bahasa indonesia kd 4

32
MAKALAH BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN MENARA MASJID PADA ARSITEKTUR ISLAM OLEH: Retno Ningsih I0212066 Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: retnorn

Post on 20-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa Indonesia Kd 4

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN MENARA MASJID PADA

ARSITEKTUR ISLAM

OLEH:

Retno Ningsih

I0212066

Program Studi Arsitektur

Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

DAFTAR ISI

Page 2: Bahasa Indonesia Kd 4

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 3

D. Manfaat 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam 4

B. Sejarah Perkembangan Arsitektur Menara Masjid 12

C. Jenis Menara Masjid dan Penerapannya 13

1. Menara Klasik 14

2. Menara Variasi 14

3 Menara Segi empat 15

4. Menara SIlinder 16

5. Menara Spiral 18

BAB III PENUTUP 20

A Kesimpulan 20

B Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

Page 3: Bahasa Indonesia Kd 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arsitektur islam merupakan perpaduan antara kebudayaan manusia dan

proses penghambaan diri seorang manusia kepada Allah SWT yang berada

dalam keselarasan hubungan manusia, lingkungan dan Sang Pencipta.

Arsitektur islam mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks,

hirarki bentuk dan ornamen serta makna simbolis yang sangat dalam.

Arsitektur islam merupakan sebuah jawaban yang dapat membawa pada

perbaikan peradaban. Di dalam arsitektur islam terdapat esensi dan nilai-

nilai islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi

bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.

Sebagaimana yang telah diketahui bersama, arsitektur islam merupakan

salah satu gaya arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan

makna. Setiap detailnya mengandung makna yang sangat dalam. Salah satu

makna yang terbaca pada arsitektur islam itu adalah bahwa rasa kekaguman

terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari

kepasrahan dan penyerahan diri terhadap kebesaran dan keagungan Allah

sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan. Arsitektur islam lebih

mengusung pada nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran islam. Nilai-

nilai ini nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektur dan tampil

dalam berbagai bentuk tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan

esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama

proses berarsitektur yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah.

Arsitektur islam adalah sebuah karya seni bangunan yang terpancar dari

aspek fisik dan metafisik bangunan melalui konsep pemikiran islam yang

bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama

maupun cendikiawan muslim. Aspek Fisik adalah sesuatu yang nampak

Page 4: Bahasa Indonesia Kd 4

secara jelas oleh panca indera. Dalam hal ini sebuah bangunan dengan fasad

yang memiliki bentuk dan langgam budaya islam dan dapat dilihat secara

jelas melalui beberapa budaya, seperti budaya arab, cordoba, persia sampai

peninggalan wali songo. Bentuk fisik yang biasa diterapkan dalam sebuah

bangunan seperti penggunaan kubah, ornamen kaligrafi, dan sebagainya.

Aspek Metafisik adalah sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi dapat

dirasakan hasilnya. Hal ini lebih kepada efek atau dampak dari hasil desain

arsitektur islam tersebut, seperti bagaimana membuat pengguna bangunan

lebih nyaman dan aman ketika berada di dalam bangunan sehingga

menjadikan pengguna merasa bersyukur.

Arsitektur islam selalu identik dengan masjid. Terdapat beberapa elemen

pada masjid-masjid di dunia antara lain adalah mihrab, mimbar dan tempat

wudhu yang menjadi elemen utama. Lalu terdapat elemen pelengkap, yaitu

menara. Menara dalam perkembangan arsitektur masjid cenderung menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari masjid, meskipun pada masa ini banyak

masjid yang tidak memiliki menara. Di luar elemen-elemen pokok dan

pelengkap tersebut, aspek dekorasi termasuk kaligrafi dan kubah juga sangat

bervariasi, berkembang sejalan dengan budaya suatu masyarakat, di tempat

tertentu, dan pada zaman tertentu pula.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masaah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah perkembangan tentang arsitektur islam?

2. Bagaimana sejarah perkembangan arsitektur menara masjid?

3. Bagaimana penerapan jenis-jenis menara pada masjid-masjid di dunia?

Page 5: Bahasa Indonesia Kd 4

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah pengetahuan tentang sejarah perkembangan arsitektur islam.

2. Menambah pengetahuan tentang sejarah perkembangan arsitektur

masjid dan menara masjid.

