4 bab ii pengelolaan kasus 2.1 konsep dasar asuhan
TRANSCRIPT
4
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Rasa
Nyaman( Nyeri)
2.1.1 Pengertian Nyeri
Nyeri akut disebabkan oleh aktivitasi nosiseptor, biasanya berlangsung dalam
waktu singkat (kurang dari 6 bulan), dan memiliki onset yang tiba-tiba, seperti nyeri
insisi setelah operasi.Nyeri jenis ini juga dianggap memiliki durasi yang terbatas dan
bisa diduga, seperti nyeri pascaoperasi, yang biasanya menghilang ketika luka
sembuh. Klien menggunakan kata-kata seperi “tajam”, “tertusuk”, dan tertembak
untuk mendeskripsikan nyeri akut (Black & Hawks, 2014).
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi,
berdurasi pendek, dan memiliki sendikit kerusakan jaringan serta respons emosional.
Pada akhirnya, nyeri akut akan ditangani dengan atau tanpa pengobatan setelah
jaringan yang rusak sembuh. Itu disebabkan karena nyeri akut dapat diprediksi waktu
penyembuhannya dan penyebabnya dapat diidentifikasi (Potter & Perry, 2010).
2.1.2 Jenis nyeri
a. Nyeri perifer :Nyeri ini ada tiga macam: (1) nyeri superfisial, yakni rasa nyeri
yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; (2) nyeri viseral, rasa
nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen,
kranium, thoraks; (3) nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang
jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b. Nyeri sentral :Nyeri yang muncul akibat stimulasi di medula spinalis, batang
otak, dan talamus.
c. Nyeri psikogenik :Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.Dengan kata
lain, nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Sering kali, nyeri ini
muncul karena faktor psikologis, bukan fisiologis.
Universitas Sumatera Utara
5
2.1.3 Nyeri Akibat Tumor
Tidak semua klien dengan tumor dan kanker mengalami nyeri. Tetapi bagi
mereka merasakan nyeri, Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) yang
sebelumnya dikenal sebagai Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR)
melaporkan bahwa hampir 90% klien dapat mengontrol nyeri dalam arti sederhana.
Beberapa klien dengan penyakit tumor mengalami nyeri akut atau kronis. Nyeri
tersebut terkadang berisfat nosiseptif atau neuropatik. Nyeri tumor biasanya
disebabkan oleh berkembangnya tumor dan berhubungan dengan patologis, prosedur
invasive, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan secara fisik. Klien
merasakan nyeri di lokasi tempat dimana tumor, yang mengindikasikan adanya nyeri.
Kaji adanya laporan nyeri baru yang timbul pada klien saat nyeri terjadi. Hampir 70-
90% klien dengan tumor stadium lanjut mengalami nyeri. Enam puluh persen dari
mereka melaporkan adanya nyeri tingkat sedang hingga berat (Black & Hawks,
2014).
2.1.4 Nyeri yang bersifat Nosiseptif
Proses normal dari stimulus yang merusak jaringan-jaringan normal. Nyeri
nosiseptif dibagi 2 yaitu:
a. Nyeri somatik: berasal dari tulang, sendi, otot, kulit atau jaringan
penghubung. Biasanya kualitas nyeri ini ditunjukkan dari nyeri yang
dirasakan atau denyutan dan terlokalisasi dengan baik.
b. Nyeri viseral: timbul dari organ dalam, seperti sistem pencernaan dan
pancreas. Kategorinya mencakup dibawah ini:
1. Adanya tumor didalam organ yang menyebabkan nyeri dan cukup
terlokalisasi dengan baik.
2. Adanya penyumbatan pada rongga abdomen yang kosong yang
menyebabkan kram yang timbul sebentar tetapi sering dan kurang
terlokalisasi dengan jelas.
Universitas Sumatera Utara
6
2.2 PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah:
a. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha
untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji
kuantitas persepsi klien terhadap nyeri.
2.2.1 Mengkaji Persepsi Nyeri
Menurut Donovan dan Girton (1984) dalam prasetyo (2010),
mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut, diantaranya:
2.2.2.1 Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak
menemukan adanya cedera atau luka.
