9. bab iiidgd

62
BAB III HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) Angkatan 50 Universitas Hasanuddin yang dilaksanakan di Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowng Kabupaten Jeneponto dan dimulai pada tanggal 13 Juni – 5 Agustus 2015 ini memiliki program kerja yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di Desa Bonto Rappo berdasarkan hasil observasi lapangan dan diskusi dengan tokoh masyarakat. Pelaksanaan KKN-PK memberikan pengetahuan dan pengalaman yang tidak didapatkan di kampus. Dalam KKN-PK ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk turun langsung ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah dan melihat gambaran situasi masalah- KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015 Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 24

Upload: andifadilahfahmy

Post on 14-Apr-2016

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

svsv

TRANSCRIPT

Page 1: 9. BAB IIIdgd

BAB III

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Kuliah Kerja Nyata Profesi Kesehatan (KKN-PK) Angkatan 50 Universitas

Hasanuddin yang dilaksanakan di Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowng Kabupaten

Jeneponto dan dimulai pada tanggal 13 Juni – 5 Agustus 2015 ini memiliki program

kerja yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan

kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di

Desa Bonto Rappo berdasarkan hasil observasi lapangan dan diskusi dengan tokoh

masyarakat.

Pelaksanaan KKN-PK memberikan pengetahuan dan pengalaman yang tidak

didapatkan di kampus. Dalam KKN-PK ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk

turun langsung ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di

bangku kuliah dan melihat gambaran situasi masalah-masalah kemsyarakatan yang

terjadi, khususnya masalah kesehatan. Berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang

kami laksanakan di Desa Bonto Rappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto.

A. Persiapan Observasi

Sebelum melakukan observasi lapangan, kami melakukan persiapan dengan

melakukan pertemuan dengan kepala desa dan pihak-pihak yang terkait untuk

menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami. Hal ini dimaksudkan sebagai

perkenalan awal agar nantinya masyarakat tidak terkejut dan menyalahartikan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 24

Page 2: 9. BAB IIIdgd

maksud kedatangan kami. Selain itu, kami juga mengadakan koordinasi dengan

kepala Desa dan kepala Dusun mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan

untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan.

B. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai masalah-

masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bonto Rappo,

khususnya Desa Bonto Rappo, sehingga dapat disusun program kerja berdasarkan

masalah kesehatan yang ditemukan di lapangan.

Observasi lapangan ini dilakukan pada tanggal 13 Juni – 5 Agustus 2015

yang dirangkaikan dengan kegiatan sosialisasi kepada perangkat desa, tokoh

masyarakat dan tokoh agama yang terdapat di Desa Bonto Rappo. Observasi

lapangan ini dilakukan dengan berkeliling desa untuk mengamati kondisi

lingkungan sekitar Desa Bonto Rappo.

Observasi lapangan juga dilakukan dengan wawancara langsung kepada

masyarakat Desa Bonto Rappo dan diskusi singkat ketika sosialisasi bersama

Kepala Desa, Kepala-Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan

kader-kader Posyandu yang berada di wilayah adminnistrasi Desa Bonto Rappo

tentang status kesehatan dan kebiasaan masyarakatnya.

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, kemudian

dilakukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa Bonto Rappo.

Identifikasi masalah merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 25

Page 3: 9. BAB IIIdgd

proses membuat perencanaan program kerja kegiatan. Tujuannya adalah untuk

memperoleh gambaran tentang program - program kerja yang sesuai dan dapat

dilaksanakan selama masa KKN.

Adapun hasil identifikasi masalah-masalah kesehatan di Desa Bonto Rappo

tersebut antara lain:

1. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang pentingnya perilaku

hidup bersih dan sehat.

2. Pengetahuan masyarakat khususnya ibu-ibu yang masih rendah terhadap

pentingnya pemberian makanan yang bergizi pada balitanya.

3. Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban sehat di daerah Desa

Bonto Rappo kurang.

4. Masyarakat Desa Bonto Rappo masih banyak yang mengonsumsi air yang

tidak dimasak karena kepercayaan bahwa air tersebut berasal dari mata air

yang bersih dan dapat langsung dikonsumsi.

5. Pengetahuan masyarakat khususnya para remaja yang masih rendah akan

bahaya HIV/AIDS

6. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai penyakit hipertensi

dan artritis, serta upaya preventif dan kuratif secara tradisional.

C. Program Kerja

Program kerja KKN Profesi Kesehatan merupakan perpaduan yang

proporsional antara program kerja yang berasal dari mahasiswa sendiri yang

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 26

Page 4: 9. BAB IIIdgd

merupakan hasil observasi terhadap masalah kesehatan masyarakat di wilayah

kerja yang dikoordinasikan dengan puskesmas dan pemerintah setempat.

Keterlibatan mahasiswa KKN-PK terhadap program kerja puskesmas bersifat

partisipatori, artinya mahasiswa berpartisipasi dalam melaksanakan upaya atau

program pembangunan kesehatan masyarakat melalui puskesmas maupun

poskesdes.

Dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di Desa Bonto Rappo,

Kecamatan Bonto Rappo, Kabupaten Jeneponto diperoleh beberapa rumusan

program kerja. Rumusan program kerja ini terdiri dari intervensi fisik dan

intervensi non fisik.

Namun sebelum melaksanakan kegiatan (program kerja) tersebut, terlebih

dahulu diadakan pertemuan (Seminar Program Kerja) dengan pemerintah daerah

setempat, puskesmas, pustu, kader, perwakilan-perwakilan sekolah, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat pada tanggal 20 Juni 2015 untuk

memaparkan dan mensosialisasikan program kerja mahasiswa KKN-PK untuk

Desa Bonto Rappo, dengan tujuan mendapatkan dukungan dan kerjasamanya

serta membangun komitmen bersama dalam rangka menyukseskan program kerja

tersebut.