3. Mengetahui tentang jenis-jenis menara masjid dan penerapannya pada

masjid-masjid di dunia.

D. Manfaat

Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa teknik jurusan arsitektur

untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai sejarah

perkembangan arsitektur islam dan penggunaan menara masjid.

Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah diharapkan dapat

dijadikan sebagai sumber atau referensi bagi mahasiswa arsitektur maupun

pihak umum.

Page 6: Bahasa Indonesia Kd 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam

Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang

seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam

yang turut membentuk peradaban manusia juga memiliki budaya

berarsitektur. Budaya arsitektur dalam islam dimulai dengan dibangunnya

Ka’bah oleh Nabi Adam AS sebagai pusat beribadah umat manusia kepada

Allah SWT.

Perkembangan arsitektur islam dimulai pada tahun 630 M, saat Nabi

Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku

Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk

kepentingan agama islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum

Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal

bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh

beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim, berhala, dan

beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama yang

berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang

menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.

Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan

wilayah yang sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru,

yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu

masjid. Perkembangan masjid di saat-saat awal ini sangat sederhana sekali,

bangunan masjid tidak lain berupa tiruan dari rumah Nabi Muhammad, atau

kadang-kadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang telah

ada sebelumnya, misalnya gereja.

Page 7: Bahasa Indonesia Kd 4

Pengaruh dan gaya--gaya arsitektur islam yang mencolok baru

berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya

arsitektur dari Roma, Mesir , Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling

populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di

Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang

tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan

pola kaligrafi yang berulang.

Masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut mempengaruhi corak

arsitektur Islam. Ketika Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium,

mereka mengubah sebuah basilika menjadi masjid, yang akhirnya muslim

pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan

peradaban Islam, misalnya penggunaan kubah. Selain itu, motif yang

mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalu mengenai pola yang terus

berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar.

Menara diperkenalkan pada masa Dinasti Umayyah. Menurut sejarah

yang ada, Suriah adalah tempat kelahiran menara masjid. Di sana, menara

mengambil bentuk menara jam seperempat atau menara gereja yang

berbentuk persegi empat. Namun, meski menara Masjid Suriah menjadi

yang tertua dan prototipe menara lain di dunia Islam, terutama Afrika Utara

dan Spanyol, menara tersebut bukanlah satu-satunya jenis menara yang

dikembangkan di dunia Islam. Menara-menara masjid mengikuti banyak

bentuk tradisional di setiap wilayah kekuasaan Islam. Di Irak misalnya, gaya

menara masjidnya mengadopsi gaya Asysyiria Kuno.

Sejarah mencatat bahwa kemajuan umat Islam dalam bidang ilmu dan

seni arsitektur Islam telah dimulai semenjak Dinasti Umayyah memegang

tampuk kekuasaan dalam kekhalifahan Islam. Perkembangan seni arsitektur

Islam pada masa ini bermula ketika Muawiyah bin Abu Sufyan (602-680 M)

pendiri Dinasti Umayyah mengumumkan sistem pemerintahannya sebagai

kerajaan. Keputusan perubahan sistem pemerintahan ini ikut mengubah

Page 8: Bahasa Indonesia Kd 4

sendi kehidupan lain, dari cara berpakaian hingga tempat tinggal atau istana.

Dinasti Umayyah mulai mengembangkan pola arsitektur khusus pada

bangunan dan tempat penting yang ada pada masa itu. Pola arsitektur Arab

yang sebelumnya mendominasi bangunan negara (istana, masjid, dan

benteng) pada masa Khulafa ar-Rasyidun, di tangan Dinasti Umayyah

bercampur dengan corak Romawi (Bizantium). Pada masa ini, mulail

diperkenalkan tempat pemandian umum (Hammam). Untuk pembangunan

tempat ini, pemerintah saat itu menyiapkan anggaran khusus. Para Khalifah

Umayyah di Damaskus dikenal sangat royal dalam mengusahakan tempat

seperti ini.Selain bangunan hammam, penguasa Dinasti Umayyah juga

membangun tempat peristirahatan bagi para pemburu di padang pasir yang

dikenal dengan sebutan Karavanserai. Pada saat Khalifah Umayyah yang

paling berpengaruh berkuasa, Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)

mulai memperkenalkan konsep kubah pada arsitektur masjid. Pada masa itu,

ia membangun kubah Masjid Al-Aqsha.

