44860934-laporan-anyer(2)

Upload: hermanml

Post on 10-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Panas Bumi

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PENELITIAN

    PROGRAM RISET KK - ITB 2007

    MANIFESTASI PANASBUMI PERMUKAAN DI DAERAH CIDANAU DAN SEKITARNYA,

    ANYER - PROVINSI BANTEN

    Ketua Tim Riset :

    Ir. Niniek Rina Herdianita, M.Sc.

    KK : Kelompok Keahlian Geologi Terapan (KKGT) Fakultas/Sekolah : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Oktober, 2007

  • LAPORAN PENELITIAN

    PROGRAM RISET KK - ITB 2007

    MANIFESTASI PANASBUMI PERMUKAAN DI DAERAH CIDANAU DAN SEKITARNYA,

    ANYER - PROVINSI BANTEN

    Ketua Tim Riset :

    Ir. Niniek Rina Herdianita, M.Sc.

    NIP. 131 990 813

    KK : Kelompok Keahlian Geologi Terapan (KKGT) Fakultas/Sekolah : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Oktober, 2007

  • - ii -

    ABSTRAK

    Penelitian ini menginvestigasi sistem panasbumi di daerah Cidanau dan sekitarnya, yaitu

    dengan melihat karakteristik manifestasi panasbumi di permukaan untuk, kemudian,

    menginterpretasi kondisi bawah permukaan dan pola hidrogeokimia air panasbumi.

    Morfologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang merupakan

    bentukan kaldera Cidanau yang diakibatkan oleh depresi volkano-tektonik. Morfologi ini

    memisahkan bagian utara dan selatan daerah penelitian yang terdiri dari kubah-kubah

    lava. Geologi daerah penelitian didominasi oleh batuan hasil dari kegiatan gunungapi

    berumur Plio-Kuarter. Batuan-batuan volkanik ini menindih secara tidak selaras batuan

    sedimen dan volkanik berumur Tersier. Struktur geologi di daerah penelitian didominasi

    oleh sesar berarah barat laut - tenggara dan barat timur. Sesar-sesar ini juga

    mengontrol kemunculan beberapa air panas di daerah penelitian.

    Pola hidrogeokimia air panasbumi di daerah penelitian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu

    bagian utara dan selatan. Berdasarkan kandungan kimia dan isotop stabil air panas yang

    muncul sebagai manifestasi permukaan, kedua bagian ini mempunyai reservoar air panas

    yang berbeda. Meskipun demikian, asal dan temperatur kedua reservoar ini adalah sama,

    yaitu berasal dari air meteorik hasil pemanasan proses volkano-magmatik dengan

    temperatur berkisar antara 180 dan 280C. Reservoar air panas di daerah utara mempunyai temperatur yang sedikit lebih rendah dibanding reservoar di bagian selatan.

    Selanjutnya, air panasbumi yang berasal dari reservoar mengalir ke atas di daerah Cilenge

    dan Cilurah. Di bagian lain di daerah penelitian, air panasbumi mengalir secara lateral dan

    bercampur dengan air HCO3 dan SO4 yang terbentuk di dekat permukaan karena

    proses steam heating.

    Alterasi batuan di permukaan menunjukkan kehadiran fosil endapan travertin dan sinter

    silika. Berdasarkan hal tersebut diduga, bahwa aktivitas panasbumi di daerah penelitian

    telah berlangsung lebih dari 10 ribu tahun, dan selama waktu tersebut, aktivitas

    panasbumi di daerah penelitian juga telah mengalami pendinginan.

  • - iii -

    ABSTRACT

    This research investigated the geothermal system of Cidanau area and its surrounding, i.e.

    by characterize the surface manifestation of geothermal system to interpret the sub

    surface condition and hydrogeochemical pattern of geothermal fluids.

    Morphology of the research area is dominated by plain of lake that is the volcano-tectonic

    depression, caldera-like of Cidanau. This morphology separates the research area into the

    north and south areas where the lava domes formed. Geology of the research area is

    dominated by Plio-Quaternary volcanic rocks. These volcanic rocks uncomfortably overlie

    sedimentary and Tertiary volcanic rocks. Structural geology in the research area is

    dominated by NW-SE and E-W faults. These faults control the appearances of hot springs

    in the research area.

    The hydrogeochemical pattern of geothermal fluid in the research area can be divided

    into 2 areas, north and south areas. Based on the chemical and stable isotope

    compositions, both areas have different reservoir. Even though, the origins and

    temperatures of both reservoirs are similar, i.e. from meteoric water due to heating of

    volcano-magmatic process at temperatures ranging from 180 to 280C. The norths reservoir has lower temperature than the south. Furthermore, the geothermal fluids flow

    up and discharge in Cilenge and Cilurah hot springs. In the other hot springs of the

    research area, the geothermal fluids flow laterally and mix with steam heated HCO3 and

    SO4 waters formed near the surface.

    The surface rock alteration shows the occurrence of fossils of travertine and silica sinter

    deposits. It indicates that the geothermal activity in the research area has been occurring

    more than 10 years, and along that time, the activity has been cooling down.

  • - iv -

    KATA PENGANTAR

    Panasbumi (geotermal) merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Energinya

    merupakan energi yang ramah lingkungan dan merupakan energi masa depan Indonesia.

    Pemanfaatan energi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak,

    gas bumi dan batubara. Potensi panasbumi Indonesia sangat besar, yaitu mencapai 40%

    potensi dunia yang tersebar di lebih dari 250 lokasi. Sekitar 22% potensinya berada di

    Jawa Barat dan Banten yang diperlihatkan dengan kemunculan berbagai manifestasi

    permukaan panasbumi, seperti mataair panas, fumarol, dsb. Meskipun demikian, hingga

    saat ini data mengenai potensi panasbumi di Jawa Barat dan Banten belum lengkap. Data

    yang diperlukan meliputi lokasi, jenis dan karakter manifestasi permukaan, daerah

    prospek dan potensi, serta kemungkinan pemanfaatannya.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi panasbumi yang ditunjukkan oleh

    adanya manifestasi permukaan di sekitar Cidanau, Anyer, Provinsi Banten. Penelitian ini

    dibiayai melalui dana Riset ITB tahun 2007 dan dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu mulai

    15 Januari hingga 15 November 2007. Peneliti yang terlibat dalam kegiatan ini berasal

    dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, ITB.

    Terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), ITB

    yang telah memberi kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Terima kasih kepada

    Agus M. Ramdhan, Erwin Irawan dan Tri Yulinawati yang telah banyak membantu

    pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih kepada Putra, Andromeda, dan Dian Ultra yang

    telah membantu melakukan pekerjaan lapangan dan laboratorium. Terima kasih kepada

    semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Semoga

    penelitian ini bermanfaat bagi keilmuan geologi dan panasbumi, bagi pembangunan di

    Provinsi Banten, dan bagi pengembangan energi alternatif.

  • - v -

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................... ii

    ABSTRACT .................................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................ v

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    I.1. LATAR BELAKANG ......................................................... 1

    I.2. PERMASALAHAN ........................................................... 2

    I.3. TUJUAN PENELITIAN .................................................... 3

    I.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ......................................... 3

    BAB II. LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN ....................... 5

    II.1. LOKASI ........................................................................ 5

    II.2. METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 5

    BAB III. KONDISI GEOLOGI ............................................................. 11

    III.1. GEOMORFOLOGI .......................................................... 11

    III.2. GEOLOGI ..................................................................... 16

    III.2.1. Fisiografi ......................................................... 16

    III.2.2. Stratigrafi ........................................................ 16

    III.2.3. Struktur Geologi ............................................... 18

    III.3. HIDROGEOLOGI ........................................................... 20

    III.4. MANIFESTASI PERMUKAAN ........................................... 22

    BAB IV. MANIFESTASI PANASBUMI DI PERMUKAAN ................. 23

    IV.1. ANYER ........................................................................ 23

    IV.2. KAREOS ....................................................................... 23

    IV.3. BATUKUWUNG ............................................................. 30

    IV.4. CILENGE ...................................................................... 30

  • - vi -

    IV.5. SADATANI .................................................................... 34

    IV.6. CILURAH ...................................................................... 34

    IV.7. KAJAROAN ................................................................... 34

    IV.8. CIPANAS HILIR ............................................................. 39

    IV.9. GUNUNG TANGKUANG .................................................. 39

    IV.10. GUNUNG KARANG ........................................................ 39

    IV.11. GUNUNG PULOSARI ...................................................... 42

    BAB V. KOMPOSISI KIMIA AIR PANAS ........................................ 43

    V.1. KARAKTERISTIK UMUM AIR PANAS ............................... 43

    V.2. TIPE AIR PANAS ........................................................... 47

    V.3. RESERVOAR DAN ASAL AIR PANAS ................................ 49

    V.4. POLA ALIRAN AIR PANAS .............................................. 50

    V.5. KARAKTERISTIK AIR DINGIN ........................................ 51

    BAB VI. KOMPOSISI ISOTOP STABIL ............................................ 53

    VI.1. KANDUNGAN ISOTOP 18O DAN D AIR PANAS DAN AIR DINGIN ........................................................................ 53

    VI.2. ASAL AIR PANAS .......................................................... 56

    VI.3. PROSES BAWAH PERMUKAAN ....................................... 56

    BAB VII. ALTERASI BATUAN DI PERMUKAAN ............................... 57

    VII.1. KAREOS ....................................................................... 57

    VII.2. BATUKUWUNG ............................................................. 58

    VII.3. CILENGE ...................................................................... 63

    VII.4. GUNUNG TANGKUANG .................................................. 63

    VII.5. GUNUNG KARANG DAN PULOSARI ................................. 68

    BAB VIII. GEOTERMOMETER ............................................................... 70

    VIII.1. BAGIAN UTARA DAERAH PENELITIAN ............................ 72

    VIII.2. BAGIAN SELATAN DAERAH PENELITIAN ........................ 73

    VIII.3. GEOTERMOMETER MINERAL ......................................... 73

  • - vii -

    BAB IX. POLA HIDROGEOKIMIA ..................................................... 74

    IX.1. ALIRAN BAWAH PERMUKAAN ........................................ 74

    IX.2. WAKTU AKTIVITAS ....................................................... 76

    IX.3. KALDERA CIDANAU ....................................................... 76

    BAB X. KEHILANGAN PANAS ALAMIAH (NATURAL HEAT

    LOSS) ..................................................................................... 77

    X.1. POTENSI PANASBUMI ................................................... 77

    X.2. UTILISASI .................................................................... 79

    BAB XI. KESIMPULAN ........................................................................ 80

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

  • - viii -

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Peta Jawa Barat yang menunjukkan lokasi daerah penelitian di

    pantai barat Jawa dan termasuk dalam Provinsi Banten. .............. 6

    Gambar 2. Peralatan yang digunakan untuk mendeskripsi karakteristik

    manifestasi panasbumi di permukaan. ........................................ 8

    Gambar 3. Beberapa mahasiswa sedang melakukan pengambilan sampel air

    panas. ...................................................................................... 8

    Gambar 4. Melakukan pengukuran temperatur, pH dan konduktivitas air

    panas. ...................................................................................... 9

    Gambar 5. Melakukan pengukuran temperatur air panas. ............................. 9

    Gambar 6. Rawa masih dapat dijumpai di beberapa lokasi di dataran

    danau. ...................................................................................... 12

    Gambar 7. Dataran danau mendominasi pembagian morfologi daerah

    penelitian dan dikelilingi oleh pegunungan komplek. .................... 13

    Gambar 8. Gunung Rangkong merupakan kubah lava yang muncul diantara

    dataran danau di bagian selatan daerah penelitian. ..................... 14

    Gambar 9. Bagian barat daerah penelitian didominasi oleh dataran pantai

    yang memanjang dari Anyer hingga Labuan. ............................... 15

    Gambar 10. Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). ....................... 17

    Gambar 11. Peta geologi daerah penelitian (modifikasi dari Santosa, 1991). .... 19

    Gambar 12. Peta hidrogeologi daerah penelitian (modifikasi dari Suryaman,

    1999). ....................................................................................... 21

  • - ix -

    Gambar 13. Lokasi manifestasi panasbumi di permukaan. .............................. 24

    Gambar 14. Air panas Anyer dialirkan dan dipergunakan langsung sebagai

    pemandian umum. ..................................................................... 28

