9. surta ria n. panjaitan (kajian terhadap nilai kuat geser tanah gambut muara batang toru sumatera...

Upload: ahmadizzat1319

Post on 07-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    1/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 71

    KAJIAN TERHADAP NILAI KUAT GESER TANAH GAMBUT MUARA

    BATANG TORU SUMATERA UTARA SETELAH MENGALAMI

    PEMAMPATAN AWAL

    Surta Ria N. PanjaitanJurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Medan

    [email protected]

    Abstrak

    Tanah gambut adalah campuran dari fragmen – fragmen material organik yang berasal

    dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Ini merupakan tantangan berat bagi para rekayasa

    sipil dalam merencanakan suatu konstruksi bangunan sipil, karena tanah gambut mempunyai sifat

    teknis kurang menguntungkan yaitu kandungan air cukup tinggi, kuat geser rendah dan perilakutanah gambut pada lokasi yang satu dengan yang lain berbeda maka perlu diadakan penelitian

    terhadap kuat geser setelah mengalami pemampatan awal. Pengujian yang dilakukan berupa

    penentuan nilai parameter kuat geser langsung tanah gambut setelah mengalami pemampatan awal

    dengan menggunakan alat uji direct shear test . Uji kuat geser dilakukan pada sampel dengan

    waktu pembebanan 0 hari, 1, 2, 3, 4 dan 7 hari dan beban 0, 5, 10, 15 dan 25 kg. Penelitian tanah

    gambut Muara Batang Toru – Sidempuan dapat diklasifikasikan sebagai tanah gambut dengankadar abu tinggi ( High As peat ) >15 %, dengan kadar air yang tinggi sebesar 251.81 % dan

    mengandung kadar serat >20 %. Kekuatan geser menunjukkan peningkatan akibat penambahan

    beban dan lama pembebanan awal dimana nilai kohesi maupun sudut geser mengalami

    peningkatan. Nilai kohesi (c) terbesar terjadi pada pembebanan 25 kg dengan waktu 7 hari sebesar

    0.039 kg/cm2. Sudut geser dalam (φ) tanah terbesar terjadi pada pembebanan awal 25 kg dengan

    waktu 7 hari sebesar 3.5030. Peningkatan ini diakibatkan oleh adanya serat yang saling mengikat.

    Dengan meningkatnya nilai kuat geser maka daya dukung tanah pun semakin meningkat.

    Kata kunci : tanah gambut, pemampatan, pembebanan awal, kuat geser.

    PENDAHULUAN

    Lahan gambut di Indonesia tergolong cukup luas yang tersebar dibeberapa daerah

    diantaranya Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan Sumatera. Gambut yang lebih dikenal

    dengan nama peat , adalah campuran dari fragmen-fragmen material organik yang berasal

    dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk. Sejalan dengan lajunya pembangunan,

    terutama berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan teknik sipil baik berupa konstruksi

    bangunan gedung, jalan atau pembuatan daerah transmigrasi dan sebagainya. Dari jumlah

    pekerjaan tersebut pada daerah tanah gambut menimbulkan banyak masalah bagi

    konstruksi yang akan dibangun di atasnya, pada umumnya diakibatkan oleh sifat – sifat

    fisik tanah gambut yang mempunyai kandungan air (kadar air) yang sangat tinggi.

    Sehingga tanah gambut mempunyai sifat yang kurang menguntungkan bagi konstruksi

    bangunan sipil, karena mempunyai kadar air yang tinggi, kemampuan dukung rendah dan

    pemampatan yang tinggi. Tanah gambut termasuk sebagai tanah jelek bagi suatu

    konstruksi untuk dijadikan sebagai dasar pondasi maka diperlukan penanganan yang tepat

    dan benar agar konstruksi dapat berdiri dengan baik serta aman.

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    2/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 72

    Latar Belakang

    Penelitian mengenai tanah gambut pada bidang teknik sipil khususnya geoteknik

    mempunyai tantangan tersendiri, karena tanah gambut mempunyai sifat fisik yang kurang

    menguntungkan dibandingkan jenis tanah lainnya, maka diharapkan dari penelitian ini

    dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh beban terhadap tanah gambut. Sejalan

    dengan perkembangan pembangunan fisik yang berkaitan dengan teknik sipil baik berupa

    transmigrasi, jalan raya dan sebagainya. Pembangunan konstruksi pada lokasi tanah

    gambut mempunyai banyak kendala, karena penyelidikan dan penelitian memadai untuk

    mengetahui karakteristik serta perilaku tanah gambut belum cukup dilakukan.

    Penerapan alternatif untuk membuang lapisan tanah gambut dengan mengganti

    dengan tanah yang lebih baik, sering tidak dapat dilakukan karena memerlukan biaya

    yang sangat besar. Sebagai konsekwensi harus dapat diterima keberadaan tanah gambut

    guna menopang konstruksi sipil pada lapisan tanah dasar. Bilamana ini terjadi konstruksi

    akan dibangun mempunyai beban relatif merata seperti jalan, maka salah satu alternatif

    untuk memperbaiki tanah gambut tersebut sebelum mendirikan bangunan di atasnya

    adalah mempelajari perilaku – perilaku tanah gambut setelah mendapatkan penambahan

    beban. Untuk memperbaiki sifat tanah gambut maka dilakukan suatu penelitian dengan

    melakukan pemampatan awal, sehingga diharapkan penurunan yang terjadi akibat

    pembebanan semakin berkurang serta bertambahnya nilai kuat geser terhadap beban yang

    dipikulnya.

