Nauli

(kelompok)

Lubuk Pariasan

(kelompok)

Badiri Pardomuan (kelompok)

Jumlah

(kelompok)

Persen

(%) 1 21 9 6 2 38 84,44 2 4 - 2 - 6 13,33 3 1 - - - 1 2,22

5.5.4 Frekuensi perburuan

Menurut hasil wawancara, perburuan lalai kembang dan kusing dayak

sering dilakukan saat terang bulan. Meskipun demikian perburuan tidak

berlangsung setiap terang bulan, karena lokasi perburuan jauh dari permukiman

pemburu. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perburuan lalai kembang dan

kusing dayak adalah: (1) terlalu sering hujan, sehingga tidak bisa menyadap getah

karet; (2) harga jual getah karet rendah; dan (3) hari libur. Berdasarkan hasil

camera trap yang terpasang selama 12 bulan, setiap pemburu dari masing-masing

desa/dusun melakukan perburuan sebanyak 1-21 kali (Gambar 22). Pemburu yang

berburu hanya 1 kali diduga ikut-ikutan atau hanya ingin berpetualang saja.

Gambar 22 Jumlah perburuan yang dilakukan setiap pemburu dari masing-

masing desa/dusun dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap.

Berdasarkan hasil camera trap, 50 orang pemburu melakukan perburuan

lalai kembang dan kusing dayak sebanyak 110 kali dalam 53 malam, baik itu

berkelompok maupun individu (Gambar 23). Data frekuensi perburuan pada bulan

Desember 2008 - Juni 2009 diperoleh dari data yang dikumpulkan oleh YEL,

sedangkan data pada bulan Desember 2009 sampai awal Mei 2010 diambil selama

penelitian berlangsung.

Page 72: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Gambar 23 Frekuensi perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang dalam 12 bulan, berdasarkan camera trap. Keterangan : Pada bulan Januari 2009 tidak terjadi perburuan.

Pada bulan Juli - November 2009 tidak tersedia data karena tidak dilakukan pemasangangan camera trap. Pemasangan camera trap pada bulan Desember 2009 dimulai dari tanggal 24. Pemasangan camera trap pada bulan Mei 2010 sampai tanggal 4.

Page 73: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

58

 

5.5.5 Sex ratio hasil buruan

Penghitungan jantan dan betina pada lalai kembang dan kusing dayak hasil

buruan hanya dilakukan pada satu kali kejadian saja (Gambar 24). Hal ini terjadi

karena jadwal perburuan yang sulit diketahui dan pemburu juga merasa kurang

nyaman (tidak suka) jika aktivitas perburuan mereka terlalu diperhatikan.

Gambar 24 Sex ratio lalai kembang dan kusing dayak hasil buruan (n = 1).

5.5.6 Estimasi jumlah tangkapan

Hasil tangkapan pemburu akan lebih banyak jika pemburu memiliki

kemampuan/pengalaman yang cukup, perburuan dilakukan saat terang bulan, dan

sedang tidak hujan. Menurut responden (pemburu), jumlah hasil tangkapan

pemburu yang sering berburu lalai kembang dan kusing dayak lebih banyak

dibanding dengan pemburu yang hanya sesekali berburu lalai kembang dan kusing

dayak. Oleh karena itu, pemburu yang melakukan 1 kali perburuan diperkirakan

mendapat 60 ekor, pemburu yang melakukan 2-3 kali perburuan diperkirakan

mendapat 120 ekor, pemburu yang melakukan 4-5 kali perburuan diperkirakan

mendapat 200 ekor, dan pemburu yang melakukan perburuan lebih dari 5 kali

diperkirakan mendapat 250 ekor dalam 1 malam. Jumlah tangkapan pemburu lalai

kembang dan kusing dayak selama dilakukan pemasangan camera trap (12 bulan)

diperkirakan sekitar 19.720 ekor (Lampiran 10).

5.6 Perdagangan lalai kembang dan kusing dayak

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang betujuan untuk

dijual dan sebahagian kecil dikonsumsi sendiri. Perdagangannya bersifat lokal,

karena hasil buruan hanya dijual kepada penduduk desa/dusun yang berada di

sekitar tempat tinggal pemburu tersebut. Sebelum dipasarkan lalai kembang dan

Page 74: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

59

 

kusing dayak terlebih dahulu dibuang sayapnya, ditusuk dengan kayu, dibakar

sampai bagian bulu hilang, dan direbus (Gambar 25). Apabila perburuan

berlangsung lebih dari 1 malam, maka lalai kembang dan kusing dayak diawetkan

dengan cara pengasapan.

Gambar 25 Penanganan lalai kembang dan kusing dayak sebelum dipasarkan:

membuang sayap (a), ditusuk dengan kayu (b), dibakar (c), hasil setelah dibakar (d), perebusan (e), dan pengasapan (f).

Harga seekor lalai kembang dan kusing dayak dari pemburu kepada

pembeli sebesar Rp 1000. Pemburu dapat membeli dengan harga lebih murah bila

membeli dalam jumlah yang banyak, seperti dengan membayar Rp 20.000

pembeli mendapat 25 ekor lalai kembang dan kusing dayak. Pembeli dapat

membeli lalai kembang dan kusing dayak langsung ke rumah pemburu, atau

dengan memesan kepada pemburu kemudian pemburu yang akan menghantarkan.

5.7 Karakteristik pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak

Responden terdiri dari pemburu (6 orang) dan pembeli (25 orang) lalai

kembang dan kusing dayak. Pemburu dan pembeli yang berhasil diwawancarai

dikelompokkan menjadi 4 kelompok dusun, yaitu: Haramonting dan Huta Raja,

Tapian Nauli, Lubuk Pariasan, dan Badiri Pardomuan. Dusun Haramonting, Huta

Raja, dan Badiri pardomuan termasuk dalam Desa S Kalangan II Kecamatan

Tukka, sedangkan Dusun Tapian Nauli dan Lubuk Pariasan termasuk dalam Desa

Tapian Saur Manggita Kecamatan Tukka. Masyarakat dari Dusun Haramonting,

Huta Raja, dan Tapian Nauli didominasi oleh suku Batak, sedangkan masyarakat

dari desa Lubuk Pariasan dan Badiri Pardomuan didominasi oleh suku Nias.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Page 75: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

60

 

Karakteristik umum responden pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Karakteristik umum responden pemanfaat lalai kembang dan kusing dayak di Kecamatan Tukka

Uraian Haramonting & Huta Raja

Tapian Nauli

Lubuk Pariasan

Badri Pardomuan

Pemburu Pembeli Pembeli Pembeli Pembeli (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) Umur (tahun) 16-25 2 2 - - -26-35 2 2 2 - -36-45 2 4 2 2 246-55 - 5 1 1 -≥ 56 - 2 - - -Pendidikan SD 2 8 5 3 2SMP 1 2 - - -SMA 3 5 - - -Asal suku Batak Toba 4 11 5 - -Batak Angkola 1 3 - - -Nias 1 1 - 3 2Agama Islam 1 2 - - -Kristen 5 13 5 3 2Jenis kelamin Laki-laki 6 7 1 - 1Perempuan - 8 4 3 1Matapencaharian Petani karet 4 13 5 3 2Pemilik warung kopi 1 2 - - -Pegawai swasta 1 - - - -Jumlah responden 6 15 5 3 2% 19,35 48,39 16,13 9,68 6,45 5.7.1 Pemburu

Kelompok masyarakat yang pertama melakukan perburuan lalai kembang

dan kusing dayak adalah masyarakat dari dusun Haramonting dan Huta Raja.

Menurut salah satu responden, pada tahun 1922 mereka sudah melakukan

perburuan lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang. Seiring berjalannya

waktu masyarakat dari Dusun Tapian Nauli, Lubuk Pariasan, dan Badiri

Pardomuan juga melakukan perburuan lalai kembang dan kusing dayak.

Berdasarkan identifikasi wajah pada foto hasil camera trap, pemburu lalai

kembang dan kusing dayak berusia sekitar 10-60 tahun. Kelas umur pemburu

bervariasi dan didominasi oleh kelas umur 46-55 tahun (13 orang; 26%),

Page 76: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

61

 

sedangkan menurut data responden, pemburu berusia 16-45 tahun. Kelas umur

pemburu lalai kembang dan kusing dayak berdasarkan hasil camera trap,

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kelas umur pemburu lalai kembang dan kusing dayak di Gua Liang dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap

Usia (tahun)

Haramonting & Ht Raja

(orang)

Tapian Nauli

(orang)

Lubuk Pariasan (orang)

Badiri Pardomuan

(orang)

Jumlah (orang)

Persen (%)

10-15 - - 1 - 1 2,00 16-25 7 - 5 - 12 24,00 26-35 3 4 4 1 12 24,00 36-45 3 4 4 - 11 22,00 46-55 6 5 - 2 13 26,00 ≥ 56 1 - - - 1 2,00 Total 20 13 14 3 50 100,00

Jumlah kelompok pemburu yang berburu di Gua Liang berdasarkan hasil

camera trap selama 12 bulan adalah 45 kelompok. Kelompok pemburu berkisar 1-

6 orang, tetapi yang paling sering dijumpai adalah 2 orang pemburu dalam satu

kelompok, yaitu sebanyak 13 kali (Tabel 8). Bentuk pembagian hasil perburuan

adalah dengan membagi rata uang hasil penjualan lalai kembang dan kusing

dayak.