    Gambar 15. Mataair Kareos terletak di tinggian di sekitar areal persawahan. ... 29

    Gambar 16. Mataair panas Batukuwung (AY-003) mempunyai debit air yang

    paling besar di antara mataair panas lain di daerah penelitian. ..... 31

    Gambar 17. Air panas Batukuwung (AY-004) terletak sekitar 100 m dari

    Pemandian Batukuwung. ............................................................ 32

    Gambar 18. Mataair dingin di daerah Batukuwung yang terletak sekitar 10 m

    dari AY-004. .............................................................................. 32

    Gambar 19. Kaipohan di daerah Batkuwung (AY-005) merupakan daerah

    keluarnya gas bertemperatur rendah (t = 36C). ......................... 33

    Gambar 20. Mataair panas Cilenge yang keluar dengan debit rendah. ............. 35

    Gambar 21. Mataair Cacaban merupakan mataair dingin yang mempunyai debit

    paling besar di daerah Batukuwung. ........................................... 35

    Gambar 22. Kolam air panas Sadatani terletak di areal persawahan. ............... 36

    Gambar 23. Di Cilurah, di sekitar Karang Bolong, air panas keluar dari

    pemboran dan dialirkan ke kolam pemandian umum. ................... 37

    Gambar 24. Kolam air panas Kajaroan terdapat di sekitar areal persawahan. ... 38

    Gambar 25. Mataair panas Cipanas Hilir yang muncul di tengah areal

    persawahan dan telah ditampung pada bak. ............................... 40

  • - x -

    Gambar 26. Mataair dingin Ciasem yang muncul di Gunung Tangkuang. ......... 40

    Gambar 27. Mataair panas Cileunyep yang muncul di Gunung Tangkuang. ...... 41

    Gambar 28. Kandungan relatif Cl - SO4 - HCO3 (dalam mg/L) air panas di

    daerah penelitian. ...................................................................... 48

    Gambar 29. Kandungan relatif Cl - Li - B, dalam mg/L, air panas di daerah

    penelitian. ................................................................................. 48

    Gambar 30. Kandungan relatif Na - K - Mg mataair panas di daerah

    penelitian. ................................................................................. 50

    Gambar 31. Grafik yang menunjukkan hubungan antara isotop stabil 18O dan D air panas di daerah penelitian. ............................................... 55

    Gambar 32. Sayatan tipis sample AY-002. ..................................................... 59

    Gambar 33. Sayatan tipis sampel AY-004 (Batukuwung). ................................ 60

    Gambar 34. Pola XRD sampel AY-004 (Batukuwung). ..................................... 62

    Gambar 35. Pola XRD sampel alterasi permukaan di sekitar kaipohan di

    Batukuwung AY-005. ................................................................. 64

    Gambar 36. Sayatan tipis sample AY-006 yang diambil di sekitar mataair panas

    Cilenge. ..................................................................................... 65

    Gambar 37. Sayatan tipis sample AY-014 yang diambil di sekitar mataair

    Ciasem di Gunung Tangkuang. ................................................... 66

    Gambar 38. Pola XRD sampel AY-014 dari Ciasem, Gunung Tangkuang. ......... 67

  • - xi -

    Gambar 39. Sayatan tipis sample AY-015 dari sekitar mataair panas Cileunyep,

    Gunung Tangkuang. .................................................................. 69

    Gambar 40. Model umum sistem panasbumi di daerah Cidanau dan sekitarnya

    digambarkan sebagai sketsa penampang utara selatan tanpa

    skala. ........................................................................................ 75

  • - xii -

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel air panas, tipe manifestasi menurut

    klasifikasi Hochstein (1994) dan hasil pengukuran langsung

    temperatur, pH dan nilai konduktivitas. ....................................... 25

    Tabel 2. Hasil analisa pH, TDS, DHL dan kesadahan (CaCO3) sampel air

    panas. ...................................................................................... 44

    Tabel 3. Hasil analisa kimia air. ............................................................... 45

    Tabel 4. Jumlah anion dan katian untuk analisa ion balance, dan

    perbandingan beberapa unsur untuk interpretasi geokimia air

    panas. ...................................................................................... 46

    Tabel 5. Komposisi isotop stabil 18O dan D. ........................................... 54

    Tabel 6. Hasil perhitungan temperatur reservoar berdasarkan

    geotermometer silika (kuarsa), Na-K, K-Mg, Na-K-Ca dan isotop

    stabil D. .................................................................................. 71

    Tabel 7. Kehilangan panas alamiah yang dihitung berdasarkan persamaan

    yang diberikan oleh Hochstein (1994). ........................................ 78

  • - 1 -

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. LATAR BELAKANG

    Panasbumi merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting sebagai

    salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi nasional untuk

    menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan demi terwujudnya kesejahteraan

    rakyat. Sumber daya alam ini dapat diperbarui dan pemanfaatannya relatif ramah

    lingkungan dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi.

    Indonesia mempunyai total potensi sumberdaya dan cadangan panasbumi sebesar

    27.189 MW (yaitu potensi sebesar 14.244 MW, cadangan terduga 9.912 MW, mungkin

    728 MW, dan terbukti 2.305 MW) atau sekitar 40% potensi dunia. Meskipun demikian

    baru 807 MW dari total potensi tersebut yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

    listrik Indonesia.

    Jawa Barat dan Banten merupakan daerah yang mempunyai banyak prospek panasbumi

    yang ditunjukkan dengan kehadiran manifestasi panasbumi di permukaan, seperti mataair

    panas, fumarol, solfatara, steaming ground, dan kolam lumpur. Potensi panasbumi Jawa

    Barat dan Banten terhitung tinggi, yaitu 6101 MW, atau sekitar 22% potensi panasbumi

    total Indonesia (Ibrahim et al., 2005). Meskipun demikian, baru sekitar 12% potensinya

    (725 MW) dikembangkan dan menghasilkan energi listrik sebagai pengganti energi utama

    minyak dan gas bumi. Lapangan panasbumi yang dikembangkan hingga saat ini adalah

    Lapangan Panasbumi : Kamojang, Darajat, Wayang Windu dan Awibengkok-Gunung Salak.

    Lapangan panasbumi lain yang akan dikembangkan meliputi Lapangan Panasbumi :

    Patuha, Karaha Bodas dan Cibuni.

    Salah satu penyebab belum maksimum pemanfaatan potensi panasbumi Jawa Barat dan

    Banten adalah karena ketidakpahaman mengenai sistem panasbumi dan pola

    hidrogeokimia fluida panasbumi di bawah permukaan. Sebenarnya hal ini dapat dipelajari

    berdasarkan manifestasi panasbumi di permukaan, yaitu karakteristik mataair panas dan

    pola alterasi hidrotermal di permukaan (cf. Hochstein and Browne, 2000, dan

    Browne, 1978).

  • - 2 -

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manifestasi permukaan di daerah Cidanau,

    Anyer dan sekitarnya, yaitu dengan memetakan alterasi batuan dan kemunculan mataair

    panas, steaming ground, fumarol, dan kolam lumpur. Dengan demikian akan diketahui

    sistem panasbumi, termasuk heatflow, reservoar, upflow dan outflow-nya. Selanjutnya,

    pemanfaatan panasbuminya, baik sebagai indirect use (misalnya sebagai pembangkit

    listrik) maupun direct use (misalnya sebagai pemanas, pariwisata, dsb) dapat diperkirakan.

    Selain mengetahui sistem panasbumi, penelitian ini juga akan mengetahui hubungan

    antara sistem panasbumi di Daerah Cidanau dengan sistem panasbumi lain yang

    berdekatan, misalnya dengan Sistem Panasbumi Gunung Karang dan Pulosari.

    I.2. PERMASALAHAN

    Penelitian ini akan menginvestigasi sistem panasbumi di daerah Cidanau dan sekitarnya,

    dan hanya dilakukan pada kondisi permukaan. Selanjutnya, kondisi sistem panasbumi di

    bawah permukaan akan diinterpretasikan berdasarkan manifestasi yang muncul di

    permukaan.

    Secara umum, masalah yang akan diteliti adalah karakteristik manifestasi panasbumi di

    permukaan berupa mataair panas dan alterasi batuan. Secara detil, masalah yang akan

    diteliti adalah :

    1. Karakteristik mataair panas meliputi tipe dan asal fluida panasbumi,

    komposisi kimia air panas, dan penyebarannya. Fluida panasbumi mengalir

    dari reservoar, berinteraksi dengan batuan sekitar dan muncul di

    permukaan melalui zona permeabel. Dengan mengetahui karakteristik

    mataair panas akan dapat diketahui juga karakteristik fluida panasbumi di

    reservoar dan proses yang terjadi saat fluida tersebut mengalir ke

    permukaan.

    2. Asal fluida panasbumi, yaitu dari air meteorik yang mengalami pemanasan

    atau terdapat input dari air magmatik. Sehingga nantinya dapat diketahui

    kegiatan volkanisme yang mempengaruhinya.

    3. Mineralogi alterasi batuan yang terbentuk di sekitar mataair panas dan

    pada tebing-tebing di pinggir dataran danau. Bila hal ini dapat dipelajari,

    karakteristik fluida panasbumi yang pernah muncul di daerah penelitian

    dapat diketahui. Sehingga evolusi atau perubahan karakteristik fluida

  • - 3 -

    panasbumi, yang selanjutnya menunjukkan perubahan kondisi reservoar,

    dapat diketahui.

    Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah, bahwa sistem panasbumi di daerah

    penelitian, seperti sistem panasbumi lain di Jawa Barat, merupakan sistem panasbumi

    yang dipengaruhi oleh aktivitas volkanisme. Pola hidrogeologinya akan mengikuti

    topografi tinggian atau gunung api.

    I.3. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memetakan dan mengidentifikasi manifestasi

    panasbumi di permukaan, yaitu tipe air panas dan alterasi permukaan, di daerah Cidanau

    dan sekitarnya, Provinsi Banten.

    Selanjutnya, penelitian ini juga bertujuan untuk :

    1. Mengetahui asal fluida panasbumi dan proses yang terjadi di bawah

    permukaan, misalnya kemungkinan adanya pelarutan atau mixing dengan

    fluida lain.

    2. Mengetahui karakteristik fluida panasbumi di reservoar.

    3. Memperkirakan kehilangan panas (heat loss) yang terjadi untuk

    menghitung potensi panasbumi di daerah penelitian.

    4. Mengetahui penyebaran dan karakteristik batuan alterasi yang terbentuk di

    permukaan.

    5. Menduga hubungan antara sistem panasbumi di daerah penelitian dengan

    aktivitas volkanisme di sekitarnya.

    I.4. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Laporan penelitian ini disusun menjadi 11 bab, yaitu Bab :

    1. Pendahuluan yang memberikan latar belakang permasalahan dan tujuan

    penelitian ini.

    2. Lokasi dan Metodologi Penelitian yang digunakan.

    3. Kondisi Regional yang meliputi kondisi bentang alam/morfologi, geologi,

    dan hidrogeologi.

    4. Manifestasi Panasbumi di Permukaan yang berupa mataair panas, kolam air

    panas dan alterasi permukaan.

  • - 4 -

    5. Komposisi Kimia Air Panas.

    6. Komposisi Isotop Stabil Air Panas.

    7. Alterasi Batuan di Permukaan.

    8. Geotermometer yang dihitung berdasarkan komposisi kimia air panas.

    9. Pola Hidrogeokimia daerah penelitian dan hubungannya dengan sistem

    panasbumi Cidanau dan sekitarnya.

    10. Kehilangan Panas Alamiah yang dihitung berdasarkan karakteristik

    manifestasi panasbumi di permukaan.

    11. Kesimpulan dan saran pengembangan panasbumi di daerah penelitian.

  • - 5 -

    BAB II

    LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

    II.1. LOKASI

    Daerah penelitian adalah di Cidanau dan sekitarnya yang terletak di Kabupaten Serang

    dan Pandeglang, Provinsi Banten. Cidanau disebut juga Danau Danau atau Rawa Dano;

    daerah ini merupakan cagar alam berupa hutan rawa dan tempat konservasi air

    (http://www.serang.go.id dan http://www.air.bappenas.go.id).

    Cidanau termasuk daerah prospek panasbumi di Jawa yang ditunjukkan oleh adanya

    kemunculan 11 mataair panas (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/dndautxt.html).