    Tujuan

    Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menentukan klasifikasi tanah

    gambut, nilai kohesi (c) dan besarnya sudut geser dalam (φ) pada tanah gambut Muara

    Batang Toru setelah mengalami pemampatan awal.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tanah Gambut

    Tanah gambut merupakan tanah hidromorfik yang bahan asalnya sebagian besar

    atau seluruhnya terdiri atas bahan organik sisa-sisa tumbuhan dan selalu dalam keadaan

    tergenang air, dimana proses dekomposisinya berlangsung tidak sempurna sehingga

    terjadi penumpukan serta akumulasi bahan organik membentuk tanah gambut yang

    kedalamannya dibeberapa tempat dapat mencapai 16 meter. Di daerah tropis khususnya

    Indonesia terbentuknya gambut pada umumnya terjadi di bawah kondisi dimana tanaman

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    3/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 73

    yang telah mati tergenang air secara terus menerus, misalnya pada cekungan atau depresi,

    danau atau daerah pantai yang selalu tergenang dan produksi bahan organik yang

    melimpah dari vegetasi hutan mangrove atau hutan payau.

    Tanah gambut merupakan campuran fragmen organik, berasal dari vegetasi yang

    telah berubah dan memfosil secara kimiawi. Gambar 2.1 memperlihatkan

    photomicrograph menggunakan mikroskop electron tanah gambut suatu daerah

    Wisconsin, USA (Edil, 1987) dalam Indra Farni, 1996. Terlihat secara mendetail struktur

    mikro dengan ruang pori besar sehingga dapat dimengerti bahwa kandungan air dan

    kompresibilitas tanah tersebut tinggi.

    Gambut yang ada di bawah permukaan mempunyai daya mampat yang tinggi

    dibandingkan dengan mineral tanah pada umumnya. Menurut ASTM D2607-69 dalam

    Farni.I., (1996), istilah tanah gambut hanya berhubungan dengan bahan organik berasal

    dari proses geologi selain batubara. Terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati,

    berada didalam air dan hampir tidak ada udara didalamnya, terjadi dirawa-rawa dan

    mempunyai kadar abu tidak lebih 25% berat kering. Dengan demikian rawa merupakan

    tempat pembentukan tanah gambut, dipengaruhi oleh iklim, hujan, peristiwa pasang surut,

     jenis vegetasi rawa, topografi serta beberapa aspek geologi serta hidrologi daerah

    setempat.

    Tanah gambut (peat soil) diketahui sebagai tanah yang mempunyai karakteristik

    sangat berbeda, jika dibandingkan dengan tanah lempung. Perbedaan ini terlihat jelas

    pada sifat fisik dan sifat teknisnya. Secara fisik tanah gambut dikenal sebagai tanah yang

    mempunyai kandungan bahan organik dan kadar air yang sangat tinggi, angka pori yang

    besar, dan adanya serat-serat, sedangkan secara teknis yang sangat penting untuk tanah

    gambut adalah pemampatan yang tinggi, terjadinya pemampatan primer yang singkat,

    adanya pemampatan akibat creep  (pamampatan yang terjadi pada tekanan efektif yang

    konstan), dan kemampuan mendukung beban yang rendah.

    Gambar 2.1. Contoh TeksturTanah Gambut

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    4/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 74

    Sumber : ( Rahayu, 2003)

    Klasifikasi Tanah Gambut

    Sistem klasifikasi tanah gambut yang selama ini dikenal didasarkan pada jenis

    tumbuhan pembentuk seratnya. Menurut ASTM 1969 (DS2607) dalam Noor E 1997,

    gambut tidak hanya diklasifikasikan menurut jenis tanaman pembentuk serat saja tapi

     juga kandungan seratnya, sistem ini mengelompokkan tanah kedalam 5 kelompok seperti

    ditunjukkan pada Tabel 2.1. Sistem klasifikasi yang didasarkan pada tanaman pembentuk

    serat-serat ini sering kali membingungkan. Sistem klasifikasi menurut jenis tanaman

    pembentuk serat ini juga membutuhkan pengetahuan tentang flora. Karena alasan tersebut

    orang-orang teknik mulai menghindari pemakaian sistem klasifikasi berdasarkan jenis

    tumbuhan dan kandungan organiknya. Menurut USSR System (1982) dalam Noor E.

    1997, tanah organik diklasifikasikan sebagai tanah gambut apabila kandungan organiknya

    50 % atau lebih.

    Tabel 2.2 Klasifikasi tanah gambut menurut ASTM 1969 (DS2607)

    No. Nama Keterangan

    1.