Adapun program kerja nonfisik yang telah disepakati bersama dalam seminar

program kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sekolah

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 27

Page 5: 9. BAB IIIdgd

2. Penyuluhan Diare

3. Penyuluhan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui

4. Penyuluhan Gizi dan Skrining Status Gizi Pada Batita

5. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sekolah Rumah Tangga

6. Penyuluhan HIV-AIDS

7. Penyuluhan Hipertensi

8. Penyuluhan Tanaman Obat

9. Penyuluhan BKKBN

10. Penyuluhan BPJS Kesehatan

Selanjutnya program kerja fisik terbagi atas :

1. Lomba Lingkungan Sehat

2. Pengadaan Poster di Poskesdes di Dusun Bonto Rappo

3. Mengajar Mengaji anak-anak TK-TPQ Al-Ikhlas di Mesjid Nurul Jihad Desa

Bonto Rappo.

4. Pemeriksaan Tekanan Darah dan Skrining Katarak

5. Kerja Bakti Lingkungan di tiap dusun di Desa Bonto Rappo

6. Pelatihan Dokter Kecil

7. Lomba Menjelang 17 Agustus Antardusun

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 28

Page 6: 9. BAB IIIdgd

1. Intervensi Non Fisik

a. Senam Lansia

1) Latar Belakang

Salah satu tujuan Milineum Development Goals (MDGs)

adalah menurunkan angka kematian balita (AKABA). Penentuan

indikator-indikator tersebut bukanlah dibuat untuk semata-mata

sebagai indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, tetapi

merupakan indikator yang sensitif terhadap sektor-sektor lain seperti

gizi, ekonomi, keluarga berencana, lingkungan dan kesejahteraan

secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa menurunkan AKI, AKB,

dan AKABA merupakan upaya lintas sektor dan lintas disiplin.

Dari berbagai kepustakaan diperoleh informasi bahwaseribu

hari pertama kehidupan, yaitu 270 hari selama masa didalam

kandungan dan 730 hari setelah persalinan merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan organ yang menyusun berbagai

sistem didalam tubuh kita. Proses pertumbuhan dan perkembangan

ini memerlukan asupan zat gizi, baik yang dikonsumsi ibu maupun

yang berasal dari cadangan ibu. Asupan gizi yang kurang, akan

menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan sel yang

masih dapat diperbaiki. Namun, bila kekurangan terjadi setelah 1000

hari, maka kerusakan atau gangguan yang terjadi bersifat menetap.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 29

Page 7: 9. BAB IIIdgd

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

untuk AKI sangat mengejutkan. AKI melonjak sanagt signifikan dari

228 per 1.000.000 kelahiran hidup pada tahun pada kondisi tahun

2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan

pada kondisi tahun 1997. Hal ini berarti kesehatan ibu mengalami

kemunduran selama 15 tahun. Hal ini sangat jauh dari target MDGs

yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Angka Kematian Bayi (AKB) juga tidak mengalami penurunan

yang mengesankan. Pada tahun 2002 AKB adalah 35 per 1000

kelahiran hidup. Pada tahun 2007 34 per 1000 kelahiran dan pada

tahun 2012 32 per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Balita (AKABA) juga mempunyai

kecenderungan yang sama. Pada tahun 2002 AKABA adalah 46 per

1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007, 44 per 1000 kelahiran hidup

dan pada tahun 2012 40 per 1000 kelahiran hidup.

Saat ini, sepertiga anak Indonesia usia dibawah lima tahun

mempunyai status gizi stunting atau pendek, lebih dari seperlima

anak sudah mengalami stunting pada usia 0-5 bulan, mencapai

puncaknya pada usia antara 2-3 tahun, yaitu lebih dari 40%. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia pernah

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 30

Page 8: 9. BAB IIIdgd

mengalami kekurangan gizi kronis dan berualang, dan mulai pada

usia sangat dini.

ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik

bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi

yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Namun masih banyak masyarakat yang kurang memahami

pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Sehingga program

pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.

Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif

merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, sering

kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali

mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif,

tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang harus

dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya.

Dari hasil observasi kami di Desa Bomtorappo Kecamatan

Tarowang belum terdapat bangunan posyandu yang dapat

memberikan penyuluhan pentingnya 1000 Hari Awal Kehidupan bagi

ibu hamil dan menyusui.

Sehubungan dengan penjelasan di atas dengan adanya

Penyuluhan 1000 Hari Awal Kehidupan, sebagai upaya promotif dan

preventif dalam meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak maka

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 31

Page 9: 9. BAB IIIdgd

kegiatan ini dijadikan sebuah momen yang baik untuk memberikan

edukasi, pelayanan, ataupun sejenisnya bagi Ibu hamil dan ibu

menyusui di Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten

Jeneponto.

2) Tujuan Umum

Masyarakat dapat mengetahui dan memanfaatkan pentingnya

periode emas 1000 hari awal kehidupan

3) Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang

nutrisi selama kehamilan

b. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang

inisiasi menyusu dini dan Asi eksklusif 6 bulan

c. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang

pemeriksaan antenatal

d. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang

resiko komplikasi kehamilan

e. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui tentang

imunisasi dasar wajib bagi bayi/Baduta (bawah dua tahun)

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 32

Page 10: 9. BAB IIIdgd

4) Sasaran

Adapun sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu hamil, ibu menyusui

dan wanita produktif di Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang,

Kabupaten Jeneponto

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan dua kali. Kegiatan pertama kali

dilaksanakan pada 27 Juni 2015 di Mesjid Nurul Jihad Desa Bonto

Rappo dan dihadiri oleh 35 peserta yang berasal dari Dusun Bonto

Rappo, Sarroangin, dan Punagayya. Kegiatan kedua dilaksanakan pada

8 Juli 2015 di Dusun Borong Loe dan dihadiri oleh 60 peserta yang

berasal dari Dusun Borong Loe.

