7 dari 10 pelajar di asia pernah alami kekerasan di sekolah

3
 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan di Sekolah Written by Alex Friday, 27 February 2015 00:01 - Jakarta,NTTOnline - 26 Feb 2015 – Tujuh dari sepuluh anak di Asia pernah mengalami kekerasan di sekolah. Demikian hasil penelitian Plan International dan ICRW (International Center for Research on Women), yang diterbitkan hari ini. Laporan bertajuk “Mempromosikan Kesetaraan dan Keselamatan di Sekolah” (Promoting Equality and Safety in Schools), mencermati pengalaman para pelajar terkait kasus kekerasan, termasuk kekerasan berbasis gender di lingkungan sekolah dan rumah. Penelitian ini dilakukan di 5 negara, yakni Indonesia, Kamboja, Nepal, Pakistan dan Vietnam.  Laporan tersebut menunjukkan bahwa 84% pelajar di Indonesia pernah mengalami kekerasan. Pakistan, meskipun memiliki angka terendah di antara 5 negara, yakni 43%, namun hal ini tetap menyedihkan. Secara keselur uhan, 7 dari 10 anak mengalami kekerasan, di mana 43% di antaranya tak melakukan apapun saat melihat tindak kekerasan di sekolah.  Laporan itu memasukkan rekomendasi khusus, termasuk program berbasis sekolah untuk mengubah perilaku dan sikap terkait gender dan kekerasan, penyediaan layanan perlindungan, serta rekomendasi penerapan kebijakan dan aturan untuk menghapuskan kekerasan terhadap anak.  “Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan bekualitas, terbebas dari kekerasan dan ancaman kekerasan. Plan berkomitmen bekerja bersama para guru, pemerintah, orang tua dan pelajar agar rekomendasi laporan tersebut bisa terlaksana, serta mulai memastikan agar setiap orang tahu bahwa tak ada tempat bagi kekerasan di lingkungan sekolah, rumah, atau di manapun di mana anak-anak berada” kata Mark Pierce, Direktur Regional Asia, Plan International.  1 / 3

Upload: husniati-salma-didu-arfamz

Post on 06-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

7

TRANSCRIPT

  • 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan di SekolahWritten by AlexFriday, 27 February 2015 00:01 -

    Jakarta,NTTOnline - 26 Feb 2015 Tujuh dari sepuluh anak di Asia pernah mengalamikekerasan di sekolah. Demikian hasil penelitian Plan International dan ICRW (InternationalCenter for Research on Women), yang diterbitkan hari ini. Laporan bertajuk MempromosikanKesetaraan dan Keselamatan di Sekolah (Promoting Equality and Safety in Schools),mencermati pengalaman para pelajar terkait kasus kekerasan, termasuk kekerasan berbasisgender di lingkungan sekolah dan rumah. Penelitian ini dilakukan di 5 negara, yakni Indonesia,Kamboja, Nepal, Pakistan dan Vietnam. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 84% pelajar di Indonesia pernah mengalami kekerasan.Pakistan, meskipun memiliki angka terendah di antara 5 negara, yakni 43%, namun hal ini tetapmenyedihkan. Secara keseluruhan, 7 dari 10 anak mengalami kekerasan, di mana 43% diantaranya tak melakukan apapun saat melihat tindak kekerasan di sekolah. Laporan itu memasukkan rekomendasi khusus, termasuk program berbasis sekolah untukmengubah perilaku dan sikap terkait gender dan kekerasan, penyediaan layanan perlindungan,serta rekomendasi penerapan kebijakan dan aturan untuk menghapuskan kekerasan terhadapanak. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan bekualitas, terbebas dari kekerasan danancaman kekerasan. Plan berkomitmen bekerja bersama para guru, pemerintah, orang tua danpelajar agar rekomendasi laporan tersebut bisa terlaksana, serta mulai memastikan agar setiaporang tahu bahwa tak ada tempat bagi kekerasan di lingkungan sekolah, rumah, atau dimanapun di mana anak-anak berada kata Mark Pierce, Direktur Regional Asia, PlanInternational.

    1 / 3

  • 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan di SekolahWritten by AlexFriday, 27 February 2015 00:01 - Senior Technical Specialist di ICRW, Nandita Bhatla mengatakan, laporan ini sangat pentingkarena mendokumentasikan berbagai cara dan sejauh mana anak-anak mengalami kekerasan,di negara-negara yang disurvai. Diketahui bagaimana bias gender dan kekerasan berada dilingkungan belajar. Di luar hal yang bersifat fisik, anak-anak juga berbagi tentang penggunaankata-kata yang mempermalukan, bahasa kekerasan, dan bentuk-bentuk emosional lain yangmenjadikan sekolah tak lagi aman buat mereka, kata Nandita. Bahkan yang lebih buruk, menurutnya, anak-anak tak merasa memiliki orang dewasa untukmengadu. Orang dewasa yang menjadi kunci dalam kehidupan mereka abai terhadappengalaman kekerasan yang dialami anak. Hal ini berdampak besar bagi kesehatan psikologis mereka. Studi ini juga menunjukkanbagaimana kekerasan dibiarkan di dalam struktur dan diproduksi dalam sistem pendidikan,tambah Nandita. Laporan ini juga mencatat berbagai kejadian kekerasan, termasuk kekerasan fisik dan seksual,kekerasan emosional, dan ancaman kekerasan sebagai hal yang mewabah di kelima Negaratersebut. Kekerasan ini sering diperburuk dengan stereotip gender. Perempuan seringdidefinisikan sebagai pemalu dan taat, dan anak laki-laki sebagai 'dominan' dan 'agresif', danhal ini tertanam di pikiran anak-anak sejak awal. Di berbagai kasus, kekerasan menjadi hal biasa, dan itu menjadi normal bagi anak-anak, dimana mereka tak melaporkan perilaku itu, dan tidak menganggapnya sebagai satu kesalahan.Siklus ini harus dihentikan, tegas Mark Pierce. Penelitian ini dilakukan mulai tahun 2013 sampai 2014. Khusus di Indonesia penelitian yangdilakukan bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia bertujuan untukmendapatkan gambaran umum fenomena kekerasan berbasis gender pada siswa, di 20 SMP diJakarta dan 10 SMP di Serang, Banten. Dari total 1742 responden di Indonesia, sebanyak 71,6% menyatakan pernah mengalamiperilaku kekerasan di sekolah. Bentuk kekerasan terutama adalah kekerasan verbal berupa

    2 / 3

  • 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami Kekerasan di SekolahWritten by AlexFriday, 27 February 2015 00:01 - ejekan dan hinaan, disusul dengan kekerasan fisik yang dilakukan kebanyakan oleh rekansesama murid, kata , Amrullah, Child Protection Program Advisor Plan International Indonesia.

    3 / 3