Gambar 2.1 Masjid Al-Aqsha

Sumber: Dunia Desain dan Arsitektur.

http://belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012/06/perkembangan-arsitektur-islam-

di.html (diakses 25 November 2013)

Sejak masa kekhalifahan Umayyah inilah arsitektur kemudian terus

berkembang. Inilah era pemicu perkembangan arsitektur Islam yang

kemudian mengalami kemajuan yang pesat. Hampir semua karya arsitektur

Islam pada tiap masa merupakan bangunan masjid. Sebagai seni paling awal

Page 9: Bahasa Indonesia Kd 4

dan permanen meskipun untuk tujuan keagamaan, arsitektur selalu menjadi

representasi utama seni bangunan.

Setelah masa Dinasti Umayyah, selanjutnya adalah masa dinasti

abbasiyah. Perkembangan arsitektur Islam pada masa Abbasiyah bermula

sekitar abad ke-II. Dinasti yang berkuasa di Baghdad selama 500 tahun ini

meninggalkan warisan budaya, terutama dalam bidang arsitektur Islam yang

mengagumkan. Salah satu ciri pembeda arsitektur Abbasiyah dan Umayyah

adalah pengaruh budaya lokal. Bangunan Umayyah bercorak Arab-Romawi,

sedangkan bangunan Abbasiyah bercorak Persia dan Asia Tengah.Pada era

itu, perkembangan arsitektur Islam yang begitu besar terlihat pada

penggunaan teknik bahan batu bata dan seni arsitektur Persia yang

diterapkan pada bentuk lengkung iwan, yakni ruang beratap atau berkubah

yang terbuka pada salah satu pinggirnya. Selain itu, perkembangannya juga

tampak pada cara pengembangan bangunan lain yang menjadi bangunan

fasilitas, seperti istana dan bangunan untuk kepentingan sosial. Salah satu

contoh arsitektur masjid yang dibangun pada era itu adalah masjid jami di

Isfahan.

Gambar 2.2 Masjid Jami di Isfahan

Sumber: Dunia Desain dan Arsitektur.

http://belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012/06/perkembangan-arsitektur-islam-

di.html (diakses 25 November 2013)

Page 10: Bahasa Indonesia Kd 4

Kemudian masa Dinasti Usmaniyah. Kerajaan Usmani (1300-1922)

meninggalkan khazanah arsitektur yang kaya, mulai dan istana, benteng,

masjid, hingga makam. Pada masa ini, bangunan-bangunan yang berdiri

umumnya menampilkan corak yang sedikit berbeda dan arsitektur

sebelumnya. Istanbul (Turki) sebagai pusat pemerintahan kerajaan memiliki

ratusan masjid yang bentuk arsitekturnya hampir seragam. Ciri khas masjid

di Turki terletak pada kubahnya yang indah yang dikelilingi menara tinggi.

Selain tipe masjid-kubah, umat islam pada zaman Usmani menampilkan tipe

masjid lapangan dan masjid madrasah. Istana yang menjadi tempat

kediaman resmi raja-raja Usmani disebut Topkapi yang digunakan hanya dari

tahun 1465 hingga 1835 M. Bangunan ini sangat megah. Dinding pada ruang

tertentu dilapisi emas dengan ukiran arabesk (motif daun, cabang, dan

pohon) dan gaya Eropa yang kental. Di samping istana, terdapat rumah

sederhana, namun apik bagi harem sang khalifah.

Gambar 2.3 Istana Topkapi

Sumber: Dunia Desain dan Arsitektur.

http://belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012/06/perkembangan-arsitektur-islam-

di.html (diakses 25 November 2013)

