kmsp bab 9

22
ANALISIS STANDAR BELANJA Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik yang Diampu oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak. Oleh: 1. Maya Aulia (145020301111021) 2. Iin Mutmainnah (145020301111023) 3. Nanda D. Firdausi (135020301111031)

Upload: iin-mutmainnah

Post on 10-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis standar belanja

TRANSCRIPT

Page 1: KMSP BAB 9

ANALISIS STANDAR BELANJAGuna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik

yang Diampu oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak.

Oleh:

1. Maya Aulia (145020301111021)

2. Iin Mutmainnah (145020301111023)

3. Nanda D. Firdausi (135020301111031)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2016

Page 2: KMSP BAB 9

A. LATAR BELAKANG ANALISIS STANDAR BELANJA

Anggaran dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki peranan

penting. Untuk menghindari permasalahan yang timbul karena kekurangan dari

kualitas perencanaan dan agar pengeluaran anggaran didasarkan pada kewajaran

ekonomi, efisien, dan efektif, maka Anggaran Daerah harus disusun berdasarkan

kinerja yang akan dicapai oleh Daerah. Dengan menggunakan Anggaran Kinerja

tersebut, maka Anggaran Daerah akan lebih transparan, adil, dan dapat

dipertanggungjawabkan. Salah satu instrumen yang diperlukan untuk menyusun

Anggaran Daerah dengan pendekatan kinerja adalah ASB.

Dasar Hukum ASB

Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Pasal 20 ayat 2 : Untuk mengukur

kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dikembangkan standar analisa belanja,

tolok ukur kinerja dan standar biaya.

UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah pasal 167 ayat 3 :

Belanja daerah mempertimbangkan beberapa instrumen pendukung, berupa :

analisis standar belanja, standar harga satuan, tolak ukur kinerja, dan standar

pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah, Pasal 167 ayat 3: Yang dimaksud dengan Analisa Standar Belanja

(ASB) adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan

untuk melaksanakan suatu kegiatan.

PP 58 Tahun 2005 Pasal 39 ayat 2 : Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi

kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar

belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 41 ayat 3 : Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk menelaah kesesuaian

antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon

anggaran sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran

Page 3: KMSP BAB 9

sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja,

indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar

pelayanan minimal.

Permendagri 13 Tahun 2006 Pasal 89 Huruf e : Dokumen sebagai lampiran

meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis

standar belanja, dan standar satuan harga.

Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 93 ayat 1 disebutkan bahwa

penyusunan RKA SKPD berdasarkan prestasi kerja, indikator kinerja, capaian

atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar

pelayanan minimal.

Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 100 ayat 2 : Pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan

KUA, PPA (Prioritas dan Plafon Anggaran), prakiraan maju yang telah

disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta

capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis

belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasi

program dan kegiatan antar SKPD.

Permendagri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 89 ayat 2 : Rancangan surat edaran kepala daerah tentang

pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mencakup : dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi KUA, PPAS,

analisis standar belanja dan standar satuan harga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 100 ayat 2 : Pembahasan oleh TAPD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menelaah: kesesuaian

rencana anggaran dengan standar analisis belanja, standar satuan harga.

Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

Anggaran 2009, (Romawi III) Teknis Penyusunan APBD No. 4 : Substansi

Page 4: KMSP BAB 9

Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD

kepada seluruh SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola

Keuangan daerah (RKA-PPKD) kepada Satuan kerja pengelola keuangan

daerah (SKPKD) lebih disederhanakan, hanya memuat prioritas pembangunan

daerah dan program/kegiatan yang terkait, alokasi plafon anggaran sementara

untuk setiap program/kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD

kepada PPKD dan dokumen sebagai lampiran Surat Edaran dimaksud meliputi

KUA, PPAS, Analisis Standar Belanja, dan Standar Satuan Harga.

