4. gangguan bahasa

25
1 GANGGUAN BAHASA Pendahuluan Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga perolehan bahasa bertambah melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak. Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat

Upload: rizki-maulana

Post on 20-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

language disorders

TRANSCRIPT

Page 1: 4. Gangguan Bahasa

1

GANGGUAN BAHASA

Pendahuluan

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan

yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang

sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari

tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan

bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Kemampuan motorik dan

kognisi berkembang sesuai tingkat usia anak, demikian juga perolehan bahasa bertambah

melalui proses perkembangan mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di

mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak.

Perkembangan bahasa, pada usia bawah lima tahun (balita) akan berkembang sangat

aktif dan pesat. Keterlambatan bahasa pada periode ini, dapat menimbulkan berbagai masalah

dalam proses belajar di usia sekolah. Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa

beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis dan akan menyebabkan

pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh, hal ini dapat berlanjut sampai usia

dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat

keterlambatan bicara dan bahasa, akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian

psikososial.

Deteksi dini dan penanganan awal terhadap emosi, kognitif atau masalah fisik adalah

hal yang sangat penting. Orang-orang dewasa ini khususnya orang tua, perawat anak sehari-

hari, atau dokter anak sering kali gagal menemukan indikator awal dari disabilitas.  Beberapa

anak tidak memperoleh penanganan dengan baik sampai masalah perkembangan itu menjadi

sesuatu yang tidak dapat ditangani atau berdampak secara signifikan terhadap hal-hal lain.

Epidemiologi perkembangan adalah suatu metodologi pendekatan yang bisa sangat

membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko dini untuk masalah-masalah anak, seperti

menentukan angka prevalensi dari masalah kesehatan di masyarakat. Beberapa penelitian

Page 2: 4. Gangguan Bahasa

2

menggunakan epidemiologi perkembangan untuk mengenali anak pada saat lahir, siapa yang

paling beresiko nantinya mengalami gangguan perkembangan. Berbagai penelitian tersebut

memperkenalkan faktor-faktor spesifik yang dapat meningkatkan resiko seorang anak

mengalami gangguan perkembangan, tetapi penelitian tersebut tidak meneliti outcome pada

anak-anak prasekolah atau tidak menggunakan skore penilaian bahasa yang standart untuk

mengidentifikasi anak-anak yang beresiko.

Bicara Dan Bahasa Pada Anak

Komunikasi adalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi satu

dengan yang lainnya dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal

maupun nonverbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri

merupakan proses yang kompleks dan tidak terjadi begitu saja. Setiap individu berkomunikasi

lewat bahasa memerlukan suatu proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.

Bagaimana bahasa bisa digunakan untuk berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang

menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang perolehan bahasa.

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam

berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan,

pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara yang mengacu pada simbol

verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik.

Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau

pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna

wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan

aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian

tubuh) dengan makna yang berbeda beda.

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan

yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang

sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari

tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan

bicara dan bahasa berkisar 5–10% pada anak sekolah.

Page 3: 4. Gangguan Bahasa

3

Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan luas, gangguan tersebut ada yang

ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian

anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan

ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun

akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka

gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.

Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan

pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus

cepat dilakukan stimulasi dan intervensi pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara

harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak. Kegiatan deteksi

dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan

dokter anak yang merawat anak tersebut.

Definisi

Kata bahasa berasal dari bahasa latin “lingua” yang berarti lidah. Awalnya

pengertiannya hanya merujuk pada bicara, namun selanjutnya digunakan sebagai bentuk

sistem konvensional dari simbol-simbol yang dipakai dalam komunikasi.

American Speech-Language Hearing Association Committee on Language

mendefinisikan bahasa sebagai: suatu sistem lambang konvensional yang kompleks dan

dinamis yang dipakai dalam berbagai cara berpikir dan berkomunikasi

Terdapat perbedaan mendasar antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan

yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa

berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan

salah satu cara berkomunikasi. Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang

dilihat dan apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi

secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik.

Seorang anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dia dapat

mengucapkan satu kata dengan jelas tetapi tidak dapat menyusun dua kata dengan baik, atau

Page 4: 4. Gangguan Bahasa

4

sebaliknya seorang anak mungkin saja dapat mengucapkan sebuah kata yang sedikit sulit

untuk dimengerti tetapi ia dapat menyusun kata-kata tersebut dengan benar untuk menyatakan

keinginannya.  

Masalah bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali

tumpang tindih. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran

bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak)

serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat

disebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.

Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung proses

tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa

mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak)

sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau

ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan.

Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan

kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung

dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal

yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain

(contohnya kejang).