Pada tahun 1835, raja Usmani tidak lagi mendiami Topkapi, tetapi

pindah ke Dolmabache yang berarsitektur lebih modern dan mewah.Hal

baru dalam rangka perkembangan arsitektur Islam gaya Usmaniyah ini ialah

Page 11: Bahasa Indonesia Kd 4

munculnya perencanaan bangunan oleh seorang arsitek yang pernah belajar

di Yunani, yaitu Sinan. Ia dipercaya telah merancang sekitar 300 gedung

penting selama hidupnya. Selain masjid, Sinan juga merancang bangunan

istana, kantor kerajaan, dan makam tokoh-tokoh penting. Dia adalah arsitek

resmi Kerajaan Usmani dan posisinya sejajar dengan menteri.Karya terbesar

Sinan adalah Masjid Agung Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama tujuh

tahun (1550-1557). Masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia

itu memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang menawan, marmer

mewah, serta dekorasi indah. Masjid itu juga menampilkan pertautan

simbolis antara kemegahan masjid sebagai lambang sultan yang besar

kekuasaannya dan keagungan masjid sebagai sarana keagamaan. Perpaduan

itu ditampilkan lewat menara yang langsing dan tinggi seolah-olah muncul

dari lengkung-lengkung kubah dan melesat lepas ke ketinggian.Selain Masjid

Sulaiman yang dibangun oleh Sinan, Istanbul memiliki satu masjid lagi yang

arsitektur bangunannya dikagumi banyak orang yakni Masjid Biru. Masjid

yang interiornya didominasi warna biru itu dibangun oleh MehmetAga,

murid Sinan, atas perintah Sultan Ahmad I (1603-1617). Pembangunannya

berlangsung selama tujuh tahun (1609-1616). Arsitektur masjid ini dibuat

berdasarkan penggabungan dua prototipe rumah ibadah, yakni Katedral Aya

Sofia dan Masjid Sulaiman.Kini namanya Museum Aya Sofia. Sebelum

menjadi museum, bangunan ini dulunya adalah masjid dan Sebelum diubah

menjadi masjid, Aya Sofia adalah sebuah gereja bernama Hagia Sophia yang

dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa Bizantium), tahun 558 M.

Arsitek Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari Tralles dan Isidorus

dari Miletus. Berkat tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan Hagia Sophia

muncul sebagai simbol puncak tertinggian arsitektur Bizantium. Kedua

arsitek ini membangun Gereja Hagia Sophia dengan konsep baru. Hal ini

dilakukan setelah orang-orang Bizantium mengenal bentuk. Ukiran kubah

dalam arsitektur Islam, terutama dari kawasan Suriah dan Persia.

Page 12: Bahasa Indonesia Kd 4

Keuntungan praktis bentuk kubah yang dikembangkan dalam arsitektur

Islam ini, terbuat dari batu bata yang lebih ringan daripada langit-langit

kubah orang-orang Nasrani di Roma, yang terbuat dari beton tebal dan

berat, serta mahal biayanya. Oleh keduanya, konsep kubah dalam arsitektur

Islam ini dikombinasikan dengan bentuk bangunan gereja yang memanjang.

Dari situ kemudian muncullah bentuk kubah yang berbeda secara struktur,

antara kubah Romawi dan kubah Bizantium. Pada arsitektur Romawi, kubah

dibangun di atas denah yang sudah harus berbentuk lingkaran, dan struktur

kubahnya ada di dalam tembok menjulang tinggi, sehingga kubah itu sendiri

hampir tidak kelihatan. Sedangkan kubah dalam arsitektur Bizantium

dibangun di atas pendentive--struktur berbentuk segitiga melengkung yang

menahan kubah dari keempat sisi denah persegi yang memungkinkan

bangunan kubah tersebut terlihat secara jelas.Pada 27 Mei 1453,

Konstantinopel takluk oleh tentara Islam di bawah pimpinan Muhammad II

bin Murad II atau yang terkenal dengan nama Al-Fatih yang artinya sang

penakluk. Saat berhasil menaklukkan kota besar Nasrani itu, Al-Fatih turun

dari kudanya dan melakukan sujud syukur. Ia pergi menuju Gereja Hagia

Sophia. Saat itu juga, bangunan gereja Hagia Sophia diubah fungsinya

menjadi masjid yang diberi nama Aya Sofia. Pada hari Jumatnya, atau tiga

hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan untuk shalat Jumat

berjamaah. Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa renovasi dan

perubahan dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia tersebut

agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid. Dalam sejarah

arsitektur Islam, orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak

memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam ke negara-negara

lainnya sebagai contoh ketika Gereja Hagia Sophia dialih fungsikan menjadi

masjid pada 1453, bentuk arsitekturnya tidak dibongkar. Kubah Hagia Sophia

yang menjulang ke atas dari masa Byzantium ini tetap dibiarkan, tetapi

Page 13: Bahasa Indonesia Kd 4

penampilan bentuk luar bangunannya kemudian dilengkapi dengan empat

buah menara.

