perburuan hiu dan kebaharian mandar di kepulauan kangean

Download Perburuan Hiu dan Kebaharian Mandar di Kepulauan Kangean

If you can't read please download the document

Upload: muhammad-ridwan-alimuddin

Post on 29-May-2015

244 views

Category:

Travel


8 download

DESCRIPTION

Tentang perburuan ikan hiu di Kepuluan Kangean yang masuk wilayah Provinsi Jawa Timur. Berjarak kurang lebih 100 km dari Pulau Bali. Di Kep. Kangean bermukim beberapa suku, salah satunya Suku Mandar. Meski jauh dari negeri asal dan sudah beberapa generasi, Suku Mandar di Kep. Kangean masih mempraktekkan beberapa bentuk kebudayaan Mandar. Selain berbahasa Mandar juga kebudayaan baharinya. Salah satu jenis perahu pakur yang punah di Mandar masih bisa ditemukan di Kep. Kangean.

TRANSCRIPT

  • 1. Kilau Emas di Segitiga Nusantara Penangkapan Ikan Hiu-Pari dan Ikan Karang

2. Segitiga Emas Nusantara 3. Emas-emas di laut itu Kawasan Segitiga Emas Nusantara merupakan perlintasan Garis Wallacea yang membedakan flora dan fauna di Nusantara: Perbatasan antara laut dangkal (Laut Jawa) dengan laut dalam (Selat Makassar, Laut Flores) Jalur lalulintas paling ramai di Nusantara Satu-satunya kawasan di Nusantara tempat bertemunya suku-suku berorientasi laut* * Southon (1995): Bajau, Bugis, Butun, Makassar, Mandar, dan Madura 4. Maka Keanekaragaman sumberhayati laut yang kompleks Teknik dan teknologi penangkapan ikan laut dangkal dan laut dalam berada di kawasan yang berdekatan Laut digunakan banyak sektor: pelayaran industri, transportasi, pertambangan, dan perikanan Budaya bahari yang amat kaya 5. Pada saat yang sama Emas masih banyak yang belum tertambang: ilmu-ilmu kemaritiman yang belum terdokumentasi sepenuhnya. Lingkungan tempat emas berada mengalami kerusakan karena penambangan terus-menerus dan tak ramah lingkungan: penangkapan ilegal dan tangkap-lebih. Tahun 1000 Masehi Relief di salah satu panel Candi Borobudur Tahun 2006 Masehi Nelayan di P. Pagarungan Besar sedang melipat layar perahunya dengan cara memanjat. 6. Riset di Segitiga Emas Nusantara Bagang-perahu, pemboman ikan Pemboman ikan, pembuatan perahu Penangkapan hiu & pari, penangkapan ikan karang Pembiusan ikan Rumpon, penangkapan ikan terbang, pembuatan perahu Pemboman ikan 7. Lama pelayaran dari Kalianget (P. Madura) ke P. Sapeken sekitar 21 jam 8. Pulau Sapeken 9. P. Pagarungan Kecil Catatan: Di pulau inilah perahu Borobudur Samuderaraksa dibuat. Pembuatan dipimpin Pak Asad, yang moyangnya berasal dari Hadramaut, Yaman. Tukang perahu oleh orang Mandar yang tinggal di pulau ini dan Pulau Pagarungan Besar. 10. P. Pagarungan Besar Catatan: Ujung timur pulau ini terdapat tambang minyak dan gas. Pipanya terhubungan langsung dengan Pulau Jawa. Hanya pulau ini yang dialiri listrik 24 jam dan air tawar yang melimpah. Fasilitas tersebut berasal dari lokasi penambangan. Tukang perahu lebih banyak bermukim di pulau ini dibanding pulau-pulau lain di Kecamatan Sepeken. 11. Kepulauan Kangean Kepulauan Kangean adalah gugusan pulau yang terletak di sebelah timur Pulau Madura atau utara Pulau Bali. Secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumenep. Ada dua kecamatan di Kepulauan Kangean, yaitu Kecamatan Arjasa (bagian barat) dan Kecamatan Sapeken (bagian timur). Kecamatan Arjasa meliputi Pulau Kangean, Pulau Mamburet, dan Pulau Saobi. Kecamatan Sapeken meliputi 33 pulau kecil di bagian timur Kepulauan Kangean, baik yang berpenghuni maupun tidak. 12. Kecamatan Sepeken Kecamatan Sepeken terdiri dari sembilan desa yang tiap desa terdiri dari beberapa pulau. Ibukota Kecamatan Sepeken terdapat di Pulau Sepeken. Pulau Sepeken merupakan pulau paling padat penduduknya, namun bukan pulau terluas. 