4 sifat umum alat ukur (syifa sulindhiana 061001500543)
DESCRIPTION
sifat umum alat ukurTRANSCRIPT
1 Oktober 2015
4 Sifat Umum Alat Ukur dan Contohnya
Alat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia, oleh karena itu
ketidaksempurnaan merupakan ciri utamanya. Meskipun alat ukur direncanakan
dan dibuat dengan cara yang paling seksama, ketidaksempurnaan sama sekali
tidak bisa dihilangkan. Untuk menyatakan sifat-sifat atau karakteristik alat ukur
digunakan beberapa istilah teknik yang sewajarnya diketahui agar tidak
menimbulkan keraguan dan kesalahtafsiran dalam mengkomunikasikan hasil
pengukuran. Terdapat 4 istilah teknik yang akan dibahas yaitu :
1. Sensitivity ( Kepekaan )
Perbandingan antara gerakan linier jarum penunjuk pada instrumen dengan
perubahan variable yang di ukur yang menyebabkan gerakan jarum itu. Setiap alat
ukur mempunyai suatu kepekaan tertentu, yaitu kemampuan alat ukur untuk
merasakan suatu perbedaan yang relatip kecil dari harga yang diukur. Misalnya
dua alat ukur yang sejenis A dan B digunakan untuk memeriksa perbedaan
panjang yang kecil, apabila alat ukur A lebih jelas menunjukkan suatu perbedaan
pada skalanya daripada apa yang ditunjukkan oleh alat ukur B, maka dikatakan
alat ukur A lebih peka (sensitif) dari pada alat ukur B. Kepekaan suatu alat ukur
ditentukan oleh mekanisme pengubahannya dan harganya dapat diketahui
dengnan cara membuat grafik antara harga yang diukur dengan pembacaan skala.
Contoh :
Suatu recorder 1 mV mempunyai skala yang panjangnya 25 cm maka
kepekaannya adalah 25 cm / mV.
Kepekaan alat ukur dapat digambarkan sebagai berikut :
Perbedaan kepekaan alat ukur A dan
B
Objek Ukur ΔX
Pembacaan skala ΔYA au. A
Pembacaan skala ΔYB au. B
Sehingga :
kepekaan au. A =
ΔY AΔX
kepekaan au. B =
ΔY BΔX
2. Hysteresis ( Histerisis )
Penyimpangan yang timbul sewaktu melakukan pengukuran secara
kontinyu dari dua arah yang berlawanan yaitu mulai dari skala nol hingga skala
maksimum kemudian diulangi dari skala maksimum sampai skala nol (dari atas
ke bawah lalu dari bawah ke atas). Histerisis disebabkan pada umumnya oleh
adanya deformasi elastis atau efek termal pada komponen mekanisme alat ukur.
Contoh : Penggunaan jam ukur
Suatu jam ukur dapat kita gunakan untuk mengukur ketinggian yang
secara kontinyu bertambah, kemudian pembacaan diulangi dengan secara
kontinyu menurun misalnya seperti gamber dibawah. Apabila kita gambarkan
kesalahan*) yaitu ketinggian sebenarnya sebagai sumbu tegak sedang sumbu datar
adalah harga sebenarnya, maka mungkin didapat bentuk kurva. Meskipun dapat
terjadi kesalahan, kesalahan ini seharusnya sama artinya kurva pembacaan naik
berimpit dengan kurva pembacaan turun.
Pada contoh jam ukur, histerisis disebabkan karena sewaktu poros
bergerak ke atas adalah melawan gaya gesekan serta gaya pegas (dari jam ukur)
sedang sewaktu bergerak turun poros menerima gaya pegas dan melawan gesekan.
Supaya histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros dengan bantalannya harus
diperkecil sehingga pengaruhnya dapat diabaikan.
Dial (Jam Ukur)
Keterangan :
X = Harga sebenarnya ( mm )
Y = Kesalahan ( μm )
Kita dapat memperkecil pengaruh histerisis (jika seandainya ada) apabila
pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya sebagian kecil dari skala
alat ukur tersebut digunakan (perubahan posisi jarum penunjuk hanya melewati
beberapa garis skala). Inilah alasannya kenapa sewaktu melakukan pengukuran
dengan cara tak langsung tinggi dari alat ukur standar (susunan blok ukur) kurang
lebih harus dibuat sama dengan tinggi dari obyek ukur, sehingga selisih
ketinggian yang ditunjukkan oleh komparator hanya sedikit (dalam beberapa
micron).
3. Shiffting ( Pergeseran )
Apabila terjadi suatu perubahan harga yang ditunjukkan pada skala atau
yang dicatat pada kertas grafik, sedangkan sesungguhnya sensor tidak
mengisyaratkan suatu perubahan maka kejadian ini disebut dengan pergeseran.
Contoh :
Sering terjadi pada alat ukur pengubah elektrik digital dimana perubahan
kecil pada temperatur dapat mempengaruhi sifat – sifat komponen elektroniknya.
Contohnya height gauge, sebuah alat pengukuran yang berfungsi
mengukur tinggi benda terhadap suatu bidang acuan atau bisa juga untuk
memberikan tanda goresan secara berulang terhadap benda kerja sebagai acuan
dalam proses permesinan. Height gauge memiliki dua buah kolom berulir dimana
kepala pengukur bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar dan halus yang
digerakkan oleh pengukur. Alat pengukur ini digunakan pada pekerjaan logam
atau metrologi untuk menetapkan maupun mengukur jarak tegak. Untuk
meningkatkan keakuratan pengukuran dengan mengurangi defleksi pada benda
kerja, height gauge sering dipasangkan dengan dual probe dial indicator. Selain
itu dengan penambahan probe dua arah, height gauge mampu
mengukur diameter luar dan dalam dari sebuah lubang dalam posisi horisontal.
Heigh Gauge
4. Floating ( Pengambangan )
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah posisi
(bergetar) atau angka terakhir / paling kanan dari penunjuk digital berubah-ubah.
Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang kecil yang dirasakan
sensor yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin peka
alat ukur, kemungkinan terjadinya pengambangan sewaktu proses pengukuran
berlangsung adalah besar. Dengan demikian alat ukur yang peka harus dipakai
dengan cara yang cermat serta hari-hati, getaran pada alat ukur dan benda ukur
tidak boleh terjadi.
Contoh :
Mistar ingsut jam adalah mistar ingsut yang dilengkapi jam ukur sebagai
pengganti dari skala nonius. Gerak lurus dan sensor diubah menjadi gerak putar
dari jarum penunjuk dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang
bergigi yang melekat ditengah-tengah sepanjang batang mistar. Namun, sebagai
alat ukur, tentunya alat ini mempunyai kecenderungan untuk berubah – ubah dari
skala semestinya. sehingga sangat penting dilakukan maintenance sehingga hasil
pengukuran yang dilakukan tetap akurat.
Dial Caliper
Maintenance Dial caliper (penunjukkan jarum berubah-ubah) :
1.Buka cover dan lepaskan jarum
2.Cek kondisi gigi rack
3.Cek kondisi pinion assy, pinion center dan pinion back assy
4.Setting pegas pada pinion back assy