Tabel 8 Jumlah pemburu lalai kembang dan kusing dayak per kelompok dalam 12 bulan, berdasarkan hasil camera trap

Pemburu (orang per kelompok)

Haramonting & Ht Raja

(kali)

Tapian Nauli (kali)

Lubuk Pariasan

(kali)

Badiri Pardomuan

(kali)

Jumlah (kali)

Persen (%)

1 12 - - - 12 26,67 2 9 1 2 1 13 28,89 3 3 4 3 1 11 24,44 4 2 3 2 - 7 15,56 5 - - 1 - 1 2,22 6 - 1 - - 1 2,22

Berdasarkan hasil wawancara, 1 responden (16,67%) berburu lalai

kembang dan kusing dayak untuk matapencaharian sampingan, 2 responden

(33,33%) untuk hiburan/petualangan, dan 3 responden lainnya (50%) berburu lalai

kembang dan kusing dayak untuk matapencaharian sampingan sekaligus sebagai

hiburan. Bagi masyarakat Haramonting dan Huta Raja khususnya kaum muda,

pergi ke Gua Liang untuk berburu lalai kembang dan kusing dayak merupakan

suatu hal yang sangat menarik dan membanggakan.

Page 77: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

62

 

Kegiatan lain yang biasa dilakukan pemburu di sekitar lokasi perburuan

adalah memasak makanan, makan, beristirahat, dan memancing ikan. Apabila

perburuan lalai kembang dan kusing dayak berlangsung lebih dari 1 malam,

aktivitas pemburu pada siang sampai sore harinya adalah memancing ikan. Dalam

perjalanan pergi maupun pulang, pemburu juga sering kali melakukan aktivitas

memancing ikan di sungai-sungai kecil yang ada di hutan. Ikan hasil pancingan

juga dapat dijual, sebagai tambahan pendapatan dari berburu lalai kembang dan

kusing dayak.

5.7.2 Pembeli

Pembeli berasal dari daerah yang sama dengan pemburu. Lalai kembang

dan kusing dayak diminati oleh segala usia, tetapi kurang diminati oleh yang

beragama Islam. Pembeli sudah biasa mengkonsumsi lalai kembang dan kusing

dayak untuk dimakan dagingnya (tradisi). Menurut responden, daging lalai

kembang dan kusing dayak cukup diminati, karena memiliki beberapa keunggulan

yang membuatnya berbeda dengan daging jenis hewan lainnya, yaitu: sebagai obat

sesak napas (5 responden, 20%); sebagai obat sesak napas dan rasanya tidak

membosankan (6 responden, 24%); dan memiliki rasa yang enak dan harganya

murah (14 responden, 56%).

5.8 Kondisi habitat

Kondisi habitat sangat mempengaruhi kelangsungan hidup satwaliar.

Menurut Indra & Fredriksson (2007), kerusakan KHBT dalam kurun waktu 6

tahun (2001-2007) adalah sekitar 2.000 ha. Kerusakan hutan terjadi di blok Barat,

terutama di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan (Indra &

Fredriksson 2007).

Pada saat pengambilan data di lapangan, penulis tidak menemukan tempat

tinggal, tempat persinggahan, maupun bekas tempat tinggal kalong kapauk.

Menurut informasi yang diperoleh dari pemburu, bila musim kalong kapauk tiba,

kalong kapauk berasal dari dalam KHBT yang letaknya jauh dari permukiman

penduduk. Perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT tidak pernah

dilakukan di sekitar tempat tinggal kalong kapauk.

Dalam pengambilan data di lapangan, penulis tidak mensurvei seluruh gua

yang ada di dalam KHBT. Penulis hanya mengunjungi Gua Liang, yang menjadi

Page 78: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

63

 

habitat sekaligus sebagai lokasi perburuan lalai kembang dan kusing dayak. Di

sekitar mulut Gua Liang banyak ditemukan sampah-sampah bungkus makanan,

botol bekas air mineral, botol minuman beralkohol, bungkus rokok, pakaian

pemburu, garam dapur, peralatan makan, dan sisa-sisa pembakaran. Selain itu

juga dapat dilihat sebuah batu gilingan dan tanaman asam dengan tinggi sekitar 6

meter (Gambar 26). Mulut Gua Liang yang memiliki lebar 26,42 meter dan tinggi

sekitar 16 meter ini menghadap ke arah Barat.

Gambar 26 Sampah yang ditinggalkan pemburu (a), tempat masak (b), dan batu

gilingan (c).

5.9 Kebun durian

Jumlah pohon durian yang dimiliki masing-masing responden adalah: 1-5

batang (26 responden; 44,07%), 5-10 batang (23 responden; 38,98%), dan 10-20

batang (10 responden; 16,95%). Sebanyak 18 responden (30,51%) sudah

mengalami masa panen durian selama 1-5 tahun, 21 responden (35,59%)

mengalami masa panen 5-10 tahun, 12 responden (20,34%) mengalami masa

panen 10-20 tahun, dan 8 responden (13,56%) mengalami masa panen 20-30

tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani durian, musim berbunga

durian di dalam dan di sekitar KHBT dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27 Persentase musim berbunga durian berdasarkan hasil wawancara

petani durian (n = 59)

(a) (b) (c)

%

Page 79: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

64

 

Durian merupakan salah satu jenis tanaman buah musiman yang memiliki

nilai komesial tinggi, dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat di dalam dan

sekitar KHBT. Durian ditanam di antara tanaman karet, di area perkebunan karet

milik masyarakat. Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi durian di 3

kabupaten yang berada di dalam dan sekitar KHBT pada tahun 2006-2008,

berdasarkan data BPS (2009) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Luas tanaman, produksi, dan rata-rata produksi durian di Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan, tahun 2006-2008

Kabupaten Tahun Luas Tanaman (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Kw/Ha)

Tapanuli Utara 2008 700,88 6619,72 94,452007 694,95 6565,84 94,482006 684,74 6467,37 94,45

Tapanuli Tengah 2008 1902 26127 137,37

2007 - - -2006 - - -

Tapanuli Selatan 2008 595 4045 67,98 2007 666 4528 67,99 2006 - - -Keterangan: - = tidak tersedia data.

Berdasarkan Tabel 9, luas tanaman dan produksi durian di Kabupaten

Tapanuli Utara terus meningkat, sedangkan di Kabupaten Tapanuli Selatan

mengalami penurunan. Berdasarkan hasil wawancara kepada petani durian di 3

kabupaten tersebut, 31 responden (52,54%), mengatakan produksi durian selalu

sama setiap tahunnya dan 28 responden (47,46%) mengatakan produksi durian

semakin berkurang. Bila dibandingkan dengan produksi durian pada 10 tahun

yang lalu, maka 44 responden (74,58%) mengatakan produksi durian jauh sekali

berkurang jumlahnya, 14 responden (23,73%) mengatakan tetap, dan hanya 1

responden (1,69%) yang mengatakan produksi durian bertambah.

Berdasarkan hasil wawancara, berkurangnya produksi durian disebabkan

oleh beberapa faktor (Gambar 28). Menurut pengetahuan sebahagian besar

responden (38,98%), penurunan produksi durian disebabkan oleh bencana alam

(gempa bumi) yang akhir-akhir ini sering terjadi, sehingga mengakibatkan bunga

durian terjatuh. Selain itu, menurut responden penurunan produksi durian juga

Page 80: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

65

 

disebabkan oleh semakin langkanya kalong kapauk yang membantu proses

penyerbukan durian.

Gambar 28 Penyebab berkurangnya produksi durian berdasarkan wawancara

petani durian (n=59).

5.10 Pembahasan umum

5.10.1 Kalong kapauk

Meskipun memerlukan biaya awal yang besar (Rp 500.000-600.000) untuk

membeli jaring (jala), pemburu lebih memilih menggunakan alat ini karena hasil

tangkapan lebih banyak dan kalong kapauk didapat dalam keadaan hidup. Selain

itu jaring juga dapat bertahan dalam waktu yang lama (lebih dari 10 tahun),

sehingga dapat dipergunakan secara turun temurun. Perburuan kalong kapauk

dengan menggunakan jaring sudah umum terjadi dan juga dapat dijumpai di

Sulawesi, Malaysia (Serawak), Thailand, dan Vietnam (Mickleburgh et al. 2009).

Hasil penelitian Mickleburgh et al. (2009) menyatakan, selain menggunakan

jaring, perburuan kalong kapauk juga dilakukan dengan menggunakan layangan

yang diberi mata kail pancing pada tali/benangnya, ketapel, panah, tongkat

pemukul, tiang bambu yang diikatkan pengait pada bagian ujung, dan perekat

yang ditempelkan di cabang pohon.

Perburuan kalong kapauk dengan menggunakan jaring dilakukan di sekitar

tumbuhan pakan dan di punggung bukit, yaitu dengan memasang jaring di lorong-

lorong yang sengaja dibuat (dengan menumbang sejumlah pohon) untuk dilalui

kalong kapauk. Perburuan di sekitar tumbuhan pakan dilakukan karena di tempat

tersebut banyak dijumpai kalong kapauk yang posisi terbangnya lebih rendah,

sedangkan perburuan di punggung bukit dilakukan dengan tujuan menjerat kalong

kapauk yang melintas di bukit tersebut. Menurut pengalaman peburu, untuk

Page 81: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

66

 

melintasi daerah perbukitan (ketika dalam kondisi sedang mencari makan) kalong

kapauk cenderung lebih memilih jalur yang lebih rendah dan terbuka (lorong-

lorong). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suyanto (2001), dimana kelelawar lebih

menyukai daerah yang terbuka untuk dilalui, karena dapat menggunakan sayapnya

(terbang) dengan bebas.

Kalong kapauk dikenal sangat menyukai bunga durian. Di dalam dan

sekitar KHBT banyak dijumpai tumbuhan durian, bahkan pada tahun 2008

luasnya mencapai sekitar 3.197,88 ha (BPS 2009). Tumbuhan durian tersebut

tersebar di kebun karet milik masyarakat dan di kawasan hutan. Dengan demikian

lokasi perburuan kalong kapauk oleh masyarakat di dalam dan sekitar KHBT

dilakukan di kebun karet dan kawasan hutan yang di dalamnya terdapat tanaman

durian.