Gambar 2.4. Hagia Sophia

Sumber: Dunia Desain dan Arsitektur.

http://belajardesaindanarsitektur.blogspot.com/2012/06/perkembangan-arsitektur-islam-

di.html (diakses 25 November 2013)

Empat menara ini antara lain dibangun pada masa Al-Fatih, yakni

sebuah menara di bagian selatan. Pada masa Sultan Salim II, dibangun lagi

sebuah menara di bagian timur laut. Dan pada masa Sultan Murad III,

dibangun dua buah menara. Pada masa Sultan Murad III, pembagian

ruangnya disempurnakan dengan mengubah bagian-bagian masjid yang

masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti tanda salib yang terpampang

pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan menutupi hiasan-hiasan

asli yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan tulisan kaligrafi

Arab.

Kini, arsitektur Islam berkembang begitu luas, baik di bangunan sekuler

yang berupa gedung, rumah, dan perkantoran maupun bangunan

keagamaan. Seiring perkembangan zaman, arsitektur Islam yang turut

mewarnai hampir seluruh pendirian bangunan kini makin kaya khazanah

dengan memadukan arsitektur Islam dengan arsitektur lainnya, seperti

Roma, Persia, Cina, dan lain sebagainya.

Page 14: Bahasa Indonesia Kd 4

B. Sejarah Perkembangan Arsitektur Menara Masjid

Hasil karya seni arsitektur Islam yang utama adalah masjid, sebab masjid

merupakan titik tumpuan dari ungkapan kebudayaan Islam sebagai

konsekuensi dari ajaran Islam yang mengajarkan shalat dan masjid sebagai

tempat pelaksanaannya. Di dalam bangunan masjid, terdapat beberapa

komponen. Salah satunya adalah menara masjid.

Pada awalnya dalam perkembangan sejarah islam, menara masjid

merupakan elemen sekunder, namun dalam perkembangan selanjutnya dan

sejalan dengan dinamika peradaban umat islam, menara masjid menjadi

bagian yang penting dari sebuah masjid, baik dalam memberi makna artistik

maupun fungsional.

Kata menara berasal dari bahasa Arab almanara, akar katanya “naara,

yanuura, naura” yang artinya menyinari dan indah warnanya. Almanaara

artinya lilin yang memiliki sinar, mercusuar dan tempat azan.

Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan

hal ini mulai diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah yang melarang

membangun menara dan menganggap menara tidak penting dalam

kompleks masjid. Dalam sejarah arsitektur masjid-masjid pertama, bisa

dikatakan Khalifah Al-Walid (705-715) dari Bani Umayyah merupakan

khalifah yang pertama kali memasukkan unsur menara dalam arsitektur

masjid. Khalifah yang punya selera dan kepedulian tinggi dalam rancang

bangun arsitektur inilah yang memulakan tradisi menara sebagai salah satu

unsur khas pada masjid.

Tradisi membangun menara diawali oleh Khalifah Al-Walid ketika

memugar bekas basilika Santo John (Yahya) menjadi sebuah masjid besar,

yang kemudian menjadi Masjid Agung Damaskus. Pada bekas basilika

tersebut tadinya terdapat dua buah menara yang berfungsi sebagai

Page 15: Bahasa Indonesia Kd 4

penunjuk waktu lonceng pada siang hari dan kerlipan lampu pada malam

hari.

Menara itu sendiri merupakan salah satu ciri khas bangunan Byzantium.

Rupanya, Khalifah Al-Walid tertarik untuk mempertahankan kedua menara

tersebut. Bahkan, kemudian ia membangun sebuah menara lagi di sisi utara

pelataran masjid (tepat di atas Gerbang al-Firdaus). Menara ini disebut

Menara Utara Masjid Damaskus. Satu tahun kemudian (706 M), Khalifah Al-

Walid memugar Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini tadinya tak

mempunyai satu pun menara. Al-Walid lalu memerintahkan para arsiteknya

untuk membangunkan menara masjid sebagai tempat muadzin untuk

mengumandangkan azan.