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama

bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodik,

bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir dan laring. Terdapat

kecendrungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan

oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak

aman, dan kepribadian anak.

Epidemiologi

Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia prasekolah. Hampir sebanyak

20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Keterlambatan

bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun.

Page 5: 4. Gangguan Bahasa

5

Pada anak-anak usia 5 tahun, 19% diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa

(6,4% keterlambatan berbicara, 4,6% keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan

bahasa). Gagap terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki

diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada

wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala

neurologi, sedangkan pada usia prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%.

Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden

gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi daripada anak dengan riwayat sosial ekonomi

menengah ke atas.

Neurolinguistik         

Sistem Saraf Pusat

Pada sebagian besar manusia area bahasa terletak pada hemisfer serebri kiri. Terdapat

empat area bahasa secara konvensional yaitu dua area bahasa reseptif dan dua lainnya adalah

eksekutif yang menghasilkan bahasa. Dua area reseptif berhubungan erat dengan zona bahasa

sentral. Area reseptif berfungsi mengatur persepsi bahasa yang diucapkan, yaitu area 22

posterior yang disebut area Wernicke dan girus Heschls (area 41 dan 42). Area yang mengatur

persepsi bahasa tulisan menempati girus angulus (area 39) pada lobus parietal inferior anterior

terhadap area reseptif visual. Girus supra marginal yang terletak di antara pusat bahasa

auditori dan visual dan area temporal inferior yang terletak di anterior korteks asosiasi visual

kemungkinan adalah bagian dari zona bahasa sentral juga. Area-area ini terletak pada pusat

integrasi untuk fungsi bahasa visual dan auditori.

Area Broadman 44 dan 45 disebut area Broca dan merupakan bagian eksekutif utama

yang bertanggung jawab terhadap aspek motorik bicara. Secara visual kata-kata yang diterima

diekspresikan dalam bentuk tulisan melalui area tulisan Exner. Area sensori dan motori

terhubungkan satu dengan yang lain melalui fasikulus arkuatum yang melewati ismus lobus

temporal kemudian memutari ujung posterior fisura silvii, sambungan lainnya melalui kapsula

eksterna nukleus lentikular. 

Page 6: 4. Gangguan Bahasa

6

Area penerimaan visual dan somatosensori terintegrasi pada lobus parietal, sedangkan

penerimaan auditori terletak di lobus temporal. Serat pendek, menghubungkan area Broca

dengan korteks rolandi bawah yang menginervasi organ bicara, otot bibir, lidah, farings dan

larings. Area menulis Exner juga terintegrasi dengan organ motor untuk otot tangan. Area

bahasa perisylvian juga terhubungkan dengan striata dan thalamus dan area korespondensi

pada hemisfer non dominan melalui korpus kalosum dan komisura anterior.

Tiga fungsi dasar otak adalah fungsi pengaturan, proses dan formulasi.Fungsi

pengaturan bertanggung-jawab untuk tingkat energi dan tonus korteks secara keseluruhan.

Fungsi proses berlokasi di belakang korteks, mengontrol analisa informasi, pengkodean dan

penyimpanan. Korteks yang lebih tinggi bertanggung jawab untuk memproses rangsangan

sensori seperti rangsangan optik, akustik dan olfaktori. Data dari tiap sumber digabungkan

dengan sumber sensori lainnya untuk dianalisa dan diformulasikan. Proses formulasi berlokasi

pada lobus frontal, bertanggung jawab untuk formasi intensi dan perilaku. Fungsi utamanya

adalah untuk mengaktifkan otak untuk pengaturan atensi dan konsentrasi.

Meskipun hemisfer kiri dan kanan simetris untuk proses motorik dan sensoris, namun

terdapat juga ketidaksimetrisan untuk fungsi khusus tertentu seperti bahasa. Dengan demikian,

meskipun fungsinya berbeda, kedua hemisfer tersebut saling berintegrasi dan memberi

informasi melalui korpus kalosum dan subkortikal lainnya. Fungsi yang menonjol dari

hemisfer serebri kiri adalah sebagai fungsi dasar untuk bahasa. Teori yang paling umum

mengatakan traktus kortikospinal berasal dari hemisfer kiri yang berisi lebih banyak serat dan

menyilang lebih tinggi dibanding hemifer kanan. Belajar juga merupakan suatu faktor, terjadi

banyak pergeseran dari kiri ke kanan (shifted sinistral). Pada sebagian anak terjadi pergeseran 

kekanan hemisfer di usia muda, dan menjadi bertangan kidal.