2.2.2.2 Intensitas Nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (mis:
tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat).
Universitas Sumatera Utara
7
Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)
Keterangan: 0 : Tidak ada nyeri
1-2-3 : Nyeri Ringan 8-9 : Nyeri Sangat
4-5 : Nyeri Sedang 10 : Nyeri paling hebat
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti
alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini pasien menilai nyeri dngan skala 0 sampai 10.
Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan
nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik (Smeltzer & Bare, 2001).
2.2.3 Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T).
a. Faktor Pencetus (P:Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien,
dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang
mengalami cedera.
b. Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan seseuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh
klien. Misal kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti
tertindih, perih, dan tertusuk.
c. Lokasi (R: Region)
Universitas Sumatera Utara
8
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk
menunjukkan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.
d. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
e. Durasi (T : Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?, Sudah
berapa lama nyeri yang dirasakan?, Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu
yang sama setiap hari?, Seberapasering nyeri kambuh?, atau dengan kata-kata lain
yang semakna.
2.2.4 Respon-respon nyeri
a. Respon Fisiologis.
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan
thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres.
Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus menerus, berat, dalam dan melibatkan
organ-organ visceral (misal: infark, miokard, kolik akibat kandung empedu, atau batu
ginjal) maka sistem saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
Beberapa respon fisiologis terhadap nyeri yaitu:
1) Stimulasi Simpatik: (nyeri ringan, moderat, dan superficial).
- Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate.
- Peningkatan heart rate.
- Peningkatan nilai gula darah.
- Diaphoresis.
Universitas Sumatera Utara
9
- Peningkatan kekuatan otot.
- Dilatasi pupil.
- Penurunan motilitas GI.
2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
- Muka pucat.
- Otot mengeras.
- Penurunan HR dan BP.
- Nafas cepat dan irregular.
- Nausea dan vomitus.
- Kelelahan dan keletihan.
b. Respon Perilaku.
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara
lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang sakit, menopang bagian nyeri
yang sakit, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis,
mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit,
meraung.
c. Respon Afektif.
Respon ini diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian
terhadap pasien dengan gangguan rasa nyeri.
d. Pengaruh Nyeri Terhadap Kehidupan Klien.
Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan sehari-hari,
sehingga perawat juga mengetahui sejauh mana dia dapat membantu dalam program
aktivitas pasien.Perubahan-perubahan yang dikaji: perubaha pola tidur, pengaruh
nyeri pada aktivitas, serta perubahan pola interaksi pada orang lain.
e. Persepsi Klien Tentang Nyeri.
Universitas Sumatera Utara
10
Perawat mengkaji persepsi klien terhadap nyeri yang ia alami dengan proses
penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan.
f. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri.
Perawat mengkaji cara-cara apa saja yang bisa klien gunakan untuk
menurunkan nyeri yang klien alami.
2.3 Analisa Data
2.3.1 Data Subjektif adalah klien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan
nyeri dengan isyarat. Misalnya: wajah meringis.
2.3.2 Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya: posisi untuk menghindari nyeri, perubahan selera makan, perilaku menjaga
atau sikap melindungi nyeri, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan tekanan
darah, perilaku ekspresif (misalnya: gelisah, merintih, menangis, peka terhadap
rangsangan dan menghela nafas panjang).
2.4 Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identifikasi kebutuhan
klien. Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan kebutuhan dasar
keperawatan dari klien. Untuk mengidentifikasi kebutuhuan klien, perawat harus
lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut
potensial atau aktual (Potter & Perry, 2005).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2012),
nyeri akut didefinisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( International Association for the
Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intesitas dari ringan hingga
Universitas Sumatera Utara
11
berat dengan akhir yang dapat mengantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6
bulan (NANDA, 2012).
