media indonesia | senin, 12 desember 2011 geotermal ... filelistrik tenaga panas bumi (pltp)...

1
M ENJADI perusahaan pe- ngelola sumber daya alam minyak dan gas bumi yang sangat vital bagi ne- gara menjadi bagian perjalanan 54 tahun usia PT Pertamina (persero). Berbagai perlakuan istimewa pada masa lalu ternyata tidak serta-merta menjadikan Pertamina berkembang pesat. Berbagai kepentingan yang meng- gayuti terkadang menjauhkan perseroan dari hakikat pengelolaan perusahaan secara profesional. Hal itu sempat mem- buat Pertamina sulit melangkah maju untuk berpacu di lingkup global ber- sama perusahaan migas asing lainnya. Lalu apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan Pertamina untuk melepas stigma itu? Bagaimana tekad ‘melangkah jauh ke depan’ bisa ter- wujud di tengah keterbukaan pasar sektor hulu dan hilir migas di Tanah Air? Berikut penuturan Direktur U- tama Pertamina Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu. Apa dasar konsep energi yang ingin diwujudkan Pertamina dari peru- bahan orientasi sebagai perusahaan migas nasional kelas dunia (world class national oil company) menjadi world class energy company? Kita harus menyadari, dari sisi kebu- tuhan (demand side), permintaan terus meningkat. Saya pernah katakan bahwa peningkatan penjualan mobil itu lebih dari 10% per tahun. Nah, ini tentunya butuh bahan bakar minyak (BBM). Menurut analisis Exxon, pada 2040 kon- sumsi BBM Indonesia masih sekitar 60% dengan kontribusi energy mix (bauran energi) malah baru 20%. Jadi 60% itu memang masih tergantung pada bahan bakar fosil (fossil fuel). Padahal potensi Indonesia sebetulnya bukan produksi minyak, melainkan gas. Kita harus lebih banyak memanfaatkan gas, baik untuk transportasi maupun listrik. Maksud saya, ketika kita melihat setahun ke de- pan, berapa potensi pasokan BBM yang bisa kita penuhi dari dalam negeri dan berapa yang mesti impor. Impor BBM kita sekarang sudah mendekati 60%. Naik terus. Tahun depan mungkin 62%, dan seterusnya. Apa potensi energi lain yang hen- dak dikembangkan Pertamina? Saya ingin sekali kita aktif mengopti- malisasi bahan bakar nabati (biofuel) de- ngan mengurangi penggunaan fossil fuel dengan mix-nya yang paling optimal. Sekarang ini baru 5% saja. Itu sebetul- nya masih bisa ditingkatkan. Caranya kita juga harus bekerja sama dengan industri otomotif. Pabrikan mobil harus eksibel, kalau misalnya nanti diganti porsi persentase dari biofuel, si mobil juga harus bisa mengikuti. Yang kedua, untuk mobil baru sudah harus tidak lagi menggunakan BBM subsidi. Harus kerja sama dengan produsen supaya tangki BBM mobil itu mulut tangkinya hanya bisa untuk jenis pertamax. Jadi nanti yang menggunakan premium bersubsidi hanya sepeda motor. Bagaimana munculnya orientasi menjadi world class energy com- pany? Kita sudah tahu bahwa sampai 2040 peran bauran energi akan semakin be- sar. Kalau tidak disiapkan perangkat- nya dari sekarang, kita akan kelabakan. Dengan 20% konsumsi untuk seluruh Indonesia kan cukup besar. Karena itu- lah kita kembangkan biofuel, kemudian panas bumi (geotermal), gas metana batu bara (coal bed methane), dan shale gas. Saya juga berkali-kali bilang gang- gang (algae) adalah bahan bakar poten- sial. Masalahnya bagaimana mempro- duksi massal supaya mencapai tingkat keekonomian yang diinginkan. Saya juga ingin keberadaan ASEAN Council of Petroleum (Ascope) bisa menjadi penyangga (buffer). Semua negara di ASEAN sebenarnya kekurangan ener- gi