    Daerah ini terletak di sekitar 15 km selatan Anyer, atau 30 km barat Serang, atau sekitar

    240 km dari Bandung (Gambar 1). Selat Sunda membatasi daerah penelitian di bagian

    barat dan Gunung Karang terletak di sebelah tenggara daerah penelitian. Gunung Karang

    dan Pulosari merupakan manifestasi panasbumi lain yang muncul di selatan dan tenggara

    daerah penalitian.

    Daerah penelitian Cidanau dapat dicapai dengan kendaraan roda empat melalui jalan

    yang menghubungkan Serang, Cilegon, Anyer dan Labuan di pantai barat Provinsi Banten

    (Gambar 1). Meskipun demikian, beberapa lokasi manifestasi panasbumi di daerah

    penelitian hanya dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua.

    II.2. METODOLOGI PENELITIAN

    Metodologi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi survei lapangan dan

    pengambilan sampel, analisa laboratorium, dan analisa dan interpretasi data.

    Selanjutnya metodologi penelitian secara rinci dapat diuraikan sbb :

    1. Survei lapangan meliputi pemetaan manifestasi panasbumi di permukaan,

    yaitu lokasi mataair panas dan penyebaran alterasi batuan.

    2. Pengambilan sampel air panasbumi yang keluar dari mataair dan dilakukan

    berdasarkan Nicholson (1993) dan Standar Nasional Indonesia (SNI, 2004).

    Terdapat 2 jenis sampel air untuk 2 analisa yang berbeda, yaitu :

  • - 6 -

    Gambar 1. Peta Jawa Barat yang menunjukkan lokasi daerah penelitian di pantai barat Jawa dan termasuk dalam Provinsi Banten.

  • - 7 -

    a. Sampel air untuk analisa kimia diambil dan dimasukkan botol

    polyethylene berukuran 500 mL, setelah dilakukan penyaringan

    untuk menghindari adanya alga, silika koloid, pasir dan endapan

    lainnya. Pengasaman tidak perlu dilakukan, karena sampel akan

    langsung dianalisa di laboratorium.

    b. Sampel air untuk analisa isotop stabil dilakukan dengan

    memasukkan sampel air ke dalam botol kaca/gelas berukuran

    100-200 mL, setelah dilakukan penyaringan untuk menghindari

    adanya alga, silika koloid, pasir dan endapan lainnya. Sampel

    langsung ditutup dan dimasukkan dalam cool-box untuk

    menghindari kontaminasi.

    Pada setiap pengambilan sampel dilakukan pengukuran langsung debit,

    temperatur air dan udara sekitar, keasaman (pH), elektronegativitas (Eh),

    daya hantar listrik (DHL) dan salinitas. Titik koordinat, waktu pengambilan

    sampel, karakteristik air di lapangan dicatat dalam buku catatan (Gambar 2

    sampai 5). Untuk pengambilan sampel air panas perlu diperhatikan faktor

    keselamatan, karena temperatur air dapat mencapai titik didih 100C.

    3. Pengambilan sampel batuan teralterasi dilakukan untuk mengetahui

    komposisi mineralogi batuan tersebut. Sampel diambil dengan dimensi

    sekitar 10 x 10 x 10 cm dan berjumlah sekitar 20 sampel. Titik koordinat,

    waktu pengambilan sampel, karakteristik batuan di sekitarnya dicatat

    dalam buku catatan.

    4. Menganalisa sampel air yang diambil untuk mengetahui komposisi kimia air.

    Sampel air dianalisa dengan metoda Atomic Absorption Spectrophotometer

    (AAS) untuk mengetahui kandungan SiO2, Ca2+, Na+, K+, Fe2+, Mg2+, Cl-,

    HCO3- dan SO42-. Analisa kimia air dan gas ini dilakukan di Laboratorium

    Kimia Badan Geologi, Bandung. Perhitungan ionic balance dilakukan untuk

    menentukan kelayakan hasil analisa.

    5. Menganalisa sampel air untuk mengetahui kandungan isotop stabil 18O dan D. Hal ini dilakukan dengan menggunakan Mass Spectrometer (MS) yang tersedia di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Jakarta.

  • - 8 -

    Gambar 2. Peralatan yang digunakan untuk mendeskripsi karakteristik manifestasi panasbumi di permukaan.

    Gambar 3. Beberapa mahasiswa sedang melakukan pengambilan sampel air panas.

  • - 9 -

    Gambar 4. Melakukan pengukuran temperatur, pH dan konduktivitas air panas.

    Gambar 5. Melakukan pengukuran temperatur air panas.

  • - 10 -

    6. Menganalisa sampel batuan untuk mengetahui komposisi mineraloginya.

    Metoda analisa yang digunakan adalah metoda petrografi atau sayatan tipis.

    Metoda X-ray Diffraction (XRD) digunakan untuk mengkonfirmasi analisa

    petrografi, khususnya untuk menganalisa mineral berukuran lempung.

    7. Menginterpretasi dan menganalisa data yang diperoleh, baik data lapangan,

    maupun data hasil analisa laboratorium. Publikasi dari peneliti terdahulu

    digunakan sebagai studi pustaka untuk mendukung hasil penelitian ini.

  • - 11 -

    BAB III

    KONDISI GEOLOGI

    III.1. GEOMORFOLOGI

    Pembagian morfologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang

    merupakan bentukan kaldera Cidanau yang diakibatkan oleh depresi volkano-tektonik.

    Kaldera ini berukuran 12 km x 5 km dan berarah timur laut - barat daya. Morfologi ini

    berada pada ketinggian 90 hingga 100 m. Hutan rawa yang mendominasi dataran ini

    dahulu kini hanya dapat ditemukan di beberapa titik (Gambar 6). Sebagian besar dataran

    ini telah dimanfaatkan oleh penduduk, sehingga daerah rawa-rawa kini telah diganti oleh

    petak-petak sawah. Satuan geomorfologi ini menunjukkan, bahwa daerah ini telah

    mengalami tingkat erosi yang tinggi dan dapat dikatakan telah memasuki jenjang dewasa.

    Kubah-kubah lava dijumpai di sekeliling dataran danau (Gambar 7). Di utara terdapat

    Gunung Gede (741 m), Tukung (708 m), Sarengean (711 m), dan lain-lain, sedangkan di

    selatan terdapat Gunung Tangkuang (615 m), Condong (794 m), Parakasa (990 m),

    Rangkong (415 m), dan lain-lain (Gambar 8). Deretan kubah lava ini membentuk Satuan

    Morfologi Pegunungan Komplek Gunung Tukung di utara dan Pegunungan Komplek

    Gunung Tangkuang di selatan Satuan Dataran Danau. Di beberapa tempat, gawir-gawir

    terjal terbentuk dan membatasi Satuan Dataran Danau dari Satuan Pegunungan Komplek.

    Beberapa mataair juga muncul di perbatasan kedua satuan geomorfologi tersebut.

    Satuan geomorfologi di bagian barat didominasi oleh Satuan Dataran Pantai (Gambar 9).

    Satuan ini memanjang di pantai Selat Sunda dari Anyer hingga Labuan dengan lebar

    sekitar 1 km. Ketinggian morfologi ini tidak lebih dari 30 m.

    Di selatan dan tenggara daerah penelitian terdapat gunung api strato Gunung Aseupan

    (1081 m), Pulosari (1046 m) dan Karang (1778 m). Dari ketiga gunung api tersebut,

    Gunung Karang merupakan gunung api termuda dan tertinggi (http://www.vsi.esdm.

    go.id/pbumi/java/dndanutxt.html).

  • - 12 -

    Gambar 6. Rawa masih dapat dijumpai di beberapa lokasi di dataran danau. Dataran Cidanau merupakan cagar alam dan tempat konservasi air.

  • - 13 -

    Gambar 7. Dataran danau mendominasi pembagian morfologi daerah penelitian dan dikelilingi oleh pegunungan komplek. Beberapa mataair panas muncul di kaki pegunungan dan beberapa kolam air panas muncul di dataran danau. Lokasi Cilurah, di barat daya daerah penelitian.

  • - 14 -

    Gambar 8. Gunung Rangkong merupakan kubah lava yang muncul diantara dataran danau di bagian selatan daerah penelitian.

  • - 15 -

    Gambar 9. Bagian barat daerah penelitian didominasi oleh dataran pantai yang memanjang dari Anyer hingga Labuan. Di beberapa lokasi merupakan tempat wisata yang menarik, seperti Pantai Marbella dan Carita.

  • - 16 -

    III.2. GEOLOGI

    III.2.1. Fisiografi

    Menurut van Bemmelen (1949) fisiografi daerah penelitian termasuk dalam zona yang

    dipengaruhi oleh gunung api Kuarter, dalam hal ini adalah Gunung Karang (Gambar 10).

    Batuan dasar di daerah penelitian termasuk dalam peralihan antara Zona Bandung, Bogor

    dan Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa.

    III.2.2. Stratigrafi

    Gambar 11 menunjukkan, bahwa geologi permukaan di daerah penelitian didominasi oleh

    batuan hasil dari kegiatan gunungapi berumur Kuarter, seperti lava, breksi, tufa dan

    batuan piroklastik lainnya (Santosa, 1991).

    Batuan volkanik tertua di daerah penelitian merupakan hasil gunung api basalt yang

    terbentuk selama aktivitas pra-kaldera berumur Pliosen Akhir (http://www.vsi.esdm.go.id/

    pbumi/java/dndanutxt.html). Batuan ini tidak tersingkap di daerah penelitian. Pada

    Pleistosen Awal terjadi erupsi besar dan menghasilkan lava andesit dan andesit basaltik,

    serta piroklastik (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/dndanutxt.html). Lava ini

    meliputi dasit di Gunung Gede-Tukung di utara dan diorit (Qdi) di Gunung Rangkong di

    barat daya. Diorit Rangkong sendiri berkomposisi intermediet hingga asam (Santosa,

    1991), meskipun BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa komposisi diorot Rangkong sangat

    asam dengan kandungan SiO2 mencapai 74,5%.

    Erupsi yang membentuk komplek volkanik yang besar tersebut kemudian diikuti oleh

    erupsi eksplosif yang disertai runtuhnya struktur volkanik yang telah ada

    (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/dndanutxt.html). Aktivitas ini membentuk kaldera

    Cidanau yang dikelilingi oleh kubah-kubah lava yang tertutupi oleh endapan piroklastik

    aliran berbatuapung. Batuan ini diuraikan oleh Santosa (1991) sebagai Batuan Gunungapi

    Danau Tua (Qpd) dan Batuan Gunungapi Danau Muda (Qvd) yang terdiri dari lava andesit

    hingga basalt, breksi gunung api dan tufa; Tufa Banten Bawah (Qptb) yang terdiri dari

    tufa breksi, anglomerat, tufa berbatu apung, tufa lapili dan tufa pasiran; dan Tufa Banten

    Atas (Qvtb) yang terdiri dari tufa berbatuapung, tufa pasiran, tufa kristal, tufa lapili, tufa

    gelas dan sisipan tufa lempungan (Gambar 11).

  • - 17 -

    Gambar 10. Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah penelitian terletak di zona dengan batuan gunungapi Kuarter dengan Gunung Karang sebagai puncaknya.

  • - 18 -

    Aktivitas volkanik selanjutnya terjadi di selatan Cidanau, yaitu dengan terjadinya erupsi

    berkomposisi andesit basaltik di Gunung Parakasa. Erupsi selanjutnya terjadi di Gunung

    Aseupan, Pulosari dan Karang yang membentuk gunung api strato berkomposisi andesit

    hingga andesit basaltik (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/dndanutxt.html). Di

    daerah penelitian, Santosa (1991) menyebutkan batuan ini sebagai Batuan gunungapi

    muda (Qhv) yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tufa, aliran lahar dan hasil erupsi

    gunungapi lainnya (Gambar 11).

    BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa batuan-batuan volkanik berumur Plio-Kuater tersebut

    di atas menindih secara tidak selaras batuan sedimen dan volkanik berumur Tersier,

    seperti batugamping, piroklastik dan batuan sedimen laut dan darat lainnya. Data

    geofisika menyebutkan, bahwa batuan dasar kristalin tersebut miring dan bertambah

    tebal ke selatan (BEICIP, 1979).

