61911043 paper konservasi

64
MAKALAH ILMU KONSERVASI GIGI I Sabdayana 8480 Ainu Zuhad 8488 Nushita Dinar 8490 Yessika Nopristyas 8496 Muhamad Fikri 8500 Fazlur Rachman NAF 8502 Wirasthi Tamsil 8504 Dian Novita N 8508 Rosalina Intan S 8512 Prima Sandika 8526 Dwi Agam Sudrajat 8528 Muhamad Fuadi 8532 Pradipta Atmokotomo 8534 Anggi Arlan 8546 Nela Anggun S 8550 Bonifasius Primario 8552 Heriati Sitosari 8558 Gita Rulianti 8560 Nafisah 8566 Priztika Widya N 8568 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: sitti-nur-qomariah

Post on 30-Nov-2015

191 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: 61911043 Paper Konservasi

MAKALAH

ILMU KONSERVASI GIGI I

Sabdayana 8480

Ainu Zuhad 8488

Nushita Dinar 8490

Yessika Nopristyas 8496

Muhamad Fikri 8500

Fazlur Rachman NAF 8502

Wirasthi Tamsil 8504

Dian Novita N 8508

Rosalina Intan S 8512

Prima Sandika 8526

Dwi Agam Sudrajat 8528

Muhamad Fuadi 8532

Pradipta Atmokotomo 8534

Anggi Arlan 8546

Nela Anggun S 8550

Bonifasius Primario 8552

Heriati Sitosari 8558

Gita Rulianti 8560

Nafisah 8566

Priztika Widya N 8568

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: 61911043 Paper Konservasi

KASUS

Pemeriksaan Subyektif

• Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kiri atas terasa ngilu bila minum/ kumur air

dingin

• Gigi tersebut pernah ditambal beberapa tahun lalu namun setelahnya masih sering

terselip sisa makanan. Akhir-akhir ini terjadi lobang di sela-sela gigi

• Belum pernah sakit spontan

• Pasien ingin ditambal sewarna gigi, tetapi tidak seperti tambalan sebelumnya

Pemeriksaan Obyektif

Gigi molar satu atas kiri terdapat kavitas didaerah mesial dan sebagian tumpatan yang

telah hilang, dengan kedalaman dentin. Hasil pemeriksaan: Sondasi: (+), Perkusi: (-),

Palpasi: (-), C.E.: (+).

• Gigi premolar dua kiri atas, terdapat kavitas pada sisi distal dengan kedalaman dentin

• Gigi molar dua atas kiri terdapat kavitas di proksimal dengan kedalaman dentin

• Untuk kedua gigi tersebut, Sondasi, perkusi, palpasi: (-), C.E.: (+).

LEARNING ISSUE

1. Ngilu saat minum atau kumur air dingin

2. Gigi pernah ditambal tetapi setelahnya masih sering terselip sisa makanan

3. Akhir-akhir ini ada lobang di sela-sela gigi

4. Belum pernah sakit spontan

Page 3: 61911043 Paper Konservasi

5. Pasien ingin ditambal dengan bahan tambal yang sewarna gigi tetapi berbeda dengan

tambalan sebelumnya

6. Hasil pemeriksaan objektif:

a. Gigi P2 RA kiri

Kavitas di distal, kedalaman dentin. Sondasi, perkusi, dan palpasi hasilnya negatif.

Hasil tes C.E. positif.

b. Gigi M1 RA kiri

Kavitas di mesial, sebagian tumpatan hilang, kedalaman kavitas sejauh. Sondasi

positif, perkusi negatif, palpasi negatif, C.E. positif.

c. Gigi M2 RA kiri

Kavitas di proksimal, kedalaman dentin. Sondasi, perkusi, dan palpasi hasilnya

negatif.

BREAKDOWN DARI TIAP LEARNING ISSUE

1. Ngilu saat minum atau kumur air dingin

- Definisi nyeri

- Jenis nyeri berdasar sumber

- Sifat dan ciri-cirinya

- Mekanisme terjadinya nyeri

- Persarafan pada gigi

- Teori hidrodinamika

2. Gigi pernah ditambal tetapi setelahnya masih sering terselip sisa makanan

- Penyebab-penyebab mengapa masih ada sisa makanan yang terselip setelah

perawatan restoratif dilakukan terhadap gigi

- Klasifikasi kavitas

- Struktur gigi: enamel, dentin, pulpa

- Tindakan restoratif yang dapat dilakukan terhadap gigi yang mengalami karies

dengan kedalaman email, dentin, dentin yang sudah sangat dekat dengan pulpa,

pulpa.

- Penggunaan radiografi dalam ilmu konservasi gigi

Page 4: 61911043 Paper Konservasi

- Tahapan dalam menumpat gigi

- Bentuk-bentuk tambalan

3. Akhir-akhir ini ada lobang di sela-sela gigi

Lobang yang muncul pada gigi yang sudah pernah ditambal sebelumnya dapat muncul

karena:

a. Karies sekunder

Mekanisme terjadinya karies sekunder

Penyebab-penyebab karies sekunder

Tindakan restoratif yang bisa dilakukan untuk mengatasi karies sekunder

b. Penumpukan plaq sehingga muncul karies baru

Mekanisme pembentukan karies

Tindakan yang bisa dilakukan terhadap gigi yang terkena karies

c. Tambalan yang pecah

Penyebab-penyebab pecahnya tambalan (khususnya dalam hal ini tambalan semen

ionomer kaca)

Tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan memperbaiki tambalan yang

pecah

4. Belum pernah sakit spontan

- Definisi sakit spontan

- Penegakan diagnosis terhadap gigi yang mengalami sakit spontan

5. Pasien ingin ditambal dengan bahan tambal yang sewarna gigi tetapi berbeda dengan

tambalan sebelumnya

- Jenis-jenis bahan tambal beserta kelebihan dan kekurangannya

- Jenis-jenis tambalan-tambalan yang sewarna dengan gigi beserta kelebihan dan

kekurangannya

6. Hasil pemeriksaan objektif:

a. Gigi P2 RA kiri

- Kavitas di distal, kedalaman dentin

Menentukan kelas kavitas

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Page 5: 61911043 Paper Konservasi

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif tersebut (alat,

bahan, dan langkah-langkah)

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini: Sondasi,

perkusi, dan palpasi negatif. Hasil tes C.E. positif.

b. Gigi M1 RA kiri

- Kavitas di mesial, sebagian tumpatan hilang, kedalaman kavitas sejauh dentin

Menentukan kelas kavitas

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif tersebut (alat,

bahan, dan langkah-langkah)

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini: Sondasi

positif, perkusi negatif, palpasi negatif, C.E. positif.

c. Gigi M2 RA kiri

- Kavitas di proksimal, kedalaman dentin

Menentukan kelas kavitas

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif tersebut (alat,

bahan, dan langkah-langkah)

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini: Sondasi,

perkusi, dan palpasi negatif. Hasil tes C.E. positif.

ANALISIS MASALAH DAN PEMBAHASAN

1. Ngilu saat minum atau kumur air dingin

- Definisi nyeri

Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, ia timbul bilamana

jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsang nyeri tersebut (Guyton, 1995).

Karakteristik rasa nyeri dapat dikatakan mirip ketika dentin pain

dibandingkan dengan hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya tubulus

dentinalis yang terbuka. Dentin pain (yang disebabkan oleh agen-agen tertentu,

seperti dental karies) dapat ditimbulkan oleh perubahan suhu, manis, asam, serta hal-

Page 6: 61911043 Paper Konservasi

hal yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Rasa sakit dari keduanya

biasanya ada dalam kisaran ringan sampai sedang.