Musim perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT bersamaan

dengan musim bunga durian yang terjadi secara menyeluruh (serentak), karena

penyebaran kalong kapauk umumnya mengikuti ketersediaan sumber pakannya

(Liat 1966; Payne et al. 1985 diacu dalam Kunz & Jones 2000). Hasil wawancara

kepada pemburu dan petani durian menunjukkan bahwa musim bunga durian

sekarang ini cukup bervariasi dan sulit diprediksi, namun sebahagian besar

responden mengatakan musim bunga durian terjadi pada bulan Juli-Agustus.

Perburuan kelelawar pada musim bunga durian juga terjadi di Kalimantan Tengah,

yaitu sekitar bulan November-Desember (Struebig et al. 2007).

Meskipun berlangsung musiman, perburuan kalong kapauk di dalam dan

sekitar KHBT belum dapat dikatakan lestari, karena umumnya masa kelahiran

bayi kalong kapauk terjadi pada saat sumber pakannya melimpah (Lecagul &

McNeely 1977; Fujita 1988; Azlan at al. 2001; Struebig et al. 2007). Perburuan

kalong kapauk yang terjadi bersamaan dengan masa perkembang biakannya dapat

mengakibatkan penurunan populasi, karena kurangnya kesempatan untuk

berkembang biak. Selain itu perburuan kalong kapauk yang terjadi musiman ini

juga dilakukan setiap malam, sehingga semakin mempercepat laju penurunan

populasi kalong kapauk.

Perburuan kalong kapauk pada malam hari dilakukan dengan alasan

aktivitas kalong kapauk yang tinggi pada malam hari, sehingga memudahkan

Page 82: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

67

 

untuk menemukan dan memburu hewan tersebut. Perburuan pada siang hari juga

dapat dilakukan di sekitar pohon sarang. Namun itu tidak terjadi karena pemburu

tidak mengetahui lokasi pohon sarang tersebut. Kalong kapauk umumnya tinggal

di tajuk pohon yang tinggi, memiliki cabang-cabang yang banyak dan menyebar

luas, serta aman dari gangguan manusia (Liat 1966; Dharmawan 1987; Suyanto

2001).

Jumlah orang yang ikut serta dalam perburuan kalong kapauk

mempengaruhi hasil tangkapan. Jumlah pemburu dalam satu lokasi penjaringan

idealnya adalah 3 orang, dimana 2 orang bertugas menaikkan dan menurunkan

jaring, sedangkan seorang lagi berperan dalam mengambil kalong kapauk yang

terperangkap di jaring. Jumlah pemburu yang terlalu banyak (5−7 orang)

menimbulkan suasana yang ramai, sehingga hasil tangkapan berkurang. Begitu

pula dengan pemburu yang hanya satu orang saja dalam satu lokasi penjaringan,

akan kesulitan (lama) dalam menaikkan dan menurunkan jaring.

Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah kalong kapauk yang diburu di

dalam dan sekitar KHBT dalam semalam sebanyak 9.041 ekor, dan dalam setahun

jumlahnya sekitar 189.861 ekor (Lampiran 9). Jumlah ini tergolong sangat besar,

dan metode wawancara saja sepertinya belum cukup. Perlu dilakukan survei

lapangan lanjutan yang waktu pelaksanaannya dilakukan saat musim perburuan

kalong kapauk tiba. Namun dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perburuan

kalong kapauk terjadi di 42 desa/dusun, dengan jumlah kelompok pemburu

sebanyak 375 kelompok. Jumlah pteropus vampyrus natunae (subspecies dari

kalong kapauk) yang diburu di salah satu lokasi perburuan di sekitar hutan

Palangkaraya pada tahun 2003 selama 30 hari adalah sebanyak 4.500 ekor

(Struebig et al. 2007).

Wawancara terhadap responden yang berprofesi sebagai pemburu

menunjukan bahwa masyarakat di dalam dan sekitar KHBT melakukan perburuan

kalong kapauk untuk matapencaharian tambahan (62,32%), sebagai hiburan

(17,39%), menganggap kalong kapauk sebagai hama (13,04%), dan karena adanya

pesanan pembeli (7,25%). Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, ada 4 alasan

utama yang menjadi pemicu terjadinya perburuan kalong kapauk di dalam dan

sekitar KHBT. Pertama, pada waktu-waktu tertentu jumlah kalong kapauk di

Page 83: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

68

 

dalam dan sekitar KHBT melimpah jumlahnya dan mudah untuk diburu. Kedua,

permintaan akan daging kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT tinggi, karena

rasa daging yang banyak disukai dan dipercaya berkhasiat obat. Ketiga, belum

adanya aturan yang melarang perburuan kalong kapauk. Keempat, kalong kapauk

dianggap sebagai hama pertanian (Kunz & Jones 2000; Suyanto 2001).

Perburuan kalong kapauk termasuk mudah untuk dilakukan karena

aktivitas perburuannya dapat dilakukan di kebun sendiri ( 38 responden; 55,07%).

dan dilakukan bersama anggota keluarga (21 responden; 30,43%), sehingga

pendapatan yang diterima dari penjualan hasil buruan lebih banyak. Selain itu

keberadaan kalong kapauk juga dapat diprediksi, karena kehadirannya bersamaan

dengan musim bunga atau buah (Mickleburgh et al. 2009).

Tingginya permintaan konsumen akan daging kalong kapauk menciptakan

sebuah peluang usaha bagi masyarakat di dalam dan sekitar KHBT untuk

memburu dan memperdagangkan kalong kapauk. Begitu pula yang terjadi di

beberapa daerah di Kalimantan Tengah, kalong kapauk banyak diburu karena

daging dan hati kalong kapauk dipercaya dapat mengobati penyakit asma

(Struebig et al. 2007). Dari hasil penelitian sebanyak 26 responden (70,27%)

merasa ketagihan dan mengkonsumsi daging kalong kapauk secara teratur. Sama

halnya dengan hasil wawancara pedagang kalong kapauk yang seluruhnya

mengatakan bahwa kalong kapauk selalu habis terjual.

Tingginya permintaan akan daging kalong kapauk juga membuat pemburu

rela pergi berburu kalong kapauk ke daerah lain. Perburuan kalong kapauk di

Panti awalnya dilakukan oleh pemburu yang berasal dari Tano Tombangan,

Kabupaten Tapanuli Selatan. Alat dan teknik berburunya sama, hanya saja waktu

perburuannya yang berbeda. Perburuan kalong kapauk di Panti berlangsung dari

pukul 03.00-06.00 WIB, yaitu ketika kalong kapauk akan kembali ke pohon

sarang. Jumlah kelompok pemburu di Panti dalam satu malam sebanyak 15

kelompok. Jumlah kalong kapauk yang ditangkap dalam satu malam sekitar 225

ekor.

Perburuan kalong kapauk juga kerap terjadi karena belum adanya

peraturan (nasional) yang melindungi kalong kapauk. Hal serupa juga terjadi di

Malaysia (Azlan at al. 2001; Burns 2009). Tidak ada perlindungan kalong kapauk

Page 84: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

69

 

secara adat, bahkan perburuan sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun

temurun.

Kalong kapauk juga dianggap sebagai hama pertanian karena kalong

kapauk mencari makan di kebun dan kurangnya informasi mengenai fungsi kalong

kapauk (Suyanto 2001; Kencana 2002). Jumlah pemburu yang berburu kalong

kapauk karena menganggapnya sebagai hama ada 9 responden (13,04%). Hal ini

bertentangan dengan fungsi kelelawar yang sebenarnya berperan sebagai

penyerbuk dan pemencar biji dari tanaman penting dan memiliki nilai ekonomis

tinggi (Fujita & Tuttle 1991; Kunz & Jones 2000; Suyanto 2001).

Perburuan kalong kapauk lebih diutamakan untuk tujuan kemersial dan

sebahagian kecil untuk konsumsi. Perdagangan kalong kapauk yang ditangkap di

dalam dan sekitar KHBT bersifat lokal, sedangkan di Panti tidak. Hasil buruan

umumnya dijual kepada pengumpul. Kalong kapauk kemudian dijual ke daerah-

daerah yang sebahagian besar masyarakatnya beragama Kristen, karena di daerah

ini peminat daging kalong kapauk banyak. Kalong kapauk hasil buruan di Panti

dikirim/dijual ke Tapanuli Tengah (Gunung Marijo Kecamatan Pinangsori) dan

Tapanuli Utara (Pasar Sarulla Kecamatan Pahae Jae dan Onan hasang Kecamatan

Pahae Julu), karena di Panti peminat/pengkonsumsi kalong kapauk sedikit.

Pemburu lebih memilih menjual hasil tangkapannya kepada pengumpul

karena harga yang ditawarkan pengumpul relatif stabil dan seluruh hasil

tangkapan pemburu dapat ditampung oleh pengumpul. Harga kalong kapauk dari

pengumpul atau pedagang/pengecer kepada pembeli kalong kapauk lebih tinggi

dibanding dengan harga kalong kapauk dari pemburu kepada pengumpul.

Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh risiko dan biaya lebih yang dikeluarkan

oleh pengumpul dan pedagang/pengecer. Tidak jarang beberapa ekor kalong

kapauk mati dalam pengiriman. Selain itu, pengumpul dan pedagang/pengecer

juga harus mengeluarkan biaya untuk transportasi/pengangkutan.

Pembeli kalong kapauk dari kalangan rumah tangga lebih banyak

jumlahnya bila dibanding dengan pembeli dari pemilik rumah makan dan warung

tuak yang menjual kalong kapauk siap saji. Hal ini disebabkan oleh pembeli pada

umumnya tidak sanggup membeli kalong kapauk yang sudah diolah (masak) di

rumah makan atau warung tuak. Harga seekor kalong kapauk yang masih hidup

Page 85: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

70

 

berkisar Rp 15.000-40.000, sedangkan harga kalong kapauk siap saji berkisar Rp

5.000-10.000 per piring.