yang saat ini selalu dipasok dari Amerika Selatan, Timur Tengah, dan pecahan Rusia. Oleh sebab itu, saya ingin semua orang paham, kita bukan lagi perusahaan migas. Kita sudah melihat ke depan menjadi perusahaan energi terintegrasi. Apa makna 54 tahun usia Pertamina di mata Anda? Ulang tahun ke-54 Pertamina itu hanya beda satu tahun saja dari usia saya. Saya mengharapkan di usia 54 tahun ini, Pertamina harusnya sudah mature dan tahu arah yang ingin di- capai untuk 10 sampai 20 tahun ke depan. Dengan semboyan ‘Semangat Terbarukan’, saya ingin pekerja Per- tamina tidak bosan memperbarui se- mangat mereka dan menjadi pelopor transformasi. Visi Pertamina untuk menjadi perusahaan kelas dunia ingin dicapai dalam waktu yang sesingkat- singkatnya. Kita sudah punya target mencapai produksi 1 juta barel/hari dan kita punya captive market, yang sudah ada semua di dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP). Inginnya di ulang tahun yang ke-54 ini kita selalu mawas diri. Apa yang ti- dak kita lakukan optimal pada 2011 ini harus diperbaiki di 2012. Harus terbuka terhadap kurang optimalnya kinerja, kita masih harus belajar lagi. Kalau kita sudah optimal, dalam konteks melihat dan memitigasi risiko semua bisnis dari sisi internal, baru kita bisa bilang terlambat karena faktor ekster- nal. Jangan selalu menyalahkan faktor eksternal. Itu yang kita harus ashback dan perbaiki. (*/E-25) SEIRING dengan orientasi men- jadi perusahaan energi kelas du- nia, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi prioritas PT Pertamina (persero). Panas bumi (geotermal) pun menjadi andalan. Itu tidak semata karena Indonesia memiliki 40% sumber geotermal di dunia, tetapi juga karena komitmen Pertamina- mengembangkan energi yang ramah lingkungan. Adapun titik tolak Pertamina dalam pengembangan geotermal bermula dari peresmian lapangan geotermal Kamojang, Jawa Barat, pada 29 Januari 1983, diikuti de- ngan beroperasinya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas 30 megawatt (Mw) pada 7 Februari 1983. Kemudian, pada 2006, tugas itu dijalankan oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan Pertamina. Direk- tur Utama PGE Slamet Riadhy mengungkapkan saat ini PGE telah menghasilkan listrik 272 Mw dari lapangan Kamojang, Sibayak-Brastagi, dan Lahendong. Hingga September 2011, produksi geotermal Pertamina mencapai 11,8 juta ton dan tenaga listrik yang dihasilkan dari panas bumi mencapai 1.553,7 gigawatt hour. Pertamina memiliki hak penge- lolaan 15 wilayah kerja geotermal dengan potensi 8.480 Mw setara 4.392 juta metrik barel setara minyak. Dari sejumlah wilayah kerja itu, 10 di antaranya dikelola sendiri, sedangkan lima lainnya dikelola bersama mitra. Di 2014, PGE menargetkan memiliki PLTP berkapasitas sampai 2.022 Mw dari saat ini sekitar 1.194 Mw. Menurut- nya, konsumsi energi baru dan ter- barukan di Indonesia masih relatif rendah. “Kami akan mendorong terus penggunaan energi alternatif untuk kebutuhan di masa depan,” pungkasnya. (ML/E-25) Geotermal, Harapan Masa Mendatang Visi Pertamina untuk menjadi perusahaan kelas dunia ingin dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Melangkah Jauh ke Depan MEDIA INDONESIA | SENIN, 12 DESEMBER 2011 DOK.PERTAMINA 100 JUTA POHON: Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan bersama siswa sekolah dasar menanam pohon di Kawasan Kamojang, Jawa Barat (Rabu, 1/12). Pertamina mencanangkan penanaman 100 juta pohon hingga 2015 mendatang.