    Selanjutnya Santosa (1991) menyebutkan, bahwa endapan paling muda yang terdapat di

    daerah penelitian merupakan endapan rawa pantai (Qr) yang hadir di Padarincang hingga

    Cidanau dan endapan pantai (Qa) yang tersebar di sekitar garis pantai Selat Sunda.

    Endapan-endapan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur dan kerakal

    batuapung. Koluvium (Qk) merupakan reruntuhan, talus, rombakan dan urugan yang

    berasal dari batuan gunungapi yang tersebar di antara morfologi pegunungan dan

    dataran danau (Gambar 11).

    III.2.3. Struktur Geologi

    Struktur geologi di daerah penelitian didominasi oleh sesar berarah barat laut - tenggara

    dan barat - timur (Santosa, 1991). Berdasarkan penyebarannya yang radial mengikuti

    bentuk kaldera Cidanau, diduga sesar-sesar ini merupakan sesar normal yang diakibatkan

    oleh depresi volkano-tektonik Cidanau (Gambar 11). Batuan-batuan produk gunung api

    muda yang terpotong oleh sesar ini menunjukkan, bahwa sesar-sesar ini sebenarnya

    berumur tua, tetapi diaktifkan kembali. BEICIP (1979) menduga, bahwa sesar-sesar

    tersebut berhubungan dengan Sistem Sesar Lampung di Sumatera. Sesar-sesar berarah

    barat laut - tenggara dan barat - timur ini juga mengontrol kemunculan beberapa air

    panas di daerah penelitian.

  • - 19 -

    Gambar 11. Peta geologi daerah penelitian (modifikasi dari Santosa, 1991).

  • - 20 -

    Sesar berarah utara - selatan juga teramati di bagian utara daerah penelitian, yaitu di

    Gunung Tukung dan Sarengean. Sesar ini diduga terbentuk sebagai akibat dari

    pembentukan sesar barat laut - tenggara Gunung Tukung. Di bagian lain di daerah

    penelitian, tren utara - selatan ini hanya teramati melalui foto udara dan merupakan

    sesar-sesar berumur muda (Gambar 11).

    Gawir-gawir terjal terbentuk di sepanjang kaldera Cidanau di sekitar Cidanau dan

    Padarincang (Gambar 11). Gawir ini merupakan struktur tua berupa sesar turun yang

    terbentuk akibat pembentukan kaldera Cidanau. Termasuk dalam struktur tua adalah

    struktur kaldera Gunung Tukung di utara daerah penelitian dan Gunung Tangkuang dan

    Parakasa di selatan daerah penelitian (Gambar 11).

    III.3. HIDROGEOLOGI

    Daerah penelitian didominasi oleh akuifer dengan aliran air tanah antar butir dan rekahan.

    Gambar 12 menunjukkan, bahwa daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan hidrogeologi

    (Suryaman, 1999), yaitu akuifer pada endapan tufa Banten atas dan endapan volkanik

    muda, akuifer pada endapan gunungapi muda, akuifer pada endapan aluvial pantai dan

    danau, dan non akuifer (Gambar 12).

    Akuifer pada endapan tufa Banten dan endapan volkanik muda mendominasi daerah

    penelitian. Pada akuifer ini terdapat beberapa lapisan akuifer dengan ketebalan 5 hingga

    25 m dengan muka air tanah statis yang umumnya berada 5 hingga 27 m di bawah muka

    tanah setempat. Sumur-sumur air tanah pada akuifer ini mempunyai debit aliran yang

    rendah, yaitu 5 L/detik (Suryaman, 1999).

    Akuifer pada endapan gunungapi muda terletak di bagian selatan daerah penelitian, yaitu

    di Padarincang dan sekitarnya (Gambar 12). Akuifer ini terdiri dari beberapa lapisan

    akuifer dengan ketebalan antara 5 hingga 50 m. Muka air tanah pada akuifer ini bersifat

    statis dan berada pada kedalaman lebih dari 1 m. Debit air tanah yang keluar dari sumur-

    sumur di daerah ini sangat tinggi, yaitu antara 10 hingga 25 L/detik (Suryaman, 1999).

  • - 21 -

    Gambar 12. Peta hidrogeologi daerah penelitian (modifikasi dari Suryaman, 1999).

  • - 22 -

    Akuifer dengan sistem aliran melalui ruang antar butir dan rekahan dijumpai pada

    endapan aluvial danau dan pantai dan endapan gunungapi muda. Akuifer ini terdapat di

    Cidanau dan sekitarnya, dan Pantai Anyer (Gambar 12). Akuifer ini terdiri dari beberapa

    lapisan akuifer yang mempunyai ketebalan antara 5 dan 25 m. Muka air tanah pad akuifer

    ini umumnya kurang dari 2 m di bawah muka tanah setempat, bahkan di beberapa lokasi

    berada 1 m di atas muka tanah dengan debit aliran 5 hingga 10 L/detik (Suryaman, 1999).

    Daerah di sekitar puncak Gunung Gede, Tukung, Rangkong, Tangkuang dan Parakasa

    merupakan daerah yang tidak permeabel. Suryaman (1999) menyebutkan, bahwa daerah

    ini tidak mempunyai akuifer yang mengandung air tanah yang berarti.

    III.4. MANIFESTASI PERMUKAAN

    Daerah panasbumi Banten meliputi area seluar 1200 km2; manifestasi panasbumi di sini

    muncul di 3 daerah, yaitu Cidanau di daerah paling utara, Gunung Karang dan Pulosari di

    selatan. Cidanau sendiri merupakan lapangan panasbumi yang besar. Santosa (1991)

    menyebutkan, bahwa beberapa mataair panas muncul di utara dan selatan Cidanau

    (Gambar 2). BEICIP (1979) menyebutkan kehadiran 11 mataair panas di sekitar Cidanau

    dan tersebar di area seluas 200 km2. Kesebelas mataair tersebut adalah : Anyer, Kareo,

    Cipanas, Sadatani, Ciraab, Jumpari, Jumungkal, Citasuk, Citiis, Batukuwung dan Cipurut.

    Air panas tersebut mempunyai temperatur 30 hingga 60C dan pH 5,5 hingga 7,7, serta keluar dengan debit rendah, yaitu tidak lebih dari 8 kg/detik (http://www.vsi.esdm.go.id/

    pbumi/java/dndanutxt.html). BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa semua mata panas

    adalah netral hingga sedikit asam dengan gelembung gas CO2.

    Meskipun demikian, manifestasi panasbumi ini belum diketahui karakteristik detilnya.

    Berdasarkan penyebarannya, air panas di daerah penelitian berasal dari akifer yang

    berbeda, yaitu dari Gunung Tukung di utara dan Tangkuang di selatan, sehingga

    kemungkinan karakteristiknya juga berbeda.

    Manifestasi panasbumi lain di sekitar Cidanau adalah di Gunung Karang dan Pulosari,

    Banten yang terletak lebih dari 10 km selatan Cidanau (http://www.vsi.esdm.go.id/

    pbumi/).

  • - 23 -

    BAB IV

    MANIFESTASI PANASBUMI DI PERMUKAAN

    Sedikitnya terdapat 9 manifestasi panasbumi yang diidentifikasi di daerah penelitian,

    yaitu : Anyer, Kareos, Batukuwung, Cilenge, Sadatani, Cilurah, Kajaroan, Cipanas Hilir dan

    Gunung Tangkuang. Lokasi dan tipe manifestasi ketujuh manifestasi tersebut dirangkum

    pada Tabel 1 dan Gambar 13. Disamping itu terdapat manifestasi panasbumi lain yang

    muncul di Gunung Karang dan Pulosari yang dideskripsi di sini, meskipun tidak dilakukan

    observasi lapangan.

    IV.1. ANYER

    Aliran air hangat bertemperatur 40C dengan pH 7,5 dan debit sekitar 5 L/menit. Menurut penduduk disalurkan dari pemboran lepas pantai di Selat Sunda. Saat ini air panas ini

    digunakan sebagai tempat pemandian umum. Tidak terlihat adanya alterasi permukaan,

    hanya air yang mengalir meninggalkan bekas berwarna putih dan kuning-orange di

    dinding bak (Gambar 14).

    IV.2. KAREOS

    BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa mataair Kareos muncul akibat adanya sesar berarah

    barat laut - tenggara. Manifestasi ini berupa kolam air hangat dengan dimensi 3 x 2 m2

    dan kedalaman 50 cm. Manifestasi ini muncul di punggungan batugamping di tengah

    areal persawahan yang didominasi oleh aluvial danau (Gambar 15). BEICIP (1979)

    menyebutkan kehadiran travertin (CaCO3) di sekitar mataair panas ini, tetapi hal ini masih

    diperdebatkan.

    Gambar 15 menunjukkan, bahwa kolam air hangat Kareos mempunyai air yang jernih dan

    terdapat gelembung-gelembung gas. Debit air yang keluar sekitar 5 L/menit. Temperatur

    air panas hanya 40-42C dan pH air sekitar 6,4. Endapan berwarna putih kekuningan terbentuk di permukaan batuan di sekitar kolam dan bercampur dengan material organik.

  • - 24 -

    Gambar 13. Lokasi manifestasi panasbumi di permukaan.

  • - 25 -

    Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel air panas, tipe manifestasi menurut klasifikasi Hochstein (1994) dan hasil pengukuran langsung temperatur, pH dan nilai konduktivitas. Sampel AY-007 dan 008 merupakan sampel air dingin, dan sampel AY-011 adalah sampel air laut.

    Koordinat

    No. Lokasi No. Sampel Tanggal

    Pengambilan Sampel S E

    toC pH Konduktivitas (MeV) Debit Perkiraan

    (L/ menit) Tipe Manifestasi dan Deskripsi

    1 Anyer AY - 001 6 April 2007 6o 3' 17" 105o 55' 06" 40.0 7.51 -18.2 5 Aliran air hangat, menurut penduduk disalurkan dari sumber mataair di laut. Menjadi tempat pemandian umum.

    2 Kareos AY - 002 6 April 2007 6o 5' 12" 105o 54' 37" 41.5 6.41 45.8 5 Kolam air hangat, dimensi 3 x 2 m2, kedalaman 50 cm. Terdapat gelembung gas, jernih, endapan berwarna putih kekuningan pada batuan dinding kolam bercampur dengan organik.

    3 Batukuwung AY - 003 7 April 2007 6o 12' 30" 105o 58' 46" 60.7 6.4 44.4 240 Mataair panas ditampung pada bak dengan dimensi 4 x 4 m2, kedalaman 1.5 m. Terdapat gelembung gas, jernih, endapan pada dinding bak berwarna kuning kemerahan bercampur dengan organik.

    4 Batukuwung AY - 004 7 April 2007 6o 12' 30" 105o 58' 41" 58.1 6.31 51.3 - Kolam air panas, dimensi 30 x 40 cm2, kedalaman 80 cm. Air jernih dan endapan pada batuan sekitar berwarna putih bercampur dengan organik.

    5 Batukuwung AY - 005 7 April 2007 6o 12' 37" 105o 58' 40" 28.4 - - - Kaipohan, gas tidak terlihat, bau belerang tajam. Batuan teralterasi kuat, mengulit bawang, berwarna putih, bagian inti masih segar (masih terlihat teksturnya). Batuan andesitik.

  • - 26 -

    Tabel 1. (Lanjutan)

    Koordinat No. Lokasi No. Sampel

    Tanggal Pengambilan

    Sampel S E toC pH Konduktivitas (MeV)

    Debit Perkiraan (L/ menit) Tipe Manifestasi dan Deskripsi

    6 Cilenge AY - 006 7 April 2007 6o 12' 24" 105o 58' 11" 54.0 6.11 62.5 20 Kolam air panas, mengalir ke sungai. Dimensi 1 x 3 m2, kedalaman 30 cm. Endapan berwarna kuning bercampur dengan organik.

    7 Cilenge AY - 007 7 April 2007 6o 12' 27" 105o 58' 11" 32.1 5.94 67.3 5 Mataair, ditampung dalam bak berdimensi 1 x 2 m2. Air jernih, rasa asam, tidak berbau. Sumur penduduk, digunakan untuk mencuci.