5.10.2 Lalai kembang dan kusing dayak

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak terjadi di salah satu gua yang

ada di dalam KHBT blok Barat. Oleh masyarakat gua tersebut diberi nama Gua

Liang. Perburuan dilakukan oleh 45 kelompok pemburu, yang terdiri dari 48

orang. Apabila dilihat dari kelompoknya, 26 kelompok pemburu (57,78%) berasal

dari Haramonting dan Huta Raja, 9 kelompok (20%) berasal dari Tapian Nauli, 8

kelompok (17,78%) berasal dari Lubuk Pariasan, dan 2 kelompok (4,44%) berasal

dari Badiri Pardomuan. Sedangkan bila dilihat dari orang yang melakukan

perburuan lalai kembang dan kusing dayak, 18 pemburu (37,50%) berasal dari

Haramonting dan Huta Raja, 13 pemburu (27,08%) dari Tapian Nauli, 14

pemburu (29,17%) dari Lubuk Pariasan, dan 3 pemburu (6,25%) dari Badiri

Pardomuan. Pemburu berasal dari kalangan perekonomian menengah ke bawah,

yang pada umumnya bekerja sebagai petani tanaman perkebunan (karet dan aren).

Seluruh pemburu adalah pria, dan berusia sekitar 16-55 tahun.

Lalai kembang dan kusing dayak merupakan sebahagian dari jenis

kelelawar yang hidup di Gua Liang, yang dapat dikonsumsi karena memiliki

bobot tubuh lebih besar dari jenis kelelawar lainnya. Di dalam dan sekitar KHBT,

kedua jenis kelelawar ini terdapat dalam jumlah yang besar dan memiliki

distribusi yang luas. Perburuan lalai kembang dan kusing dayak saat ini hanya

terjadi di Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun, perburuan

dikhawatirkan akan menyebar ke daerah lain, karena KHBT memiliki beberapa

lokasi gua yang di dalamnya juga terdapat lalai kembang dan kusing dayak.

Tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi lalai kembang dan

kusing dayak menciptakan peluang usaha bagi pemburu untuk terus memburu dan

memperdagangkannya. Lalai kembang dilaporkan dimakan secara teratur dan

populasinya menjadi terancam di Filipina, Thailand, dan Vietnam (Mickleburgh at

al. 2009). Menurut hasil penelitian Bates (2003) diacu dalam Mickleburgh at al.

(2009), kelelawar kecil juga dimakan karena daging dan tulangnya dapat

dikonsumsi. Sedangkan Heinrichs (2004) diacu dalam Mickleburgh at al. (2009),

Page 86: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

71

 

menyatakan di beberapa lokasi kelelawar kecil diburu karena sudah tidak ada

kelelawar berukuran besar lagi.

Perburuan lalai kembang dan kusing dayak tidak dilakukan setiap malam.

Dalam waktu 12 bulan, perburuan berlangsung sebanyak 53 malam. Itu artinya

perburuan terjadi setiap 5-6 hari sekali. Waktu perburuan yang demikian

dipengaruhi oleh lokasi gua yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman pemburu.

Namun, meskipun perburuan lalai kembang dan kusing dayak tidak berlangsung

setiap malam, perburuan juga tidak memiliki musim atau atau batas waktu.

Perburuan dilakukan sewaktu-waktu, bila pemburu ingin berburu lalai kembang

dan kusing dayak.

5.10.3 Implikasi terhadap pengelolaan

5.10.3.1 Kelestarian kalong kapauk, lalai kembang, dan kusing dayak,

sebagai dampak perburuan

Populasi kelelawar khususnya jenis kalong kapauk di dalam dan sekitar

KHBT dalam 10 terakhir ini diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan,

akibat perburuan secara berlebihan. Ada 2 alasan yang dapat menyebabkan

terjadinya penurunan populasi ini. Alasan pertama, reproduksi kelelawar

tergolong lambat. Masa bunting kelelawar umumnya sekitar 3-6 bulan dan

melahirkan seekor anak dalam setiap kelahiran (Yalden & Morris 1975; Lecagul

& McNeely 1977; Suyanto 1979; Mickleburgh et al. 2009). Kejadian seperti ini

sering terjadi di banyak tempat dan telah mengakibatkan penurunan populasi

kelelawar (Mickleburgh at al. 2009). Kedua, perburuan kalong kapauk dilakukan

saat musim bereproduksi. Umumnya masa kelahiran bayi kalong kapauk

dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakannya (Lecagul & McNeely 1977;

Fujita 1988; Azlan at al. 2001; Struebig et al. 2007).

Berdasarkan hasil penelitian, kelelawar jenis kalong kapauk lebih sering

diburu dibanding dengan kelelawar jenis lalai kembang dan kusing dayak, bahkan

hampir di setiap tempat yang dapat dijumpai kalong kapauk. Kondisi ini wajar

karena kalong kapauk memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Menurut

penelitian Mickleburgh et al. (2009), target utama perburuan kelelawar untuk

dikonsumsi adalah genus pteropus. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah kalong

kapauk yang diburu di dalam dan sekitar KHBT dalam satu malam berkisar 9.041

Page 87: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

72

 

ekor, dan mencapai 189.861 ekor per tahun. Jumlah ini jauh lebih besar bila

dibandingkan dengan perburuan kalong kapauk di Malaysia, yang dalam setahun

mencapai 22.000 ekor (Burns 2009). Jumlah lalai kembang dan kusing dayak

yang diburu dalam 12 bulan (penuh) pada tahun 2008-2010 sekitar 19.720 ekor.

Penelitian ini tidak dapat menyimpulkan bahwa populasi kalong kapauk,

lalai kembang, dan kusing dayak yang ada di dalam dan sekitar KHBT mengalami

penurunan, karena tidak ada data mengenai jumlah populasi setiap tahun dari

ketiga kelelawar tersebut. Tetapi dengan berkurangnya hasil tangkapan pemburu,

maka itu sudah menjadi indikasi bahwa populasi kalong kapauk, lalai kembang,

dan kusing dayak di dalam dan sekitar KHBT telah mengalami penurunan.

5.10.3.2 Sifat migrasi kalong kapauk

Keberadaan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT terjadi secara

musiman. Hal ini terjadi karena penyebaran kalong kapauk sangat berkaitan

dengan penyebaran tanaman pakannya, yaitu bunga dan buah (Payne et al. 1985

diacu dalam Kunz & Jones 2000; Liat 1966). Hasil penelitian Burns (2009)

menyatakan kalong kapauk dapat terbang sejauh 60 km dalam semalam. Ini

menunjukan bahwa kalong kapauk mampu melakukan perpindahan dengan jarak

yang sangat jauh. Hasil penelitian Epstein et al. (2009) yang menggunakan

telemetry juga mengatakan bahwa kalong kapauk melakukan pergerakan yang

sangat luas, bahkan lintas internasional, yaitu Malaysia, Indonesia dan Thailand.

Di Indonesia sendiri, kalong kapauk dapat dijumpai di Sumatera, Jawa,

Kalimantan, dan Nusa Tenggara (Suyanto 2001).

5.10.3.3 Kondisi habitat

Selain karena faktor perburuan, penurunan populasi kelelawar juga dapat

disebabkan oleh berkurangnya sumber pakan (Suyanto 2001; Racey & Entwistle

2002 diacu dalam Fukuda et al. 2009). Berdasarkan informasi dari masyarakat,

selain untuk bahan bangunan, penebangan durian karena kurang produktif juga

sering terjadi beberapa tahun terakhir. Di beberapa tempat, kalong kapauk sudah

tidak lagi terlihat karena sudah tidak ada durian. Menurut Struebig et al. (2007),

hal itu disebabkan satwa tersebut bermigrasi ke daerah lain karena telah

kehilangan pakannya.

Page 88: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

73

 

Kelestarian kelelawar sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas

lingkungan atau habitatnya. Sebaliknya, bila populasi kelelawar berkurang atau

hilang maka dapat menyebabkan kuantitas dan kualitas lingkungan tersebut

menurun. Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa kelelawar sangat

berperan sebagai penyerbuk dan penyebar biji tumbuhan yang secara ekonomi

penting (Fujita & Tuttle 1991; Fukuda et al. 2009). Bahkan menurut Indra dan

Fredriksson (2007), di dalam dan sekitar KHBT terdapat 186 jenis tumbuhan yang

penyerbukan atau penyebaran bijinya di bantu oleh kelelawar. Dapat dibayangkan

bila perburuan kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT terus terjadi, maka akan

ada banyak kerugian yang dirasakan.

5.10.3.4 Upaya-upaya pemerintah

Berbeda dengan di Thailand, di Indonesia kalong kapauk tidak termasuk

dalam jenis satwaliar yang dilindungi (Burns 2009). Berdasarkan CITES, kalong

kapauk terdaftar pada Apendix II, yang artinya merupakan jenis yang pada saat ini

tidak termasuk kedalam kategori terancam punah, namun memiliki kemungkinan

untuk terancam punah bila perdagangannya tidak diatur (Brautigan 1992 diacu

dalam Kunz & Jones 2000; Soehartono & Mardiastuti 2003). Berdasarkan Red

List IUCN (2008) versi 3.1, kalong kapauk terdaftar sebagai Hampir Terancam

(Near Threatened; NT), karena jenis ini menurun signifikan akibat pemanenan

secara berlebihan untuk dikonsumsi, dan karena terus-menerus mengalami

degradasi habitat di hutan primer (IUCN 2008).

Lalai kembang dan kusing dayak tidak termasuk dalam daftar CITES.

Berdasarkan Red List IUCN (2008) versi 3.1, lalai kembang berstatus risiko

rendah (Least Concern; LC), karena memiliki disribusi yang luas, diduga

populasinya besar di sejumlah kawasan lindung, dapat mentoleransi sedikit

banyak perubahan habitat, dan tidak mungkin mengalami penurunan populasi

yang begitu cepat (IUCN 2008). Kusing dayak terdaftar sebagai hampir terancam

(Near Threatened; NT), karena hutan tempat tinggal spesies ini mungkin

mengalami penurunan yang signifikan akibat kehilangan habitat (IUCN 2008).