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode

pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan

yang diberikan merupakan materi-materi pemahaman akan kesehatan

yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan para

Ibu hamil, menyusu dan wanita produktif.

Ibu-ibu akan diberikan pemahaman mengenai kesehatan

pribadi dan lingkungan, Pemantauan pemeriksaan antenatal minimal 4

kali selama kehamilan, Risiko komplikasi kehamilan, Persiapan

persalinan, Inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif 6 bulan, Timbang

berat badan bayi dan panjang badan secara rutin setiap bulan,

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 33

Page 11: 9. BAB IIIdgd

Imunisasi dasar wajib bagi bayi/baduta (bawah dua tahun),

Pemberian Makanan Peralihan ASI (MP ASI) secara bertahap pada

usia 6 bulan dan tetap memberikan ASI hingga 2 tahun.

. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, Ibu diberikan pertanyaan

untuk mengukur pemahaman awal para Ibu. Setelah penyuluhan, Ibu

diberikan petanyaan yang berbeda untuk mengukur sejauh mana

peningkatan pemahaman Ibu setelah mengikuti penyuluhan.

6). Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah dihadiri oleh sekurang-

kurangnya 5 orang disetiap dusun di desa Bonto Rappo, Kecamatan

Tarowang, Kabupaten Jeneponto dan terselenggaranya kegiatan

minimal satu kali disetiap dusun serta terdapat peningkatan

pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu hamil,menyusu dan

wanita produktif yang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan pada

ibu hamil dan menyusu. Jumlah peserta yang menghadiri penyuluhan

mencapai target > 100% dan pengetahuan peserta meningkat setelah

penyuluhan terlihat dari tanya-jawab yang dilakukan dimana peserta

dapat menjawab serta mempraktekan hal-hal yang dipaparkan dalam

penyuluhan.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 34

Page 12: 9. BAB IIIdgd

2. Sosialisasi BPJS Kesehatan

1) Latar Belakang

Kejadian sakit adalah tidak pasti, oleh karena itu membutuhkan

perlindungan awal. Peribahasa sedia payung sebelum hujan adalah konsep

yang mendasari mekanisme kerja asuransi, sehingga diperlukan kebutuhan

perencanaan di awal agar terlindungi dari kejadian sakit yang berdampak pada

kerugian “bencana keuangan” seseorang.

Berdasarkan visi BPJS Kesehatan CAKUPAN SEMESTA 2019 yaitu

paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan

kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan

perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Oleh karena alasan diatas, dibutuhkan sosialisasi tentang BPJS

Kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Bontorappo

tentang BPJS Kesehatan.

2) Tujuan Umum

Meningkatkan pemahaman masyarakat Desa Bontorappo tentang

BPJS Kesehatan

3) Tujuan Khusus

a. Memberikan informasi tentang waktu dimulainya dan pelayanan BPJS

Kesehatan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 35

Page 13: 9. BAB IIIdgd

b. Memberikan informasi tentang kepesertaan, IURAN, dan cara

pendaftaran BPJS Kesehatan

c. Memberikan informasi tentang Hak dan Kewajiban serta Sanksi

peserta BPJS Kesehatan

4) Sasaran

Kegiatan sosialisasi ditujukan kepada masyarakat Desa Bontorappo.

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2015 di Kantor Desa

Bontorappo dan pada tanggal 8 Juli 2015 di Masjid Borongloe. Kegiatan

penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode pemberian materi dan sesi tanya

jawab. Materi-materi penyuluhan yang diberikan merupakan materi-materi

pemahaman akan jaminan kesehatan nasional.

Sebelum materi diberikan, terlebih dahulu dilakukan pre-test untuk

mengukur kemampuan awal warga. Setelah pemaparan materi, dilakukan

post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman warga tentang Jaminan

Kesehatan Nasional yang dikelolah BPJS Kesehatan.

6). Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini

dan peningkatan pengetahuan pada masyarakat yang mengikuti penyuluhan

tentang BPJS Kesehatan. Pada kegiatan penyuluhan ini, 31 warga mengalami

peningkatan pengetahuan dengan rata-rata 38% dari 47 warga yang hadir di

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 36

Page 14: 9. BAB IIIdgd

Kantor Desa Bontorappo dan 34 warga mengalami peningkatan pengetahuan

pengetahuan dengan rata-rata 23% dari 60 warga yang hadir di Masjid

Borongloe.

3. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga

1) Latar Belakang

Hidup sehat adalah hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang,

mengingat manfaat yang ditimbulkan akan sangat banyak, mulai dari

konsentrasi kerja, kesehatan dan kecerdasan anak sampai dengan keharmonisan

keluarga. Menciptakan hidup sehatpun sangatlah mudah serta murah,

mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan apabila mengalami

gangguan kesehatan cukup mahal.

Setiap manusia yang hidup di dunia ini memerlukan lingkungan yang

bersih dan sehat agar dapat memberikan kenyamanan hidup. Oleh karena itu,

manusia wajib peduli terhadap lingkungan dengan cara menjaga, memelihara

dan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

Perilaku merupakan wujud tindakan seseorang berdasarkan pemahaman

dan kemauan terhadap sesuatu yang dihadapi. Sedangkan lingkungan hidup

merupakan wahana dimana mahluk dapat bertahan dan berkembang biak.

Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang lebih sehat, masyarakat diajak

berkomitmen untuk melakukan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan

sehat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah upaya untuk memberikan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 37

Page 15: 9. BAB IIIdgd

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social

Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Sehingga keluarga

dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.  Dengan demikian masyarakat

dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan

masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat

dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup

yang bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada

seluruh anggota keluarga. Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang

kunci utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. Karena jika

keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, Sehat

harus diawali dari dalam rumah sendiri.

Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10  (sepuluh)

PHBS di Rumah Tangga yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang bayi dan balita

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 38

Page 16: 9. BAB IIIdgd

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

Pada kesempatan ini Penyuluh hanya memberikan penyuluhan tentang

Menggunankan jamban sehat dan Tidak merokok dalam rumah. Berdasarkan

hasil observasi awal yang kami lakukan di Desa Bonto Rappo, diketahui bahwa

sekitar 30% rumah warga belum memiliki jamban dan sebagian besar

masyarakat masih memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Melihat

keadaan tersebut, penting kiranya dilakukan prnyuluhan dan praktek PHBS di

rumah tangga

2) Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Memberikan Pengetahuan kepada masyarakat Desa Bonto Rappo tentang

perilaku hidup bersih dan sehat.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 39

Page 17: 9. BAB IIIdgd

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota

rumah tangga tentang menggunakan jamban sehat dan tidak merokok

di dalam rumah.

b. Masyarakat desa Bonto Rappo dapat memahami tentang pentingnya

Jamban dan Tidak merokok di dalam rumah.

3) Sasaran

Masyarakat Desa Bonto Rappo, Kec. Tarowang

4) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali yang bertempat di kantor Desa Bonto Rappo

dan Mesjid di Dusun Borongloe Desa Bonto Rappo Kecamatan Tarowang.

Pada Tanggal,30 Juni dan 09 Juli 2015.

5) Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang PHBS di Rumah

Tangga pada warga Desa Bonto Rappo sekitar 95% warga mengetahui

mengenai PHBS di rumah tangga. dengan jumlah warga yang hadir 86 orang.

Indikator keberhasilan dinilai dari post test yang di berikan.

4. Penyuluhan Gizi dan Skrining Gizi Batita

1) Latar Belakang

Dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia, terjadi percepatan

yang luar biasa ketika umur manusia menginjak 0-3 tahun. Salah satu hal yang

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 40

Page 18: 9. BAB IIIdgd

menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak (dalam hal

ini balita) adalah pemberian makanan bergizi yang seimbang dan adekuat. Yang

perlu diketahui pada saat pemberian makanan seorang anak adalah sumber,

jumlah, dan konsistensi yang sesuai dengan umur anak tersebut, beserta

frekuensi pemberian makanan setiap harinya bagi anak. Makanan yang bergizi

penting untuk menunjang perkembangan otak dan saraf serta kekuatan fisik

seorang anak.

2) Tujuan Umum

Untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para Ibu yang

memiliki balita nengenai cara pemberian makanan bergizi yang baik dan benar

bagi balita

3) Tujuan Khusus

a. Agar Ibu para balita dapat mengetahui jenis jenis makanan bergizi yang penting

dalam masa perkembangan dan pertumbuhan balita.

b. Agar Ibu para balita mengetahui cara yang benr dalam memberi makanan bagi

balita.

c. Agar Ibu para balita dapat mengetahui bahaya gizi buruk dan bagaimana

mengenali tanda awalnya.

4) Sasaran

Kegiatan penyuluhan ditujukan kepada para Ibu Balita dusun masale Desa

Tompo Bulu agar dapat mengetahui tentang gambaran umum yang berkaitan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 41

Page 19: 9. BAB IIIdgd

dengan makanan yang bergizi yang penting bagi balita mulai dari jenisnya, cara

pemberiannya, dan bahaya gizi buruk.

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2014 di Posyandu di Dusun

Lokayya. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan metode pemberian

materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan yang diberikan

merupakan materi-materi pemahaman akan kesehatan yang disesuaikan dengan

tingkat pemahaman dan kemampuan para Ibu Balita.

Ibu-ibu akan diberikan pemahaman mengenai Pemberian Makanan Bergizi

pada Balita. Sebelum penyuluhan dilaksanakan, Ibu diberikan pre-test untuk

mengukur pemahaman awal para Ibu. Setelah penyuluhan, Ibu diberikan post

test untuk mengukur sejauh mana peningkatan pemahaman Ibu setelah

mengikuti penyuluhan.

6). Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan

peningkatan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu para balita yang

mengikuti penyuluhan tentang makanan bergizi. Jumlah peserta yang

pengetahuannya >80% meningkat dari 3 orang menjadi 10 orang dari 15 total

peserta setelah dilakukan penyuluhan.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 42

Page 20: 9. BAB IIIdgd

4. Penyuluhan Osteoartritis

1) Nama Kegiatan

Penyuluhan Osteoartritis

2) Latar Belakang

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan

struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan

tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis

dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya

kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang

menghubungkan sendi. Pencegahan penyakit ini pada usia muda sangat berguna

untuk menghindari penyakit ini di usia tua. Berdasarkan data sekunder yang

didapatkan dari Poskesdes Bonto Rappo, artritis termasuk dalam 10 besar

penyakit terbanyak.

3) Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang osteoartritis

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pengetahuan tentang faktor penyebab osteoartritis

b. Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahan dan penanganan

osteoartritis

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 43

Page 21: 9. BAB IIIdgd

c. Memberikan pengetahuan tentang cara mengatur lingkungan di rumah

untuk lansia

4) Sasaran

Masyarakat Desa Bontorappo kecamatan Tarowang kabupaten Jeneponto

5) Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2015 di Kantor Desa Bontorappo dan

pada tanggal 7 Juli 2015 di Masjid Borongloe. Kegiatan penyuluhan ini

dilaksanakan dengan metode pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-

materi penyuluhan yang diberikan merupakan materi-materi tentang faktor

penyebab osteoarthritis, cara pencegahan dan pengobatan osteoarthritis dan cara

mengatur lingkungan rumah bagi lansia Sebelum materi diberikan, terlebih

dahulu dilakukan pre-test untuk mengukur kemampuan awal warga. Setelah

pemaparan materi, dilakukan post-test untuk mengukur peningkatan

pemahaman warga tentang Osteoartritis

6) Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan

peningkatan pengetahuan sebanyak 50 % dari peserta penyuluhan. Pada

kegiatan penyuluhan di kantor Desa Bonto Rappo, 63 warga mengalami

peningkatan pengetahuan dari 105 warga (60%) dengan rata-rata nilai pre-test

40 dan post-test 60 sedangkan pada penyuluhan di Dusun Borongloe 28 warga

mengalami peningkatan pengetahuan dari 52 warga (53,8%).

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 44

Page 22: 9. BAB IIIdgd

5. Penyuluhan Tanaman Obat

1) Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional memiliki keunggulan dari obat sintetik,

antara lain lebih mudah dijangkau baik harga dan ketersediaannya, tidak

terlalu menyebabkan efek samping karena masih bisa dicerna oleh tubuh

bahkan ada yang tidak menimbulkan efek samping jika digunakan secara

tepat, dan memperbaiki keseluruhan sistem tubuh. Memang efek yang

ditimbulkan tidak secepat obat sintetik, namun bagi masyarakat di pedesaan,

penggunaan obat tradisional dapat membantu mengurangi biaya pengeluaran

untuk membeli obat sintetik dengan khasiat terapetik yang sama dan jauh

lebih aman.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Poskesdas Khadijah di Desa

Bontorappo pada bulan Mei 2015, prevalensi penyakit hipertensi dan artritis

menempati urutan pertama dan kedua. Kedua penyakit tersebut dapat diatasi

dengan resep tradisional menggunakan Tanaman Obat yang mudah dijangkau

ketersediaannya dan tidak sulit dalam budidayanya. Selain itu, Tanaman Obat

yang terdiri dari bumbu dapur juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah

kesehatan yang umum dijumpai di pedesaan seperti flu, diare, bahkan dapat

memperlancar ASI.

Penyuluhan mengenai Tanaman Obat ini pada dasarnya berlandaskan

pada pentingnya pemahaman yang baik di masyarakat, meliputi definisi,

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 45

Page 23: 9. BAB IIIdgd

khasiat dan cara penggunaan atau pengolahan tanaman yang akan dijadikan

obat. Diharapkan dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat dapat lebih

mandiri dalam menangani penyakit-penyakit dengan tingkat keparahan rendah

yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2) Tujuan Umum

Penyuluhan tanaman obat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

Masyarakat Desa Bontorappo mengenai Tanaman Obat serta cara

pengolahannya.

3) Tujuan Khusus

a. Memberi informasi mengenai definisi, khasiat, dan cara pengolahan

Tanaman Obat.

b. Memberikan contoh cara mengolah tanaman obat untuk penyakit

hipertensi atau artritis.

4) Sasaran

Masyarakat khususnya ibu rumah tangga, di Desa Bontorappo, Kecamatan

Tarowang, Kabupaten Jeneponto.

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Desa Bontorappo, Kecamatan

Tarowang, Kabupaten Jeneponto pada tanggal 2 Juli 2015 dan Dusun

Borongloe pada 7 Juli 2015. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dengan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 46

Page 24: 9. BAB IIIdgd

metode pemberian materi dan sesi tanya jawab. Materi-materi penyuluhan

yang diberikan merupakan materi-materi pemahaman mengenai tanaman obat.

Sebelum materi diberikan, terlebih dahulu dilakukan pre-test (tanya

jawab) untuk mengukur kemampuan awal warga. Setelah pemaparan materi,

dilakukan post-test (tanya jawab) untuk mengukur peningkatan pemahaman

warga tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelolah BPJS Kesehatan.

6). Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan

peningkatan pengetahuan sebanyak 50 % dari peserta penyuluhan. Pada

kegiatan penyuluhan di kantor Desa Bonto Rappo, 70 warga mengalami

peningkatan pengetahuan dari 105 warga (66,67%) sedangkan pada

penyuluhan di Dusun Borongloe 32 warga mengalami peningkatan

pengetahuan dari 52 warga (61,53%).

6). Penyuluhan Diare

1) Nama Kegiatan

Penyuluhan Kesehatan mengenai Diare.

2) Latar Belakang

Perjalanan penyakit tropis dibedakan menjadi 2, yaitu: infeksi yaitu

invasi yang disebabkan oleh endoparasit dan infestasi yang disebabkan oleh

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 47

Page 25: 9. BAB IIIdgd

ektoparasit, misalnya yang ditimbulkan oleh artropoda atau parasite-parasit

dan bakteriu dari tanah maupun tanaman.

Penyuluhan mengenai infeksi tropis terutama diare bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun pola hidup bersih

dan sehat agar terhindar dari kedua penyakit tersebut. Penyakit diare ini

merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan penderitanya mengalami

imobilisasi sehingga mengalami gangguan untuk melakukan pekerjaan atau

kegiatan sehari-hari. Dan apabila kedua penyakit ini memberat, tentunya akan

menimbulkan komplikasi yang lebih merugikan penderitanya.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Tarowang

dan Poskesdes Khadijah Desa Bonto Rappo, kami mendapatkan penderita

diare masuk di urutan ke-9 dari 10 penyakit terbanyak triwulan I Tahun 2015

JKN dan masuk juga di urutan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak triwulan I

Tahun 2015 JKD. Sedangkan, tifoid masuk di urutan ke-7 dari 10 penyakit

terbanyak triwulan I Tahun 2015 JKN dan masuk juga di urutan ke-5 dari 10

penyakit terbanyak triwulan I Tahun 2015 JKD.