13. Pelabuhan Sepeken 14. Budaya yang berbeda Meski dekat dengan Pulau Madura dan menjadi bagian dari Kabupaten Sumenep, kebudayaan di Kecamatan Sepeken berbeda dengan kebudayaan Madura pada umumnya. 15. Pulau kosmopolit Kecamatan Sepeken adalah kawasan yang kosmopolit sebab penduduknya sebagian besar pendatang (atau keturunan dari pendatang). Di kawasan ini bermukim keturunan beberapa suku utama di Nusantara yang berorientasi laut: Madura, Makassar, Bugis, Mandar, dan Bajau. Beberapa suku masih mempertahankan budaya leluhurnya meski mereka adalah generasi kesekian yang tidak lahir di tanah asal moyang mereka. 16. Kelebihan Meski pengaruh kebudayaan bahari Butun tidak (belum?) ditemukan, salah satu bagian terbaik dari Segitiga Emas Nusantara berada di lokasi ini: sebab ada Makassar-nya, ada Bugis- nya, ada Mandar-nya, ada Bajau-nya, dan ada Madura-nya. Bagaimana dengan kepulauan lain? 17. Kepulauan di Segitiga Emas Nusantara 18. Kepulauan lain Kep. Taka Bonerate: Butun, Makassar, Bajau Kep. Spermonde: Bugis, Makassar, Mandar Kep. Balakang: Mandar, Bugis Kep. Balabalakang: Mandar, Bugis, Makassar Kep. Sabalana: Bajau, Mandar, Bugis, Makassar Kep. Wakatobi: Butun, Bajau Kep. Sembilan: Bajau, Bugis, Makassar 19. Keunikan Bahasa Bajau menjadi bahasa pengantar di kawasan Kepulauan Kangean bagian timur. Jadi, sebagian besar penduduk menguasai paling tidak dua-empat bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Bajau, bahasa daerah asal leluhur mereka, dan bahasa Kangean (bahasa Madura). Pak Ahyar, nakhoda perahu yang membawa minyak tanah bersubsidi dari Pulau Madura ke Kec. Sapeken. Bapaknya orang Madura, ibunya orang Bugis. Lahir di Pulau Kangean, sekarang bermukim di P. Pagarungan Besar. Pak Ahyar menguasai dengan baik lima bahasa daerah: Bajau, Madura, Mandar, Bugis, dan Makassar. 20. VCD lagu-lagu berbahasa Bajau Uyo-uyo Same Same adalah istilah lain dari Bajau 21. Kegiatan perikanan di Kecamatan Sapeken 22. Penangkapan teripang Pemboman ikan Pembiusan ikan Bagang Pukat Pengolahan ikan asin Kerajinan sisik penyu & gigi ikan hiu Keramba Mutiara 23. dan Penangkapan ikan hiu dan ikan pari Pemancingan ikan karang 24. Asal nelayan dan latar belakang budayanya Nelayan yang diikuti kegiatan penangkapannya bermukim di Pulau Pagarungan Besar. Nelayan yang diikuti berlatar belakang budaya Suku Mandar: leluhurnya berasal dari Mandar, bisa berbahasa Mandar, dan mempraktekkan beberapa unsur budaya bahari Mandar. Namun belum pernah ke Mandar; bisa menggunakan bahasa Bajau. Nelayan lain di lokasi penangkapan yang sama juga demikian, leluhurnya berasal dari Bugis dan Mandar, kecuali Bajau asli setempat. Ada yang bisa berbahasa suku asalnya, ada juga yang hanya menguasai bahasa Bajau dan bahasa Kangean. 25. Parrawe dan passunuq Parrawe: nelayan pancing rawai. Target: ikan hiu dan ikan pari yang siripnya bernilai mahal. Passunuq: nelayan yang menangkap ikan karang, baik menggunakan pancing maupun, bubu, maupun dengan menggunakan bahan pembius. Target: ikan sunu/kerapu atau ikan karang lainnya yang bernilai mahal ketika dijual dalam keadaan hidup. 26. Catatan Paling tidak ada tiga jenis nelayan yang ditemukan di lokasi penangkapan: 1. Nelayan yang khusus menangkap ikan karang. Menggunakan perahu bercadik pakur dan bot (berasal dari kata boat [ING]) 2. Nelayan yang khusus menangkap ikan hiu dan ikan pari. Menggunakan perahu bot dan perahu lete. 3. Nelayan yang melakukan dua kegiatan penangkapan sekaligus: ikan karang dan ikan hiu/pari. Menggunakan perahu bot. 4. Nelayan penyelam yang menggunakan kompressor tambal ban dan bahan pembius. Target: ikan karang (dalam keadaan hidup), teripang, ikan hias tertentu, dan lobster. Menggunakan perahu bot dan kappal (bot yang mempunyai kabin, berukuran lebih besar). Berturut-turut dari terbanyak hingga yang paling sedikit: 1, 3, 2, 4 27. Di dalam peta bernama Pulau Araan Nelayan setempat menamainya Pulau Kayurahan Lokasi Penangkapan dan Jenis Perahu Nelayan berlabuh di sisi barat Pulau Kayurahan 28. Lokasi penangkapan Tempat berlabuh di waktu malam Lama berlayar dari asal nelayan ke lokasi penangkapan dengan menggunakan mesin untuk jarak 64 km sekitar 6-7 jam 29. Lete Khusus menangkap ikan hiu dan ikan pari bersirip mahal. Perahu dengan pengaruh Madura yang kuat, tampak dari bentuk lambung dan jenis layar yang digunakan. 