Berbeda dengan dentin pain, pulpal pain dapat dengan mudah dibedakan

karena biasanya nyeri yang muncul sering digambarkan sebagai nyeri yang parah,

intermiten, dan berdenyut. Baik dentin pain dan pulpal pain dapat ditimbulkan oleh

rangsang suhu baik panas maupun dingin. Akan tetapi, pulpal pain dapat muncul

selama kegiatan mengunyah. Hal inilah yang kemudian dapat membedakan antara

pulpal pain dengan hipersensitivitas dentin yang muncul karena terbukanya tubulus

dentinalis.

Pada pasien, karena nyeri yang terjadi baru disebabkan oleh adanya rangsang

termal berupa suhu dingin saja, dapat disimpulkan bahwa ngilu yang dirasakan pasien

disebabkan oleh adanya tubulus dentinalis yang terbuka.

- Jenis nyeri berdasar sumber

Nyeri digolongkan ke dalam tiga jenis utama:

1. Nyeri tertusuk, dirasakan bila suatu jarum ditusukkan ke dalam kulit atau bila

kulit dipotong dengan pisau. Ia juga sering dirasakan suatu daerah kulit

mengalami iritasi kuat

2. Nyeri terbakar, jenis nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar. Merupakan jenis

nyeri yang paling mungkin untuk menyebakan penderitaan

3. Nyeri pegal/ngilu, jenis nyeri ini tidak dirasakan di permukaan tubuh, tetapi

merupakan suatu nyeri dalam dengan berbagai tingkat gangguan. Pegal/ngilu

dengan intensitas rendah di daerah tubuh yang tersebar luas dapat bersatu

menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.

(Guyton,1995)

Berdasarkan yang diungkapkan Guyton (1995), nyeri pada gigi yang

dirasakan oleh pasien termasuk pada jenis nyeri nomer 3, yaitu ngilu.

- Sifat dan ciri-cirinya

Sakit gigi adalah nyeri berat yang disebabkan oleh stimulasi dentin gigi yang

terbuka akibat lesi karies atau resesi gingival. (Bradley, 1995)

Page 7: 61911043 Paper Konservasi

Rasa sakit yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau dentin pain

biasanya ada dalam kisaran ringan sampai sedang. Sementara itu, pulpal pain dapat

dengan mudah dibedakan karena biasanya nyeri yang muncul sering digambarkan

sebagai nyeri yang parah, intermiten, dan berdenyut.

- Mekanisme terjadinya nyeri

Pulpa dan dentin merupakan struktur gigi yang mempunyai peran penting bagi

sensitifitas gigi, karena didalamnya terdapat saraf – saraf yang sangat peka terhadap

impuls – impuls dari luar. Pada pulpa, terdapat sel – sel glia dan astrocytus yang akan

teraktivasi ketika terjadi stimulasi nyeri, sel – sel tersebut akan menghantarkan impuls

ke nucleus nervus trigeminus yang kemudian akan dilanjutkan ke thalamus dan

berakhir di otak sebelah kanan atas yang mengakibatkan sensasi nyeri (Wright, 2008).

Dentin merupakan struktur gigi yang mempunyai sifat sensitifitas secara

alami, sensitifitas ini mirip dengan pulpa. Teori yang menyatakan tentang

sensitifitas dentin adalah teori hidrodinamik, ketika suatu rangsangan terjadi,

aliran cairan dentin yang ada pada tubulus dentinalis akan meningkat.cairan

tersebut mengarah ke ronggga pulpa, menyebabkan terjadinya beda potensial

yang kemudian diinformasikan ke otak dan diterjemahkan sebagai rangsangan

nyeri (Orchadson, dkk., 2006).

Page 8: 61911043 Paper Konservasi

(Orchadson, dkk., 2006)

- Persarafan pada gigi

Page 9: 61911043 Paper Konservasi

Serabut-serabut saraf yang mengantarkan impuls dari gigi adalah serabut

penghantar cepat tipe A delta dan serabut penghantar lambat tipe C yang badan

selnya terdapat pada bagian dorsal ganglia saraf.

Serabut tipe A-delta memiliki kemampuan konduksi sekitar 5 – 30 m/s.

Serabut saraf tipe C memiliki kemampuan konduksi sekitar 0,5 – 2 m/s. Serabut

penghantar cepat menimbulkan kewaspadaan pada individu terhadap permulaan nyeri

tajam dan serabut penghantar lambat bertanggung jawab untuk timbulnya nyeri

seperti rasa terbakar yang berlarut-larut.

(Yayanakhyar, 2009)

Nyeri cepat dihantarkan oleh serabut nyeri A-delta, sedangkan nyeri lambat

oleh serabut C.

(Ganong, 2002)

Sekitar 80% saraf pulpa adalah serabut tipe- C, dan sisanya adalah serabut-A

delta. Serabut C tidak bermilelin dan mempunyai diameter 0,3-1,2 µm dan suatu

kecepatan konduksi 0,4-2 m/sek. Kondisi serabut-serabut ini, yang diameternya lebih

kecil daripada diameter serabut A-delta, adalah lambat. Serabut-serabut ini mungkin

dididstribusi di seluruh jaringan pulpa, oleh karena itu, serabut-serabut tersebut

menyalurkan rasa sakit berdenyut dan rasa sakit yang tidak tajam yang ada

hubungannya dengan kerusakan jaringan pulpa.

Serabut A-delta bermielin dan mempunyai diameter 2-5 µm dan suatu

kecepatan konduksi sebesr 6-30 m/sek. Serabut A-delta yang berdiameter lebih besar

daripada serabut C, menyalurkan impuls pada kecepatan lebih tinggi. Impuls-impuls

ini diinterpretasikan sebagai rasa sakit dan menusuk. Serabut A-delta didistribusi

pada daerah odontoblastik dan subodontoblastik dan dihubungkan dengan rasa sakit

dentinal.

Impuls menjalar dari ujung saraf serabut C atau A-delta, melalui pleksus

Raschkow, ke batang saraf didaerah sentral pulpa. Serabut A-delta tertutup oleh

lapisan mielin waktu melewati pleksus Raschkow. Batang saraf disusun dari serabut

A-delta bermielin pada perifer dan serabut C yang tidak bermielin di pusat. Susunan

ini dapat melindungi serabut saraf tidak bermielin.

(Grossman,1995)

Page 10: 61911043 Paper Konservasi

- Teori hidrodinamika

Teori hidrodinamik pada sensitifitas dentin adalah proses penerusan

perpindahan cairan dentin ke tubulus dentin, yang mana merupakan perpindahan ke

salah satu arah yaitu ke arah luar (permukaan) atau ke arah dalam (pulpa) dan

menstimulasi nervus sensoris pada dentin atau pulpa. Gerakan cairan sangat cepat dan

terjadi sebagai respon terhadap perubahan temperatur, tekanan, atau mekanik yang

menghasilkan deformasi mekanis pada odontoblas dan saraf di dekatnya.

(Ingle, 2002)

Teori hidrodinamik menjelaskan reaksi rasa sakit pulpa terhadap panas,

dingin, pemotongan dentin, dan probing dentin. Panas mengembangkan cairan dentin,

sedang dingin mengerutkan cairan dentin, memotong tubuli dentin memungkinkan

cairan dentin keluar, dan melakukan probing pada permukaan dentin yang dipotong

atau terbuka dapat merusak bentuk tubuli dan menyebabkan gerakan cairan. Semua

rangsangan ini mengakibatkan gerakan cairan dentin dan menggiatkan ujung saraf.

(Grossman, 1995)

Teori hidrodinamik mempostulasikan bahwa pergerakan cairan yang cepat di

dalam tubulus dentin (ke luar dan ke dalam) yang akan mengakibatkan distrosi ujung

saraf di daerah pleksus saraf subodontoblas (pleksus Raschkow) yang akan

menimbulkan impuls saraf dan sensasi nyeri.

Ketika dentin dipotong, atau ketika larutan hipertonik diletakkan di atas

permukaan dentin yang terpotong, cairan akan bergerak ke luar dan mengawali nyeri.