Proses Fisiologi Bicara 

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi

dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem

neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan

beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara

Page 7: 4. Gangguan Bahasa

7

di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi,

resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek

sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa

yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk

artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat-pusat yang

mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick),

merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala

sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi

visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan

dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut

berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk

melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini

rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam.

Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.

Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area

pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan

dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol

gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang

dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah

dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf

motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

Proses Reseptif – Proses Dekode    

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan

menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima

otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks

Page 8: 4. Gangguan Bahasa

8

auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal

dari sisi telinga yang berlawanan.

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk.

Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk

diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan

masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus

temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual,

auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi

berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses

berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat

pengkodean tersebut.

Proses Ekspresif – Proses Encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang

masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area

Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati

korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini

merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai

dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode

fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.

Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau

penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan

telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi.

Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif

harus berkembang dengan baik.

Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Di Bawah 3 Tahun 

Perkembangan bahasa sangat berhubungan erat dengan maturasi otak. Secara

keseluruhan terlihat dengan berat kasar otak yang berubah sangat cepat dalam 2 tahun pertama

kehidupan. Hal ini disebabkan karena mielinisasi atau pembentukan selubung sistem saraf. 

Page 9: 4. Gangguan Bahasa

9

Proses mielinisasi ini dikontrol oleh hormon seksual, khususnya estrogen. Hal ini menjelaskan

kenapa proses perkembangan bahasa lebih cepat pada anak perempuan.

Pada usia sekitar 2 bulan, korteks motorik di lobus frontal menjadi lebih aktif. Anak

memperoleh lebih banyak kontrol dalam perilaku motor volusional. Korteks visual menjadi

lebih aktif pada usia 3 bulan, jadi anak menjadi lebih fokus pada benda yang dekat maupun

yang jauh. Selama separuh periode tahun pertama korteks frontal dan hipokampus menjadi

lebih aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan kemampuan untuk mengingat stimulasi dan

hubungan awal antara kata dan keseluruhan. Pengalaman dan interaksi bayi akan membantu

anak mengatur kerangka kerja otak.

Diferensiasi otak fetus dimulai pada minggu ke-16 gestasi. Selanjutnya maturasi otak

berbeda dan terefleksikan pada perilaku bayi saat lahir. Selama masa prenatal batang otak,

korteks primer dan korteks somatosensori bertumbuh dengan cepat. Sesudah lahir serebelum

dan hemisfer serebri juga tumbuh bertambah cepat terutama area reseptor visual. Ini

menjelaskan bahwa maturasi visual terjadi relatif lebih awal dibandingkan auditori. Traktus

asosiasi yang mengatur bicara dan bahasa belum sepenuhnya matur sampai periode akhir usia

pra sekolah.2 Pada neonatus, vokalisasi dikontrol oleh batang otak dan pons. Reduplikasi

babbling menandakan maturasi bagian wajah dan area laring pada korteks motor. Maturasi

jalur asosiasi auditorik seperti fasikulus arkuatum yang menghubungkan area auditori dan area

motor korteks tidak tercapai sampai awal tahun kedua kehidupan sehingga menjadi

keterbatasan dalam intonasi bunyi dan bicara. Pengaruh hormon estrogen pada maturasi otak

akan mempengaruhi kecepatan perkembangan bunyi dan bicara pada anak perempuan.

Lundsteen membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahap:

1. Tahap pralinguistik

- 0-3 bulan, bunyinya di dalam (meruku) dan berasal dari tenggorok.

- 3-12 bulan, meleter, banyak memakai bibir dan langit-langit, misalnya ma, da, ba.

2. Tahap protolinguitik

Page 10: 4. Gangguan Bahasa

10

- 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai

berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).

3. Tahap linguistic

- 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan

kosa katanya mencapai 3000 buah.

Tahap perkembangan bahasa di atas hampir sama dengan pembagian menurut Bzoch yang

membagi perkembangan bahasa anak dari lahir sampai usia 3 tahun dalam empat stadium.

1. Perkembangan bahasa bayi sebagai komunikasi prelinguistik. 0-3 bulan.  Periode lahir

sampai akhir tahun pertama.  Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa

baik isi, bentuk dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa

konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih

bersifat reflektif daripada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi

belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka

mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan

apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi

untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya intervensi direncanakan untuk

membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan

bereaksi terhadap suara.

2. Kata-kata pertama: transisi ke bahasa anak. 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa

utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun

pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung

cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat awal.  Berkembangnya kemampuan

kognitif, adanya kontrol dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada

kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda, orang,

tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.