    Sphagnum Moss

    Peat

    (Peat Moss)

    Apabila dikeringkan pada suhu 1050C, kandungan serat

    dari sphagnum moss minimum 66 2/3 %

    2.Hypnum Moss

    Peat

    Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya

    minimum 33 1/3 % dimana lebih dari 50 % dari serat –

    serat tersebut berasal dari bermacam – macam jenis

    hypnum moss peat

    3. Ree Sedge Peat

    Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya

    minimum 33 1/3 % dimana lebih dari 50 % dari serat –

    serat tersebut berasal dari ree-sedge peat dan dari non

    moss yang lain

    4. Peat HumusApabila dikeringkan pada 105

    0C, kandungan seratnya

    kurang dari 33 1/3 %

    5.Peat – peat yang

    lain

    Gambut yang dikelompokkan disini adalah semua tanah

    gambut yang tidak masuk dalam 4 kelompok diatas.

    Sumber : Dalam Noor Endah, (1997), Jurnal Geoteknik

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    5/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 75

    Menurut Mac Farlane dan Radforth (1965), tanah gambut dibagi dalam 2

    kelompok yaitu

    a.  Gambut berserat (Fibrous Peat)

    b. 

    Gambut tidak berserat (Amorphous Granular Peat)

    Pengelompokkan tanah tersebut didasarkan pada kandungan seratnya dimana

    gambut dengan kandungan serat 20 % atau lebih dikelompokkan kedalam gambut

    berserat (Fibrous Peat). Sedang gambut amorphous granular pada umumnya terdiri dari

    butiran berukuran colloid (2µ) serta sebagian besar air porinya terserap disekeliling

    permukaan butiran tanah.

    Klasifikasi tanah gambut antara lain :

    1.  Menurut ASTM D4427-84 (1989) dalam Noor E 1997, berdasarkan kadar abu :

    Low Ash-peat, bila kadar abu 5 %

    -  Medium Ash-peat, bila kadar abu 5 - 15 %

    -  High Ash-peat, bila kadar abu > 15 %

    2.  Menurut Meene (1982) dalam Noor E 1997, berdasarkan bentuk dan kondisi

    geografis :

    -  Topogeneous Peat/ Marsh Peat

    Yaitu gambut yang diendapkan dibawah muka air tanah akibat terjadinya depresi

    topografi.

    -  Ombrogeneous Peat

    Yaitu gambut yang diendapkan diatas muka air tanah akibat pengaruh hujan.

    Menurut beberapa hasil penelitian bahwa jenis gambut di Indonesia adalah

    gambut berserat (fibrous peat), seperti didaerah Palangkaraya dan Banjarmasin adalah

     jenis gambut berserat (fibrous peat), (Noor Endah, 1999). Demikian juga hasil penelitian

    tanah

    Gambut Lampung yang diklasifikasikan sebagai tanah gambut berserat (fibrous

    peat) atau peat moss dengan kandungan abu tinggi (high ash-peat), (Waruwu A,2002) dan

    tanah gambut di Pekan Heram dan di Pulau Padang Sumatera, pada umumnya jenis

    gambut ygn mengandung serat dan kayu – kayuan (fibrous peat dan woody peat).

    Menurut Fahmudin Agus dan I.G.Madi Subiksa (2008), dalam Balai Pnelitian

    Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF) Bogor (2008). Gambut diklasifikasikan

    lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang berbeda, dari tingkat kematangan, maka

    gambut dibedakan menjadi:

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    6/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 76

    •  Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan

    asalnya tidak dikenali, bewarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan

    seratnya < 15%

    • 

    Gambut hemik (setengah matang) dapat dilihat pada gambar 2.2 adalah gambut

    setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, bewarna coklat, dan bila

    diremas bahan seratnya 15 – 75%

    •  Gambut fibrik (mentah) dapat dilihat pada gambar 2.3 adalah gambut yang belum

    melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, bewarna coklat, dan bila diremas > 75%

    seratnya masih tersisa.

    Gambar 2.2. Contoh Tanah Gambut Hemik (setengah matang)

    Sumber : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF)

    Bogor (2008).

    Gambar 2.3. Contoh Tanah Gambut Fibrik (mentah)

    Sumber : Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre ICRAF) Bogor (2008).

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    7/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 77

    Perilaku Tanah Gambut

    Konsep dasar untuk tanah yaitu terdiri dari 3 fase yang meliputi fase padat

    (solid), fase cair (liquid) dan fase gas. Konsep tersebut berlaku juga untuk tanah gambut

    amorphous granular (amorphous granular peat) dan tanah gambut berserat (fibrous peat),

    dan ditanah gambut berserat tidak selalu merupakan bagian yang padat (solid) karena fase

    tersebut pada umumnya terdiri dari serat – serat yang berisi air dan gas. Oleh sebab itu,

    Mac Farlane (1959), dalam Indra Farni, 1996, menyebutkan bahwa gambut berserat

    mempunyai 2 jenis pori yaitu pori diantara serat-serat (makro pori) dan pori yang ada

    dalam serat-serat yang bersangkutan (mikro pori), sifat fisik tanah gambut dan tanah

    lempung sangat berbeda satu terhadap yang lain, hal ini disebabkan fase solit yang ada

    pada tanah gambut pada umumnya berupa serat-serat yang berisi air atau gas. Parameter-

    parameter yang penting dalam menentukan sifat fisik tanah gambut dan tanah lempung

    adalah berat volume, berat jenis (specific gravity), kadar air dan angka pori.