Menurut NANDA (Heather, 2012), menyatakan bahwa batasan karakteristik untuk
diagnosa keperawatan nyeri akut adalah :
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan frekuensi jantung
d. Perubahan frekuensi pernafasan
e. Laporan isyarat
f. Perilaku distraksi ( misalnya : berjalan mondar-mandir, mencari orang lain
atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
g. Mengekspresikan perilaku ( misalnya : gelisah, merengek, menangis,
waspada, iritabiilitas, mendesah)
h. Masker wajah ( misalnya : mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
i. Sikap melindungi area nyeri
j. Fokus menyempit ( misalnya : gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan)
k. Indikasi nyeri yang dapat diamati
l. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
m. Sikap tubuh melindungi
n. Dilatasi pupil
o. Melaporkan nyeri secara verbal
p. Fokus pada diri sendiri
q. Gangguan tidur.
Universitas Sumatera Utara
12
2.5 Diagnosa Keperawatan
Perawat dapat membuat diagnosis secara akurat ketika sudah menyelesaikan
pengkajian secara menyeluruh. Perkembangan terhadap diagnosis keperawatan secara
akurat pada klien dengan nyeri dihasilkan dari kumpulan dan analisis data secara
cermat. Pengkajian yang dilakukan dengan teliti akann mengungkapkan adanya nyeri
yang timbul atau potensial nyeri yang mungkin terjadi. Diagnosis keperawatan
berfokus kepada sifat nyeri yang spesifik untuk membantu perawat dalam
mengidentifikasi jenis intervensi yang paling efektif untuk meredakan nyeri dan
meningkatkan fungsi/peran klien. Diagnosis nyeri akut berhubungan dengan trauma
fisik dan nyeri akut.
2.6 Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri menurut Smeltzer & Bare (2010)
adalah:
Tujuan :
Klien secara aktif akan berpartisipasi dalam rencana pelaksanaan nyeri.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Melaporkan peredaan nyeri yang diterima secara nyata bahwa pasien akan
mendapat bantuan dalam meredakan nyeri.
- Melaporkan intensitas nyeri dan ketidak nyamanan nyeri menurun setelah
intervensi digunakan.
- Melaporkan lebih sedikit gangguan dalam ketidak nyamanan akibat nyeri
setelah penggunaan intervensi.
- Menerima medikasi nyeri sesuai yang diresepkan.
Universitas Sumatera Utara
13
- Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri akut (tidak
merengut, waspada terhadap lingkungan sekitar, ikut serta dalam peristiwa
dan aktivitas).
- Mengidentifikasi keefektifan strategi peredaan nyeri.
- Memperagakan penggunaan strategi baru untuk meredakan nyeri dan
melaporkan keefektifannya.
- Mengalami efek samping minimal dari analgesik tanpa gangguan untuk
mengatasi efek samping.
Intervensi Rasional
1. Yakinkan pasien bahwa anda
mengetahui nyeri yang dialami pasien
nyata dan akan membantunya dalam
menghadapi nyeri tersebut.
2. Gunakan skala pengkajian nyeri untuk
mengidentifikasi intesitas nyeri dan
ketidaknyamanan.
3. Kaji dan catat nyeri, karakteristiknya :
lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi.
4. Berikan analgesik sesuai yang
diresepkan untuk meningkatkan peredaan
nyeri yang optimal.
5. Berikan kembali skala pengkajian
nyeri.
6. Catat keparahan nyeri pasien.
7. Identifikasi dan dorong pasien untuk
menggunakan strategi yang menunjukkan
keberhasilan pada nyeri sebelumnya.
8. Ajarkan pasien tambahan meredakan
nyeri dan ketidaknyamanan : teknik
1. Ketakutan bahwa nyeri akan tidak
dapat diterima seperti peningkatan
ketegangan dan ansietas yang nyata dan
menurunkan toleransi nyeri.
2. Berikan nilai dasar untuk mengkaji
perubahan dalam tingkat nyeri dan
mengevaluasi intervensi.
3. Data mebantu mengevaluasi nyeri dan
peredaan nyeri serta mengidentifikasi
sumber-sumber multiple dan jenis nyeri.
4. Analgesik lebih efektif bila diberikan
pada awal siklus nyeri.
5. Memungkinkan pengkajian terhadap
keefektifan analgesik dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap
tindak lanjut bila tidak efektif.