Prosedur yang menyumbat tubulus, seperti mengaplikasikan resin di permukaan

dentin atau membuat kristal di dalam dumen tubulus, akan menginterupsi aliran

cairan dan mengurangi sensitivitas.

Pada gigi yang utuh, aplikasi dingin dan panas pada permukaan gigi

menimbulkan kecepatan kontraksi yang berbeda dalam dentin dan cairan dentin; hal

ini mengakibatkan pergerakan cairan dan diawalinya rasa nyeri. Respons ini akan

menghebat jika dentinnya terbuka.

(Walton, 2003)

Page 11: 61911043 Paper Konservasi

Timbulnya rasa nyeri akibat rangsangan thermal, yang dalam kasus ini adalah

keluhan pasien tentang timbulnya rasa ngilu saat minum atau berkumur air dingin,

dapat dijelaskan dengan teori hidrodinamik.

Menurut Ingle (2002), Teori hidrodinamik pada sensitifitas dentin adalah

proses penerusan perpindahan cairan dentin ke tubulus dentin, yang mana merupakan

perpindahan ke salah satu arah yaitu ke arah luar (permukaan) atau ke arah dalam

(pulpa) dan menstimulasi nervus sensoris pada dentin atau pulpa. Walton (2003)

menyatakan bahwa teori hidrodinamik mempostulasikan bahwa pergerakan cairan

yang cepat di dalam tubulus dentin (ke luar dan ke dalam) yang akan mengakibatkan

distrosi ujung saraf di daerah pleksus saraf subodontoblas (pleksus Raschkow) yang

akan menimbulkan impuls saraf dan sensasi nyeri. Dan respon rasa nyeri tersebut

akan menghebat jika dentinnya terbuka.

Beberapa penyebab timbulnya rasa nyeri pada pulpa adalah panas, dingin,

pemotongan dentin, dan probing dentin.

Panas mengembangkan cairan dentin, sedang dingin mengerutkan cairan

dentin, memotong tubuli dentin memungkinkan cairan dentin keluar, dan melakukan

probing pada permukaan dentin yang dipotong atau terbuka dapat merusak bentuk

tubuli dan menyebabkan gerakan cairan (Grossman, 1995).

Gerakan cairan sangat cepat dan terjadi sebagai respon terhadap perubahan

temperatur, tekanan, atau mekanik yang menghasilkan deformasi mekanis pada

odontoblas dan saraf di dekatnya (Ingle, 2002).

Menurut teori hidrodinamik, rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan

tubuli dentin yaitu mengerutkan cairan tubuli dentinalis yang kemudian gerakan

tersebut mengakibatkan distorsi ujung saraf di daerah pleksus saraf subodontoblas

(pleksus Raschkow) yang kemudian akan menimbulkan impuls saraf dan

menghasilkan rasa nyeri.

2. Gigi pernah ditambal tetapi setelahnya masih sering terselip sisa makanan

- Penyebab-penyebab mengapa masih ada sisa makanan yang terselip setelah

perawatan restoratif dilakukan terhadap gigi

Page 12: 61911043 Paper Konservasi

Makanan masih dapat terselip setelah dilakukan penambalan karena

kemungkinan adanya kesalahan dalam peletakan bahan tambal dan finishing dan

polishing yang kurang sempurna sehingga terjadi undercontur atau overcontur. Selaun

itu pembentukan embrassur yang kurang baik dapat menyebabkan makanan masih

dapat terselip sekalipun telah dilakukan penambalan pada gigi.

- Klasifikasi kavitas

Menurut Black, lesi karies diklasifikasikan menjadi:

- Kelas I: mengenai pits dan/atau fissure serta berhubungan dengan lesi

karies

- Kelas II: mengenai permukaan proksimal gigi posterior

- Kelas III: mengenai permukaan proksimal gigi anterior

- Kelas IV: mengenai permukaan proksimal gigi anterior dan melibatkan

sudut incisal

- Kelas V: mengenai permukaan servikal

(Qualtrough et al, 2005)

- Struktur gigi: enamel, dentin, pulpa

Gigi sempurna dan fungsional terdiri dari email yang menyelimuti mahkota

anatomis dan sementum yang menyelimuti akar anatomis (Osborn & Cate, 1983).

EMAIL

Email berupa material kristal dan merupakan jaringan terkeras yang ada pada

tubuh manusia. Email yang matur terdiri dari 96% material anorganik, 1% material

organic, dan 3% air. Kristal email sebagian besar tersusun oleh kalsium hidroksiapatit

yang juga dapat ditemukan pada tulang, dentin, dan sementum dalam jumlah yang

lebih kecil.

(Balogh & Fehrenbach, 2006)

DENTIN

Page 13: 61911043 Paper Konservasi

Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat secara klinis karena letaknya yang berada di

sebelah dalam dari struktur gigi, kecuali jika ditemukan kelainan patologis. Dentin

yang matur mengandung material kristal yang memiliki kekuatan lebih rendah

daripada email. Dentin matur terdiri dari 70% mineral anorganik, 20% material

organik, daan 10% air.

Di dalam dentin yang matur, dapat ditemukan tubulus dentinalis. Tubulus

dentinalis berupa tabung yang meluas ke dentinoenamel junction ataupun

sementoenamel junction. Di dalam tubulus dentinalis ditemukan juga dentinal fluid

yang menyelimuti membrane sel dari odontoblas. Dapat ditemukan juga juluran-

juluran dari prosessus odontoblas.

Akson sensoris afferent berhubungan dengan prosessus odontoblas. Akson inilah

yang berperan dalam interpretasi rasa nyeri.

(Balogh & Fehrenbach, 2006).

PULPA

Pulpa merupakan bagian terdalam gigi. Pulpa terdiri dari jaringan ikat beserta

komponen-komponennya yang berada dalam ruang pulpa. Ruang pupa terdiri dari

dua bagian: koronal plpa dan radikular pulpa.

Koronal pulpa terletak pada mahkota gigi. Perluasan sempit dari ruang pulpa ini

biasanya berada dalam kuspid gigi geligi. Sedangkan radikular pulpa merupakan

bagian dari ruang pula yang berada dalam akar gigi yang akan berlanjut terbuka pada

foramen apikal. Aksessoris kanal mungkin juga ditemukan, yaitu struktur pembukaan

tambahan yang menghubungkan pulpa dengan ligamentum periodontal. Aksesoris

kanal juga dikenal dengan lateral kanal karena letaknya yang sering ditemukan berada

di lateral akar.

(Balogh & Fehrenbach, 2006)

- Tindakan restoratif yang dapat dilakukan terhadap gigi yang mengalami karies

dengan kedalaman email, dentin, dentin yang sudah sangat dekat dengan pulpa,

pulpa.

Page 14: 61911043 Paper Konservasi

- Penggunaan radiografi dalam ilmu konservasi gigi

Penampakan radiografis dari karies recurrent tergantung dari jumlah dekalsifikasi dan jika restorasi menutupi lesi. Restorasi radiopak biasanya menutupi regio kecil dan besar dari demineralisasi (radiolusen) dentin. Dengan demikian, penemuan dan konfirmasi dari karies recurrent tergantung dari pemeriksaan klinis secara hati-hati. Lesi karies recurrent biasanya ditemukan pada mesiogingival, distogingival, dan occlusal dan dengan kontras memperlihatkan kerusakan yang terjai di sekitar sisi bukal, fasial, dan lingual dari restorasi sebelum akhirnya nampak secara radiografis.

(White & Pharoah, 2000)Radiografi sangat berguna untuk mendeteksi karies dental karena proses

terbentuknya karies menyebabkan demineralisasi. Lesi karies (area gigi yang ter-demineralisasi menyebabkan infiltrasi sinar x lebih besar) terlihat lebih gelap (lebih radiolusen) dari pada bagian yang tidak terkena efek dan dapat terdeteksi pada radiograf. Lesi karies awal belum mengalami demineralisasi sehingga belum bisa dideteksi dengan radiograf. Praktisi harus mengetahui hal tersebut, karena karies merupakan proses aktif yang dapat didiagnosis secara akurat hanya pada saat terdapat bukti perkembangan dari lesi tersebut yang mana merupakan bukti bahwa kerusakan telah membesar.