    8 Cacaban AY - 008 7 April 2007 6o 12' 32" 105o 58' 2" 27.4 5.94 70.2 60 Mataair, ditampung dalam bak berdimensi 5 x 3 m2, kedalaman 1.5 m. Digunakan sebagai pemandian umum. Dulu sebagai sumber air mineral.

    9 Sadatani AY - 009 7 April 2007 6o 11' 16" 105o 54' 26" 40.8 7.14 2.6 10 Kolam air hangat, di areal persawahan. Dimensi 5 x 2 m2, kedalaman 1 m. Ada 5 titik kolam air panas di areal ini.

    10 Cilurah AY - 010 7 April 2007 6o 15' 6" 105o 49' 41" 49.3 7.23 -4.7 20 Sumur bor air panas, kedalaman 72 m (12 pipa). Ditampung dalam kolam sebagai tempat wisata. Dimensi 6 x 15 m2, kedalaman 1m.

    11 Pantai Anyer AY - 011 8 April 2007 6o 3' 17" 105o 9' 36" - - - - Air laut, salinitas 30o/oo. 12 Kajaroan AY - 012 8 April 2007 6o 10' 31" 105o 56' 11" 44.8 7.25 -3.8 60 Kolam air hangat, dimensi 3 x 3 m2,

    kedalaman 1,5 m. Bekas sumur penduduk. Di sekitarnya banyak terdapat organik.

  • - 27 -

    Tabel 1. (Lanjutan)

    Koordinat No. Lokasi No. Sampel

    Tanggal Pengambilan

    Sampel S E toC pH Konduktivitas (MeV)

    Debit Perkiraan (L/ menit) Tipe Manifestasi dan Deskripsi

    13 Cipanas Hilir AY - 013 16 Juli 2007 6o 13' 21" 105o 50' 49" 43.1 6.51 37.6 5 Mataair panas ditampung pada bak dengan dimensi 2 x 3 m2, kedalaman 1.5 m. Terdapat gelembung gas, jernih, tidak berasa, endapan pada dinding bak berwarna kuning kemerahan bercampur dengan organik.

    14 Ciasem, Tangkuang

    AY - 014 30 Juli 2007 6o 14' 09" 105o 58' 54" 27.1 3.94 173.6 5 Mataair, keluar dari rekahan, dialirkan ke sungai Cikoneng. Jernih, berrasa besi, endapan sekitar berwarna coklat kemerahan, batuan sekitar teralterasi.

    15 Cileunyeup, Tangkuang

    AY - 015 30 Juli 2007 6o 13' 10" 105o 59' 03" 49.5 6.29 52.8 1 Kolam air panas, dimensi 1 x 1 m2, keluar dari rekahan. Air keruh, endapan berwarna kemerahan, terdapat endapan travertin, berlapis.

    16 Karang* - - - - - - - - Solfatara, steaming ground dan mataair panas bersifat netral hingga asam.

    17 Pulosari* - - - - - - - - Solfatara dan mataair panas bersifat asam

    * Disarikan dari http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/karangtxt.html dan http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/pulosaritxt.html.

  • - 28 -

    Gambar 14. Air panas Anyer dialirkan dan dipergunakan langsung sebagai pemandian umum. Sumber air panas tidak diketahui, tetapi beberapa penduduk menyebutkan sumber dari pemboran di lepas pantai Selat Sunda.

    Selat Sunda

  • - 29 -

    Gambar 15. Mataair Kareos terletak di tinggian di sekitar areal persawahan. Air panas ini dimanfaatkan langsung sebagai pemandian umum.

    Mata air panas

  • - 30 -

    IV.3. BATUKUWUNG

    Di Batukuwung terdapat beberapa titik mataair. BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa

    Batukuwung merupakan mataair dengan debit terbesar dan temperatur tertinggi di

    daerah Cidanau. Kini mataair tersebut telah dimanfaatkan sebagai obyek wisata

    pemandian umum (Gambar 16). Air panas ditampung dalam bak dengan dimensi 4 x 4 m2

    dan kedalaman 1,5 m. Karakteristik air panas tersebut adalah jernih, terdapat gelembung-

    gelembung gas, dan membentuk endapan berwarna kuning kemerahan bercampur

    dengan organik pada dinding bak. Debitnya sangat besar, yaitu mencapai 240 L/menit.

    Temperatur air adalah sekitar 60C dan pH terukur di lapangan adalah 6,4.

    BEICIP (1979) menyebutkan, bahwa travertin dan sinter silika muncul di Batukuwung.

    Sinter silika umumnya sangat dominan dan berupa blok dan lembaran. Di beberapa

    tempat sinter ini telah merupakan fosil sinter. Travertin umumnya muncul bercampur

    dengan silika dan merupakan hasil aktivitas air panas yang lebih muda (BEICIP, 1979).

    Mataair panas muncul di sekitar 100 m dari Pemandian Batukuwung. Kolam air panas ini

    mempunyai dimensi 30 x 40 cm2 dan kedalaman 80 cm. Airnya jernih, bertemperatur

    sekitar 58C dan pH sekitar 6,3. Terdapat endapan berwarna putih bercampur dengan material organik pada batuan sekitar (Gambar 17). Sekitar 10 m dari mataair ini terdapat

    mataair dingin (Gambar 18).

    Kaipohan merupakan tempat keluarnya gas panasbumi, tetapi tidak menunjukkan anomali

    termal. Kaipohan dijumpai di Batukuwung, 200 m dari Pemandian Batukuwung ke arah

    bukit. Lokasi ini ditandai dengan terciumnya gas belerang yang kuat, tanah yang tidak

    dapat ditanami apapun dan batuan yang telah teralterasi argilik yang kuat (Gambar 19).

    IV.4. CILENGE

    Kolam air panas berukuran 1 x 3 m2 dengan kedalaman 30 cm. Mataair ini mengalir ke

    sungai dan bercampur dengan air sungai (Gambar 20). Di sepanjang aliran air panas

    terdapat endapan berwarna kuning bercampur dengan material organik. Air panas ini

    bertemperatur 54C, mempunyai pH sekitar 6 dan debit sekitar 20 L/menit.

  • - 31 -

    Gambar 16. Mataair panas Batukuwung (AY-003) mempunyai debit air yang paling besar di antara mataair panas lain di daerah penelitian. Air panas ini dimanfaatkan langsung sebagai kolam pemandian umum.

  • - 32 -

    Gambar 17. Air panas Batukuwung (AY-004) terletak sekitar 100 m dari Pemandian Batukuwung. Air panas ini belum dimanfaatkan.

    Gambar 18. Mataair dingin di daerah Batukuwung yang terletak sekitar 10 m dari AY-004.

  • - 33 -

    Gambar 19. Kaipohan di daerah Batukuwung (AY-005) merupakan daerah keluarnya gas bertemperatur rendah (t = 36C). Tanah di sekitarnya merupakan tanah yang tidak subur dan ditandai dengan pola alterasi yang khas. Pola alterasi ini akan dibahas lebih lengkap pada Bab Alterasi Batuan di Permukaan.

  • - 34 -

    Di Cilenge banyak terdapat mataair dingin bertemperatur 26 hingga 32C dan pH sekitar 6. Salah satu mataair mempunyai rasa asam, meskipun tidak berbau dan jernih. Sekitar 400

    m dari Cilenge, terdapat mataair Cacaban yang mempunyai debit yang tinggi, yaitu 60

    L/menit (Gambar 21). Air yang keluar telah dimanfaatkan oleh penduduk dan digunakan

    sebagai bahan baku air mineral kemasan.

    IV.5. SADATANI

    Di Sadatani terdapat 5 kolam air hangat yang berada di tengah areal persawahan. Kolam

    yang paling panas menunjukkan temperatur sekitar 40C dan pH netral. Kolam ini mempunyai dimensi 5 x 2 m2 dengan kedalaman 1 m (Gambar 22). Air yang keluar

    bercampur dengan material aluvial dan debit air yang keluar adalah sekitar 10 L/menit.

    Tidak ada alterasi permukaan yang teramati di sekitar mataair ini.

    IV.6. CILURAH

    Air panas hasil pemboran pada kedalaman sekitar 72 m. Di permukaan air panas ini

    bertemperatur sekitar 50C dan pH 7,2. Debit air panas yang keluar sekitar 20 L/menit. Air panas ini telah dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan menampungnya dalam

    kolam berukuran 6 x 15 m2 dan kedalaman 1m. Tidak ada endapan yang dihasilkan dari

    air panas ini di permukaan, hanya di sambungan pipa terdapat endapan sinter silika

    berwarna putih (Gambar 23).

    IV.7. KAJAROAN

    Manifestasi panasbumi berupa kolam air hangat berukuran 3 x 3 m2 dengan kedalaman

    1,5 m (Gambar 24). Air panasnya bertemperatur sekitar 45C, mempunyai pH 7,3, telah bercampur dengan material aluvial dan organik, dan mempunyai debit sekitar 60 L/menit.

    Tidak ada alterasi batuan yang teramati di sekitar kolam air panas (Gambar 24).

  • - 35 -

    Gambar 20. Mataair panas Cilenge yang keluar dengan debit rendah. Tidak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, karena kurang lebih 50 m terdapat mataair dingin yang telah dibuat sumur dan dipergunakan sebagai pemandian umum, meskipun rasa air tersebut adalah asam.

    Gambar 21. Mataair Cacaban merupakan mataair dingin yang mempunyai debit paling besar di daerah Batukuwung. Mataair ini telah dipergunakan sebagai pemandian umum dan bahan bahu air mineral.

    Mata air panas

  • - 36 -

    Gambar 22. Kolam air panas Sadatani terletak di areal persawahan. Di sekitar lokasi ini terdapat 3 kolam air panas lainnya.

  • - 37 -

    Gambar 23. Di Cilurah, di sekitar Karang Bolong, air panas keluar dari pemboran dan dialirkan ke kolam pemandian umum.

  • - 38 -

    Gambar 24. Kolam air panas Kajaroan terdapat di sekitar areal persawahan. Belum dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

  • - 39 -

    IV.8. CIPANAS HILIR

    Mataair panas Cipanas Hilir bertemperatur 43oC dan pH 6,5 keluar di tengah-tengah areal

    persawahan (Gambar 25). Air panas tersebut ditampung pada bak berukuran 2 x 3 m2

    dan kedalaman 1,5 m. Air jernih, tidak berasa, dan mengeluarkan gelembung-gelembung

    gas. Tidak terlihat adanya alterasi di sekitarnya, hanya endapan tipis yang menempel

    pada dinding bak berwarna kuning kemerahan bercampur dengan organik. Air dengan

    debit 5 L/menit tersebut ditampung dan digunakan sebagai tempat pemandian oleh

    penduduk setempat.

    IV.9. GUNUNG TANGKUANG

    Mataair dingin Ciasem ditemukan di Gunung Tangkuang. Mataair dingin ini bertemperatur

    27oC dan pH 4. Mataair ini keluar dari rekahan dan mengalir ke hulu Sungai Cikoneng.

    Airnya jernih walaupun sedikit berbau dan berasa besi. Batuan di sekitar mataair ini

    terubah menjadi batuan alterasi berwarna putih dan membentuk endapan berwarna

    coklat kemerahan dipermukaannya (Gambar 26).

    Air panas di Gunung Tangkuang muncul sebagai kolam air panas berukuran 1 x 1 m2 yang

    keluar dari rekahan di antara bongkah-bongkah batuan di Sungai Cileunyep. Air panas ini

    berwarna coklat keruh, bertemperatur 49,5oC dan pH sekitar 6, serta mengeluarkan

    gelembung-gelembung gas. Di sekitar mataair panas ini terdapat endapan travertin yang

    menggantung membentuk teras dan perlapisan (Gambar 27).

    IV.10. GUNUNG KARANG

    Gunung Karang terletak 10 km tenggara Cidanau dan merupakan gunungapi strato

    berkomposisi andesit yang terbentuk hampir bersamaan dengan Gunung Parakasa,

    Aseupan, dan Pulosari.

    Solfatara muncul di lereng selatan Gunung Karang dengan steam vent bertemperatur

    94C dan kolam lumpur bersifat asam dan bertemperatur 84 hingga 94C (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/karangtxt.html). Mataair panas muncul di Ciboek

    dan Citaman yang mengikuti struktur sesar berarah barat laut - tenggara. Air panas

    Ciboek adalah air bikarbonat yang bersifat netral, mempunyai debit kecil dan

    bertemperatur hanya 38C, sedangkan mataair panas Citaman bersifat asam hingga

  • - 40 -

    Gambar 25. Mataair panas Cipanas Hilir yang muncul di tengah areal persawahan dan telah ditampung pada bak berukuran 2 x 3 m2.