6. Membantu dalam menunjukkan
kebutuhan analgesik tambahan atau
pendekatan alternatif terhadap
penatalaksanaan nyeri.
Universitas Sumatera Utara
14
relaksasi (tarik nafas dalam).
9. Instruksikan pasien dan keluarga
tentang potensial efek samping analgesik
dan pencegahan serta penatalaksananya.
7. Mendorong penggunaan strategi
peredaan nyeri yang familiar dan dapat
diterima oleh pasien.
8. Menggunakan strategi ini sejalan
dengan analgesik dapat menghasilkan
peredaan yang lebih efekif.
9. Mengantisipasi dan mencegah efek
samping memampukan pasien untuk
melanjutkan penggunaan analgesik tanpa
gangguan karena efek samping.
2.7 Implementasi
Dalam bebarapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non-farmakologis
adalah intervensi yang paling utama. Sedangkan, tindakan farmakologis disiapkan
untuk mengantisipasi perkembangan nyeri. Terdapat tiga tindakan yang digunakan
untuk mengontrol nyeri, yaitu: tindakan farmakologis, non-invasif, dan tindakan
invasif. Ketiganya sering digunakan bersamaan didalam upaya mengontrol nyeri
(Prasetyo, 2010).
2.8 Evaluasi
Evaluasi perawat terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan
menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien
melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan
psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri (Prasetyo, 2010).
Universitas Sumatera Utara
15
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Ny.T.H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 Thn
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Dolok sanggul
Tanggal Masuk RS : 26-05-2016
Ruang/Kamar : Tanjung 1
Golongan Darah : O+
Tanggal Pengkajian : 30-05-2016
Tanggal Operasi : 27-05-2016
Diagnosa Medis : Post operasi ooforektomi dengan tumor ovarium di hari ke 2.
II. Keluhan Utama : Klien mengatakan adanya nyeri pada bagian luka insisi post
operasi.
Universitas Sumatera Utara
16
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Provacative/Paliative (P)
a. Apa penyebabnya : Klien mengatakan nyeri dibagian abdomen inguinal kanan
disebabkan luka post operasi.
b. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien mengatakan nyeri berkurang
ketika mengkonsumsi obat analgesik
(ketorolak(IV)).
2. Quantity/Quality (Q)
a. Bagaimana dirasakan : Klien mengatakan nyeri yang sangat
sakit dan panas pada bagian punggung
bawah.
b. Bagaimana dilihat : Wajah klien meringis menahan sakit.
3. Region/Wilayah (R)
a. Dimana lokasinya : Area vertikal abdomen di inguinal
kanan.
b. Apa menyebar : Klien mengatakan tidak menyebar.
4.Severity (S) : Klien mengatakan terganggu
melakukan aktivitas seperti miring
kanan dan kiri.
5. Time (T) : Klien mengatakan nyeri timbul ketika
pasien bergerak.
Universitas Sumatera Utara
17
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan mengalami
penyakit tumor ovarium sehingga harus
segera dioperasi.
2.Pengobatan/tindakan yang pernah dilakukan : Pengobatan tradisional.
3. Pernah dirawat/operasi : Klien mengatakan tidak pernah di
operasi.
4. Lama dirawat : Klien mengatakan tidak pernah
dirawat.
5. Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Orang tua : Klien mengatakan tidak ada penyakit
serius yang dialami orang tua pasien.
2. Saudara kandung : Klien mengatakan tidak ada penyakit
serius yang dialami.
3. Penyakit keturunan yang ada : Klien mengatakan tidak ada penyakit
keturunan yang dialami.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
1. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien mengatakan cemas dan takut
mengenai penyakitnya sebelum di
operasi.
Universitas Sumatera Utara
18
2. Konsep Diri
a. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh
dari penyakitnya.
b. Harga diri : Klien tidak menunjukkan harga diri
rendah terhadap penyakitnya.
c. Peran diri : Klien mengalami gangguan peran diri
selama sakit karena tidak bisa
menjalankan perannya sebagai ibu
rumah tangga.
d. Identitas : Klien mengatakan dirinya sebagai
seorang ibu dan istri.