Radiografi intraoral dapat memperlihatkan adanya lesi karies yang mungkin saja tidak terdeteksi selama pemeriksaan klinis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setengah dari seluruh karies permukaan proksimal tidak dapat terdeteksi pada pemeriksaan klinis dan hanya dapat terlihat dengan radiograf.

Mendeteksi karies pada gambaran radiograf merupakan pekerjaan yang sukar. Jika jumlah demineralisasi sangat sedikit, maka radiograf tidak dapat mendeteksi karies karena kurang sensitif.

Karies recurrent terjadi bersebelahan dengan restorasi dan dapat menyebabkan buruknya adaptasi restorasi sehingga dapat menyebabkan kebocoran kecil, atau membentuk ekstensi restorasi yang tidak memadai. Karies dapat terjadi jika lesi asli tidak secara kompit dibersihkan, dan muncul sebagai karies residual atau karies recurrent.

Penampakan radiografis dari karies recurrent tergantung dari jumlah dekalsifikasi dan jika restorasi menutupi lesi. Restorasi radiopak biasanya menutupi regio kecil dan besar dari demineralisasi (radiolusen) dentin. Dengan demikian, penemuan dan konfirmasi dari karies recurrent tergantung dari pemeriksaan klinis secara hati-hati. Lesi karies recurrent biasanya ditemukan pada mesiogingival, distogingival, dan occlusal dan dengan kontras memperlihatkan kerusakan yang terjai di sekitar sisi bukal, fasial, dan lingual dari restorasi sebelum akhirnya nampak secara radiografis.

(White & Pharoah, 2000)- Tahapan dalam menumpat gigi

Page 15: 61911043 Paper Konservasi

Langkah-Langkah dalam preparasi kavitas :

Langkah I : Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

Seorang dokter gigi harus mereka-reka bentuk preparasi akhir dari gigi sampai ke

tepinya. Rekaan bentuk preparasi akhir harus dibuat sebelum dilakukan pemotongan.

Bur digunakan untuk menembus dan membuat jalan masuk ke kavitas. Setelah

kedalaman yang diinginkan tercapai, dilakukan pemotongan dinding lateral pada

beberapa arah sampai kavitas kasar terbuang sehingga mencapai bentuk yang

diinginkan. Hasil yang paling efisien akan diperoleh jika pemotongan kedalaman

ditentukan pertama kali sebelum diperluas untuk bentuk akhirnya.

Langkah II : Pertimbangan resistensi dan retensi.

Dengan bur atau instrument genggam membuat modifikasi yang diperlukan pada

preparasi kavitas yang kasar untuk mendapatkan dua hasil yaitu :

1. Dinding pulpa dan gingival (permukaan kamar pulpa) harus datar untuk

menahan tekanan permukaan secara tepat. Jadi, dinding yang berdekatan

ditempatkan pada sudut tegak lurus terhadap dinding-dinding oklusal sehingga

restorasi akhir tidak membentuk dataran yang menurun atau berputar.

2. Undercut yang cukup untuk mencegah lepasnya restorasi bila dipakai

mengunyah.

Langkah III : Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

Terkadang tonjol perlu dipotong supaya kavitas dapat terlihat dan bagian dalam

kavitas yang tidak terlihat dapat diperbaiki.

Langkah IV : Penyingkiran karies dentin.

Jika ada karies dentin yang besar, ekskavasi tidak menghilangkan karies yang

terletak di dekat pulpa. Bila menggunakan bur, digunakan bur berkecepatan rendah

untuk mencegah kemungkinan pembuangan yang berlebihan.

Langkah V : Menghaluskan Tepi preparasi.

Bias anya digunakan instrumen genggam atau bur email yang khusus. Dinding

gingival memerlukan pertimbangan khusus karena karies sekunder seringkali dimulai

di lokasi ini. Debris cenderung menumpuk pada tepi gingival dan menghalangi

penglihatan. Pada daerah dimana debris dan pendarahan bisa mendatangkan masalah,

pemakaina pita matriks sering kali digunakan sebelum langkah ini, sehingga dapat

Page 16: 61911043 Paper Konservasi

berfungsi sebagai barier untuk mencegah kontaminasi dari luar sewaktu

merencanakan pembuatan dasar kavitas.

- Bentuk-bentuk tambalan

3. Akhir-akhir ini ada lobang di sela-sela gigi

Lobang yang muncul pada gigi yang sudah pernah ditambal sebelumnya dapat muncul

karena:

a. Karies sekunder

Karies sekunder adalah lesi pada tepi restorasi yang telah ada sebelumnya.

Pemeriksaan histologis menunjukan suatu demineralisasi jaringan sepanjang dinding

kavitas. Karies sekunder berbeda dengan “wall lesions” dan merupakan hasil dari

suatu microleakage. Dan juga berbeda dengan residual karies yang merupakan sisa

jaringan terdemineeralisasi yang tertinggal saat preparasi kavitas.

Karies sekunder muncul pada area penumpukan plak. Karena alasan inilah,

batas cervical dari tambalan yang umumnya terkena.

(Edwina, 2001)

Mekanisme terjadinya karies sekunder

1. Proses terjadinya karies Menurut Teori Kimia parasit (WD. Miller)

Enzim dalam air ludah seperti amilase, maltose akan mengubah poli-

sakarida menjadi glukose dan maltose. Glukosa akan menguraikan enzim–

enzim yang dikeluarlan oleh mikroorganisme terutama laktobasilus dan

streptokokus akan menghasilkan asam susu dan asam laktat, maka pH

rendah dari asam susu (pH 5,5) akan merusak bahan–bahan anorganik dari

email (93 %) sehingga terbentuk lubang kecil (Yuwono, 1993)

Predisposisi untuk terjadinya karies gigi yaitu :

a.       Keadaan gigi yang porus, lunak (Hipoplasia)

b.      Adanya fisur-fisur yang dalam seperti foramen saekum

c.       Posisi gigi yang tidak teratur

d.      Pada wanita hamil

Page 17: 61911043 Paper Konservasi

e.       Penderita penyakit Diabetus militus, rematik dan lain lain

2. Teori endogen-pulpogene phospatase (CSERNYEI 1932)

Proses karies gigi terjadi :

Kerusakan dentin Cairan limpe terganggu keseimbangannya, phosphor

lebih banyak dentin dan  lamela email  rusak  terjadi lubang pada

email  bakteri dan enzim phosphatase dari air ludah  masuk menyebab-

kan pembusukan  karies membesar.

Keterangan :

Karena ada kerusakan pada pulpa maka keseimbangan fluor dan

magnesium pada dentin terganggu (normal perbandingan fluor dan

magnesium adalah 1:6, keadaan karies 1:28).

Gangguan penyerapan dentin akan mengakibatkan gangguan aliran limpe

dari pulpa kearah batas email dentin. Kerusakan  diawali dari tubulus

dentin kemudian lamela email. Karena kerusakan unsur organis dari dentin

dan email, maka akan terbentuk ulkus (lubang), kemudian  bakteri akan

masuk pada ulkus dan proses perusakan lebih lanjut akan terjadi.

Kerusakan dimulai terutama oleh endogen pulpogen yang mengakibatkan

disregulasi dari sistem limpa gigi (karena asam phosphor) yang memecah

email dan dentin.

(Yuwono, 1990).

Penyebab-penyebab karies sekunder

1. Kegagalan restorasi resin komposit yang menyebabkan kebocoran dari resin

komposit, dikarenakan:

a. Perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin

komposit, dentin, dan enamel

b. Penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal

c. Kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan

mulut bersifat asam.