    Kadar Air (w)

    Untuk tanah gambut, kadar air dapat lebih besar dari 200%. Tetapi kadar air

    tersebut akan berkurang dengan drastis bila bercampur dengan bahan anorganik. Karena

    tanah gambut mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk nyerap dan menyimpan

    air, jumlah air yang dapat diserap sangat tergantung pada derajat dekomposisi tanah yang

    bersangkutan.

    Specific Gravity

    Nilai berat jenis (specific gravity) dari tanah gambut adalah lebih besar dari 1.0.

    Menurut Mac Farlane, (1969) dalam Noor Endah, (1997), dalam Buku Jurnal Geoteknik

    Volume III, harga berat jenis (specific gravity) rata-rata adalah 1.50 atau 1.60. Dan jika

    lebih besar dari 2,0 tanah gambut yang diteliti sudah tercampur dengan bahan anorganik.

    Nilai Gs untuk tanah gambut (peat) ditentukan dengan minyak kerosin.

    Angka Pori

    Nilai angka pori tanah gambut adalah sangat besar yaitu berkisar antara 5 s/d 15.

    Untuk tanah gambut berserat pernah ada yang mempunyai angka pori sebesar 25, sedang

    tanah gambut tak berserat (armorphous granular) mempunyai angka pori sangat kecil

    yaitu sebesar 2 (Hellis dan Brawner, 1961) dalam Noor Endah, (1997)

    Angka pori untuk tanah gambut adalah sangat besar terutama tanah gambut

    berserat, sedang tanah gambut tidak berserat (amorphous peat) mempunyai angka pori

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    8/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 78

    sangat kecil sekitar 2,00. Hobbs (1986) dalam Bell (1992) menyatakan bahwa semakin

    tinggi kadar air tanah gambut, maka semakin besar angka pori.

    Berat Volume

    Berat volume tanah gambut sangat rendah, untuk gambut yang mempunyai kadar

    organik yang tinggi dan terendam air, maka berat volumenya kira-kira sama dengan berat

    volume air (Mac farlene 1969). Hasil pengujian beberapa peneliti yang dirangkum oleh

    Mac Farlene, menunjukkan bahwa berat volume tanah gambut berkisar antara 0,0 – 1,25

    t/m3.

    Kadar Abu dan Kadar Organik

    Kadar abu tanah gambut dapat ditentukan dengan cara memasukkan gambut

    (yang telah dikeringkan pada temperature 105oC ) kedalam oven pada temperatur 440

    oC

    (metode C) atau 750oC (metode D), sampel yang bersangkutan menjadi abu (ASTM D

    2974-87). Menganjurkan pemakaian temperature oven sekitar 800oC s/d 900

    oC selama 3

     jam. Persentase abu dihitung terhadap berat kering tanah sampel menurut (Mac Farlane

    1969), dalam Noor Endah, (1997).

    Kekuatan Geser Tanah Gambut

    Setyanto (1993), dalam Farni I.,(1996), menghasilkan analisis dan eksperimentasi

    mengenai kekuatan geser tanah gambut palembang menggunakan modifikasi alat

    pembebanan awal. Alat tersebut memepunyai ukuran yang sama dengan dimensi contoh

    yang akan diuji.

    Bentuk kurva regangan dan tegangan deviator pada tanah gambut yang sudah diberikan

    beban awal lebih dahulu mempunyai rupai bentuk umum yang terjadi pada tanah

    lempung seperti pada gambar 2.12, tetapi posisi puncak regangan deviator sedikit berbeda

    dari kondisi tanah lempung. Pada tanah lempung jenuh posisi puncak tegangan deviator

    berada pada sekitar 12 % regangan, sedangkan pada gambut berada pada antara 12 % - 14

    % regangan.

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    9/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 79

    Gambar 2.12. Hubungan regangan dengan tegangan deviator pada Pembebanan awal

    200 kPa

    Sumber : Farni Indra,Tesis Geoteknik Program Pasca Sarjana-ITB

    Dari kurva lintasan tegangan tanah gambut pada gambar 2.13., menunjukkan

    kondisi terkonsilidasi normal (normally consolidated). Hal ini karena pengambilan contoh

    tanah gambut berada dekat permukaan, sehingga beban awal selalu lebih besar dari

    kondisi awal. Dari kurva lintasan tegangan pada kondisi total didapatkan harga sudut

    geser dalam antara 9,10 – 18,4

    0, nilai kohesi antara 2,55 – 5,00 kPa.

    Gambar 2.13.  Kurva lintasan tegangan dengan lama pembebanan awal 30 hari

    Sumber : Farni Indra,Tesis Geoteknik Program Pasca Sarjana-ITB

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    10/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 80

    Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Tegangan Geser Tanah

    Beberapa factor yang mempengaruhi kuat geser tanah yang di uji di laboratorium, antara

    lain :

    1) 

    Kandungan mineral dalam butiran tanah

    2)  Bentuk partikel

    3)  Angka pori dan kadar air

    4)  Sejarah tegangan yang pernah dialaminya

    5)  Tegangan yang ada dilokasi (didalam tanah)

    6)  Perubahan tegangan selama pengambilan contoh tanah

    7)  Tegangan yang dibebankan selama pengujian

    8)  Cara pengujian

    9) 

    Kecepatan pembebanan

    10)  Kondisi drainase yang dipilih, drainase terbuka (drained) atau tertutup (undrained)

    11)  Tekanan air pori yang ditimbulkan

    12)  Penentuan yang diambil untuk penentuan kuat gesernya.