3. Keadaan emosi : Klien merasakan cemas dan sedih.
4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Semua anggota keluarganya.
b. Hubungan dengan keluarga : Hubungan dengan keluarga baik dan
harmonis.
c. Hubungan dengan orang lain : Hubungan dengan tetangga dan orang
lain juga baik.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain.
5. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Kristen dan ibadah ke gereja.
b. Kegiatan ibadah : Ibadah.
VII. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis, GCS15.
Universitas Sumatera Utara
19
TB : 148 cm.
BB : 38 kg.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 37ºC.
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg.
c. Nadi : 90 x/mnt.
d. Pernafasan : 24x/mnt.
e. Skala nyeri : 8 dari skala NRS 0-10.
VIII. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Bentuk kepala simetris dan tidak ada
benjolan.
b. Ubun-ubun : Tidak ada lesi.
c. Kulit kepala : Bersih.
2. Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut menyebar rata diseluruh
kepala.
b. Bau : Tidak ada bau.
c. Warna rambut : Hitam dan sudah beruban.
3. Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang.
b. Struktur wajah : Oval.
Universitas Sumatera Utara
20
4. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua bola mata simetris dan lengkap.
b. Konjungtiva dan sklera : Normal.
c. Pupil : Isokor.
d. Cornea dan iris : Normal.
e. Visus : Normal.
5. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Bentuk simetris tidak ada sekret yang
keluar dari hidung dan posisi septum
nasi berada ditengah ( tidak ada
kelainan).
b. Lubang hidung : Lengkap dan ada dua lobang hidung.
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung/normal.
6. Telinga
a. Bentuk telinga : Kedua telinga berbentuk simetris.
b. Ukuran telinga : Kedua telinga berukuran sama.
c. Lubang telinga : Lengkap dan tidak ada sumbatan.
d. Ketajaman pendengaran : Pasien masih mendengar dengan baik,
bisa diajak bicara dengan baik.
7. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
21
b. Keadaan gusi dan gigi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
c. Keadaan lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan.
8. Leher
a. Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid.
b. Suara : Cukup jelas.
c. Denyut nadi karotis : Nadi karotis berdenyut.
9. Pemeriksaan integument
a. Kebersihan : Cukup bersih.
b. Warna : Sawo matang.
c. Turgor : Normal.
d. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit.
10. Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : Normal ditunjukkan dengan dada
mengembang dengan normal.
b. Pernafasan : 24 x/menit.
c. Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda-tanda kesulitan
bernafas.
11. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat luka post
operasi ditutupi dengan kassa sepanjang
±12cm.
b. Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
22
c. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
dikarenakan klien masih mengalami
nyeri.
d. Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
dikarenakan klien masih mengalami
nyeri.
12. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan.
b. Anus dan perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan.
13. Pemeriksaan musculoskeletal/ ekstremitas ( kesimetrisan, kekuatan otot, edema)
a. Pemeriksaan ekstremitas atas : Tangan terpasang infus dengan cairan
ringer laktat (RL) 20 tetes/menit.
b. Pemeriksaan ekstremitas bawah : Normal.
c. Pemeriksaan neorologi : Tidak dilakukan pemeriksaan.
d. Fungsi motorik : Klien dapat merubah posisi miring
kanan dan miring kiri.
e. Fungsi sensorik
a. Tes tajam tumpul : Klien dapat membedakan benda tajam
dan tumpul.
Universitas Sumatera Utara
23
IX. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari.
b. Nafsu/selera makan : Selera makan.
c. Alergi : Tidak ada riwayat alergi.
d. Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah.
e. Waktu pemberian makan : Pagi, siang, malam (teratur).
f. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi setiap makan dengan jenis
makanan yaitu nasi, sayur, buah-buahan,
ikan, telur.
g. Waktu pemberian cairan/minum : Klien mengatakan minum pada saat
setelah makan dan ketika haus. Klien
minum sekitar 1,5-2 L/hari.
i. Masalah makan dan minum : Klien tidak ada masalah kesulitan
dalam menelan.
2. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Klien mandi 2 kali/hari dibantu oleh
anggota keluarganya.
b. Kebersihan gigi dan mulut : Selama di RS klien kurang
memerhatikan kebersihan gigi.
3. Pola kegiatan/aktivitas
a. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan
secara mandiri : Segala aktivitas/kegiatan klien dibantu
Universitas Sumatera Utara
24
oleh keluarganya pasca operasi tetapi sebelum klien sakit klien melakukan segala
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
b. Aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : Klien melakukan berdoa selama
dirumah sakit dan tidak pergi ke gereja dikarenakan masih sakit.
X. Pola eliminasi
a.BAB
1.Pola BAB : 1 kali/hari setelah operasi.
2.Karakter feses : Kuning.
b.BAK
1.Pola BAK : Klien tepasang selang kateter.
2.Karakter urine : Kuning kemerahan.
3.Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada rasa nyeri.
4. Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal.
XI. Terapi Obat
a.Keterolac 1 amp/8jam analgesik : Guna untuk mengurangi nyeri sedang
hingga berat.
b.Ceftriaxone 1000 mg/12 jam : Guna antibiotik untuk mencegah
infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Universitas Sumatera Utara
25
2.6 ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1 Ds :
-Klien mengatakan
sakit pada area post
operasi ooforektomi.
-Nyeri terasa ketika
bergerak.
-Wajah
meringis/tampak
gelisah.
-Aktivitas klien
sangat menganggu.
-Skala nyeri 8.
Do :
-Tangan memegang
bagian area yang di
post operasi
ooforektomi.
-Terdapat luka post
operasi ooforektomi
di bagian abdomen
inguinal kanan
ditutupi dengan
perban ±12 cm.
-RR :24 x/mnt.
-HR :90 x/mnt.
-TD : 120/80 mmhg.
Insisi bedahpost operasi ooforektomi
↓
Trauma Mekanik/ Jaringan rusak
↓
Sensasi yang tidak menyenangkan
↓
Persepsi nyeri
(dihitung dengan NRS : skala 8 dari
0-10)
Subyektif : Obyektif :
-Intensitas skala -respon perilaku
nyeri -respon fisiologis
-Karakteristik nyeri -respon afektif
-Persepsi klien
tentang nyeri
-Koping klien
Faktor yang mempengaruhi :
- Usia
- Pengalaman Nyeri
- Kognitif tentang nyeri
- Ansietas
- Tingkat keparahan nyeri
- Lokasi nyeri
Nyeri Akut
Universitas Sumatera Utara
26
-Suhu : 37 ºC.
2.7 Rumusan Masalah
a. Masalah Keperawatan
- Nyeri Akut
b. Diagnosa Keperawatan (prioritas)
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post
operasi ooforektomi pada tumor ovarium ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri pada luka, nyeri seperti tertusuk-tusuk, punggung bawah terasa panas,
gelisah, wajah meringis kesakitan, nyeri bertambah saat merubah posisi dan
skala nyeri 8 dari 0-10.
2.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan dengan diagnosa nyeri:
Tujuan :
Klien secara aktif akan berpartisipasi dalam rencana pelaksanaan nyeri.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Melaporkan peredaan nyeri yang diterima secara nyata bahwa pasien akan
mendapat bantuan dalam meredakan nyeri.
- Melaporkan intensitas nyeri dan ketidak nyamanan nyeri menurun setelah
intervensi digunakan.
Universitas Sumatera Utara
27
- Melaporkan lebih sedikit gangguan dalam ketidak nyamanan akibat nyeri
setelah penggunaan intervensi.
- Menerima medikasi nyeri sesuai yang diresepkan.
- Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri akut (tidak
merengut, waspada terhadap lingkungan sekitar, ikut serta dalam peristiwa
dan aktivitas).
- Mengidentifikasi keefektifan strategi peredaan nyeri.
- Memperagakan penggunaan strategi baru untuk meredakan nyeri dan
melaporkan keefektifannya.
- Mengalami efek samping minimal dari analgesik tanpa gangguan untuk
mengatasi efek samping.
