4. gangguan bahasa
DESCRIPTION
language disordersTRANSCRIPT
1
GANGGUAN BAHASA
Pendahuluan
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan
yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari
tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan
bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan
kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga perolehan bahasa bertambah
melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di
mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak.
Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat
aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah
dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa
beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan
pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia
dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat
keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian
psikososial.
Deteksi dini dan penanganan awal terhadap emosi, kognitif atau masalah fisik adalah
hal yang sangat penting. Orang-orang dewasa ini khususnya orang tua, perawat anak sehari-
hari, atau dokter anak sering kali gagal menemukan indikator awal dari disabilitas. Beberapa
anak tidak memperoleh penanganan dengan baik sampai masalah perkembangan itu menjadi
sesuatu yang tidak dapat ditangani atau berdampak secara signifikan terhadap hal-hal lain.
Epidemiologi perkembangan adalah suatu metodologi pendekatan yang bisa sangat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko dini untuk masalah-masalah anak, seperti
menentukan angka prevalensi dari masalah kesehatan di masyarakat. Beberapa penelitian
2
menggunakan epidemiologi perkembangan untuk mengenali anak pada saat lahir, siapa yang
paling beresiko nantinya mengalami gangguan perkembangan. Berbagai penelitian tersebut
memperkenalkan faktor-faktor spesifik yang dapat meningkatkan resiko seorang anak
mengalami gangguan perkembangan, tetapi penelitian tersebut tidak meneliti outcome pada
anak-anak prasekolah atau tidak menggunakan skore penilaian bahasa yang standart untuk
mengidentifikasi anak-anak yang beresiko.
Bicara Dan Bahasa Pada Anak
Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu
dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal
maupun nonverbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri
merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi
lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Bagaimana bahasa bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang
menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang perolehan bahasa.
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan,
pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol
verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik.
Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau
pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna
wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan
aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian
tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan
yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang
sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari
tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan
bicara dan bahasa berkisar 5–10% pada anak sekolah.
3
Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan luas, gangguan tersebut ada yang
ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian
anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan
ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun
akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka
gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan
pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus
cepat dilakukan stimulasi dan intervensi pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara
harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak. Kegiatan deteksi
dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan
dokter anak yang merawat anak tersebut.
Definisi
Kata bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti lidah. Awalnya
pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya digunakan sebagai bentuk
sistem konvensional dari simbol-simbol yang dipakai dalam komunikasi.
American Speech-Language Hearing Association Committee on Language
mendefinisikan bahasa sebagai: suatu sistem lambang konvensional yang kompleks dan
dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan berkomunikasi
Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan
yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa
berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan
salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang
dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi
secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.
Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dia dapat
mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau
4
sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit
untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan
keinginannya.
Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali
tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran
bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak)
serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.
Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses
tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa
mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak)
sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau
ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung
dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal
yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain
(contohnya kejang).
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama
bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik,
bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat
kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan
oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak
aman, dan kepribadian anak.
Epidemiologi
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Hampir sebanyak
20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan
bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun.
5
Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa
(6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan
bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki
diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada
wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala
neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%.
Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden
gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi
menengah ke atas.
Neurolinguistik
Sistem Saraf Pusat
Pada sebagian besar manusia area bahasa terletak pada hemisfer serebri kiri. Terdapat
empat area bahasa secara konvensional yaitu dua area bahasa reseptif dan dua lainnya adalah
eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat dengan zona bahasa
sentral. Area reseptif berfungsi mengatur persepsi bahasa yang diucapkan, yaitu area 22
posterior yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Area yang mengatur
persepsi bahasa tulisan menempati girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior anterior
terhadap area reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa
auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual
kemungkinan adalah bagian dari zona bahasa sentral juga. Area-area ini terletak pada pusat
integrasi untuk fungsi bahasa visual dan auditori.
Area Broadman 44 dan 45 disebut area Broca dan merupakan bagian eksekutif utama
yang bertanggung jawab terhadap aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima
diekspresikan dalam bentuk tulisan melalui area tulisan Exner. Area sensori dan motori
terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang melewati ismus lobus
temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii, sambungan lainnya melalui kapsula
eksterna nukleus lentikular.
6
Area penerimaan visual dan somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan
penerimaan auditori terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca
dengan korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir, lidah, farings dan
larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan organ motor untuk otot tangan. Area
bahasa perisylvian juga terhubungkan dengan striata dan thalamus dan area korespondensi
pada hemisfer non dominan melalui korpus kalosum dan komisura anterior.
Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi.Fungsi
pengaturan bertanggung-jawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan.
Fungsi proses berlokasi di belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan
penyimpanan. Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan
sensori seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan
dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan diformulasikan. Proses formulasi berlokasi
pada lobus frontal, bertanggung jawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya
adalah untuk mengaktifkan otak untuk pengaturan atensi dan konsentrasi.
Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris, namun
terdapat juga ketidaksimetrisan untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Dengan demikian,
meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer tersebut saling berintegrasi dan memberi
informasi melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Fungsi yang menonjol dari
hemisfer serebri kiri adalah sebagai fungsi dasar untuk bahasa. Teori yang paling umum
mengatakan traktus kortikospinal berasal dari hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan
menyilang lebih tinggi dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi
banyak pergeseran dari kiri ke kanan (shifted sinistral). Pada sebagian anak terjadi pergeseran
kekanan hemisfer di usia muda, dan menjadi bertangan kidal.
Proses Fisiologi Bicara
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi
dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem
neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan
beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara
7
di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi,
resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek
sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa
yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk
artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat-pusat yang
mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick),
merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala
sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi
visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan
dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut
berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk
melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini
rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam.
Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.
Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area
pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan
dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol
gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang
dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah
dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf
motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Proses Reseptif – Proses Dekode
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan
menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima
otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks
8
auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal
dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk.
Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk
diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan
masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus
temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual,
auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi
berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses
berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat
pengkodean tersebut.
Proses Ekspresif – Proses Encode
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang
masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area
Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati
korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini
merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai
dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode
fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan
telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi.
Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif
harus berkembang dengan baik.
Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Di Bawah 3 Tahun
Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara
keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama
kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf.
9
Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan
kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.
Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak
memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi
lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun
yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi
lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan
hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu
anak mengatur kerangka kerja otak.
Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak
berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak,
korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum
dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini
menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus
asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia
pra sekolah.2 Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi
babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi
jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area
motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi
keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara. Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak
akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.
Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap:
1. Tahap pralinguistik
- 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok.
- 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.
2. Tahap protolinguitik
10
- 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai
berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
3. Tahap linguistic
- 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan
kosa katanya mencapai 3000 buah.
Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang
membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.
1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan. Periode lahir
sampai akhir tahun pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa
baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa
konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih
bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi
belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka
mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan
apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi
untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk
membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan
bereaksi terhadap suara.
2. Kata-kata pertama: transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa
utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun
pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung
cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan
kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada
kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang,
tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan. Bentuk
kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan
komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak
11
mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan
sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar
mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan
semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara
memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian
kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.
4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang
dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke
jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak
mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem
dewasa.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari perolehan bahasa menurut komponen-
komponennya.
Perkembangan Bahasa Ekspresif Dan Reseptif
Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif
sebagai berikut:
1. Lahir – 9 bulan: anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah
pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
2. Sampai 12 bulan: anak berbahasa reseptif auditorik, belajar mengerti apa yang dikatakan,
pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik misalnya dada, muh, kemudian
menjadi mama, papa.
3. Sampai 7 tahun: anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata
dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif
kosa kata sekitar 3000 buah.
4. Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk
sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan.
12
5. Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).
Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Bicara Dan Bahasa
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan
mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan
pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis,
mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi
lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap
orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang
mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan
hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga
ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang
saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti
lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila
penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi
mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering
juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh
sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan
maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini
disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering
dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.
Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada
umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat
13
penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat
masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan
perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan
kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis
lainnya.
Faktor Internal
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi dan
prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak.
Diagnosis Gangguan Bicara Pada Anak
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosa harus
dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan
isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu
memastikan keparahan bidang spesifik anak yang terganggu juga membantu dalam deteksi
dini komplikasi perilaku dan emosional.
Anamnesis
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya dengan respon berkedip,
terkejut atau mengerakkan bagian tubuh
Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya diajak berbicara.
14
Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”.
Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memalingkan atau mencari
arah suara.
Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum.
Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”.
Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukan oleh anak, seperti mata, hidung,
kuping dan sebagainya.
American Psychiatric association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptifekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan
bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis
media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa
dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang
suku kata pa, ta, pata, pataka.
15
Diagnosis Banding Beberapa Penyebab Gangguan Perkembangan Bahasa Dan Bicara
DiagnosisBahasa
Reseptif
Bahasa
Ekspresif
Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Visuo-Motor
Pola Perkembangan
Keterlambatan
FungsionalNormal
Kurang
NormalNormal
Hanya Ekspresif Yang
Terganggu
Gangguan
Pendengaran
Kurang
Normal
Kurang
NormalNormal Disosiasi
Redartasi MentalKurang
Normal
Kurang
NormalKurang Normal Keterlambatan Global
Gangguan
Komunikasi
Sentral
Kurang
Normal
Kurang
NormalNormal Disosiasi, Deviansi
Kesulitan Belajar
Normal,
Kurang
Normal
NormalNormal,
Kurang NormalDisosiasi
AutisKurang
Normal
Normal,
Kurang
Normal
Tampaknya
Normal,
Normal, Selalu
Lebih
Baik Dari Bahasa
Deviansi, Disosiasi
Mutisme Elektif Normal NormalNormal,
Kurang Normal
16
Penalaksanaan
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi
sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis
sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru
mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya,
sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif
dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak
dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia,
dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan
keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan
dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara,
serta member tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-
hari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati
pola orang dewasa.
Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa
yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai
motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengan sebaiknya merespon
tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata.
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan
dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan
terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang
tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini
membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki
gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu
menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari
belajar.
17
Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa
diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguan bicaranya dievaluasi oleh ahli terapi
wicara.