Upload: duonghuong

Post on 04-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEDIA INDONESIA | SENIN, 12 DESEMBER 2011 Geotermal ... filelistrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas 30 megawatt (Mw) pada 7 Februari 1983. Kemudian, pada 2006, tugas itu dijalankan

MENJADI perusahaan pe-ngelola sumber daya alam minyak dan gas bumi yang sangat vital bagi ne-

gara menjadi bagian perjalanan 54 tahun usia PT Pertamina (persero). Berbagai perlakuan istimewa pada masa lalu ternyata tidak serta-merta menjadikan Pertamina berkembang pesat.

Berbagai kepentingan yang meng-gayuti terkadang menjauhkan perseroan dari hakikat pengelolaan perusahaan secara profesional. Hal itu sempat mem-buat Pertamina sulit melangkah maju untuk berpacu di lingkup global ber-sama perusahaan migas asing lainnya.

Lalu apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan Pertamina untuk melepas stigma itu? Bagaimana tekad ‘melangkah jauh ke depan’ bisa ter-wujud di tengah keterbukaan pasar sektor hulu dan hilir migas di Tanah Air? Berikut penuturan Direktur U-tama Pertamina Karen Agustiawan, beberapa waktu lalu.

Apa dasar konsep energi yang ingin diwujudkan Pertamina dari peru-bahan orientasi sebagai perusahaan migas nasional kelas dunia (world class national oil company) menjadi world class energy company?

Kita harus menyadari, dari sisi kebu-tuhan (demand side), permintaan terus meningkat. Saya pernah katakan bahwa peningkatan penjualan mobil itu lebih dari 10% per tahun. Nah, ini tentunya butuh bahan bakar minyak (BBM). Menurut analisis Exxon, pada 2040 kon-sumsi BBM Indonesia masih sekitar 60%

dengan kontribusi energy mix (bauran energi) malah baru 20%. Jadi 60% itu memang masih tergantung pada bahan bakar fosil (fossil fuel). Padahal potensi Indonesia sebetulnya bukan produksi minyak, melainkan gas. Kita harus lebih banyak memanfaatkan gas, baik untuk transportasi maupun listrik. Maksud saya, ketika kita melihat setahun ke de-

pan, berapa potensi pasokan BBM yang bisa kita penuhi dari dalam negeri dan berapa yang mesti impor. Impor BBM kita sekarang sudah mendekati 60%. Naik terus. Tahun depan mungkin 62%, dan seterusnya.

Apa potensi energi lain yang hen-dak dikembangkan Pertamina?

Saya ingin sekali kita aktif mengopti-malisasi bahan bakar nabati (biofuel) de-ngan mengurangi penggunaan fossil fuel dengan mix-nya yang paling optimal. Sekarang ini baru 5% saja. Itu sebetul-nya masih bisa ditingkatkan. Caranya kita juga harus bekerja sama dengan

industri otomotif. Pabrikan mobil harus fl eksibel, kalau misalnya nanti diganti porsi persentase dari biofuel, si mobil juga harus bisa mengikuti. Yang kedua, untuk mobil baru sudah harus tidak lagi menggunakan BBM subsidi. Harus kerja sama dengan produsen supaya tangki BBM mobil itu mulut tangkinya hanya bisa untuk jenis pertamax. Jadi

nanti yang menggunakan premium bersubsidi hanya sepeda motor.

Bagaimana munculnya orientasi menjadi world class energy com-pany?

Kita sudah tahu bahwa sampai 2040 peran bauran energi akan semakin be-sar. Kalau tidak disiapkan perangkat-nya dari sekarang, kita akan kelabakan. Dengan 20% konsumsi untuk seluruh Indonesia kan cukup besar. Karena itu-lah kita kembangkan biofuel, kemudian panas bumi (geotermal), gas metana batu bara (coal bed methane), dan shale gas. Saya juga berkali-kali bilang gang-

gang (algae) adalah bahan bakar poten-sial. Masalahnya bagaimana mempro-duksi massal supaya mencapai tingkat keekonomian yang diinginkan. Saya juga ingin keberadaan ASEAN Council of Petroleum (Ascope) bisa menjadi penyangga (buffer). Semua negara di ASEAN sebenarnya kekurangan ener-gi yang saat ini selalu dipasok dari Amerika Selatan, Timur Tengah, dan pecahan Rusia. Oleh sebab itu, saya ingin semua orang paham, kita bukan lagi perusahaan migas. Kita sudah melihat ke depan menjadi perusahaan energi terintegrasi.