B. PENGERTIAN ANALISIS STANDAR BELANJA

Analisis Standar Belanja (ASB) merupakan salah satu komponen yang

harus dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam

penyusunan APBD dengan pendekatan kinerja. ASB adalah standar yang

digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program

atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu Satuan Kerja dalam satu tahun

anggaran. Yang dimaksud dengan kegiatan adalah bagian dari program yang

dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari

pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan

tindakan pengerahan sumber daya yang berupa personil, barang modal, dana,

atau kombinasi dari beberapa atau kesemua objek sumber daya tersebut

sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk

barang atau jasa.

ASB berisikan analisis beban kerja dan analisis belanja. Analisis beban

kerja merupakan analisis kebutuhan-kebutuhan jenis, kualitas, dan kuantitas

sumber daya yang dibutuhkan dalam satu kegiatan tertentu. Harus dibedakan

antara sumber daya mandiri dan sumber daya bersama. Untuk kepentingan

penganggaran sumber daya bersama seharusnya diabaikan untuk menghindari

double counting.

ASB mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada

setiap aktivitas unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi

Page 5: KMSP BAB 9

secara terus-menerus karena adanya pembandingan (benchmarking) biaya per unit

setiap output dan diperoleh praktek-praktek terbaik (best practices) dalam desain

aktivitas.

Formulasi Analisis Standar Belanja

Karakteristik belanja langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang

ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.

Sedangkan belanja tidak langsung, pada dasarya merupakan belanja yang

digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh

program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB,

anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke

setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang

bersangkutan. Pengalokasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu :

1. Alokasi rata-rata sederhana yaitu metode alokasi anggaran belanja tidak

langsung ke setiap kegiatan non investasi dengan cara membagi jumlah

anggaran yang dialokasikan dengan jumlah kegiatan non investasi.

2. Alokasi bobot belanja langsung yaitu metode alokasi anggaran belanja

tidak langsung ke setiap kegiatan non investasi berdasarkan besarnya

bobot (nilai relatif) belanja langsung dari kegiatan non investasi yang

bersangkutan.

Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung

adalah program atau kegiatan non investasi. Program atau kegiatan investasi yang

menambah aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja tidak

langsung, karena output program atau kegiatan investasi adalah berupa aset daerah

yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. Perhitungan ASB tidak dapat

distandarisasi antara propinsi/kabupaten/kota dengan propinsi/kabupaten/kota

lainnya karena standarisasi harga antara suatu tempat dengan tempat lainnya dapat

berbeda.

TOTAL BELANJA : BELANJA LANGSUNG + BELANJA TIDAK LANGSUNG

Page 6: KMSP BAB 9

C. MANFAAT ANALISIS STANDAR BELANJA

Penerapan ASB pada dasarnya akan memberikan manfaat sebagai berikut :

Dapat menentukan kewajaran belanja untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang menyebabkan

inefisiensi anggaran.

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan Keuangan Daerah.

Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.

Unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk menentukan

anggarannya sendiri.

Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

(PPAS) menjadi obyektif tidak lagi berdasarkan “intuisi”.

Memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan.

Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.

Menjembatani kesenjangan antara praktek yang berlangsung dengan kondisi

ideal yang diamanatkan oleh regulasi.

Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar SKPD

dalam melakukan kegiatan sejenis.

Memudahkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dalam melakukan

verifikasi total belanja yang diajukan dalam RKA SKPD untuk setiap kegiatan.

Memudahkan SKPD dan TAPD dalam menghitung besarnya anggaran total

belanja untuk setiap jenis kegiatan berdasarkan target output yang ditetapkan

dalam RKA SKPD.

D. ANALISIS PERILAKU BELANJA

Perilaku belanja adalah pola perubahan belanja dalam kaitannya dengan

perubahan target kinerja atau aktivitas pemerintah daerah (misalnya, jumlah

peserta dan jumlah hari dalam kegiatan bimbingan teknis). Belanja dapat

digolongkan atas belanja variabel, belanja tetap dan belanja semi variabel atau

belanja semi tetap.