    Gambar 26. Mataair dingin Ciasem yang muncul di Gunung Tangkuang. Di sekitar mataair terdapat endapan berwarna putih dan orange.

  • - 41 -

    Gambar 27. Mataair panas Cileunyep yang muncul di Gunung Tangkuang. Di sekitar mataair panas dijumpai endapan travertin yang membentuk dinding sungai.

  • - 42 -

    netral, mempunyai debit aliran 2 L/detik dan mempunyai temperatur 59 hingga 67C (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/karangtxt.html). Mataair panas Citaman

    merupakan manifestasi panasbumi yang penting di daerah Banten; salah satu mataairnya

    mempunyai devit sangat besar, yaitu 42 L/detik yang setara dengan heat flow sebesar

    6,7 MW (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/karangtxt.html). Mataair panas ini juga

    mempunyai endapan sinter silika dan travertin.

    Manifestasi panasbumi di Gunung Karang berhubungan dengan zona sesar aktif berarah

    barat laut - tenggara dan berasosiasi dengan sumber panas Gunung Karang yang

    berkomposisi intermediate atau asam yang berhubungan dengan kaldera Cidanau atau

    keduanya. Berdasarkan manifestasi panasbumi di permukaan, Gunung Karang

    mempunyai heat flow sebesar 8 MW (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/

    karangtxt.html).

    IV.11. GUNUNG PULOSARI

    Gunung Pulosari berumur Kuarter dan berada 15 km selatan kaldera Cidanau. Gunung ini

    merupakan satu dari 4 gunung yang beraktivitas setelah pembentukkan kaldera Cidanau.

    Kemunculan manifestasi panasbumi di daerah ini sangat berhubungan dengan sesar

    berarah barat laut - tenggara dan timur laut - barat daya seperti yang terjadi di Cidanau

    dan Gunung Karang. Meskipun demikian, prospek panasbumi di daerah ini diduga

    berhubungan dengan sistem lain, yaitu volkanisme berkomposisi andesit Gunung Pulosari.

    Manifestasi panasbumi di daerah ini ditandai dengan munculnya solfatara di puncak

    Gunung Pulosari disertai dengan steaming ground yang mempunyai temperatur hingga

    121C (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/pulosaritxt.html). Beberapa mataair panas asam muncul di lokasi ini dan mempunyai temperatur sekitar 95C (http://www.vsi.esdm. go.id/pbumi/java/pulosaritxt.html). Meskipun demikian satu mataair yang muncul di

    kawah Pulosari hanya mempunyai temperatur 25C. Mataair panas yang bersifat asam lemah dan bertemperatur hingga 51C juga muncul di lereng barat laut dan barat daya Gunung Pulosari (http://www.vsi.esdm.go.id/pbumi/java/ pulosaritxt.html).

  • - 43 -

    BAB V

    KOMPOSISI KIMIA AIR PANAS

    Analisa kimia dilakukan terhadap 13 sampel air, meliputi air panas dan air dingin. Analisa

    dilakukan untuk mengetahui pH air pada suhu 25C, jumlah padatan terlarut (TDS=Total Dissolved Solid), Daya Hantar Listrik (DHL), nilai kesadahan (CaCO3) dan 16 unsur yang

    meliputi anion utama Cl-, SO42- dan HCO3-, dan kation seperti Ca2+, Na+, K+ dan Mg2+.

    Analisa juga dilakukan terhadap unsur-unsur netral, seperti SiO2, NH3 dan F, dan unsur

    kontaminan yang umum dijumpai pada sistem panasbumi, seperti As3+ dan B. Hasil

    analisa kimia ditunjukkan pada Tabel 2 dan 3.

    V.1. KARAKTERISTIK UMUM AIR PANAS

    Secara umum, air panas di daerah penelitian mempunyai temperatur yang hangat, yaitu

    40 hingga 60C, dengan pH sekitar netral (Tabel 1). Derajat keasaman air hangat ini bisa menjadi basa, yaitu sekitar 8,5, bila temperatur air turun hingga suhu ruangan (Tabel 2).

    Konduktivitas terukur langsung di lapangan berkisar antara -18 hingga +62 MeV. Hasil

    analisa kimia pada Tabel 2 menunjukkan, bahwa nilai kesadahan (CaCO3) air panas

    berkisar antara 87 - 367 mg/L.

    Hasil pengukuran TDS dan DHL di laboratorium menunjukkan nilai yang secara berurutan

    berkisar antara 720 hingga 4050 mg/L dan 1030 hingga 5790 S/cm (Tabel 2). Nilai TDS dan DHL saling berhubungan, yaitu nilai TDS akan naik bila nilai DHL naik, dan sebaliknya,

    nilai TDS akan turun seiring dengan penurunan nilai DHL. Berdasarkan Klasifikasi Freeze

    dan Cherry (1979), air panas di Koreos, Cilenge, Cilurah, Kajaroan dan Cileunyep

    merupakan air payau, karena mempunyai TDS melebihi 1000 mg/L.

    Analisa kimia pada Tabel 3 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian

    mempunyai ion balance antara 1 hingga 16% (Tabel 4). Analisa kimia air panas Anyer,

    Batukuwung dan Kajaroan mempunyai ion balance kurang dari 5%; analisa ini dapat

    dikatakan layak. Namun, tidak berarti, bahwa hasil analisa air panas lain yang mempunyai

    ion balance di atas 5% tidak layak digunakan dalam interpretasi; ion balance yang tinggi

    dipengaruhi juga oleh tipe dan proses yang dialami air panas.

  • - 44 -

    Kelayakan analisa kimia air juga dapat ditentukan berdasarkan kesetimbangan massa

    yang ditentukan dengan membandingkan nilai TDS dan konsentrasi total seluruh unsur

    terlarut (TDS/Csolute). Tabel 4 menunjukkan, bahwa nilai rasio TDS/Csolute air panas di daerah penelitian berkisar antara 0,97 dan 2,00. Hal ini menunjukkan, bahwa komposisi

    kimia air panas di daerah penelitian menunjukkan kesetimbangan massa dan hasil analisa

    kimia air panas yang diperoleh adalah layak digunakan untuk interpretasi lebih lanjut.

    Selanjutnya Tabel 3 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian mempunyai

    kandungan SiO2 yang rendah, yaitu 7 hingga 36 mg/L, tetapi CO2 terlarut yang tinggi,

    yaitu hingga 65 mg/L. Anion utama yang paling dominan adalah HCO3, yaitu berkisar

    antara 270 hingga 1420 mg/L; kandungan Cl adalah 10 hingga 1380 mg/L dan SO4 adalah

    kurang dari 270 mg/L.

    Tabel 2. Hasil analisa pH, TDS, DHL dan kesadahan (CaCO3) sampel air panas. Sampel AY-005 merupakan gas discharge dan tidak diambil sampelnya, sampel AY-007 dan 008 merupakan sampel air dingin, dan sampel AY-011 adalah sampel air laut yang tidak dianalisa.

    No. Lokasi No. Sampel pH(lab,25C) Total Dissolved Solid (TDS, mg/L) Daya Hantar Listrik

    (DHL, uS/cm) Kesadahan

    (CaCO3, mg/L)

    1 Anyer AY - 001 8.48 839 1198 87.37

    2 Kareos AY - 002 8.53 3360 4800 155.33

    3 Batukuwung AY - 003 8.49 794 1135 176.69

    4 Batukuwung AY - 004 8.54 726 1038 170.86

    5 Batukuwung AY - 005 - - - -

    6 Cilenge AY - 006 8.47 1834 2630 236.88

    7 Cilenge AY - 007 8.53 564 806 250.47

    8 Cacaban AY - 008 7.82 87 124 28.15

    9 Sadatani AY - 009 8.49 896 1280 149.50

    10 Cilurah AY - 010 8.35 4050 5790 287.36

    11 Pantai Anyer AY - 011 - - - -

    12 Kajaroan AY - 012 8.69 1424 2030 248.52

    13 Cipanas Hilir AY - 013 7.54 75 109 66.65

    14 Ciasem AY - 014 3.28 203 273 228.60

    15 Cileunyep AY - 015 8.53 1764 2520 366.67

  • - 45 -

    Tabel 3. Hasil analisa kimia air. Sampel AY-005 merupakan gas discharge dan tidak diambil sampelnya, sampel AY-007 dan 008 merupakan sampel air dingin, dan sampel AY-011 adalah sampel air laut yang tidak dianalisa.

    Konsentrasi (mg/L)

    No. Lokasi No. Sampel Ca2+ Mg2+ Cl- F SO42- Na+ K+ Fe Mn B NH4 SiO2 CO32- HCO3- As3+ Li+

    1 Anyer AY - 001 20.33 8.90 172.60 0.291 26.51 150.16 45.67 0.093 0.00 0.000 0.167 19.52 10.42 270.03 0.0060 0.090

    2 Kareos AY - 002 68.82 3.98 493.14 1.033 268.04 1022.59 77.33 0.144 0.00 0.000 0.475 12.22 65.10 1416.36 0.0327 0.947

    3 Batukuwung AY - 003 31.28 23.97 73.97 0.681 190.08 126.58 50.68 0.073 0.00 0.218 0.273 22.63 26.04 275.33 0.0010 0.051

    4 Batukuwung AY - 004 37.54 18.76 123.29 0.604 35.21 85.03 46.13 0.398 0.00 0.000 0.186 21.35 16.93 312.39 0.0015 0.035

    5 Batukuwung AY - 005 - - - - - - - - - - - - - - - -

    6 Cilenge AY - 006 51.61 26.27 542.46 0.585 9.14 456.03 83.71 0.351 0.00 0.159 0.508 20.86 6.51 418.29 0.0158 0.630

    7 Cilenge AY - 007 58.65 25.30 123.29 0.269 23.26 26.49 11.03 0.073 0.00 0.000 0.197 11.70 6.51 264.74 0.0002 0.009

    8 Cacaban AY - 008 6.26 3.05 2.47 0.246 0.21 10.15 6.04 0.063 0.00 0.000 0.193 5.65 28.64 1416.36 0.0002 0.005

    9 Sadatani AY - 009 31.28 17.36 197.20 0.357 0.21 136.16 54.77 0.571 0.00 0.017 0.159 11.70 10.42 389.17 0.0002 0.033

    10 Cilurah AY - 010 54.61 38.53 1380.80 1.033 0.21 1199.45 72.70 0.340 0.00 0.312 1.087 7.61 9.11 309.75 0.0022 0.943

    11 Pantai Anyer AY - 011 - - - - - - - - - - - - - - - -

    12 Kajaroan AY - 012 40.67 35.74 320.54 0.442 0.21 251.68 52.68 0.446 0.00 0.039 2.474 13.82 19.53 532.13 0.0002 0.226

    13 Cipanas Hilir AY - 013 7.94 11.38 9.58 0.224 3.29 19.06 9.76 0.000 0.01 0.003 0.138 35.43 0.40 124.40 0.0008 0.006

    14 Ciasem AY - 014 57.14 20.91 19.24 1.340 244.00 12.02 2.98 1.690 0.51 0.006 0.264 2.82 - - 0.0002 0.002

    15 Cileunyep AY - 015 71.43 45.79 38.48 0.570 269.15 93.42 35.67 22.270 0.41 0.010 0.635 25.28 42.12 237.90 0.0005 0.050

  • - 46 -

    Tabel 4. Jumlah anion dan katian untuk analisa ion balance, dan perbandingan beberapa unsur untuk interpretasi geokimia air panas. Sampel AY-005 dan 011 tidak dianalisa dan sampel AY-007 dan 008 merupakan sampel air dingin.