Dari data sekunder yang kami dapat dari Puskesmas dan Poskesdes

setempat, maka kami memutuskan untuk melakukan penyuluhan terkait

dengan pengenalan gejala, pencegahan, pengobatan, dan penyuluhan

penggunaan antibiotik yang tepat guna agar penggunanya tidak resisten.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 48

Page 26: 9. BAB IIIdgd

3) Tujuan

1. Umum

Tujuan umum kegiatan ini ialah untuk meningkatkan pemahaman

dan pengetahuan masyarakat Desa Bonto Rappo, Kec. Tarowang, Kab.

Jenneponto tentang Diare.

2. Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pengertian dari

diare.

b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyebabdiare.

c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan dari

penyakit diare

4) Sasaran

Seluruh masyarakat (dewasa) terutama ibu-ibu yang memiliki bayi, balita,

dan anak usia sekolah di desa Bonto Rappo.

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak empat kali, yaitu:

Hari/tanggal :Kamis, 25 Juni 2015 (PHBS Sekolah di SDN No. 8

Bontorappo) / Selasa, 30 Juni 2015 (PBHS RT Dusun Bonto

Rappo, Dusun Sarroanging, dan Dusun Punagayya) / Kamis, 9

Juli (PBHS RT Dusun Borong Loe) / dan Rabu, 29 Juli 2015

(PHBS Sekolah di SDN 161 Borongloe)

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 49

Page 27: 9. BAB IIIdgd

Waktu :08.00-selesai/ 09.00- selesai/ 09.00- selesai/ 10.30-selesai

Tempat :SDN No. 8 Bonto Rappo/ Kantor Desa Bonto Rappo/ Masjid di

Dusun Borong Loe Desa Bonto Rappo/ SDN 161 Borong Loe

6) Mekanisme dan Rancangan Kegiatan

a. Instrument kegiatan

Slidepenyakit diare.

b. Bentuk kegiatan

Penyuluhandiare ini dilakukan dengan kegiatan penyuluhan secara

langsung pada masyarakat Desa Bonto Rappomengenai penyakit diare.

Kemudian untuk mengukur tingkat pengetahuan menggunakan sesi tanya-

jawab antara penyuluh dan masyarakat.

c. Randown Acara

Pembukaan

Pre-Test

Penyuluhan

Sesi Tanya-jawab

Post-Test

Penutup

d. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penyuluhandiare adalahterlaksananya

kegiatan, hadirnya target dan peningkatana pengetahuanpeserta penyuluhan

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 50

Page 28: 9. BAB IIIdgd

diare dengan alat ukur Tanya-jawab antara penyuluh dan masyarakat dan

Pre-Post Test.

7) Hasil

Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan ini dan

peningkatan pengetahuan pada masyarakat yang mengikuti

penyuluhantentang Diare.

1. Pada kegiatan penyuluhan Diare di SDN No. 8 Bontorappo ini, 22

siswa/siswi mengalami peningkatan pengetahuan dengan rata-rata 85%

dari total keseluruhan siswa/siswi yang hadir di SDN No. 8 Bontorappo.

Hasil ini dinilai berdasarkan pre-testdan post-test yang diberikan kepada

siswa/siswiSDN No. 8 Bontorappo.

2. Pada kegiatan penyuluhan Diare di Kantor Desa Bontorappo ini, 38

warga mengalami peningkatan sekitar 95% dari dari total keseluruhan

warga yang hadir di Kantor Desa Bontorappo. Hasil ini dinilai

berdasarkan pre-testdan post-test yang diberikan kepadawarga Dusun

Bontorappo, Dusun Sarroanging, dan Dusun Punagayya.

3. Pada kegiatan penyuluhan Diare diMasjid Dusun Borong Loe ini, Desa

Bonto Rappo Kecamatan TarowangKegiatan terakhir dihadiri oleh 44

warga mengalami peningkatan sekitar 80% dari total keseluruhan warga

yang hadir di Kantor Desa Bontorappo. Hasil ini dinilai berdasarkan pre-

testdan post-test yang diberikan kepadawarga Dusun Borong Loe.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 51

Page 29: 9. BAB IIIdgd

4. Pada kegiatan penyuluhan Diare di SDN161 Borong Loeini, 60 siswa-

siswi sekolah dasar SDN 161 Borongloe dan terjadi peningkatan

pengetahuan sebesar 80% dari total keseluruhan siswa/siswi yang hadir

di SDN 161 Borong Loe. Hasil ini dinilai berdasarkan pre-testdan post-

test yang diberikan kepada siswa/siswi SDN 161 Borong Loe.

7) Senam Lansia

1) Latar Belakang

Saat ini, angka harapan hidup terus meningkat. Hal ini kemudian

berdampak pada banyaknya lanjut usia yang ada di Indonesia. Tetapi

meningkatnya kuantitas hidup ini tidak diikuti oleh peningkatan kualitas

hidup. Di desa bontorappo terdapat 83 jiwa penduduk yang berusia di atas

enam puluh tahun. Sebagian besar penduduk Desa Bontorappo merupakan

petani. Pekerjaan fisik yang keras membuat sebagian besar lansia yang

mengalami kemunduran fisik menjadi kurang dalam berkegiatan, dalam hal

ini berhenti melakukan kegiatan bertani yang menyulitkan. Hal ini dapat

berdampak pada keadaan fisik lansia di kemudian hari. Untuk itu, perlu ada

langkah yang diambil untuk mengurangi resiko tersebut. Salah satu cara yang

dapat digunakan adalah kegiatan ringan yang mudah dilakukan oleh lansia

tetapi cukup untuk membugarkan badan.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 52