Page 7: KMSP BAB 9

a. Belanja Variabel

Belanja variabel adalah belanja-belanja yang totalnya selalu berubah secara

proporsional (sebanding) dengan perubahan target kinerja kegiatan

pemerintah daerah. Contoh jenis belanja ini antara lain belanja sewa stand

per meter persegi, belanja sewa gedung per hari, dan lain sebagainya.

b. Belanja Tetap

Belanja tetap adalah belanja-belanja yang di dalam jarak kapasitas (range of

capacity) tertentu yang totalnya tetap, meskipun target kinerja pemerintah

daerah berubah-ubah. Contoh belanja tetap adalah belanja gaji pegawai. Besar

kecilnya belanja pegawai tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kegiatan

yang dilaksanakan oleh pemerintah.

c. Belanja Semi Variabel atau Belanja Semi Tetap

Belanja Semi Variabel adalah belanja-belanja yang totalnya selalu berubah

tetapi tidak proporsional dengan perubahan target kinerja kegiatan

pemerintah.

Untuk menggambarkan hubungan antara belanja total dengan target

kinerja kegiatan pemerintah, pada umumnya dinyatakan dengan fungsi belanja

sebagai berikut:

Belanja Total = Belanja Tetap Total + Belanja Variabel per Unit x target

kinerja kegiatan

Untuk menentukan pola perilaku belanja sebagaimana dinyatakan dalam

bentuk fungsi tersebut di atas ada berbagai metode/pendekatan. Secara umum ada

tiga pendekatan dalam menentukan pola perilaku belanja, yaitu pendekatan intuisi,

pendekatan analisis enjinering, dan pendekatan analisis data belanja masa lalu.

Pendekatan Intuisi merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi pembuat

keputusan. Intuisi tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan, kontrak

kerja dengan pihak lain dan sebagainya.

Pendekatan Analisis Enjinering merupakan pendekatan yang didasarkan pada

hubungan fisik yang jelas antara masukan (input) dengan keluaran (output).

Pendekatan ini memang teliti namun seringkali memerlukan waktu dan

belanja yang relatif tinggi.

Page 8: KMSP BAB 9

Pendekatan Analisis Data Belanja Masa Lalu merupakan pendekatan yang

didasarkan pada data belanja masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa

belanja di masa akan datang sama perilakunya dengan belanja di masa yang

lalu. Data belanja masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-

masing belanja. Ada dua metode untuk menentukan pola perilaku belanja

dangan analisis perilaku belanja masa lalu, yaitu Metode Titik Tertinggi dan

Titik Terendah (high-low method), dan Metode Kuadrat Terkecil (least

square method). Dengan Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah (High

and Low Point Method), pola perilaku belanja ditentukan dengan

menganalisis belanja masa lalu pada target kinerja kegiatan yang tertinggi dan

target kinerja kegiatan yang terendah. Sedangkan Metode Kuadrat Terkecil

(Least-Square Method), pola perilaku belanja diketahui dengan menentukan

total belanja tetap dan belanja variabel per unit dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Page 9: KMSP BAB 9

E. FORMAT ANALISIS STANDAR BELANJA

Penjelasan atas masing-masing komponen dalam format ASB adalah sebagai

berikut :

a. Kode dan Nama Jenis ASB

Kode dan Nama Jenis ASB adalah kode urutan dan nama jenis per ASB yang

digunakan agar memudahkan dalam mencari jenis ASB yang sesuai dengan

kegiatan yang akan disusun anggarannya.

b. Deskripsi

Deskripsi adalah penjelasan detil operasional peruntukan dari ASB. Deskripsi

digunakan agar memudahkan dalam mengelompokkan kegiatan-kegiatan

Page 10: KMSP BAB 9

yang dilakukan dan juga memberikan kemudahan ketika menggunakan ASB

dalam penyusunan anggaran.

c. Pengendali Belanja (Cost Driver)

Pengendali Belanja adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

belanja dari suatu kegiatan. Faktor-faktor ini tentunya merupakan beban kerja

riil dari kegiatan yang dimaksud.

d. Satuan Pengendali Belanja Tetap (fixed cost)

Satuan pengendali belanja tetap merupakan belanja yang nilainya tetap untuk

melaksanakan satu kegiatan. Belanja tetap ini tidak dipengaruhi oleh adanya

perubahan volume/target kinerja suatu kegiatan.

e. Satuan Pengendali Belanja Variabel (variable cost)