(Hermina, 2003)

Page 18: 61911043 Paper Konservasi

2. Adanya mikroleakage, yang merupakan suatu celah berukuran mikro antara

bahan restorasi dengan struktur gigi, sehingga margin restorasi terbuka serta

adaptasi yang buruk, yang menyebabkan masuknya cairan oral, bakteri

maupun toksinnya sehingga menyebabkan karies sekunder.

(Sularsih, 2007)

Tindakan restoratif yang bisa dilakukan pada karies sekunder

Diagnosis dari sekunder karies merujuk pada penempatan kembali dari

restorasi. Diagnosis dan perawatan harus mengikuti prosedur yang sama seperti

lesi karies primer yaitu dengan replacement seluruh restorasi (Mjor,2006).

b. Penumpukan plaq sehingga muncul karies baru

Mekanisme pembentukan karies

Karies gigi tidak akan muncul pada in vivo jika mikroorganisme yang

membentuk dental plak tidak terdapat dalam rongga mulut. Sangat jelas jika

karies gigi adalah satu penyakit yang berkaitan dengan adanya plak pada gigi.

Selama bertahun – tahun, telah diadakan penelitian tentang bakteri yang

menyebabkan karies. Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa peran

mikroorganisme pada karies menuju pada bakteri mutans streptococci, terutama

Streptococcus mutans. Mutans streptococci merujuk pada tujuh spesies berbeda

yaitu S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S.macacae, dan S.downei.

Korelasi paling tinggi antara S.mutans dan karies adalah pada karies fissure, tetapi

hubungan dengan karies lain juga memugkinkan. S.mutans umumnya diisolasi

dari dental plaque.

Karbohidrat adalah sumber nutrisi utama bagi mikroorganisme mulut.

Karbohidrat salah satunya terdapat pada plak gigi seperti glikoprotein.

Karbohidrat, terutama sukrosa, sangat penting sebagai etiologi dari karies. Saat

mengkonsumsi makanan yang menyebabkan karbohidrat dalam saliva meningkat

secara dramatis, untuk mencegah kemungkinan efek racun dan untuk mengambil

keuntungan maksimal dari level karbohidrat yang tinggi, bakteri mulut melakukan

mekanisme regulasi dalam tiga tahap, yaitu transportasi gula ke dalam etaboli,

Page 19: 61911043 Paper Konservasi

jalur glikolisis, dan konversi piruvat menjadi hasil akhir dari etabolism, di mana

asam sebagai hasil akhir metabolism tersebut yang bertanggung jawab terhapat

demineralisasi enamel. Asam laktat adalah asam kuat dan sangat efektif dalam

demineralisasi struktur gigi.

Asam laktat dapat melepaskan (chelate) kalsium fosfat. Ion kalsium fosfat

yang terdapat dalam saliva, tidak dapat menggantikan kalsium fosfat yang secara

cepat dibuang dari gigi. Hal inilah yang menyebabkan karies. Dental karies pada

dasarya adalah korosi pada enamel gigi.

Tindakan yang bisa dilakukan terhadap gigi yang terkena karies

Kavitas untuk gigi posterior harus dibuat sekonservatif mungkin. Material

yang digunakan untuk restorasi gigi posterior adalah amalgam dan komposit.

Kelebihan dari restorasi amalgam adalah kekuatan dan ketahanannya.

Namun amalgam memiliki kelemahan dari segi estetik karena tidak sewarna

dengan gigi, dan ikatan yang terjadi antara permukaan gigi dan amalgam hanya

ikatan secara mekanis, tanpa ikatan kimia, sehingga dapat menyebabkan

mikroleakage (Mc Cord, 2003).

Sedangkan komposit memiliki keuntungan dari segi estetik yang baik,

karena warnanya dapat disesuaikan dengan warna gigi, memiliki kompatibilitas

dengan bahan bonding sehingga dapat berikatan secara kimia dengan permukaan

gigi, dan konduktifitas termal yang rendah. Namun kelemahannya adalah

Page 20: 61911043 Paper Konservasi

kontraksi polimerisasi yang menyebabkan pengkerutan sekitar 2-7% yang dapat

berakibat pada kegagalan restorasi (Mc Cord, 2003).

Pada kasus ini, karena pasien menginginkan menggunakan bahan tambal

yang sesuai dengan warna gigi, maka jenis bahan yang digunakan adalah jenis

komposit.

c. Tambalan yang pecah

Penyebab pecahnya tambalan (khususnya dalam hal ini tambalan semen

ionomer kaca)

Penyebab tambalan Semen Ionomer Kaca adalah karena sifak mekanis

dari Semen Ionomer Kaca yang rendah. Kekuatan Semen Ionomer Kaca

dipengaruhi oleh peran air dalam proses pengerasan atau L/P ratio. Pada awalnya

air berfungsi sebagai media reaksi, dan kemudian perlahan-lahan menghidrasi

matriks ikatan silang, dan kemudian menambah kekuatan dari semen. Ketika

pengerasan berlanjut, air akan terikat secara erat dalam matriks sehingga

strukturnya lebih stabil.

(Anusavice, 2004)

Penanganan dari Semen Ionomer Kaca cukup sulit karena mempunyai

waktu kerja yang pendek dan waktu setting yang panjang. SIK rentan untuk

mengalami moisture contamination atau pengeringan awal pada proses setting.

Moisture contamination inilah yang menyebabkan gangguan pada permukaan

tambalan. Sementara itu, pengeringan menyebabkan shrinkage dan crazing.

Kedua hal itulah yang menyebabkan sekunder caries.

(Mc Cord, 2003)

Sifat-sifat mekanis tambalan

Pada kasus ini, tumpatan mengunakan Semen Ionomer Kaca. Semen

Ionomer Kaca mempunyai sifat-sifat mekanis yang kurang bagus. Kekuatan dari

Semen Ionomer Kaca sangat rendah sehingga dengan mudah terjadi pecah.

Kekuatan atau sifat mekanis dari Semen Ionomer Kaca dipengaruhi oleh L/P ratio

dan moisture contamination.

Page 21: 61911043 Paper Konservasi

Tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan memperbaiki tambalan

yang pecah

Penggunaan Semen Ionomer Kaca pada restorasi SIK memang tidak efektif

pada gigi posterior. Semen Ionomer Kaca mempunyai kekuatan yang rendah.

Karena kekuatannya yang rendah itu dapat dengan mudah pecah sehingga dapat

menyebabkan sekunder caries. Apabila terjadi sekunder caries sebaiknya

tumpatan yang dulu dibongkar semua, kemudian dibersihkan caries yang ada lalu

ditumpat dengan bahan restorative lain yang lebih bagus.

4. Belum pernah sakit spontan

- Definisi nyeri spontan

Nyeri merupakan kondisi yang tidak enak, dikarenakan terangsangnya ujung-

ujung saraf sensoris rasa nyeri. Nyeri pada gigi bisa bagi menjadi nyeri pulpa dan

nyeri periodontium. Nyeri pulpa timbul dikarenakan tekanan intra-pulpal akibat

inflamasi. Nyeri pulpa ada yang reversible ada juga yang irreversible. Nyeri pulpa

reversible yaitu nyeri yang timbul karena rangsangan dan biasanya sebentar,

sedangkan nyeri irreversible berupa nyeri spontan (tanpa dirangsang) dan

berlangsung lama. Nyeri spontan adalah nyeri yang timbul tanpa adanya stimulus,

nyeri yang tiba-tiba muncul tanpa adanya sebab.