Perburuan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing dayak di dalam dan

sekitar KHBT secara ekonomi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

tertentu (pemburu, pengumpul dan pedagang, serta pemilik rumah makan atau

Page 89: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

74

 

warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji), bahkan menjadi

matapencaharian utama ketika musim kalong kapauk tiba. Namun perlu

dipertimbangkan bahwa perburuan kalong kapauk secara tidak lestari juga dapat

mengakibatkan kerugian yang lebih besar baik dari segi ekologis maupun

ekonomi (Struebig et al. 2007).

Upaya-upaya yang mungkin untuk dilakukan agar kalong kapauk, lalai

kembang dan kusing dayak di dalam dan sekitar KHBT tetap lestari adalah:

1. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan

Penyuluhan dilakukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai fungsi ekologi kelelawar. Meskipun belum termasuk dalam kategori

dilindungi, intensitas perburuan kelelawar sebaiknya dikurangi demi

keseimbangan ekosistem. Perburuan sebaiknya tidak dilakukan setiap malam

dan perlu dilakukan pengaturan sistem berburu secara bergantian. Apabila

populasi kalong kapauk di alam tetap lestari, tentunya merupakan keuntungan

bagi masyarakat yang berburu kalong kapauk, karena pemburu akan tetap

memperoleh hasil tangkapan yang cukup. Penyuluhan juga diperlukan untuk

meluruskan pandangan sebahagian masyarakat (petani buah), yang masih

mengganggap kalong kapauk sebagai hama pertanian.

2. Pendidikan konservasi di bangku sekolah. Pendidikan konservasi di bangku

sekolah perlu dilakukan untuk mendidik anak muda sedini mungkin, agar peka

terhadap kelestarian lingkungan khususnya terhadap kelestarian kelelawar.

Program pendidikan yang menekankan peran kelelawar dalam memberikan

jasa ekosistem kini sudah banyak dilaksanakan (Mickleburgh et al. 2009).

3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Mengingat sistem

matapencaharian sebahagian besar masyarakat di sekitar KHBT adalah bertani,

maka perlu dilakukan penyuluhan pertanian oleh pemerintah daerah. Bila

masyarakat sejahtera, maka masyarakat tidak akan terlalu bergantung pada

perburuan kelelawar. Pemerintah juga dapat membantu dalam pengadaan bibit

tanaman buah yang unggul seperti jenis durian, petai, cokelat, rambutan, dan

langsat.

4. Kerjasama berbagai pihak, bahkan kerja sama internasional (Einstein 2009).

Mengingat bahwa perburuan kalong kapauk berlangsung di banyak tempat

Page 90: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

75

 

bahkan di banyak negara, serta tingginya mobilitas kelelawar, sebaiknya

pemerintah daerah dari ketiga kabupaten yang ada di dalam dan sekitar KHBT

ikut serta mendorong pelestarian kelelawar, khususnya jenis kalong kapauk.

5. Pengelolaan habitat dengan membuat habitat baru di pulau-pulau kecil namun

tidak terisolir (Heideman & Henny 1992 diacu dalam Kunz & Jones 2000).

Page 91: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Perburuan kelelawar di dalam dan di sekitar KHBT umumnya dilakukan

dengan menggunakan jaring, karena hasil tangkapan lebih banyak, tangkapan

khususnya jenis kalong kapauk didapat dalam keadaan hidup, dan jaring

dapat digunakan secara turun temurun. Alat perburuan lainnya adalah

senapan angin dan rawe.

2. Perburuan kalong kapauk terjadi di 42 desa/dusun, dan paling banyak berada

di Kabupaten Tapanuli Tengah, sedangkan perburuan lalai kembang dan

kusing dayak hanya terjadi di salah satu habitat. Kalong kapauk lebih disukai

daripada lalai kembang dan kusing dayak, sehingga perburuannya terjadi di

banyak tempat.

3. Kecuali di Desa Sipange, perburuan kalong kapauk berlangsung musiman dan

dilakukan di sekitar tumbuhan pakan (durian yang sedang berbunga) dan di

punggung bukit. Perburuan lalai kembang dan kusing dayak terjadi langsung

di gua (habitat) dan terjadi setiap 5-6 hari sekali.

4. Jumlah kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT yang diburu dalam

setahun sekitar 189.861 ekor kalong kapauk, sedangkan lalai kembang dan

kusing dayak sekitar 19.720 ekor.

5. Perburuan kelelawar telah mengakibatkan terjadinya penurunan populasi

yang signifikan karena terjadi bersamaan dengan musim reproduksi dan

perburuan berlangsung di setiap daerah yang dapat ditemukan kalong kapauk.

Hasil tangkapan pemburu juga semakin berkurang.

6. Rantai perdagangan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing dayak di dalam

dan di sekitar KHBT bersifat lokal. Pemanfaatan kalong kapauk, lalai

kembang dan kusing dayak adalah untuk dikonsumsi dagingnya sebagai

sumber protein hewani, menu makanan ekstrim, dipercaya berkhasiat obat

(asma), dan dijadikan tambul.

7. Diperkirakan dalam satu malam sebanyak 375 kelompok pemburu pergi

berburu kalong kapauk ketika musim kalong kapauk tiba.

Page 92: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

77

 

8. Pemanenan kalong kapauk, lalai kembang dan kusing dayak sebaiknya

dilakukan secara lestari, karena dapat membantu perekonomian masyarakat

setempat.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai tindak lanjut dari

penelitian ini adalah:

1. Dilakukannya survei lapangan saat musim perburuan kalong berlangsung,

agar menghasilkan data yang lebih akurat.

2. Perlu dilakukan kajian mengenai populasi dan ekologi dari ketiga jenis

kelelawar yang diburu di dalam dan di sekitar KHBT, sehingga bila

diperlukan penentuan kuota tangkapan dapat dilakukan.

Page 93: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan satwaliar jilid I. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Andersen K. 1912. Catalogue of the chiroptera in the collection of the british museum. London: United Kingdom.

Azlan MJ, Zubaid A, Kunz TH. 2001. Distribution, relative abundance and conservation status of the large flying fox: Pteropus vampyrus, in Peninsular Malaysia: a preliminary assessment. Acta Chiropterologica, vol. 3, 149-162.

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2009. Tapanuli Selatan dalam angka. Sipirok: BPS Kabupaten Tapanuli Selatan.

2009. Tapanuli Tengah dalam angka. Pandan: BPS Kabupaten Tapanuli Tengah.

2009. Tapanuli Utara dalam angka. Tarutung: BPS Kabupaten Tapanuli Utara.

Bungin B. 2003. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Burns J. 2009. 'Extinction threat' to flying fox. http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/ nature/8221132.stm [21 Juni 2010].

Dharmawan U. 1987. Studi prilaku persaingan burung-burung air dan Kalong (Pteropus vampyrus) di Cagar Alam Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Epstein JH, Olival KJ, Pulliam JRC,Smith C, Westrum J, Hughes T, Dobson AP, Zubaid A, Rahman SA, Basir MM, Field HE, Daszak P. 2009. Pteropus vampyrus. A hunted migratory species with a multinational home-range and a need for regional managemen. Journal of Applied Ecology. doi: 10.1111/j.1365-2664.2009.01 699.x

Fukuda D, Tisen OB, Momose K, Sakai S. 2009. Bat diversity in the vegetation mosaic around a lowland dipterocarp forest of Borneo. The Raffles Bulletin of Zoology. 57(1): 213-221

Feldhamer GA, CD Lee, HV Stephe, FM Joseph. 1999. Mammalogy: adaptation, diversity, and ecology. New York: McGraw Hill.

Fujita MS and Tuttle MD. 1991. Flying foxes (Chiroptera: Pteropodidae): threatened animals of key ecological and economic importance. Conserve. Biol. 5, 455-463.

Gauthreaux SA. 1980. Animal migration, orientation, and navigation. New York: Academic Press.

Page 94: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

79

 

Gulo W. 2002. Metodologi penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Indra M, Fredriksson G. 2007. Hutan Batang Toru harta karun Tapanuli. Tapanuli: Yayasan Ekosistem Lestari.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2008. The IUCN red list of Dyacopterus spadiceus. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/ 6931/0 [26 November 2010].

2008. The IUCN red list of Eonycteris spelaea. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/7787/ 0/ summary [26 November 2010].

2008. The IUCN red list of Pteropus vampyrus. http://www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/ 18766/0/ summary [26 November 2010].

Kencana BE. 2002. Rencana Aksi Konsevasi Kalelawar Indonesia. WARTA IWF/Vol. 6 No. 1 Januari 2002/ISSN 1411 -8076/D. Jakarta: Yayasan Pembinaan Suaka Margasatwa Indonesia (The Indonesian Wildlife Fund, IWF).

Khairulid. 2005. Kalong sebagai obat penyakit asma. http://khairulid.blogspot. com/2005_02_01_archive.html [2 Oktober 2009].

Kunz TH, Jones DP. 2000. Mammalian Species Pteropus vampyrus. No. 642, Pp. 1–6, 3 Figs. The American Society Of Mammalogists. http://www.science. smith.edu/departments/Biology/VHAYSSEN/msi/pdf/642_Pteropus_vampyrus.pdf [7 Oktober 2009].

Lekagul B, JA McNeely. 1977. Mammals of Thailand. Bangkok: Sahakarnbhat. 758 p.

Liat LB. 1966. Abundance and distribution of Malaysian Bats in different ecologycal habitats. Kuala Lumpur: Federation Museums Journal XI. Institute for Medical Research.

Maharadatunkamsi, Kitchener DJ. 1997. Morphological variation in Eonycteris spelaea (Chiroptera: Pteropodidae) from the greater and Lesse Sundas Island, Indonesia and description of a new subspecies. Treubia Vol 31: 133-165.

Maharadatunkamsi, Hisheh S, Kitchener DJ, Schmitt LH. 2003. Relationships between morphology, genetics and geography in the cave fruit bat Eonycteris spelaea (Dobson, 1871) from Indonesia. Biological Journal of the Linnean Society. 79, 511-522.