Rencana Tindakan Rasional
1.Yakinkan pasien bahwa anda
mengetahui nyeri yang dialami pasien
nyata dan akan membantunya dalam
menghadapi nyeri tersebut.
2.Gunakan skala pengkajian nyeri untuk
mengidentifikasi intesitas nyeri dan
ketidaknyamanan.
3.Kaji dan catat nyeri, karakteristiknya :
lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi.
4.Berikan analgesik sesuai yang
diresepkan untuk meningkatkan peredaan
nyeri yang optimal.
5.Berikan kembali skala pengkajian
nyeri.
6.Catat keparahan nyeri pasien.
7.Identifikasi dan dorong pasien untuk
menggunakan strategi yang menunjukkan
1.Ketakutan bahwa nyeri akan tidak
dapat diterima seperti peningkatan
ketegangan dan ansietas yang nyata dan
menurunkan toleransi nyeri.
2.Berikan nilai dasar untuk mengkaji
perubahan dalam tingkat nyeri dan
mengevaluasi intervensi.
3.Data mebantu mengevaluasi nyeri dan
peredaan nyeri serta mengidentifikasi
sumber-sumber multiple dan jenis nyeri.
4.Analgesik lebih efektif bila diberikan
pada awal siklus nyeri.
5.Memungkinkan pengkajian terhadap
keefektifan analgesik dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap
tindak lanjut bila tidak efektif.
6.Membantu dalam menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
28
keberhasilan pada nyeri sebelumnya.
8.Ajarkan pasien tambahan meredakan
nyeri dan ketidaknyamanan : teknik
relaksasi (tarik nafas dalam).
9.Instruksikan pasien dan keluarga
tentang potensial efek samping analgesik
dan pencegahan serta penatalaksananya.
kebutuhan analgesik tambahan atau
pendekatan alternatif terhadap
penatalaksanaan nyeri.
7.Mendorong penggunaan strategi
peredaan nyeri yang familiar dan dapat
diterima oleh pasien.
8.Menggunakan strategi ini sejalan
dengan analgesik dapat menghasilkan
peredaan yang lebih efekif.
9.Mengantisipasi dan mencegah efek
samping memampukan pasien untuk
melanjutkan penggunaan analgesik tanpa
gangguan karena efek samping.
Universitas Sumatera Utara
29
2.9 PELAKSANAAN KEPERAWATAN/CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi
Senin 30-05-2016
1
1.Yakinkan klien bahwa
anda mengetahui nyeri
yang dialami klien nyata
dan akan membantunya
dalam menghadapi nyeri
tersebut.
2.Menggunakan skala
pengkajian nyeri untuk
mengidentifikasi intesitas
nyeri dan
ketidaknyamanan yang
dialami klien.
3.Melakukan pengkajian
dan catat nyeri,
karakteristiknya : lokasi,
kualitas, frekuensi, dan
durasi.
4.Mengukur TTV klien.
5.Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
analgesik sesuai yang
diresepkan untuk
meningkatkan peredaan
nyeri yang optimal.
6.Melakukan kembali
skala pengkajian nyeri
pada klien.
S :Klien mengatakan
nyeri pada bagian
abdomen di inguinal
kanan, terasa panas di
bagian punggung
bawah.
O :
-Skala nyeri 8 dari 0-
10.
TTV Klien:
TD: 120/80 mmHg.
HR: 90 x/mnt.
RR: 24 x/mnt.
T : 37 ºC.
-Klien merasa nyaman
diruang rawat inapnya.
-Klien terpasang
infuse RL 20
tetes/menit.
-Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi (tarik nafas
dalam).
A : Masalah belum
teratasi.
P : Intervensi tetap
dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara
30
7.Mencatat keparahan
nyeri yang dialami klien.
8.Mengidentifikasi dan
dorong klien untuk
menggunakan strategi
yang menunjukkan
keberhasilan pada nyeri
sebelumnya.
9.Mengajarkan pasien
tambahan meredakan
nyeri dan
ketidaknyamanan : teknik
relaksasi (tarik nafas
dalam).
10.Memberitahukan pada
klien dan keluarga
tentang potensial efek
samping analgesik dan
pencegahan serta
penatalaksananya.