- Penegakan diagnosis terhadap gigi yang mengalami nyeri spontan

Usri (2006) menyatakan bahwa terdapat 3 macam pulpitis. Ketiga macam

pulpitis tersebut antara lain adalah:

- Reversible pulpitis (pulpitis awal) adalah Kondisi inflamasi pulpa ringan

sampai sedang yang bersifat reversible bila stimuli ditiadakan yang

ditandai dengan ngilu atau rasa sakit sekejap bila makan/minum dingin

atau panas, keluhan tidak timbul secara spontan. Perawatannya dengan

cara menambal dengan amalgam, SIK, dan resin komposit. Bila dentin

sudah tipis sebelum ditambal dilakukan dahulu perawatan Pulp Capping.

- Irreversible pulpitis (pulpitis akut). Inflamasi pulpa yang preresisten yang

bersifat simptomatik atau asimptomatik disebabkan oleh stimulus noksius.

Page 22: 61911043 Paper Konservasi

Pasien mengalami paroksisma (sakit yang hebat) terutama bila ada

perubahan temperature kea rah dingin, makanan yang terlalu asam atau

manis, makanan masuk ke dalam kavitas, penghisapan, dan sikap

berbaring. Rasa sakit berlanjut walau penyebab dihilangkan, menusuk

tajam, dan menyentak-nyentak pada kondisi parah yang menyebabkan

pasien tidak dapat tidur.Perawatannya dengan pemberian antibiotic,

analgesic, dan perwatan endodontic.

- Hyperplastic pulpitis (pulpitis kronis) Inflamasi pulpa produktif yang

disebabkan oleh meluasnya karies sehingga mengenai pulpa muda,

biasanya terjadi pada anak-anak dan orang muda. Pasien mengeluh sakit

pada saat makan karena pada saat makan tekanan bolus makanan dapat

menyebabkan sakit, ada jaringan polipoid berupa masa pulpa yang

kemerahan mengisi kamar pulpa atau kavitas bahkan dapat sampai keluar

dari batas gigi (pulpa polip), jaringan ini kurang sensitive dibanding pulpa

normal, tetapi sensitive daripada gingival dan mudah berdarah.

Berdasarkan pendapat Usri (2006) tersebut, nyeri spontan yang terjadi pada

pasien ini dapat digolongkan sebagai pulpitis reversibel.

5. Pasien ingin ditambal dengan bahan tambal yang sewarna gigi tetapi berbeda

dengan tambalan sebelumnya

- Jenis-jenis bahan tambal beserta kelebihan dan kekurangannya

Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang

kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi

struktur gigi yang rusak.Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit

dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya.

Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih belum ada meskipun

berkembang pesat. Syarat untuk bahan restorasi plastis yang baik adalah :

- Harus mudah digunakan dan tahan lama

-  Kekuatan tensil cukup

- Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam

rongga mulut

Page 23: 61911043 Paper Konservasi

- Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival

- Mudah dipotong dan dipoles

-  Derajat keausan sama dengan email

- Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder

- Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin

- Daya penyerapan airnya rendah

- Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi

- Radiopaq

1. Dental Amalgam

Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya

untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak

berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal

amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan

bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak,

timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase

yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan

amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.

Kelebihan Amalgam :

·        Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga

amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada

beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan

kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

·        Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang

pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut

yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

·        Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak

terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana

Page 24: 61911043 Paper Konservasi

sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan

dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

·        Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan Amalgam :

·       Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,

sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan

estetis sangat diutamakan.

·       Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang

berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi

sehingga tampak membayang kehitaman

·       Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam

yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah

penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap

rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung

lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

·       Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri

yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang

sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat

digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.

2.  Komposit

Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam

puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak

dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik

yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam

puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya relatif

sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya

autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang

Page 25: 61911043 Paper Konservasi

polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat

translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan

pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya

transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit dapat bertahan

cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan

bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang

iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa

terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang

sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di

email perifer.  

indikasi restorasi komposit :

Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,

resin komposit digunakan untuk:

1.      Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI

2.      Fondasi atau core buildups

3.      Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)

4.      Prosedur estetis tambahan

Partial veneers

Full veneers

modifikasi kontur gigi

penutupan/perapatan diastema

5.      Semen (untuk restorasi tidak langsung)

6.      Restorasi sementara

7.      Periodontal splinting

8.       Restorasi kavitas klas I komposit

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan resin

komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif, lesi awal

kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif, restorasi kelas

I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada tempat-tempat yang

Page 26: 61911043 Paper Konservasi

memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap

logam.

ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal

yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau

sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan benar

pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit dapat

bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.”

komponen resin komposit :

Komponen resin organik

Filler anorganik

Coupling agent untuk menggabungkan resin dan filler

Iniator dan aktivator untuk mengaktifkan mekanisme setting

Inhibitor

Pigmen dan komponen lainnya

(Sherwood, 2010)

Keuntungan penggunaan resin komposit :

a. Penghubung dengan sistem adesive dentin, dapat ditempatkan dengan

minimal atau tanpa preparasi gigi.

b. Light curing memungkinkan segera dilakukan finishing dan polishing setelah

pengisian kavitas.

Page 27: 61911043 Paper Konservasi

c. Restorasi , jika diletakkan secara tepat pada gigi yang dimaksud maka akan

mengurangi marginal linkage yang dapat menyebabkan staining, karies

sekunder, dan gigi sensitif.

d. Practisioner dapat melakukan refinish, memperbaharui atau merestorasi

tambalan tersebut.

e. Hasilnya lebih konservative dan perawatannya sedikit mungkin

menghilangkan bagian gigi.

Kerugian penggunaan resin komposit :

a. Polimerisasi shringkage 2-3% dapat mengganggu marginal adaptasi dari

material, fraktur pada tonjol yang lemah terutama pada premolar, dan

menghasilkan post-operative sensitivity.

b. Bonding ke dentin menjadi suatu masalah, terutama pada tepi preparasi

( contoh : lantai dibawah box ketika lantai dibawah cemento-enamel junction

(CEJ) di preparasi proximal.

c. Absorbsi air pada permukaan dan marginal staining setelah beberapa tahun

perawatan

d. Sensitivitas pasien dan operator terhadap bahan adesive resin terutama

hydroxyethylmethacrylate (HEMA)

e. Kurang radiopak dibandingkan amalgam pada interpretasi radiografi sehingga

sedikit menyulitkan dalam pemeriksaan.

Indikasi penggunaan resin komposit

a. Kecil, medium, besar restorasi oklusal pada gigi posterior

b. Kecil, medium, besar pada restorasi proximal pada gigi premolar dan kecil

sampai sedang pada preparasi proximal gigi molar permanen.

c. Lesi cervikal pada semua gigi

d. Restorasi incisal edge

e. Fissure sealent dan preventive restorasi resin

Page 28: 61911043 Paper Konservasi

Kontraindikasi penggunaan resin komposit

a. Preparasi proximal yang besar pada gigi molar permanen yang ada tuntutan

perbaikan tonjol.

b. Restorasi lesi karies akar yang lebih baik menggunakan semen ionomer kaca

c. Pada pasien yang mempunyai alergi pada satu atau lebih komponen resin-

base-restorative-material termasuk adesive sistem.

d. Kavitas interproxinal yang sangat dalam sehingga sinar tidak dapat

mengjangkau.

(Ireland, 2006)

3. Semen Ionomer Kaca (SIK)

Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang banyak

digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu

preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis, melepas fluor

dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan

bersifat anti bakteri.

Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri

atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan

larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca

fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan

reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya.

Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari

cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan

hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+

sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+

berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam

reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut.

(1)    Dissolution

Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass

Page 29: 61911043 Paper Konservasi

(kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk

cement sol).

(2)     Gelation/ hardening

Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup

polikarboksilat. 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium

(fragile & highly soluble in water). 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium

akan terikat pada matriks semen dan membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).

(3)     Hydration of salts

Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan

meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca.

Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-

kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion

kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari

semen ionomer kaca.

Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua

permukaan yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai

gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat.

Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat

pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali

lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik

lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis.