    Butir 1) sampai 5) ada hubungannya dengan kondisi aslinya yang tidak dapat

    dikontrol tetapi dapat dinilai dari hasil pengamatan dilapangan, pengukuran dan kondisi

    geologi. Butir 6) tergantung dari kualitas benda uji dan penanganan benda uji dalam

    persiapan pengujiannya. Sedang butir 7) sampai 12) tergantung dari pengujian yang

    dipilih.

    Perilaku Pemampatan Tanah Gambut

    Perilaku pemampatan tanah gambut sangat berbeda dengan tanah lempung,

    dimana pemampatan yang terjadi pada tanah gambut merupakan proses pemampatan

    yang lama.

    Tanah gambut mempunyai porositas yang tinggi, oleh karena itu pemampatan

    awal terjadi berlangsung sangat cepat. Selama proses pemampatan, daya rembes tanah

    gambut berkurang dengan cepat sehingga menyebabkan berkurangnya kecepatan

    pemampatan. Proses dekomposisi pada serat – serat didalam tanah gambut menyebabkan

    perilaku pemampatan semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh struktur serat-serat menjadi

    hancur serta bentuk gas akibat proses tersebut. (Hanrahan 1954, Hallingshead &

    Raymong 1972, Dhowian & Edil 1980) dalam Farni I. (1996)

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    11/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 81

    Teori Untuk Penanggulangan Masalah Pemampatan

    Penggunaan dan Mekanisme Teknik Pemampatan Awal

    Perbaikan tanah dengan teknik pemampatan ini terutama ditujukan untuk tanah-

    tanah mengalami penurunan yang besar bila dibebani. Selain itu, pemampatan pada tanah

    lunak dan mudah memampat dapat menyebabkan peningkatan kekuatan tanah, karena

    tanah memampat mempunyai struktur susunan partikel lebih rapat serta lebih kokoh.

    Selain itu, tanah-tanah lunak sering tidak memiliki daya dukung cukup untuk melawan

    beban bangunan. Untuk itu perlu dilakukan pemampatan tanah sebelum bangunan

    didirikan dengan tujuan pokok sebagai berikut :

    1.  Menghilangkan sama sekali (atau sebagian besar), penurunan konsolidasi akibat

    beban bangunan tersebut. Menghilangkan penurunan konsolidasi ini dilakukan

    dengan beban awal (pre-loading) yang lebih besar atau sama dengan beban

    bangunan rencana. Bila total penurunan tanah sesuai dengan direncanakan telah

    dicapai, beban awal itu dapat dihilangkan (dibongkar). Kemudian bangunan dapat

    dilaksanakan dan perbedaan penurunan diharapkan sangat kecil. Karena beban

    awal tersebut diberikan sebelum beban sesungguhnya (hanya untuk

    memampatkan saja), cara seperti ini lebih dikenal dengan cara beban awal.

    Sistem pemadatan ini juga disebut sebagai precompression.

    2.  Meningkatkan daya dukung tanah dasar. Pemampatan dapat meningkatkan

    tahanan geser tanah sehingga tanah lunak yang mempunyai daya dukung rendah

    menjadi lebih kuat dan lebih stabil dalam mendukung beban bangunan.

    Perbaikan tanah dengan cara pemampatan awal (precompression) ini cocok untuk tanah

    lempung lunak jenuh air, tanah lanau compresisible, tanah lempung organick dan tanah

    gambut. Untuk mempercepat waktu pemampatan awal, dapat digunakan drainase-

    drainase vertikal (vertical drains) untuk memperpedek aliran drainase air pori. Teknik

    beban awal ini telah berhasil diterapkan pada tanah-tanah yang mendukung pondasi

    gedung, embankment, jalan raya, abutment jembatan dan sebagainya.

    Hubungan Dengan Penelitian Sebelumnya

    Budi Susilo Soepandji (1996) menyelidiki sifat fisis tanah gambut Palembang,

    seperti terlihat dibawah ini :

    Tanah gambut Palembang

    Kadar Air (Wc) = 215,36 %

    Berat Volume (γ) = 11,23 kN/m3 

    Berat jenis (Gs) = 1,816

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    12/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 82

    Kadar Abu = 50,47 %

    A’azokhi Waruwu (2002) menyelidiki sifat fisis tanah gambut Lampung, seperti

    terlihat dibawah ini :

    Tanah gambut Lampung

    Kadar Air (Wc) = 152,80 %

    Berat Volume (γ) = 11,20 kN/m3 

    Berat Volume kering (γd) = 4,43 kN/m3 

    Angka Pori Awal (eo) = 4,43 kN/ m3 

    Berat jenis (Gs) = 1,98

    Kandungan Organik = 52,30 %

    Kadar Abu = 47,70 %

    METODOLOGI PENELITIAN

    Pengambilan Sampel

    Bahan uji yang diteliti yaitu tanah gambut yang diambil dari daerah Muara

    Batang Toru Propinsi Sumatera Utara. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan cara

    menggali yang berbentuk bukit dengan kedalaman 0.50 meter, sampel tanah tersebut ada

    dua jenis yaitu sampel tanah yang terganggu (disturbed) dimasukan kedalam goni dan

     jenis tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dimasukkan kedalam tabung yang

    berukuran 40 cm dengan diameter 7 cm.