30. Pakur Jenis perahu yang berasal dari Mandar. Di Mandar (Sulawesi Barat), jumlah perahu jenis ini bisa dihitung dengan jari. Namun di Kecamatan Sapeken, khususnya di Pulau Sakala, sampai puluhan. Hampir semua dilayarkan oleh orang Mandar. 31. Pakur berlayar lete Pakur berlayar tanjaq Perbedaan antara pakur di Mandar dengan pakur di kawasan ini adalah pada layar: di Mandar menggunakan layar tanjaq, di sini layar lete. Kemungkinan adanya perubahan disebabkan kondisi perairan yang berbeda, dari laut dalam ke laut dangkal. Layar lete untuk beberapa hal mempunyai kelebihan dalam melakukan manuver, tapi gerakannya tidak secepat tanjaq 32. Bot Khusus memancing ikan karang Ada yang membawa sampan guna memperluas wilayah memancing 33. Bot Bot yang digunakan menangkap ikan hiu/pari ditandai dengan adanya pelampung berbendera di perahu. 34. Kapal Membawa kompressor sebagai alat bantu pernafasan dalam kegiatan penyelaman kompressor 35. Konting Perahu dari pulau-pulau di sebelah timur Pulau Madura. Khusus memancing ikan karang, tapi tidak diusahakan hidup. 36. Ayo ke Laut Kegiatan penangkapan 37. Trip pelayaran Berangkat dari P. Pagarungan Besar. Lama di laut: Rabu (17/05) Minggu (21/05). Kegiatan penangkapan: ikan karang dan ikan hiu-pari. Hasil tangkapan dijual di P. Sapeken (ikan hidup dan ikan hiu) dan P. Pagarungan Besar (ikan karang yang mati). 38. Gambaran umum kegiatan jam kerja nelayan Pagi sore memancing umpan untuk ikan karang dan ikan hiu Menjelang malam, pancing rawai diturunkan. Malam berlabuh di sekitar pulau (perairan yang tenang). Pagi, sekitar jam 7, rawai diangkat. Jika ada hasil, ikan diolah (sirip dipisahkan, daging dipotong-potong). Setelah itu, memancing ikan karang sampai sore, baik mengikuti arus (mesin mati), maupun menjalankan perahu. 39. Pancing bermata besar Ganco dan tombak Pelampung dan pemberat Pancing rawai 40. Umpan yang biasa digunakan Lumba-lumba Belut laut Pisang-pisang Dan lain-lain. 41. urondong (BAJ) atau belut laut (moray ell) Kelebihan: -Daging lebih anyir -Daging tidak cepat hancur 42. Bubu: Alat tangkap urondong 43. Biji nangka di dalam buku Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan (Saanin, 1968) dan beberapa referensi ilmiah yang lain adalah ikan yang berada di dalam Famili Mullidae; Genus Upeneus, misalnya spesies Upeneus Tragula Rich. Sedangkan ikan Biji nangka di beberapa komunitas nelayan secara umum adalah ikan dari Famili Lutjanidae (atau Caesionidae): Genus Caesio, misalnya Caesio chrysozomus dan Pterocaesio diagramma yang nama lokalnya di dalam buku Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan adalah Pisang-pisang. Ikan dari terumbu karang yang penting dalam produksi perikanan kita antara lain ikan ekor kuning dan pisang-pisang (Caesio spp). (Nontji 1993) Caesio sp. -biji nangka: Kalimantan Timur -sinrilik: Bugis, Makassar -pisang-pisang: Kepulauan Kangean 44. Caesio sp. Hidup di perairan terumbu karang Salah satu target utama dalam kegiatan pemboman ikan sebab ikan ini hidup berkelompok. Jika ditemukan dijual di pasar lokal dalam jumlah banyak, itu dapat dijadikan sebagai salah satu parameter bahwa tempat tersebut mempunyai jaringan dengan pemboman ikan, baik langsung mauputn tidak langsung. 