Selasa 31-05-2016
1. Melakukan pengkajian
dan catat nyeri,
karakteristiknya : lokasi,
kualitas, frekuensi, dan
durasi.
2.Mengukur TTV klien.
3.Mendengarkan keluhan
yang dirasakan klien.
4. Menggunakan skala
S : Klien mengatakan
masih merasakan
nyeri.
-Klien mengatakan
nyeri pada bagian
abdomen di inguinal
kanan, terasa panas di
bagian punggung
bawah.
Universitas Sumatera Utara
31
pengkajian nyeri untuk
mengidentifikasi intesitas
nyeri dan
ketidaknyamanan yang
dialami klien.
5.Mengajarkan pasien
tambahan meredakan
nyeri dan
ketidaknyamanan : teknik
relaksasi (tarik nafas
dalam.
6.Menciptakan
lingkungan yang baik
agar klien merasakan
nyaman. Contoh :
cahaya, kegaduhan, suhu
ruangan.
7.Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan tentang
pemberian analgesik.
O:
-Skala nyeri 7 dari 0-
10.
TTV Klien:
TD: 120/70 mmHg.
HR : 86 x/mnt.
RR : 22 x/mnt.
T : 37 ºC.
-Klien terpasang
infuse RL 20
tetes/menit.
-klien merasa nyaman
diruang rawat inapnya
-Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi(tarik nafas
dalam).
A : Masalah sebagian
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Rabu 01-06-2016
1.Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologis,
contoh : mendengarkan
musik, nonton tv atau
berbicara dengan orang
lain untuk mengalihkan
rasa nyeri yang dialami
klien.
S :Klien mengatakan
nyerinya sudah mulai
berkurang.
Sudah bisa
menggerakkan
tubuhnya sendiri.
O :
-Skala nyeri 6 dari 0-
Universitas Sumatera Utara
32
2.Melakukan pengkajian
dan catat nyeri,
karakteristiknya : lokasi,
kualitas, frekuensi, dan
durasi.
3.Menggunakan skala
pengkajian nyeri untuk
mengidentifikasi
intensitas nyeri dan
ketidaknyamanan.
4.Mengukur TTV klien.
5.Menciptakan
lingkungan yang baik
agar klien merasakan
nyaman. Contoh :
cahaya, kegaduhan, suhu
ruangan.
6.Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan tentang
pemberian analgesik.
10
TTV Klien:
TD : 120/70 mmhg.
HR : 82 x/mnt.
RR : 20 x/mnt.
T : 37 ºC.
- Klien terpasang
infuse RL 20
tetes/menit.
-Klien tampak rileks.
- klien merasa nyaman
diruang rawat inapnya
-Klien mampu
mengalihkan nyeri
dengan berbicara
dengan orang lain,
mendengarkan musik,
menonton tv.
A : Masalah teratasi.
P: Intervensi
dilanjutkan.
Kamis 02-06-2016
1.Latihan pasien untuk
teknik relaksasi kembali
dan belajar secara
mandiri.
2. Melakukan pengkajian
nyeri yang meliputi
lokasi, frekuensi,
karakteristik nyeri, dan
S :Klien mengatakan
nyeri berkurang pada
bagian abdomen di
inguinal kanan, pada
bagian punggung
bawah tidak terasa
panas.
O :
Universitas Sumatera Utara
33
keparahan nyeri yang
dialami klien.
3.Mengukur TTV klien.
4.Memberikan posisi
nyaman pada klien.
-Skala nyeri 4 dari 0-
10.
TTV Klien:
TD : 120/80 mmhg.
HR : 80 x/mnt.
RR : 20 x/mnt.
T : 37ºC.
-Klien mampu
melakukan teknik
relaksasi (tarik nafas
dalam) secara mandiri.
-Klien mampu
mengalihkan nyeri
dengan cara
mendengarkan musik,
menonton tv, berbicara
dengan orang lain.
-klien merasa nyaman
diruang rawat inapnya
-Klien tampak rileks.
A : Masalah gangguan
rasa nyaman : nyeri
akut teratasi sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Universitas Sumatera Utara