Page 30: 9. BAB IIIdgd

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

senam. Senam lansia ini terdiri dari gerakan-gerakan ringan yang tidak

memberatkan lansia yang telah mengalami kemunduran fisik. Senam ini

akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang

tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Selain itu,

senam lansia juga dapat meningkatkan imunitas dalam tubuh lansia. Senam

lansia merupakan olahraga yang cocok. Selain itu, kesehatan bukan hanya

masalah fisik semata. Kesehatan juga berkaitan dengan keadaan psikologis

individu. Pada masa lanjut usia, individu menjadi lebih sering merasa

kesepian karena berbagai hal, seperti kehilangan orang terdekat, keluarnya

anak dari rumah, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian membuat kondisi

lansia menjadi lebih buruk. Senam lansia yang diadakan ditujukan untuk

semua lansia yang ingin berpartisipasi. Oleh sebab itu, para lansia dapat

berkumpul di suatu tempat dan dapat saling bertukar cerita. Hal ini dapat

membawa kebahagiaan tersendiri bagi lansia, ketika terdapat orang-orang

yang dapat diajak untuk berbicara. Keadaan bahagia pada lansia diharapkan

dapat membantu lansia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Kemudian, di Kabupaten Jeneponto juga terdapat sebuah program

mengenai lansia tangguh yang merupakan program terbaru dari pemerintah.

Hal ini mengindikasikan bahwa masalah-masalah pada lansia perlu

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 53

Page 31: 9. BAB IIIdgd

mendapatkan perhatian khusus. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian

diadakan senam lansia yang bertujuan untuk menjaga kebugaran lansia.

Senam lansia ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk

menykseskan program lansia tangguh yang diadakan oleh pemerintah

daerah.

2) Tujuan Umum

Melakukan senam lansia secara bersama-sama

3) Tujuan Khusus

Membantu menjaga kebugaran tubuh lansia melalui senam ringan yang tidak

memberatkan lansia.balita.

4) Sasaran

Warga lansia Desa Bontorappo Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

5) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan dua kali. Kegiatan pertama kali dilaksanakan pada 2

Juli 2015 di Kantor Desa Bonto Rappo dan dihadiri oleh 21 lansia yang

berasal dari Dusun Bonto Rappo, Sarroangin, dan Punagayya. Kegiatan

kedua dilaksanakan pada 7 Juli 2015 di Dusun Borong Loe dan dihadiri oleh

20 lansia yang berasal dari Dusun Borong Loe. Pertama kali, instruktur

memperagakan gerakan-gerakan senam lansia. Selanjutnya, setelah

peragaan, seluruh warga diajak untuk mengikuti gerakan dan bersama-sama

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 54

Page 32: 9. BAB IIIdgd

melakukan senam lansia. Senam lansia terdiri dari tiga bagian utama, yakni

pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan.

6) Hasil

Indikator keberhasilan kegiata nini adala hterlaksanany akegiatan ini dan

keaktifan lansia dalam mengikutigerakan yang menandakanlansia merasa

terbantu dengan adanya kegiatan ini. Melalui hasil observasi dan video yang

ada, diketahui bahwa dari 21 lansia yang hadir, terdapat tiga lansia yang

tidak terlalu aktif (hanya duduk) karena tidak mampu lagi berdiri terlalu

lama. Sedangkan pada kegiatan kedua, dari 20 lansia yang hadir terdapat 5

lansia yang tidak terlalu aktif karena berada di belakang. Sebagai tambahan,

kegiatan ini juga diikuti oleh warga lainnya dan seluruh warga aktif

mengikuti gerakan yang diperagakan oleh instruktur.

8) Senam Lansia

1) Latar Belakang

Saat ini, angka harapan hidup terus meningkat. Hal ini kemudian

berdampak pada banyaknya lanjut usia yang ada di Indonesia. Tetapi

meningkatnya kuantitas hidup ini tidak diikuti oleh peningkatan kualitas

hidup. Di desa bontorappo terdapat 83 jiwa penduduk yang berusia di atas

enam puluh tahun. Sebagian besar penduduk Desa Bontorappo merupakan

petani. Pekerjaan fisik yang keras membuat sebagian besar lansia yang

mengalami kemunduran fisik menjadi kurang dalam berkegiatan, dalam hal

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 55

Page 33: 9. BAB IIIdgd

ini berhenti melakukan kegiatan bertani yang menyulitkan. Hal ini dapat

berdampak pada keadaan fisik lansia di kemudian hari. Untuk itu, perlu ada

langkah yang diambil untuk mengurangi resiko tersebut. Salah satu cara yang

dapat digunakan adalah kegiatan ringan yang mudah dilakukan oleh lansia

tetapi cukup untuk membugarkan badan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

senam. Senam lansia ini terdiri dari gerakan-gerakan ringan yang tidak

memberatkan lansia yang telah mengalami kemunduran fisik. Senam ini

akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang

tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Selain itu,

senam lansia juga dapat meningkatkan imunitas dalam tubuh lansia. Senam

lansia merupakan olahraga yang cocok. Selain itu, kesehatan bukan hanya

masalah fisik semata. Kesehatan juga berkaitan dengan keadaan psikologis

individu. Pada masa lanjut usia, individu menjadi lebih sering merasa

kesepian karena berbagai hal, seperti kehilangan orang terdekat, keluarnya

anak dari rumah, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian membuat kondisi

lansia menjadi lebih buruk. Senam lansia yang diadakan ditujukan untuk

semua lansia yang ingin berpartisipasi. Oleh sebab itu, para lansia dapat

berkumpul di suatu tempat dan dapat saling bertukar cerita. Hal ini dapat

membawa kebahagiaan tersendiri bagi lansia, ketika terdapat orang-orang

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 56

Page 34: 9. BAB IIIdgd

yang dapat diajak untuk berbicara. Keadaan bahagia pada lansia diharapkan

dapat membantu lansia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

Kemudian, di Kabupaten Jeneponto juga terdapat sebuah program

mengenai lansia tangguh yang merupakan program terbaru dari pemerintah.