45. Catatan mengenai umpan Lumba-lumba jarang digunakan meski secara kualitas lebih baik. Beberapa kelompok masyarakat masih menganggap lumba-lumba sebagai ikan yang mempunyai hubungan emosional dengan manusia; hewan yang dilindungi negara; pemali. Untuk mendapatkan urondong ada dua cara: membeli dari nelayan yang khusus menangkap ikan ini atau nelayan penangkap hiu mencari sendiri di alam. Jika membeli, harga berkisar Rp 2.000 Rp 6.000 per ekor. Jika menggunakan pisang-pisang, pada hari pertama melaut, nelayan harus menangkap ikan ini terlebih dahulu dengan menggunakan pancing. Cara ini lebih banyak digunakan nelayan yang menargetkan ikan hiu dan ikan karang di dalam trip pelayaran mereka. Mengapa? 46. Sebab Pisang-pisang merupakan umpan utama untuk menangkap ikan karang (kerapu atau sunu) dalam keadaan hidup dengan menggunakan alat tangkap pancing. Pisang-pisang yang berukuran kecil digunakan untuk menangkap ikan karang; pisang-pisang berukuran besar untuk menangkap ikan hiu. Jadi, satu umpan untuk dua ikan target! 47. Catatan: Jika digunakan untuk menangkap ikan karang, pisang-pisang harus diusahakan tetap hidup. Caranya, ikan yang tertangkap langsung dimasukkan ke dalam kolam/bak penyimpanan yang berisi air laut. Biasanya dibuat dasar lambung perahu. 48. Proses penangkapan Tahap I : Menentukan lokasi penurunan Tahap II : Menyiapkan pancing Tahap III : Memotong-motong umpan & memasang ke matapancing Tahap IV : Menurunkan unit rawai Tahap V : Mengangkat unit rawai 49. Tahap I - III 50. Pelampung Tali utama Tali pancing Matapancing/umpan Pelampung yang berfungsi sebagai tanda dari jauh Tahap IV 51. Ditinggal semalaman. Jika ombak tenang dan angin tidak kencang, nelayan mengikatkan perahunya ke pancing rawai. Sebaliknya, jika ombak cukup besar, nelayan berlabuh di sekitar pulau terdekat. 52. Tahap V 53. Umpan yang tidak termakan 54. Potong pepes, istilah sirip dalam bahasa Bajau 55. Daging yang digarami Tulang belakang Bagian-bagian yang dibuang: kulit, insang, isi perut, dan hati 56. Perahu lete penangkap hiu yang berlabuh di P. Kayurahan 57. Lokasi: dermaga penyeberangan P. Pagarungan Kecil 58. Penangkapan kerapu/sunu 59. Perawatan pasca tertangkap Karena ikan kerapu, sunu (dan beberapa jenis lain) HANYA bernilai tinggi jika dijual dalam keadaan hidup, maka nelayan harus melakukan perawatan tertentu agar tangkapan mereka tetap dalam kondisi demikian. Penyebab terbesar kematian ikan karang yang ditangkap dengan menggunakan pancing adalah terganggunya proses pernafasan. Proses pernafasan terganggu karena perubahan volume gelembung renang yang tiba-tiba membuat ikan tidak bisa mengatur posisi tubuhnya. 60. Perubahan tekanan Perubahan tekanan terjadi karena ikan berpindah tempat secara cepat dari bagian air bertekanan tinggi ke bagian yang bertekanan rendah. Perpindahan itu disebabkan tarikan tali pancing yang umumnya dilakukan secara cepat. Agar ikan bisa berenang/bernafas dengan normal, maka cara yang digunakan adalah mengeluarkan udara dari gelembung renang dengan cara menusuknya, baik lewat lubang anus maupun lewat mulut. 61. Pemberat untuk membantu ikan kembali ke posisi normal 62. Pemulihan kondisi Agar kondisi ikan betul-betul pulih, dengan menggunakan rak yang berfungsi sebagai pengurung dan bendera penanda, nelayan menyimpan ikan mereka di perairan. Rak dilepaskan begitu saja di laut; nelayan kembali melakukan penangkapan. Rak tidak hilang karena ada benderanya yang menjadi tanda bagi nelayan. Perairan juga dangkal, jadi tidak cepat terbawa arus. Cara ini sama dengan pengobatan penyakit dekompresi yang dialami penyelam: pasien dirawat di dalam tabung bertekanan tinggi agar gelembung udara yang ada di dalam darahnya mengecil