    Perbandingan*

    No. Lokasi No. Sampel Anion Kation anion-kation (%) TDS/Csolute Cl/1000As Na/K Cl/Mg Cl/SO4 Ca/Mg Na/Mg Na/Ca Mg/Ca NH4/B 1 Anyer AY - 001 9.85 9.45 2.07 1.16 60.8 5.58 13.11 17.61 1.37 17.61 12.85 0.73 -

    2 Kareos AY - 002 42.70 50.22 8.09 0.98 31.9 22.42 83.77 4.98 10.37 268.11 25.84 0.10 -

    3 Batukuwung AY - 003 10.56 10.33 1.06 0.97 156.3 4.24 2.09 1.05 0.78 5.51 7.04 1.28 0.77

    4 Batukuwung AY - 004 9.33 8.29 5.88 1.04 173.7 3.13 4.44 9.47 1.20 4.73 3.94 0.83 -

    5 Batukuwung AY - 005 - - - - - - - - - - - - -

    6 Cilenge AY - 006 22.35 26.71 8.90 1.13 72.5 9.24 13.96 160.44 1.18 18.11 15.37 0.85 1.95

    7 Cilenge AY - 007 8.30 6.44 12.60 1.02 1,302.4 4.07 3.29 14.34 1.39 1.09 0.79 0.72 -

    8 Cacaban AY - 008 23.29 1.16 90.52 0.06 26.1 2.85 0.55 31.81 1.23 3.47 2.82 0.81 -

    9 Sadatani AY - 009 11.94 10.31 7.33 1.05 2,083.1 4.22 7.68 2491.93 1.08 8.18 7.57 0.92 5.72

    10 Cilurah AY - 010 44.03 59.93 15.29 1.32 1,326.0 27.98 24.23 17448.57 0.85 32.48 38.20 1.18 2.13

    11 Pantai Anyer AY - 011 - - - - - - - - - - - - -

    12 Kajaroan AY - 012 17.77 17.26 1.43 1.12 3,386.0 8.10 6.06 4127.68 0.68 7.35 10.76 1.46 38.77

    13 Cipanas Hilir AY - 013 2.38 2.25 2.83 0.34 25.3 3.31 1.58 7.87 0.51 4.86 4.17 0.86 28.11

    14 Ciasem AY - 014 5.62 5.17 4.19 0.56 203.2 6.84 1.43 0.21 1.64 1.37 0.37 0.27 26.89

    15 Cileunyep AY - 015 10.59 12.31 7.51 2.00 150.5 4.44 1.30 0.39 0.94 4.88 2.27 0.47 40.42

    * Perbandingan atomik atau molekular yang dihitung dari konsentrasi terlarut dan berat atom/molekul (BA) unsur terlarut, eg. rasio Cl/As = CCl(mg/kg)/CAs(mg/kg) x (BAAs/BACl), kecuali perbandingan TDS//Csolute yang dihitung dalam satuan mg/kg atau mg/L.

  • - 47 -

    Kandungan Cl air panas terlihat sebanding dengan nilai TDS dan DHL air panas; hal ini

    berati, bahwa semakin tinggi nilai TDS dan DHL air panas, akan sematin tinggi pula

    kandungan anion Cl dalam air panas. Hubungan ini tidak terlihat antara Cl dan SiO2 dan

    antara Cl dan SO4 yang banyak dijumpai oleh peneliti lain (eg. Salvania dan Nicholson,

    1990 dan Veldeman et at., 1990). Kandungan SiO2 dalam air panas juga tidak

    berhubungan dengan kandungan SO4 seperti yang ditulis oleh Veldeman et at. (1990) dan

    Herdianita dan Priadi (2005).

    Kandungan alkali dan alkali tanah dalam air panas adalah 7 hingga 72 mg/L Ca, 19

    hingga 1200 mg/L Na dan 9 hingga 36 mg/L K. Kandungan Mg adalah tinggi, yaitu kurang

    dari 46 mg/L, sedangkan Fe adalah rendah, yaitu kurang dari 2 mg/L, kecuali di Cileunyep.

    Unsur-unsur lain yang sangat sedikit hadir di air panas adalah Mn, F, B, As, Li dan NH4.

    V.2. TIPE AIR PANAS

    Tipe air panas ditentukan berdasarkan kandungan relatif anion Cl, SO4 dan HCO3 seperti

    pada Gambar 28. Di daerah penelitian, hanya air panas Cilenge dan Cilurah yang

    merupakan air panas klorida (Cl). Air panas ini diduga berasal langsung dari reservoar

    panasbumi di bawah permukaan. Kembali ke bab sebelumnya, air panas Cilenge

    merupakan manifestasi yang muncul di permukaan, sedangkan air panas Cilurah diambil

    dari hasil pemboran pada kedalaman sekitar 72 m.

    Air panas lain di daerah penelitian merupakan air panas bikarbonat (HCO3) yang

    mengalami sedikit pencampuran dengan air Cl, seperti pada air panas Anyer, Kareos,

    Batukuwung, Sadatani dan Kajaroan (Gambar 28). Air panas Batukuwung dan Cileunyep

    sendiri juga mengalami pencampuran dengan air panas sulfat (SO4). Berbeda dengan air

    Cl, air HCO3 dan SO4 bukan air reservoar panasbumi, tetapi terbentuk di dekat permukaan

    akibat kondensasi uap ke dalam air tanah atau air permukaan. Air SO4 juga terbentuk

    akibat oksidasi gas H2S di dekat permukaan membentuk larutan asam H2SO4. Meskipun

    air panas tersebut dipengaruhi oleh asam karbonat dan sulfat, derajat keasaman air

    panas di daerah penelitian menunjukkan pH sekitar netral.

  • - 48 -

    Gambar 28. Kandungan relatif Cl - SO4 - HCO3 (dalam mg/L) air panas di daerah penelitian. Nomer dan lokasi sampel serta tipe manifestasi panasbumi mengikuti Tabel 1. Sampel AY-007 dan 008 (diarsir kuning) adalah sampel air dingin.

    Gambar 29. Kandungan relatif Cl - Li - B, dalam mg/L, air panas di daerah penelitian. Nomer dan lokasi sampel serta tipe manifestasi panasbumi mengikuti Tabel 1. Sampel AY-007 dan 008 (diarsir kuning) adalah sampel air dingin.

  • - 49 -

    V.3. RESERVOAR DAN ASAL AIR PANAS

    Kandungan relatif Cl, Li dan B pada Gambar 29 menunjukkan, bahwa air panas di daerah

    penelitian mengandung Cl yang relatif sangat tinggi dibanding unsur Li dan B. Hal ini

    menunjukkan, bahwa air panas di Cidanau dan sekitarnya berasal dari aktivitas volkano-

    magmatif. Hal ini didukung oleh kandungan F yang tinggi, yaitu mencapai 1 mg/L di

    beberapa tempat (Tabel 3). Hal ini berarti, bahwa gas-gas volkanik, seperti HCl, HF dan

    H2S, mempengaruhi komposisi kimia air panas di bawah permukaan.

    Air panas Cidanau mempunyai 2 variasi rasio Cl/1000As, yaitu kurang dari 200 dan di atas

    1.300 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian berasal dari 2

    reservoar yang berbeda; satu adalah reservoar yang mempengaruhi air panas Anyer,

    Kareos, Batukuwung, Cilenge, Cipanas Hilir dan Cileunyep, dan yang lain adalah reservoar

    untuk air panas Sadatani, Cilurah dan Kajaroan; atau dapat dikatakan secara berurutan

    adalah reservoar bagian utara dan selatan daerah penelitian. Gambar 29 menunjukkan,

    bahwa rasio B/Cl air panas di daerah penelitian adalah sama dan mempunyai nilai sangat

    rendah, yaitu kurang dari 0,01. Hal ini menunjukkan, bahwa 2 reservoar di daerah

    penelitian adalah mirip, tidak dapat dibedakan dengan jelas, dan dipengaruhi oleh

    aktivitas volkano-magmatik.

    Ellis (1979) melihat hubungan antara komposisi batuan reservoar dan kimia air panas.

    Berdasarkan nilai kandungan Li yang kurang dari 1 mg/L, batuan yang berpengaruh di

    daerah reservoar utara adalah basalt, sedangkan reservoar selatan lebih dipengaruhi oleh

    batuan berkomposisi andesit dan riolit, karena mempunyai kandungan Li lebih dari 1 mg/L

    (Tabel 3). Di utara, mataair Kareos lebih dipengaruhi oleh interaksi dengan batuan

    samping berkomposisi andesit. Di daerah penelitian batuan sedimen tidak mempengaruhi

    kondisi reservoar di bawah permukaan, hal ini ditunjukkan oleh kandungan B yang rendah,

    yaitu kurang dari 0,3 mg/L (Tabel 3).

    Relatif tingginya kandungan Mg dibanding kandungan K dan Na, seperti terlihat pada

    Gambar 30, menunjukkan, bahawa air panas di daerah penelitian dipengaruhi oleh

    pelarutan dengan air tanah (Nicholson, 1993). Hal ini terutama terjadi di Batukuwung

    yang didukung dengan nilai Cl dan rasio Na/K yang rendah (Tabel 4). Pengaruh air tanah

    dan permukaan sebenarnya juga terlihat dari tipe air panas yang kebanyakan berupa air

    HCO3 (Gambar 28).

  • - 50 -

    Gambar 30. Kandungan relatif Na - K - Mg mataair panas di daerah penelitian. Diagram segitiga ini juga menunjukkan kontur temperatur bawah permukaan hasil perhitungan geotermometer K-Na (tKNa) dan K-Mg (tKMg, Giggenbach, 1988). Nomer dan lokasi sampel serta tipe manifestasi panasbumi mengikuti Tabel 1. Sampel AY-007 dan 008 (diarsir kuning) adalah sampel air dingin.

    Di Anyer diduga telah terjadi pelarutan dengan air laut; hal ini ditunjukkan oleh nilai

    perbandingan Cl/Mg yang berkisar 10 dan Cl/SO4 yang berkisar pada nilai 20 (Nicholson,

    1993, Tabel 4). Meskipun demikian, melihat rasio Ca/Mg yang terlalu tinggi, yaitu melebihi

    0,3 (Nicholson, 1993), pengaruh air laut di Anyer sedikit diragukan. Hal ini selanjutnya

    akan dibahas saat pembahasan tentang isotop stabil D dan 18O.

    V.4. POLA ALIRAN AIR PANAS

    Gambar 29 menunjukkan, bahwa air panas di Cidanau dan sekitarnya mempunyai nilai

    perbandingan B/Cl, Li/Cl dan Li/B yang sangat rendah. Hal ini menandakan, bahwa air

    panas di daerah penelitian umumnya merupakan aliran ke samping (lateral flow).

    Nilai Na/K di atas 15 yang diperlihatkan oleh air panas Kareos dan Cilurah menunjukkan,

    bahwa daerah Kareos dan Cilurah merupakan daerah dengan aliran air ke atas reservoar

    (upflow). Di kedua daerah ini air panas akan mencapai permukaan dengan cepat dan

    umumnya merupakan daerah dengan permeabilitas yang baik. Hal ini juga didukung oleh

  • - 51 -

    nilai rasio Na/Mg, Na/Ca dan Cl/Mg yang lebih tinggi dan rasio Mg/Ca yang lebih rendah

    dibanding daerah mataair lainnya (Tabel 4), seperti dikemukakan oleh Nicholson (1993).

    Mataair panas Anyer, Batukuwung, Cilenge, Sadatani, Kajaroan, Cipanas Hilir dan

    Cileunyep merupakan lateral flow atau outflow dan merupakan daerah marginal dari

    suatu sistem panasbumi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai perbandingan Na/K yang rendah,

    yaitu di bawah 15, rasio Na/Mg dan Na/Ca yang rendah, dan rasio Mg/Ca yang tinggi

    (Nicholson, 1993, Tabel 4). Di daerah ini umumnya terjadi reaksi antara air panas, air

    tanah dan batuan sekitar di dekat permukaan. Pendinginan secara konduksi

    mempengaruhi daerah-daerah di sekitar mataair tersebut. Di Sadatani, Kajaroan, Cipanas

    Hilir dan Cileunyep terjadi peningkatan uap yang terbentuk dari air panas; hal ini

    ditunjukkan oleh nilai NH4/B yang tinggi (Nicholson, 1993, Tabel 4). Kandungan Cl yang

    tinggi di Sadatani dan Kajaroan menunjukkan kemungkinan, bahwa gas volkano-

    magmatik telah bercampur dengan uap air panas tersebut.