Bentuk menara pada Masjid Nabawi dan menara utara Masjid Damaskus

sangat mirip, terutama pada ornamen kubah puncak menara yang ramping.

Yang jelas, pada saat itu kehadiran menara masjid masih merupakan sesuatu

yang baru. Bentuk menara seperti menara Masjid Agung Damaskus cukup

populer. Bahkan, hingga 250 tahun kemudian, bentuk menara Masjid

Nabawi dan Masjid Agung Damaskus ini juga menjadi model tipikal menara

Masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah di Kairo.

Pada masa awal perkembangan arsitektur masjid, setidaknya ada

beberapa bentuk dasar menara masjid. Tapi yang paling awal, seperti pada

menara Masjid Nabawi dan Masjid Damaskus, menara itu tidak berdiri

sendiri melainkan menyatu dengan struktur bangunan masjid. Pola seperti

ini menyebar ke berbagai penjuru negeri-negeri muslim melintasi dataran

Arab hingga ke Andalusia. Namun ada juga menara yang dibangun terpisah

dari bangunan utama masjid, seperti menara Masjid Agung Samarra dan

menara Masjid Abu Dulaf di wilayah Iraq.

C. Jenis Menara Masjid dan Penerapannya

Page 16: Bahasa Indonesia Kd 4

Dalam perkembangannya, desain arsitektur menara masjid pun menjadi

beragam. Gaya dan bentuk menara itu biasanya disesuaikan dengan budaya

dan kondisi wilayahnya. Secara umum, terdapat lima bentuk dasar menara

masjid antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menara Klasik

Pada menara klasik (classic minaret) lantai dasarnya berbentuk segi

empat, naik ke atas menjadi oktagonal (segi delapan) dan kemudian

diakhiri dengan tower silinder yang dipuncaki dengan sebuah kubah

kecil. Termasuk jenis ini misalnya menara Masjid Mad Chalif di Kairo,

yang dibangun pada abad ke-11 masehi semasa pemerintahan Khalifah

Al-Hakim dari Dinasti Fatimiyah.

Gambar 2.5. Menara Masjid Chalif, Kairo

Sumber: Seni Arsitektur Masjid.

http://www.slideshare.net/MumutMutiah/seni-arsitektur-bangunan-masjid

(diakses 25 November 2013)

2. Menara Variasi

Menara variasi diawali dengan bentuk segi empat di bagian bawah, lalu

semakin ke atas bertransformasi menjadi segi enam yang dihiasi dengan

balkon segi delapan. Yang termasuk jenis ini misalnya menara masjid Al-

Azhar dan Masjid Aswan di Mesir.

Page 17: Bahasa Indonesia Kd 4

Gambar 2.6 Menara Masjid Al-Azhar, Kairo

Sumber: Satellite View and Map of Cairo (Al-Qāhirah).

http://www.nationsonline.org/gallery/Egypt/Al-Azhar-Cairo.jpg (diakses 25 November 2013)

3. Menara Segi Empat

Menara segi empat ini sepenuhnya berbentuk segi empat dari dasar

hingga puncak. Keberadaan menara segi empat pada masjid-masjid

tersebut sangat dipengaruhi oleh menara Masjid Qayrawan (35 meter)

yang mempunyai tiga undakan segi empat. Hanya saja, ada pengamat

arsitektur yang menyebutkan bahwa bentuk menara masjid segi empat

ini mengadopsi bentuk mercusuar kuno di Iskandarsyah, Mesir. Contoh

menara masjid jenis ini terdapat di masjid Hassan II di Casablanca dan

masjid Kutubiyyah di Maroko.

Page 18: Bahasa Indonesia Kd 4

Gambar 2.7 Masjid Hassan II, Casablanca

Sumber: Casablanca II Mosque.

http://muslimdaily.net/file/berita-islam/masjid_hassan2_casablanca.jpg (diakses 25

November 2013)

Gambar 2.8. Masjid Kutubiyyah, Maroko

Sumber: Marrakech Kutubiyyah (Koutoubia) Mosque.

http://media-1.web.britannica.com/eb-media/66/142766-004-1C3FE7ED.jpg (diakses 25

November 2013)

4. Menara Silinder

Page 19: Bahasa Indonesia Kd 4

Menara silinder berbentuk silinder dari dasar hingga puncak, dengan

diameter silinder yang semakin kecil di puncak menara. Contoh menara

silinder ini terdapat pada masjid Natanz di Iran, Madrasah Tchar Minar

di Uzbekistan dan majid Id Kah di China.