Mickleburgh S, Kerry W, Paul R. 2009. Bats as bushmeat: a global review. Review. Fauna & Flora International, Oryx, 43(2), 217-234.

Mulyana A. 2009. Kalong Kebun Raya Bogor berkurang. Jurnal Bogor.

Page 95: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

80

 

http://www.jurnalbogor.com/?p=46162 [7 Oktober 2009].

[MWBP] Mekong Wetlands Biodiversity Conservation and Sustainable Use Programme. 2006. Trade in natural resources in Attapeu Province, Lao PDR: an assessment of the wildlife trade.

Pakde. 2009. Menyulap kalong menjadi uang saku. http://inspirasipakde.com/ 2009/03/21/menyulap-kalong-menjadi-uang-saku/ [7 September 2009].

Soehartono T, Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia. Jakarta: JICA.

Standbury P. 1970. Looking at Mammals. Sydney: Angus and Robertson.

Struebig MJ, Harrison ME, Cheyne SM, Limin SH. 2007. Intensive hunting of large flying foxes Pteropus vampyrus natunae in Central Kalimantan, Indonesian Borneo. Oryx Vol 41 390-393.

Suratmo FG. 1979. Prinsip dasar tingkah laku satwaliar. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Susetyo SB. 2007. Burung blekok dan kalong ‘over’ populasi di Kebun Raya Bogor. http://www.kapanlagi.com/h/0000172115_print.html [7 September 2009].

Suyanto A. 1979. Mengenal kalong (Pteropus vampyrus L) dan peranannya. Buletin Kebun Raya 4(1): 1-5.

. 2001. Panduan lapang kelelawar di Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI.

Vaughan TA. 1986. Mammalogy. Ed ke-3. Flagstaff, Arizona: Nothern Arizona University. hlm 96-137.

Yalden DW, Morris PA. 1975. The Lives of Bats. New York: The New York Times Book.

Zainuddin H. 2009. Makanan dari daging kalong disukai suku Dayak. http://www.news.id.finroll.com/news/14-berita-terkini/105129-makanan-dari-daging-kalong--disukai-suku-dayak.pdf [3 November 2009].

Page 96: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS
Page 97: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

82

Lampiran 1 Panduan wawancara kepada pemburu kalong kapauk di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. KARAKTERISTIK PEMBURU 1. Sudah berapa tahun mulai berburu kalong?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-9 tahun [ ] ≥ 10 tahun 2. Dari mana pengetahuan tentang perburuan kalong tersebut Bapak ketahui?

[ ] Dari orang tua (tradisi) [ ] Dari teman [ ] Tahu sendiri [ ] Lainnya: _______________

3. Mengapa berburu kalong? [ ] Menambah pendapatan sehari-hari [ ] Adanya pesanan [ ] Lainnya: _______________

4. Kalong hasil tangkapan akan diapakan? [ ] Dijual ke pengumpul [ ] Konsumsi sendiri [ ] Dijual ke rumah makan dan warung tuak [ ] Lainnya: _______________

5. Berapakah jumlah orang yang ikut serta dalam 1 lokasi perburuan? [ ] 2-3 orang [ ] 3-5 orang [ ] > 5 orang

6. Bagaimana sistem pembagian hasilnya? _______________

7. Apakah orang-orang tersebut biasanya memiliki hubungan kekeluargaan? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Sebagai _______________

8. Apakah orang-orang dalam satu tim tersebut tetap? [ ] Ya [ ] Tidak

C. PERBURUAN 9. Apa saja alat yang dapat digunakan untuk berburu kalong?

[ ] Jaring [ ] Senapan [ ] Panah [ ] Ketapel [ ] Lainnya: _______________

10. Bapak berburu kalong di lahan siapa? [ ] Kebun sendiri [ ] Kebun orang lain [ ] Hutan [ ] Lainnya: _______________

11. Dimana Bapak memasang jaring? [ ] Di jalur terbang kalong (bukit) [ ] Di tempat kalong mencari makan [ ] Lainnya: _______________

12. Berapa jauh (km) jarak dan waktu yang diperlukan dari rumah ke lokasi perburuan? _______________

13. Berapa jumlah lokasi perburuan kalong yang Bapak miliki? [ ] 1 [ ] 2 [ ] 3 [ ] > 3 [ ] Lainnya: _______________

14. Apakah Bapak rutin (setiap hari) berburu kalong? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

15. Adakah musim perburuan kalong? [ ] Ya [ ] Tidak

Page 98: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

83

16. Kalau musiman, pada saat kapan Bapak berburu kalong? (Bulan apa dan musim bunga/buah jenis tanaman apa?) _______________

17. Pukul berapa Bapak berburu kalong? _______________ 18. Kalau sedang tidak musim kalong, dalam seminggu bisa berapa kali berburu kalong?

[ ] 1-2 kali [ ] 2-3 kali [ ] > 3 kali 19. Apa saja faktor yang mempengaruhinya?

_______________ 20. Kalau sedang musim kalong, dalam seminggu bisa berapa kali berburu kalong?

[ ] 1-3 kali [ ] 4-6 kali [ ] 7 kali 21. Jumlah kalong yang didapat (per malam) ketika tidak sedang musim perburuan

kalong? _______________ 22. Jumlah kalong yang didapat (per malam) ketika dalam kondisi sedang musim

perburuan kalong? _______________

23. Apakah jumlah hasil tangkapan kalong yang didapat dalam satu kali (malam) perburuan itu tetap? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

24. Apakah jumlah hasil buruan kalong dari tahun ketahun selalu sama? [ ] Tetap [ ] Berkurang [ ] Bertambah Alasannya : _______________

D. PERDAGANGAN 25. Apakah kalong ditangkap dalam keadaan hidup?

[ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

26. Bila kalong hasil buruan dijual, kepada siapakah kalong tersebut dijual? [ ] Pengumpul [ ] RM / warung tuak [ ] Tetangga [ ] Lainnya: _______________ Alasannya : _______________

27. Apakah ukuran kalong mempengaruhi besar harganya? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

28. Berapa harga jual satu ekor kalong? [ ] Ukuran kecil : Rp _______________ [ ] Ukuran besar : Rp _______________

E. PERSEPSI MASYARAKAT DAN UPAYA PERLINDUNGAN 29. Jika mendapat kalong yang sedang bunting, apakah juga akan mengambil kalong

tersebut? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

30. Jika mendapat anakan kalong, apakah juga akan mengambil anakan kalong tersebut? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

31. Apakah ada aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan adat untuk melindungi kalong? Sebutkan! [ ] Ya [ ] Tidak _______________

32. Apakah ada pembinaan dari pemerintah untuk melindungi kalong? Sebutkan! [ ] Ya [ ] Tidak _____________

33. Apakah layak untuk mengambil kalong dari alam dengan adanya sistem kuota/pembatasan jumlah dan musim? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

34. Apa saja fungsi kalong yang Bapak ketahui? [ ] Membantu penyerbukan tumbuhan [ ] Penyebar biji tumbuh-tumbuhan

Page 99: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

84

[ ] Lainnya: _______________ 35. Apa saja dampak buruk dari keberadaan kalong?

[ ] Hama buah langsat [ ] Hama buah rambutan [ ] Menularkan penyakit [ ] Lainnya: _______________

Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45 tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 100: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

85

Lampiran 2 Panduan wawancara kepada pemburu lalai kembang dan kusing dayak di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. KARAKTERISTIK PEMBURU 1. Sudah berapa tahun mulai berburu lopong?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-9 tahun [ ] ≥ 10 tahun 2. Dari mana pengetahuan tentang perburuan lopong tersebut Bapak ketahui?

[ ] Dari orang tua (tradisi) [ ] Dari teman [ ] Tahu sendiri [ ] Lainnya: _______________

3. Mengapa berburu lopong? [ ] Menambah pendapatan sehari-hari [ ] Adanya pesanan [ ] Lainnya: _______________

C. PERBURUAN 4. Apakah Bapak rutin (setiap hari) berburu lopong?

[ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

5. Adakah musim perburuan lopong? [ ] Ya [ ] Tidak

6. Pada saat kapan Bapak berburu lopong? _______________

7. Jika melakukan perburuan, berapa lama (malam) Bapak berburu? [ ] 1malam [ ] 2 malam [ ] Lainnya: _______________

8. Hal apa saja yang mempengaruhi Bapak, sehingga Bapak pergi berburu lopong? _______________

9. Hal apa saja yang dapat membuat hasil tangkapan menjadi lebih banyak? _______________ _______________

10. Jumlah lopong yang didapat (per malam) ketika dalam kondisi yang baik (menguntungkan)?

[ ] 40-60 ekor [ ] 60-80 ekor [ ] 80-100 ekor [ ] > 100 ekor [ ] Lainnya: _______________

11. Jumlah lopong yang didapat (per malam) ketika dalam kondisi yang tidak baik? [ ] 40-60 ekor [ ] 60-80 ekor [ ] 80-100 ekor [ ] > 100 ekor

[ ] Lainnya: _______________ 12. Apakah jumlah hasil tangkapan lopong yang didapat dalam satu kali (malam)

perburuan itu tetap? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

13. Apakah jumlah hasil buruan lopong dari tahun ketahun selalu sama? [ ] Tetap [ ] Berkurang [ ] Bertambah

Alasannya : _______________

Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45 tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 101: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

86

Lampiran 3 Panduan wawancara dengan pengumpul sekaligus pedagang kalong kapauk, di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. DATA PERDAGANGAN 1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menjadi pengumpul/berjualan kalong?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-10 tahun 2. Dari daerah mana kalong diperoleh? _______________ 3. Berapa ekor jumlah kalong yang diperdagangkan per harinya?