    V.5. KARAKTERISTIK AIR DINGIN

    Air dingin di daerah penelitian muncul di beberapa lokasi, tetapi hanya mataair Cilenge,

    Cacaban dan Ciasem yang dianalisa pada penelitian ini. Air dingin tersebut umumnya

    mempunyai temperatur sekitar 30C dan pH sekitar 6, kecuali air dingin Ciasem yang mempunyai pH asam, yaitu sekitar 4. Nilai TDS dan DHL air dingin bervariasi, yaitu,

    secara berurutan, antara 85 hingga 565 mg/L dan 120 hingga 810 S/cm. Hal ini sesuai dengan kandungan Cl air dingin yang berkisar antara 2 dan 125 mg/L. Air Cacaban

    merupakan mataair yang mempunyai debit keluaran yang paling tinggi, yaitu mencapai 60

    L/menit, sedangkan mataair Cilenge mempunyai debit keluaran hanya sekitar 20 L/menit

    dan mataair Ciasem berdebit sekitar 5 L/menit.

    Tabel 2 dan 3 menunjukkan, bahwa air tanah di daerah penelitian mempunyai kesadahan

    antara 28 dan 250 mg/L dengan kandungan kation Ca adalah 6 hingga 60 mg/L. Air

    dingin Cilenge dan Cacaban mengandung anion utama HCO3, yaitu hadir antara 260

    hingga 1420 mg/L dan CO2 terlarut antara 6 hingga 30 mg/L. Dibanding anion lain,

    seperti Cl dan SO4, anion CO3 dan HCO3 termasuk yang paling dominan hadir dalam air

    tanah Cacaban dan Cilenge (Tabel 3 dan Gambar 28). Berbeda dengan air dingin Ciasem,

    karena pH air ini yang asam, anion utama air dingin Ciasem adalah SO4 yang hadir

    mencapai 244 mg/L (Tabel 3 dan Gambar 28).

  • - 52 -

    Hasil analisa kimia pada Tabel 3 menunjukkan, bahwa air tanah Cilenge, Cacaban dan

    Ciasem juga mengandung 10 hingga 30 mg/L Na dan 2 hingga 12 mg/L K. Kandungan Mg

    air tanah jauh lebih tinggi dibanding nilai Fe; kandungan Mg mencapai 25 mg/L,

    sedangkan kandungan Fe tidak lebih dari 2 mg/L. Kehadiran Mn, B dan As tidak terdeteksi

    dalam air tanah, tetapi F bisa hadir sekitar 1,3 mg/L (Tabel 3). Berdasarkan komposisi

    kimianya, air tanah Cilenge termasuk dalam Fasies HCO3 - Ca, air tanah Cacaban

    termasuk dalam Fasies HCO3 - Na K, dan air tanah Ciasem merupakan Fasies SO4 Ca

    (Tabel 3).

  • - 53 -

    BAB VI

    KOMPOSISI ISOTOP STABIL

    Kandungan isotop stabil Oksigen-18 (18O) dan Hidrogem-2 (Deuterim=D) dalam air panas dapat digunakan untuk mengetahui asal air panas dan proses yang berlangsung di

    bawah permukaan. Asal air panas meliputi air meteorik dan magmatik dan proses bawah

    permukaan meliputi boiling, konduksi, pencampuran, evaporasi dan lain-lain.

    Craig (1963) op. cit. Nicholson (1993) menyebutkan, bahwa kandungan D dalam air panas umumnya sama dengan kandungannya dalam air meteorik lokal, sedangkan

    kandungan 18O dalam air panas umumnya lebih positif dibanding air meteorik. Meskipun demikian, adanya pencampuran dengan air magmatik, proses boiling dan proses lainnya

    dapat mengakibatkan kandungan isotop stabil D dan 18O berubah dan tidak seperti yang disebutkan oleh Craig (1963) op. cit. Nicholson (1993).

    Untuk memahami hal tersebut, sebelas sampel air yang terdiri dari 8 sampel air panas, 2

    sampel air dingin dan 1 sampel air laut dianalisa untuk mengetahui kandungan isotop

    stabil 18O dan D. Hasil analisa diberikan pada Tabel 5 dan diplot pada Gambar 31.

    VI.1. KANDUNGAN ISOTOP 18O DAN D AIR PANAS DAN AIR DINGIN Air panas yang muncul di bagian utara daerah penelitian, yaitu diwakili oleh air panas

    Anyer, Kareos dan Kajaroan, mempunyai kisaran kandungan isotop stabil 18O antara -5,98 dan -6,46 dan isotop stabil D antara -35,1 dan -42,3 (Tabel 5). Mataair panas di Kajaroan mempunyai kandungan isotop stabil 18O dan D terendah, yaitu, secara berurutan, -5,98 dan -35,1.

    Air panas yang muncul di bagian selatan daerah penelitian, yaitu di Batukuwung, Cilenge,

    Sadatani dan Cilurah, mempunyai kandungan isotop stabil 18O dan D yang lebih tinggi dibanding kandungan isotop di daerah utara. Kandungan isotop stabil tersebut berkisar

    antara -5,84 dan -7,07 18O dan -37,2 hingga -42,6 D (Tabel 5). Kandungan isotop terendah dijumpai di Sadatani, yaitu mengandung -5,84 18O dan -37,2 D, sedangkan kandungan isotop tertinggi dijumpai di Batukuwung, yaitu mengandung

    -7,07 18O dan -42,6 D.

  • - 54 -

    Air meteorik lokal diambil di mataair Cilenge dan Cacaban yang mempunyai kandungan

    isotop stabil 18O dan D yang sedikit bergeser dibanding air meteorik global (Gambar 31). Kandungan isotop stabil air meteorik di daerah penelitian berkisar antara -5,40 dan

    -6,87 18O dan -37,6 hingga -40,3 D (Tabel 5).

    Demikian halnya dengan air laut lokal yang diambil di Pantai Anyer mengandung

    18O sebesar -0,76 dan D sebesar -9,2 (Tabel 5). Seperti terlihat pada Gambar 31, kandungan isotop stabil air laut di Pantai Anyer ini lebih rendah dibanding dengan

    kandungan isotop air laut standar (SMOW=Standard Mean Oceanic Water).

    Tabel 5. Komposisi isotop stabil 18O dan D. Sampel AY-005 merupakan gas discharge yang tidak diambil sampelnya, sampel AY-007 dan 008 merupakan air dingin, AY-011 adalah sampel air laut, dan sampel AY-013 hingga 015 tidak dianalisa.

    Isotop Stabil (o/oo)

    No Lokasi No Sampel Tipe Air 18O D

    1 Anyer AY - 001 Air panas -6.38 0.18 -42.3 0.5 2 Kareos AY - 002 Air panas -6.46 0.16 -40.7 0.2 3 Batukuwung AY - 003 Air panas -7.07 0.23 -42.6 0.3 4 Batukuwung AY - 004 Air panas -6.27 0.21 -39.0 0.4 5 Batukuwung AY - 005 Kaipohan - -

    6 Cilenge AY - 006 Air panas -6.45 0.20 -41.2 0.5 7 Cilenge AY - 007 Air dingin -6.87 0.20 -40.3 0.3 8 Cacaban AY - 008 Air dingin -5.40 0.28 -37.6 0.3 9 Sadatani AY - 009 Air panas -5.84 0.26 -37.2 0.5

    10 Cilurah AY - 010 Air panas -6.25 0.32 -39.7 0.3 11 Pantai Anyer AY - 011 Air laut -0.76 0.28 -9.2 0.3 12 Kajaroan AY - 012 Air panas -5.98 0.21 -35.1 0.5 13 Cipanas Hilir AY - 013 Air panas - -

    14 Ciasem AY - 014 Air dingin - -

    15 Cileunyep AY - 015 Air panas - -

  • - 55 -

    Gambar 31. Grafik yang menunjukkan hubungan antara isotop stabil 18O dan D air panas di daerah penelitian. Sebagai pembanding, kandungan isotop stabil air dingin dan air laut lokal juga diberikan. Garis air meteorik global (MWL = meteoric water line) merupakan rata-rata kandungan isotop air meteorik (air hujan, air tanah, air permukaan) dan didapatkan dari persamaan Craig (1961) op. cit. Brownlow (1996). SMOW (Standard Mean Ocean Water) adalah komposisi air laut, yaitu D=0,00 dan 18O=0,00. Fluida magmatik adalah kisaran kandungan isotop stabil fluida magmatik menurut White (1974), yaitu 18O +6 hingga +9 dan D -40 hingga -80.

  • - 56 -

    VI.2. ASAL AIR PANAS

    Gambar 31 menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian mempunyai kandungan

    isotop stabil 18O dan D yang menyerupai kandungan isotop stabil air meteorik. Hal ini mempunyai arti, bahwa air panas di daerah penelitian berasal dari air meteorik.

    Pergeseran kandungan isotop 18O antara air meteorik dan air panas yang sedikit seperti terlihat pada Gambar 31 menunjukkan, bahwa sistem panasbumi di daerah penelitian

    sudah sangat tua, sehingga batuan dasar telah berinteraksi sangat intensif dengan fluida

    panasbumi dan mencapai kesetimbangan. Hal seperti ini juga ditunjukkan oleh Nicholson

    (1993) terjadi di Wairakei, Selandia Baru.

    Insert pada Gambar 31 juga menunjukkan, bahwa air panas di daerah penelitian tidak

    dipengaruhi oleh air laut. Pencampuran air tanah dengan air laut tidak terjadi baik di

    bagian utara maupun di bagian selatan daerah penelitian. Demikian halnya dengan

    pencampuran dengan fluida magmatik, Gambar 31 menunjukkan, bahwa air panas di

    daerah penelitian tidak dipengaruhi oleh pencampuran dengan fluida magmatik yang

    kisarannya diberikan oleh White (1974).

    VI.3. PROSES BAWAH PERMUKAAN

    Disebandingkan dengan kandungan isotop stabil 18O dan D air meteorik lokal, air panasbumi di daerah penelitian bagian utara dan selatan telah mengalami proses di

    bawah permukaan yang berbeda. Di utara kandungan isotop stabil 18O dan D, terutama 18O, air panas lebih tinggi dibanding kandungan isotop stabil 18O dan D air meteorik lokal, terutama dari Cilenge. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara batuan dan

    fluida panasbumi. Sedangkan di selatan, kandungan isotop stabil 18O dan D, terutama 18O, air panasbumi lebih rendah dibanding kandungan isotop stabil air meteorik lokal, terutama dari Cacaban. Hal ini menunjukkan, bahwa proses bawah permukaan atau dekat

    permukaan yang lebih dominan adalah pemanasan oleh uap air.

    Konduksi dan evaporasi di dekat permukaan sangat mempengaruhi kandungan mataair

    panas yang keluar di daerah penelitian, baik di bagian utara maupun di selatan. Hal ini

    mengakibatkan kandungan isotop stabil 18O dan D cenderung tidak berubah. Proses ini diduga telah berlangsung lama, sehingga kondisi kesetimbangan telah tercapai. Proses

    bawah permukaan lain, seperti boiling dan mixing, tidak dapat diamati berdasarkan

    kandungan isotop stabil 18O dan D.

  • - 57 -

    BAB VII

    ALTERASI BATUAN DI PERMUKAAN

    Di beberapa manifestasi air panas di daerah penelitian terdapat alterasi batuan yang

    terbentuk di permukaan di sekitar mataair panas. Alterasi batuan ini dapat menunjukkan

    karakteristik air panasbumi yang pernah berinteraksi dengan batuan sekitar. Dengan

    menggabungkan manifestasi yang aktif, yaitu air panas dan keluaran lain, dan manifestasi

    sisa, yaitu alterasi batuan, sejarah dan evolusi suatu sistem panasbumi dapat diketahui.

    Untuk mengetahui pola dan karakteristik alterasi batuan, deskripsi lapangan dan

    pengambilan sampel dilakukan. Selanjutnya mineralogi penyusun batuan ubahan

    dideskripsi dengan menggunakan analisis petrografi, yaitu analisis sayatan tipis yang

    didukung dengan analisis X-ray diffraction (XRD). Karakteristik alterasi batuan yang

    diamati di lapangan disarikan pada Tabel 1 dan secara detil diberikan di sini.

    Dari 8 manifestasi panasbumi yang diamati, hanya 4 manifestasi yang menunjukkan

    keberadaan alterasi batuan di permukaan, yaitu di Kareos, Batukuwung, Cilenge dan