Apa makna 54 tahun usia Pertamina di mata Anda?

Ulang tahun ke-54 Pertamina itu hanya beda satu tahun saja dari usia saya. Saya mengharapkan di usia 54 tahun ini, Pertamina harusnya sudah mature dan tahu arah yang ingin di-capai untuk 10 sampai 20 tahun ke depan. Dengan semboyan ‘Semangat Terbarukan’, saya ingin pekerja Per-tamina tidak bosan memperbarui se-mangat mereka dan menjadi pelopor transformasi. Visi Pertamina untuk menjadi perusahaan kelas dunia ingin dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kita sudah punya target mencapai produksi 1 juta barel/hari dan kita punya captive market, yang sudah ada semua di dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJPP).

Inginnya di ulang tahun yang ke-54 ini kita selalu mawas diri. Apa yang ti-dak kita lakukan optimal pada 2011 ini harus diperbaiki di 2012. Harus terbuka terhadap kurang optimalnya kinerja, kita masih harus belajar lagi. Kalau kita sudah optimal, dalam konteks melihat dan memitigasi risiko semua bisnis dari sisi internal, baru kita bisa bilang terlambat karena faktor ekster-nal. Jangan selalu menya lahkan faktor eksternal. Itu yang kita harus fl ashback dan perbaiki. (*/E-25)

SEIRING dengan orientasi men-jadi perusahaan energi kelas du-nia, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi prioritas PT Pertamina (persero). Panas bumi (geotermal) pun menjadi andalan. Itu tidak semata karena Indonesia memiliki 40% sumber geotermal di dunia, tetapi juga karena komitmen Pertamina-mengembangkan energi yang ramah lingkungan.

Adapun titik tolak Pertamina dalam pengembangan geotermal bermula dari peresmian lapangan geotermal Kamojang, Jawa Barat, pada 29 Januari 1983, diikuti de-ngan beroperasinya pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berkapasitas 30 megawatt (Mw) pada 7 Februari 1983.

Kemudian, pada 2006, tugas itu dijalankan oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan Pertamina. Direk-tur Utama PGE Slamet Riadhy

mengungkapkan saat ini PGE telah menghasilkan listrik 272 Mw dari lapangan Kamojang, Sibayak-Brastagi, dan Lahendong. Hingga September 2011, produksi geotermal Pertamina mencapai 11,8 juta ton dan tenaga listrik yang dihasilkan dari panas bumi mencapai 1.553,7 gigawatt hour.

Pertamina memiliki hak penge-lolaan 15 wilayah kerja geotermal dengan potensi 8.480 Mw setara 4.392 juta metrik barel setara minyak. Dari sejumlah wilayah kerja itu, 10 di antaranya dikelola sendiri, sedangkan lima lainnya dikelola bersama mitra. Di 2014, PGE menargetkan memiliki PLTP berkapasitas sampai 2.022 Mw dari saat ini sekitar 1.194 Mw. Menurut-nya, konsumsi energi baru dan ter-barukan di Indonesia masih relatif rendah. “Kami akan mendorong terus penggunaan energi alternatif untuk kebutuhan di masa depan,” pungkasnya. (ML/E-25)

Geotermal, Harapan Masa Mendatang

Visi Pertamina untuk menjadi perusahaan kelas dunia ingin dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Melangkah Jauh ke Depan

MEDIA INDONESIA | SENIN, 12 DESEMBER 2011

DOK.PERTAMINA

100 JUTA POHON: Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan bersama siswa sekolah dasar menanam pohon di Kawasan Kamojang, Jawa Barat (Rabu, 1/12). Pertamina mencanangkan penanaman 100 juta pohon hingga 2015 mendatang.