[ ] 60-70 ekor [ ] 71-100 ekor [ ] 101-150 ekor [ ] > 150 ekor [ ] Lainnya: _______________

4. Apakah dagangan Bapak/Ibu selalu habis? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

5. Apakah menjual kalong dalam keadaan hidup? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

6. Apakah terjadi penurunan harga bila kalong mati? [ ] Ya [ ] Tidak 7. Apakah ukuran kalong mempengaruhi besar harganya? [ ] Ya [ ] Tidak

Alasannya : _______________ 8. Berapa harga beli seekor kalong dari pemasok?

[ ] Ukuran kecil : Rp _______________ [ ] Ukuran besar : Rp _______________ 9. Berapa harga jual kalong per ekor?

[ ] Ukuran kecil : Rp _______________ [ ] Ukuran besar : Rp _______________ 10. Apakah terjadi penurunan harga bila jumlah kalong meningkat?

[ ] Ya [ ] Tidak 11. Bagai mana sistem penjualan kalong Bapak/Ibu?

[ ] Menetap di suatu tempat. (pasar/ pekan/ tepi jalan, lainnya: ____________*) [ ] Mendatangi/mencari pembeli dengan sepeda motor [ ] Menghantar sesuai dengan pesanan pembeli (pemesanan melalui sms) [ ] Lainnya: _______________

Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45

tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 102: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

87

Lampiran 4 Panduan wawancara kepada pembeli kalong kapauk (untuk konsumsi sendiri), di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. DATA PEMBELIAN KALONG KAPAUK 1. Dari Siapa Bapak/Ibu membeli kalong?

[ ] Pemburu [ ] Pengumpul [ ] Lainnya: _______________ 2. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu mengkonsumsi kalong?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-9 tahun [ ] 10-20 tahun [ ] 20-39 tahun [ ] ≥ 40 tahun

3. Untuk apa Bapak/Ibu membeli kalong? _______________ 4. Apa saja khasiat kalong yang Bapak/Ibu rasakan? _______________ 5. Berapa harga seekor kalong dari pemasok?

[ ] Ukuran kecil : Rp _______________ [ ] Ukuran besar : Rp _______________ 6. Apakah harga kalong saat ini tergolong mahal?

[ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

7. Adakah waktu-waktu tertentu harga kalong menjadi mahal? Sebutkan! [ ] Ya [ ] Tidak _______________

8. Adakah waktu-waktu tertentu harga kalong menjadi murah? Sebutkan! [ ] Ya [ ] Tidak _______________

9. Berapa jumlah kalong yang Bapak/Ibu beli untuk setiap satu kali pembelian? [ ] 1 ekor [ ] 2 ekor [ ] 3 ekor [ ] 4 ekor [ ] ≥ 5 ekor

10. Dalam seminggu, berapa kali Bapak/Ibu membeli kalong? [ ] 1 kali [ ] 2 kali [ ] 3 kali [ ] > 3 kali

11. Dalam sebulan, berapa kali Bapak/Ibu membeli kalong? _______________ Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45

tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 103: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

88

Lampiran 5 Panduan wawancara kepada pemilik rumah makan dan warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji, di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. DATA PENJUALAN KALONG KAPAUK SIAP SAJI 1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu berjualan kalong siap saji?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-9 tahun [ ] 10-20 tahun [ ] 20-39 tahun [ ] ≥ 40 tahun

2. Dalam seminggu, bisa berapa kali berjualan? [ ] 1-2 kali [ ] 3-5 kali [ ] 6-7 kali

3. Selain kalong, apa saja jenis hewan lainnya yang menjadi menu makanan di warung Bapak/Ibu? _______________

4. Untuk menunjang usaha Bapak/Ibu, berapa ekor jumlah kalong yang dibutuhkan setiap harinya? [ ] 2-4 ekor [ ] 5-7 ekor [ ] 8-10 ekor [ ] 10-20 ekor Alasannya : _______________

5. Apa upaya yang Bapak/Ibu lakukan agar mendapatkan kalong sesuai dengan jumlah yang diperlukan? _______________

6. Dari siapa kalong diperoleh? [ ] Pemburu [ ] Pengumpul [ ] Tangkapan sendiri [ ] Lainnya: _______________

7. Berat rata-rata kalong yang dibeli dari pemasok? [ ] 0,5-0,7 kg [ ] 0,8-1 kg [ ] 1,1-1,5 kg [ ] > 1,5 kg [ ] Lainnya: _______________

6. Berapa harga seekor kalong dari pemasok? [ ] Ukuran kecil : Rp _______________ [ ] Ukuran besar : Rp _______________

7. Bagai mana sistem penjualan/penyajian kalong siap saji Bapak/Ibu? [ ] Per potong [ ] Per ekor [ ] Per Piring (Cincang)

8. Berapa harga kalong siap saji per unit? _______________ 9. Jika per potong, maka 1 ekor kalong dapat dibagi menjadi berapa potong (bagian)?

_______________ 10. Jika per piring (cincang), maka 1 ekor kalong dapat dibagi menjadi berapa piring?

_______________ 11. Apa saja jenis masakan kalong Bapak/Ibu?

[ ] Gulai rendang [ ] Goreng [ ] Sop [ ] Panggang [ ] Lainnya: _______________

12. Bagai mana jumlah pembeli kalong dari tahun-ketahun? [ ] Tetap [ ] Berkurang [ ] Bertambah Alasannya : _______________

13. Apakah ada hari-hari tertentu pembeli paling ramai? Sebutkan! [ ] Ya [ ] Tidak _______________

Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45

tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 104: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

89

Lampiran 6 Panduan wawancara kepada pengkonsumsi di rumah makan dan warung tuak yang menyediakan kalong kapauk siap saji, di dalam dan sekitar KHBT

A. DATA RESPONDEN Usia : (A/ B/ C/ D/ E/ F*) Pendidikan : (SD/ SMP/ SMA/ PT*) Jenis kelamin : L / P Pekerjaan : _______________ Asal suku : _______________ Asal desa : _______________ Agama : _______________

B. DATA PENKONSUMSIAN KALONG KAPAUK SIAP SAJI 1. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu mengkonsumsi kalong siap saji?

[ ] < 1 tahun [ ] 1-4 tahun [ ] 5-9 tahun [ ] 10-20 tahun [ ] 20-39 tahun [ ] ≥ 40 tahun

2. Mengapa Bapak/Ibu mengkonsumsi kalong siap saji? [ ] Obat [ ] Kesenagan/ ketagihan [ ] Lainnya: _______________

3. Apa saja khasiat kalong yang Bapak/Ibu rasakan? _______________

4. Apakah harga kalong siap saji saat ini tergolong mahal? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

5. Berapa biaya yang Bapak/Ibu keluarkan untuk satu kali (setiap kali) mengkonsumsi kalong? _______________

6. Dalam seminggu, berapa kali Bapak/Ibu mengkonsumsi kalong siap saji? [ ] 1 kali [ ] 2 kali [ ] 3 kali [ ] > 3 kali

7. Apakah jenis masakan kalong yang paling Bapak/Ibu sukai? [ ] Gulai rendang [ ] Goreng [ ] Sop [ ] Panggang [ ] Lainnya: _______________ Alasannya : _______________

8. Bila akan mengkonsumsi kalong siap saji, bersama siapakah Bapak/Ibu pergi mengkonsumsi? [ ] Teman [ ] Keluarga [ ] Lainnya: _______________ Alasannya : _______________

9. Berapa jumlah orang yang pergi bersama Bapak/Ibu bila akan mengkonsumsi kalong siap saji? [ ] 1 orang [ ] 2 orang [ ] 3 orang [ ] 4 orang [ ] 5 orang [ ] > 5 orang

Keterangan: Usia A: 5-15 tahun, usia B: 16-25 tahun, usia C: 26-35, usia D: 36-45

tahun, usia E: 46-55 tahun, usia F: ≥ 56 tahun

Page 105: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

90

Lampiran 7 Panduan wawancara kepada petani durian yang ada di dalam dan sekitar KHBT

1. Berapa jumlah pohon durian yang Bapak/Ibu miliki? _______________ 2. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu mengalami panen Durian?

[ ] 1-5 tahun [ ] 5-10 tahun [ ] 10-20 tahun [ ] 20-30 tahun 3. Pada saat bulan berapakah durian mulai berbunga? _______________ 4. Apakah hasil panen buah durian Bapak/Ibu selalu sama setiap tahunnya?

[ ] Ya [ ] Berkurang [ ] Bertambah 5. Bagai mana hasil panen buah durian Bapak/Ibu bila dibandingkan dengan 10 tahun

yang lalu? [ ] Tetap [ ] Berkurang [ ] Bertambah 6. Hal apa saja yang dapat mengakibatkan panen buah durian Bapak/Ibu berkurang?