    Kegiatan Penelitian Di Laboratorium

    Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Prosedur

    pelaksanaan dalam pengujian sampel mengikuti prosedur test yan dikeluarkan oleh

    AASHTO dan ASTM.

    Pengujian Pendahuluan

    Pada tahahp penelitian pendahuluan, ada empat pengujian yang dilakukan yaitu :

    1.  Kadar Air

    2.  Berat Jenis (specific gravity)

    3.  Angka pori

    4.  Kadar organik, kadar serat dan kadar abu tanah gambut

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    13/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 83

    Pengujian Utama

    Pengujian utama yang dilakukan yaitu uji kuat geser langsung (direct shear test)

    yang bertujuan untuk mengetahui besarnya sudut geser dan kohesi tanah gambut Muara

    Batang Toru dengan menggunakan kotak geser yang berbentuk lingkaran yang

    berdiameter ± 6.5 cm, lalu contoh tanah dimasukkan kedalam kotak geser dan

    ditempatkan pada alat geser langsung dengan pembebanan sebesar 10 kg, 20 kg dan 30

    kg. Pembacaan dilakukan tiap selang waktu 15 detik pada dua menit pertama, selanjutnya

    pembacaan dial dilakukan tiap selang waktu 30 detik sampai tanah tersebut runtuh.

    Prosedur Percobaan

    Dalam pengujian geser langsung ini ada beberapa prosedur dalam melakukan

    pengujiannya antara lain :

    1.  Meletakkan contoh tanah yang telah mengalami pemampatan awal ke dalam ring

    cetakan dengan menggunakan extruder  

    2.  Meletakkan contoh tanah diantara dua buah batu pori, lalu contoh tanah dimasukkan

    kedalam kotak geser dan ditempatkan pada alat kuat geser langsung dengan

    pembebanan 10 kg, 20 kg dan 30 kg.

    3.  Melakukan pembacaan dial konsolidasi dan dial penggeseran tiap selang waktu 15

    detik pada 2 menit pertama, selanjutnya pembacaan dial dilakukan tiap selang 30

    detik sampai tanah tersebut runtuh.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Sifat Fisik Dan Klasifikasi Tanah Gambut Yang Diteliti

    Penelitian pendahuluan terhadap sifat-sifat fisik tanah gambut Muara Batang

    Toru adalah sebagaimana yang ada pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Hasil Penelitian pendahuluan sifat fisis tanah gambut Muara Batang Toru

    No Data Pengujian Hasil

    1 Kada Air Awal (wc) 251.81%

    2 Berat Volume basah (γb) 1.31 gr/cm3 

    3 Berat Volume kering (γd) 0.37 gr/cm3 

    4 Berat Jenis (Gs) 1.74

    5 Angka Pori awal (eo) 6.04

    6 Kadar Abu 52.73 %

    7 Kadar serat 57.80 %

    8 Kandungan Organik 47.27 %

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    14/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 84

    Seperti yang telah dilampirkan pada tabel 4.1 terlihat bahwa gambut yang diteliti

    dapat diklasifikasikan sebagai  High Ash-pet   (tanah gambut dengan kadar abu tinggi)

    menurut ASTM D4427-84 (1989) karena mengandung kadar abu > 15 %, dan juga

    sebagai tanah gambut berserat ( fibrous peat ) menurut Mac Farlane dan Radforth (1965)

    karena mengandung > 20 % kadar serat. Juga menunjukkan bahwa tanah gambut Muara

    Batang Toru mempunyai kadar air yang sangat tinggi yaitu 251,81 % dimana sebagian

    besar air porinya terserap di sekeliling permukaan butiran.

    Pengaruh Besar dan Lama Pembebanan Awal Terhadap Kadar Air

    Dari tabel 4.2 dan gambar 4.1, terlihat bahwa pengaruh kadar air akibat besarnya

    beban awal dan lama waktu pembebanan sehingga memberikan perbedaan yang cukup

    berarti. Persentase kadar air masih tergolong cukup tinggi walaupun telah dibebani

    dengan beban awal 5 kg, 10 kg, 15 kg, 20 kg dan 25 kg dengan periode waktu 1 hari, 2

    hari, 3 hari, 4 hari dan 7 hari, namun kondisi ini disebabkan oleh kandungan serat yang

    masih menyimpan air tetap berlangsung pada makro pori. Penurunan kadar air tinggi

    terjadi pada pembebanan awal 25 kg dengan lama pembebanan 7 hari.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00

    kadar air (%)

      W  a  k  t  u  (  h  a  r  i  )

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

      B  e  b  a  n  (  k  g  )

    Waktu pembebanan (Hari) Beban (kg)

     

    Gambar 4.1. Grafik Pengaruh besar dan lama beban awal terhadap kadar air

    Pengaruh Besar dan Lama Pembebanan Awal Terhadap Berat Volume Basah dan

    Berat Volume Kering

    Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar dan lama waktu

    pembebanan, maka semakin besar penurunan volume basah. Hal ini disebabkan karena

    dengan semakin besarnya beban awal yang diberikan pada tanah gambut maka terjadi

    pemampatan dan air yang ada didalam tanah akan semakin keluar melalui batu pori,

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    15/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 85

    dengan keluarnya air dari tanah gambut tersebut maka berat tanah akan semakin

    berkurang.