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan

membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih

dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca.  Air memegang peranan

penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan

mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat

mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini

SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak

terkontaminasi.  Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami

pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap

Page 30: 61911043 Paper Konservasi

kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan

terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi

maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama beberapa minggu setelah

penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama proses

pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan

saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap

air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil

asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan

mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan.

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja

bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi

saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga

digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi

terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi

terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah

menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan

pembuangan smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup.

Smear layer adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau

mikroskopik dan matriks organik.

Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti

bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung

tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk

menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air.

Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar

untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini

berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran

gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi.

Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu

standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut

pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner

Page 31: 61911043 Paper Konservasi

pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan

dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan

hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan.

Indikasi Semen Ionomer Kaca

a. Lesi erosi servikal

Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan dentin,

menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi

lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan

abrasi akibat sikat gigi.

b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)

Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya

dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih baik, kelarutan yang

lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini

diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi

ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada

pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.

c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan

komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini

berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member

perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member

perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi

servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk

memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass

ionomer digunakan sebagaibahan sub bonding

d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam

mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass

ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens

Page 32: 61911043 Paper Konservasi

karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen

cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.

e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung

mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor

maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya nampak

disekeliling orthondontic brackets.

f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan

perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.

g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat

digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan

mahota yang parah.

h. Restorasi gigi susu.

Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah

terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.

i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal

ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

Kelebihan Semen Ionomer Kaca:

1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang

sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko

kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil

dibanding bila menggunakan bahan tambal lain

2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan

reaksi merugikan terhadap tubuh)

3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya

adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh

Page 33: 61911043 Paper Konservasi

karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila

menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan

bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’ bahan tambal.

(Ford, 1993; Levison, 1985)

4. SIK konvensional sewarna gigi dan memiliki derajat translusensi yang baik namun

SIK kurang estetis jika dibandingkan dengan resin komposit.

(Nicholson, 2005)

Kekurangan Semen Ionomer Kaca:

1. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak

disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti

gigi molar (geraham)

2. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara

tambalan dan permukaan gigi asli

3. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain

(Ford, 1993; Levison, 1985)

- Jenis-jenis tambalan-tambalan yang sewarna dengan gigi beserta kelebihan dan

kekurangannya

Tambalan yang sewarna dengan gigi dapat digunakan SIK ataupun resin komposit. Tapi SIK tidak dapat digunakan untuk gigi posterior karena kekuatannya yang kurang, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

SIK juga kurang estetis jika dibandingakan dengan resin komposit, karena tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antaratambalan dan permukaan gigi asli.

Selain itu juga, pasien tidak menginginkan tambalan seperti yang sebelumnya. Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut, dapat disimpulkan untuk menggunakan resin komposit.

Page 34: 61911043 Paper Konservasi

6. Hasil pemeriksaan objektif:

a. Gigi P2 RA kiri

- Kavitas di distal, kedalaman dentin

Menentukan kelas kavitas

Pada gigi premolar kedua rahang atas kiri terdapat kavitas di bagian

distal dengan kedalaman sampai dentin.

Berdasarkan klasifikasi Black, maka karies yang dialami pasien dapat

digolongkan dalam kelas II.

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif

tersebut (alat, bahan, dan langkah-langkah)

1. Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

2. Pertimbangan resistensi dan retensi.

3. Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

4. Penyingkiran karies dentin.

5. Menghaluskan Tepi preparasi.

Alat-alat yang digunakan untuk perawatan :

o Rubber Dam : untuk mengisolasi gigi caries

o Bur kecil : untuk membuka akses ke jaringan karies pada sisi mesial

o Round Steel bur : membersihkan jaringan karies

o Cervical Margin trimmer : untuk membuat dinding enamel

o Matrix retainer & Matrix band : untuk mengarahkan bentuk restorasi

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini:

Sondasi, perkusi, dan palpasi negatif. Hasil tes C.E. positif.

Page 35: 61911043 Paper Konservasi

Untuk mengetahui kondisi jaringan di sekitar gigi, dilakukan uji sondai,

perkusi, dan palpasi. Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk pelan permukaan

oklusal atau incisal dari gigi yang diduga mengalami karies dan gigi di sebelahnya

menggunakan ujung tangkai kaca mulut untuk mendeteksi adanya nyeri. Nyeri

pada tes perkusi menunjukkan kemungkinan luka sampai membran periodontal

dari pulpa atau disebut juga inflamasi. Sedangkan palpasi dilakukan dengan

meraba jari telunjuk sepanjang mukosa fasial dan lingual di atas regio apikal gigi.

Suatu abses pada tulang alveolar stadium lanjut atau penyakit periapikal lainnya

dapat menyebabkan nyeri terhadap palpasi. Palpasi juga dapat menunjukkan

pembengkakan yang tidak disertai nyeri.

(Roberson, 2002)

Uji sondasi, perkusi, dan palpasi pada gigi ini menunjukkan hasil yang

negatif (-). Karena pasien tidak merasakan nyeri saat dilakukan perkusi dan

palpasi, kemungkinan pasien tidak mengalami inflamasi periodontal maupun

abses pada tulang alveolarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan pendukung

gigi masih sehat.

Untuk mengetahui vitalitas gigi, dilakukan uji vitalitas dengan CE.

Stimulus dingin dilakukan dengan membasahi kapas dengan ethyl chloride dan

diaplikasikan pada gigi. Jika terdapat respon positif, maka dapat diasumsikan

bahwa suplai saraf masih utuh. Kadang-kadang gigi non-vital dapat memberikan

respon positif. Hal ini kemungkinan disebabkan stimulus mengalir melalui dentin

ke membran periodontal. Akan tetapi, respon ini biasanya lambat sedangkan

respon gigi yang masih vital lebih cepat.

(Kidd et al, 2003)

Pada uji vitalitas ini diperoleh hasil positif (+). Dari uraian di atas

dijelaskan bahwa gigi yang memberi respon positif, gigi tersebut masih

memperolah suplai saraf. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gigi ini

masih vital.

b. Gigi M1 RA kiri

Page 36: 61911043 Paper Konservasi

- Kavitas di mesial, sebagian tumpatan hilang, kedalaman kavitas sejauh

dentin

Menentukan kelas kavitas

Pada gigi molar pertama rahang atas sebelah kiri, terdapat kavitas di

proksimal dengan kedalaman dentin, dengan sebagian tumpatan hilang.

Berdasarkan klasifikasi Black, maka karies yang dialami pasien dapat

digolongkan dalam kelas II

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif

tersebut (alat, bahan, dan langkah-langkah)

1. Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

2. Pertimbangan resistensi dan retensi.

3. Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

4. Penyingkiran karies dentin.

5. Menghaluskan Tepi preparasi.

Alat-alat yang digunakan untuk perawatan :

o Rubber Dam : untuk mengisolasi gigi caries

o Bur kecil : untuk membuka akses ke jaringan karies pada sisi mesial

o Round Steel bur : membersihkan jaringan karies

o Cervical Margin trimmer : untuk membuat dinding enamel

o Matrix retainer & Matrix band : untuk mengarahkan bentuk restorasi

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini:

Sondasi positif, perkusi negatif, palpasi negatif, C.E. positif.

Untuk mengetahui kondisi jaringan di sekitar gigi, dilakukan uji sondai,

perkusi, dan palpasi. Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk pelan permukaan

oklusal atau incisal dari gigi yang diduga mengalami karies dan gigi di sebelahnya

Page 37: 61911043 Paper Konservasi

menggunakan ujung tangkai kaca mulut untuk mendeteksi adanya nyeri. Nyeri

pada tes perkusi menunjukkan kemungkinan luka sampai membran periodontal

dari pulpa atau disebut juga inflamasi. Sedangkan palpasi dilakukan dengan

meraba jari telunjuk sepanjang mukosa fasial dan lingual di atas regio apikal gigi.