Gambar 2.9 Masjid Natanz, Iran

Sumber: Abdol Samd Shrine And Jameh Mosque Natanz.

http://static.panoramio.com/photos/large/4952996.jpg (diakses 25 November 2013)

Gambar 2.10. Madrasah Tchar Minar, Uzbekistan

Page 20: Bahasa Indonesia Kd 4

Sumber: "Char-e-minar" o "cuatro minaretes" en Bukhara – Uzbekistán.

http://mw2.google.com/mw-panoramio/photos/medium/14988381.jpg (diakses 25

November 2013)

Gambar 2.11 Masjid Schwetzingen, Jerman

Sumber: Schwetzingen Mosque - Germany.

http://img.xcitefun.net/users/2012/07/300403,xcitefun-schwetzinger-mosque-2.jpg

(diakses 25 November 2013)

5. Menara Spiral

Menara spiral merupakan bentuk khas menara pada masjid-masjid di

Samarra yang mengadopsi dari bangunan menara Mesopotamia.

Menara ini jarang diadopsi oleh masjid-masjid di dunia. Di samping pola

tapaknya yang melingkar, menara model ini menempatkan anak tangga

menuju puncak bangunannya di sisi luar dinding, sehingga tercipta

bentuk yang unik.Konon para muadzin jika ingin menuju ke menara

spiral ini dengan mengendarai kuda. Bentuk bulat ini mengilhami

dikembangkannya bentuk-bentuk lain di wilayah kekuasaanya di waktu-

waktu selanjutnya. Dari bentuk dasar bujur sangkar atau bulat murni,

dikembangkan pula menjadi bentuk-bentuk persegi banyak. Bahkan

Page 21: Bahasa Indonesia Kd 4

dinding menara tidak lagi polos melainkan diukir dengan beragam detail

ornamen.

Gambar 2.12 Menara masjid Samarra, Irak

Sumber: Warisan Dunia di Asia dan Oseania.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2b/Samara_spiralovity_minaret_rijen1

973.jpg (diakses 25 November 2013)

Page 22: Bahasa Indonesia Kd 4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Arsitektur islam merupakan arsitektur yang menampilkan keindahan

yang kaya akan makna dengan keselarasan hubungan antara manusia,

lingkungan dan Sang Pencipta.

Hasil karya seninya yang utama adalah masjid. Masjid di dunia

memiliki berbagai tipe atau jenis menara masjid yang digunakan sebagai

tempat muadzin untuk mengumandangkan adzan.

Jenis-jenis menara yang umum antara lain adalah menara klasik,

menara variasi, menara segi empat, menara silinder dan menara spiral.

Desain arsitektur menara masjid tersebut pun beragam. Gaya dan bentuk

menara itu juga disesuaikan dengan budaya dan kondisi wilayahnya.

B. Saran

Sebagai seorang arsitek dalam merancang arsitektur bangunan masjid

hendaknya mengetahui batasan-batasan dan ketentuan dalam

membangun masjid supaya tidak terjadi mubadzir dalam bangunan

masjid tersebut.

Selain itu, hendaknya sebagai seorang muslim kita ikut memelihara

karya arsitektur dalam bangunan masjid yaitu dengan tidak merusaknya,

supaya tempat ibadah pun tetap terjaga.

Page 23: Bahasa Indonesia Kd 4

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Sofwan. 2007. Menara Masjid: Adopsi dari Tradisi Byzantium. www.

wordpress.com. Diakses tanggal 25 November 2013.

Chapman, Caroline. 2012. Ensiklopedi Seni dan Arsitektur Islam. Jakarta:

Erlangga.

Fanani, Ir. Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Mutiah, Mumut. 2011. Seni Arsitektur Bangunan Masjid. www.slideshare.net.

Diakses tanggal 25 November 2013.

Sumalyo, Yulianto. 2006. Arsitektur Mesjid. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Utaberta, Nakula. 2008. Arsitektur Islam. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.