3. Perkembangan kosa kata yang cepat-Pembentukan kalimat awal. 9-18 bulan.  Bentuk

kata-kata pertama menjadi banyak, dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan

komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar 18 bulan. Anak

Page 11: 4. Gangguan Bahasa

11

mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan

sintaks. Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar

mengkonsolidasikan isi, bentuk dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan

semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara

memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya.  Terjadi pergeseran dari pemakaian

kalimat satu kata menjadi bentuk kata benda dan kata kerja.

4. Dari percakapan bayi menjadi registrasi anak pra sekolah yang menyerupai orang

dewasa. 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke

jaringan sosial yang lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam.  Anak

mulai berpikir konseptual, mengkategorikan benda, orang dan peristiwa serta dapat 

menyelesaikan masalah fisik Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem

dewasa.

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat juga dari perolehan bahasa menurut komponen-

komponennya.

Perkembangan Bahasa Ekspresif Dan Reseptif

Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif

sebagai berikut:

1. Lahir – 9 bulan: anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah

pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.

2. Sampai 12 bulan: anak berbahasa reseptif auditorik, belajar mengerti apa yang dikatakan,

pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik misalnya dada, muh, kemudian

menjadi mama, papa.

3. Sampai 7 tahun: anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata

dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif

kosa kata sekitar 3000 buah.

4. Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa reseptif visual (membaca). Pada saat masuk

sekolah ia belajar membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan.

Page 12: 4. Gangguan Bahasa

12

5. Umur 6 tahun dan seterusnya: anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis).

Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Bicara Dan Bahasa

Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan

mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara.

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan

pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis,

mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi

lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap

orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang

mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan

hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga

ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang

saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti

lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila

penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.

Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi

mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering

juga disebut keterlambatan bicara fungsional.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh

sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan

maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini

disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang

dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering

dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.

Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada

umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat

Page 13: 4. Gangguan Bahasa

13

penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat

masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan

masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan

perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan

kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis

lainnya.

Faktor Internal

Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi dan

prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak.

Diagnosis Gangguan Bicara Pada Anak

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah

membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi

besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan

berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan

interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosa harus

dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan

isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu

memastikan keparahan bidang spesifik anak yang terganggu juga membantu dalam deteksi

dini komplikasi perilaku dan emosional.

Anamnesis

Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.

Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:

Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya dengan respon berkedip,

terkejut atau mengerakkan bagian tubuh

Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya diajak berbicara.

Page 14: 4. Gangguan Bahasa

14

 Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”.

Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memalingkan atau mencari

arah suara.

Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum.

Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”.

Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukan oleh anak, seperti mata, hidung,

kuping dan sebagainya.

American Psychiatric association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe.

1. Gangguan bahasa ekspresif

2. Gangguan bahasa reseptifekspresif

3. Gangguan phonological

4. Gagap

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan

bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis

media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,

langkah yang tidak mantap), celah palatum dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa

dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang

suku kata pa, ta, pata, pataka.

Page 15: 4. Gangguan Bahasa

15

Diagnosis Banding Beberapa Penyebab Gangguan Perkembangan Bahasa Dan Bicara

DiagnosisBahasa

Reseptif

Bahasa

Ekspresif

Kemampuan

Pemecahan

Masalah

Visuo-Motor

Pola Perkembangan

Keterlambatan

FungsionalNormal

Kurang

NormalNormal

Hanya Ekspresif Yang

Terganggu

Gangguan

Pendengaran

Kurang

Normal

Kurang

NormalNormal Disosiasi

Redartasi MentalKurang

Normal

Kurang

NormalKurang Normal Keterlambatan Global

Gangguan

Komunikasi

Sentral

Kurang

Normal

Kurang

NormalNormal Disosiasi, Deviansi

Kesulitan Belajar

Normal,

Kurang

Normal

NormalNormal,

Kurang NormalDisosiasi

AutisKurang

Normal

Normal,

Kurang

Normal

Tampaknya

Normal,

Normal, Selalu

Lebih

Baik Dari Bahasa

Deviansi, Disosiasi

Mutisme Elektif Normal NormalNormal,

Kurang Normal

Page 16: 4. Gangguan Bahasa

16

Penalaksanaan

Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat

berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi

sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis

sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru

mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya,

sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif

dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak-anak

dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.

Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia,

dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan

keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan

dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara,

serta member tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-

hari. Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati

pola orang dewasa.

Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa

yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai

motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengan sebaiknya merespon

tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata.

Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan

dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan

terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru dan orang

tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini

membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki

gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu

menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari

belajar.

Page 17: 4. Gangguan Bahasa

17

Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa

diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguan bicaranya dievaluasi oleh ahli terapi

wicara.