Suatu abses pada tulang alveolar stadium lanjut atau penyakit periapikal lainnya

dapat menyebabkan nyeri terhadap palpasi. Palpasi juga dapat menunjukkan

pembengkakan yang tidak disertai nyeri.

(Roberson, 2002)

Uji sondasi, perkusi, dan palpasi pada gigi ini menunjukkan hasil yang

negatif (-). Karena pasien tidak merasakan nyeri saat dilakukan perkusi dan

palpasi, kemungkinan pasien tidak mengalami inflamasi periodontal maupun

abses pada tulang alveolarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan pendukung

gigi masih sehat.

Untuk mengetahui vitalitas gigi, dilakukan uji vitalitas dengan CE.

Stimulus dingin dilakukan dengan membasahi kapas dengan ethyl chloride dan

diaplikasikan pada gigi. Jika terdapat respon positif, maka dapat diasumsikan

bahwa suplai saraf masih utuh. Kadang-kadang gigi non-vital dapat memberikan

respon positif. Hal ini kemungkinan disebabkan stimulus mengalir melalui dentin

ke membran periodontal. Akan tetapi, respon ini biasanya lambat sedangkan

respon gigi yang masih vital lebih cepat.

(Kidd et al, 2003)

Pada uji vitalitas ini diperoleh hasil positif (+). Dari uraian di atas

dijelaskan bahwa gigi yang memberi respon positif, gigi tersebut masih

memperolah suplai saraf. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gigi ini

masih vital.

c. Gigi M2 RA kiri

- Kavitas di proksimal, kedalaman dentin

Menentukan kelas kavitas

Page 38: 61911043 Paper Konservasi

Pada gigi molar kedua rahang atas sebelah kiri, terdapat kavitas di

proksimal dengan kedalaman dentin. Berdasarkan klasifikasi Black, maka karies

yang dialami pasien dapat digolongkan dalam kelas II

Menentukan tipe perawatan restoratif yang bisa diberikan

Menentukan bagaimana tahapan melakukan perawatan restoratif

tersebut (alat, bahan, dan langkah-langkah)

1. Pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan.

2. Pertimbangan resistensi dan retensi.

3. Pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi.

4. Penyingkiran karies dentin.

5. Menghaluskan Tepi preparasi.

Alat-alat yang digunakan untuk perawatan :

o Rubber Dam : untuk mengisolasi gigi caries

o Bur kecil : untuk membuka akses ke jaringan karies pada sisi mesial

o Round Steel bur : membersihkan jaringan karies

o Cervical Margin trimmer : untuk membuat dinding enamel

o Matrix retainer & Matrix band : untuk mengarahkan bentuk restorasi

- Penegakan diagnosis terhadap hasil pemeriksaan objektif berikut ini:

Sondasi, perkusi, dan palpasi negatif. Hasil tes C.E. positif.

Untuk mengetahui kondisi jaringan di sekitar gigi, dilakukan uji sondai,

perkusi, dan palpasi. Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk pelan permukaan

oklusal atau incisal dari gigi yang diduga mengalami karies dan gigi di sebelahnya

menggunakan ujung tangkai kaca mulut untuk mendeteksi adanya nyeri. Nyeri

pada tes perkusi menunjukkan kemungkinan luka sampai membran periodontal

dari pulpa atau disebut juga inflamasi. Sedangkan palpasi dilakukan dengan

meraba jari telunjuk sepanjang mukosa fasial dan lingual di atas regio apikal gigi.

Suatu abses pada tulang alveolar stadium lanjut atau penyakit periapikal lainnya

Page 39: 61911043 Paper Konservasi

dapat menyebabkan nyeri terhadap palpasi. Palpasi juga dapat menunjukkan

pembengkakan yang tidak disertai nyeri.

(Roberson, 2002)

Uji sondasi, perkusi, dan palpasi pada gigi ini menunjukkan hasil yang

negatif (-). Karena pasien tidak merasakan nyeri saat dilakukan perkusi dan

palpasi, kemungkinan pasien tidak mengalami inflamasi periodontal maupun

abses pada tulang alveolarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa jaringan pendukung

gigi masih sehat.

Untuk mengetahui vitalitas gigi, dilakukan uji vitalitas dengan CE.

Stimulus dingin dilakukan dengan membasahi kapas dengan ethyl chloride dan

diaplikasikan pada gigi. Jika terdapat respon positif, maka dapat diasumsikan

bahwa suplai saraf masih utuh. Kadang-kadang gigi non-vital dapat memberikan

respon positif. Hal ini kemungkinan disebabkan stimulus mengalir melalui dentin

ke membran periodontal. Akan tetapi, respon ini biasanya lambat sedangkan

respon gigi yang masih vital lebih cepat.

(Kidd et al, 2003)

Pada uji vitalitas ini diperoleh hasil positif (+). Dari uraian di atas

dijelaskan bahwa gigi yang memberi respon positif, gigi tersebut masih

memperolah suplai saraf. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gigi ini

masih vital.

Page 40: 61911043 Paper Konservasi

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni,et al., 2005, Perlekatan koloni Streptococcus mutans pada permukaan resin komposit

sinar tampak, Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 8–11

Anusavice, K.J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. EGC: Jakarta

Bagg, J., MacFarlane, T.W., Wallace., Poxton, I.R., Smith, A.J., 2006., Essentials of Microbilogy

for Dental Students., Oxford University Press., England

Balogh, M. B., and Fehrenbach, M. J., 2006, Dental Embryology, Histology, and Anatomy, 2th

Edition, Elsevier, St. Louis.

Edwina, A.M., 2001., Diagnosis of Secondary Caries., Journal of Dental Education 65(10): 997-

1000

Grossman, Louis I., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek (Endodontiv Practice), EGC, Jakarta.

Guyton, A.C., 1995, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Jakarta: EGC.

Hermina, M.T. 2003. Perbaikan Restorasi Resin Komposit Klas I. USU Digital Library:Sumatera

Utara

Ingle, J.I. & Leif K.B., 2002, Endodontics, 5th ed. , Canada, BC Decker Inc.

Ireland, Robert. 2006. Dental Hygiene and Therapy. USA : Blackwell Munksgaard.Kidd,

Adwina A M. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry,Eighth edition. New York :

Oxford University Press.

Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N., Watson, T.F., 2003, Pickard’s Manual of Operative Dentistry, 8th

edition, Oxford University Press, New York

Page 41: 61911043 Paper Konservasi

McCord,J.F., Grant, A.A., Youngson, C.C., Watson, R.M., Davis, D.M., 2003., Master Dentistry

: Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry, and Orthodontics., Churchill Livingstone.,

Spain

Mjor, I.A. 2006. Secondary/Recurrent Caries. US Dentistry

Orchardson. R, et al. 2006. Managing dentin hypersensitivity. JADA. Vol:137

Osborn, J. W., and Cate, Q. R. T., 1983, Advanced Dental Histology, Wright, Bristol.

Qualtrough, A.J.E., Satterthwaite, J.D., Morrow, L.A., Brunton, P.A., 2005, Principles of

Operative Dentistry, Blackwell Munksgaard, Great Britain

Roberson, T.M, Heymann, H.O., Swift, E.J., 2002, Studervant’s Art & Science of Operative

Dentistry, 4th edition, Mosby Inc., St. Louis

Sherwood, Anand. 2010. Essentials of Operative Dentistry. New Delhi : Jaypee brothers Medical

Publishers.

Tarigan, R., 1997, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Edisi 3 Baum. Phillips.Lund., EGC : Jakarta

Walton, Richard E.,2003, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta

Wright.E.F.2008. Pulpalgia contributing to temporomandibular disorder–like pain. JADA.

Vol:139

Page 42: 61911043 Paper Konservasi