    0.000

    0.200

    0.400

    0.600

    0.800

    1.000

    1.200

    1.400

    0 5 10 15 20 25 30

    Beban (kg)

       B  e  r  a   t   i  s   i   b  a  s  a   h   (  g  r   /  c  m   3   )

    0.000

    0.100

    0.200

    0.300

    0.400

    0.500

    0.600

       B  e  r  a   t   i  s   i   k  e  r   i  n  g   (  g  r   /  c  m   3   )

    berat isi basah berat isi kering 

    Gambar 4.2. Grafik hubungan Pengaruh Besar Beban Awal terhadap

    Berat Volume kering dan berat Volume basah

    Sebaliknya pada gambar 4.3 dapat dilihat dimana untuk berat volume kering

    dengan semakin lamanya waktu pembebanan awal yang diberikan pada tanah gambut

    maka terjadi pemampatan atau bertambahnya kepadatan sehingga semakin besar kenaikan

    berat volume kering tanah tersebut.

    0.000

    0.200

    0.400

    0.600

    0.800

    1.000

    1.200

    1.400

    0 2 4 6 8

    Waktu (Hari)

       B  e  r  a   t   i  s   i   b  a  s  a   h   (  g  r   /  c  m   3   )

    0.000

    0.100

    0.200

    0.300

    0.400

    0.500

    0.600

       B  e  r  a   t   i  s   i   k  e  r   i  n  g   (  g  r   /  c  m   3   )

    berat isi basah berat isi kering 

    Gambar 4.3. Grafik hubungan pengaruh waktu pembebanan Awal terhadap Berat

    Volume kering dan berat Volume basah

    Dari gambar 4.2 dan gambar 4.3 menunjukkan bahwa Penurunan berat volume

    basah dan kenaikan berat volume kering mulai terlihat pada waktu pembebanan awal 20

    kg dan waktu pembebanan 4 hari.

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    16/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 86

    Pengaruh Besar dan Lama Pembebanan Terhadap Sudut Geser Dalam Dan Nilai

    Kohesi Gambut Sebelum dan Sesudah Mengalami Pemampatan Awal

    Dari hasil pengujian kuat geser langsung dapat dilihat bahwa nilai kohesi dan

    sudut geser pada tanah gambut Muara Batang Toru mengalami peningkatan dengan

    adanya pemampatan awal serta lamanya waktu pembebanan dan penambahan beban.

    Sedangkan peningkatan sudut geser mulai terlihat perubahan yang signifikan terjadi pada

    pembebanan 20 kg, sedangkan nilai kohesinya tidak ada kenaikan yang sangat berarti

    seperti terlihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.4.

    0.00

    0.05

    0.10

    0.15

    0.20

    0.25

    0.30

    0 5 10 15 20 25 30

    Beban (kg)

      c  o   h  e  s   i   (   k  g   /  c  m   2   )

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

       S  u   d  u  t   G  e  s  e  r   D  a   l  a  m   (   0   )

    kohesi Sudut geser dalam  

    Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Besar Beban Awal terhadap nilai kohesi dan sudut geser

    dalam

    Dari gambar 4.5 dan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai sudut geser dalam mengalami

    peningkatan akibat lamanya waktu pembebanan dimnana nilai sudut geser dalam terjadi

    perubahan yang berarti pada waktu 4 hari sedangkan nilai kohesi tidak mengalami

    perubahan yang sangat besar.

    Pada proses pengujian kuat geser langsung dimana pembebanan 25 kg serta

    waktu pembebanan 7 Hari didapat nilai kuat geser maksimum sebesar 0,57 kg/cm2 seperti

    terlihat pada gambar 4.6 dan tabel 4.7. Pada pengujian ini peningkatan yang terjadi pada

    sudut geser ini diakibatkan oleh adanya ikatan-ikatan serat antara tanah gambut terhadap

    besar beban awal yang diberikan dan juga waktu pembebanan ini terlihat pada gambar 4.4

    dan gambar 4.5.