_______________ 7. Apakah panen buah durian sangat membantu perekonomian Bapak/Ibu?

[ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

8. Apakah Bapak/Ibu mengenal kalong? [ ] Ya [ ] Tidak

9. Apa saja fungsi kalong yang Bapak/Ibu ketahui? [ ] Membantu penyerbukan tumbuhan [ ] Penyebar biji tumbuh-tumbuhan [ ] Lainnya: _______________

10. Apakah Bapak/Ibu setuju bila kalong tetap diburu? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

11. Apakah saat ini di kebun Bapak/Ibu semakin sulit untuk melihat kalong? [ ] Ya [ ] Tidak Alasannya : _______________

12. Apa saja dampak buruk dari keberadaan kalong? [ ] Hama buah langsat [ ] Hama buah rambutan [ ] Menularkan penyakit [ ] Lainnya: _______________

Page 106: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Lampiran 8 Persebaran jenis-jenis anggota marga Pteropus (Suyanto 2001) Nama ilmiah Nama daerah Persebaran P. alecto Temminck, 1837 Kalong hitam P. Bawean (Jawa), Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua Barat, Papua Nugini, dan

Australia P. argentatus Gray, 1844 Kalong ambon Maluku dan Ambon P. caniceps Gray, 1871 Kalong morotai Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara P. chrysoproctus Temminck, 1837 Kalong maluku Maluku P. conspicillatus Gould, 1850 Kalong kacamata Maluku, Papua Barat, Papua Nugini, dan Australia P. griseus E. Geoffroy, 1810 Kalong kelabu Asia Tenggara benua, Fillipina dan sulawesi, Nusa Tenggara, P. Timor, Maluku P. hypomelanus Temminck, 1853 Kalong kecil Asia Tenggara benua, Pulau-pulau kecil sekitar Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa

Tenggara, Papua Barat dan Papua Nugini sampai Solomon P. lombocensis Dobson, 1878 Kalong lombok Nusa Tenggara dan Maluku P. macrotis Peters, 1867 Kalong nissi P. Aru, Salawati, Wokam, Papua Barat, dan Papua Nugini P. melanopogon Peters, 1878 Kalong awab P. Aru dan Maluku P. melanotus Blyth, 1863 Kalong enggano Kep. Enggano, Kep. Andaman, dan Asia Tenggara benua P. neohibernicus Blyth, 1876 Kalong bismark Papua Barat dan Papua Nugini P. ocularis Peters, 1867 Kalong seram P. Buru, P. Seram, dan Maluku P. personatus Temminck, 1825 Kalong manu Maluku P. pohlei Kalong manguai P. Yapen dan P. Biak (Papua Barat) P. pumilus Miller, 1910 Kalong talaud Filipina, P. Talaud, dan Sulawesi P. scapulatus Peters, 1862 Kalong merah Papua Barat, Papua Nugini, dan Australia P. speciosus Andersen, 1908 Kalong laut Kep. Talaud dan Filipina P. temmincki Peters, 1867 Kalong temmincki Timor (keberadaannya diragukan oleh Goodwin 1979), Maluku, dan Papua Nugini P. vampyrus Linnaeus, 1758 Kalong kapauk Tenasserim, Thailand, Indocina, Malaysia dan Filipina, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa

Tenggara

Page 107: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Lampiran 9 Lokasi perburuan, alat perburuan, jumlah kelompok pemburu, rata-rata tangkapan, dan total tangkapan kalong kapauk di dalam dan di sekitar KHBT dan di Panti

Kabupaten Kecamatan Desa/Dusun Alat Perburuan

Jumlah Pemburu (kelompok/malam)

Rata-rata Tangkapan (ekor/lokasi/malam)

Total Tangkapan (ekor/lokasi

/malam) A B C Tetap Musiman Tetap MusimanTapanuli Utara

Simangumban Dolok Sanggul/ Lumban Garaga √ - 10 - 20 200 Lobu Sihim √ - 12 - 20 240

Purbatua Bonani Dolok/ Lobuharambir √ - 6 - 30 180 Pahae Julu Simardangiang √ - 4 - 10 40

Simardangiang/ Sibio-bio √ - 5 - 10 50 Simardangiang/ Lumban Goting √ - 3 - 10 30 Simardangiang/ Pasir Nauli √ - 8 - 10 80 Simataniari √ - 3 - 15 45

Tapanuli Tengah

Sitahuis Bonan Dolok √ - 5 - 5 25 Tukka Sipange √ 27 23 3 30 690

Sigiring-giring √ - 8 - 30 240 S Kalangan II/ Huta Raja √ - 8 - 30 240 S Kalangan II/ Haramonting √ - 20 - 30 600 Tap Saur Manggita/ Tapian Nauli √ - 8 - 30 240 Tap Saur Manggita/ Lobu Pariasan √ - 10 - 30 300

Badiri Pagaran Honas √ - 8 - 10 80 Lubuk Ampolu √ - 7 - 10 70 Aek Horsik √ - 1 - 3 3

Pinangsori Gunung Marijo √ - 35 - 30 1050 Gunung Marijo/Aek Tolang √ - 8 - 30 240 Toga Basir √ - 8 - 20 160

Lumut Simarlailan √ - 1 - 30 30 Sihiong √ - 6 - 30 180 Aek Gambir √ - 8 - 30 240 Masundung √ - 8 - 30 240

Page 108: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Lampiran 9 Lanjutan ... Kabupaten Kecamatan Desa/Dusun Alat

Perburuan Jumlah Pemburu

(kelompok/malam) Rata-rata Tangkapan (ekor/lokasi/malam)

Total Tangkapan (ekor/lokasi

/malam) A B C Tetap Musiman Tetap Musiman Sialogo √ - 8 - 30 240

Sibabangun Mombang Boru/ Sihobuk √ - 5 - 15 75 Anggoli √ - 6 - 20 120 Simanosor √ - 13 - 20 260 Muara Sibuntuon √ - 20 - 15 300 Sibio-bio √ - 30 - 20 600 Huta Gur-gur √ - 12 - 20 240

Tapanuli Selatan

Batang Toru Marancar/ Hau Natas √ - 2 - 5 10 Sipirok Luat Lombang/ Hutaimbaru √ - 1 - 40 40 Tano Tombangan Panabaring √ - 13 - 25 325

Huta Raja √ 3 13 3 25 325 Huta Tonga √ - 13 - 25 325

Sayur Matinggi Ranto Natas √ - 3 - 10 30 Batang Angkola Huta Padang √ - 1 - 10 10

Sigulang Losung √ - 1 - 8 8 Siais Simarpinggan √ - 5 - 80 400 Angkola Selatan Simaronop √ - 6 - 40 240

Total 30 375 3 22 9.041 Keterangan: Alat perburuan A=menggunakan jaring, B=menggunakan senapan angin, C=menggunakan rawe.

Page 109: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Lampiran 10 Aktivitas perburuan lalai kembang dan kusing dayak berdasarkan hasil camera trap Tanggal Jam

Datang (WIB)

Jam Pulang (WIB)

Lama Perburuan

(malam)

Jumlah Pemburu (orang)

Usia (tahun)

Daerah Asal Jumlah Tangkapan

(ekor/malam)

Total Tangkapan

(ekor) 19-Des-08 13.26 09.12 3 4 2B,C,E Haramonting & H. Raja 330 99022-Des-08 14.23 08.02 2 3 C,D,A Lubuk Pariasan 380 76029-Des-08 13.43 10.05 2 4 2D,2C Lubuk Pariasan 440 88004-Feb-09 13.34 11.19 1 2 2D Haramonting & H. Raja 370 37007-Feb-09 14.59 09.37 1 3 C,D,E Tapian Nauli 370 37010-Feb-09 11.42 09.46 1 4 3B,D Haramonting & H. Raja 430 43005-Mar-09 17.05 15.27 1 3 2E,C Badiri 240 24009-Mar-09 14.39 11.02 1 2 C,D Lubuk Pariasan 320 32013-Mar-09 14.27 08.51 2 2 C,B Haramonting & H. Raja 240 48016-Mar-09 12.37 08.51 1 2 E,D Badiri & Haramonting 370 37016-Mar-09 15.08 09.27 1 3 2E,C Tapian Nauli 490 49019-Mar-09 13.18 09.33 2 3 2C,B Haramonting & H. Raja 240 48011-Apr-09 14.11 08.57 1 4 E,2D,C Tapian Nauli 500 50017-Apr-09 14.21 09.41 1 6 4E,2C Tapian Nauli 860 86001-Mei-09 13.58 08.56 1 4 3B,C Lubuk Pariasan 620 62009-Mei-09 14.18 09.03 1 4 E,3D Tapian Nauli 770 77012-Mei-09 15.03 08.28 1 2 D,B Haramonting & H. Raja 310 31016-Mei-09 14.42 08.41 1 5 B,2C,2D Lubuk Pariasan 630 63029-Mei-09 13.41 08.22 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25030-Mei-09 13.41 07.36 1 2 E,D Tapian Nauli 450 45008-Jun-09 12.35 10.14 1 3 D,2B Lubuk Pariasan 460 46020-Jun-09 13.13 08.13 1 2 B,C Lubuk Pariasan 450 45026-Des-09 14.25 09.47 1 2 2D Haramonting & H. Raja 250 25002-Jan-10 15.41 09.41 1 2 E,D Haramonting & H. Raja 310 31003-Jan-10 - 08.24 1 4 2D,C,B Tapian Nauli 710 710

Page 110: PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS … · 2011 . PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS

Lampiran 10 Lanjutan ... Tanggal Jam

Datang (WIB)

Jam Pulang (WIB)

Lama Perburuan

(malam)

Jumlah Pemburu (orang)

Usia (tahun)

Daerah Asal (Dusun)

Jumlah Tangkapan

(ekor/malam)

Total Tangkapan

(ekor) 05-Jan-10 12.54 11.03 1 2 D,C Haramonting & H. Raja 370 37011-Jan-10 13.16 08.27 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25016-Jan-10 13.10 08.19 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25023-Jan-10 16.05 10.44 1 2 D,B Haramonting & H. Raja 370 37029-Jan-10 14.17 07.47 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25001-Feb-10 14.13 10.17 2 2 E,F Haramonting & H. Raja 180 36012-Feb-10 13.13 08.08 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25026-Feb-10 12.24 09.42 1 3 E,D,C Haramonting & H. Raja 490 49005-Mar-10 12.44 08.27 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25012-Mar-10 11.54 09.34 2 2 D,C Haramonting & H. Raja 370 74021-Mar-10 - 08.35 1 3 E,D,C Tapian Nauli 570 57023-Mar-10 14.01 08.24 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25030-Mar-10 13.03 07.51 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25006-Apr-10 11.55 07.36 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25011-Apr-10 - 07.40 1 3 2E,D Tapian Nauli 570 57013-Apr-10 12.01 07.45 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25017-Apr-10 12.51 10.50 1 3 2B,C Lubuk Pariasan 510 51020-Apr-10 12.36 08.40 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25027-Apr-10 14.26 08.02 1 1 D Haramonting & H. Raja 250 25001-Mei-10 11.51 08.54 1 3 E,D,B Haramonting & H. Raja 240 240

Total 53 110 19.720Keterangan: Usia A = 5-15 tahun; B = 16-25 tahun; C = 26-35 tahun; D = 36-45 tahun; E = 46-55 tahun.