Satuan pengendali belanja variabel menunjukkan besarnya perubahan belanja

variabel untuk masing-masing kegiatan yang dipengaruhi oleh

perubahan/penambahan volume kegiatan. Semakin tinggi target yang

ditetapkan oleh satuan kerja (semakin optimis) maka semakin besar belanja

variabel yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin rendah

(pesimis) target kinerja yang ditetapkan maka makin kecil pula belanja

variabel.

f. Rumus Perhitungan Belanja Total

Merupakan rumus dalam menghitung besarnya belanja total dari suatu

kegiatan. Formula ini merupakan penjumlahan antara fixed cost dan variable

cost.

g. Alokasi Objek Belanja

Berisikan macam-macam objek belanja, proporsi batas bawah, proporsi rata-

rata dan proporsi batas atas dari total belanja. Objek belanja disini adalah

objek belanja yang hanya diperbolehkan dipergunakan dalam ASB yang

bersangkutan.

Format ASB di desain agar dapat mengendalikan belanja sekaligus

memberikan keleluasaan/fleksibilitas kepada penggunanya. Pengendalian belanja

terlihat pada formula total belanja dan jumlah macam belanja yang

diperkenankan, sedangkan keleluasaan tampak pada adanya batas atas dan batas

bawah dalam penentuan besaran objek belanja.

Page 11: KMSP BAB 9

F. KONSEP PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA

Penyusunan Analisis Standar Belanja menggunakan tiga pendekatan

utama, yaitu: pendekatan Activity Based Costing (ABC), pendekatan

Ordinary Least Square (regresi sederhana) dan pendekatan metode diskusi

(focused group discussion).

Pendekatan ABC

Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan

barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost)

dan biaya variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan

ABC adalah :

Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran biaya dengan

pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per kegiatan dan bukan atas

dasar alokasi bruto (gross allocations) pada suatu organisasi atau SKPD.

Pendekatan Regresi Sederhana

adalah suatu teknik yang digunakan untuk membangun suatu persamaan yang

menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X)

sekaligus untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi

sederhana ini, variabel tidak bebas merupakan total biaya dari suatu

kegiatan, sedangkan variabel bebas merupakan cost driver dari kegiatan

tersebut.

Pendekatan Metode Diskusi (focused group discussion).

Pendekatan metode diskusi dalam penyusunan ASB digunakan untuk

memperoleh masukan dari SKPD tentang aktivitas dan output dari suatu

kegiatan, dan juga masukan-masukan tentang cost driver dari suatu

kegiatan. Hasil yang diharapkan dari pendekatan metode diskusi ini adalah

kesepahaman tentang aktivitas, output dan cost driver dari suatu kegiatan

antara penyusun dan SKPD dalam penyusunan ASB.

Page 12: KMSP BAB 9

Asumsi Dasar Penyusunan Analisis Standar Belanja

Asumsi dasar yang harus disepakati dalam penyusunan ASB adalah sebagai

berikut :

a. Besar kecilnya anggaran dipengaruhi oleh beban kerja. Asumsi ini

menandaskan bahwa penyusunan ASB harus berprinsip pada anggaran

berbasis kinerja, yaitu semakin besar kinerja yang dihasilkan maka

semakin besar pula anggarannya.

b. ‘Standar’ adalah instrumen yang diciptakan agar terdapat keseragaman

praktek di masa yang akan datang.

c. Pendekatan penyusunan ASB adalah dengan pendekatan demokrasi

(bukan otoriter). Yang dimaksud dengan demokrasi adalah, semua aspirasi

SKPD ‘didengar’ dan ‘dipertimbangkan’ dalam kapasitas yang sama.

d. Data DPA SKPD dianggap benar dan valid, karena (Dokumen Pengguna

Anggaran) DPA merupakan kesepakatan antara eksekutif dan legislatif.

Lebih jauh lagi DPA memiliki dasar hukum yang kuat yaitu berupa perda

dan telah dimasukkan ke dalam lembar daerah.

G. TAHAP PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA

Penyusunan ASB mencakup beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pengumpulan Data.