Hal ini mengindikasikan bahwa masalah-masalah pada lansia perlu

mendapatkan perhatian khusus. Sejalan dengan hal tersebut, kemudian

diadakan senam lansia yang bertujuan untuk menjaga kebugaran lansia.

Senam lansia ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk

menykseskan program lansia tangguh yang diadakan oleh pemerintah

daerah. Masalah kependudukan merupakan masalah yang harus ditangani

dengan serius oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Laju pertumbuhan

penduduk yang tak terkendali akan berdampak pada munculnya

permasalahan-permasalahan lain seperti ketenagakerjaan, kesehatan, dan

lainnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.

Keluarga merupakan unit terkecil sebuah bangsa, berpengaruh langsung

terhadap kependudukan Indonesia sehingga upaya pengontrolan laju

pertumbuhan penduduk tentu meniscayakan intervensi di tingkat keluarga.

Salah satu program pemerintah dalam mengontrol laju pertumbuhan

penduduk adalah Keluarga Berencana.

Program KB telah dijalankan sejak era ’70-an dan telah berhasil

menurunkan angka pertambahan penduduk sebesar 100 juta jiwa sampai

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 57

Page 35: 9. BAB IIIdgd

tahun 2010. Namun angka capaian KB sempat mengalami kemunduran

beberapa kali berdasarkan data capaian BKKBN. Sehingga dibutuhkan

upaya maintenance untuk menstabilkan capaian program ini. Edukasi kepada

masyarakat mengenai program KB masih dibutuhkan dalam rangka

mempertahankan keberhasilan program ini.

Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan manusia, terutama

mencegah ledakan penduduk adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Dimana kontrasepsi berfungsi untuk merencanakan kehamilan sehingga

setiap pasangan dapat memperoleh anak sesuai waktu yang diinginkan dan

memberikan perawatan dan pemeliharaan seoptimal mungkin. Kontrasepsi

berasal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi

yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Jadi, maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan

sel sperma. Pada masyarakat awam, alat kontrasepsi dikenal hanya sebagai

alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Namun, sebenarnya banyak

sekali manfaat dari alat kontrasepsi. Contohnya sebagai kebutuhan fisik dan

pencegahan transmisi penyakit (HIV AIDS)>

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 58

Page 36: 9. BAB IIIdgd

2) Tujuan

1. Tujuan Umum

Masyarakat Desa Bontorappo dapat mengetahui informasi mengenai program

KB dan jenis-jenis alat kontrasepsi beserta manfaatnya.

2. Tujuan Khusus

a. Masyarakat dapat mengetahui apa itu program KB.

b. Masyarakat dapat mengetahui tujuan serta manfaat program KB dari

segi kesehatan dan kependudukan.

c. Masyarakat dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan serta tingkat

keberhasilan berbagai macam alat kontrasepsi.

3) Sasaran

Warga Desa Bontorappo, Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto

4) Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan 4 Juli 2015 di Kantor Desa Bonto Rappo. Kegiatan

ini berupa pemberian penyuluhan mengenai keluarga berencana serta jenis-jenis

alat kontrasepsi dan melakukan review berupa tanya jawab kepada peserta

kegiatan.

5) Hasil

Indikator keberhasilan dari penyuluhan ini adalah terlaksananya kegiatan,

hadirnya target dan peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan keluarga

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 59

Page 37: 9. BAB IIIdgd

berencana dan jenis-jenis alat kontrasepsi dengan alat ukur tanya-jawab antara

penyuluh dan masyarakat.

A. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

1. Faktor Pendukung

Selama pelaksanaan kegiatan KKN Profesi Kesehatan di Desa Bonto

Rappo ini, terdapat beberapa faktor yang dianggap mendukung terlaksananya

semua kegiatan yang telah direncanakan. Faktor pendukung tersebut antara

lain :

a. Adanya dukungan penuh dari pemerintah setempat yaitu aparat

pemerintah Desa Bonto Rappo, tokoh masyarakat, kader dan warga

setempat

b. Adanya dukungan dari pihak Tuan Rumah yang membantu dalam

memberi masukan – masukan, kritik, saran dan dukungan moril, serta

dalam hal tempat tinggal dan konsumsi kepada peserta KKN-PK.

c. Adanya kerja sama kelompok yang baik diantara sesama peserta KKN-

PK, sehingga program kerja dapat terlaksana dengan baik.

2. Faktor Penghambat

Selain faktor pendukung juga terdapat beberapa faktor penghambat

selama pelaksanaan kegiatan KKN-PK di Desa Bonto Rappo. Faktor-faktor

tersebut antara lain:

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 60

Page 38: 9. BAB IIIdgd

a. Bahasa

Sebagian besar masyarakat di Desa Bonto Rappo masih ada yang

kurang lancar berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan hanya bisa

menggunakan bahasa Makassar sehingga menyulitkan bagi peserta KKN-

PK dalam pendataan maupun penyampaian informasi kesehatan saat

penyuluhan. Namun hal ini dapat diatasi dengan bantuan masyarakat

setempat, dan beberapa orang dari mahasiswa KKN-PK yang bisa

berbahasa Makassar.

b. Peran Serta Aktif dan Kesadaran Masyarakat

Adanya beberapa dusun yang masih kurang memiliki kesadaran

akan pentingnya kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari kurang antusiasnya

masyarakat di beberapa dusun tertentu di Desa Bonto Rappo untuk

mengikuti kegiatan penyuluhan.

KKN-PK Angkatan 50 UNHAS Tahun 2015Posko Desa Bonto Rappo Kec. Tarowang Kab. Jeneponto 61