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    17/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 87

    0.00

    0.20

    0.40

    0.60

    0.80

    1.00

    1.20

    1.40

    1.60

    1.80

    2.00

    0 1 2 3 4 5 6 7 8

    Waktu Pem bebanan (hari)

       C  o   h  e  s   i   (   k  g   /  c  m   2   )

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

       S  u   d  u   t  g  e  s  e  r   d  a   l  a  m   (   0   )

     kohesi Sudut geser dalam

     

    Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Lama Pembebanan awal terhadap nilai kohesi dan sudut

    geser dalam

    0

    0.25

    0.5

    0.75

    1

    0 0.5 1

    Normal Stress, σσσσn  (kg/cm2)

       S   h  e  r  a   S

      t  r  e  s  s , 

      τ 

      τ 

      τ   τ

       (   k  g   /  c  m

       2   )

    Awal

    1 Hari - 5 kg

    2 Hari - 10 kg

    3 Hari - 15 kg

    4 Hari - 20 kg

    7 Hari - 25 kg

     

    Gambar 4.6. Grafik hubungan antara Normal Stress dengan Shear Stress untuk

    pembebanan 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 kg dengan waktu 1, 2, 3, 4 dan 7

    hari

    Pembahasan

    Dari pembahasan sebelumnya penulis telah melakukan diskusi yang hasilnya

    sebagai berikut:

    1.  Kadar Air tanah gambut Muara Batang Toru adalah 251,81 %

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    18/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 88

    2.  Klasifikasi tanah gambut yang berasal dari Muara Batang Toru – Sidempuan adalah

    sebagai tanah gambut dengan kadar abu tinggi ( High Ash-peat ) menurut ASTM

    D4427-84 (1989).

    3. 

    Dilihat dari kadar serat bahwa tanah gambut Muara Batang Toru – Sidempuan adalah

    sebagai tanah gambut berserat ( fibrous peat ) karena mengandung kadar serat 57.80 %

    > 20 % menurut Mac Farlane dn Radforth (1965).

    4.  Nilai berat jenis (specific gravity) dari tanah gambut Muara Batang Toru –

    Sidempuan adalah 1.74 < 2.00 menurut Mac Farlane (1969)

    5.  Berat volume basah semakin mengecil diakibatkan oleh adanya pemampatan awal

    sebaliknya berat volume kering semakin meningkat dari keadaan awal.

    6.  Untuk kuat geser, nilai kohesi dan sudut geser terjadi peningkatan setiap penambahan

    beban dan lama waktu pembebanan. Peningkatan nilai kohesi terbesar terjadi pada

    pembebanan 25 kg dengan waktu 7 hari sebesar 0.039 kg/cm2, sudut geser dalam

    mengalami peningkatan terbesar pada pembebanan 25 kg dengan waktu 7 hari sebesa

    3.500. Peningkatan ini diakibatkan oleh tanah yang semakin mampat serta kandungan

    serat-serat pada tanah gambut tersebut. Dengan meningkatnya nilai kuat geser maka

    daya dukung tanah gambut tersebut semakin meningkat.

    7.  Peningkatan nilai kohesi dan nilai sudut geser dalam tanah gambut Muara Batang

    Toru sangat dipengaruhi oleh besar beban dan lama waktu pembebanan dimana pada

    pembebanan 20 kg dengan waktu 4 hari tanah gambut sudah menunjukkan perubahan

    yang cukup berarti.

    8.  Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai nilai kuat geser Tanah gambut Muara

    Batang Toru setelah mengalami pemampatan secara teknis Tanah gambut Muara

    Batang Toru bisa digunakan sebagai tanah dasar dalam konstruksi sipil.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Dari hasil penelitian Tanah Gambut Muara Batang Toru yang kemudian dianalisa dan di

    diskusikan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

    1.  Tanah gambut yang diteliti dapat diklasifikasikan sebagai tanah gambut dengan kadar

    abu tinggi ( High Ash-peat ) dan juga tanah gambut berserat ( fibrous peat )

    2.  Kadar air tanah gambut Muara Batang Toru adalah 251.81%

    3.  Nilai sudut geser tanah gambut Muara Batang Toru mengalami peningkatan terbesar

    terjadi pada pembebanan 25 kg dengan waktu pembebanan 7 hari sebesar 3.50,

    sedangkan nilai kohesi juga terjadi peningkatan terbesar pada pembebanan 25 kg

    dengan waktu pembebanan 7 hari sebesar 0.039 kg/cm2.

  • 8/19/2019 9. Surta Ria n. Panjaitan (Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Set…

    19/19

     Jurnal Rancang Sipil  Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 89

    4.  Peningkatan nilai sudut geser dalam dan juga nilai kohesi tanah gambut terjadi akibat

    tanah yang semakin mampat serta kandungan serat pada tanah gambut tersebut.

    Dengan meningkatnya nilai kuat geser maka daya dukung tanah gambut tersebut

    semakin meningkat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus Fahhmuddin, dan Made Subiksa, I. G., 2008, Balai Penelitian Tanah dan World

    Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor.

    Braja, M. Das, 1993, Jilid I, Mekanika Tanah, Penerbit Erlangga. Jakarta

    Farni Indra, 1996, Studi Experimental Pemampatan Dan Kekuatan Geser Tanah Gambut

    Jambi Setelah Mengalami Pemampatan Awal, Tesis Jurusan Teknik Sipil ITB,

    Bandung

    Hardiyatmono, H. C., 1994, Mekanika Tanah II, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

    T. Ilyas, W. Rahayu dan D. S. Arifin.,Maret 2008,Edisi No.1 Tahun XXII, Jurnal

    Teknologi

    Noor, E. M., 1997, Perbedaan Perilaku Teknis Tanah Lempung dan Tanah Gambut (peat

    soil), Jurnal Geoteknik. Volume, III. Bandung.