Page 13: KMSP BAB 9

b. Tahap Penyetaraan Kegiatan

Artinya, kegiatan yang bobot pekerjaannya sama maka akan dikelompokkan

pada golongan/kelompok yang sama. Tahapan ini dilakukan untuk memenuhi

asumsi dasar yang pertama, yaitu penyusunan ASB harus berdasarkan prinsip

anggaran berbasis kinerja.

c. Tahap Pembentukan Model

Model dibentuk untuk memperoleh gambaran nilai belanja dan alokasinya

yang terjadi di Pemerintah Daerah. Tahap ini mencakup tiga langkah utama

yaitu:

1. Pencarian Pengendali Belanja (cost driver) dari tiap-tiap jenis kegiatan.

2. Pencarian Nilai Belanja Tetap (fixed cost) dan Belanja Variabel (variable

cost) untuk setiap jenis kegiatan.

3. Menghitung besarnya total belanja untuk kegiatan dengan menggunakan

formula yaitu penjumlahan belanja tetap dan belanja variabel.

4. Setelah diperoleh besarnya total belanja untuk suatu kegiatan,

Prinsip Analisis Standar Belanja

Dalam penyusunan ASB, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan

pemerintah daerah yaitu :

Page 14: KMSP BAB 9

1. Penyederhanaan (modeling). Penyusunan ASB bertujuan membuat model

belanja untuk objek-objek kegiatan yang menghasilkan output yang sama.

2. Mudah diaplikasikan. Model yang dibuat mudah diaplikasikan, atau tidak

membuat susah yang menggunakan model tersebut.

3. Mudah diup-date. Model yang dibuat mudah untuk diperbaharui, dalam arti

jika ditambahkan data-data baru tidak merubah formula model tersebut secara

keseluruhan.

4. Fleksibel, dalam hal ini model yang dibuat menggunakan konsep belanja rata-

rata dan memiliki batas minimum belanja dan batas maksimum belanja.

H. PENYESUAIAN ANALISIS STANDAR BELANJA

Terdapat beberapa kondisi di Pemerintah Daerah yang menyebabkan untuk

dilakukannya pemutakhiran (update) ASB yang sudah ada. Kondisi tersebut

antara lain adalah inflasi/deflasi, kebijakan pemerintah atau kebijakan pemerintah

daerah, maupun gabungan antara keduanya.

1. Penyesuaian Inflasi/Deflasi

Inflasi/deflasi menyebabkan perubahan pada harga barang dan jasa yang

berlaku di pasar secara bersama-sama. Inflasi mengakibatkan harga barang

dan jasa naik secara bersama-sama, sedangkan deflasi mengakibatkan

harga barang dan jasa turun secara bersama-sama. Tentunya dengan

adanya inflasi/deflasi akan mengakibatkan ASB yang sudah disusun

sebelumnya menjadi tidak relevan lagi.

2. Kebijakan Pimpinan Daerah

Seringkali Kepala Daerah dan atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) menetapkan kebijakan yang mengakibatkan terjadinya

penyesuaian tarif belanja. Misalnya kebijakan menaikkan standar honor,

standar perjalanan dinas, dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan

tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap ASB. ASB yang lama

tentunya perlu untuk disesuaikan. Contoh lain kebijakan Kepala Daerah

Page 15: KMSP BAB 9

adalah ketika Kepala Daerah meyakini bahwa telah terjadi pemborosan

pada tahun-tahun lalu. Akibatnya, ASB perlu untuk disesuaikan.

3. Penyesuaian Gabungan Antara Inflasi/Deflasi dan Kebijakan Pimpinan

Daerah

Penyesuaian ASB juga dapat diakibatkan karena gabungan antara

kebijakan Kepala daerah dan inflasi/deflasi . Misalnya inflasi yang terjadi

adalah sebesar 15 % dan kebijakan Kepala Daerah menaikkan standar

harga honor dan standar harga perjalanan dinas sebesar 10 %. Maka,

langkah-langkah penyesuaian adalah melakukan penyesuaian terhadap

inflasi, deflasi/pemborosan terlebih dahulu, kemudian hasilnya disesuaikan

dengan perubahan kebijakan;